Anda di halaman 1dari 3

PENENTUAN TINGGI MUKA AIR DAN DIMENSI SALURAN DAN KRITERIA HIDROLIS

Untuk perencanaan ruas, aliran saluran dianggap sebagai aliran tetap (steadi)

Perencanaan Saluran Primer


Saluran Primer Adalah Saluran yang membawa air dari bangunan utama sampai bangunan bagi terakhir atau saluran
yang membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan ke petak – petak tersier yang diairi. Batas ujung
saluran primer adalah pada bagunan bagi terakhir.

Perencanaan Saluran Sekunder


Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari saluran induk ke petak – petak tersier yang dilayani oleh
saluran sekunder itu. Saluran sekunder akan dapat mengaliri lebih dari satu petak tersier dan menerima air dari saluran
induk.

Perencanaan Saluran Tersier


Saluran Tersier adalah saluran yang membawa air dari saluran Sekunder ke petak – petak tersier yang dilayani oleh
saluran Tersier itu. Saluran Tersier akan dapat mengaliri lebih dari satu petak Tersier atau beberapa petak kwarter .
Penentuan Tinggi muka air
Tinggi muka air yang diinginkan dalam jaringan utama didasarkan pada tinggi muka air yang diperlukan disawah – sawah yang
dialiri.
Tinggi bangunan sadap tersier disaluran primer atau sekunder dihitung dengan rumus sebagai berikut.
P = A + a + b + n.c + d + m.e + f + g + ∆H + z
dimana :
P = Muka air yang dibutuhkan jaringan utama dihulu bangunan sadap tersier
A = Elevasi sawah yang nementukan dipetak tersier
a = Kedalaman air disawah (~ 10 cm)
b = Kehilangan energi disaluran kuarter sampai sawah(-10cm)
n = Jumlah boks bagi kuarter pada saluran yang direncana
c = Kehilangan energi diboks bagi kuarter ( 5-15 cm)
d = Kehilangan tinggi energi selama pengaliran disaluran tersier dan kuarter
m = Jumlah boks tersier pada saluran rencana
e = Kehilangan tinggi energi diboks bagi tersier
f = Kehinangan tinggi energi di gorong–gorong (- 5 cm per gorong–gorong)
g = Kehilangan tinggi energi dipintu Romijn (- 2/3 H)
∆H = Variasi tinggi muka air di jaringan utama di hulu bangunan sadap tersier ( - 0,18 h100)
Z = Kehilangan tinggi energi bangunan – bangunan tersier yang lain
h100 = Kadalaman air rencana disaluran primer atau sekunder pada bangunan sadap
• Debit rencana
Pada umumnya lebar dasar saluran (b) diambil lebih besar atau sama dengan kedalaman saluran (h) dengan maksud
mencegah terjadinya pendangkalan pada saluran saat air dialirkan ke saluran.
Besarnya debit pada suatu saluran mempengaruhi kecepatan pengaliran (v) sedangkan keadaan saluran tergantung dari jenis tanah ,
vegetasi dan sedimen – sedimen sepanjang saluran. Koefisiean kekasaran pada saluran bervariasi menurut ukuran dari saluran.
Dimensi saluran Primer, Sekunder dan tersier dapat dihitung setelah jumlah kebutuhan air di sawah (NFR) diketahui. Dengan
memperhatikan efisiensi kehilangan air pada saluran. maka kapasitas saluran (debit rencana) dapat dihitung dengan rumus :

Dimensi saluran irigasi mempergunakan rumus atau persamaan Strickler


yaitu sebagai berikut :

Q =V.A
V = K . R2/3 . I1/2
A = b.h + mh2
P = b + 2h √[1 + m2 ]
R = A/P
n = b/h
Dimana :
Q = Debit rencana ( m3/dt)
V = Kecepatan aliran (m/dt)
A = Luas penampang basah (m2)
P = Keliling penampang basah (m)
R = Jari – jari penampang basah (m)
I = Kemiringan rencana dasar saluran
k = Koefisien Strikler ( m1/3/dt)
b = Lebar bawah saluran (m)
h = Kedalaman air (m)
n = Perbandingan b dan h
m = Kemiringan talud

Anda mungkin juga menyukai