Keterangan :
BAGIAN I
UMUM
I.1. UMUM
Penyedia Jasa harus melindungi Pemilik Pekerjaan dari tuntutan atas Hak
paten, lisensi serta hak cipta yang melekat pada barang, bahan dan jasa
yang digunakan atau disediakan oleh Penyedia Jasa untuk dan selama
pelaksanaan Pekerjaan. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak, spesifikasi
harus mensyaratkan bahwa, semua barang dan bahan yang akan
dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan adalah baru, belum
dipergunakan.
Standar satuan yang dipergunakan pada dasarnya adalah MKS, sedangkan
penggunaan standar satuan lain dapat dipergunakan sepanjang hal tersebut
tidak dapat dielakkan.
I.3.4.5. Dokumentasi
Semua kegiatan di lapangan harus didokumentasikan
dengan lengkap dan dibuatkan album foto berikut
keterangan berupa tanggal pengambilan foto, lokasi dan
penjelasan foto. Untuk setiap lokasi pekerjaan minimal
dibuat 3 seri foto yaitu sebelum pelaksanaan, pada saat
pelaksanaan dan setelah selesai dilaksanakan, dimana arah
pengambilan melalui satu titik yang sama. Penyedia Jasa
harus menyerahkan kepada Direksi foto- foto yang dibuat
oleh ahli foto yang berpengalaman. Foto-foto harus
berwarna dan ditujukan sebagai laporan/ pencatatan
tentang pelaksanaan yaitu pada awal pertengahan dan
akhir suatu bagian tertentu dari pekerjaan yang
diperintahkan oleh Direksi.
Pada setiap tahap pengambilan gambar untuk tiap lokasi,
pengambilan harus dari titik dan arah yang sama dan yang
sudah ditentukan sebelumnya. Bilamana mungkin maka
pada latar belakang supaya diusahakan adanya suatu tanda
I.3.6. Lain-Lain
I.3.6.1. Standar
Semua bahan dan mutu pekerjaan harus mempergunakan
dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari Normalisasi
Standar Indonesia dari edisi/revisi terakhir atau standar
internasional yang secara substantial setara atau lebih
tinggi dari standar nasional yang disyaratkan.
Semua bahan dan mutu pekerjaan yang tidak
sepenuhnya diperinci disini atau dicakup oleh Standar
Nasional haruslah bahan dan mutu pekerjaan kelas
utama. Direksi akan menetapkan apakah semua atau
sebagian yang dipesan atau diantarkan untuk penggunaan
dalam pekerjaan sesuai untuk pekerjaan tersebut, dan
keputusan Direksi dalam hal ini pasti dan menentukan.
Apabila ada perbedaan antara standar yang disyaratkan
dengan standar yang diajukan oleh Penyedia Jasa, maka
Penyedia Jasa harus menjelaskan secara tertulis kepada
Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan, sekurang-
kurangnya 28 hari sebelum Direksi Pekerjaan menetapkan
setuju atau tidak terhadap pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
b. Perlengkapan konstruksi
Penyedia Jasa harus segera menyediakan semua
perlengkapan konstruksi yang diperlukan dalam
pelaksanaan dalam jumlah yang cukup. Apabila Direksi
memandang belum sesuai dengan kontrak, maka
Penyedia Jasa harus segera memenuhi kekurangannya,
dalam penyediaan semua perlengkapan dan peralatan
harus lengkap dengan spare partnya yang cukup dan
memeliharanya agar pekerjaan dapat dikerjakan
dengan lancar dan baik.
c. Bahan Pengganti
Penyedia Jasa harus mendatangkan bahan yang
ditentukan, bila bahan tersebut tidak tersedia dipasaran
maka dapat digunakan bahan pengganti dengan
mendapat ijin tertulis dari Direksi. Harga satuan dalam
volume pekerjaan tidak akan disesuaikan dengan
adanya pertambahan harga antara bahan yang
ditentukan dengan bahan pengganti.
b. Lapangan Kerja
c. Pengalihan Sementara
Penyedia Jasa tidak diperbolehkan mengganggu sistim
pengairan yang ada baik permanen atau semi permanen
selama pelaksanaan pekerjaan. Direksi akan
meminta Penyedia Jasa untuk mengerjakan pekerjaan
pengalihan aliran sementara pada saluran irigasi yang
ada sebelum melaksanakan pekerjaan saluran serta
bangunan yang berhubungan. Penyedia Jasa supaya
menyerahkan rencana pengalihan sementara untuk
mendapatkan persetujuan Direksi. Setelah rencana itu
disetujui/diubah atas petunjuk Direksi pelaksanaan
pekerjaan pengalihan sementara harus sesuai dengan
rencana yang telah disetujui.
Biaya untuk pembuatan rencana pengalihan sementara
hanya untuk pekerjaan Bendung dan supaya
dicantumkan dalam volume pekerjaan sesuai dengan
kemajuan pekerjaan dan perintah Direksi yang akan
dimasukkan kedalam butir/ mata pembayaran pekerjaan
Dewatering adalah Lump Sump (Ls) seperti yang telah
termasuk dalam kontrak pekerjaan atau jika ditentukan
lain oleh Direksi.
Sedangkan pengalihan sementara atau kistdam-kistdam
pada pekerjaan jaringan/ saluran irigasi dan pembuang
tidak ada mata pembayaran dan atau pembayaran
khusus atau tambahan akibat dari kegiatan ini dan
segala resikonya sudah diperhitungkan sebelumnya oleh
Penyedia Jasa yang sudah termasuk dalam harga
penawaran yang dikontrakkan.
I.3.9.13. Lain-Lain
Pekerjaan dibawah ini merupakan pekerjaan yang menjadi
kewajiban Penyedia Jasa untuk melaksanakan atau
mengerjakan :
a. Papan Tanda Proyek
i) Penyedia Jasa harus membuat, memasang dan
memelihara minimal 1 (satu) papan tanda proyek.
Papan tanda proyek harus menunjukkan dan
memuat nama Pemilik Pekerjaan/Proyek dan nama
Penyedia Jasanya, judul nama proyek disertai
perkiraan jumlah hari pelaksanaan.
ii) Lokasi Pemasangan ditunjukkan oleh
Direksi/Engineer Konsultan dalam jangka waktu
BAGIAN II
PEKERJAAN KONSTRUKSI BANGUNAN UTAMA
1. RUANG LINGKUP
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja
pelaksanaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran.
Pedoman ini mencakup kegiatan pelaksanaan konstruksi yang terdiri dari
pekerjaan persiapan umum dan khusus, pekerjaan konstruksi umum dan
khusus pada rehabilitasi bendung/embung serta pekerjaan lain-lain.
Spesifikasi teknis ini melingkupi paket pekerjaan Rehabilitasi Bendung
Danotalu.
2. ACUAN NORMATIF
Rancangan Pedoman Teknis :
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang
bersifat Umum, Bagian – 1, Pekerjaan Tanah
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang
bersifat Umum, Bagian – 2, Pekerjaan Pengukuran
Topografi dan Pemetaan
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang
bersifat Umum, Bagian-3, Pekerjaan Penyelidikan
Geoteknik
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang
bersifat Umum, Bagian – 4, Pekerjaan Beton dan
Bekisting.
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang
bersifat Umum, Bagian – 5, Pekerjaan Pasangan Batu,
Batu Kosong dan Bronjong, dan Adukan Semen.
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang
bersifat Umum, Bagian – 6, Pekerjaan Pemancangan
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang
bersifat Umum, Bagian – 7, Pekerjaan Dewatering
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang
bersifat Umum, Bagian – 9, Pekerjaan Lain-lain
1) Umum
Penyedia Jasa harus menyediakan bahan/material dan peralatan yang
memenuhi syarat untuk menyelesaikan pekerjaan kecuali yang sudah
disediakan di dalam Kontrak. Semua peralatan dan material yang
merupakan bagian dari pekerjaan harus baru dan harus sesuai
dengan standar yang tercantum dalam Spesifikasi atau Standar yang
ditunjukkan. Jika Penyedia Jasa mengusulkan pengadaan peralatan
atau material yang tidak sesuai dengan standar yang disebutkan
diatas harus memberi tahu dan mendapatkan persetujuan tertulis dari
Direksi Pekerjaan terlebih dahulu.
2) Peralatan untuk Pelaksanaan
Penyedia Jasa harus mendatangkan semua peralatan yang memenuhi
syarat dalam jumlah yang cukup untuk pelaksanaan pekerjaan
sampai dengan selesai. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan
Penyedia Jasa untuk menambah peralatan, jika menurut
pertimbangannya perlu untuk mencapai progress sesuai dengan
Kontrak. Penyedia Jasa harus mendatangkan semua mesin dan
peralatan, lengkap dengan suku cadangnya yang cukup, untuk
menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
3) Material Pengganti
Penyedia Jasa harus berusaha untuk mendapatkan bahan material
yang ditentukan dalam spesifikasi teknik atau gambar, tapi jika
material tersebut tidak dapat diperoleh dengan alasan diluar
kemampuan Penyedia Jasa, boleh memakai material pengganti
dengan persetujuan Direksi Pekerjaan. Tidak boleh ada material
pengganti tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
4) Pemeriksaan Peralatan dan Material
Peralatan dan material yang didatangkan oleh Penyedia Jasa harus
diperiksa dan sesuai dengan Kontrak pada saat di lokasi berikut ini
atau seperti yang ditentukan oleh Pemberi Tugas :
i. Tempat produksi atau pabrik
ii. Pengangkutan
iii. Lokasi Proyek
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Pengguna Jasa semua
spesifikasi peralatan dan material yang diperlukan oleh Pengguna
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan
spesifikasi teknik konstruksi bangunan bendung/embung harus memuat :
1) PEKERJAAN TANAH
Pekerjaan tanah pada pelaksanaan konstruksi bendung/embung
meliputi : pembersihan; galian; timbunan dan timbunan kembali.
Pelaksanaan pekerjaan tanah mengacu dan berpedoman pada Pd T-
xx-200x, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-1, Pekerjaan Tanah.
b) Kupasan / Stripping
1) Pekerjaan Pengeringan
Sebelum melaksanakan pekerjaan bangunan yang
membutuhkan pengeringan (dewatering) dengan alat pompa,
Penyedia Jasa harus mengajukan rencana kerja lengkap yang
memuat metode, tahap-tahap pekerjaan dan kebutuhan waktu
pengeringan dan dimintakan persetujuan Direksi paling lambat
5 hari sebelum pelaksanaan pembangunan. Penyedia Jasa
harus menjaga agar galian bebas dari air selama masa
pembangunan dan menjamin adanya peralatan pompa yang
cukup dan siap dioperasikan di lapangan setiap waktu guna
menghindari terputusnya kontinuitas pengeringan air. Cara
menjaga galian bebas dari air, pengeringan dan pembuangan
air harus dilaksanakan dengan cara yang dapat disetujui oleh
Direksi. Penyedia Jasa harus menjamin setiap waktu adanya
peralatan yang baik dan cukup dilapangan guna menghindari
terputusnya pekerjaan pengeringan.
2) Cara Penggalian
Penyedia Jasa harus menyampaikan usul mengenai cara-cara
penggalian, termasuk detail dari konstruksi penahan yang
mungkin diperlukan, guna mendapat persetujuan Direksi
secara tertulis sekurang-kurangnya 5 hari sebelum dimulainya
pekerjaan, sehingga keamanan penggaliannya terjamin.
3) Kelebihan Penggalian
Penggalian yang melebihi batas yang ditentukan pada gambar
atau yang tidak
diperintahkan oleh Direksi harus diisi kembali oleh Penyedia
Jasa dengan tanah
yang dipadatkan sebagaimana yang dikehendaki Direksi,
tanpa menuntut suatu
tambahan pekerjaan.
2) Di Lokasi Quarry
a. Setelah lokasi quarry di stripping dengan bersih, maka
tanah dikupas dan di stock dengan Bulldozer .
b. Bila musim hujan, sebaiknya stock tanah lepas dibatasi
seperlunya saja, dan dilindungi/ditutupi dengan
terpal/plastik .
c. Stock tanah yang ada dimuat ke dalam Dump Truck dengan
pelayanan Wheel Loader untuk diangkut ke tempat
pekerjaan timbunan
d. Alternatif komposisi alat di quarry dapat biasanya berupa :
bulldozer dan loader dan Excavator.
f) Pelaksanaan Penimbunan
1) Permukaan tanah pada lokasi rencana pembuatan tanggul
harus dibersihkan dan dikupas atau digali hingga mencapai
kedalaman yang ditunjukan dalam gambar. Permukaan tanah
yang telah dikupas atau digali tersebut, sebelum pekerjaan
timbunan untuk tanggul saluran maupun tanggul banjir harus
dibuat alur-alur terbuka sedalam 20.00 cm dengan jarak
antara alur lebih kurang 1.00 meter.
2) Sebelum mulai menimbun, permukaan tanahnya digaruk
sampai kedalaman yang lebih besar dari retak-retak tanah
b) Pemadatan Timbunan
Dasar tanah yang akan ditimbun, dipadatkan seperlunya,
sesuai persyaratannya.
Tanah timbunan yang diambil dari quarry atau lokasi
galian, dibawa dengan Dump Truck, ditumpahkan di
lokasi tempat timbunan yang telah dipersiapkan. Jarak
tumpukan diatur sedemikian, sehingga bila dihampar
dengan ketebalan 30 cm seluruh permukaan dapat
tertimbun.
Tumpahan tanah dari Dump Truck digusur/diratakan
dengan Bulldozer atau Grader untuk mencapai ketebalan
hamparan kurang lebih 30 cm. Perhatikan kadar airnya
secara visual .
Bila musim hujan, sebaiknya hamparan tanah dibatasi
seperlunya saja, dan dilindungi/ditutupi dengan terpal.
Bila hujan cukup deras, pekerjaan harus dihentikan.
Lapisan pertama tersebut sebaiknya melebihi lebar kaki
timbunan kurang lebih 50 cm, dikanan dan dikiri.
Kemudian setelah kadar air dinilai cukup, langsung
dipadatkan dengan Vibro Roller atau Sheep Foot Roller
dengan lintasan sebanyak percobaan pemadatan yang
telah dilakukan .
Bidang pemadatan harus overlapping kurang lebih 15
cm, agar seluruh permukaan terpadatkan. Lapisan
pertama yang telah selesai dipadatkan, diambil
sampelnya setiap jarak 50 meter (atau sesuai
spesifikasi), dan diperiksa kepadatannya .
Bila kepadatannya telah memenuhi syarat, maka lapisan
berikutnya baru diperbolehkan untuk dihampar .
Pemadatan lapisan pertama dan kedua dilakukan
diantara dua profil yang ada (daerah profil dilewati dulu)
Sesudah dua lapisan selesai dan dapat dipakai sebagai
pedoman, maka profil dapat dibongkar untuk ditimbun
mengikutilapisan-lapisan yang telah selesai .
Timbunan dan pemadatan harus dilakukan lapis demi
lapis. Untuk menjamin mutu timbunan (yang berbentuk
tanggul) penimbunan diteruskan sampai separuh
kedalaman saluran (untuk saluran yang tidak lebar)
Sisa kepala tanggul (di kanan-kiri) ditimbun dari hasil
galian profil saluran, dan juga dipadatkan lapis demi
lapis. Dalam proses pembentukan tanggul harus
dipedomani lagi dengan profil saluran.
Agar diingat bahwa apabila lebar tanggul kurang dari
rencana (desain), penambahan akan sulit, tidak boleh
langsung ditambal dari samping.
Tambahan/pelebaran tanggul yang sudah jadi harus lapis
demi lapis dari bawah dan dengan sambungan
bertangga.
h. Pengukuran
1) Pekerjaan Pembersihan
Volume untuk dasar pembayaran pekerjaan pembersihan
adalah harga satuan per meter persegi, kecuali ditentukan lain
4) Pekerjaan Timbunan
Untuk timbunan yang tidak diukur dan dibayar dari volume
galian maka :
(1) Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan
terpadatkan yang dilaksanakan, diselesaikan di tempat
dan diterima. Volume yang diukur harus berdasarkan
gambar penampang melintang profil tanah asli yang
disetujui atau profil galian sebelum setiap timbunan
ditempatkan dan sesuai dengan garis, kelandaian dan
elevasi pekerjaan timbunan akhir yang disyaratkan dan
diterima.Metode perhitungan volume bahan haruslah
metode luas bidang ujung, dengan menggunakan
penampang melintang pekerjaan yang berselang jarak
tidak lebih dari 25 m.
(2) Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang
melintang yang disetujui, termasuk setiap timbunan
tambahan yang diperlukan sebagai akibat penggalian
bertangga pada atau penguncian ke dalam lereng lama,
atau sebagai akibat dari penurunan pondasi, tidak akan
dimasukkan kedalam volume yang diukur untuk
pembayaran kecuali bila :
(3) Timbunan tambahan yang diperlukan untuk memperbaiki
pekerjaan yang tidak stabil atau gagal jika Penyedia Jasa
tidak dianggap bertanggung-jawab.
i. Dasar Pembayaran
1) Pekerjaan Galian
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan
dibayar menurut satuan pengukuran dengan harga yang
dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk masing-
masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana
harga dan pembayaran tersebut merupakan kompensasi
penuh untuk seluruh pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang
diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan galian
sebagaimana diuraikan dalam Bagian ini.
2) Pekerjaan Timbunan
Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas,
dalam jarak angkut berapapu yang diperlukan, harus dibayar
untuk per satuan pengukuran dari masingmasing harga yang
dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata
Pembayaran terdaftar di bawah, dimana harga tersebut harus
sudah merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan,
pemasokan, penghamparan, pemadatan, penyelesaian akhir
dan pengujian bahan, seluruh biaya lain yang perlu atau biaya
untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari
pekerjaan yang diuraikan dalam Bagian ini.
2) PEKERJAAN BETON
Pekerjaan beton pada pelaksanaan konstruksi bendung/embung harus
memenuhi ketentuan dan persyaratan yang mengacu pada kegiatan
detail desain.
Pelaksanaan pekerjaan tanah mengacu dan berpedoman pada Pd T-
xx-200x, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-4, Pekerjaan Beton.
A) Pembetonan
a) Penyiapan tempat kerja
(1) Penyedia Jasa harus membongkar bangunan lama yang
akan diganti dengan beton yang baru atau yang harus
dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan
pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus
dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dalam dari
Spesifikasi ini.
(2) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali
pondasi atau formasi untuk pekerjaan beton sesuai
dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, dan harus
membersihkan serta menggaru tempat di sekeliling
pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat
menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jika
diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk
menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan
dengan mudah dan aman.
(3) Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk
pekerjaan beton harus dijaga agar senantiasa kering.
Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur,
bersampah atau di dalam air. Apabila beton akan dicor di
dalam air, maka harus dilakukan dengan cara dan
peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada
dasar sumuran atau cofferdam dan atas persetujuan
Direksi Pekerjaan.
(4) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan,
tulangan dan benda lain yang harus berada di dalam
beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah
dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada
saat pengecoran.
(5) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan,
maka bahan lantai kerja untuk pekerjaan beton harus
dihampar sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
(6) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang
disiapkan untuk pondasi sebelum menyetujui pemasangan
acuan, baja tulangan atau pengecoran beton. Penyedia
Jasa dapat diminta untuk melaksanakan pengujian
penetrasi kedalaman tanah keras, pengujian kepadatan
atau penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup
tidaknya daya dukung tanah di bawah pondasi.
(7) Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak
memenuhi ketentuan, maka Penyedia Jasa dapat
diperintahkan untuk mengubah dimensi atau kedalaman
pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan di
tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau
melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Cetakan Beton
i. Jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari
tanah harus dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping
serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai
dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang
lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.
ii. Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi
dan membentuk beton sesuai dengan keinginan. Cetakan
dapat dibuat dari kayu, besi atau bahan lainnya yang
cukup kuat sesuai dengan ukuran–ukuran yang ada di
dalam gambar.
iii. Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu
menahan berat sendiri adukan beton, penggetaran beton,
beban konstruksi, angin dan tekanan lainnya dengan tidak
berubah bentuk.
iv. Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap,
gambar cetakan sesuai dengan ketentuan diatas, untuk
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan, sebelum
memulai pekerjaan, walaupun demikian penyerahan
tersebut kepada Direksi Pekerjaan untuk disetujui, tidak
mengurangi tanggung jawab Kontraktor bagi
keberhasilannya.
v. Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan
beton harus bebas dari sampah, paku, alur–alur, belahan,
atau cacat–cacat lainnya. Mengisi celah–celah sambungan
cetakan beton harus berhati–hati dan dilaksanakan
sedemikian rupa agar sanggup mengembang dibawah
pengaruh kelembaban beton tanpa menimbulkan
perubahan bentuk cetakan, celah– celah harus diisi
secukupnya untuk mencegah hilangnya air semen.
Bagaimanapun penggunaan kertas dengan tegas dilarang.
vi. Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk
pemeriksaan, pembuangan air dapat dilakukan untuk itu
cetakan dapat dibuat sedemikian rupa hingga dapat
dengan mudah ditutup sebelum pengecoran dimulai.
vii. Sebelum pengecoran beton semua baut–baut harus
dipasang pada posisinya, semua yang diperlukan dan alat–
alat lain untuk menutup lubang harus dipasang pada
cetakan. Tidak diperbolehkan membuat lubang didalam
beton tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan.
viii. Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan
tidak diijinkan dilakukan pada dinding beton yang akan
tampak.
ix. Lubang–bekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton
setelah cetakan dibongkar.
x. Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan
ujungnya tidak boleh kurang dari 3 cm dari permukaan
beton yang terbentuk. Semua permukaan cetakan yang
menempel dengan beton harus dilumasi dengan oli untuk
memastikan bahwa cetakan dapat dibuka dengan mudah.
c) Pencampuran Beton
(1) Perbandingan Campuran
i. Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi
baik, air dan bahan additive bila diperlukan,
dicampurkan bersama – sama dan digunakan untuk
menghasilkan kekuatan yang diharapkan.
ii. Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7
hari dan umur 28 hari dengan ukuran maksimum
agregat dan dibuat mengikuti tabel di bawah ini :
Kuat
Kuat Nilai
Tekan Ukuran Perkiraan
Tekan Faktor Air
Umur 7 Agregat Kebutuha
Tipe Campuran Beton Umur 28 Semen
Hari Maksimu n Semen
Hari Maksimu
(kg/cm2 m (mm) (kg/m3)
(kg/cm2) m (%)
)
AR fc’ = 25 MPa (K-
195 300 20 50 400
300)
A fc’ = 22,5 MPa (K-
147 225 40 (20) 50 330 (350)
225)
B fc’ = 15 MPa (K-175) 114 175 40 50 310
C fc’ = 10 MPa (K-125) 82 125 40 57 250
D fc’ = 10 MPa (K-
65 100 40 60 200
100 )
b) Pemadatan
i. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari
dalam atau dari luar acuan yang telah disetujui. Jika
diperlukan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
penggetaran harus disertai penusukan secara manual
dengan alat yang cocok untuk menjamin kepadatan yang
tepat dan memadai. Alat penggetar tidak boleh digunakan
untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik
lain di dalam acuan.
ii. Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk
memastikan semua sudut, di antara dan sekitar besi
tulangan benar-benar terisi tanpa menggeser tulangan
sehingga setiap rongga dan gelembung udara terisi.
iii. Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi
segregasi pada hasil pemadatan yang diperlukan.
iv. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu
menghasilkan sekurangkurangnya 5000 putaran per menit
dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas
acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
v. Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk
memadatkan beton di dalam acuan harus vertikal
sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai
kedalaman 10 cm dari dasar beton yang baru dicor
sehingga menghasilkan kepadatan yang menyeluruh pada
bagian tersebut. Apabila alat penggetar tersebut akan
digunakan pada posisi yang lain maka, alat tersebut harus
ditarik secara perlahan dan dimasukkan kembali pada
posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 45 cm. Alat
penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 15
detik atau permukaan beton sudah mengkilap.
vi. Jumlah minimum alat penggetar mekanis
vii. Apabila kecepatan pengecoran 20 m3/jam, maka harus
digunakan alat penggetar yang mempunyai dimensi lebih
besar dari 7,5 cm.
viii. Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai
sebelum terjadi waktu ikat awal (initial setting).
D) Beton Siklop
a) Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan tidak boleh
dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara
berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak bentuk cetakan
atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan.
b) Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum
ditempatkan. Volume total batu pecah tidak boleh melebihi
sepertiga dari total volume pekerjaan beton siklop.
c) Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 60
cm, tiap batu harus dilindungi dengan adukan beton setebal
15 cm; jarak antar batu pecah maksimum 30 cm dan jarak
terhadap permukaan minimum 15 cm. Permukaan bagian atas
dilindungi dengan beton penutup (caping).
E) Lining Beton
a) Lining beton harus dilaksanakan ditempat yang telah
ditunjukkan pada Gambar atau ditentukan lain oleh Direksi.
b) Beton yang digunakan harus dicor ditempat itu juga dan harus
sesuai dengan ketentuan.
c) Lining harus dilaksanakan setelah penggalian saluran dan
tanggul selesai dilakukan, pada saat perapian sedang
dikerjakan.
d) Pelaksanaan lining dibuat mengikuti Gambar atau petunjuk
Direksi, dilaksanakan sesuai dengan gambar–gambar detail
yang ada terutama yang telah disetujui Direksi Pekerjaan.
e) Sambungan lining harus diisi bitumen (aspal pasir) sesuai
gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
G) Pengerjaan Akhir
a) Pembongkaran Cetakan
Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding,
kolom yang tipis dan bangunan yang sejenis lebih awal 30
jam setelah pengecoran beton tanpa mengabaikan
perawatan. Acuan yang ditopang oleh perancah di bawah
pelat, balok, gelegar, atau bangunan busur, tidak boleh
dibongkar hingga pengujian kuat tekan beton menunjukkan
paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton.
Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang
digunakan untuk pekerjaan yang diberi hiasan, tiang
sandaran, tembok pengarah (parapet), dan permukaan
vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling
sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30
jam, tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa
mengabaikan perawatan.
b) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus
dikerjakan segera setelah pembongkaran acuan. Seluruh
perangkat kawat atau logam yang telah digunakan untuk
memegang acuan, dan acuan yang melewati badan beton,
harus dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm
di bawah permukaan beton. Tonjolan mortar dan
ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan
cetakan harus dibersihkan.
Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton
segera setelah pembongkaran acuan dan dapat
memerintahkan penambalan atas kekurang sempurnaan
minor yang tidak akan mempengaruhi bangunan atau
fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi
pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan
semen.
Jika Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar
akibat keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian
yang utuh (sound), membentuk permukaan yang tegak
lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi
dengan air dan adukan pasta (semen dan air, tanpa pasir)
harus dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya
lubang harus diisi dengan adukan yang kental yang terdiri
dari satu bagian semen dan dua bagian pasir dan
dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan
sekira 30 menit sebelum dipakai agar dicapai penyusutan
d) Perawatan Beton
(1) Perawatan dengan Pembasahan
i. Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi
dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas,
dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar
kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin
dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam
waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang
sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan
beton.
ii. Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah
beton mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut
basah) dengan menyelimutinya dengan bahan yang
dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini
yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 7
hari. Semua bahan perawatan atau lembaran bahan
penyerap air harus menempel pada permukaan yang
dirawat.
iii. Jika acuan kayu tidak dibongkar maka acuan tersebut
harus dipertahankan dalam kondisi basah sampai
acuan dibongkar, untuk mencegah terbukanya
sambungan-sambungan dan pengeringan beton.
iv. Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai
lapis aus harus dirawat setelah permukaannya mulai
mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan
H) Pengukuran
a) Cara Pengukuran
i. Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan
beton yang digunakan dan diterima sesuai dengan
dimensi yang ditunjukkan pada Gambar Kerja atau yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada
pengurangan yang akan dilakukan untuk volume yang
ditempati oleh pipa dengan garis tengah kurang dari 20
cm atau oleh benda lainnya yang tertanam seperti "water
stop", baja tulangan, selongsong pipa (conduit) atau
lubang sulingan (weephole).
ii. Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang
akan dilakukan untuk acuan, perancah untuk balok dan
lantai pemompaan, penyelesaian akhir permukaan,
penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya
untuk penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari
pekerjaan tersebut telah dianggap termasuk dalam harga
penawaran untuk Pekerjaan Beton.
iii. Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous,
baja tulangan dan mata pembayaran lainnya yang
berhubungan dengan bangunan yang telah selesai dan
diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti disyaratkan
pada Bagian lain dalam Spesifikasi ini.
iv. Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan
dibayar sebagai beton bangunan atau beton tidak
bertulang. Beton Bangunan harus beton yangdisyaratkan
atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai fc’=20 MPa
(K-250) atau lebih tinggi dan Beton Tak Bertulang harus
beton yang disyaratkan atau disetujui untuk fc’=15 MPa
(K-175) atau fc’=10 Mpa (K- 125). Jika beton dengan mutu
(kekuatan) yang lebih tinggi diperkenankan untuk
digunakan di lokasi untuk mutu (kekuatan) beton yang
lebih rendah, maka volumenya harus diukur sebagai beton
dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.
I. Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan
sebagaimana yang disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga
Kontrak untuk Mata Pembayaran dan menggunakan satuan
pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam Daftar
Kuantitas.
Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk
seluruh penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak
dibayar dalam Mata Pembayaran lain, termasuk "water stop",
lubang sulingan, acuan, perancah untuk pencampuran,
pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan untuk
semua biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk penyelesaian
pekerjaan yang sebagaimana mestinya, yang diuraikan dalam
Bagian ini.
3) PEKERJAAN PASANGAN
Pekerjaan pasangan pada pelaksanaan konstruksi bendung/embung
harus memenuhi ketentuan dan persyaratan yang mengacu pada
kegiatan detail desain. Kegiatannya meliputi : pasangan batu kali;
pekerjaan siaran; pekerjaan plesteran; pekerjaan batu kosong dan
bronjong yang berfungsi sebagai rip-rap. Pelaksanaan pekerjaan
pasangan mengacu pada Pd T-xx-200x, Pekerjaan yang Bersifat
Umum, Bagian-5, Pasangan Batu, Batu Kosong dan Bronjong, Batu
Dengan Mortar, dan Adukan Semen.
A. Pasangan Batu
1) Pengaturan Lokasi Pembuatan Adukan
a) Lokasi pembuatan adukan perlu diatur sedemikian rupa
agar dapat menjamin kelancaran pekerjaan. Memudahkan
bagi pengawas dan menjamin tercapainya mutu adukan
yang baik dan terlindung.
b) Pengadukan dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi
konsrtruksi yang akan dibangun. Pasir dan semen
disiapkan terpisah ditempat kering (lebih tinggi dari tanah
sekitarnya).
c) Kotak pengaduk dipasang ditempat datar dilokasi yang
memudahkan bagi petugas pengaduk dan pengangkutan
adukan ke lokasi bangunan.
d) Drum air ditempatkan didekat kotak pengaduk kotak –
kotak takaran disiapkan secukupnya dilokasi timbunan
pasir dan semen. Gerobak pengangkutan adukan dan
ember disiapkan dekat kotak adukan kearah konstruksi
yang akan dibangun.
5) Pelaksanaan Plesteran
a) Bagian-bagian tertentu dari pasangan batu sesuai gambar
design/kontrak harus di plester. Plesteran dibuat dari
campuran 1 bagian semen dan tiga bagian pasir yang
disaring atau sesuai dengan ketentuan dalam gambar
kontrak.
b) Tebal plesteran dibuat 2 - 3 cm dari permukaan batu,
sebelum plesteran dipasang diantara batu-batu harus
dikorek sampai kedalaman 1 - 2 cm dibawah permukaan
batu. Kemudian permukaan pasangan dibersihkan dan
disiram air agar terjadi ikatan yang kuat antara pasangan
dan plesteran.
6) Pelaksanaan Siaran
a) Bagian permukaan pasangan batu yang terlihat, sesuai
kontrak atau petunjuk Direksi harus disiar.
b) Siaran dibuat dari campuran 1 bagian semen dan 2 bagian
pasir yang disaring atau sesuai dengan ketentuan dalam
gambar.
c) Sebelum siaran dipasang adukan pasangan diantara batu–
batu halus dikorek sampai kedalaman 1-2 cm dibawah
permukaan batu untuk jenis siar rata dan siar timbul, dan
2-3 cm untuk jenis siar tenggelam, kemudian pasangan
dibersihkan dan disiram air agar terjadi ikatan yang kuat
antara pasangan siaran.
2) Penempatan Bronjong
a) Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat
untuk memperoleh bentuk serta posisi yang benar dengan
menggunakan batang penarik atau ulir penarik kecil
sebelum pengisian batu ke dalam kawat bronjong.
Sambungan antara keranjang haruslah sekuat seperti
anyaman itu sendiri. Setiap segi enam harus menerima
paling sedikit dua lilitan kawat pengikat dan kerangka
bronjong antara segi enam tepi paling sedikit satu lilitan.
Paling sedikit 15 cm kawat pengikat harus ditinggalkan
sesudah pengikatan terakhir dan dibengkokkan ke dalam
keranjang.
b) Batu harus dimasukkan satu demi satu sehingga diperoleh
kepadatan maksimum dan rongga seminimal mungkin.
Bilamana tiap bronjong telah diisi setengah dari tingginya,
dua kawat berlebihan agar terjadi penurunan (settlement).
Sisi luar batu yang berhadapan dengan kawat harus
mempunyai permukaan yang rata dan bertumpu pada
anyaman.
c) Setelah pengisian, tepi dari tutup harus dibentangkan
dengan batang penarik atau ulir penarik pada permukaan
atasnya dan diikat.
d) Bilamana keranjang dipasang satu di atas yang lainnya,
sambungan vertikal harus dibuat berselang seling.
4) Penimbunan Kembali
Seperti ketentuan dari Pekerjaan Bagian Timbunan.
1) Metode Pekerjaan
a) Metoda pekerjaan saluran pasangan batu dengan mortar
yang dilaksanakan setiap satuan waktu harus dibatasi
sesuai dengan tingkat kecepatan pemasangan yang
menjamin agar seluruh pekerjaan pasangan batu hanya
dipasang dengan adukan yang baru.
b) Jika pasangan batu dengan mortar digunakan pada lereng
sebagai pelapisan selokan, maka pembentukan
penampang selokan pada tahap awal harus dibuat seolah-
olah seperti tidak akan ada pasangan batu dengan mortar.
Pemangkasan tahap akhir hingga batas-batas yang
ditentukan harus dilaksanakan sesaat sebelum
pemasangan pasangan batu dengan mortar.
3) Penyiapan Batu
a) Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang
dapat mengurangi kelekatan dengan adukan.
D. Adukan Semen
1) Pencampuran
a) Seluruh bahan kecuali air harus dicampur, baik dalam
kotak yang rapat atau dalam alat pencampur adukan yang
disetujui, sampai campuran menunjukkan warna yang
merata, kemudian air ditambahkan dan pencampuran
dilanjutkan lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus
sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan
konsistensi (kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh
melebihi 70% dari berat semen yang digunakan.
b) Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas yang
diperlukan untuk penggunaan langsung. Jika diperlukan,
adukan semen boleh diaduk kembali dengan air dalam
waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan
kembali setelah waktu tersebut tidak diperbolehkan.
c) Adukan semen yang tidak digunakan dalam 45 menit
setelah air ditambahkan harus dibuang.
2) Pemasangan
a) Permukaan yang akan menerima adukan semen harus
dibersihkan dari minyak atau lempung atau bahan
terkontaminasi lainnya dan telah dibasahi sampai merata
sebelum adukan semen ditempatkan. Air yang tergenang
pada permukaan harus dikeringkan sebelum penempatan
adukan semen.
b) Jika digunakan sebagai lapis permukaan, adukan semen
harus ditempatkan pada permukaan yang bersih dan
lembab dengan jumlah yang cukup sehingga
menghasilkan tebal adukan minimum 1,5 cm dan harus
dibentuk menjadi permukaan yang halus dan rata.
E. Pengukuran
1) Pasangan Batu
a) Pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam
meter kubik sebagai volume pekerjaan yang diselesaikan
dan diterima, dihitung sebagai volume teoritis yang
ditentukan oleh garis dan penampang yang disyaratkan
dan disetujui.
b) Setiap bahan yang dipasang sampai melebihi volume
teoritis yang disetujui harus tidak diukur atau dibayar.
c) Landasan rembes air (permeable bedding), penimbunan
kembali dengan bahan porous atau kantung penyaring
harus diukur dan dibayar sebagai Drainase Porous. Tidak
ada pengukuran atau pembayaran terpisah yang harus
dilakukan untuk penyediaan atau pemasangan lubang
sulingan atau pipa, juga tidak untuk acuan lainnya atau
untuk galian dan penimbunan kembali yang diperlukan.
4) Adukan Semen
Adukan semen tidak akan diukur untuk pembayaran yang
terpisah. Pekerjaan ini harus dianggap sebagai pelengkap
terhadap berbagai jenis pekerjaan yang diuraikan dalam
Spesifikasi ini.
F. Dasar Pembayaran
Kuantitas, ditentukan sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar
dengan Harga Kontrak per satuan dari pengukuran untuk Mata
Pembayaran yang terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut
harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan
pemasangan semua bahan, untuk galian yang diperlukan dan
penyiapan seluruh formasi atau pondasi, untuk pembuatan lubang
sulingan dan sambungan konstruksi, untuk pemompaan air, untuk
penimbunan kembali sampai elevasi tanah asli dan pekerjaan akhir
dan untuk semua pekerjaan lainnya atau biaya lain yang
diperlukan atau lazim untuk penyelesaian yang sebagaimana
mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam Bagian ini.
4) PEKERJAAN PINTU
Pelaksanaan pekerjaan pintu mengacu pada Pd T-xx-200x, Pekerjaan
yang Bersifat Umum, Bagian-8, Pekerjaan Pintu.
A. Perencanaan
Kegiatan perencanaan pintu pada dasarnya tergantung pada
beban dan tegangan rencana, yang meliputi:
1) Beban rencana
a) Pintu
Pintu harus direncanakan dengan kondisi beban sebagai
berikut :
- Beban air pada pintu harus seperti yang ditunjukkan
pada gambar.
- Beban – beban lain
- Reaksi yang diakibatkan oleh berat sendiri. Semua
beban yang akan terjadi pada saat awal, menaikkan
atau menurunkan pintu.
b) Rangka Pintu
Beban – beban pada rangka pintu terdiri dari beban pada
tumpuan, beban karet sekat dan semua beban lain yang
diakibatkan pengoperasian pintu dan perangkat. Rangka
pintu harus mampu meneruskan beban dari karet sekat
pintu ke beton atau pasangan batu kali pada bangunan.
c) Alat Pengangkat
Alat pengangkat harus direncanakan untuk menaikkan,
menurunkan dan memegang pintu pada setiap posisi di
antara keadaan pintu tertutup dan pintu terbuka penuh.
Ketinggian pengangkatan harus seperti pada gambar.
Kapasitas rata – rata pengangkat, tongkat ulir harus
mampu menaikkan atau menurunkan pintu pada
kombinasi yang paling membahayakan.
2) Tegangan Rencana
a) Batang Baja
Tegangan yang diijinkan pada beban normal pada batang
baja haruslah sebagai berikut :
Tegangan yang diijinkan pada kondisi beban sementara
ditentukan 50% (lima puluh persen) lebih besar dari pada
kondisi beban normal. Tegangan ekivalen yang diakibatkan
kombinasi tegangan biaxial atau triaxial tidak boleh
melebihi tegangan ijin diatas. Bagaimanapun juga tidak
diijinkan ada tegangan yang melebihi 90% (sembilan
puluh persen) dari tegangan maksimum material yang
digunakan. Tebal pelat baja untuk pekerjaan pintu adalah
minimum 6 (enam) mm. Modulus kelangsingan atau faktor
tekuk pada kerangka baja desak utama harus kurang dari
159 dan pada baja lainnya harus kurang dari 240.
b) Bagian Mesin
Semua bagian mesin pada alat pengangkat yang dikenal
beban normal atau kondisi beban rata – rata harus
direncanakan berdasarkan angka keamanan terhadap
tegangan batas bahan yang digunakan
c) Tegangan Beton
Tegangan beton yang diijinkan pada tumpuan tidak lebih
dari 50 kg/cm2 dan tegangan geser yang diijinkan tidak
lebih dari 5,5 kg/cm2, tegangan desak yang diijinkan pada
pasangan batu kali tidak lebih dari 15 kg/cm2.
5) Pengelasan
a) Semua pekerjaan las yang diperlukan pada pembuatan
dan pemasangan pintu dan perlengkapan dikerjakan
dengan tenaga dengan cara las lindung busur metal atau
las busur otomatis;
b) Tes tembus warna harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa, jika
diperlukan oleh standar spesifikasi ini atau kriteria
perencanaan ini;
c) Alat ukur yang sesuai harus terpasang untuk pembacaan
arus dan tegangan listrik selama pengelasan berlangsung;
D. Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran atas pintu yang disediakan dan
dipasang pada bangunan harus diukur berdasarkan biaya
penyediaan dan biaya pemasangan.
E. Dasar Pembayaran
Pembayaran untuk pengadaan dan pemasangan pintu dibuat
berdasarkan harga satuan per unit seperti yang tercantum dalam
Rencana Anggaran Biaya, mencakup biaya–biaya pengadaan
material, pengangkutan, penurunan, pemotongan, finishing,
pengecatan semua bahan, upah pekerja, peralatan yang
diperlukan dan penyediaan semua perangkat keras yang
diperlukan termasuk besi beton dan lain–lain.
BAGIAN III
PEKERJAAN PIPA
Fabrikasi pipa GIP harus sesuai dengan AWWA C 200 atau SNI-07-0822-
1989 atau SII 2527-90 atau JIS G 3452 dan JIS G 3457. Ketebalan dan
lebar pengelasan harus cukup merata pada seluruh panjang pipa dan
dibuat secara otomatis, kecuali atas persetujuan Pengguna Barang boleh
dilakukan pengelasan manual dengan prosedur yang sesuai oleh tukang
yang berpengalaman.
Semua sambungan memanjang atau spiral dan sambungan las keliling
yang dibuat dipabrik harus dengan pengelasan sudut (butt welded).
Banyaknya pengelasan pabrik maksimum yang diizinkan adalah satu
pengelasan memanjang dan tiga pengelasan keliling untuk setiap batang
pipa. Panjang setiap batang pipa adalah 6 (enam) meter atau kurang,
kecuali ditentukan lain.
Pengelasan memanjang harus dipasang berselang-seling pada sisi yang
berlawanan untuk bagian yang berurutan. Tidak diizinkan adanya ring,
pelat ataupun pelana (saddle) penguat baik pada bagian luar maupun
pada bagian dalam pipa.
Nominal Diameter
Ketebalan Dinding
Diameter Luar
Minimum (mm)
(mm) (mm)
100 114.3 4.5
150 168,3 5.0
200 219.1 5.8
2.3. Fitting
Semua fitting GIP harus dari bahan yang sama dan difabrikasi sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan pada Bagian 3.2 dan harus didisain
dengan kekuatan yang sama dengan pipanya. Ring penguat atau saddle
penguat dapat dipasang pada bagian luar bilamana perlu, sesuai dengan
AWWA Manual M11 atau standar pembuatan yang dapat disetujui.
Ketebalan dinding minimum dan diameter luar dinding fitting harus sesuai
dengan persyaratan yang dispesifikasikan dan standar berikut ini :
� Fitting dengan diameter 125 mm atau lebih kecil : JIS B 2311
� Fitting dengan diameter 150 mm atau lebih besar : JIS B 2311 (sampai
dengan 500 mm) dan JIS G 3451. atau AWWA C 208.
"Bend" yang mempunyai sudut defleksi sebesar 22.5 derajat dan lebih
kecil harus terdiri dari dua potongan bend. Bend yang mempunyai sudut
defleksi lebih besar dari 22.5 derajat sampai dengan 45 derajat harus
difabrikasi dengan menggunakan tiga potongan bend. Bend yang
mempunyai sudut defleksi lebih besar dari 45 derajat harus terdiri dari
empat potongan bend.
2.3 Umum
1. Singkatan GIP yang digunakan dalam spesifikasi dan dokumen
ataupun gambar berarti Galvanized Iron Pipe.
4. Perletakan Pipa
1) Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk mencegah benda
asing masuk kedalam pipa pada saat pipa diletakan pada jalur.
2) Selama berlangsungnya peletakan, tidak boleh ada kotoran,
perkakas, kain, ataupun benda-benda lainnya ditempatkan dalam
pipa.
3) Saat satuan panjang pipa dalam galian, setiap ujung pipa harus
dipasang berhadapan dengan pipa yang sebelumnya, pipa
dipasang dan ditempatkan pada jalur dan ketinggian yang benar.
Pipa dimantapkan ditempatkan dengan bahan urugan yang telah
disetujui dan dipadatkan dengan ketinggian yang sama kecuali
pada ujung pipa. Tindakan pencegahan perlu dilakukan untuk
mencegah tanah atau kotoran lainnya masuk ke sambungan.
4) Setiap saat bial pemasangan pipa sedang berlangsung, ujung pipa
harus ditutup/disumbat dengan bahan yang memadai dan dengan
cara yang disetujui oleh direksi.
5. Pemotongan Pipa
1) Pemotongan pipa untuk menyisipkan ”Tee”, ”Bend” atau ”Valve”
atau tujuan lainnya, harus dilakukan dengan mesin potong yang
1. Umum
1) Pengelasan pipa galvanized di lapangan harus disesuaikan dengan
persyaratan yang ditentukan berikut ini. Hal-hal yang tidak
dijelaskan dalam spesifikasi ini, mengacu pada standar ataupun
pedoman (code) berikut ini.
a. Codes of Japanese Waterworks Steel Pipes Manufactures’
Association (WSP)
b. Codes of Welding Engineering Standard (WES), Japan
2) Bila pengelasan dilakukan dalam galian, galian harus dilebarkan
dan dibuat lebih dalam agar memungkinkan pengelasan
sebagaimana diminta.
3) Jumlah pipa yang akan menjadi satu, dengan panjang yang sesuai
yang dilakukan diatas permukaan tanah, serta cara perletakannya
ke posisi yang sesuai, harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi.
4) Untuk jembatan pipa, harus diuji sepanjang seluruh pinggiran
setiap sambungan, dengan cara pengujian radiografi kecuali
ditentukan lain.
5) Penyambungan dengan pengelasan harus dilakukan baik dengan
sambungan dengan las tumpul tunggal (singgle-welded butt joint)
atau las-tumpul ganda (double-welded butt joint) sesuai yang
ditentukan.
5. Pengelasan
1) Sebelum pengerjaan pengelasan, permukaan alur harus
dibersihkan dari debu, tanah dan karat dengan menyikat dan
mengasah (grinding).
2) Bila pipa akan dipotong di lapangan, lapisan pelindung dalam
maupun lapisan pelindung luar pada kedua ujung pipa, harus
dikupas minimum 10 cm, kemudian ujung pipa dibuat alur
sebagaimana yang ditentukan.
3) Fitting tidak boleh dipotong di lapangan.
4) Kualitas pengelasan dan kecepatan harus dijaga selama pekerjaan
pengelasan, harus terus menerus (berlanjut) dari bagian dasar ke
bagian atas pinggiran pipa.
5) Bila pengelasan dilakukan di lapangan, Penyedia harus
memperhatikan keadaan cuaca seperti hujan, temperatur,
kelembaban dan angin. Pekerjaan tidak boleh dilakukan dalam
kondisi cuaca seperti yang telah disebutkan tanpa perlindungan
atau persetujuan dari Direksi.
6) Permukaan hasil pengelasan harus seragam tanpa ada sempalan
yang berlebihan, tumpang tindih dan ketidak rataan.
1. Umum
1) Bagian ini dipakai untuk Pengujian Tanpa Merusak Sambungan
dengan pengelasan setelah pemasangan pipa. Bagian pipa baja
bawah tanah, semua pengelasan di lapangan harus diuji dengan
cara uji cairan penembus dengan pewarna (dye penetrant test).
2) Pengujian harus dilakukan oleh penyedia bersama-sama dengan
Direksi dan apabila diperlukan maka dapat diikutsertakan orang
yang ahli dab bersertifikat.
3) Penyedia harus memberikan keterangan mengenai pemeriksa yang
diusulkan beserta pengalamannya, bersama dengan kualifikasi
kepala pengawas yang disebutkan untuk persetujuan Direksi.
Maximum
Ketebalan Dinding
Reinforcement
(mm)
(mm)
12,1 atau lebih kecil 3.2
Lebih besar dari 12,7 4.8
3.1 Umum
Setelah pemasangan jalur pipa, termasuk pipa induk, "valve",
bangunan khusus jembatan pipa, penembusan pipa (pipe driving),
1. Batasan Tekanan
Pengujian tekanan harus sebagai berikut :
1) Tidak boleh lebih kecil dari 1,25 kali tekanan kerja pada tekanan
tertinggi selama pengujian
2) Tidak melebihi tekanan yang direncanakan
3) Paling sedikit dilaksanakan selama 2 jam
4) Tidak bervariasi > ± 5 psi (0,35 bar) untuk selama pengujian
5) Tekanan yang diberikan tidak boleh melebihi 2 kali tekanan yang
diijinkan untuk katup atau hidran bila batas tekanan pengujian
termasuk pada gate valves atau hidran.
Catatan :
Katup tidak boleh dioperasikan pada saat tekanan menyebar ke
semua arah melebihi tekanan yang diijinkan
6) Tidak boleh melebihi tekanan katup yang diijinkan bila batas
tekanan bagian yang diuji dari bagian uji termasuk pada saat katup
tertutup, baik untuk gate valves atau katup buterfly.
2. Tekanan Udara
Setiap bagian pipa yang dipasang katup harus diisi dengan air
perlahan-lahan dan ditentukan uji tekan, berdasarkan evaluasi dari
titik terendah dari jalur pipa atau bagian yang diuji dan dikoreksi
terhadap evaluasi alat ukur pengujian, harus dilakukan dengan cara
menyambungkan pompa ke pipa. Katup-katup tidak boleh
dioperasikan baik dalam keadaan tertutup pada tekanan differensial
3. Pelepasan Udara
Sebelum pelaksanaan uji tekan ditentukan, udara harus dibuang
seluruhnya dari katup dan hidran. Apabila ventilasi udara tidak
dipasang pada semua titik tertinggi, Penyedia harus memasang katup
cock pada titik tersebut diatas sehingga udara dapat dikeluarkan
bersamaan pada saat pipa diisi air. Setelah semua udara dikeluarkan,
katup cock harus ditutup dan uji tekan dilaksanakan. Pada akhir uji
tekan cock harus dilepas dan disumbat atau tinggalkan ditempat
sesuai dengan permintaan pemilik.
4. Pemeriksaan
Setiap pipa, fitting, hidran dan sambungan-sambungan yang terlihat
harus diperiksa secara cermat selama pengujian. Setiap pipa, fitting,
hidran yang rusak atau cacat ditemukan pada saat uji tekan harus
diperbaiki atau diganti dengan bahan yang baik, dan pengujian akan
diulangi sampai memuaskan pemilik.
1. Definisi Kebocoran
Kebocoran harus diartikan sebagai sejumlah air yang harus disuply
kedalam pipa yang baru dipasang atau setiap bagian yang baru
dipasang katup, untuk menjaga tekanan pada 5 psi (0,35 bar) sebagai
tekanan uji yang ditentukan sesudah udara pada jalur pipa sudah
dihilangkan dan pipa telah diisi dengan air. Kebocoran tidak boleh
diukur dalam keadaan tekanan turun pada saat pengujian melebihi
periode waktu pengujian yang ditentukan.
BAGIAN IV
MASA PEMELIHARAAN
1. MASA PEMELIHARAAN
a. Masa pemeliharaan untuk setelah pekerjaan selesai 100 % (seratus
persen), dan Penyedia Jasa mengajukan permintaan secara
tertulis kepada Pengguna Anggaran untuk penyerahan pertama
pekerjaan yang akan diperiksa oleh Tim Panitia Penerima Pekerjaan.
Apabila dilapangan terdapat kekurangan dan / cacat hasil pekerjaan,
Penyedia Jasa wajib menyelesaikan/memperbaiki pekerjaan tersebut
sesuai dengan ketentuan kontrak, maka dibuat berita acara
penyerahan pertama pekerjaan dan Penyedia Jasa harus menyerahkan
Jaminan Pemeliharaan sebesar 5 % (lima persen) dari Nilai Kontrak.
b. Masa pemeliharaan berlaku selama 180 (seratus delapan puluh) hari
kalender dimulai sejak serah terima pertama pekerjaan.
c. Penyedia Jasa wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa
pemeliharaan sehingga kondisi tetap berada seperti pada saat
Penyerahan Pertama Pekerjaan. Sudah selesai pada saat prosentase
phisik pekerjaan 100 % (seratus persen) dan dilakukan serah terima
pekerjaan selesai.
d. Apabila Penyedia Jasa tidak melaksanakan kewajiban
pemeliharaan pekerjaan sesuai kontrak, maka Pengguna Anggaran
berhak mencairkan Jaminan Pemeliharaan untuk membiayai
pemeliharaan pekerjaan dan mencairkan Jaminan Pelaksanaan dan
disetor ke Kas Negara, Penyedia Jasa dikenakan sanksi masuk Daftar
Hitam selama 2 (dua) tahun.
e. Setelah penyerahan akhir pekerjaan atau penyerahan kedua pekerjaan
Pengguna Anggaran wajib mengembalikan Jaminan Pemeliharaan dan
Jaminan Pelaksanaan.
BAGIAN V
PERLENGKAPAN OPERASIONAL
1. UMUM
1) Perlengkapan yang disyaratkan harus disediakan oleh Penyedia Jasa
sesuai dengan yang tertera dalam daftar banyaknya pekerjaan, untuk
tiap jenis baik ditunjukkan dalam detail atau tidak dalam gambar yang
satuan pembayarannya sudah meliputi untuk masing-masing butir
pekerjaan yang tercantum dalam kontrak pekerjaan atau seperti
ditunjukkan dalam daftar kuantitas pekerjaan yang dikontrakkan. Ukuran
bahan dan warna yang harus dipakai dan penjelasan secara umum
dinyatakan dalam Album Standar Perencanaan Irigasi yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan, Desember 1986
seperti diterangkan dibawah. Detail lain yang sesuai akan ditunjukkan
dalam gambar kontrak. Penyedia Jasa tidak boleh menggunakan
bentuk konstruksi atau detail tanpa pemberitahuan secara tertulis
terlebih dahulu.
2) Tidak ada mata pembayaran dalam pekerjaan ini karena sudah menjadi
satu kesatuan dengan harga penawaran yang dikontrakkan dan segala
resiko yang mungkin akan timbul akibat dari kegiatan ini akan menjadi
tanggungan Penyedia Jasa.
2. BENCH MARK
1) Tiap patok bench mark (BM) tambahan yang dipasang Penyedia Jasa
harus dibuat dari beton atau pasangan, dengan ukuran 0.20 x 0.20 x
1.00 m sesuai dengan gambar dari album Standar Perencanaan Irigasi,
atau menurut petunjuk lain dalam gambar.
2) Patok-patok BM harus dipasang vertikal dalam galian, kemudian dengan
hati-hati diurug kembali sampai tinggal 0.20 m diatas permukaan
tanah. Penempatan patok-patok BM dilaksanakan Penyedia Jasa sesuai
dengan petunjuk Direksi.
3) Tidak ada mata pembayaran dalam pekerjaan ini karena sudah menjadi
satu kesatuan dengan harga penawaran yang dikontrakkan dan segala
resiko yang mungkin akan timbul akibat dari kegiatan ini akan menjadi
tanggungan Penyedia Jasa.