BAB I
KRITERIA PERENCANAAN
MUH.ADITYA KURNIAWAN
F 210 15 005
BANGUNAN AIR
e = Efisiensi saluran
A = Luas areal yang akan diairi (Ha)
MUH.ADITYA KURNIAWAN
F 210 15 005
BANGUNAN AIR
Jika V rencana > V maks ijin, maka saluran tersebut akan terjadi geseran /
erosi.
MUH.ADITYA KURNIAWAN
F 210 15 005
BANGUNAN AIR
MUH.ADITYA KURNIAWAN
F 210 15 005
BANGUNAN AIR
Q<1
1.00 3.00
1 < Q <5
1.50 5.00
5 < Q < 10
2.00 5.00
10 < Q < 5
3.50 5.00
Q > 15
3.50 5.00
MUH.ADITYA KURNIAWAN
F 210 15 005
BANGUNAN AIR
Perhitungan kebutuhan air sawah untuk padi yang disebut NFR (Net
Field Requirement) sangat tergantung pada faktor – faktor sebagai berikut :
1. Cara penyiapan lahan
2. Kebutuhan air untuk tanaman
3. Perlokasi dan rembesan
4. Pergantian lapisan air
5. Curah hujan efektif
Jika air yang dialirkan oleh jaringan saluran juga untuk keperluan selain
irigasi, maka debit rencana harus ditambah dengan jumlah yang dibutuhkan
untuk keperluan itu, dengan memperhitugkan efisiensi pengairan.
Catatan : Metode “Lengkung Kapasitas Tegal” yang dipakai sejak tahun
1891, tidak lagi
digunakan untuk perencanaan kapasitas saluran irigasi, hal ini
dikarenakan bahwa metode tersebut adalah perhitungan debit saluran dimana
di dalam areal yang akan dialiri terdiri dari 20% - 30% tanaman tebu yang
pada masa penjajah Belanda, selalu mengkombinasikan antara tanaman padi
da tebu sebagai bahan pokok pembuatan gula pasir.
Berhubungan sekarang irigasi itu terutama disediakan untuk pemberian
air tanaman padi, dimana tanaman padi adalah tanaman yang paling banyak
membutuhkan air dalam pertumbuhannya dibanding tebu dan palawija, maka
kebutuhan air untuk padi dijadikan
sebagai standar dalam perhitungan kebutuhan debit air di saluran.
MUH.ADITYA KURNIAWAN
F 210 15 005
BANGUNAN AIR
P = A + a + b + n.c + d + m.a + f + g + ∆h + Z
Dimana :
P = Muka air yang dibutuhkan dijaringan utama dihulu bangunan bagi sadap
A = Elevasi tanah sawah tertinggi dipetak tersier +
a = Dalamnya genangan air disawah = 0,10 m
b = Kehilangan tinggi energi dari saluran kuarter sampai sawah = 0,1 m
n = Jumlah boks bagi kuarter saluran yang direncanakan
C = Kehilangan tinggi energy di boks bagi kuartyer 0,10 m
D = Kehilangan tinggi energy selama pengaliran disaluran tersier dan kuarter
( 1 × 1 km)
a = Kehilangan tinggi energi diboks bagi tersier = 0,10 m / boks
m = Jumlah boks tersier pada saluran yang direncana
F = Kehilangan tinggi energi di gorong – gorong = 0,005 m
Z = Kehilangan tinggi energi di pintu romijn
∆h = Variasi tinggi muka air dijaringan utama dihulu bangunan sadap
MUH.ADITYA KURNIAWAN
F 210 15 005
BANGUNAN AIR
Sejak pengenalanya pada tahun 1932, pintu Romijn telah dibuat dengan tiga
bentuk mercu (Gambar 2.8), yaitu :
(i) Bentuk mercu datar dan lingkaran gabungan untuk peralihan penyempitan
hulu (Gambar 2.8A)
(ii) Bentuk mercu miring keatas 1:25 dan lingakaran tunggal sebagai peralihan
penyempitan (Gambar 2.8B)
(iii) Bentuk mercu datar dan lingkaran tunggal sebagai peralihan penyempitan
(Gambar 2.8C).
(iv)
B. Mercu horizontal & lingkaran gabungan
Dipandung dari segi hidrolis, ini merupakan perencanaan yang baik. Tetapi
pembuatan kedua lingkaran gabungan sulit , padahal tanpa lingkaran lingkaran itu
pengarahan air di atas mercu pintu bisa saja di lakukan tanpa pemisahan aliran.
MUH.ADITYA KURNIAWAN
F 210 15 005
BANGUNAN AIR
(i) Bagian pengontrol tidak berada di atas mercu, melainkan di ataas tepi tajam
hilirnya, di mana garis-garis aliran benar-benar melengkung. Kerusakan
terhadap tepi ini menimbulkan perubahan pada debit alat ukur.
(ii) Kerena garis-garis aliran ini, batas moduler menjadi 0,25 : bukan 0,67seperti
anggapan umumnya. Pada aliran tenggelam H2/H1= 0,67, pengurangan dalam
aliran berkisar dari 3% untuk aliran rendah sampai 10% untuk aliran tinggi
(rencana).
Karena mercu berkimiringan 1.25 juga lebih rumit pembuatanya
dibandingkan dengan mercu datar, maka penggunaan mercu dengan kemiringan
ini tidak dianjurkan.
D. Mercu horizontal & lingkaran tunggal: (lihat Gambar 2.9)
Ini adalah kombinasi yang bagus antara dimensi hidrolis yang benar dengan
perencanaan konstruksi.Jika dilaksanakan pintu Romijn, maka sangat dianjurkan
untuk menggunakan bentuk mercu ini.
Dimana :
Q = debit, m3 /dt
Cd = koefisien debit
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan grafitasi, m/dt2
bc = lebar meja, m
h1 = tinggi energy hulu diatas meja , m
di mana koefisien debit sama dengan
Cd = 0,93 + 0,10 H1 /L
MUH.ADITYA KURNIAWAN
F 210 15 005
BANGUNAN AIR
MUH.ADITYA KURNIAWAN
F 210 15 005
BANGUNAN AIR
dengan
H1 = h1 + v12/2g
……………(2.6)
dimana :
H1 = tinggi energi di atas meja, m
H2 = kecepatan di hulu alat ukur, m/dt
MUH.ADITYA KURNIAWAN
F 210 15 005
BANGUNAN AIR
Tabel 1.5. Besaran debit yang dianjurkan untuk alat ukur Romijin Standar
TIPE ROMIJIN STANDAR
I II III IV V VI
Lebar 0,50 0,50 0,75 1,00 1,25 1,50
Kedalaman maks. aliran
0,33 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
pada muka air rencana
Debit maks. pada muka
160 300 450 600 750 900
air rencana
Kehilangan tinggi energi 0,08 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11
Elevasi dasar di bawah 0,81 + 1,51 + 1,51 + 1,51 + 1,51 +
muka air v v v v v
MUH.ADITYA KURNIAWAN
F 210 15 005
BANGUNAN AIR
MUH.ADITYA KURNIAWAN
F 210 15 005
BANGUNAN AIR
= 1,86 b. h11,5
Dimana :
3
Q = debit yang akan diukur (𝑚 ⁄𝑑𝑡)
b = lebar mercu, m
h1 = tinggi energy hulu di atas meja (m)
MUH.ADITYA KURNIAWAN
F 210 15 005
BANGUNAN AIR
Alat ukur ini diletakan diujung udik saluran atau dihilir bangunan dengan jarak
lazimnya ± 20m.alat ukur ini harus dilengkapi pintu pengatur tinggi muka air (pintui
sorong) yang diletakan dibangunan sadap.
Oleh karena itu pada konstruksi bangunan ukur type ini, kehilangan tinggi
energy akan sangat besar berhubung terdapat 3 (tiga) kali kehilangan yaitu pada alat
ukur cipoletti sendiri (sesuai karakternya), kemudian disalurkan pengantar/saluran
penenang dan pintu pengatur (pintu sorong).
Alat ukur ini tidak cocok digunakan pada daerah yang datar, mengingat aliran
pada alat ukur ini adalah aliran-aliran sempurna, yaitu muka air dihilir alat ukur harus
berada dibawah mercu minimal 5cm.
MUH.ADITYA KURNIAWAN
F 210 15 005
BANGUNAN AIR
+ M.A.µ
+ M.A.µ
3
Dimana :
3
Q = debit (m ⁄dt)
MUH.ADITYA KURNIAWAN
F 210 15 005
BANGUNAN AIR
b. Bagian Pembawa
Untuk tinggi kerjun ≤ 150m dipakai bangunan terjun tegak dan untuk
tinggi terjun > 1,50m dipakai bangunan terjun miring.
MUH.ADITYA KURNIAWAN
F 210 15 005