Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BUIS BETON TANPA SEMEN TANPA PASIR


UNTUK SUMUR RESAPAN AIR

BIDANG KEGIATAN :
PKM-KARSA CIPTA

Diusulkan Oleh:
Indah Puspita Sari

3111110013 / 2011 (Ketua)

Imam Maulana Sabri

3112110005/ 2012 (Anggota)

Indah Nour Rahcmawati

3112110006/ 2012 (Anggota)

Ivanny Kusumawati

3112110030 / 2012(Anggota)

Nur Ulfah Bahri Halim

3112110039 / 2012 (Anggota)

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


DEPOK
2014

PENGESAHAN PKM-KARSA CIPTA


1. Judul Kegiatan
2.
3.

4.
5.

6.

7.

: BUIS BETON TANPA SEMEN TANPA PASIR


UNTUK SUMUR RESAPAN AIR
Bidang Kegiatan : PKM-KC
Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
: Indah Puspita Sari
b. NIM
: 3111110013
c. Jurusan
: Teknik Sipil
d. Universitas/Instititut/Politenknik
: Politeknik Negeri Jakarta (PNJ)
e. Alamat Rumah dan No Telp./HP
: Jl.Kusuma barat DD8 no 3, RT 09
RW18. Wisma jaya ,Bekasi 17111
f. Alamat email
: indahpuspita0994@gmail.com
Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis
: 4 orang
Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
: Pratikto, S.T., M.Si.
b. NIDN
: 0025076105
c. Alamat Rumah dan No. Tel./HP
: Perum Mampan Indah 1 Jl. Kakap
3 Blok P 15 Depok 16433
08161879550
Biaya Kegiatan Total
:
a. Dikti
: Rp 10,250,000.00
b. Sumber Lain (............)
:Jangka Waktu Pelaksanaan
: 5 bulan

Depok, 26 Juni 2014

ii

ABSTRAK
Buis beton tanpa semen tanpa pasir merupakan buis beton berbentuk
silinder untuk resapan air dan sebagai jebakan-jebakan air sebelum ia teralirkan
bebas ke laut . Dengan memanfaatkan limbah pembakaran batu bara (fly ash) dan
Na2SiO3 natrium silikat beserta NaOH akan didapatkan larutan sebagai perekat
hidrolis pengganti semen dalam beton. Buis beton tanpa pasir, akan menghasilkan
beton dengan pori pori yang dapat ditembus oleh air. Penentuan perbandingan
komposisi campuran beton tanpa semen tanpa pasir yang sesuai untuk bangunan
resapan adalah sesuai dengan konsentrasi NaOH 11 molar, dengan rasio
Na2SiO3/NaOH sebesar 2, sedangkan rasio aktivator/fly ash sebesar 0,3 dengan
perbandingan fly ash : agregat kasar 1 : 3. Metode perawatan digunakan udara
terbuka selama 28 hari. Pengujian selanjutnya meliputi sifat fisis dan mekanik beton
tanpa semen tanpa pasir, seperti tampak luar, ukuran, penyerapan air, resapan air
dan kekuatan tekan.
Kata Kunci: Buis Beton, Geopolimer, Fly Ash, Aktivator, sumur resapan

iii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan anugerah-Nya, yang telah membuat segalanya jadi mudah, sehingga
kami dapat menyelesaikan karya cipta ini tepat pada waktunya.
Kami membuat karya cipta dengan judul BUIS BETON TANPA SEMEN
TANPA PASIR UNUK SUMUR RESAPAN AIR untuk membantu mengatasi
permasalahan genangan air dan banjir di daerah perkotaan khususnya Ibukota
Jakarta.
Karya ini secara prinsip dapat mengatasi kebutuhan air atau mencegah
banjir di lokasi perkotaan. Karena sumur resapan ini merupakan lubang untuk
memasukan air ke dalam tanah. Dengan menggunakan buis beton tanpa semen
dan tanpa pasir dapat berfungsi sebagai konstruksi sumur resapan dengan biaya
yang dapat bersaing.
Untuk kesempurnaan penulisan dan karya cipta ini dikemudian hari, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca. Hanya dengan kritik
saran tersebut kesalahan, kekurangan dan kekhilafan yang ada dalam penulisan
dan karya cipta ini dapat diperbaiki.
Tak ada gading yang tak retak, kami yakin masih banyak kekurangan yang
masih harus disempurnakan dari penulisan ini. Akhirnya dengan segala
kerendahan hati, kami berharap dan berdoa semoga penulisan dan karya cipta
kami dapat bermanfaat untuk kepentingan masyarakat luas.

Depok, Juli 2014

Penulis

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... ii
ABSTRAK ....................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. vi
BAB I.

PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1

Latar Belakang..................................................................................... 1

1.2

Perumusan Masalah ............................................................................. 2

1.3

Tujuan .................................................................................................. 2

1.4

Luaran yang Diharapkan ..................................................................... 2

1.5

Kegunaan Program .............................................................................. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 3


BAB III. METODE PENDEKATAN......................................................................... 13
BAB IV. PELAKSANAAN PROGRAM ................................................................... 15
4.1

Pembuatan Benda Uji ......................................................................... 15

4.2

Tahapan Pelaksanaan/Jadwal Faktual Pelaksanaan............................ 18

4.3

Instrumen Pelaksanaan ....................................................................... 18

4.4

Rekapitulasi Rancangan dan Realisasi Biaya ..................................... 19

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 20


BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 22
BAB VII. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 23
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Permukaan dari No Fines Concrete ........................................................ 3


Gambar 2.2 Pori beton agregat-semen ........................................................................ 5
Gambar 2.3 Ikatan Polimerisasi Berdasarkan Si dan Al ............................................. 9
Gambar 2.4 SEM campuran fly ash dengan Sodium Hidroksida .............................. 13

Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Penelitian........................................................... 14

Gambar 4.1 Pembuatan Larutan Alkaline ................................................................. 15


Gambar 4.2 Buis Beton .............................................................................................. 17
Gambar 4.3 Lubang Galian ........................................................................................ 17
Gambar 4.4 Penanaman Buis Beton .......................................................................... 17
Gambar 4.5 Penanaman Buis Beton .......................................................................... 17

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Komposisi Kimia dan Klasifikasi Fly Ash ............................................... 11

Tabel 5.1

Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Kasar dan Fly Ash ....................... 20

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Dokumentasi Kegiatan

Lampiran 2

Kwitansi Pembelian

vi

I. PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Menurut para ahli penurunan muka air tanah di kota Jakarta mencapai 0,5-

12 cm per tahun, sedangkan kenaikan air laut sekitar 0,9 cm per tahun. Diperkirakan
bahwa kota Jakarta akan tenggelam dalam waktu 50 tahun ke depan. Kondisi
tersebut juga diperkirakan akan terjadi di kota-kota lainnya di Indonesia. Selama
ini, di Jakarta hampir 85% air hujan menjadi limpasan dan kurang dari 10% yang
masuk terserap kedalam tanah dan menjadi air tanah. Jawa Barat diperkirakan
hanya memiliki cadangan air 8 miliar meter kubik pada musim kemarau. Itu hanya
9% air yang tersimpan saat musim hujan 81 miliar meter kubik. 91% tidak terserap
jadi cadangan karena rusaknya lingkungan. Di Semarang penurunan muka air
tanahnya antara 1-2,5% meter per tahun, amblas tanahnya antara 1-8 cm per tahun.
Sebagai gambaran solusi adalah seperti kawasan pemukiman seluas 1.000 hektar
dan tertutupi 3/4 bagiannya. Setiap kali turun hujan yang curah hujannya 1000 mm
akan ada 750.000 kubik air hujan yang tidak dapat meresap ke dalam tanah. Jumlah
sekian akan berkumpul dengan aliran permukaan dari kawasan lain pada lahan yang
rendah sehingga dapat mengakibatkan banjir. Maka sebuah kawasan yang jumlah
rumahnya 1000 buah, jika masing-masing penghuni membuat sumur resapan
dengan volume 2 kubik berarti dapat mengurangi aliran permukaan sebesar 2.000
kubik air. Sementara itu, jika dibangun sebanyak 265 ribu sumur resapan
(berukuran 1 m x 1 m dengan kedalaman 3 m) di kota Jakarta fungsinya dapat
disetarakan dengan Banjir Kanal Timur. Hal lain yang menjadi perhatian adalah
panas hidrasi dari Portland cement sebagai senyawa kimia utama pengikat agregat
pada beton. Alternatif pengganti semen yaitu dengan senyawa geopolimer, masih
berkembang terus. Senyawa ini sangat berpotensi untuk mengurangi panas hidarasi
dari proses pembuatan beton.
Secara prinsip sumur resapan ini dapat mengatasi kebutuhan air atau
mencegah banjir di lokasi perkotaan. Sumur resapan merupakan lubang untuk
memasukkan air ke dalam tanah. Dengan menggunakan Buis beton tanpa semen
dan tanpa pasir dapat berfungsi sebagai konstruksi sumur resapan dengan biaya
yang dapat bersaing.

1.2

Perumusan Masalah
Beton geopolimer merupakan beton baru yang karakteristiknya masih di

pelajari. Dari beberapa literatur kekuatan beton geopolimer diantaranya ditentukan


oleh molaritas natrium hidroksida (NaOH). Untuk itu permasalahan dalam
penelitian ini adalah molaritas berapa workabilitas pada beton geopolimer non pasir
dan bagaimana pemanfaatan beton geopolimer non pasir untuk buis beton.
1.3

Tujuan
Tujuan yang akan dicapai setelah dilakukan penelitian ini adalah:

a. Mendapatkan

angka molaritas yang optimum untuk menghasilkan

workabilitas pada beton geopolimer,


b. Memanfaatkan beton geopolimer non pasir pada buis beton.

1.4

Luaran yang Diharapkan


Karya kreatif dan inovatif yaitu buis beton geopolimer tanpa pasir yang

ramah lingkungan dengan memanfaatkan limbah hasil industri yaitu fly ash untuk
di daerah perkotaan yang kekurangan lahan resapan air.

1.5
a.

Kegunaan Program
Dapat memanfaatkan limbah buangan pabrik industri batu bara yang berupa
fly ash atau bahan buangan lainnya yang banyak mengandung SiO2 dan Al2O3.

b.

Mengurangi polusi udara karena tidak menggunakan semen sebagai bahan


perekatnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Beton
Beton adalah material yang umumnya digunakan sebagai bahan konstruksi.
Secara global beton terdiri dari dua bagian utama yaitu pasta dan agregat.
Bagian pertama adalah pasta yang mempunyai fungsi utama sebagai pengikat
antar material. Selain sebagai pengikat, pasta juga memberikan sumbangan
kekuatan pada beton. Bagian kedua adalah agregat yang menyumbangkan
sebagian besar kekuatan dari beton itu sendiri. Agregat terdiri

dari material

anorganik yang biasanya berupa pecahan batu/kerikil dan pasir.


2.1.1

Beton Non Pasir


Beton tanpa pasir (No Fines Concrete), merupakan suatu bentuk

sederhana dari beton ringan yang dalam pembuatannya tidak menggunakan


agregat halus. Tidak adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan
beton berpori sehingga beratnya berkurang (Tjokrodimulyo, 2009). Beton
tanpa semen dan tanpa pasir adalah beton tanpa agregat halus dengan bahan
pengikat yang sepenuhnya tidak menggunakan semen, tetapi menggunakan
fly ash sebagai pengganti semen. Material ini merupakan limbah batu bara
dan mempunyai kandungan silica dan aluminanya sangat tinggi. Fly ash yang
diaktifkan dengan larutan alkali berupa Sodium Hiroksida (NaOH) dan
Sodium Silikat (Na2SiO3) sebagai katalisatornya.

Gambar 2.1 Permukaan dari No Fines Concrete

Sumber:https://dwikusumadpu.wordpress.com/2012/11/21/beton-non-pasir-no-finesconcrete/

Beton non pasir ialah suatu bentuk sederhana dari jenis beton ringan
yang diperoleh dengan cara tidak menyertakan pasir dalam pembuatannya.
Pembuatan beton non pasir ini relatif lebih sederhana dengan bahan kerikil,
semen dan campuran air. Karena tanpa pasir maka sifatnya lebih ringan
dengan sedikit rongga. Bahan beton non pasir imbuh cocok diterapkan untuk
sumur resapan, perkerasan jalan, barang kerajinan (buis beton, bak pupuk,
bataton dsb) (Tjokrodimulyo, 2009).
Pada umumnya beton non pasir memiliki berat jenis yang rendah jika
dibandingkan dengan beton normal. Berat jenis beton non pasir dipengaruhi
oleh berat jenis dan gradasi agregat penyusunnya. Berat jenis beton non pasir
dengan agregat lempung bekah (pembakaran shale) berkisar 1,20. Berat jenis
beton non pasir dengan menggunakan agregat batu apung berkisar 1,60
(Sulistyowati, 2000).
Sedangkan kuat tekan beton non pasir dipengaruhi oleh:
1. Faktor air semen
2. Rasio volume agregat dengan semen
3. Jenis agregatnya
1.

Faktor Air Semen


Faktor air semen pada beton non pasir berkisar 0,36 dan 0,46

sedangkan nilai faktor air semen optimum sekitar 0,40. Perkiraan faktor
air semen tidak dapat terlalu besar karena jika faktor air semen terlalu
besar maka pasta semen akan terlalu encer sehingga pada waktu
pemadatan pasta semen akan mengalir ke bawah dan tidak menyelimuti
permukaan agregat. Sedangkan jika faktor air semen terlalu rendah maka
pasta semennya tidak cukup menyelimuti butir-butir agregat kasar
penyusun beton. Maka pada beton non pasir perlu ditambahkan admixture
untuk menambah workability. Nilai slump umumnya sangat kecil bahkan
mencapai 0 (nol), sehingga untuk pada pelaksanaan dalam jumlah besar
beton non pasir menggunakan conveyor dan tidak disarankan
menggunakan concrete pump. Dengan nilai faktor air semen optimum
akan dihasilkan pula kuat tekan maksimum suatu beton non pasir
(Tjokrodimulyo, 1992).

2.

Rasio Volume Agregat dengan Semen


Rasio volume agregat dengan semen merupakan proporsi

penggunaan agregat berbanding semen. Jika nilai rasio agregat-semen 10


artinya perbandingan agregat berbanding dengan semen adalah 10. Pada
nilai faktor air semen yang tetap, pengaruh besar rasio agregat dengan
semen akan berakibat terhadap pasta yang terbentuk, jika semakin besar
rasio agregat-semen maka semakin sedikit pasta semennya sehingga
bahan pengikat antar agregat akan sedikit pula sehingga kuat tekan beton
non pasir yang terbentuk akan semakin rendah. Variasi rasio volume
agregat berbanding semen yang sering digunakan beton non pasir:
1.

1 Ak : 2 PC Beton non pasir yang dihasilkan sedikit berongga

2.

1 Ak : 4 PC Beton non pasir yang dihasilkan sedikit berongga

3.

1 Ak : 6 PC Beton non pasir yang dihasilkan berongga

4.

1 Ak : 8 PC Beton non pasir yang dihasilkan berongga

5.

1 Ak : 10 PC Beton non pasir yang dihasilkan sangat berongga

6.

1 Ak : 12 PC Beton non pasir yang dihasilkan sangat berongga

Menurut ACI 522R- 06 Persentase rongga adalah 15% s/d 25%


Persentase rongga 20 % s/d 25 %

Gambar 2.2 Pori beton agregat-semen


Sumber : https://dwikusumadpu.wordpress.com/2012/11/21/betonnon-pasir-no-fines-concrete/

3.

Jenis Agregat
Telah dijelaskan di atas bahwa jenis agregat yang digunakan

mempengaruhi berat jenis dari beton non pasir yang dibentuk. Berat beton

non pasir umumnya berkisar 60% s/d 75% dari beton biasa
(Tjokrodimulyo, 2009). Berat beton non pasir berkisar 2/3 dari beton biasa
dengan agregat yang sama. Ukuran agregat maksimum yang lazim dipakai
pada beton non pasir adalah 10 mm samapi 20 mm. Pemakaian agregat
dengan gradasi rapat dan bersudut tajam (batu pecah) akan menghasilkan
beton non pasir yang kuat tekan dan berat jenisnya sedikit lebih tinggi
daripada penggunaan agregat dengan ukuran seragam dan bulat.
2.1.2 Keunggulan Beton Non Pasir
Beton Non Pasir mempunyai kelebihan beberapa diantaranya
adalah :
1. Penyusutan kecil, sehingga bahaya retak lebih kecil bila dibandingkan
dengan beton normal.
2. Bobotnya ringan, karena menggunakan agregat ringan atau tanpa
agregat halus.
3. Tidak ada kecenderungan untuk bersegregasi sehingga dapat
dijatuhkan dengan ketinggian yang lebih tinggi.
4. Cara pembuatannya sederhana dan lebih cepat.
5. Mudah meloloskan air dapat digunakan sebagai bahan pembuat sumur
resapan sehingga meningkatkan resapan ke dalam tanah.
6. Kebutuhan semen sedikit (karena tidak ada pasir, maka luas
permukaan butir agregat berkurang sehingga kebutuhan semen hanya
sedikit).
2.1.3 Kekurangan Beton Non Pasir
1. Porous, beton non pasir tidak direkomendasikan dengan baja tulangan
apalagi jika berada pada lingkungan yang agresif, sifatnya yang
porous dapat mempercepat laju korosi pada struktur.
2. Kuat tekan relatif rendah, karena bobot ringan maka kuat tekan beton
non pasir sangat rendah sehingga aplikasi sangat terbatas.

2.2

Buis Beton
2.2.1 Definisi Buis Beton
Buis Beton adalah unsur bangunan terbuat dari beton dan dibentuk
sedemikian rupa, sehingga penampangnya berbentuk pipa, dan dibuat
dengan/tanpa tulangan sebagai penguat. Buis beton untuk saluran air atau
gorong-gorong yang terbuat dari beton cetak/precast. Penggunaan beton precast
memiliki beberapa keunggulan antara lain hasil pekerjaan yang lebih rapi, serta
kualitas yang lebih bagus dan pelaksanaannya pekerjaan di lapangan menjadi
lebih cepat karena tinggal dipasang saja.
2.2.2 Fungsi Buis Beton
Buis beton pada umumnya berfungsi sebagai sumur air, sumur resapan,
dan sumur pembunagan (septic tank). Karena bentuknya yang bulat dan
memiliki kemampuan dalam menampung air, sehingga buis beton cocok
digunakan untuk sumur resapan.
2.2.3 Buis Beton Tanpa Pasir
Memiliki fungsi yang sama dengan buis beton pada umumnya, hanya
buis beton tanpa pasir memiliki kelebihan yaitu buis beton non pasir ini bisa
dilalui air dengan mudah, karena pembuatannya tidak menggunakan pasir,
sehingga buis beton memiliki celah pori yang banyak, sehingga air dapa dengan
mudah melalui pori buis beton. Buis beton ini sangat cocok untuk pembuatan
sumur resapan air, karena tidak menahan air dan membantu menyalurkan air ke
samping dan mempercepat penyerapan air. Tujuan sumur resapan adalah untuk
menampung dan menghantarkan air ke tanah resapan tanpa mengurangi
kekuatan dari buis beton itu sendiri dalam hal sabagai pelapis sumur.

2.3

Geopolimer
Geopolimer merupakan material ramah lingkungan yang dikembangkan

sebagai alternatif pengganti beton semen. Material ini tersusun dari sintesa bahanbahan alam non organik melalui proses polimerisasi. Bahan dasar utama pembuatan
beton geopolimer, adalah bahan yang banyak mengandung silikon dan alumunium.

Unsur-unsur ini, diantaranya banyak terdapat pada material buangan hasil


sampingan industri, seperti abu terbang (fly ash) sisa pembakaran batu bara.
Untuk melarutkan unsur-unsur silikon dan alumunium, serta memungkinkan
terjadinya reaksi kimiawi, digunakan larutan bersifat alkalis. Material geopolimer
ini jika digabungkan dengan agregat batuan, akan menghasilkan beton geopolimer
tanpa perlu semen lagi.
2.3.1

Definisi Beton Geopolimer


Beton adalah material yang terbentuk dari semen kerikil dan pasir yang

disatukan dengan air. Beton tanpa semen mulai diperkenalkan Davidovits pada
tahun 1979, yaitu beton yang menggunakan bahan pengikat yang dihasilkan dari
reaksi polimer larutan alkali dengan silica dan alumunium yang terkandung
dalam material seperti fly ash, blast furnace slag, metakolin atau abu sekam padi
disebut sebagai beton geopolimer (Davidovits, 2002). Geopolimer merupakan
material ramah lingkungan yang biasa dikembangkan sebagai alternatif
pengganti beton semen di masa mendatang.
Geopolimer dikatakan ramah lingkungan, karena selain dapat
menggunakan bahan-bahan buangan industri, proses pembuatan beton
geopolimer tidak terlalu memerlukan energi, seperti halnya proses pembuatan
semen yang setidaknya memerlukan suhu hingga 800 Celcius. Dengan
pemanasan lebih kurang 60 Celcius selama satu hari penuh sudah dapat
dihasilkan beton yang berkekuatan tinggi. Karenanya, pembuatan beton
geopolimer mampu menurunkan emisi gas rumah kaca yang diakibatkan oleh
proses produksi semen hingga tinggal 20% saja.
Pada proses geopolomerisasi larutan alkaline yang sering digunakan
merupakan kombinasi sodium hiroksida (NaOH) atau potassium hiroksida
(KOH) dan sodium silikat (K2SiO3). Jenis larutan alkali berperan penting dalam
proses polimerisasi. Reaksi lebih cepat terjadi jika mengandung silikat dibanding
hiroksida. Adapun larutan NaOH memberikan reaksi yang lebih baik dibanding
larutan KOH. Penggunaan bahan sodium (Na) yaitu sodium hiroksida atau
sodium silikat akan lebih murah sehingga biaya dapat ditekan dan teknologi yang
digunakan lebih feasible (Hardjito dan Rangan, 2005).

Sodium

silikat

mempunyai

fungsi

untuk

mempercepat

reaksi

polimerisasi. Bentuknya dapat berupa padatan dan larutan, pada pengguanaan


beton lebih banyak digunakan bentuk larutan. Sodium silikat dikenal sebagai
water glass yang awalnya digunakan sebagai campuran dalam pembuatan sabun.
Fly Ash dan 3 sodium silikat membentuk ikatan yang sangat kuat namun terjadi
retakan antar mikrostruktur.
Sodium hiroksida berfungsi untuk mereaksikan unsur-unsur Al dan Si
yang terkandung dalam fly ash sehingga dapat menghasilkan ikatan polimer yang
kuat. Fly Ash dalam sodium hiroksida membentuk ikatan kurang kuat namun
ikatan lebih padat dan terjadi retakan antar mikrostruktur (Hardjito dan Rangan,
2005).
Semakin besar rasio perbandingan Si/Al, maka karakter polimer semakin
terbentuk kuat. Reaksi pembentukan material geopolimer ditunjukan dalam
persamaan di bawah ini (Wallah, 2006).

Gambar 2.3 Ikatan Polimerisasi Berdasarkan Si dan Al (Davidovits, 1994)


Sumber: about geopolymerization, geopolimer institute, 2006.
http://www.geopolymer.org/science/about-geopolymerization

10

a. Fly Ash
Fly Ash merupakan material yang memiliki ukuran butiran yang
halus, berwarna keabu-abuan dan diperoleh dari hasil pembakaran batu
bara. Pada intinya fly ash mengandung unsur kimia antara lain silika (SiO2),
alumina (Al2O3), fero oksida (Fe2O3) dan kalsium oksida (CaO), juga
mengandung unsur tambahan lain yaitu magnesrum oksida (MgO), titanium
oksida (TiO2), alkalin (Na2O dan K2O), sulfur trioksida (SO3), pospor
oksida (P2O5) dan carbon. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat fisik,
kimia dan teknis dari fly ash adalah tipe batu bara, kemurnian batu bara,
tingkat penghancuran, tipe pemanasan dan operasi, metode penyimpanan
dan penimbunan. Adapun komposisi kima dan klasifikasinya dapat dilihat
pada Tabel 2.1.
Menurut ASTM C 618-03 fly ash dibagi menjadi dua kelas yaitu fly
ash kelas F dan kelas C. Perbedaan utama dari kedua fly ash tersebut adalah
banyaknya calcium, silica, alumunium dan kadar besi di fly ash tersebut.
Walaupun kelas F dan kelas C sangat ketat ditandai untuk digunakan fly ash
yang memenuhi spesifikasi ASTM C 618-03, namun istilah ini lebih umum
digunakan berdasarkan asal produksi batu bara atau kadar CaO. Yang
penting diketahui, bahwa tidak semua fly ash dapat memenuhi persyaratan
ASTM C 618-03, kecuali pada aplikasi untuk beton, persyaratan tersebut
harus dipenuhi.
Fly ash kelas F merupakan fly ash yang diproduksi dari pembakaran
batu bara anthracite atau bituminous, mempunyai sifat pozzolanic dan untuk
mendapatkan sifat cementitious harus diberi penambahan quick line,
hydrated lime, atau semen. Fly ash kelas F ini kadar kapurnya rendah (CaO
< 10%). Adapun fly ash kelas C diproduksi dari oembakaran batu bara
lignite atau sub-bituminous selain mempunyai sifat pozzolanic juga
mempunyai sifat self-cementing (kemampuan untuk mengeras dan
menambah strength apabila bereaksi dengan air) dan sifat ini timbul tanpa
penambahan kapur. Biasanya mengandung kapur (CaO) > 20%.

11

Tabel 2.1. Komposisi Kimia dan Klasifikasi Fly Ash


Komponen (%)

Bituminus

Subbitumins

Lignit

SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
SO3
Na2O
K2O
LOI

20 - 60
5 - 35
10 - 40
1 - 12
0-5
0-4
0-4
0-3
0 - 15

40 - 60
20 - 30
4 - 10
5 - 30
1-6
0-2
0-2
0-4
0-3

15 - 45
20 - 25
4 - 15
15 - 40
3 - 10
0 - 10
0-6
0-4
0-5

b. Sodium silikat
Sodium silikat merupakan salah satu bahan tertua dan paling aman yang
sering digunakan dalam industri kimia, hal ini dikarenakan proses produksi
yang lebih sederhana, maka sejak tahun 1818 sodium silikat berkembang
dengan cepat.
Sodium silikat dapat dibuat dengan 2 proses yaitu proses kering dan
proses basah. Pada proses kering, pasir (SiO2) dicampur dengan sodium
carbonate (Na2CO3) atau dengan potassium carbonate (K2CO3) pada
temperatur 1100-1200 C. Hasil reaksi tersebut menghasilkan kaca (cullets)
yang dilarutkan ke dalam air dengan tekanan tinggi menjadi cairan yang bening
dan agak kental. Sedangkan pada proses pembuatan basah, pasir (SiO2)
dicampur dengan sodium hidroxide (NaOH) melalui proses filtrasi akan
menghasilkan sodium silikat yang murni (Andi dan Calvin, 2006).
Sodium silikat terdapat dalam dua bentuk, yaitu berupa padat dan larutan.
Untuk campuran beton lebih banyak digunakan dengan bentuk larutan. Sodium
silikat atau yang lebih dikenal dengan nama water glass, pada mulanya
digunakan sebagai campuran dalam pembuatan sabun. Tetapi dalam
perkembangannya sodium silikat dapat digunakan untuk berbagai macam
keperluan, antara lain untuk bahan campuran semen, pengikat keramik, coating,
campuran cat serta dalam keperluan industri, seperti kertas, tekstil dan serat.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa sodium silikat dapat digunakan

12

untuk bahan campuran dalam beton (Hartono. B. dan Sutanto. E, 2005).


Dalam penelitian ini sodium silikat digunakan sebagai salah satu alkaline
activator. Sodium silikat ini merupakan salah satu larutan alkali yang
memainkan peranan penting dalam proses polimerisasi. Karena sodium silikat
mempunyai fungsi untuk mempercepat reaksi polimerisasi. Reaksi terjadi
secara lebih cepat pada larutan alkali yang banyak mengandung larutan
hidroksida.
c. Sodium hidroksida
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau
sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida
terbentuk dari oksida basa. Natrium hidroksida dilarutkan dalam air. Natrium
hidroksida membentuk larutan alkali yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air.
Digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai
basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun
dan detergen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan
dalam laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut
larutan Sorensen. Bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon
dioksida dari udara bebas. Sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas
ketika dilarutkan, karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara
eksotermis, selain itu juga larut dalam etanol dan metanol. Larutan natrium
hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.
Dalam geopolimer sodium hidroksida berfungsi untuk mereaksikan
unsur-unsur Al dan Si yang terkandung dalam fly ash sehingga menghasilkan
ikatan polimer yang kuat.

13

Gambar 2.4 Scanning Electrom Microscopy (SEM) dari campuran antara


fly ash dengan Sodium hidroksida
Sumber : Frantisek Skvara,dkk, Concrete based on fly ash geopolymer, 2006.

III. METODE PENDEKATAN


Di dalam pembuatan karya cipta ini dilakukan dengan menggunakan
metode eksperimen, yaitu dengan cara membuat sebuah penelitian atau
pengembangan eksperimen dari benda uji yang menggunakan limbah hasil industri
fly ash dan tidak menggunakan pasir dalam pembuatan konstruksi sumur resapan
tersebut.
Komposisi beton menggunakan perbandingan volume yaitu, 1 pasta : 3
agregat kasar. Perbandingan pasta geopolimer 0,3 NaOH : dan 0,7 fly ash dari berat
total pasta geopolimer dalam 1 m3 beton normal, dengan konsentrasi NaOH 8M,
11M, dan 14M. Perawatan beton geopolimer yaitu perawatan pada suhu ruang.
Bahan Penelitian
Untuk kelancaran penelitian diperlukan beberapa bahan yang digunakan
untuk mencapai maksud dan tujuan penelitian. Adapun bahan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
a. Fly ash didapat dari PT Adhimix Precast Indonesia yang berada di Kawasan
Industri Pulo Gadung.
b. Agregat kasar yaitu batu pecah diperoleh dari PT Jaya Konstruksi di Kawasan
Industri Pulo Gadung.
c. Sodium Silikat (Water Glass) diperoleh dari Laboratorium Uji Bahan Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta.

14

d. Sodium hidroksida, dan diperoleh dari Laboratorium Uji Bahan Jurusan


Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta.
e. Air yang diperoleh dari Laboratorium Uji Bahan Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Jakarta.
Diagram Alir Penelitian
Untuk pembuatan benda uji serta buis betonnya, persiapan bahan-bahan yang
dibutuhkan terdiri dari 5 bahan komposisi dan diagram alir pengujiannya adalah
sebagai berikut:
Mulai

1.
2.
3.
4.
5.

Persiapan Bahan :
Natrium
Water glass
Air
Agregat Kasar
Fly Ash

Rancangan campuran
Beton Geopolimer

Perancangan Buis Beton


Geopolimer Tanpa Pasir

Pembuatan / Pengadukan
Buis Beton Geopolimer
Tanpa Pasir

Perawatan:
didiamkan pada suhu ruang

Pengujian Buis Beton dan


Analisa data

Mencari jumlah air untuk


larutan Natrium Hidroksida

Percobaan Pembuatan
Benda Uji dengan Variasi
Larutan:
8M, 11M, dan 14M

Pengujian Beton Segar :


Uji Slump & Berat Isi
Perawatan:
didiamkan pada suhu ruang

Pengujian benda Uji Beton:


1. Penyerapan Air
2. Kuat Tekan
3. Kuat tarik belah

Hasil Optimum Benda Uji


dari Variasi Larutan 8M, 11M,
dan 14M

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Penelitian

15

IV. PELAKSANAAN PROGRAM


Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian dilakukan di Laboratorium Uji Bahan Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Jakarta dan di tempat pembuatan buis beton PD Real Jaya Block
di Kota Bekasi. Proses pembuatan benda uji memakan waktu Maret 2014 - Juni
2014.
Tahap Pelaksanaan
Pada penelitian ini pengujian yang dilakukan terdiri dari pengujian agregat kasar,
pengujian fly ash, pengujian beton segar, pengujian beton keras, dan pengujian buis
beton tanpa semen tanpa pasir.
4.1

Pembuatan Benda Uji

4.1.1 Pembuatan Larutan Alkaline Activator


Pembuatan larutan dilakukan satu hari sebelum pengadukan dengan cara
menimbang kebutuhan Sodium hidroksida sesuai dengan mix design. Perlu
diketahui Sodium hidroksida merupakan bahan kimia yang keras dan sangat
berbahaya, sehingga untuk melakukan penimbangan gunakan sarung tangan
untuk keselamatan.

Gambar 4.1 Pembuatan Laruran Alkaline

4.1.2 Pembuatan Beton Geopolimer Non Pasir


Tahapan pembuatan beton geopolimer ini dilakukan dengan dua cara,
yaitu metode eksperimen (trial mix) dan hasil pembuatan buis beton
geopolimer. Setelah larutan alkaline activator didiamkan selama 24 jam dan

16

suhunya telah turun, pembuatan sampel beton dapat dilakukan. Karena hingga
saati ini belum ada rancangan campuran yang pasti untuk beton geopolimer
pada penelitian ini kami mencoba membuat rancangan campuran. Rancangan
campuran kami terdiri dari dua macam:
1. Rancangan campuran untuk Trial Mix : 8M, 11M, dan 14M
2. Rancangan campuran Buis Beton dengan variasi Larutan Natrium: 11 M
4.1.3 Pembuatan Buis Beton Tanpa Semen Tanpa Pasir
Perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan mengikuti
standard SNI yang ada, seperti : Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar,
tidak pada tanah berlereng, curam atau labil dan sumur resapan harus dijauhkan dari
tempat penimbunan sampah, jauh dari septic tank (minimum 5 m diukur dari tepi),
dan berjarak 1 m dari fondasi bangunan. Penggalian sumur resapan bisa sampai
tanah berpasir atau maksimal 2 m dibawah permukaan air tanah. Kedalaman muka
air (water table) tanah minimum 1,5 m pada musim hujan. Struktur tanah harus
mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air) lebih besar atau
sama dengan 2,0 cm/jam artinya, genangan air setinggi 2 cm akan terserap habis
dalam 1 jam.
Bentuk segi empat atau silinder dengan ukuran minimal diameter 0,8 m dan
maksimum 1,4 m, serta kedalamannya disesuaikan denagn tipe konstruksi sumur
resapan air. Sementara itu, pemilihan bahan bangunan yang dipakai tergantung dari
fungsinya, seperti plat beton bertulang tebal 10 cm dengan campuran 1 semen : 2
pasir : 3 kerikil untuk penutup sumur dan dinding bata merah dengan campuran
spesi 1 semen : 5 pasir tidak di plester, tebal bata (Balitbang Kimpraswil, 2001).
Dalam karsa cipta ini, Buis Beton bertulang digantikan dengan buis beton tanpa
semen dan tanpa pasir dengan ukuran sama. Prosedur untuk pembuatan sumur
resapan dengan buis beton normal adalah sebagai berikut :

17

1.

Siapkan 2 buah buis beton resapan yang berdiameter, 0,8 m beserta bahan dan
peralatan lainnya. Buatlah lubang pada salah satu Buis beton sebesar 15-16 cm
sebagai tempat pemasukan dan limpasan jarak dari atas setinggi 20 cm.

Gambar 4.2 Buis Beton


2.

Gambar 4.3 Lubang Galian

Galilah lubang ukuran 1,2 x 1,2 x m dengan kedalaman 2 m. masukan kerikil


atau ijuk (untuk alas dasarnya setingg 20 cm) ke daam lubang tersebut.

3.

Masukan Buis beton yang tidak dilubangi pada galian tersebut kemudian
masukan lagi buis beton yang lainnya. Setelah itu, rongga antara Buis beton
dan dinding galian tanah di sisi dengan ijuk atau kerikil hingga penuh.

4.

Gambar 4.4 Penanaman Buis Beton


5.

Gambar 4.5 Penanaman Buis Beton.

Pasang pipa untuk pemasukan dan pelimpasan air, lalu beri adukan pada
sambungan hong dan pipa. Pemasangan pipa dilakukan dengan cara menggali
tanah sedalam 20 cm lalu ditimbun. Saluran pemasukan mengarah ke talang
air rumah, sedangkan saluran limpasan mengarah ke parit pembuangan.
Kemudian buat tutup sumur sperti pada sumur resapan tembok.

Dengan buis beton tanpa pasir fungsi dari pada kerikil dan ijuk tidak di perlukan.
Air akan mengalir melalui pori-pori yang terdapat pada buis beton.
Pembuatan Buis beton tanpa semen tanpa pasir ini dilakukan setelah pembuatan
benda uji beton geopolimer dilakukan. Karena untuk dapat membuat buis beton,
perlu diketahui campuran berapa molar yang optimal untuk pembuatan buis

18

beton. Benda uji yang sebelumnya telah dibuat dan dirawat pada suhu ruang
selama 14 hari, kemudian dilakukan pengujian kuat tekan dan melihat
konsentrasi larutan pada benda uji secara visual untuk mandapatkan hasil yang
optimum dari ketiga variasi larutan tersebut. Setelah didapatkan hasil yang
optimum, dimulai pembuatan benda buis beton geopolimer non pasir dengan
merancang rancangan campuran untuk buis beton (mix design).
4.2

No.

Tahapan Pelaksanaan/Jadwal Faktual Pelaksanaan

Kegiatan

Persiapan Bahan/ Mix Design

Pengujian Bahan

Pembuatan Benda Uji Trial Mix

Pembuatan Benda Uji Buis Beton

Perawatan Benda Uji

Pengujian Buis Beton dan


Analisa Data

4.3

Instrumen Pelaksanaan

Bulan
Mar 2014 / t

Apr 2014

Mei 2014

Juni 2014

Dalam penelitian ini melibatkan berbagai instrumen penting dalam


pelaksanaannya agar lebih optimal yaitu meliputi peran dosen pembimbing dari
Jurusan Teknik Sipil. Adapun peranan dosen pembimbing adalah:
Dosen pembimbing memiliki peranan sebagai berikut:
1. Konsultasi Penelitian
2. Memberikan gambaran penelitian
3. Memberikan support
Selain itu juga untuk membantu dalam pembuatan sampel buis beton tanpa
semen dan tanpa pasir kami bekerja sama dengan PD Real Jaya Block, Bantar
Gebang, Bekasi. Untuk proses pengujian sampel beton tanpa semen dan tanpa pasir
kami konsultasi mengenai aturan cara pengujian dengan Pak Kusno selaku
pengurus Laboratorium Teknologi Bahan, Teknik Sipil, Politeknik Negeri Jakarta.

19

4.4 Rekapitulasi Rancangan Dan Realisasi Biaya


Laporan Keuangan
Pemasukan dan DIKTI = Rp. 10.250.000,1.

Peralatan Penunjang
Material

Harga Satuan
(RP)

Justifikasi Pemakaian

Kuantitas

Uji Tarik

Pengujian tarik beton

20

10,000.00

200,000.00

Uji Tekan

Pengujian tekan beton

20
2

10,000.00
350,000.00

200,000.00
700,000.00

Cetakan Silinder Benda uji beton

Keterangan

Sewa Molen

Pengadukan Beton

100,000.00

100,000.00

Polybag

Perawatan

9,000.00

9,00.00

Sarung tangan

Pembuatan benda uji

12

10,000.00

120,000.00

SUB TOTAL (Rp)


2.

1,329,000.00

Bahan Habis Pakai


Material

Justifikasi Pemakaian

Kuantitas

Harga Satuan
(RP)

Keterangan

Campuran beton 1

45 kg

18,000.00

810,000.00

Campuran beton 2

40 kg

18,000.00

720,000.00

Campuran beton 3

15 kg

18,000.00

270,000.00

Fly ash

Larutan geopolimer

50 kg

1,000.00

50,000.00

Natrium

Larutan geopolimer

5 kg

30,000.00

150,000.00

Water glass

Larutan geopolimer
SUB TOTAL (Rp)

7 kg

10,000.00

70,000.00
2,070,000.00

Agregat Kasar

3. Perjalanan
Material

Justifikasi Perjalanan

Kuantitas

Harga Satuan
(RP)

Keterangan

Transportasi

Pick up + upah supir

700,000.00

1,400,000.00

Transportasi

Truck + upah supir

900,000.00

1,600,000.00

Transportasi

Monev

80,000.00

400,000.00

SUB TOTAL (Rp)

3,400,000.00

20

4. Lain - Lain
Justifikasi

Kuantitas

Harga Satuan
(RP)

Buku literatur

Referensi tertulis resapan air

125,000.00

250,000.00

Internet

Browsing literatur/hari

30

9,000.00

270,000.00

ATK

Kertas, cd, sewa komp

90,000.00

90,000.00

Dokumentasi

Foto-foto kegiatan, kamera

120,000.00

240,000.00

Tinta printer

Pencetakan

80,000.00

160,000.00

Proposal, Laporan kemajuan,

75,000.00

150,000.00

Laporan Akhir

45,000.00

225,000.00

Publikasi artikel
a. Pembuatan buis

1
1

400,000.00
150,000.00

400,000.00
150,000.00

b. Angkut agregat dan fly ash

150,000.00

300,000.00

c. Galian tanah

500,000.00

500,000.00

Laboratorium

Kegiatan pengujian

500,000.00

500,000.00

Bahan Tambah

Tali rafia, karung, drum


SUB TOTAL (Rp)

216,000.00

216,000.00

Material

Penggandaan
Publikasi
Upah kerja

Keterangan

3,451,000.00
10,250,000.00

TOTAL (Keseluruhan)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 5.1 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Kasar dan Fly Ash
PENGUJIAN
AGREGAT

HASIL

SYARAT

SPESIFIKASI

KET

BERAT JENIS SSD

2.691

2.0-2.7

SNI 03-6861.1-2002

PENYERAPAN AIR

7.723 %

Maks 3

SNI 03-6861.1-2002

BERAT ISI LEPAS

1.300 Kg/m3

> 1200 Kg/m3

SNI 03-6861.1-2002

VOIDS

47.861 %

Maks 50

SNI 03-6861.1-2002

BERAT ISI PADAT

1.501 Kg/m3

> 1200 Kg/m3

SNI 03-6861.1-2002

VOIDS

39.801 %

Maks 50 %

SNI 03-6861.1-2002

KADAR AIR

1.411 %

SK-SNI M 11-1989-F

KADAR LUMPUR

0.997 %

<1%

SK-SNI M 11-1989-F

21

BERAT JENIS FLY ASH

2.469

2.2-2.8

ACI
Manual
Concrete Practise

of

BERAT ISI LEPAS FLY


ASH

1168,04
Kg/m3

VOIDS

52.59 %

BERAT ISI PADAT FLY


ASH

1220.063
Kg/m3

VOIDS

50.489 %

Dari hasil penelitian, molaritas larutan yang paling optimum untuk


pembuatan beton non pasir geopolimer pada buis beton adalah molaritas larutan 11
Molar. Untuk beton dengan molaritas larutan 14 M, adukan betonnya terlalu encer
sehingga banyak pasta yang mengendap di bagian bawah beton. Sedangkan beton
dengan molaritas 8 M, adukan betonnya terlalu pekat karena campuran pasta yang
lebih sedikit dan banyak agregat yang menumpuk di bagian bawah mesin pengaduk
beton (mixer) akibat tidak tercampur dengan rata. Sehingga digunakanlah molaritas
larutan 11 M dilihat dari perbandingan larutan dengan agregat yang proporsional,
adukan betonnya workable dan jumlah pasta yang menumpuk di bagian bawah
lebih sedikit mengendap di bagian bawah beton dan sebagian besar pasta melapisi
permukaan agregat.
Pada penelitian ini molaritas yang mencapai kuat tekan maksimum di umur
28 hari adalah beton dengan molaritas larutan 14 M. Kuat tekan yang lebih tinggi
karena larutan yang digunakan lebih banyak, larutan tersebut menyelimuti seluruh
permukaan agregat, tetapi karena jumlanya terlalu banyak larutan tersebut turun ke
bagian bawah beton melalui celah antar agregat dan mengendap di bagian bawah
benda uji, sehingga beton menjadi padat dan tidak ada pori. Untuk molaritas larutan
8 M kuat tekan yang didapatkan paling rendah karena jumlah larutan yang
digunakan lebih sedikit sehingga larutan tidak menyelimuti agregat secara
maksimal yang sangat berpengaruh pada kekuatan beton. Untuk molaritas larutan
11 M menghasilkan kuat tekan diantara kuat tekan kedua variasi larutan
sebelumnya. Perbandingan jumlah larutan dengan jumlah agregat yang
direncanakan hasilnya optimum, sehingga larutan dapat melapisi agregat secara
optimal dengan jumlah larutan yang menumpuk di bagian bawah lebih sedikit. Pada

22

saat pengujiannya kuat tekan yang dihasilkan pun bagus karena larutan dan
agregatnya seimbang.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dari hasil pengujian dan analisa pada bab IV, penelitian beton non pasir
geopolimer pada buis beton dengan menggunakan fly ash dan agregat kasar dari
sebagai bahan dasarnya didapatkan beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
a.

Dari tiga variasi larutan yaitu 8M, 11M, 14M untuk dijadikan bahan dasar
beton untuk konstruksi sumur resapan air, didapatkanlah larutan yang optimum
adalah 11 Molar. Larutan 11 M menghasilkan kuat tekan bagus karena larutan
dan agregatnya seimbang.

b.

Untuk pembuatan buis hal yang paling utama adalah dinding sumur resapan
harus memiliki celah pori yang banyak agar dapat dilalui air dengan mudah.
Sehingga disimpulkan bahwa beton geopolimer dapat digunakan sebagai
konstruksi sumur resapan.

Saran
Mengingat penelitian yang dilakukan ini masih mungkin untuk
dikembangkan lebih lanjut, maka saran untuk penelitian selanjutnya adalah
sebagai berikut:
1. Perbesar dimensi sumur resapan agar debit yang mampu ditampung sumur akan
menjadi lebih besar.
2. Pada penelitian selanjutnya agar dicari tahu seberapa besar penerapannya pada
lingkungan.
3. Pengujian buis beton sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali dalam tiap lokasi
pengujiannya.

23

VII.

DAFTAR PUSTAKA

ASTM 618-03 Standart Specificatin for Coal Fly Ash and Raw or Calcined
Natural Pozzoland for Use as a Mineral Admixtyre in Concrete,
American Society of Testing Material.
Davidovits, J., 2002, 30 Year of Successes and Failures in Geopolimer
Applications, Market Trends and Potentials Brakthroughs, Geopolimer
2002 conference, October 28-29, Melbourne, Australia.
Hardjito, D., dan Rangan, B.V., 2005, Development and Properties of Low
Calcium Fly Ash-Based Geopolymer Concrete, Research Report GC 1,
Curtin University of Tecnology, Pearth, Australia.
Hardjito, D., 2005, Studies of Fly Ash-Based Geopolymer Concrete, Doctor of
Philosoph Thesis, Curtin University of Tecnology, Pearth, Australia.
Tjokrodimuljo, K., 2007, TeknologiBeton, Biro Penerbit Teknik Sipil KMTS FT
UGM, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Wallah, S.E., And Rangan, B.V., 2006, Low-Calcium A buter bang - Based
Geopolymer Concrete : Long-Term Properties, Research Report GC2
Faculty of Engineering ,access dated 24 Januari 2011,
http://www.google.com/geopolymer
Balitbang Kimpraswil. 2001. Ringkasan Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan
Untuk Lahan Pekarangan SNI No.03-2459-1991. Departemen
Kimpraswil,Jakarta
http://www.kimpraswil.go.id/balitbang/uraian_SNI/SNIKIM/Perumahan/sn
i-03-2459-1991.htm

Lampiran 1
Dokumentasi Kegiatan Pembuatan Benda Uji

Pengayakan Agregat
22 Maret 2014

Pembuatan Natrium
25 Maret 2014

Pembuatan Natrium
25 Maret 2014

Pembuatan Natrium
25 Maret 2014

Persiapan Cetakan
25 Maret 2014

Pembuatan Benda Uji


25 Maret 2014

Pembuatan Benda Uji


25 Maret 2014

Pembuatan Benda Uji


25 Maret 2014

Pembuatan Benda Uji


25 Maret 2014

Percobaan Uji Slump


25 Maret 2014

Pembuatan Benda Uji


25 Maret 2014

Pembuatan Benda Uji


25 Maret 2014

Dokumentasi Pembuatan Buis Beton

Persiapan Cetakan Buis Beton


3 Mei 2014

Persiapan Cetakan Buis Beton


3 Mei 2014

Pengadukan Bahan Buis


Beton
3 Mei 2014

Pengadukan Bahan Buis


Beton
3 Mei 2014

Pengadukan Bahan Buis


Beton
3 Mei 2014

Pengujian Uji Slump Buis


Beton
3 Mei 2014

Pencetakan Buis Beton


3 Mei 2014

Pencetakan Buis Beton


3 Mei 2014

Pencetakan Buis Beton


3 Mei 2014

Pemadatan Buis Beton


3 Mei 2014

Pemadatan Buis Beton


3 Mei 2014

Pelepasan Cetakan Buis


Beton
3 Mei 2014

Pelepasan Cetakan Buis


Beton
3 Mei 2014

Pelepasan Cetakan Buis


Beton
3 Mei 2014

Pelepasan Cetakan Buis


Beton
3 Mei 2014

Uji Penyerapan Air


4 Juni 2014

Uji Penyerapan Air


4 Juni 2014

Proses Ikat Awal Buis Beton


3 Mei 2014

Anda mungkin juga menyukai