PEKERJAAN KOLOM
PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL GRAND CENTRAL PREMIER JL.
MERAK JINGGA NO. 3A MEDAN
DISUSUN OLEH:
1
HALAMAN PENGESAHAN
PEKERJAAN KOLOM
PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL GRAND CENTRAL PREMIER JL.
MERAK JINGGA NO. 3A MEDAN
DISUSUN OLEH:
DISETUJUI OLEH:
DOSEN PEMBIMBING
2
ABSTRAK
3
KATA PENGANTAR
4
5. Seluruh Dosen dan Pegawai Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
khususnya Jurusan Teknik Sipil.
6. Bapak Ricardo Sianipar ,ST selaku Directur CV.BRYMAR BANGUN
SEJAHTERA
7. Tomi Hasugian ST, selaku Site Engineer dan sekaligus menjadi
pembimbing kami selama kerja praktik diproyek ini.
8. Tomi Hasugian ST, selaku Pelaksana Lapangan dan sekaligus menjadi
pembimbing kami selama kerja praktik diproyek ini.
9. Seluruh Staff pada Proyek Pembangunan Hotel Grand Central Premier Jl.
Merak Jingga No. 3A Medan
10. Semua teman-teman kerja praktek selama diproyek, yaitu Arief Husein
Pulungan, Zaini Agusri , Ricko Abdul Malik, dan Muhammad Dwiky
Adinda, terima kasih atas bantuan kalian selama praktik.
11. Seluruh teman-teman angkatan 2016 terima kasih atas dukungan dan
doanya.
Terima Kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu. Akhirnya kami mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
kami dan para pembaca. Dan akhirnya kepada Allah SWT. kami serahkan
segalanya demi tercapainya keberhasilan yang sepenuhnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
5
DAFTAR ISI
6
4.6 Analisa Perhitungan………… ..........................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
5.1 Kesimpulan .......................................................................................
5.2 Saran .................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
7
DAFTAR GAMBAR
8
DAFTAR TABEL
9
DAFTAR LAMPIRAN
10
BAB I
PENDAHULUAN
11
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan kerja praktek ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami struktur organisasi yang ada dalam suatu
proyek pembangunan Hotel Grand Central Premier.
2. Mengetahui dan memahami alat dan bahan yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan kolom.
3. Mengetahui dan memahami teknik pelaksanaan pekerjaan kolom di
lapangan.
4. Mengetahui sistem K3 yang ada pada proyek pembangunan Hotel
Grand Central Premier.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat pelaksanaan kerja praktek ini adalah :
1. Bagi pemilik proyek, kerja praktek ini dapat menjadi awal terjalinnya
kerjasama antara pemilik proyek dengan universitas.
2. Bagi mandor dan tukang, kegiatan kerja praktek dapat menjadi bahan
masukan atau saling berbagi pengetahuan antara cara bekerja di
lapangan dengan teori yang didapat mahasiswa di bangku perkuliahan.
3. Bagi mahasiswa,kerja praktek ini bermanfaat untuk mengetahui
manajemen dan teknik pelaksanaan konstruksi di lapangan.
4. Bagi pembaca, laporan kerja praktek ini dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dan perbandingan untuk menambah pengetahuan tentang
manajemen dan teknik pelaksanaan pekerjaan kolom pada suatu
proyek.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
13
2.2 Pemilik Proyek (Owner)
14
- Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara
memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi
hal-hal di luar kontrak yang ditetapkan.
15
2.4 Konsultan Pengawas
16
2.4 Kontraktor
Kontraktor adalah orang atau badan hukum yang menerima pekerjaan
dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang
telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat
yang telah ditetapkan (Ervianto, 2005).
17
- Mengidentifikasikan dan menyelesaikan masalah yang timbul selama
proses kegiatan konstruksi di proyek.
18
1. Quality Control
2. Pengadaan (Logistic)
19
3. Surveyor
Fungsi dari surveyor adalah untuk membantu site manager dalam
urusan pengukuran di lapangan.
Adapun tugas surveyor adalah :
- Membuat rencana dan mengusulkan kepada site manager mengenai
kebutuhan alat – alat ukur sesuai dengan besarnya areal dan schedule
master kerja.
- Memastikan pengadaan alat – alat ukur yang telah disetujui site
manager perihal jumlah, jenis, dan kelayakan pakai
- Memastikan bahwa hasil survei di lapangan sesuai dengan persyaratan
teknis yang ditentukan.
- Melaporkan dan berkomunikasi langsung dengan site manager, bila
terjadi ketidak sesuaikan gambar dengan keadaan di lapangan.
4. Mandor
Mandor adalah orang yang secara langsung membawahi tukang dan
mengatur kerja tukang di lapangan. Adapun tugas mandor adalah sebagai
berikut:
- Mendatangkan sejumlah tenaga kerja sesuai dengan kualifikasi yang
diperlukan seperti kelompok tukang kayu dan lainnya.
- Memimpin dan mengawasi pekerjaan tukang.
- Mengendalikan kualitas pekerjaan agar sesuai dengan spesifikasi serta
gambar-gambar perencanaan.
- Mengelola upaya pada pekerjaan tukang.
- Menyiapkan buku daftar hadir para tukang.
- Menerima masukan yang dibutuhkan oleh para tukang.
5. Tukang
Adapun tugas dan tanggung jawab tukang adalah :
- Bertanggung jawab kepada mandor atas tugas yang dilaksanakan.
- Mengerjakan pekerjaan sesuai job sheet di lapangan.
20
- Membantu mandor jika ada hal yang diperlukan mengenai pekerjaan
yang bersangkutan.
A. ALAT
Dalam KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia ) alat diartikan
sebagai benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu : perkakas, perabot
; yang dipakai untuk mencapai maksud.
Ada beberapa alat yang biasa digunakan didalam suatu proyek yaitu :
a. Derek Menara (Tower Crane)
Derek menara (tower crane) adalah salah satu jenis alat berat yang
sering digunakan untuk membangun gedung bertingkat atau jembatan.
Fungsi tower crane ini adalah untuk mengangkut material atau bahan
maupun konstruksi bangunan dari bawah menuju bagian yang ada di atas.
Tower crane juga bisa dipakai untuk mengangkut bahan concrete
bucket yang digunakan dalam proses pengecoran kolom bangunan yang
lokasinya berada pada tempat yang tinggi dan mampu mengangkut aneka
jenis alat bantu maupun bahan untuk membuat bekisting kolom, besi beton
dll.
b. Truk Pengaduk Beton (Concrete Mixer Truck)
Concrete mixer truck adalah merupakan kendaraan yang digunakan
untuk mengangkut adukan beton ready mix dari tempat pencampuran
beton kelokasi proyek dimana selama dalam pengangkutan, mixer terus
berputar.
21
e. Truk Jungkit (Dump Truck)
Dump truck adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan
material pada jarak menegah sampai jarak jauh (500 m atau lebih).
Muatannya diisi oleh alat pemuat, sedangkan untuk membongkar alat ini
bekerja sendiri. Material-material tersebut diantaranya batu bara, tanah
urug, pasir, batu split, nikel, biji besi bahkan sampai sampah.
h. Theodolite
Theodolite adalah alat ukur digital untuk mengukur tanah untuk dan
menentukan elevasi pada bangunan, titik as bangunan, dan juga
menentukan sudut-sudut ruangan. Theodolite bisa membaca kedalam
satuan detik.
i. Waterpass
Waterpass merupakan alat ukur tanah yang ringan dan lebih simple
daripada theodolite meskipun kegunaannya hampir sama. Namun,
waterpass mempunyai keterbatasan dalam pengukuran, sehingga alat ini
tidak bisa menentukan koordinat suatu titik. Alat ini biasanya untuk
22
menentukan elevasi atau peil untuk balok, plat lantai dan kolom. Alat ini
digunakan untuk mengukur ketinggian penulangan agar tidak melebihi
tinggi rencana pada pembuatan struktur. Waterpass juga bisa mengukur
ketebalan pada pengecoran sehingga lantai bisa datar, membuat marking
atau tanda pada kolom sebagai acuan pada pengerjaan yang lain.
k. Perancah (Scafolding)
Perancah (scafolding) adalah suatu struktur sementara yang digunakan
untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan
gedung dan bangunan-bangunan besar lainnya. Biasanya perancah
berbentuk suatu sistem modular dari pipa atau tabung logam, meskipun
juga dapat menggunakan bahan-bahan lain.
l. Peralatan Tangan
Ada beberapa peralatan tangan yang biasa digunakan dalam suatu
proyek diantaranya : gergaji kayu, palu, meteran, waterpass, siku, tang
gegep (kakaktua), cetok, kayu perata (jidar), ember, benang, dan lain lain.
Peralatan tangan digunakan pada pekerjaan plesteran, pengukuran, elevasi
dan pendataran (levelling).
B. Bahan
Bahan bangunan adalah setiap bahan yang digunakan untuk tujuan
konstruksi, seperti tanah liat, pasir, kayu dan batu, air dll.
23
Adapun bahan yang biasa digunakan dalam pekerjaan proyek
konstruksi adalah sebagai berikut :
a. Semen
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, semen adalah serbuk atau
tepung yang terbuat dari kapur dan material lainnya yang dipakai untuk
membuat beton, merekatkan batu bata ataupun membuat tembok. Semen
adalah komponen beton yang berfungsi sebagai bahan pengikat hidrolis,
yang bila dicampur dengan air akan mengakibatkan proses pengerasan.
Semen yang biasa digunakan adalah semen portland. Fungsi utama semen
adalah mengikat butir – butir agregat hingga membentuk suatu massa
padat dan mengisi rongga – rongga udara diantara butir – butir agregat.
Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10% namun karena
fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting.
(Mulyono, 2004 : 27)
Peraturan Beton 1989 (SKBI.1.4.53.1989), membagi semen portland
menjadi lima jenis (SK.SNI T-15-1990-03:2) yaitu :
- Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti jenis – jenis lainnya. Semen Tipe I
digunakan untuk bangunan – bangunan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus, antara lain bangunan perumahan, gedung-gedung
bertingkat, landasan pacu, dan jalan raya.
- Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Semen Tipe II
digunakan untuk konstruksi bangunan dan beton yang terus – menerus
berhubungan dengan air kotor atau air tanah atau untuk pondasi
tertanam di dalam tanah yang mengandung air agresif (garam – garam
sulfat) dan saluran air buangan atau bangunan yang berhubungan
langsung dengan rawa.
- Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan
terjadi. Semen Tipe III dipergunakan pada daerah yang bertemperatur
rendah, terutama pada daerah yang mempunyai musim dingin.
24
- Tipe IV, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
panas hidrasi yang rendah. Semen Tipe IV digunakan untuk pekerjaan
– pekerjaan yang besar dan massif, umpamanya untuk pekerjaan
bending, pondasi berukuran besar atau pekerjaan besar lainnya.
- Tipe V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Semen Tipe V digunakan untuk
bangunan yang berhubungan dengan air laut, air buangan industry,
bangunan yang terkena pengaruh gas atau uap kimia yang agresif serta
untuk bangunan yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung
sulfat dalam presentase tinggi. (Mulyono, 2004 : 38)
b. Agregat
Agregat merupakan butir – butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral
lain, baik yang berasal dari alam maupu batuan yang berbentuk mineral
padat berupa ukuran besar atau kecil atau fragmen – fragmen. Komposisi
agregat dalam campuran beton berkisar 60% - 70% dari berat campuran
beton. Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran
lebih kecil dari 40mm.
Berdasarkan ukurannya, agregat dapat dibedakan menjadi dua
golongan (Ulasan PB, 1989 : 9).
1. Agregat halus ialah agregat yang semua butirnya menembus
ayakan berlubang 4,8 mm (SII.0052,1980) atau 4,75 mm (ASTM
C33, 1982) atau 5,0 mm (BS.812,1976).
2. Agregat kasar ialah agregat yang semua butirnya tertinggal di atas
ayakan 4,8 mm (SII.0052,1980) atau 4,75 mm (ASTM C33, 1982)
atau 5,0 mm (BS.812,1976). ( Mulyono, 2004 : 82 ).
c. Air
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi
semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan
beton. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas
dari senyawa – senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, gula, atau
25
bahan kimia lainnya agar kualitas beton tidak menurun dan bahkan dapat
mengubah sifat – sifat beton yang dihasilkan. Karena pasta semen
merupakan hasil reaksi kimia antara semen dengan air, maka bukan
perbandingan jumlah air terhadap total campuran yang penting, tetapi
perbandingan air dengan semen atau biasa disebut factor air semen. Air
yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah
proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan
menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan
mempengaruhi kekuatan beton.
d. Baja Tulangan.
Berdasarkan SNI 07-2052-2002 tentang Baja Tulangan Beton, baja
tulangan adalah baja berbentuk batang berpenampang bundar yang
digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dari bahan baku billet
dengan cara canai panas (hot rolling).
Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2
(dua) jenis yaitu baja tulangan beton polos yang berpenampang bundar
dengan permukaan rata tidak bersirip dan baja tulangan beton sirip yang
permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk memanjang yang
dimaksudkan untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan
membujur dari batang secara relative terhadap beton.
e. Kayu
Kayu digunakan untuk membantu pembangunan konstruksi baik
sebagai penyangga cetakan ataupun sebagai pijakan. Kayu yang dipakai
harus pada kondisi yang baik, tidak cacat dan tidak lapuk. Kayu digunakan
sebagai perancah dan penguat bekisting. Karena hanya sebagai alat bantu
dalam pelaksanaan pekerjaan tertentu dan sifatnya sementara, maka dipilih
kayu dengan kelas keawetannya tidak terlalu tinggi tetapi cukup kuat
menahan beban yang akan diterima. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam penggunaan kayu khususnya untuk cetakan bekisting seperti, kayu
harus berkualitas baik, tua tidak bergetah, kering udara, tidak pecah serta
26
lurus, kayu yang digunakan dapat berupa balok, papan multiplex atau
multiplex. Kayu yang digunakan harus memenuhi syarat dan kualitas
yang baik yaitu kayu yang digunakan harus lurus dan tidak terdapat cacat
berupa retak – retak dimensi penampang kayu harus sesuai rencana kelas
dan jenis mutu kayu harus sesuai dengan penggunaan agar kualitas
kekuatan terjamin.
f. Kawat Pengikat
Kawat pengikat digunakan untuk mengikat baja tulangan agar tetap
pada tempatnya, tidak berubah jaraknya dan sesuai dengan konstruksi
yang dikehendaki. Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak,
berdiameter minimum 1mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan
tidak bersepuh seng.
C. Pelaksanaan
a. Pengertian Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang
27
memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan
pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan
runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).
Dalam SNI 2847:2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk
Bangunan Gedung, kolom didefinisikan sebagai komponen struktur
dengan rasio tinggi terhadap dimensi lateral terkecil melampaui 3 yang
digunakan terutama untuk menumpu beban tekan aksial. Untuk komponen
struktur dengan perubahan dimensi lateral, dimensi lateral terkecil adalah
rata - rata dimensi atas dan bawah sisi yang lebih kecil.
b. Fungsi Kolom
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke
pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang
memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama
untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup
(manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
28
- Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang
pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang
adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks
menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah
memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar
sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran
seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud.
- Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang
diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa,
dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang.
Untuk kolom pada bangunan sederhan bentuk kolom ada dua jenis
yaitu :
- Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi
utamanya menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk
rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar
dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan
apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur
bangunan harus dihitung.
Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai
2 biasanya dipakai ukuran 20/ 20, dengan tulangan pokok 8 d 12 mm,
dan begel d 8-1 0cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter
12 mm 8 buah, 8 – 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak
10 cm).
- Kolom Praktis
Kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5
meter, atau pada pertemuan pasangan bata, (sudut- sudut). Dimensi
kolom praktis 15/ 15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8- 20.
29
D. Sistem K3 Pada Proyek Konstruksi
Ada beberapa hal yang harus diketahui dan dilakukan kontraktor
dalam rangka menerapkan prinsip – prinsip kerja sesuai dengan ketentuan
K3 di lingkungan proyek, antara lain :
a. Memenuhi Kelengkapan Administrasi K3
Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi kelengkapan
administrasi K3, meliputi :
- Pendaftaran proyek ke departemen tenaga kerja setempat
- Pendaftaran dan pembayaran asuransi tenaga kerja (Astek)
- Pendaftaran dan pembayaran asuransi lainnya, bila disyaratkan proyek
- Pendaftaran dan pembayaran asuransi lainnya, misalnya CAR, PA, bila
disyaratkan dalam proyek. CAR (Construction All Risks) adalah polis
asuransi untuk bangunan/ fisik proyek dan peralatan kerjanya, dan PA
(Personal Accident) adalah polis asuransi untuk petugas/orang yang
melaksanakan.
- Izin dari kantor kimpraswil tentang penggunaan jalan atau jembatan
yang menuju lokasi untuk lalu-lintas alat berat
- Keterangan layak pakai untuk alat berat maupun ringan memerlukan
rekomendasi dari Depnaker atau instansi yang berwenang.
- Pemberitahuan kepada pemerintah atau lingkungan setempat
30
c. Kegiatan K3 di lapangan
Kegiatan K3 di lapangan merupakan pelaksanaan safety plan yang
harus dilaksanakan dalam setiap proyek yang menyangkut beberapa
kegiatan antara lain :
- Kerja sama dengan instansi yang terkait K3
- Pengawasan pelaksanaan K3
- Pelaporan dan penanganan kecelakaan
d. Pelatihan Program K3
Pelatihan program K3 terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :
- Pelatihan secara umum, yaitu materi pelatihan yang bersifat umum
tentang panduan K3 di proyek, misalnya Pedoman praktis
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek Bangunan
Gedung, K3 dalam Pekerjaan Sipil dll.
- Pelatihan Khusus Proyek
Pelatihan khusus proyek diberikan pada saat awal proyek dan saat di
tengah pelaksanaan proyek (sebagai penyegaran). Materinya meliputi :
Pengetahuan Umum tentang K3 dan safety plan proyek yang
bersangkutan.
31
penangkal petir darurat, pemeliharaan jalan kerja dan jembatan kerja,
jaring pengaman pada bangunan tinggi dan pagar pengaman lokasi proyek.
Rambu rambu peringatan yang berfungsi sebagai peringatan bahaya dari
atas, peringatan bahaya lenturan kepala, peringatan bahaya longsor,
peringatan bahaya api/kebakaran, peringatan tersengat listrik, larangan
memasuki area tertentu, petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek),
petunjuk ada alat/mesin berbahaya dll.
32
BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
b. Data Proyek
1. Data Administrasi
Lokasi Proyek : Jl. Putri Merak Jingga No. 3A Medan
Fungsi Bangunan : Tempat penginapan, Meeting, Indoor
Gym.
Pemilik Proyek : PT. Aneka Sarana Lestarindo
Konsultan Perencana : Henny Leonardi Architect
Struktur Perencana : PT. PERCA Nusa Wahana Consultant
Konsultan Pengawas : PT. Aneka Sarana Lestarindo
Kontraktor Pelaksana : PT. Aneka Sarana Lestarindo
2. Data Teknis
- Luas Lahan : 3477,526 m2
- Luas Bangunan : 15,190 m2
- Tinggi Bangunan : 57,600 m
- Jumlah Lantai : 1 Lt. Mezz + 12 Lt.+ 1 Lt. Duck +1 Lt.
Atap
-
33
c. Struktur Organisasi Proyek
34
2. Manajer Lapangan (Site Manager)
Tugas dan tanggung jawab adalah :
- Meninjau progress pekerjaaan dan masalah – masalah baik teknis
maupun non teknis yang terjadi di lapangan dan mencari solusinya
bersama – sama dengan Project Manager dan staf.
- Bertanggung jawab terhadap kelancaran kegiatan pengendalian mutu
dan waktu pelaksanaan.
- Mengevaluasi time schedule yang direncanakan.
- Mengevaluasi gambar, progress dan kuantitas untuk akurasi
perhitungan.
4. Quality Control
Adapun tugas dan tanggung jawab quality control adalah sebagai berikut.
- Mengevaluasi time schedule.
- Memberikan saran – saran perbaikan apabila terjadi penurunan
kemajuan atas proses dan pencapaian hasil sesuai dengan volume
pekerjaan dan mengacu kepada time schedule.
- Bertanggung jawab terhadap kualitas pelaksanaan baik tenaga kerja,
material, maupun material.
5. Logistik/Admin
Tugas dan tanggung jawab logistik/admin adalah sebagai berikut.
- Mengecek kesediaan barang/material yang dibutuhkan proyek.
35
- Membuat data – data pengeluaran dan pemasukan barang dan
melakukan pemeriksaan pada akhir pekerjaan.
- Mencari data perbandingan harga barang/material dari beberapa
supplier.
- Menyiapkan data – data perjanjian jual – beli barang.
- Membuat laporan inventaris barang yang ada di proyek.
- Membuat berkas penagihan termin pembayaran.
6. Asisten
Asisten bertugas untuk melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh
atasan, baik itu Project Manager, Site Manager dan bagian Logistic.
7. Mandor
Tugas dan tanggung jawab mandor adalah sebagai berikut.
- Mengawasi pekerjaan tukang.
- Mengendalikan kualitas pekerjaan tukang agar sesuai dengan
spesifikasi yang direncanakan.
- Menyiapkan buku daftar hadir dan daftar penggajian tukang.
8. Kepala Tukang
Kepala tukang bertugas untuk mengatur dan mengawasi pekerjaan tukang.
36
penyimpanan ke tempat kerja. Tinggi tower crane pada proyek ini adalah
70 m dengan kapasitas angkat 1500 kg.
37
Gambar 3. 4 Concrete Bucket
38
Gambar 3. 6 Bar Bender
g. Total Station
Total station digunakan untuk menentukan letak as-as kolom,
membaca dan mencatat sudut horisontal dan vertical. Total station yang
digunakan pada proyek ini adalah Sokkia Set 60 Series.
39
Gambar 3. 8 Total Station
h. Waterpass
Pada proyek ini, waterpass digunakan untuk menentukan ketinggian
elevasi. Proyek ini menggunakan waterpass merek Sokkia.
Gambar 3. 9 Waterpass
40
Gambar 3. 10 Concrete Vibrator
j. Perancah (Scaffolding)
Scaffolding digunakan sebagai support bekisting balok dan plat lantai.
Gambar 3. 11 Scaffolding
k. Peralatan Tangan
Peralatan tangan digunakan untuk mengerjakan pekerjaan yang mudah
seperti pemotongan dan pembengkokan besi yang diameternya kecil,
marking,dll. Adapun peralatan tangan yang digunakan dalam proyek ini
adalah tang gegep, martil, meteran, ember, gergaji, benang, waterpass,
siku, cetok, kayu perata (jidar), dll.
41
Gambar 3. 12 Peralatan Tangan
42
Gambar 3. 13 Uji Slump
b. Semen
Semen digunakan untuk pembuatan tahu beton (decking). Dalam
proyek ini, semen yang digunakan adalah semen merek Semen Padang.
Gambar 3. 14 Semen
c. Air
Air digunakan untuk membersihkan bekisting sebelum pengecoran dan
digunakan untuk campuran beton tahu maupun beton untuk pengecoran
dinding. Air yang digunakan pada proyek ini adalah air bor dengan
menggunakan bantuan mesin sanyo.
43
d. Besi Tulangan
Besi tulangan yang digunakan pada proyek ini adalah besi tulangan
ulir. Besi tulangan ulir yang digunakan untuk tulangan kolom adalah D25,
D19, D16, D10, dan D8.
e. Kawat Beton
Kawat beton digunakan sebagai pengikat antar besi tulangan.
44
Gambar 3. 17 Kayu dan Multiplek
g. Bahan Tambahan
Bahan tambahan digunakan untuk sambungan pengecoran antara beton
lama dan beton baru. Bahan tambahan yang digunakan dalam proyek ini
adalah bahan aditif merek Sikabond..
45
Gambar 3. 19 Tahu Beton
3.4 Sistem K3
Proyek ini menerapkan prinsip – prinsip kerja sesuai dengan
ketentuan K3 seperti kelengkapan bagian administrasi, safety plan, dan
peralatan maupun perlengkapan K3. Kelengkapan administrasi K3 dalam
proyek ini meliputi pendaftaran proyek ke departemen tenaga kerja,
asuransi tenaga kerja, izin penggunaan jalan untuk lalu lintas, keterangan
layak pakai alat berat maupun ringan, dan pemberitahuan kepada
pemerintah atau lingkungan setempat. Safety plan dalam proyek ini
meliputi gambaran proyek dan pokok perhatian K3, resiko kecelakaan dan
pencegahannya dan tata cara pengoperasian peralatan. Dalam proyek ini
terdapat slogan K3 dan alat pelindung diri seperti sabuk pengaman, sepatu
karet, sarung tangan, tali pengaman, sepatu pelindung, helm pelindung
kepala, dan obat – obatan P3K. Selain administrasi K3, safety plan dan
alat pelindung diri, proyek ini juga dilengkapi dengan tabung pemadam
kebakaran, jaring pengaman, pagar pengaman lokasi proyek, larangan
memasuki area tertentu, petunjuk untuk melapor ketika keluar dan masuk
proyek dan briefing pada saat awal dan saat di tengah pelaksanaan proyek.
46
Gambar 3. 20 Slogan K3
47
BAB IV
ANALISA PELAKSANAAN PEKERJAAN
KOLOM
48
4.2 Teknik Pelaksanaan Pekerjaan Kolom
2. Pekerjaan Pembesian.
49
Diameter minimum bengkokan :
- Diameter bengkokan yang diukur pada bagian dalam batang tulangan,
selain dari untuk sengkang dan pengikat dengan ukuran D-10 hingga
D-16, tidak boleh kurang dari nilai dalam Tabel 2.1.
- Diameter dalam bengkokan untuk sengkang dan pengikat tidak boleh
kurang dari 4 db untuk batang tulangan D-16 dan yang lebih kecil.
Untuk batang tulangan yang lebih besar dari D-16, diameter
bengkokan harus sesuai dengan Tabel 2.1.
- Diameter dalam bengkokan pada tulangan kawat las untuk sengkang
dan pengikat tidak boleh kurang dari 4 db untuk kawat ulir yang lebih
besar dari D-7 dan 2 db untuk semua kawat lainnya. Bengkokan
dengan diameter dalam kurang dari 8 db tidak boleh berada kurang dari
4 db dari persilangan las yang terdekat.
3. Pemasangan Bekisting
Bekisting kolom dapat dibuat dari lembaran plywood, maupun dari
papan kayu. Jika menggunakan plywood menghasilkan dua sisi
mempunyai lebar sama dengan lebar permukaan tiang dan kedua sisi
lainnya mempunyai lebar yang berkelebihan untuk pengaturannya. Pada
kolom persegi harus di pasang lubang untuk membersihkan bagian
bekisting sebelum di cor. Lubang ditutup lagi dengan potongan papan
bekisting dari sebelah luar.
Kolom ada yang terletak di dalam susunan batu bata dan ada pula
yang berdiri sendiri. Kolom yang terletak didalam susunan batu bata atau
dinding, misalnya di sudut dinding, pembuatannya dimulai dengan
mendirikan papan di dua sudut dipaku dengan kuat. Papan dibuat
50
mengapit sudut dan diikat dengan kawat bindrad. Ketegakan papan
diluruskan menggunakan unting – unting. Sepanjang 1 meter papan
dibiarkan terbuka, dengan satu papan yang belum ditutup untuk mengecor.
Kolom yang berdiri sendiri dapat dibuat dengan cara merangkai papan
sesuai ukuran kolom, dan diberi alat penguat berupa kayu dengan jarak
±50 cm. Papan – papan dibersihkan dan ketegakan papan dikontrol dengan
unting – unting, dipasang pada steger – steger yang dapat dinaiki.
Kolom di dalam dinding berfungsi sebagai penahan gaya tekan
vertical maupun gaya horizontal dan sebagai penguat setiap tembok.
Ukuran tebal kolom sama dengan tebal dinding, agar dinding rata dan
bersih. Pembuatan bekisting untuk kolom bulat dapat menggunakan papan
– papan dibantu balok pengikat. Lembaran plywood atau hard board juga
dipakai untuk membuat kolom ini dengan syarat tertentu, cetakan tiang
plastic juga dapat dipergunakan. (Astanto,2001 : 7).
51
c) Persyaratan cetakan khusus untuk pelaksanaan konstruksi
cangkang, pelat lipat, kubah, beton arsitektural, atau elemen-
elemen sejenis.
d) Cetakan untuk komponen struktur beton prategang harus dirancang
dan dibuat untuk mengizinkan pergerakan komponen struktur
tanpa kerusakan selama penerapan gaya prategang.
4. Pengecoran Kolom
52
- Beton yang telah mengeras sebagian atau telah terkontaminasi oleh
bahan lain tidak boleh dicor pada struktur.
- Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur ulang
setelah pengikatan awal tidak boleh digunakan kecuali bila disetujui
oleh insinyur professional bersertifikat.
- Setelah dimulainya pengecoran, maka pengecoran tersebut harus
dilakukan secara menerus hingga mengisi secara penuh panel atau
penampang sampai batasnya, atau sambungan yang ditetapkan
sebagaimana yang diizinkan atau dilarang
- Permukaan atas cetakan vertikal secara umum harus datar.
- Semua beton harus dipadatkan secara menyeluruh dengan
menggunakan peralatanyang sesuai selama pengecoran dan harus
diupayakan mengisi sekeliling tulangan dan seluruh celah dan masuk
ke semua sudut cetakan
5. Pembongkaran Bekisting
6. Perawatan
Perawatan dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya
beton telah mengeras. Perawatan ini dilakukan agar proses hidrasi
selanjutnya tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan
mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan
dilakukan minimal selama 7 hari dan beton berkekuatan awal tinggi
minimal selama 3 hari serta harus dipertahankan dalam kondisi lembab,
kecuali dilakukan dengan perawatan yang dipercepat (PB, 1989 : 29).
Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan
tekan beton yang tinggi tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu
53
dan keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta
stabilitas dari dimensi struktur. (Mulyono, 2004 : 229).
Ada beberapa macam perawatan beton yaitu :
54
c. Perawatan dengan Membran
d. Perawatan lainnya.
Perawatan pada beton lainnya yang dapat dilakukan adalah perawatan
dengan menggunakan sinar infra merah, yaitu dengan melakukan
penyinaran selama 2-4 jam pada suhu 90 derajat Celcius. Hal tersebut
dilakukan untuk mempercepat penguapan air pada beton mutu tinggi.
Selain itu ada pula perawatan hidrotermal (dengan memanaskan cetakan
untuk beton – beton pracetak selama 4 jam pada suhu 65 derajat) dan
perawatan dengan karbonisasi.
55
4.3 Proses Pelaksanaan Pekerjaan Kolom
Adapun proses pelaksanaan pekerjaan kolom dalam proyek
pembangunan Hotel Grand Central Premier adalah sebagai berikut.
a. Penentuan As Kolom
Penentuan titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjan pengukuran dan
pematokan atau marking berupa penentuan titik-titik dan garis yang
digunakan sebagai dasar penentuan letak kolom. As kolom ditentukan
dengan menggunakan total station, yaitu dengan menentukan letak as awal
dan kemudian dibuat as-as yang lain dengan mengikuti jarak yang telah
disyaratkan dalam perencanaan awal.
Penentuan letak as kolom dibuat berdasarkan garis marking awal yang
terletak di lantai 7 melalui lubang pipa yang ditancap saat sebelum
pengecoran lantai 8. Perletakan pipa dilakukan dengan menarik benang
dan unting-unting (plumb bob) untuk mengambil garis lurus vertikal
terhadap garis marking lantai 7. Pembuatan garis marking menggunakan
benang sipatan yang bertinta hitam sehingga saat disentuhkan ke lantai
akan membentuk garis hitam. Garis marking ini memiliki fungsi sebagai
penentu batas pemasangan bekisting kolom.
b. Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan pembesian dilakukan sebelum pekerjaan pemasangan
bekisting. Pekerjaan pembesian meliputi pemotongan dan pembengkokan
tulangan yang dilakukan di los kerja. Pemotongan dan pembengkokan
tulangan dilakukan sesuai ukuran di gambar kerja.
Tabel 4.2 Data Ukuran Tulangan Utama Lantai 8
K1 60 x 70 20D19
1
K1A 60 x 70 20D25
2
K2 60 x 70 20D19
3
K3 60 x 70 20D19
4
56
K3A 60 x 70 20D25
5
K4 60 x 70 20D19
6
c. Pemasangan Bekisting
Bekisting kolom dibuat dari lembaran multiplek dan balok/kayu.
Multiplek digunakan sebagai lapis yang bersentuhan langsung dengan
beton yang memiliki tebal 15 mm, sedangkan balok/kayu digunakan
sebagai tempat kedudukan sabuk dan besi hollow. Balok ini juga berfungsi
57
sebagai penerima beban tekanan akibat pengecoran dari multiplek . Pada
pemasangan bekisting perlu diperhatikan letak as kolom dan garis
marking.
d. Pekerjaan Pengecoran
Sebelum pekerjaan pengecoran, bekisting diolesi dengan minyak
pelumas atau oli dan di cek kembali untuk memastikan apakah bekisting
sudah tegak dan kuat untuk menahan beban saat pengecoran dilakukan.
Selain itu, uji slump juga dilakukan untuk mengetahui kekutan beton
sesuai atau tidak dengan yang sudah direncanakan. Mutu beton yang
digunakan pada proyek ini adalah beton K-300 dengan nilai uji slump
yaitu 11,8 cm.
Pengecoran dilakukan menggunakan concrete bucket yang dilengkapi
selang tremi dengan bantuan tower crane. Selang tremi diarahkan sedekat
mungkin ke dalam cetakan atau bekisting dan kemudian beton ready mix
58
dituangkan. Setelah 1/3 bagian bekisting terisi, beton cair dipadatkan
menggunakan vibrator agar sisi bekisting merata dan menghindari
terjadinya rongga – rongga dalam kolom. Pemadatan beton dilakukan
sampai bekisting terisi penuh.
e. Pembongkaran Bekisting
Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton
mengeras atau ± 24 jam. Proses pembongkaran bekisting dilakukan secara
manual oleh pekerja bangunan.
59
4.4 Pekerjaan Pelaksanaan Sambungan Tulangan Kolom
Salah satu cara agar bangunan dapat tetap kokoh atau tidak runtuh
ketika terjadi gempa besar yaitu dengan melalui pembentukan sendi plastis
yang sebanyaknya sebelum bangunan mengalami keruntuhan. Hal ini
merupakan salah satu filosofi dalam mendesain bangunan terhadap beban
gempa dimana bangunan diizinkan untuk mengalami kerusakan berat
melalui terbentuknya sendi plastis yang tersebar cukup banyak di
sepanjang bangunan tetapi tidak diharapkan untuk runtuh pada batas beban
gempa yang ditentukan. Salah satu penyebab kerusakan gempa yang parah
dengan kondisi detail yang buruk pada bangunan struktur beton bertulang
yang sering ditemukan pasca gempa adalah terjadinya kegagalan pada
daerah dilakukannya sambungan lewatan (lap splice) khususnya yang
dilakukan pada daerah sendi plastis seperti pada daerah ujung kolom tepat
di atas pelat lantai yang merupakan tempat yang paling berpotensi
terjadinya sendi plastis pada saat beban gempa bekerja karena memiliki
tingkat momen yang cukup besar seperti gambar dibawah ini.
Gambar 4.5 Kolom Di Atas Pelat Lantai Pada Saat Sendi Plastis Saat Beban
Gempa Bekerja
60
Hal ini mengakibatkan bagian pada ujung kolom menjadi daerah yang
paling berpotensi untuk terjadi deformasi plastis. Oleh sebab itu, pada
daerah ini harus direncanakan sebaik-baiknya sehingga memungkinkan
kolom untuk dapat mengalami deformasi plastis yang cukup besar
sebelum kolom tersebut mengalami kegagalan, atau di usahakan sebisa
mungkin agar tidak melakukan penyambungan di daerah ujung kolom
tepat di atas plat lantai, karena Bangunan yang menggunakan sambungan
lewatan pada daerah sendi plastis kolom memiliki daktilitas yang lebih
rendah sehingga menyebabkan perpindahan lateral yang lebih kecil hingga
terjadi penurunan kekuatan struktur bangunan yang siknifikan.
Gambar 4.6 Penyambungan kolom pada bidang momen akibat beban gempa
61
4.5 Kendala-Kendala Yang Terjadi Di Lapangan Dan Solusinya
62
a. Lebih sering memperhatikan keadaan alat-alat sehingga jika ada alat
yang rusak maka dapat dengan mudah diatasi dan dengan solusi yang
tidak buru-buru.
b. Ada baiknya sebelum pekerjaan , mandor mengadakan rapat dengan
para pekerja untuk membahas time schedule sehingga pekerjaan dapat
berjalan dengan baik dan apabila terdapat perubahan gambar maka
para tukang segera mengetahuinya sehingga akan meminimalisir
pekerjaan yang salah .
c. Jika pada saat pekerjaan terjadi cuaca yang tidak mendukung, maka
pengawas dapat mengalihkan para pekerja untuk melaksanakan
pekerjaan yang lain yang dapat dilaksanakan.
d. Supervisor harus memberikan ketegasan kepada tukang agar dapat
memaksimalkan jumlah pekerja.
e. Setiap pekerjaan ada baiknya selalu mengacu pada time schedule agar
setiap pekerjaan memiliki target waktu yang diinginkan dan tidak
terlalu jauh meleset dari waktu yang sudah ditentukan.
Jika pekerjaan ingin cepat selesai atau sesuai target maka jumlah tukang
harus sesuai dengan jumlah pekerjaan yang dilakukan
63
4.6 Analisa perhitungan
Ib = 664453125 b = 250
Ik = 875364583,3 h = 450
lu = 3050 mm
ln = 5650 mm
data material
f'c = 22,5 MPa maka β1 = 0,85 0,904
f'y = 240 MPa φ = 0,65
data beban
e = 0,186 m 185,7 mm
1. MENENTUKAN KOLOM PENDEK ATAU PANJANG
ΨA = EIk. lu
EIb. ln
= 2,44
ΨB = 0
64
k = 0,7 + 0,05 (ΨA+ΨB) ≤ 1
r = 0,3 . h
= 105
klu M1
≤ 34-12
r M2
KET:
PERHITUNGAN DILANJUTKAN
78,82 mm
177,3 mm
ketentuan:
65
TULANGAN TEKAN MENENTUKAN
setelah diketahui bahwa kondisi penampang merupakan kondisi tulangan tekan menentukan
maka perhitungan selanjutnya adalah:
da
2.2.1 menghitung nilai n
177,2857143 mm 248,2 mm
177,2857143
248,2
Check Secara Manual
Kondisi 1 = NO
Kondi
si 2 = NO
Kondisi 3 = NO
66
TULANGAN TARIK MENENTUKAN
setelah diketahui bahwa kondisi penampang merupakan kondisi tulangan tarik menentukan
maka perhitungan selanjutnya adalah:
2.2.1 menghitung nilai dan
m
117,6 mm 70,55 m
2.2.2 Menghitung nilai
atau
771359,062
5 N 275625 N
771,359062
5 kN 275,625 kN
Nilai diatas dicari nilai paling minimum = 275,625 kN
2.2.3 Menentukan Nilai
ketentuan
Jika,
Jika,
0,6
maka = 5
2.2.2 hitung nilai dari Kondisi 4, 5, atau 6 dan hasil perhitungan dengan nilai
tulangan terbesar itu yang digunakan.
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan laporan kerja
praktek yang dilaksanakan pada proyek pembangunan Hotel Grand
Central Premier yaitu :
1. Struktur organisasi pada proyek pembangunan Hotel Grand Central
Premier banyak menggunakan pekerjaan rangkap. Tetapi walaupun
demikian tidak mengurangi kinerja atau proses berjalannya
pembangunan hotel tersebut.
2. Alat yang digunakan pada proyek pembangunan Hotel Grand Central
Premier terdiri dari derek menara (tower crane), truk pengaduk beton
(concrete mixer truck), keranjang beton (concrete bucket), pompa
beton (concrete pump), pembengkok besi (bar bender), pemotong besi
(bar cutter), total station, waterpass, penggetar beton (concrete
vibrator), perancah (scaffolding), dan peralatan tangan. Sedangkan
bahan yang digunakan terdiri dari beton ready mix, semen, agregat, air,
baja tulangan, kawat beton, kayu dan multiplek, bahan tambahan tahu
beton (decking).
3. Pelaksanaan pekerjaan kolom dilakukan dengan cara menentukan as
kolom, dilanjutkan menyambungkan tulangan kolom pada stick,
kemudian pemasangan bekisting dan melakukan pengecoran.
Pembongkaran bekisting dilakukan setelah beton mengeras ± 24 jam.
Sistem K3 pada proyek ini sudah sesuai dengan ketentuan K3 baik itu
kelengkapan administrasi K3, penyusunan safety plan, penggunaan alat
pelindung diri, rambu – rambu peringataan dan briefing pada saat awal dan
saat tengah di tengah pelaksanaan proyek.
68
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :
1. Perlu lebih banyak melakukan sosialisasi dan pengarahan mengenai
pentingnya K3 kepada para pekerja untuk mengantisipasi resiko
kecelakaan kerja.
69
DAFTAR PUSTAKA
SNI 07 - 2052 – 2002. 2002. Baja Tulangan Beton. Badan Standardisasi Nasional.
SNI 03 – 6816 – 2002. 2002. Tata Cara Pendetailan Tulangan Beton. Badan
Standardisasi Nasional.
70