Anda di halaman 1dari 74

MATERI PELATIHAN

PELAKSANA SALURAN IRIGASI

DEWAN PIMPINAN DAERAH


HIMPUNAN AHLI TEKNIK KONSTRUKSI INDONESIA (HATSINDO)
PROVINSI JAWA BARAT
Jl. Pemata Endah I No. P5, Cisaranten Kulon, Arcamanik, Kota Bandung
Email : hatsindojabar@gmail.com
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

BAB 1
MENERAPKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN (K3-L).
1.1. Kompetensi

No Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja

1 Mengidentifikasi potensi bahaya dan  Kondisi dan situasi lingkungan


resiko kecelakaan dan Kesehatan kerja tempat kerja diperiksa dengan teliti
serta pencemaran lingkungan. terhadap potensi bahaya kecelakaan
dan kesehatan kerja serta
pencemaran lingkungan.
 Potensi bahaya kecelakaan dan
kesehatan kerja serta pencemaran
lingkungan dievaluasi dengan cermat
berdasarkan kondisi dan situasi
lingkungan kerja.
 Program untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya bahaya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja
serta pencemaran lingkungan dibuat
untuk ditetapkan.

2 Menerapkan program keselamatan dan  Peraturan-peraturan kerja, ketentuan


kesehatan kerja dan lingkungan (K3-L). K3-L disiapkan secara cermat.
 Alat pelindung diri (APD) dan alat-
alat pencegahan kecelakaan (APK)
disiapkan secara cermat.
 Bahaya dan risiko yang mungkin
timbul ditempat kerja diantisipasi
dengan cermat.
 Pencegahan pencemaran yang
timbul akibat pelaksanaan kerja
diterapkan sesuai SOP.
 Prosedur kerja khususnya evakuasi
kecelakaan kerja dan pembuangan
limbah diterapkan sesuai SOP

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan 1


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

No Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja

3 Mengevaluasi penerapan pelaksanaan


keselamatan dan kesehatan kerja dan
lingkungan (K3-L).

1.2. Peraturan

 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Lingkungan Hidup.
 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi.
 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PRT/M/2008 Tentang Pedoman
Sistem. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum.

1.3. Penyiapan Pelaksanaan Prosedur K3L

Pelaksanaan prosedur K3L khusus untuk pelaksana lapangan, dibatasi hanya 2 hal penting
yaitu :

 Kewajiban untuk memakai pelindung badan;


 Pencegahan bahaya kebakaran.

1.3.1. Kewajiban untuk memakai pelindung badan

Peralatan pelindung diri untuk pekerja pada dasarnya mempunyai masalah tersendiri.
Rendahnya motivasi dari pihak pekerja untuk menggunakan peralatan itu hendaknya
diimbangi dengan kesungguhan Kontraktor menerapkan aturan penggunaan peralatan itu.
Terdapat beberapa segi yang perlu perhatian dan pemecahan sekaligus:

 Untuk pertama kali menggunakan alat pelindung diri seperti helm, sepatu kerja dan
ikat pinggang pengaman memang kurang menyenangkan pekerja. Memanjat dengan
memakai sepatu bahkan akan terasa kurang aman bagi yang tidak terbiasa,
mulamula terasa memperlambat pekerjaan. Memakai sarung tangan juga mula-mula
akan terasa risih. Memang diperlukan waktu agar menggunakan alat pelidung diri itu
menjadi kebiasaan. Tetapi yang penting pada akhirnya harus terbiasa.

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan 2


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

 Diperlukan tenaga pengawas K3 Konstruksi untuk mengingatkan dan mengenakan


sanksi bagi pelanggar yang tidak menggunakan alat pelindung tersebut.
 Untuk pembiayaan peralatan memang diperlukan dana, dan hal ini tentu sudah
dianggarkan oleh Kontraktor. Karena itu hendaknya diadakan inventarisasi dan
prosedur penyimpanan, perbaikan, perawatan, membersihkan dan menggantikan
alat pelindung diri oleh Kontraktor.

1.3.2. Jenis Alat Pelindung

Hampir semua Alat Pelindung Diri yang dipakai pada bidang Industri dan jasa lain,
digunakan juga dalam dunia Konstruksi, karena dunia konstruksi bukan hanya untuk
membangun fasilitas baru tetapi digunakan pula dalam pemeliharaan dan perbaikan suatu
fasilitas yang masih berjalan.

A. Baju Kerja
Baju kerja dipakai selama melakukan tugas pekerjaan dengan ukuran yang pas
dengan besar dan tingginya badan, para tenaga kerja dengan badan cukup memadai
sesuai jenis pekerjaan.
B. Pelindung Kepala
Untuk pekindung kepala selalu digunakan Helm Pengaman, yang berguna untuk
menghindari risiko kejatuhan benda-benda tajam dan berbahaya. Peralatan atau
bahan kecil tetapi berat bila jatuh dari ketinggian dan menimpa kepala bisa berakibat
mematikan. Kecelakaan yang menimpa kepala sering terjadi sewaktu bergerak dan
berdiri dalam posisi berdiri atau Ketika naik ketempat yang lebih tinggi. Terutama bila
ditempat yang lebih tinggi pekerjaan sedang berlangsung. Aturan yang lebih keras
pada daerah seperti ini harus diberlakukan tanpa kecuali terhadap siapapun yang
memasuki area tersebut. Upaya ini ditambah leflet-leflet peringatan tertulis yang jelas
dan mudah terbaca.

Jenis Helm yang digunakan juga harus standar. Ada standar Nasional dan ada juga
standar Internasional. Juga cara pemakaiannya harus betul, tali pengikat ke dagu
harus terpasang sebagaimana mestinya sehingga tidak mudah terlepas.
C. Pelindung Kaki
Sepatu Keselamatan (Safety shoes) untuk menghindari kecelakaan yang diakibatkan
tersandung bahan keras seperti logam atau kayu, terinjak atau terhimpit beban berat
atau mencegah luka bakar pada waktu mengelas. Sepatu boot karet bila bekerja
pada pekerjaan tanah dan pengecoran beton. Pada umumnya di pekerjaan
konstruksi, kecelakaan kerja terjadi karena tertusuk paku yang tidak dibengkokkan,
terpasang vertical di papan sebagai bahan banguna yang berserakan ditempat kerja.

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan 3


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Ada beberapa jenis sepatu kerja:


 Memakai pelindung kaki agar aman dari kejatuhan benda.
 Sepatu bot yang dipakai di tanah basah atau memasuki air.
 Sepatu untuk memanjat.
 Sepatu untuk pekerjaan berat.
 Sepatu korosi, untuk bekerja menggunakan bahan kimia dan bahan sejenis.
D. Pelindung Tangan
Sarung Tangan untuk pekerjaan yang dapat menimbulkan cidera lecet atau terluka
pada tangan seperti pekerjaan pembesian fabrikasi dan penyetelan, Pekerjaan las,
membawa barang -–barang berbahaya dan korosif seperti asam dan alkali. Banyak
kecelakaan luka terjadi di tangan dan pergelangan dibanding bagian tubuh lainnya.
Kecelakaan ditangan seperti bengkak, terkelupas, terpotong, memar atau terbakar
bisa berakibat vatal dan tidak dapat lagi bekerja Diperlukan pedomanpenguasaan
peralatan teknis dan pelindung tangan yang cocok sepert Sarung Tangan.
 Pekerjaan-pekerjaan yang yang memerlukan pelidung tangan misalnya
adalah :
 Pekerjaan yang berhubungan dengan permukaan yang kasar, tajam atau
permukaan menonjol.
 Pekerjaan yang berhubungan dengan benda panas, karatan atau zat- zat
seperti aspal dan resi beracun.
 Pekerjaan yang berhubugan dengan listrik dan cuaca.

Ada berbagai sarung tangan yang dikenal a.l:

 Sarung Tangan Kulit


Sarung Tangan Kulit digunakan untuk pekerjaan pengelasan, pekerjaan
pemindahan pipa dll.
 Sarung Tangan Katun
Sarung Tangan Katun digunakan pada pekerjaan besi beton, pekerjaan
bobokan dan batu, pelindung pada waktu harus menaiki tangga untuk
pekerjaan ketinggian.
 Sarung Tangan Karet untuk isolasi.
Sarung Tangan Karet untuk pekerjaan listrik yang dijaga agar tidak ada yang
robek agar tidak terjadi bahaya kena arus listrik.

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan 4


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

E. Pelindung Pernafasan
Beberapa alat pelindung pernafasan (masker) diberikan sebagai berikut, dengan
penggunaan tergantung kondisi ataupun situasi dlapangan disesuaikan dengan
tingkat kebutuhan :
1) Masker Pelindung Pengelasan yang dilengkapi kaca pengaman (Shade of
Lens) yang disesuaikan dengan diameter batang las (welding rod)
o Untuk welding rod 1/16” sampai 5/32” gunakan shade no.10
o Untuk welding rod 3/16 sampai ¼ “ gunakan shade no 13
2) Masker Gas dan Masker Debu adalah alat perlindungan untuk melindungi
pernafasan dari gas beracun dan debu. Dalam pekerjaan di proyek banyak
terdapat pekerjaan yang berhubungan dengan bahaya debu, minyak atau gas
yang berasal dari:
o Peralatan pemecah dan batu.
o Kecipratan pasir.
o Bangunan terbuka yang mengandung debu asbes.
o Pekerjaan las, memotong bahan yang dibungkus atau dilapisi zinkum,
nikel ata cadmium.
o Cat semprot.
o Semburan mendadak.

Bila terdapat kecurigaan bahwa di udara terdapat gas beracun, pelindung pernafasan
harus segera dipakai. Jenis Pelindung Pernafasan yang harus dipakai tergantung
kepada bahaya dan kondisi kerja masing-masing. Juga diperlukan latihan cara
menggunakan dan merawatnya. Perlu minta petunjuk pihak berwenang untuk
peralatan Pelindung Pernafasan ini. Bekerja di ruang tertutup seperti gudang atau
ruangan bawah tanah ada kemungkinan terdapat bahaya asap, gas berbahaya atau
bahan-bahan yang rapuh wajib pula menggunakan perlindungan pernafasan.

Juga terdapat alat Pelindung Pernafasan jenis setenga muka yang terdiri atas :

 Yang memakai alat filter atau penyaring katrid. Filter ini perlu diganti secara
berkala.
 Pelindung Pernafasan dari gas dan asap
 Filter kombinasi penahan gas dan asap.
Disamping itu terdapat juga alat Pelindung Pernafasan penuh muka memakai filter
yang bisa melindungi mata maupun muka. Pelindung Pernafasan yang lain ialah
yang melindungi seluruh muka yang dilengkapi udara dalam tekanan tertentu dan
merupakan jenis yang terbaik, terutam bila di tempat kerja kurang dapat oksigen.

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan 5


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Udara dialirkan dari kompresor yang dilengkapi penyaring. Pada iklim panas alat ini
terasa sejuk dan menyenangkan. Alat ini lebih mandiri tapi memerlukan pelatihan
cara memakainya sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
F. Pelindung Pendengaran
Pelindung Pendengaran untuk mencegah rusaknya pendengaran akibat suara bising
diatas ambang aman seperti pekerjaan plat logam. (batasan nilai ambang batas akan
diterangkan dalam modul kesehatan).
G. Pelindung Mata
Kaca Mata Pelindung (Protective goggles) untuk melindungi mata dari percikan
logam cair, percikan bahan kimia, serta kaca mata pelindung untuk pekerjaan
menggerinda dan pekerjaan
Berdebu Mata dapat luka karena radiasi atau debu yang berterbangan. Kecalakaan
yang mengenai mata seringkali terjadi dalam:
 Memecah batu, pemotongan, pelapisan atau pemasangan batu, pembetonan
dan memasan bata dengan tangan atau alat kerja tangan menggunakan
tenaga listrik
 Pengupasan dan pelapisan cat atau permukaan berkarat.
 Penutupan atau penyumbatan baut.
 Menggerinda dengan tenaga listrik.
 Pengelasan dan pemotongan logam.

Dalam pekerjaan konstruksi terdapat juga risiko karena tumpahan, kebocoran atau
percikan bahan cair panas atau lumpur cair. Persoalan yang banyak terjadi adalah,
kemalasan tukang untuk memakai pelindung, alat tidak cocok, atau memang alatnya
tidak tersedia sama sekali di proyek.

H. Tali Pengaman dan Sabuk Kelematan (Safety Belt)


Banyak sekali terjadi kecelakaan kerja karena jatuh dari ketinggian. Pencegahan
utama ialah tersedianya jarring pengaman. Tetapi untuk keamanan individu perlu Ikat
Pinggang Pengaman/Sabuk Pengaman (Safety Belt). Yang wajib digunakan untuk
mencegah cidera yang lebih parah pada pekerja yang bekerja diketinggian (> 2 M
tinggi).

Contoh jenis-jenis pekerjaan yang memerlukan Tali Pengaman :

 Pekerjaan perawatan pada bangunan struktur seperti jembatan.

Terdapat banyak jenis Ikat Pinggang Pengaman dan Tali Pengaman, diperlukan
petunjuk dari pihak yang kompeten tentang tali pengaman yang paling cocok untuk

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan 6


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

suatu jenis pekerjaan. Termasuk cara penggunaan dan perawatannya. Tali


Pengaman yang lengkap harus selalu dipakai bersama Ikat Pinggang Pengaman.

Syarat-syarat untuk Tali Pengaman adalah :

 Batas jatuh pemakai tidak boleh lebih dari dua meter dengan cara meloncat.
 Harus cukup kuat menahan berat badan.
 Harus melekat di bangunan yag kuat melalui titik kait diatas tempat kerja.

Demikianlah Alat Pelindung Diri yang umum dipakai dan sifatnya lebih mendasar. Karena
diluar itu sangat banyak sekali ketentuan - ketentuan yang harus diingat baik bila
mengerjakan sesuatu, menggunakan peralatan tertentu dan menangani bahan tertentu.
Sesungguhnya bila pekerja itu dipersiapkan melalui sistim pelatihan, kecelakaan yang
diakibatkan alpa menggunakan Alat Pelindung Diri seperti ini akan jauh berkurang. Sebab
dalam sistim pelatihan diajarkan cara menggunakan peralatan yang betul, efektif dan tanpa
membahayakan. Hampir semua pekerja tukang kita tidak pernah dibekali pengetahuan
melalui sistim pelatihan. Hanya memupuk pengalaman sambil langsung bekerja. Dengan
cara penjelasan ringkas kepada mereka sambil bekerja tentang pencegahan kecelakaan
hasilnya akan terbatas. Akan jauh lebih berhasil bila merupakan program dalam paket
pelatihan sejak berstatus calon pencari kerja atau pemula. Hal ini merupakan penyeebab
angka kecelakaan kerja bidang konstruksi di Indonesia termasuk tinggi.

1.4. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan APD

Alat Pelindung Diri akan berfungsi dengan sempurna apabila dipakai secara baik dan benar .

 Sediakanlah Alat Pelindung Diri yang sudah teruji dan telah memiliki SNI atau
standar Internasional lainnya yang diakui.
 Pakailah alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis pekerjaan walaupun pekerjaan
tersebut hanya memerlukan waktu singkat.
 Alat Pelindung Diri harus dipakai dengan tepat dan benar.
 Jadikanlah memakai alat pelindung diri menjadi kebiasaan. Ketidaknyamanan dalam
memakai alat pelindung diri jangan dijadikan alasan untuk menolak memakainya
 Alat Pelindung Diri tidak boleh diubah-ubah pemakaiannya kalaumemang terasa
tidak nyaman dipakai laporkan kepada atasanatau pemberi kewajiban pemakaian
alat tersebut.
 Alat Pelindung Diri dijaga agar tetap berfungsi dengan baik.
 Semua pekerja,pengunjung dan mitra kerja ke proyek konstruksi harus memakai alat
pelindung diri yang diwajibkan seperti Topi Keselamatan dll.

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan 7


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Gambar 1 Contoh Alat Pelindung Diri (APD)

Gambar 2 Helm dan Safety Belt

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan 8


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Gambar 3 Penggunaan Safety Belt yang benar

1.5. Pencegahan Bahaya Kebakaran

Pada waktu bekerja di kantor, maka bahaya kecelakaan kerja yang sering terjadi adalah
terjadinya bahaya kebakaran. Berikut prosedur K3L berupa instruksi kerja untuk pencegahan
bahaya kebakaran.

a. Menyediakan alat pemadam kebakaran dan ditempatkan di area yang mudah


terjangkau dan tidak diperkenankan dipindah-pindah, serta melengkapi alarm atau
tanda peringatan bahaya, misalnya kentongan dan sebagainya di tempat yang
strategis.
b. Membuat denah untuk penempatan alat pemadam kebakaran, jalur evakuasi dan titik
berkumpul (centre point) dan dipasang di tempattempat yang strategis agar mudah
diketahui orang.
c. Menyediakan alat pemadam kebakaran minimal 1 (satu) unit : di setiap gedung
dimana bahan mudah terbakar disimpan, di tempat - tempat yang terdapat alat-alat
untuk mengelas dan di setiap lantai/tingkat gedung yang sedang dibangun, dimana
terdapat barang-barang yang mudah terbakar.
d. Menyediakan alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering di tempat yang
tedapat: barang/benda cair yang mudah terbakar, bahan bakar minyak (BBM), gas,
alat pemanas yang menggunakan api, bahan aspal, ketel aspal dan bahaya
listrik/bahaya kebakaran yang disebabkan oleh aliran listrik.

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan 9


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

e. Memberikan pelatihan kepada pekerja yang terkait mengenai cara penggunaan alat
pemadam kebakaran yang benar dan potensi bahaya yang mungkin terjadi.
Pekerja/petugas yang terlatih harus berada di tempat kerja selama jam kerja.
f. Mengupayakan seminimal mungkin penggunaan bahan-bahan yang mudah terbakar.
g. Melakukan seleksi dan mengelompokkan bahan-bahan yang mudah terbakar dan
ditempatkan secara tersendiri.
h. Melakukan pemeriksaan instalasi listrik atau gas secara berkala serta menyusun
secara rapi dan aman.
i. Alat pemadam kebakaran harus diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh petugas
yang berwenang agar tetap berfungsi dengan baik dan dijaga agar tidak terjadi
kerusakan teknis.
j. Memasang rambu/tanda peringatan di semua area kerja yang berpotensi bahaya
kebakaran, antara lain: “Dilarang Merokok”, “Awas Bahaya Kebakaran” dan
sebagainya.
k. Membersihkan secara periodik sampah, kertas bekas dan material sisa lainnya yang
mudah terbakar dari tempat kerja.
l. Memasang peta situasi penempatan alat kebakaran dan daerah aman. Peta
ditempatkan di daerah yang mudah dilihat publik.
m. Menyediakan jalan untuk melakukan tindakan evakuasi atau penyelamatan diri.
n. Secara periodik mengadakan pelatihan cara penanggulangan cara penyelamatan
bahaya kebakaran kepada personil yang terkait dan pekerja.
o. Tidak diperkenankan melompat dari ketinggian, dan berusaha bertahan sampai
datangnya pertolongan.
p. Membunyikan alarm atau tanda peringatan bahaya kebakaran sewaktu terjadi
kebakaran.

1.6. Pemeriksaan Lapangan Bersama Direksi dan Konsultan Pengawas

Pemeriksaan lapangan dimulai dengan pemeriksaan elevasi, ukuran dan posisi bangunan.
Pemeriksaan dilakukan bersama juru ukur, baik juru ukur dari pelaksana konstruksi maupun
juru ukur dari owner/konsultan pengawas. Selanjutnya pemeriksaan dilanjutkan dengan
pemeriksaan kesiapan tenaga kerja, bahan, peralatan, perlengkapan K3L, serta sarana dan
prasarana pekerjaan.

1.7. Laporan Hasil Pemeriksaan Lapangan

Format laporan hasil pemeriksaan dan pengecekan di lapangan disiapkan oleh bagian teknik
proyek. Pengisian format laporan hasil pemeriksaan dan pengecekan di lapangan dilakukan
pelaksana lapangan sesuai tugas dan tanggung jawabnya.

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan 10


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

BAB 2
MENERAPKAN KOMUNIKASI DAN KERJASAMA
DI TEMPAT KERJA
1 BAB 2 Menerapkan Komunikasi dan Kerjasama di Tempat Kerja

2.1. KOMPETENSI

No Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja

1 Mengkaji informasi yang diterima  Informasi tentang tugas dan pekerjaan


terkait dengan pelaksanaan pekerjaan di tempat kerja diinterpretasikan
di tempat kerja dengan benar.
 Informasi sebagai sarana dalam kerja
sama di tempat kerja dievaluasi.
 Informasi yang diterima berkaitan
dengan kerja sama di tempat kerja
dikaji kebenarannya untuk
menghindari kesalahan pekerjaan.

2 Menerapkan informasi yang telah  Informasi yang telah ditetapkan


diterima kebenarannya dilaksanakan Bersama
anggota kelompok kerja.
 Hubungan kerja antar anggota
kelompok kerja dilaksanakan untuk
kelancarantugas.
 Pelaksanaan informasi yang telah
disampaikan kepada kelompok kerja
dilakukan pengecekan.

3 Mengawasi pelaksanaan penerapan  Informasi antar rekan kerja


informasi dan kerjasama di tempat dilaksanakan tanpa kesalah pahaman.
kerja  Hubungan komunikasi dan kerjasama
di tempat kerja dilaksanakan dengan
konsisten.
 Catatan tentang pelaksanaan
komunikasi dan kerjasama dibuat
sesuai formulir standar.

Komunikasi Dan Kerjasama di Tempat Kerja 11


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

2.2. Umum

Apabila kita sedang melaksanakan suatu pekerjaan konstruksi, adalah tidak mungkin bila
dilakukan seorang diri, apalagi untuk pekerjaan yang cukup besar dan bersifat kompleks.
Pada pelaksanaan pekerjaan tersebut mutlak diperlukan koordinasi baik secara vertical
maupun horizontal.

Pelaksanaan pekerjaan yang dikerjakan bersama-sama memerlukan team work yang baik
dan koordinasi yang efektif dan efisien. Koordinasi dalam pekerjaan seorang pelaksana
lapangan ada 3 macam yaitu :

a. Rapat dengan sub kontraktor/mandor


b. Rapat dengan tim pelaksana proyek
c. Rapat dengan pihak luar (Pemerintah Daerah, penduduk setempat).

2.3. Koordinasi dengan Sub Kontraktor /Mandor

2.3.1. Penyiapan Materi Rapat dengan Sub Kontraktor/Mandor

Rapat dengan sub kontraktor/mandor biasanya dilakukan seminggu sekali pada awal
minggu. Rapat diadakan sebelum dilakukan rapat dengan seluruh tim pelaksana proyek
(kepala proyek, bagian teknik, dan bagian-bagian lainnya). Pertama kali dilakukan
identifikasi materi rapat antara lain progress pelaksanaan pekerjaan di lapangan, adanya
hambatan-hambatan di lapangan baik teknis maupun non teknis, evaluasi mutu pekerjaan
dan lain-lain. Apabila diperlukan maka rapat koordinasi sub kontraktor/mandor dapat
disatukan dengan bimbingan teknis.

2.3.2. Penilaian Kinerja Sub Kontraktor/Mandor

Penilaian kinerja sub kontraktor/mandor erat hubungannya dengan prosedur penunjukan


mandor/sub kontraktor dan perjanjian kerja antara sub kontraktor/mandor dengan pelaksana
konstruksi dalam hal ini sering diwakili oleh pelaksana lapangan sebagai wakil dari kepala
proyek.

Apabila seorang mandor/sub kontraktor mendapatkan suatu pekerjaan pelaksanaan


konstruksi baik dari perusahaan konstruksi maupun dari perorangan, sebaiknya dibuat
perjanjian kerja tertulis. Banyak kasus dimana hubungan kerja antara kedua belah pihak
hanya secara lisan saja yang menyebabkan berbagai kesulitan dan perselisihan yang sukar
dicari jalan keluarnya.

Dengan adanya perjanjian kerja yang memuat hak dan kewajiban para fihak, maka berbagai
kendala seperti di atas diharapkan tidak terjadi dan dapat diselesaikan dengan baik.

Komunikasi Dan Kerjasama di Tempat Kerja 12


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Sesuai konteksnya maka diharapkan hubungan kerja antara mandor/sub kontraktor dan
pemberi pekerjaan dituangkan dalam perjanjian kerja tertulis dan biasanya tidak perlu
dengan format seperti kontrak kerja dengan isi beberapa halaman tetapi cukup satu
halaman saja. Pada uraian berikutnya akan diberikan contoh mengenai SPK (Surat Perintah
Kerja) beserta proses berikutnya yaitu :

A. SPK (Surat Perintah Kerja)


B. Berita Acara Prestasi Pekerjaan
C. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan
D. Proses Penunjukkan Mandor, berupa :
 Registrasi evaluasi kinerja mandor
 Evaluasi kinerja mandor
 Daftar mandor
 Daftar pembanding penunjukan mandor

2.3.2.1. SPK (Surat Perintah Kerja)

SPK tersebut merupakan semacam “kontrak kerja” yang sederhana antara mandor borong
dan Pemberi Perintah Kerja (biasanya perusahaan konstruksi).

Yang perlu dicermati pada SPK ini adalah:

a) Bagian dan uraian pekerjaan : berupa pekerjaan yang harus betulbetul mampu
dilaksanakan oleh mandor.
b) Volume pekerjaan : harus dihitung betul kemampuan mandor mendatangkan pekerja
dan tukang untuk menyelesaikan volume pekerjaan tersebut sesuai jadwal.
c) Harga satuan : harus dihitung secara teliti agar terhindar dari kemungkinan rugi.
d) Jumlah harga borongan : untuk memperkirakan modal yang harus dipunyai seorang
mandor.
e) Syarat-syarat yang harus ditaati menyangkut :
 Waktu pelaksanaan
 Kualitas pekerjaan
 Peralatan yang harus diadakan sendiri dan yang harus disewa.
 Metoda kerja dan konstruksi kerja.
 Bahan material disediakan pemberi kerja atau tidak.
 Syarat-syarat untuk pekerjaan persiapan dan mobilisasi sumber daya.
 Pajak baik nilainya maupun cara perhitungannya.
 Dan lain-lain yang menyangkut hubungan kerja kedua belah pihak.

Komunikasi Dan Kerjasama di Tempat Kerja 13


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Gambar 4 Contoh SPK

2.3.2.2. Berita Acara Prestasi Pekerjaan

Dibuat per satuan waktu atau setiap menyelesaikan setiap tahapan pekerjaan.

Yang perlu dicermati adalah :

a) Volume pekerjaan perlu diukur dan diselesaikan bersama.


b) Potongan baik dari uang muka atau kas bon atau pinjaman lainnya perlu dicatat
secara teliti oleh kedua belah pihak.
c) Pajak kalau ada perlu disetujui bersama baik nilainya maupun cara perhitungannya.

Komunikasi Dan Kerjasama di Tempat Kerja 14


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Gambar 5 Contoh Berita Acara Prestasi Pekerjaan

2.3.2.3. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan

 Dibuat pada waktu pekerjaan selesai


 Apabila mandor memberikan suatu keberatan misalnya ingin melakukan klaim agar
Berita Acara ini jangan ditanda tangani dulu.

Komunikasi Dan Kerjasama di Tempat Kerja 15


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Komunikasi Dan Kerjasama di Tempat Kerja 16


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Gambar 6 Contoh Berita Acara Serah Terima Pekerjaan

2.3.2.4. Proses Penunjukan Mandor/Sub Kontraktor

Proses penunjukkan mandor merupakan contoh proses yang dilakukan oleh pemberi
pekerjaan dalam hal ini perusahaan kontruksi. Proses ini merupakan langkah-langkah yang
harus dilakukan sesuai prosedur ISO 9001 yaitu prosedur proyek bagi perusahaan
konstruksi yang telah melaksanakannya.

Proses tersebut melibatkan staf proyek dimana biasanya pelaksana lapangan sebagai wakil
dari kepala proyek melakukan proses penunjukan mandor/sub kontraktor tersebut.

Contoh : proses penunjukan mandor adalah sebagai berikut :

a) Mengevaluasi kinerja mandor selama masa penugasannya di proyek dengan mengisi


formulir evaluasi kinerja mandor. Item penilaian utama dalam evaluasi tersebut adalah :
 Persiapan kerja
 Mutu kerja
 Pemenuhan target produksi
 Kemampuan pengerahan tukang/ tenaga kerja

Komunikasi Dan Kerjasama di Tempat Kerja 17


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Gambar 7 Contph Formulir Evaluasi Kinerja Mandor

b) Memberikan surat referensi pekerjaan kepada mandor. Referensi hanya diberikan


kepada mandor yang selama masa penugasan menunjukkan hasil minimal cukup
yang dinyatakan dalam buku Evaluasi Kinerja Mandor. Surat referensi pekerjaan
akan dipergunakan sebagai penunjukan mandor pada proyek berikutnya.

Contoh : formulir registrasi evaluasi kinerja mandor.

Komunikasi Dan Kerjasama di Tempat Kerja 18


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Gambar 8 Contoh Formulir Registrasi Evaluasi Kinerja Mandor

c) Mencatat mandor yang telah mendapat referensi dari perusahaan dan memasukkan
ke dalam daftar mandor.

Komunikasi Dan Kerjasama di Tempat Kerja 19


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

d) Pada proses penunjukkan mandor, pertama dilakukan evaluasi mandor dengan


memeriksa referensi yang dimiliki. Kemudian dilakukan pengisian data pembanding
penujukkan mandor borong dari beberapa penawaran harga yang masuk.

2.3.3. Rapat dengan Sub Kontraktor/Mandor

Rapat dilakukan oleh kepala lapangan (kalau proyek besar) pelaksana mupun pelaksana
lapangan dengan peserta dari mandor/sub kontraktor. Rapat membahas evaluasi pekerjaan
di lapangan baik evaluasi progress pelaksanaan, evaluasi mutu pekerjaan, hambatan-
hambatan pada pelaksanaan dan melaksanakan bimbingan teknis apabila diperlukan.
Notulen rapat tersebut didokumentasikan dengan baik sesuai prosedur yang berlaku.

2.4. Rapat Rutin Mingguan

Rapat rutin mingguan di proyek merupakan salah satu prosedur mutu sesuai standar ISO
9001 Sistem Manajemen Mutu merupakan system yang harus dilaksanakan oleh seluruh
personil proyek.

2.4.1. Penyiapan Materi Rapat Mingguan

Pelaksana lapangan mempelajari hasil rapat minggu lalu dan mengidentifikasi apa saja yang
menjadi tanggung jawabnya danmelaporkan hasil dari tugas yang dibebankan minggu lalu.

Selanjutnya pada tugas yang akan dirapatkan pada minggu ini, pelaksana lapangan
memberikan masukan-masukan tugas-tugas yang akan dikerjakan dan kemungkinan
adanya hambatan-hambatan pada tugas tersebut.

2.4.2. Rapat Tinjauan Manajemen (RTM)

 Tata cara penyelenggaraan RTM selanjutnya mengacu pada Sistem Manajemen


Mutu.
 Rapat koordinasi ditingkat proyek dilaksanakan satu kali dalam seminggu, atau pada
waktu-waktu yang dipandang perlu. Rapat dipimpin oleh Kepala Proyek, dan dapat
mengundang mitra usaha (pemasok, mandor borong, sub pelaksana konstruksi).
 Rapat koordinasi ditingkat proyek dilaksanakan dengan materi :
a) Evaluasi atas tindak lanjut hasil rapat sebelumnya;
b) Evaluasi atas hasil pelaksanaan proyek dalam aspek Biaya, Mutu dan Waktu
(BMW), penggunaan sumber daya serta koordinasi pelaksanaan tugas
diantara para petugas dan antara petugas dengan mitra usaha;
c) Menemukan masalah yang ada, serta menetapkan cara pemecahannya;

Komunikasi Dan Kerjasama di Tempat Kerja 20


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

d) Memberikan masukan pada penyusunan program pelaksanaan selanjutnya,


baik program mingguan maupun bulanan;
e) Membahas pemikiran-pemikiran yang kreatif serta inovatif bagi perbaikan
pelaksanaan proyek;
f) Penyampaian informasi baik vertical maupun horizontal.

2.4.3. Action Plan Hasil Rapat RTM

Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) di proyek menghasilkan notulen dimana tercantum


sejumlah action plan dan siapa penanggung jawabnya. Dari identifikasi notulen rapat RTM
dapat dilihat apa kewajiban seorang pelaksana lapangan beserta batas waktunya.

Dari hal tersebut, pelaksana lapangan harus focus pada action plan sesuai notulen rapat
tersebut karena pada rapat minggu depannya yang bersangkutan harus melaporkan hasil
action plan tersebut secara rinci dan apabila target yang menjadi tanggung jawabnya tidak
tercapai harus ada alasan-alasan yang kuat yang mendasarinya.

Prosedur mutu RTM memastikan seluruh pelaksana pekerjaan harus sesuai target yang
telah ditetapkan baik target biaya, target mutu dan target waktu.

2.5. Koordinasi dengan Pihak Luar

2.5.1. Identifikasi Masalah dengan Pihak Luar

Apabila ada permasalahan dengan pihak luar (Pemerintah Daerah/Kelurahan/ Kecamatan


atau penduduk setempat) maka harus segera diidentifikasi dan dilakukan pendekatan
dengan yang bersangkutan. Permasalahannya biasanya mengenai ijin quarry, pajak
retribusi, jalan kerja, kondisi sosial masyarakat.

2.5.2. Pertemuan dengan Pihak Luar

 Pertemuan dengan pihak luar perlu diadakan untuk memecahkan suatu


permasalahan, pelaksana lapangan harus berperan dalam hal tersebut.
 Notulen rapat tersebut perlu dibuat dan didokumentasikan dengan baik.

2.5.3. Tindak Lanjut Hasil Pertemuan dengan Pihak Luar

 Hasil pertemuan dianalisa dengan teliti


 Direncanakan tindak lanjut
 Dilaksanakan tindak lanjut tersebut sehingga permasalahan dapat terpecahkan.

Komunikasi Dan Kerjasama di Tempat Kerja 21


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

BAB 3
PEKERJAAN PERSIAPAN

3. BAB 3 PEKERJAAN PERSIAPAN

3.1. Kompetensi

No Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja

1 Menginterpretasi dokumen kontrak yang  Dokumen kontrak yang terkait


terkait dengan pelaksanaan pekerjaan dengan pelaksanaan pekerjaan
diuraikan.
 Gambar desain dan gambar
kerja, spesifikasi teknik,
metode kerja dan jadwal kerja
diidentifikasi.
 Lingkup kerja dirumuskan.

2 Merencanakan survey lapangan  Tim survei lapangan dibentuk


secara lengkap sesuai
kebutuhan.
 Peralatan dan perlengkapan
untuk survey lapangan
diidentifikasi secara lengkap
sesuai kebutuhan.
 Jadwal survei dibuat mengacu
jadwal induk pekerjaan saluran
irigasi.

3 Melakukan perhitungan sumber daya  Jenis-jenis kegiatan per item


berdasarkan gambar kerja dan gambar pekerjaan diidentifikasi
desain berdasarkan gambar kerja dan
gambar desain.
 Kebutuhan tenaga kerja
ditetapkan berdasarkan
klasifikasi dan kualifikasi jenis
pekerjaan.
 Jenis dan jumlah bahan
dihitung sesuai kebutuhan.

Pekerjaan Persiapan 22
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

 Jenis dan jumlah peralatan


Konstruksi dihitung sesuai
kebutuhan.

3.2. Umum

Persiapan lapangan merupakan urutan pelaksanaan pekerjaan yang sangat penting di


dalam menentukan sukses tidaknya suatu pelaksanaan proyek. Apabila persiapan lapangan
dilakukan tepat waktu maka pekerjaan selanjutnya dapat diatur tepat waktu pula.

Apabila persiapan lapangan terlambat maka dipastikan pekerjaan utama selanjutnya akan
terlambat pula. Hal tersebut akan mengakibatkan terpaksa mengadakan percepatan
pekerjaan yang akan berakibat pada biaya proyek membengkak.

Kegiatan persiapan lapangan terdiri dari pekerjaan staking out, mobilisasi sumber daya,
persiapan site facilities dan persiapan rencana pengujian mutu.

Sesuai pengalaman di lapangan beberapa hal perlu diperhatikan:

 Waktu pelaksanaan survey dan staking out harus direncanakan dengan cermat.
Sering terjadi perencanaan waktu survey kurang cermat (misal kondisi lapangan
sulit) menyebabkan waktu pelaksanaan survey jauh melebihi target waktu yang
ditentukan;
 Mobilisasi sumber daya yang krusial biasanya adalah mobilisasi alat berat. Sering
terjadi mobilisasi alat berat terlambat karena alat berat tidak siap pakai dan harus
diadakan perbaikan terlebih dahulu.
 Untuk mobilisasi sumber daya bahan/material, perlu dihitung dengan cermat waktu
pengadaannya, terutama mungkin bahan yang diimpor.
 Mobilisasi pekerja juga perlu direncanakan dengan matang, melihat kesibukan
proyekproyek yang lain, waktu panen dan lain-lain.
 Faktor yang menghambat mobilisasi sumber daya perlu diperhatikan bukti
administrasinya.

3.3. Survey dan Staking out

3.3.1. Pengecekan BM

Pengecekan bench mark dimulai dari cek fisik BM, dilanjutkan dengan cek nilai BM dengan
ikatan BM yang lain.

Pekerjaan Persiapan 23
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

3.3.2. Pembuatan Patok Sementara

Dilakukan pengukuran patok sementara dan diikat pada BM, selanjutnya memasang BM
baru setiap jarak ±2 KM.

3.3.3. Pengukuran Awal

 Gambar kerja dipelajari


 Disiapkan data untuk staking out berupa jarak, sudut dan elevasi.
 Dipasang identitas titik detail dan titik utama sesuai gambar.
 Dipasang titik kontrol/BM sementara untuk mengontrol pekerjaan.

Berikut diuraikan contoh metode pelaksanaan survey dan staking out:

Metode Pelaksanaan Penetapan Bench Mark

I. Bahan
Patok jadi yang diberi kaki / alas:
 Segi empat 15/15 panjang 80cm
 Bulat diameter 6” panjang 80 cm
 Ujung atas dibuat halus, rata dan ditanam baut berkepalaan panjang 15 -20
cm dan yang kelihatan kepala bautnya saja.
II. Tenaga Kerja
 Tenaga kerja menggali / memasang patok TBM tersebut.
 Juru Ukur / pembantu untuk mengarahkan / memberi petunjuk pelaksanaan,
agar betul – betul elevasi / kedudukan mantap / stabil.
III. Peralatan
 Unit pesawat water pass
 Bak ukur secukupnya
 Jalon secukupnya
 Patok, cat, cangkul, linggis, alat angkut patok, dll.
IV. Metode Pelaksanaan
a) Persiapan
1) Siap gambar kerja/shop drawing
2) Siap peta rintisan-rintisan
3) Siap tenaga
4) Siap Patok
5) Siap Lahan

Pekerjaan Persiapan 24
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

b) Pelaksanaan
1) Pada waktu awalnya pihak I dan Pihak II (Kontraktor-Bouwher)
mengadakan pemeriksaan bersama ke lokasi / letak BM dimana untuk
pedoman elevasi yang akan dibawa ke lokasi proyek.
2) Hal ini bisa terjadi lokasi awal pengambilan jauh dari lokasi, biasanya
proyek-proyek irigasi, bendungan, dll.
3) Adapun yang dekat untuk pembuatan gedung, bisa mengambil daerah
sekitar (telah ditentukan)
4) Setelah ditentukan kesepakatan letak pengambilan BM kemudian
dipindahkan ke lokasi proyek sbb:
 Pengukuran dengan alat water pass. Dimulai pengambilan elevasi
dari BM awal, dipindahkan secara bertahap/ berurutan dengan
alatt bak ukur dan patok-patok pembantu.
 Demikian seterusnya setiap jarak 50 m sampai dengan lokasi
proyek
 Pada lokasi proyek untuk TBN kedua setelah dari BM awal diukur
ulang menuju ke BM awal dengan melalui bantuan-bantuan patok
yang telah ada.
 Setelah elevasi cocok, kemudian dibuat berita acara antara pihak
kesatu dan pihak kedua bahwa TBM kedua (diproyek) dinyatakan
sah.
 Untuk bangunan gedung, TBM (Titik Bench Mark) kedua
dipindahkan ke TBM-TBM di sekitar areal gedung cukup dibuat 4
(empatt) buah (daerah sisi sisi luar dekat dengan pagar dengan
cara diukur ulang).
 TBM kedua dan seterusnya diamankan dan diberi tanda / pagar
agar tidak terganggu elevasinya.
 Untuk bangunan air / irigasi biasanya dibuat setiap jarak 200 m
sepanjang irigasi, dan ditempatkan dilokasi yang paling aman, hal
ini sangat mempengaruhi elevasi/debit aliran air apabila terjadi
TBM yang terganggu.
 Patok-patok beton tersebut ditanam secara permanent dan
vertical.
 Patok beton diusahakan + 20 – 30 cm diatas permukaan tanah.
 Baut sebagai titik elevasi kelihatan kepala bautnya saja.
V. Lingkungan
Letak BM betul-betul harus aman dari gangguan orang, hewan, dll (diberi pagar)

Pekerjaan Persiapan 25
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

VI. Standar Hasil


a) Perpindahan TBM dari BM awal harus menunjukan elevasi yang betul setelah
diukur ulang (bolak-balik).
b) Mendapatkan perpindahan-perpindahan TBM yang menunjukan elevasi yang
benar
c) Pada tiap-tiap BM / TBM tentunya menunjukan elevasi yang tidak sama,
untuk ini dalam
d) penulisan di patok harus jelas.
e) Elevasi TBM / BM dibuatt daftar untuk dibuat Berita Acara.

Pekerjaan Persiapan 26
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Gambar 9 Metode Penetapan BM

Pekerjaan Persiapan 27
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

3.4. Penyiapan, Peralatan, Bahan dan Tenaga Kerja

3.4.1. Permintaan Peralatan

 Pelajari terlebih dahulu prosedur (SOP) permintaan peralatan yang berlaku pada
perusahaan.
 Permintaan peralatan dilaksanakan sesuai prosedur yang ada.
 Pelaksana lapangan biasanya hanya meminta peralatan-peralatan kecil, peralatan
tambahan atau peralatan bantu.
 Spec peralatan dapat dilihat dari spec teknis dan metoda pelaksanaan.

Gambar 10 LAnbgkahg – Langkah pokok di dalam Pemilihan Peralatan

Pekerjaan Persiapan 28
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

3.4.2. Permintaan Bahan

Sebelum meminta bahan yang diperlukan, pelaksana perlu untuk mempelajari spesifikasi
bahan dimaksud. Disamping hal tersebut, dengan melihat gambar kerja maka dapat dihitung
volume bahan yang diminta.

Setiap perusahaan mempunyai prosedur (SOP) permintaan bahan untuk control biaya
pemakaian bahan. Prosedur tersebut harus dipelajari dulu dan diisi untuk disampaikan ke
bagian logistik.

Apabila sudah membuat skedul pendatangan bahan, maka dapat dirinci, kebutuhan bahan
sesuai waktu dan volume yang sudah dicantumkan pada skedul tersebut.

3.4.3. Penyiapan Tenaga Kerja

Pertama harus diketahui terlebih dahulu prosedur penyiapan tenaga kerja sesuai prosedur
yang ditetapkan proyek.

Dari skedul pengadaan tenaga kerja maka dapat dihitung kebutuhan tenaga kerja dengan
kualifikasi tertentu.

Berikut prosedur pengadaan tenaga kerja dimana pelaksana lapangan biasanya hanya
ditugaskan untuk pengadaan mandor borong saja.

Pengadaan Tenaga Kerja

Pengadaan tenaga kerja untuk pelaksanaan proyek dilakukan dengan cara :

- Langsung oleh perusahaan;


- Menggunakan mandor borong;
- Menggunakan sub pelaksana konstruksi.

3.5. Penyiapan Jalan Kerja, Barak Kerja dan Gudang Bahan

Rencana fasilitas lapangan sementara (temporary site facilities) adalah sebagai berikut :

a. Fasilitas Lapangan Sementara (temporary site facilities) berfungsi sebagai fasilitas


pendukung dalam pelaksanaan pekerjaan. Keharusan mengadakan fasilitas
pendukung pelaksanaan ini sebagian tercantum di dalam dokumen kontrak, dan
sebagian lagi karena diperlukan oleh penyedia jasa untuk kelancaran pelaksanaan
proyek.
b. Fasilitas Lapangan Sementara umumnya terdiri dari:
1) Kantor Pelaksana Konstruksi/Kontraktor, Gudang, Workshop beserta
kelengkapannya;

Pekerjaan Persiapan 29
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

2) Kantor Pemberi Tugas/Pengguna Jasa dengan atau tanpa kelengkapannya;


3) Kantor Pengawas Konstruksi/Konsultan dengan atau tanpa kelengkapannya;
4) Pagar proyek, termasuk pintu masuk dan keluar;
5) Pos jaga/keamanan;
6) Jalan kerja;
7) Papan nama proyek;
8) Washing Bay;
9) Lapangan penumpukan material;
10) Sistim drainase;
11) Dan lain-lain yang diperlukan, yang dipersyaratkan dalan Sistim Manajemen
Mutu. Jadwal pembangunan prasarana lapangan sementara harus disusun
mendukung pelaksanaan pekerjaan utama.
c. Pada dasarnya, setelah fungsi dalam pelaksanaan pekerjaan selesai, Fasilitas

Lapangan Sementara dibongkar dan keadaan lapangan dikembalikan seperti semula


atau dibuat sesuai dengan desain bangunan/sebagian dari Fasilitas Lapangan
Sementara tersebut.

3.5.1. Penyiapan Jalan Kerja

Dari peta lokasi, peta situasi, kondisi geografi dari keseluruhan lokasi proyek, maka dapat
dianalisa rencana jalan kerja yang paling efisien dan efektif. Survey jalan kerja harus
dilakukan ke seluruh lokasi pelaksanaan proyek mulai dari kantor proyek sampai ke
quary/borrow area sampai ke lokasi seluruh rencana saluran irigasi maupun sampai ke spoil
bank yang direncanakan.

Pada persiapan lapangan, jalan kerja harus segera dibuat agar pelaksanaan konstruksi
dapat cepat segera dimulai.

Konstruksi jalan kerja biasanya terdiri dari penguatan sub grade dan pelapisan agregat class
C/sirtu diatasnya dan dipadatkan sesuai standar yang ditentukan.

3.5.2. Penyapan Kantor Proyek dan Barak Kerja

Dari site plan yang telah dibuat, maka disiapkan kantor proyek, laboratorium (untuk kegiatan
skala besar), dan sarana kantor lainnya sesuai standar yang berlaku (spesifikasi) dan
prosedur K3. Untuk barak kerja, juga disiapkan sesuai standar yang berlaku dan prosedur
K3.

Berikut contoh prosedur K3 untuk :

- Plant dan camp area;


- Akses kerja;

Pekerjaan Persiapan 30
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

- Fasilitas Umum.

3.5.2.1. Plant dan Camp Area

1) Merencanakan penempatan base camp dan plant area dengan mempertimbangkan


arah angin sehingga abu dan debu tidak merusak lingkungan sekitarnya;
2) Melakukan striping pada top soil setebal lebih kurang 10 cm dan dikumpulkan disatu
tempat serta diamankan untuk nantinya dikembalikan lagi ke tempatnya;
3) Membuat site plant dengan mengatur kemiringan kondisi permukaan dan
menyiapkan drainase agar tanah permukaan tidak terbawa air;
4) Membuat jalan masuk dan keluar kendaraan yang terpisah. Trafic harus diatur satu
arah (one way traffic) dan dibuatkan daerah penyeberangan yang aman;
5) Membuat pagar yang melindungi kegiatan orang atau pekerja dari kegiatan mesin
dan kendaraan;
6) Mengatur tempat penimbunan bahan kimia cair seperti aspal, solar, agar tumpahan
bahan atau bocoran tidak langsung meresap ke dalam tanah tetapi dapat ditampung
pada permukaan yang keras dan diteruskan pada sumpit untuk dibersihkan;
7) Air dari bekas cucian kendaraan tidak boleh langsung diresapkan ke dalam tanah,
tetapi harus ditampung terlebih dahulu dan dibuang di tempat yang sudah ditentukan;
8) Tempat untuk istirahat pekerja harus disediakan dan dengan ventilasi yang cukup;
9) Harus disediakan tempat untuk perawatan medis sementara dan tempat - tempat
untuk kepe 10. Jalur untuk penerangan harus diatur sedemikian sehingga tidak
menyulitkan
10) lalu lintas dan penyambungan dibuat aman pada saat penggunaan;
11) Rambu-rambu harus dipasang dengan benar terutama pada lintasan dimana banyak
benda jatuh harus dipasang jaring pengaman.rluan MCK (Mandi Cuci Kakus) yang
memadai;

3.5.2.2. Akses Kerja

1) Menyediakan pintu masuk dan pintu keluar darurat di tempat kerja;


2) Akses di lapangan maupun di tempat kerja dipastikan dalam kondisi aman;
3) Akses di lapangan yang dipakai rute pekerja dilengkapi dengan rambu/tanda
peringatan yang jelas;
4) Lubang yang ada harus ditutup dan diberi tanda yang jelas, agar pekerja tidak
terperosok ke dalam lubang;
5) Material dan peralatan yang berada di jalur lalu lintas pekerja harus disingkirkan;
6) Akses di lapangan harus dijaga kebersihan dan kerapihannya;
7) Akses kerja yang licin harus dihindari, jika akses kerja dalam kondisi licin segera
diperbaiki sampai benar-benar aman;

Pekerjaan Persiapan 31
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

8) Akses di lapangan harus diberi penerangan yang cukup;


9) Akses yang berbahaya harus dilengkapi dengan handrail yang kuat;
10) Akses yang terjal/curam harus dibuatkan tangga (stairway) yang memadai;
11) Aliran listerik yang melewati akses kerja harus diberi proteksi dan diberi tanda;
12) Jalan masuk, pintu darurat dan akses kerja lainnya harus dijaga dan dipelihara
dengan baik.

3.5.3. Fasilitas Umum

1) Membuat denah lokasi tempat-tempat fasilitas yang tersedia dan dipasang di tempat-
tempat yang strategis dan diberi identifikasi agar mudah diketahui olehpekerja;
2) Semua tempat kerja harus disediakan toilet yang cukup, tempat duduk untuk
beristirahat para pekerja yang memadai dan tempat makan yang memadai;
3) Toilet yang tersedia harus terjaga kebersihannya, serta diberikan penerangan yang
cukup;
4) Menyediakan bak air bersih/wash basin dengan ukuran yang cukup untuk cuci
tangan dan dijaga kebersihannya;
5) Menyediakan air minum dan gelas serta menjaga kebersihannya;
6) Menyediakan tempat ganti pakaian dan menyimpan pakaian, dan dijaga keamanan
dan kebersihannya;
7) Menyediakan tempat untuk beribadah dan dilengkapi dengan sarana yang
dibutuhkan, serta dijaga kebersihannya;
8) Semua tempat kerja harus memiliki ventilasi atau lubang angin yang cukup untuk
sirkulasi udara sehingga dapat mengurangi terhadap bahaya debu, uap, asap dan
bahaya lainnya;
9) Memasangan rambu/tanda peringatan misalnya “Jagalah Kebersihan”;
10) Menyediakan tempat untuk merokok bagi pekerja yang merokok dan ditempatkan
terpisah dengan tempat umum lainnya;
11) Kebersihan, kerapihan dan ketertiban merpakan tanggung jawab bagi semua
personil yang memanfaatkan tempat umum tersebut.

3.5.4. Penyiapan Gudang Bahan dan Sarana Lainnya

 Langkah pertama dalam penyiapan gudang bahan adalah mempelajari dan


memahami prosedur dan spesifikasi gudang bahan.
 Selanjutnya membuat gudang bahan sesuai standar yang ada misalnya semen tidak
boleh diletakkan di atas tanah

Pekerjaan Persiapan 32
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

BAB 4
SURVEI LAPANGAN

4. BAB 4 SURVEI LAPANGAN

4.1. Analisis Gambar Desain, Peta Situasi dan Data Hasil Penyelidikan Tanah

Analisis gambar desain dan peta situas dalam rangka persiapan lapangan diperlukan untuk
menentukan jalan kerja di dalam site plan (dimana akan dibuat kantor proyek, gudang
bahan, barak-barak kerja, lokasi concrete batching plant kalau diperlukan, tempat parkir alat
berat, bengkel alat berat dan lain-lain). Kecuali pembuatan site plan, analisis gambar desain
dan peta situasi diperlukan untuk menentukan jalan kerja dari site plan ke seluruh lokasi
saluran irigasi, termasuk jalan kerja dari quarry dan borrow area. Pada waktu persiapan
lapangan maka pada quarry dan borrow area perlu dilakukan penyelidikan laboratorium
untuk tanah dan batuan sebagai bahan konstruksi sesuai spesifikasi yang telah ditentukan.
Penetapan quarry atau borrow area yang akan dipakai tergantung dari kualitas bahan (harus
sesuai spesifikasi) perkiraan volume bahan yang tersedia, dan jarak tempuh quarry dengan
lokasi pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Analisis gambar desain, peta situasi dan data hasil penyelidikan tanah diperlukan untuk
membuat rencana persiapan lapangan, menentukan jalan kerja, menentukan quary,
membuat site plan dan hasil akhir yang paling penting adalah membuat smetode
pelaksanaan yang efektif dan efisien.

4.2. Identifikasi Jenis Bahan pada Quary

Sebelum melakukan survey pada quary, pelaksana perlu melakukan identifikasi jenis bahan
yang akan dipakai berdasarkan data dari spesifikasi teknis. Pelaksana lapangan biasanya
diberi tugas hanya mencari bahan-bahan dari quary dan borrow area misalnya tanah
timbunan, pasir, koral, sirtu dan lain-lain, dan nantinya akan mengawasi pelaksanaan
pengambilan bahan-bahan tersebut. Untuk itu ada baiknya, pelaksana lapangan dapat
mempelajari pengetahuan dan karakteristik bahan sebagai berikut :

• Bahan galian dan timbunan saluran irigasi;


• Bahan untuk pekerjaan bangunan irigasi;
• Bahan untuk pekerjaan jalan dan jembatan.

4.3. Survey Kondisi Tanah dan Kondisi Lapangan Kerja

Survey tersebut dicocokkan dengan gambar desain, peta situasi dan data hasil penyelidikan
tanah. Dengan survey tersebut akan dapat ditentukan jalan kerja (dari quary maupun jalan
site), pembuatan site plan dan menentukan metode pelaksanaan. Berikut disampaikan

Survey Lapangan 33
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

pedoman survey lapangan, apa saja yang harus dikerjakan, dicatat dan diambil datanya.
Survey ini lengkap sekali, untuk itu pelaksana lapangan perlu konsultasi kepada atasan
langsung survey apa saja yang perlu dilakukannya.

Survey Lapangan 34
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Survey Lapangan 35
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Survey Lapangan 36
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Survey Lapangan 37
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Survey Lapangan 38
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

4.4. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan yang ditampilkan dan diterapkan merupakan cerminan dari


profesionalitas dari tim pelaksana proyek, yaitu manajer proyek dan perusahaan yang
bersangkutan. Karena itu dalampenilaian untuk menentukan pemenang tender, penyajian
metode pelaksanaan mempunyai bobot penilaian yang tinggi. Yang diperhatikan bukan
rendahnya nilai penawaran harga, meskipun kita akui bahwa rendahnya nilai penawaran
merupakan jalan untuk memperoleh peluang ditunjuk menjadi pemenang tender/pelelangan.

4.4.1. Analisa Hasil Survey Lapangan

Hasil survey lokasi pekerjaan, lokasi quary, lokasi borrow area, jalan kerja, sosial budaya di
sekitar lokasi pekerjaan, dianalisa dengan cermat dan teliti. Juga disurvey lokasi spoil bank
pada pekerjaan galian tanah yang kesemuanya menyangkut tanah penduduk.

Keseluruhan hasil survey digunakan untuk menentukan metoda pelaksanaan dan


kemungkinan adanya review design karena adanya hambatan-hambatan pada lokasi
pekerjaan.

4.4.2. Evaluasi Metoda Pelaksanaan sesuai Dokumen Kontrak

Pada waktu pemasukan tender, pelaksanaan konstruksi sudah membuat metode


pelaksanaan sebagai dasar perhitungan harga satuan pekerjaan. Metoda pelaksanaan pada
waktu tender perlu dievaluasi dan dicocokkan dengan hasil survey lapangan.

4.4.3. Pembuatan Metoda Pelaksanaan Bersama Bagian Lain Terkait

Metoda pelaksanaan dibuat per item pekerjaan dengan cermat dan teliti. Pembuatan metoda
pelaksanaan merupakan siatu siklus dalam arti apabila setelah dihitung harga satuan per
item pekerjaan masih terlalu tinggi, diusahakan mencari metoda pelaksanaan yang lebih
efisien, begitu seterusnya.

Survey Lapangan 39
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Catatan :

Perlu diketahui bahwa pertanggungan jawab pembuatan metoda pelaksanaan adalah kepala
proyek. Pelaksana hanya memberikan data-data lapangan yang penting. Begitu juga
perhitungan analisa harga satuan.

Tetapi dalam hal ini, semua staf inti proyek termasuk pelaksana lapangan harus mengetahui
maksud dan tujuan pembuatan metoda pelaksanaan, cara pembuatan dan mempelajari
dengan cermat dan teliti metoda pelaksanaan setiap item pekerjaan, untuk pedoman
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

Yang perlu diperhatikan dalam metode pelaksanaan pembuatan saluran adalah antara lain:

• Harus diamati proses pekerjaan dan seminimal mungkin adanya alat berat yang idle;
• kesepuluh dump truck yang harus disediakan selalu dalam kondisi yang baik dan
siap kerja. Satu saja dump truck yang rusak sehingga yang beroperasi hanya 9 buah
akan menimbulkan pembengkakan biaya;
• Adalah lebih baik misalnya menyediakan 2 dump truck cadangan untuk mengganti
apabila ada yang rusak;
• Pada saat sekarang lebih efisien apabila kepala proyek mengambil sub kontraktor
spesialis galian dan timbunan sehingga unit price bisa terkendali;
• Pelaksana tetap akan mengawasi utilitas dan jumlah alat dari pihak sub kontraktor
agar pekerjaan dilakukan secara efisien dan subkontraktor juga terhindar dari
kerugian yang tidak perlu;
• Sehubungan dengan kecepatan hauling dump truck, perlu diperhatikan kondisi jalan
kerja dari quary ke site.

4.5. Bahan dan Alat yang Digunakan

4.5.1. Identifikasi volume dan jenis bahan quary

- Identifikasi kualitas bahan dari quary (ambil sample (contoh) bahan dan dilakukan
test di lab)
- Identifikasi perkiraan volume bahan di quary
- Identifikasi jarak quary dari site.

4.5.2. Penentuan Volume Bahan dan Jenis Alat

- Spesifikasi bahan diidentifikasi dari spec teknis


- Volume bahan diidentifikasi dari BOQ
- Jenis alat yang harus disediakan diidentifikasi dari spesifikasi teknis

Survey Lapangan 40
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

4.5.3. Penentuan dan Perhitungan Jenis dan Tipe Alat yang Dibutuhkan

- Ditetapkan lebih dahulu quary ataupun borrow area yang cocok baik volume, kualitas
dan jarak dari site.
- Dihitung jarak pengangkutan bahan dari quary ke site
- Dari hal tersebut di atas dapat dihitung jenis, tipe dan jumlah alat yang dibutuhkan.

4.6. Perhitungan Biaya Pelaksanaan

- Didientifikasi jenis, tipe dan jumlah alat yang dibutuhkan


- Diidentifikasi volume bahan yang dibutuhkan sehingga dapat dihitung biaya bahan
per satuan pekerjaan
- Dihitung biaya upah pekerjaan.
- Dihitung biaya peralatan dari daftar peralatan yang dibutuhkan
- Dihitung biaya lain-lain yang terkait dengan item pekerjaan tersebut.
- Dari kesemuanya dapat dihitung biaya pelaksanaan per item pekerjaan.
- Biaya pelaksanaan tersebut dibandingkan dengan rencana anggaran pelaksanaan
yang ada.
- Perlu evaluasi metode pelaksanaan apablia biaya pelaksanaan tersebut tidak sesuai/
melebihi rencana anggaran yang ada.

Catatan:

Metode pelaksanaan dan perhitungan biaya pelaksanaan biasanya dibuat oleh kepala
proyek beserta staf teknik. Pelaksana memberikan data dukungan saja. Ada kemungkinan
untuk pekerjaan sederhana, pelaksana dilatih untuk membuat metoda pelaksanaan yang
baik.

Adalah tugas pelaksana lapangan untuk mengawasi pelaksanaan metoda tersebut agar
berjalan sesuai prosedur yang telah dibuat dan mendeteksi apabila ada hambatan -
hambatan yang cenderung menjadikan pembengkakan biaya segera dapat dilakukan
tindakan perbaikan bersama bagian lain terkait.

Survey Lapangan 41
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

BAB 5
PENGUKURAN, PEMATOKAN DAN PEMASANGAN BOUWPLANK
PROFIL SALURAN

5.1. Kompetensi

No Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja

1 Menyiapkan pelaksanaan engukuran,  Pengarahan tim pengukur


pematokan dan pemasangan bouwplank lapangan dilakukan.
profil saluran  Peralatan dan perlengkapan untuk
pengukuran disiapkan secara
lengkap sesuai kebutuhan.
 Konsultasi dan koordinasi dengan
unit lain dilakukan secara sinergi.

2 Melakukan pengukuran panjang, lebar,  Pengukuran panjang saluran


dan elevasi saluran dilakukan secara tepat.
 Pengukuran lebar saluran pada
titiktitik patok gambar dilakukan
secara cermat sesuai gambar
kerja.
 Pengukuran elevasi pada titik
yang ditentukan dilakukan secara
cermat dan teliti sesuai gambar
kerja.

3 Melakukan pematokan titik-titik yang  Patok untuk memberi tanda hasil


ditentukan pengukuran disiapkan sesuai
kebutuhan.
 Patok pada titik yang ditentukan
dipasang secara tepat dan kokoh.
 Tanda elevasi pada patok yang
ditentukan di pasang secara tepat.

Pengukuran, Pematokan Dan Pemasangan Bouwplank 42


Profil Saluran
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

No Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja

4 Melakukan pemasangan bouwplank profil  Bouwplank dengan dimensi


saluran pada titik yang telah ditentukan danukuran sesuai gambar
disiapkan sesuai kebutuhan.
 Bouwplank sesuai dimensi dan
ukuran pada titik yang ditentukan
di distribusikan secara tepat dan
teliti.
 Bouwplank pada titik yang
ditentukan dipasang secara
kokoh.

5 Melaksanakan pengamanan posisi  Ketepatan pemasangan patok


pemasangan patok-patok diperiksa berdasarkan gambar
kerja.
 Kebenaran tanda elevasi per
patok diperiksa secara teliti.
 Pengaman patok dan bouwplank
dipasang secara kokoh.

5.2. Persiapan Pengukuran

5.2.1. Identifikasi Gambar Rencana

Posisi titik ikat untuk menetapkan koordinat lokasi pekerjaan diambil dari sebuah titik BM
(Bench Mark tertentu sesuai dengan yang di tetapkan di dalam kontrak atau sesuai petunjuk
Direksi). Bench Mark merupakan titik tetap yang ada di dalam sebuah sistem tata koordinat
suatu wilayah. Data koordinat pada titik BM menunjukkan koordinat x,y dan z titik tersebut di
permukaan bumi. Untuk mengetahui koordinat sebarang titik di muka bumi, bisa dilakukan
dengan cara melakukan pengukuran menggunakan alat ukur dari sebuah titik BM ke titik
yang ingin diketahui koordinatnya. Dengan mengacu pada data koordinat titik BM tersebut
maka koordinat titik yang dicari akan diketahui.

Pada sistem yang sudah maju seperti kondisi sekarang ini koordinat sebuah titik bisa
ditentukan dengan menggunakan alat bernama GPS (Global Positioning System) secara
langsung. GPS bisa memberikan data koordinat dengan cara menerima data yang
dipancarkan dari beberapa satelit tertentu yang antara lain digunakan untuk keperluan
tersebut.

Pengukuran, Pematokan Dan Pemasangan Bouwplank 43


Profil Saluran
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Pada pekerjaan konstruksi sebuah proyek, oleh Pengguna Jasa akan di tetapkan titik BM
yang akan dipakai sebagai acuan oleh Penyedia Jasa untuk menentukan koordinat pada
pekerjaan konstruksi tersebut. Titik BM yang dipakai sebagai acuan dipilih dari beberapa titik
BM yang ada, yang paling dekat dengan lokasi proyek dan yang kondisinya masih baik, tidak
rusak atau miring serta kemungkinan terjadi penurunan permukaan tanah bila BM tersebut
terletak pada sebuah bangunan tetap. Titik BM ini juga dipergunakan oleh Pengguna Jasa
pada waktu tahap perencanaan proyek.

Pada pelaksanaan pengukuran dari titik BM ke lokasi proyek, dibuatkan beberapa titik bantu,
lengkap dengan data koordinatnya di beberapa lokasi sepanjang jarak pengukuran tersebut.
Agar titik bantu tersebut masih bisa dipakai sebagai acuan dikemudian hari bila diperlukan,
titik bantu dibuat dengan patok yang kuat bisa dari beton atau dari kayu, dicat dan diletakkan
pada posisi yang aman dari gangguan yang bisa mengubah kedudukan patok tersebut atau
diletakkan di bangunan tetap yang ada di sekitar pekerjaan seperti tiang listrik, jembatan dan
lainnya.

Untuk mengidentifikasi lokasi rencana saluran dan bangunan, bisa dilakukan dengan cara
mengidentifikasi gambar situasinya maupun gambar penampang memanjang serta
melintangnya. Untuk mengetahui posisi lokasi saluran secara tepat, tergambar pada as
salurannya sedang letak bangunan bisa dilihat di patok profil atau hektometernya dengan
koordinat pada as bangunannya (as bangunan sama dengan as saluran).

Bersama dengan Juru Ukur, patok-patok profil yang merupakan as saluran/bangunan tadi
dicek keberadaannya di lapangan. Dengan mengetahui keberadaan patok-patok tersebut di
lapangan, Pelaksana Lapangan bisa mengarahkan Mandor untuk mengambil titik atau patok
tersebut sebagai acuan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan.

5.2.2. Koordinasi dengan Juru Ukur

Pelaksanaan pekerjaan konstruksi baru bisa dimulai apabila sudah dilaksanakan pekerjaan
pengukurannya, hal ini untuk mengetahui apakah ada perubahan pada kondisi permukaan
tanah aslinya serta untuk memeriksa kebenaran hasil pengukuran yang dilakukan oleh
Pengguna Jasa. Pelaksanaan pekerjaan pengukuran juga untuk membuat titik bantu di
dekat lokasi pekerjaan untuk dipakai sebagai acuan pada waktu konstruksinya dilaksanakan.
Dengan demikian Pelaksana Lapangan sangat berkepentingan sekali dengan jadual
rencana pengukuran yang dilaksanakan oleh Juru ukur. Oleh sebab itu selalu dilakukan
koordinasi diantara mereka agar jadual dan tahapan pelaksanaan pengukuran memenuhi
dan sesuai dengan jadual dan tahapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang akan
dilaksanakan di lokasi yang direncanakan.

Pengukuran, Pematokan Dan Pemasangan Bouwplank 44


Profil Saluran
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Pelaksanaan pekerjaan baru bisa dimulai setelah proses pemeriksaan data ukur selesai dan
disahkan oleh Direksi Pekerjaan, kemudian diikuti dengan pembuatan gambar pelaksanaan
dan gambar kerjanya serta pemasangan patok-patok pengukuran yang akan dijadikan
acuan pekerjaan sudah dilaksanakan. Perhitungan volume pekerjaan bisa dilaksanakan
menyusul dan hasilnya dituangkan dalam amandemen kontrak pekerjaan. Pada umumnya
perbedaan hasil pengukuran hanya terjadi, apabila ada perubahan kondisi permukaan
tanah. Pelaksanaan pekerjaan, nantinya akan disesuaikan dengan hasil pengukuran mutual
chek awal (MC0). Dari hasil pengukuran MC0 yang dilakukan Bersama Direksi Pekerjaan
akan dibuatkan gambar pelaksanaannya oleh Juru Gambar yang dijadikan sebagai acuan
untuk menghitung volume pekerjaan yang akan dilaksanakan. Volume hasil perhitungan
gambar pengukuran ini merupakan volume galian atau timbunan tanah yang kemungkinan
bisa berubah berhubung adanya perubahan kondisi permukaan tanah diantara waktu
perencanaan dan pelaksanaan. Kondisi ini bisa saja terjadi pada pekerjaan pembuatan
saluran baru di suatu proyek pengembangan kawasan.

5.2.3. Penyiapan alat ukur, patok – patok dan bouwplank

a) Penyiapan alat ukur dan patok-patok kayu untuk keperluan pengukuran disiapkan
oleh Juru Ukur dan pembantunya.

Patok bantu adalah beberapa patok yang kuat bisa terbuat dari beton atau kayu yang
kuat, dicat (sebelumnya sudah dibuat oleh pekerja di areal basecamp atau di tempat
lain yang memungkinkan) dan dipasang ditempat yang aman dari gangguan, serta
dilengkapi dengan data koordinatnya, diantara jarak pengukuran dari lokasi titik BM
ke titik-titik yang merupakan rencana sebuah konstruksi yang akan ditentukan
koordinatnya.

Jumlah titik/patok bantu tergantung kebutuhan. Untuk lokasi konstruksi yang


terpencar cukup jauh dibutuhkan beberapa titik/patok bantu minimal sebanyak jumlah
lokasi konstruksi tersebut. Fungsi patok bantu adalah untuk dijadikan acuan dalam
menentukan koordinat (x, y, z) pada penempatan patok profil/as rencana saluran
maupun bangunan. Urutan kegiatan pekerjaan pengukuran pada umumnya adalah
sebagai berikut: Setelah pekerjaan mutual check awal dilaksanakan, yang antara lain
juga untuk membuat patok bantu, pekerjaan pembersihan lapangan dilaksanakan.
Kemudian setelah pekerjaan pembersihan lapangan selesai, karena patokpatok profil
banyak yang hilang, maka dibuatkan lagi patok-patok rencana as salurannya.

Dengan adanya patok bantu, Juru ukur tidak usah selalu mengambil acuan dari patok
BM yang jauh, tapi cukup dari patok bantu saja apabila ada masalah pada patok

Pengukuran, Pematokan Dan Pemasangan Bouwplank 45


Profil Saluran
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

profil atau as rencana saluran yang sudah terpasang. Atau kalua patok bantunya
cukup dekat, Mandor bisa langsung mengambil elevasi rencana saluran/ bangunan
lewat patok bantu dengan menggunakan selang timbangan air (selang karet bening
yang memang khusus dipergunakan untuk keperluan ini).

Patok profil adalah patok-patok yang dipasang pada umumnya setiap jarak 50m atau
25m, tergantung kondisi lapangan dan ketentuan di spesifikasinya, untuk
menunjukkan letak as rencana saluran di lapangan sesuai gambar situasi rencana
salurannya. Di lapangan, patok profil tersebut merupakan patok as saluran atau
bangunan yang direncanakan. Bouwplank disiapkan oleh Mandor dan baru dipasang
apabila pekerjaan akan dimulai. Fungsi bouwplank misalnya pada pekerjaan galian
saluran antara lain adalah: di awal pekerjaan sebagai acuan dalam menentukan
dimensi lebar dan elevasi dasar rencana galian saluran, kemudian sebagai acuan
elevasi rencana pemasangan badan saluran atau pembuatan lining saluran.

Di lapangan, bouwplank bisa saja hanya merupakan patok kayu seukuran kaso yang
posisinya sudah diletakkan sesuai dengan posisi rencana saluran, ditancapkan di
batas sisi-sisi luar rencana galian yang akan dilaksanakan, dan ditopang dengan
kuat agar tidak berubah kedudukannya. Tiang kayu tersebut dihubungkan dengan
papan melintang dengan tepi atas papan ditetapkan pada elevasi tertentu (dapat
dituliskan langsung pada papannya misal + 3.00). Pada tepi atas papan tersebut
ditandai dengan garis menggunakan pinsil berwarna untuk menunjukkan lebar galian
yang harus dilaksanakan. Pada garis tadi diikatkan benang khusus yang memang
dipergunakan untuk keperluan seperti ini. Benang tersebut kemudian ditarik dan
diikatkan pada papan di patok profil berikutnya di bagian sebelah hilir/hulunya.
Benang ditarik cukup kuat sehingga kelurusan benang searah vertikal benar-benar
rata, karena kerataan benang ini akan berpengaruh pada penentuan elevasi rencana
galian saluran di tempat tersebut.

Gambar 11 Contoh Bowplank

Pengukuran, Pematokan Dan Pemasangan Bouwplank 46


Profil Saluran
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

b) Untuk patok bantu penempatannya disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan


sebagai yang telah dijelaskan di bagian atas.

Jarak antara bouwplank ditentukan sesuai dengan kebutuhannya untuk menjamin


pelaksanaan pekerjaan bisa rapi dan mempunyai dimensi dan elevasi rencana yang
sesuai dengan gambar kerja dan ketentuan yang disyaratkan.

5.3. Pelaksanaan Pengukuran

5.3.1. Penentuan titik-titik pengukuran

a) Titik bantu ditempatkan pada patok yang aman dari gangguan atau di bangunan
tetap yang stabil
b) Jumlah titik bantu disesuaikan dengan panjang pekerjaan dan jumlah lokasi
konstruksi termasuk lokasi bangunan pelengkap.

5.3.2. Penempatan titik patok dan bouwplank

a) Titik patok dipasang mengacu kepada titik bantu dan karena menjadi acuan utama
dalam pelaksanaan pekerjaan, lokasinya pada umumnya diletakkan sebagai as
rencana saluran.
b) b) Elevasi dan ukuran lebar untuk pemasangan bouwplank mengacu kepada gambar
kerja penampang melintangnya di setiap patok profil. Sedang jumlah bouwplank
sesuai dengan jumlah gambar penampang melintangnya, atau mungkin bisa saja
dengan jarak yang lebih dekat sesuai kebutuhannya. Untuk pengambilan elevasinya
mengacu kepada patok bantu terdekat. Patok bouwplank baru dipasang saat
pekerjaan dimulai, tidak dipasang pada waktu pelaksanaan pekerjaan pengukuran.
c) Penempatan dan pemasangan bouwplank di setiap profil dengan cara menarik
pengukuran dari titik patok acuan, pada umumnya yang dipakai acuan adalah patok
rencana as saluran. Patok bouwplank dipasang tegak lurus rencana as saluran.

5.3.3. Koreksi gambar rencana

a) Hasil pengukuran yang dituangkan dalam gambar pelaksanaan diidentifikasi.


Berdasar hasil pengukuran mutual chek awal/ MC0 yang dilakukan Bersama Direksi
Pekerjaan akan dibuatkan gambar pelaksanaannya oleh Juru Gambar yang dijadikan
sebagai acuan untuk menghitung volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Volume ini merupakan volume galian atau timbunan tanah yang kemungkinan bisa
berubah berhubung ada perubahan kondisi permukaan tanah diantara waktu
perencanaan dan pelaksanaan. Kondisi ini bisa terjadi pada pekerjaan pembuatan
saluran baru di suatu proyek pengembangan kawasan.

Pengukuran, Pematokan Dan Pemasangan Bouwplank 47


Profil Saluran
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

b) Gambar pelaksanaan dibandingkan dengan gambar rencana untuk memeriksa


apakah ada perubahan kondisi permukaan tanahnya.

5.3.4. Penyajian gambar pengukuran

a) Gambar hasil pengukuran merupakan gambar hasil koreksi bersama antara


Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa untuk dijadikan dasar perhitungan volume yang
baru maupun pelaksanaan pekerjaan.
b) Volume pekerjaan yang benar, dihitung berdasar gambar hasil pengukuran bersama
(MC0). Apabila sampai dengan akhir pekerjaan, tidak ada perubahan desain yang
mengakibatkan perubahan volume pekerjaan, maka volume pekerjaan, tetap
berdasarkan pada volume perhitungan MC0. Akan tetapi apabila pada waktu
pelaksanaan pekerjaan dilakukan perubahan desain yang mengakibatkan perubahan
volume pekerjaan, maka akan dilakukan perhitungan kembali sesuai dengan volume
pekerjaan nyata yang dilaksanakan.

5.3.5. Dokumentasi hasil pengukuran

a) Dokumentasi gambar pengukuran dilakukan dengan mengikuti aturan


pendokumentasian yang benar. Disimpan dalam rak yang memuat gambar ukuran
A1 atau lemari gantung sesuai dengan ukuran kertasnya dengan diberi penamaan
agar mudah dalam mencarinya. Dipisahkan antara gambar kalkir dan cetakannya.
Yang terpenting untuk didokumentasikan adalah gambar purnalaksana atau as built
drawing. Dokumentasi juga dilakukan dengan cara membuat soft copy menggunakan
alat penyimpan elektronik yang berupa compact disc. Penyimpanan dilakukan
dengan cara memberikan label pada sampulnya atau langsung pada discnya agar
mudah mencarinya bila diperlukan.
b) Gambar disusun dimulai dengan lembar daftar gambar, gambar situasi, penampang
memanjang serta gambar penampang melintangnya untuk seluruh gambar saluran
dan bangunan pelengkapnya.

Pengukuran, Pematokan Dan Pemasangan Bouwplank 48


Profil Saluran
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

BAB 6
PEKERJAAN TANAH

5.4. Kompetensi

No Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja

1 Melakukan persiapan pekerjaan tanah  Jalan akses ke lokasi pekerjaan


ditentukan.
 Basecamp dan direksi kit dibuat.
 Peralatan dan tenaga kerja di
mobilisasi sesuai kebutuhan.
 Lokasi pekerjaan dibersihkan.

2 Melakukan pekerjaan galian tanah  Peralatan penggalian yang


dibutuhkan ditempatkan pada
lokasi penggalian.
 Penggalian dilakukan sesuai
dengan patok dan bouwplank.
 Hasil galian ditempatkan ke lokasi
yang sudah ditentukan secara
tepat sesuai spesifikasi.

3 Melakukan pekerjaan penimbunan  Alat angkut dan pemadatan


ditempatkan dilokasi penimbunan.
 Penimbunan per lapis dilakukan
sesuai spesifikasi.
 Pemadatan per lapis dilakukan
sesuai spesifikasi.
 Pemeriksaan mutu timbunan
dengan pihak pemeriksa mutu
dilakukan sesuai spesifikasi.

5.5.

Pekerjaan Tanah 49
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

5.6. Pekerjaan Galian dan Timbunan

5.6.1. Pekerjaan Galian Tanah

Metode Pelaksanaan dari pekerjaan galian tanah adalah sebagai berikut:

 Menyiapkan as saluran
 Menentukan batas galian bodem
 Menentukan batas timbunan kanan dan kiri (untuk benangan)
 Menggali tanah sampai kedalaman yang ditentukan selebar bodem saluran.
Hasil galian dibuang kenanan dan kekiri atau dibuang dengan dump truck. Menggali
tanah untuk membentuk kemiringan bagian kiri galian tanah sifatnya kasar belum
difinish sehingga belum tepat sesuai kemiringan yang ditentukan.
 Menggali tanah untuk membentuk kemiringan bagian kanan galian tanah, sifatnya kasar
belum difinishkan sehingga belum tepat sesuai kemiringan yang ditentukan.
 Memasang kembali patok as batas bodem, batas kemiringan atas kanan dan kiri pada
patok-patok yang kurang akibat operasi alat berat
 Rapikan Galian sesuai ketentuan
 Peralatan :
 Excavator ……… unit
 Dump truck ……… unit
 Dozer ……… unit
 Compactor / vibrator ……… unit
 Tangki air ……… unit

5.6.2. Pekerjaan Timbunan Tanah

Metode Konstruksi Timbunan untuk saluran irigasi primer, sekunder dan sub sekunder:

• Setting out lokasi saluran irigasi oleh surveyor Bersama dengan konsultan supervisi
• Setting out lokasi Borrow area yang telah disetujui surveyor beserta konsultan
supervisi
• Selected material untuk timbunan dari quarry yang telah disetujui, mulai digali
dengan menggunakan excavator dan ditransport ke site menggunakan dumptruck
dengan jumlah yang cukup dengan jarak angkut yang disetujui Bersama dengan
konsultan (sekitar 1-25 km).
• Permukaan tanah yang akan ditimbun harus dikupas dulu dan dibersihkan dari
kotoran, tumbuh-tumbuhan dan material lain. Juga harus dibersihkan dari genangan
air atau tanah yang terlalu basah.

Pekerjaan Tanah 50
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

• Sebelum menimbun tanah, permukaan tanah harus dipadatkan dan dikasarkan


dengan menggunakan bulldozer
• Material tanah yang dihampar dengan ketebalan + 20-30 cm lapis demi lapis dengan
menggunakan dozer
• Material tanah harus dibasahi dengan menggunakan tangka air apabila moisture
content (kurang) dan dijemur dulu apabila moisture content terlalu tinggi, untuk
mencapai moisture content yang optimum
• Lapisan timbunan harus dipadatkan dengan vibro roller atau sheep foot roller untuk
mencapai kepadatan yang direncanakan
• Jumlah lintasan compactor diputuskan sebelumnya pada pelaksanaan trial
embankment
• Setelah top elevasi dari timbunan tercapai, finishing slope timbunan atau trimming
dilakukan dengan exacavator.

Pekerjaan Tanah 51
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

BAB 7
PEKERJAAN SALURAN

6. BAB 7 PEKERJAAN SALURAN

7.1. Pekerjaan Beton

Pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi beton bertulang, tahapan pekerjaannya adalah


sebagai berikut :

Gambar 12 Tahapan Pekerjaan Beton

7.2. Pemeriksaan Bahan – Bahan

Bila dianggap perlu Pengawas Bangunan dapat memerintahkan agar diadakan pemeriksaan
pada bahan-bahan atau pada campuran bahan-bahan yang dipakai dalam pelaksanaan
konstruksi beton bertulang untuk menguji apakah syarat-syarat mutu dipenuhi.

A. Semen Portland
• Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling
klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidraulis dan
gips sebagai bahan pembantu.
• Ketika semen dicampur air timbullah reaksi kimia antara campurannya dengan
air

Pekerjaan Saluran 52
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

• Persenyawaan mengalami hidrasi sangat cepat disertai pelepasan sejumlah


panas dan akan mengeras dalam beberapa jam
• Pengikatan dan pergeseran adalah reaksi kimia dimana air m-emegang peranan
penting dan pengikatan serta pengerasan berhenti segera setelah beton menjai
kering.
B. Agregat Halus (Pasir)
• Dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrai alami dari batuan-batuan
atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu
• Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir
agregat halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-
pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan
• Agregat halus tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 5%.
• Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak
• Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan harus memenuhi
syarat-syarat berikut:
 sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat
 sisa di atas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat
 sisa di atas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80% dan 95%.
C. Agregat Kasar (Kerikil dan Batu Pecah)
• Berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batuanbatuan batu pecah
yang diperoleh dari pemecahan batu.
• Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori dan harus bersifat
kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruhpengaruh cuaca, seperti terik
matahari dan hujan.
• Tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap berat
kering). Apabila kadar Lumpur melampaui 1% maka agregat kasar harus
dicuci.
• Tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat
yang reaktif alkali.
• Harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila
diayak dengan susunan ayakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
 Sisa diatas ayakan 31.5 mm, harus 0% berat
 Sisa diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat
 Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan
adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat.

Pekerjaan Saluran 53
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

• Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari cetakan, sepertiga dari
tebal pelat atau tiga perempat dari jarak bersih minimum di antara batang-
batang atau berkas-berkas tulangan.
D. Air
• Air tawar yang dapat diminum
• Tidak mengandung bahan-bahan yang dapat merusak beton baja
• Air yang jernih tidak mengandung kotoran-kotoran, tidak mengandung bahan-
bahan perusak (fosfat, minyak, asam, alkali, bahan-bahan organis atau
garam-garam)
• Air untuk perawatan beton dengan syarat keasaman tidak boleh dengan pH
lebih besar dari 6 dan tidak boleh terlalu sedikit mengandung kapur.
E. Baja dan Batang Tulangan
• Setiap jenis baja tulangan yang dihasilkan pabrik-pabrik baja yang terkenal,
dapat dipakai
• Baja tulangan dengan mutu yang meragukan harus diperiksa di lembaga
pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
• Batang tulangan menurut bentuknya dibagi dalam batang polos dan batang
yang diprofilkan
• Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1
mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.
• Berkas tulangan hanya boleh terdiri dari 2, 3 atau 4 batang yang sejajar.
F. Pemeriksaan Mutu Beton dan Benda Uji
• Selama masa pelaksaaan, mutu beton dan mutu pelaksanaan harus diperiksa
secara kontinu dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji
• Benda-benda uji kubus harus dibuat dengan cetakan-cetakan yang paling
sedikit mempunyai dua dinding yang berhadapan.
• Adukan beton yang harus diambil langsung dari mesin pengaduk
• Beban hancur dari kubus berlaku beban tertinggi yang ditunjukan oleh
pesawat penguji.

7.3. Persiapan

• Sebelum pembuatan beton dimulai, semua alat-alat pengaduk dan


pengangkut beton harus sudah bersih
• Sebelum beton dicor semua ruang-ruang yang akan diisi dengan beton harus
dibersihkan dari kotoran-kotoran, kemudian cetakancetakan dan pasangan-
pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibasahi

Pekerjaan Saluran 54
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

dengan air sampai jenuh, sedangkan tulangan harus terpasang dengan baik
sesuai gambar kerja.
• Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan erat dengan beton baru
harus dikasarkan dan dibersihkan
• Air harus dibuang dari semua ruang-ruang yang akan diisi dengan beton

7.4. Pengadukan

• Pengadukan beton pada semua mutu beton, kecuali mutu Bo, harus
dilakukan dengan mesin pengaduk.
• Selama pengadukan berlangsung kekentalan adukan beton harus diawasi
terus menerus oleh tenaga pengawas yang ahli dengan jalan memeriksa
slump pada setiap campuran beton yang baru.
• Waktu pengadukan bergantung pada kapasitas drum pengaduk, banyaknya
adukan yang diaduk, jenis dan susunan butir dari agregat yang dipakai dan
slump dari betonnya, akan tetapi pada umumnya harus diambil paling sedikit
1.5 menit setelah semua bahan-bahan dimasukkan kedaam drum pengaduk.
• Apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi syarat
minimal,misalnya terlalu encer karena kesalahan dalam pemberian jumlah air
pencampur atau sudah mengeras Sebagian atau yang tercampur denga
bahan-bahan asing, maka adukan ini tidak boleh dipakai dan harus
disingkirkan dari tempat pelaksanaan.

7.5. Pengangkutan

Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus


dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat dicegah pemisahan dan kehilangan bahan-
bahan.

Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan waktu
pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dengan yang akan dicor.

Adukan beton sudah harus dicor dalam waktu 1 jam setelah pengadukan dengan air dimulai.
Jangka waktu ini dapat diperpanjang apabila digerakkan kontinu secara mekanis dan bila
perlu dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan setelah mendapat izin.

7.6. Pengecoran

Beton harus dicor sedekat-dekatnya ke tujuannya yang terakhir untuk mencegah pemisahan
bahan-bahan akibat pemindahan adukan di dalam cetakan.

Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan ini harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai mencapai
siar-siar pelaksanaan yang ditetapkan sebagai berikut:

Pekerjaan Saluran 55
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

• Siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa hingga tidak
banyak mengurangi kekuatan dari konstruksi.
• Antara pengecoran balok atau pelat dan pengakhiran pengecoran kolom harus ada
waktu yang cukup untuk memberi kesempatan kepada beton dari kolom untuk
mengeras.
• Pada pelat dan balok, siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan kira-kira di tengah-
tengah bentangnya, dimana pengaruh gaya melintang sudah banyak berkurang.

7.7. Pemadatan

• Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan sarang-sarang kerikil, adukan beton


harus dipadatkan selama pengecoran.
• Pemadatan ini dapat dilakukan dengan menumbuk-numbuk adukan atau dengan
memukul-mukul cetakan, tetapi dianjurkan untuk senantiasa menggunakan alat-alat
pemadat mekanis (alat penggetar).
• Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan kira-kira vertical,
tetapi dalam keadaan-keadaan khusus boleh miring 45 derajat.
• Selama penggetaran jarum tidak boleh digerakkan kea rah horizontal karena hal ini
akan menyebabkan pemisahan bahanbahan
• Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah mulai
mengeras.
• Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum dan pada umumnya
tidak boleh lebih tebal dari 30 a 50 cm;
• Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai nampak mengkilap
sekitar jarum.
• Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa hingga daerah-daerah
pengaruhnya saling menutupi.

7.8. Pemeliharaan Beton

Setelah pelaksanaan pengecoran, beton akan mengeras dan menyusut. Hal ini disebabkan
karena terjadinya reaksi kimia antara air dan semen yang mengeringkan sebagian masa
beton. Besarnya penyusutan sangat dipengaruhi oleh banyaknya air yang digunakan dalam
campuran beton. Penyusutan pada beton cair akan lebih besar dari beton kental. Beton di
udara yang lembab akan berkurang penyusutannya bila dibandingkan beton yang berada
pada udara kering. Dengan demikian maka untuk mengurangi penyusutan menjadi sekecil
mungkin seminimum mungkin, menggunakan alat penggetar mekanik dan beton dalam
keadaan lembab selama mungkin setelah pengecoran.

Pekerjaan Saluran 56
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Adanya penyusutan dapat menimbulkan retak. Biasanya retak terjadinya karena adanya
penahanan penyusutan. Untuk mengurangi terjadinya keretakan, maka diusahakan agar
beton pada kondisi kelembaban yang merata. Dalam aplikasi di lapangan maka setelah
pelaksanan pengecoran dilakukan pemeliharaan dengan cara membasahi permukaan beton
dengan air, menutup permukaan beton dengan karung yang basah, membasahi permukaan
dengan membuatkan pelindung / atap disertai dengan pengukuran kelembaban udara.

7.9. Metode Konstruksi Beton Lining Saluran dan Struktur

Pekerjaan beton tersebut terdiri dari semua struktur beton termasuk pembesian pre cast dan
composite struktur sesuai dengan spesifikasi kontrak dan dimensi seperti tertera dalam
gambar yang telah disetujui engineer supervisi. Pekerjaan termasuk persiapan tempat
dimana beton akan dicor, persiapan dan pemeliharaan dari pondasi, pengadukan beton dan
dewatering.

7.9.1. Metode Konstruksi Beton Lining Saluran

• Ditempat yang ada airnya, dilakukan dewatering dengan memakai sub mersible
pump 4” diameter
• Pekerjaan tanah diselesaikan lebih dahulu
• Setting out dilokasi lining
• Bekisting disiapkan sesuai tebal lining dan dipasang diantara segmen lining
sampai dengan kaki lining. Posisi yang tepat dari bekisting pada expansion joint,
control joint dan construction joint dan joint sealant untuk memudahkan
pengecoran beton.
• Batching Plant digunakan untuk lokasi yang bisa dijangkau truk mixer dan beton
mixer digunakan ditempat yang sempit.
• Setelah adukan beton mengering, bekisting dapat dilepas dan diisi dengan
expansion joint atau joint sealant untuk dilatasi.
• Setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari premature drying, temperatur
udara yang terlalu panas dan mechanical in jury.
• Beton harus dijaga selalu dari hilangnya kelembaban dengan suhu yang relative
konstan untuk memastikan hidrasi yang sesuai untuk semen dan pengerasan
dari betonnya.

7.9.2. Metode Konstruksi Untuk Struktur

• Setting out lokasi oleh survey bersama supervisi engineers


• Galian ditempat lokasi struktur dilakukan dengan excavator dan / atau man
power
• Potong dan bengkok pembesian di base camp

Pekerjaan Saluran 57
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

• Menyiapkan lantai kerja


• Memasang pembesian struktur lantai sesuai gambar kerja
• Kontraktor bersama konsultan supervisi memeriksa pemasangan pembesian dan
menyiapkan cek list apakah pembesian perlu diperbaiki atau tidak
• Pasang bekisting dari struktur lantai termasuk supporting, kalau diperlukan
• Pengecoran untuk struktur lantai dapat dilaksanakan biasanya dengan memakai
talang
• Bekisting dan supporting bisa dilepas
• Tahapan untuk pelaksanaan struktur dinding seperti pada tahapan pelaksanaan
struktur lantai
• Hasil dari pengecoran beton diperiksa bersama supervise engineer dan
dipersiapkan check list perbaikan /penyempurnaan
• Setelah perbaikan beton diselesaikan, dapat dilanjutkan menyiapkan
pemasangan batu dan aksesorisnya.

7.10. Pekerjaan Pemasangan Batu

a. Tahapan Pekerjaan
• Pengukuran lokasi
• Galian dan trimming dengan tenaga kerja
• Cor beton lantai kerja dengan tenaga kerja
• Pengadukan beton dengan concrete mixer
• Pasang batu kali dengan mandor pasang batu dan tenaga kerja
• Pasang batu hexagonal pada permukaan
• Finishing pasangan batu dengan plesteran
b. Gabion (bronjong)

Untuk gabion dipergunakan kawat galvanized sesuai spesifikasi. Tahapan pekerjaan


bronjong:

• Pengukuran lokasi
• Galian dan trimming dengan tenaga kerja
• Pasang kawat wire mesh mulai dari bawah
• Isikan material batu pada pabrikasi wire mesh dengan tenaga kerja

7.11. Pekerjaan Jalan Inspeksi

7.11.1.1.Perkerasan Sirtu

• Setelah pelaksanaan pekerjaan timbunan selesai dan konsolidasi dari timbunan


sudah dianggap maximum, kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan perkerasan sirtu

Pekerjaan Saluran 58
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

• Perbaikan timbunan tanah dilaksanakan dengan peralatan grader


• Supply material sirtu dengan dump truck dan ditumpuk secara teratur ditempat yang
akan ditimbun
• Material sirtu dihampar dengan grader dan dipadatkan dengan tandem roller/alat
pemadat.
• Sebelum dipadatkan, material perkerasan harus diberi air apabila perlu agar tercapai
optimum moisture content.

Tahapan pekerjaan ;

• Leveling timbunan tanah dengan grader


• Supplier material sirtu dengan dumptruk ke lapangan
• Penghamparan dan leveling sirtu dengan grader
• Curing dengan water tank truk
• Pemadatan dengan tandem roller
• Testing pemadatan sesuai spesifikasi

7.11.1.2.Subbase Course dan Base Course

Pondasi jalan aspal biasanya terdiri dari subbase course setebal + 35 cm dan base course
setebal + 15 cm dengan gradasi sesuai standar spesifikasi Bina Marga yaitu campuran batu
pecah dan sirtu atau semuanya batu pecah.

Tahapan pekerjan :

• Material untuk sub base course dan base course dihampar dan dipadatkan lapis
demi lapis, tidak lebih dari 15 cm setelah pemadatan.
• Material tersebut dibawa dumptruk dari quarry dan dihampar dilokasi dengan motor
grader lapis demi lapis
• Pemadatan dilakukan oleh tandem roller / vibraroller
• Water tank truk digunakan untuk menambah air guna pencapaian optimum moisture
content yang diperlukan agar tercapai maximum dry density.

7.11.1.3.Perkerasan Aspal

Ketebalan slope dan dimensi dari perkerasan aspal sesuai spesifikasi teknis dan gambar
berdasarkan standar spesifikasi Bina Marga dan persyaratan dari engineer.

• Permukaan base course dibersihkan dulu dengan air compressor dan diberi coating
dengan aspal cair dengan alat aspal sprayer.

Pekerjaan Saluran 59
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

• Segera sesudah pelaksanaan coating, campuran, hotmix aspal, harus dihampar


dengan alat aspal finisher dan dipadatkan memakai tire roller dan tandem roller atau
roller lain sesuai petunjuk dari engineer.
• Penghamparan hotmix dilaksanakan dengan peralatan aspal mixing plant.

Pekerjaan Saluran 60
Modul Pelaksana Saluran Irigasi

BAB 8
PENGENDALIAN BIAYA, MUTU, WAKTU
8.1. Program Perecepatan Pekerjaan
Pelaksana lapangan harus selalu melakukan evaluasi skedul pekerjaan harian/mingguan.
Apabila terdeteksi adanya keterlambatan waktu pelaksanaan pekerjaan, segera harus dibuat
program percepatan pekerjaan antara lain dengan merevisi skedul untuk minggu/bulan
berikutnya dan kalau perlu menambah alat, tenaga kerja, bahan dan metode pelaksanaan
lain sebagainya.

8.2. Pemeriksaan Hasil Pekerjaan


Secara rutin staf proyek termasuk pelaksana lapangan melakukan pemeriksaan bersama
hasil pekerjaan bersama konsultan pengawas dan direksi lapangan. Dari pemeriksaan
bersama dapat diketahui adanya hasil pekerjaan yang tidak/kurang memenuhi syarat.

8.3. Pelaksanaan Sistem Mutu untuk Pelaksana Lapangan


Didalam melaksanakan suatu pelaksanaan pekerjaan, manajemen proyek harus mengikuti
dan memenuhi persyaratan yang tercantum didalam dokumen kontrak dan spesifikasi
terutama tentang persyaratan mutu pekerjaan.
Pada bidang pengendali suatu pekerjaan, kecuali proses Quality Control (Kontrol Kualitas)
yang melakukan uji mutu bahan dan produk jadi sesuai spec, sudah tiba waktunya bagi
kontraktor nasional untuk juga melaksanakan Sistem Manajemen Mutu di lapangan.
Sistem Manajemen Mutu penekanannya pada Quality Assurance (Jaminan Mutu) dimana
semua tindakan dilakukan secara terencana dan sistematik serta diimplementasikan dan
didemonstrasikan guna memberikan kepercayaan yang cukup bahwa produk itu akan
memuaskan pelanggan / pengguna jasa dengan kualitas yang telah ditentukan.
Sistem Manajemen Mutu harus dilaksanakan oleh seluruh pesonil proyek tidak terkecuali
oleh pelaksana lapangan. Pelaksana lapangan hanya membuat/mengisi beberapa prosedur
mutu/format mutu, sedang pengaturan dan pengendalian system manajemen mutu di proyek
diserahkan pada staf proyek khusus.

8.4. Pengendalian Biaya Pelaksanaan Pekerjaan


Tugas dan tanggung jawab pelaksana lapangan terutama mengatur pelaksanaan pekerjaan
di lapangan. Tugas pengendalian biaya pelaksanaan pekerjaan terletak pada staf teknik
proyek. Apabila ada indikasi penyimpangan biaya di proyek, staf teknik segera menghubungi
pelaksana/pelaksana lapangan untuk mendiskusikan kenapa hal tersebut terjadi dan
bagaimana cara mengatasi penyimpangan biaya pelaksanaan pekerjaan tersebut.

Pengendalian Biaya, Mutu, Waktu 61


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

BAB 9
UJI COBA ALIRAN

Pelaksanaan Uji Pengaliran atau di kenal juga dengan istilah Running Test pada pekerjaan
jaringan irigasi sangat diperlukan. Pelaksanaan Uji Pengaliran sistem jaringan irigasi
dilaksanakan setelah selesainya pekerjaan pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi
jaringan irigasi.

Kegiatan-kegiatan ini akan mencakup pembuktian/ verifikasi kapasitas debit saluran dan
kehilangan air, memeriksa pengoperasian dan performance dari bangunan, pintu dan alat-
alat pengoperasian lainnya, serta tinggi jagaan (free board). Penyimpanganpenyimpangan/
ketidak sesuaian dari desain yang ditemui selama trial run ini harus dicatat dan dibuat dalam
laporan kegiatan trial test tersebut. Kekurangan-kekurangan dan perbaikan-perbaikan yang
diperlukan tersebut harus dikerjakan sebagai bagian dari kegiatan proyek.

Uji Coba Aliran 62


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

BAB 10
PEKERJAAN AKHIR SALURAN IRIGASI

9. BAB 10 PEKERJAAN AKHIR SALURAN IRIGASI

9.1. Pemeriksaan dan Pengukuran Hasil Pekerjaan di Lapangan

Format opname hasil pekerjaan di lapangan disiapkan oleh kepala proyek sesuai format
yang ditetapkan oleh owner/ pemberi kerja atau konsultan pengawas. Opname hasil
pekerjaan dilakukan oleh kepala lapangan/pelaksana/staf Teknik proyek bersama dengan
direksi dan konsultan pengawas. Berikut adalah cara pengukuran dan pembayaran
pekerjaan yang lazim ditemui pada spesifikasi pekerjaan sumber daya air.

9.1.1. Pengukuran dan Pembayaran Pekerjaan

Pengukuran dan pembayaran pekerjaan harus mengacu kepada metode yang diberikan
dalam kontrak. Apabila ada jenis pekerjaan tidak tercantum cara pengukuran dalam kontrak,
maka perlu diselesaikan untuk mendapatkan kesepakatan bersama.

Penjelasan umum pekerjaan fisik yang diuraikan selanjutnya adalah sebagai acuan dalam
membuat format lembar quantitas (Quantity Sheet) untuk setiap item pekerjaan yang sesuai
dengan perhitungan volume pekerjaan sebagai tercantum dalam daftar quantitas dan harga
(BoQ).

9.1.1.1. Mobilisasi

Pengukuran kemajuan mobilisasi didasarkan atas kemajuan yang dicapai menurut jadwal
mobilisasi yang telah disetujui.

Biaya Mobilisasi dibayar atas dasar lumpsum sesuai jadwal pembayaran yaitu sebagai
kompensasi penuh atas terlaksananya pekerjaan mobilisasi yakni mobilisasi tenaga kerja,
peralatan, laboratorium, pembangunan kantor direksi / konsultan, kantor kontraktor, barak,
gudang bengkel, perbaikan struktur atau pembuatan jembatan darurat.

Walau demikian direksi / konsultan dapat setiap saat selama pelaksanaan pekerjaan,
memerintahkan kontraktor untuk menambah peralatan yang dianggap perlu tanpa
menyebabkan perubahan harga lumpsum untuk mobilisasi dan demobilisasi.

Bila mana kontraktor tidak dapat menyelesaikan mobilisasi sesuai batas waktu yang
ditentukan maka sesuai batas waktu yang ditentukan, maka dikenakan denda sebesar 1%
dari nilai mobilisasi setiap hari sampai maksimum 50 hari.

Pekerjaan Akhir Saluran Irigasi 63


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

9.1.1.2. Pekerjaan Galian

a. Galian yang tidak diukur untuk pembayaran.

Ada pekerjaan galian tidak diukur untuk pembayaran yaitu galian tidak diluar garis yang
ditunjukkan dalam profil yaitu profil memanjang atau melintang karena hal itu dianggap
kesalahan atau kelalaian kontraktor dalam pelaksanaan galian, kecuali:

1) Galian tersebut merupakan bahan galian tanah lunak yang tidak memenuhi syarat
untuk konstruksi seperti yang ditentukan dalam spesifikasi.
2) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk memperoleh bahan konstruksi dari
sumber bahan (Barrow Pits) atau sumber lainnya diluar batas-batas daerah kerja,
biaya pekerjaan ini telah dimasukkan dalam harga pekerjaan lain, misalnya untuk
timbunan, sehingga tidak bisa diukur untuk pembayaran galian tersebut.
b. Galian yang diukur untuk pembayaran.
1) Semua pekerjaan galian kecuali seperti diuraikan pada butir a diatas harus diukur
untuk pembayaran volume pekerjaan dalam satuan m3 bahan yang dipindahkan.
Dasar perhitungan galian adalah gambar penampang melintang profil tanah asli
menurut gambar dan spesifikasi atau yang diperintahkan oleh direksi. Metode
perhitungan volume untuk saluran adalah luas penampang rata-rata dari 2
penampang melintang dikalikan dengan jarak kedua penampang tersebut. Jarak-
jarak penampang sebaiknya tidak lebih dari 25 m.
2) Pekerjaan galian pada bangunan irigasi volume yang diukur adalah volume prisma
yang dibatasi oleh bidang-bidang sebagai berikut:
 Bidang atas adalah bidang tanah yang memotong bangunan
 Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi
 Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi

Pengukuran volume diluar bidang-bidang tersebut oleh karena ada kelongsoran


atau runtuh, tidak diukur untuk pembayaran.

Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan diatas diabayar menurut satuan meter
kubik yang dimasukkan dalam daftar kuantitas dan harga (BoQ) sebagai kompensasi
pekerjaan galian. Apabila dalam pekerjaan galian ini diperlukan alat bantu seperti
penyokong, pengatur, cofferdam, sumuran, pengendali air dan lain-lain, dan tidak ada
satuan ukurannya, maka dimasukkan sebagai pembayaran lumpsum.

Pekerjaan Akhir Saluran Irigasi 64


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

9.1.1.3. Pekerjaan Timbunan/Urugan

Timbunan diukur dengan satuan meter kubik padat. Volume diukur berdasarkan gambar
penampang profil. Timbunan yang ditempatkan diluar garis penampang profil tidak diukur
untuk pembayaran, kecuali timbunan yang diperlukan untuk mengganti tanah yang tidak
memenuhi spesifikasi, sesuai petunjuk dan persetujuan direksi.

Timbunan tambahan untuk memperbaiki pekerjaan yang gagal dianggap merupakan


kesalahan atau kelalaian kontraktor, tidak diukur untuk pembayaran.

Volume timbunan seperti tersebut diatas diabayar dalam satuan meter kubik yang
dimasukkan dalam daftar kuantitas dan harga (BoQ) sebagai kompensasi pekerjaan
timbunan, yang meliputi pengadaan, pengangkutan, penghamparan, perataan, dan
pemadatan.

9.1.1.4. Tebas Tebang dan Pembersihan Hutan

Pekerjaan tebas tebang dan pembersihan hutan diukur dalam satuan luas yaitu meter
persegi. Luasnya ditentukan sebagai berikut:

a) Saluran Primer, Sekunder dan Tertier

Luas tebas tebang dan pembersihan adalah panjangnya sepanjang as saluran ditambah
ambang bebas. Lebarnya adalah selebar penampang atas saluran ditambah tanggul,
jalan, inspeksi sampai patok Batas Pembebasan Tanah (BPT).

b) Bangunan Irigasi dan Bangunan Pelengkap

Luas tebas tebang dan pembersihan adalah seuas bangunan berikut perlengkapannya
ditambah luasan untuk penempatan alat-alat dan ambang ruang kerja.

c) Base Camp

Luas tebas tebang dan pembersihan seluas keperluan base camp dan jalan masuknya.

Luas tebas tebang pohon dan pembersihan seperti tersebut diatas dibayar dalam satuan
meter persegi yang dimasukkan dalam daftar kuantitas dan harga (BoQ).

9.1.1.5. Cabut Tanggul

Pekerjaan cabut tunggul diukur dalam satuan luas yaitu meter persegi. Luas daerah
pencabutan tunggul adalah sama dengan daerah tebas tebang pohon dan pembersihan
hutan

Luas cabut tunggul pohon dibayar dalam satuan luas yaitu meter persegi dan dimasukkan
dalam daftar kuantitas dan harga (BoQ).

Pekerjaan Akhir Saluran Irigasi 65


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

9.1.1.6. Stripping permukaan

Pekerjaan stripping permukaan diukur dalam satuan luas yaitu meter persegi. Luas daerah
pengupasan permukaan adalah sama dengan luas daerah tebas tebang pohon dan
pembersihan hutan.

Luas stripping permukaan dibayar dalam satuan luas yaitu meter persegi dan dimasukkan
dalam daftar kuantitas dan daftar (BoQ).

9.1.1.7. Gebalan Rumput

Pekerjaan gebalan rumput diukur dalam satuan luas yaitu meter persegi. Luasnya dihitung
dari keliling penampang melintang talud, berm, dinding saluran tanah dikurangi bagian yang
terkena aliran air, dikalikan dengan panjang. Bidang-bidang tanah terbuka pada tebing-
tebing sepanjang atau dekat saluran, atau permukaan tanah disekeliling bangunan irigasi.

Gebalan rumput dibayar dalam satuan meter persegi yang dimasukkan dalam daftar
kuantitas dan harga (BoQ).

9.1.1.8. Pasangan Batu Kosong

Pasangan batu kosong diukur dalam satuan meter kubik. Volume dihitung berdasarkan luas
dan tebal pasangan sesuai yang tertera dalam gambar, dan yang disetujui oleh direksi.

Volume sesuai yang dihitung seperti tersebut dibayar dengan satuan pekerjaan meter kubik,
dimasukkan dalam daftar kuantitas dan harga, sebagai kompensasi penuh untuk
penyediaan, galian dan pasangan semua bahan.

9.1.1.9. Pasangan Batu Kali

a) Pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume
pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung sebagai volume teoritis menurut
gambar dan spesifikasi yang ditentukan oleh garis dan penampang yang disyaratkan
dan disetujui.
b) Setiap bahan yang dipasang sampai melebihi volume teoritis yang disetujui harus tidak
diukur atau dibayar
c) Untuk pekerjaan bangunan irigasi pasangan batu kali terdiri dari 3 macam yaitu:
 Untuk konstruksi berkekuatan tinggi campuran adukan (mortel) 1 Pc: 2 Pasir
(misalnya : bangunan pengelak/ bendung)
 Untuk konstruksi yang terkena kontak langsung dengan aliran air campuran adukan
(mortel) 1 Pc : 3 Pasir (misalnya : mercu bendung)
 Untuk bagian-bagian yang tidak terkena kontak langsung dengan aliran air campuran
adukan 1 Pc : 4 Pasir (misalnya : Pondasi)

Pekerjaan Akhir Saluran Irigasi 66


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Penggunaan kompensasi campuran dini ditentukan dalam gambar dan spesifikasi.

Kuantitas ditentukan sebagaimana diuraikan diatas, harus dibayar dengan harga kontrak
per-satuan meter kubik dari pengukuran untuk mata pembayaran menurut daftar dibawah ini
dan ditunjukkan dalam daftar kuantitas dan harga, dimana harga dan pembayaran terebut
harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan semua bahan,
penyiapan seluruh formasi atau pondasi, untuk pembuatan lubang sulingan dan sambungan
konstruksi, untuk pemompaan air, dan untuk semua pekerjaan lainnya atau biaya lain yang
diperlukan atau lazim untuk penyelesain yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang
diuraikan dalam pasal ini.

9.1.1.10.Pekerjaan Pasangan Batu Bata

Pekerjaan pasangan batu bata diukur dengan satuan meter kubik, dihitung sebagai volume
teoritis menurut gambar dan spesifikasi atau ditentukan oleh direksi

Volume sesuai yang dihitung seperti tersebut diatas dibayar dengan satuan meter kubik,
dimasukkan dalam daftar kuantitas dan harga, sebagai kompensasi penuh untuk
penyediaan dan pemasangan semua bahan.

9.1.1.11.Plesteran

Pekerjaan plesteran diukur dalam satuan luas yaitu meter persegi. Luas plesteran adalah
semua bidang pasangan batu kali atau batu bata yang terbuka.

Luas plesteran dibayar dalam satuan luas yaitu meter persegi dan dimasukkan dalam daftar
kuantitas dan harga (BOQ)

9.1.1.12.Pekerjaan Beton

Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton yang digunkan dan diterima
sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada gambar atau yang diperintahkan oleh direksi
pekerjaan. Tidak ada pengurangan yang akan dilakukan untuk volume yang ditempati oleh
pipa dengan garis tengah kurang dari 20 cm atau oleh benda lainnya yang tertanam seperti
”Water Stop”, baja tulangan, selongsong pipa (conduit) atau lubang sulingan (wheephole).

Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton struktur atau
beton tidak bertulang. Beton struktur haruslah beton yang disyaratkan atau disetujui oleh
direksi pekerjaan sebagai K175 atau lebih tinggi. Untuk mutu (kekuatan) beton yang lebih
rendah, maka volumenya harus diukur sebagai beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih
rendah.

Bilamana pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur untuk pembayaran haruslah
sejumlah yang harus dibayar bilamana pekerjaan semula telah memenuhi ketentuan.

Pekerjaan Akhir Saluran Irigasi 67


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan kadar semen atau
setiap bahan tambah (aditif), juga tidak untuk tiap pengujian atau pekerjaan tambahan atau
bahan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk mencapai mutu yang disyaratkan untuk
pekerjaan beton.

Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaiamana yang
disyaratkan di atas, akan dibayar pada harga kontrak untuk mata pembayaran dan
menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan di bawah ini dan tercantum dalam daftar
kuantitas dan harga.

Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh penyediaan dan
pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam mata pembayaran lain, termasuk
”water Stop”, lubang sulingan, acuan, perancah untuk pencampuran, pengecoran, pekerjaan
akhir dan perawatan beton dan untuk semua biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk
penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya, yang diuraikan dalam seksi ini.

9.1.1.13.Baja Tulangan

Baja tulangan akan diukur dalam jumlah kilogram terpasang dan diterima oleh direksi
pekerjaan. Jumlah kilogram yang dipasang harus dihitung dari panjang aktual yang dipasang
atau luas anyaman. Satuan berat yang disetujui oleh direksi pekerjaan akan didasarkan atas
berat nominal yang disediakan oleh pabrik baja atau bila direksi pekerjaan memerintahkan
atas dasar pengujian penimbangan yang dilakukan kontraktor pada contoh yang dipilih oleh
direksi pekerjaan.

Penjepit, pengikat, pemisah atau bahan lain yang digunakan untuk penempatan atau
pengikat baja tulangan pada tempatnya tidak akan dimasukkan dalam berat untuk
pembayaran

Penulangan yang digunakan untuk gorong-gorong beton bertulang atau struktur lain dimana
pembayaran terpisah untuk struktur yang lengkap telah disediakan dalam seksi lain dari
spesifikasi ini, tidak boleh diukur untuk pembayaran menurut seksi ini.

Jumlah baja tulangan yang diterima yang ditentukan seperti yang diuraikan di atas, harus
dibayar pada harga penawaran kontrak untuk mata pembayaran yang ditunjukkan dibawah
ini dan terdaftar dalam daftar kuantitas dan harga dimana pembayaran tersebut merupakan
kompensasi penuh untuk pemasokan, pembuatan dan pemasangan bahan termasuk semua
pekerja, peralatan, perkakas, pengujian dan pekerja pelengkap lain untuk menghasilkan
pekerjaan yang memenuhi ketentuan.

Pekerjaan Akhir Saluran Irigasi 68


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

9.1.1.14.Pekerjaan Bekisting

Pekerjaan bekisting diukur dalam satuan luas yaitu meter persegi. Luasnya ialah seluas
papan cetakan yang terpasang.

Pekerjaan Bekisting dibayar dalam satuan meter persegi yang dimasukkan dalam daftar
kuantitas dan harga (BOQ) sebagai kompensasi untuk penyediaan bahan kayu, papan, paku
dan pemasangannya.

Bila menggunakan perancah besi yang telah tersedia dipasaran, dasar pembayaran berupa
sewa dengan satuan luas papan cetakan yang terpasang.

9.1.1.15.Pekerjaan Bronjong Kawat

Pekerjaan bronjong kawat diukur dengan satuan meter kubik. Volume yang diukur adalah
pekerjaan bronjong yang dipasang sesuai gambar dan spesifikasi. Volume yang terpasang
melebihi volume sesuai gambar tidak diukur untuk pembayaran kecuali disetujui oleh direksi.

Pekerjaan bronjong dibayar dalam satuan meter kubik yang dimasukkan dalam daftar
kuantitas dan harga, sebagai kompensi penuh, menganyam kawat, mengisi batu dan
menempatkannya sesuai gambar.

9.1.1.16.Perkerasan Jalan

a) Sebelum perkerasan lapis pondasi diampar terlebih dahulu badan jalan disiapkan
berupa pengrataan permukaan dan dipadatkan. Satuan pengukuran untuk
pembayaran adalah meter persegi.
b) Lapis pondasi bawah dan lapis pondasi satuan pengukuran adalah meter kubik.
c) Lapis permukaan berupa aspal penetrasi atau aspal beton (Hotmix) satuan
pengukuran adalah meter persegi.
d) Lapis resap mengikat aspal satuan pengukuran untuk pembayaran adalah dalam kg.

Volume pekerjaan untuk perkerasan jalan sesuai tersebut diatas dibayar dalam satuan
meter persegi, meter kubik dan kg seperti dalam daftar dibawah ini dan masuk dalam
daftar kuantitas dan harga (BOQ).

Sebagai kompensasi penuh untuk mengerjakan persiapan badan jalan, pemasangan


lapis pondasi, lapis permukaan dengan ketebalan masing - masing lapisan dalam
gambar yaitu tebal padat.

9.1.1.17.Tiang Pancang, Cerucuk dan Dinding Turap

Pekerjaan ini meliputi pembuatan tiang pancang lengkap dengan pemancangannya atau
penempatannya sesuai dengan spesifikasi atau gambar rencana. Kedalaman pemancangan
harus mendapat persetujuan dari Direksi Teknik. Macam tiang pancang harus sesuai

Pekerjaan Akhir Saluran Irigasi 69


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

dengan gambar rencana atau spesifikasi. Cerucuk biasanya dari kayu, untuk konstruksi
yang tidak terlalu berat. Dinding turap dipakai untuk menahan longsoran.

Cerucuk harus diukur untuk pembayaran dalam jumlah meter Panjang untuk penyediaan
dan pemancangan cerucuk memenuhi garis dan elevasi yang ditunjukkan dalam gambar
atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

Dinding turap kayu, baja atau beton yang permanen, harus diukur sebagai jumlah dalam
meter persegi yang dipasang memenuhi garis dan elevasi yang ditunjukkan pada gambar
atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Luas dinding turap merupakan
panjang turap yang diukur dari ujung turap sampai elevasi bagian pucak turap yang
dipotong, dikalikan dengan panjang struktur.

Satuan pengukuran untuk pembayaran tiang pancang kayu dan beton pracetak (bertulang
atau pratekan) harus diukur dalam meter kubik dari tiang pancang yang disediakan dalam
berbagai panjang dari setiap ukuran dan jenisnya. Tiang pancang baja diukur dalam
kilogram dari tiang pancang yang disediakan dalam berbagai panjang dari setiap ukuran dan
jenisnya. Dalam segala hal, jenis dan panjang yang diukur adalah sebagaimana yang
diperintahkan aleh Direksi Pekerjaan, disediakan sesuai dengan ketentuan bahan dari
spesifikasi ini dan disusun dalam kondisi baik di lapangan dan diterima oleh Direksi
Pekerjaan. Kuantitas dalam m3 atau kilogram yang akan dibayar, termasuk panjang tiang uji
dan tiang tarik yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak termasuk panjang
yang disediakan menurut pendapat Kontraktor.

Tiang pancang kayu, baja dan beton akan diukur untuk pemancangan sebagai jumlah meter
panjang dari tiang pancang yang diterima dan tertinggal dalam struktur yang telah selesai.
Panjang dari masingmasing tiang pancang harus diukur dari ujung tiang pancang sampai
sisi bawah pur (pile cap) untuk tiang pancang yang seluruh panjangnya masuk ke dalam
tanah, atau dari ujung tiang pancang sampai permukaan tanah untuk tiang pancang yang
hany sebagian panjangnya masuk kedalam tanah.

Pengukuran tiang bor beton cor langsung ditempat harus merupakan jumlah actual dalam
meter panjang tiang bor yang telah selesai dibuat dan diterima sebagai suatu struktur.
Panjang untuk pembayaran harus diukur dari ujung tiang bor sebagaimana yang dibuat atau
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, sampai elevasi bagian atas tiang bor yang akan dipotong
seperti ditunjukkan dalam gambar atau sebagaimana yang dirancang oleh Direksi
Pekerjaan.

Pengukuran untuk biaya tambahan terhadap tiang bor beton cor langsung ditempat yang
dilaksanakan dibawah air harus dihitung dalam meter panjang, dari ujung tiang bor yang
dirancang atau disetujui sampai elevasi bagian atas tiang bor yang akan dipotong bilamana

Pekerjaan Akhir Saluran Irigasi 70


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

kepala tiang ukur bor berada dibawah permukaan air normal, Panjang yang dihitung harus
dari ujung tiang bor yang dirancang atau disetujui sampai elevasi permukaan air normal.

Tiang uji diukur dengan cara yang sama, untuk penyediaan dan pemancangan.

Kuantitas yang ditentukan seperti diuraikan di atas, akan dibayar dengan harga kontrak
persatuan pengukuran, untuk mata pembayaran yang terdaftar dibawah dan ditunjukkan
dalam Daftar Kuantitas dan Harga dimana harga dan pembayarn tersebut harus merupakan
kompensasi penuh untuk penyediaan, penanganan, pemancangan, penyambungan,
perpanjangan, pemotongan kepala tiang, pengectan, perawatan, pengujian, baja tulangan
atau baja pra-tegang dalam beton, penggunaan peledakan, pengeboran atau peralatan
lainnya yang diperlukan untuk penetrasi ke dalam lapisan keras dan juga termasuk
hilangnya selubung (casing), semua tenaga kerja dan setip peralatan yang diperlukan dan
semua biaya lain yang perlu dan biasa untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari
pekerjaan yang diuraikan dalam seksi ini.

9.1.2. Gambar Sketsa Realisasi Pekerjaan

Di lapangan, pelaksana bersama direksi dan konsultan pengawas melakukan pengukuran


hasil realisasi progress fisik. Hasil dari pengukuran tersebut digambarkan pada sketsa
realisasi progress fisik di lapangan. Sebagai contoh pada pembuatan saluran irigasi, dibuat
skets trace saluran dan bagian yang sudah dikerjakan diberi tanda/warna disertai estimasi
volume galian/timbunan yang sudah dikerjakan. Untuk dinding dan pondasi batu kali,
digambar potongan melintang dan diberi tanda/warna progress fisiknya.

9.1.3. Laporan Kemajuan Fisik Pekerjaan

Dari hasil opname di lapangan, maka dapat dibuat laporan kemajuan fisik pekerjaan.
Pelaksana lapangan ikut memberikan data dalam rangka pembuatan laporan kemajuan fisik
pekerjaan tersebut, sedangkan laporan kemajuan fisik pekerjaan menjadi tugas staf teknik
proyek.

9.2. Berita Acara Hasil Pekerjaan Sub Kontraktor/Mandor

9.2.1. Kebenaran Berita Acara Hasil Pekerjaan Sub Kontraktor/Mandor

 Pelaksana beserta sub kontraktor/mandor membuat pengukuran hasil pekerjaan sub


kontraktor/mandor.
 Pelaksana mencek kebenaran pengukuran hasil pekerjaan sub kontraktor/mandor
dengan opname hasil pekerjaan (yang ditandatangani kepala proyek, direksi
lapangan dan konsultan pengawas).
 Perbandingan hasil pengukuran tersebut sebagai dasar pembayaran kepada sub
kontraktor/mandor.

Pekerjaan Akhir Saluran Irigasi 71


Modul Pelaksana Saluran Irigasi

9.2.2. Pembuatan Berita Acara Hasil Pekerjaan Sub Kontraktor/Mandor

9.2.2.1. Prosedur Penagihan

Di dalam prosedur penagihan hasil pekerjaan yang dilaksanakan, mandor/sub kontraktor


harus membuat laporan-laporan yang pada dasarnya adalah untuk membuat laporan
kemajuan pekerjaan yang diterapkan didalam prosedur.

Dengan demikian, maka laporan kemajuan pekerjaan ini dapat pula dipandang sebagai
pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugas yang diberikan kepadanya.

Suatu sistem laporan yang dilakukan pada setiap pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi
dimulai dari laporan harian yang selanjutnya laporan harian tersebut dibuat laporan
mingguan yang merupakan rekapitulasi laporan harian.

Kegiatan-kegiatan harian yang dilakukan pada umumnya meliputi :

• Pekerjaan yang diselesaikan untuk setiap item pekerjaan.


• Tenaga kerja yang bekerja untuk setiap pekerjaan.
• Bahan dan peralatan yang diperlukan.

Rekapitulasi laporan harian yang lengkap, objektif dan tertib dapat memberikan kemudahan
bagi tinjauan kemajuan fisik pekerjaan dalam rangka penyelesaian fisik proyek yang
dilengkapi dengan berita acara pekerjaan yang ditandatangani mandor/sub kontraktor dan
diketahui oleh pengawas lapangan sebagai dasar penagihan kepada pemberi kerja juga
disamping hal tersebut diatas akan memberikan kemudahan bagi perhitungan pembayaran
kepada mandor/sub kontraktor.

Dalam proses administrasi pekerjaan mandor/sub kontraktor dilakukan sesuai dengan


prosedur yang tercantum dalam perjanjian kerja. Semua pekerjaan yang dilaksanakan harus
sesuai dengan yang tercantum dalam Surat Perintah

Kerja. Dibawah ini akan dijelaskan proses selanjutnya yaitu :

1) SPK (Surat Perintah Kerja).


2) Berita Acara Prestasi Pekerjaan.
3) Berita Acara Serah Terima Pekerjaan.

Pekerjaan Akhir Saluran Irigasi 72

Anda mungkin juga menyukai