Anda di halaman 1dari 10

BAB III

METODOLOGI PELAKSANAAN
3.1 Lay Out Jaringan Irigasi ( Rencana Tata Letak )
Dalam perencanaan tata letak diperlukan peta topografi berskala 1 : 25.000 dan 1 : 50.000,
garis kontur berinterfal 0,50 m untuk daerah datar, 1.00m untuk daerah dengan kemiringan medan
lebih dari 2 %. Rencana tata letak menunjukan antara lain:
1. Lokasi bangunan utama ( bendung )
2. Jaringan irigasi dan pembuang
3. Batas dan perkiraan luas jaringan irigasi dengan petak-petak primer, sekunder dan tersier
4. Bangunan-bangunan yang ada di jaringan irigasi maupun pembuang
5. Tanggul dan bangunan pelindung
6. Jaringan jalan termasuk bangunan-bangunnannya
A. Batas-batas petak tersier :
1. Tergantung dari kondisi topografi
2. Batas petak dapat berupa saluran drainase, sungai, jalan dan batas desa.
3. Diusahakan terletak pada batas administrasi desa (jadi dihindari satu petak tersier berada
pada dua desa).
4. Diusahakan batas petak tersier adalah sama dengan batas hak milik.
A. Luas dan bentuk petak tersier :
1. Menurut pengalaman ukuran optimum antara 50 –100 ha. (maksimum 150 ha kalau
keadaan memaksal).
2. Luas petak kwarter antara 8 –15 ha.
3. Bentuk optimum petak tersier adalah bujur sangkar.
4. Luas petak tersier diukur dengan planimeter dan hasilnya dikurangi 10%.
C. Panjang saluran tersier :
1. Maksimum panjang saluran tersier 1 500 m. (sawah terjauh dari pintu sadap < 1 500 m)
2. Maksimum panjang saluran kwarter 500m

3.2. Kebutuhan Air Irigasi


A. Data-data yang Diperlukan
Adapun data-data yang didapat dan digunakan dalam perhitungan kebutuhan air irigasi
anatara lain:
1. Data Curah Hujan
Data curah hujan yang dipakai adalah curah hujan sekunder selama 10 tahun terakhir
2. Data Debit

III-1
Data debit yang dipakai adalah data debit intake di Dam Prambatan selama 10 tahun
terakhir
3. Data Klimatologi
Data yang dipakai adalah data suhu, data kelembaban relatif, data kecepatan angin dan
data kecerahan matahari.
4. Data Irigasi
Data ini meliputi luas baku sawah, jenis tanaman
B. Tahap Analisis Penelitian
Analisis data dibagi menjadi beberapa tahap antara lain :
1) Analisis Klimatologi
Menentukan besarnya nilai evapotranspirasi Daerah Irigasi menggunakan metode Penman
Modifikasi karena data-data yang didapat sesuai dengan metode ini.
2) Analisis Curah Hujan
a) Menentukan curah hujan rata-rata tengah bulanan. Perhitungan curah hujan rata-rata
menggunakan metode rata-rata aljabar periode 10 tahun terakhir.
b) Menentukan curah hujan efektif besarnya R80 kemudian menentukan curah hujan
efektif untuk padi dan palawija
3) Perhitungan kebutuhan air irigasi
a. Penyiapan lahan.Menentukan kebutuhan air selama penyiapan lahan
b. Koefisien tanaman. Menentukan koefisien tanaman berdasarkan Tabel.
c. Penggunaan konsumtif. Menentukan penggunaan konsumtif tanaman / jumlah air yang
dipakai tanaman
d. Perkolasi. Menentukan daya perkolasi pada areal irigasi nilainya diambil dari Tabel.
e. Penggantian lapisan air.
Penggantian lapisan air dilakukan menurut kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan
semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm (atau 3,3
mm/hari selama 1/2 bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi.
f. Kebutuhan air tanaman:
1. Kebutuhan bersih air di sawah (NFR) dihitung.
2.Kebutuhan air irigasi (IR) untuk padi dan palawija dihitung.
g. Kebutuhan pengambilan air pada sumbernya Kebutuhan pengambilan (DR) adalah
jumlah kebutuhan air irigasi dibagi dengan efisiensi irigasinya.
3.3. Jaringan Irigasi
1. Penarikan trase saluran, diusahakan :
a. Dalam perencanaan Saluran diperlukan peta topografi berskala 1 : 25.000 dan 1 : 50.000,
kemiringan medan harus tergambar jelas
b. Menentukan elevasi muka air saluran,

III-2
c. Muka air rencana sama atau dibawah elevasi tanah. Hal ini untuk menghindari pencurian
air atau penyadapan liar dan menghemat biaya
d. Elevasi muka air harus cukup tinggi, agar dapat mengaliri sawah-sawah yang paling
tinggi pada petak-petak tersier.
2. Letak bangunan sadap
a. Batas-batas petak tersier ditetapkan berdasarkan peta topografi skala 1 : 5.000 dengan
luas rata-rata 50 – 100 Ha.
b. Kemudian ditentukan lokasi bangunan sadap sedemikian rupa sehingga mampu
mengaliri petak tersier.
3. Merencanakan peta petak jaringan irigasi pada peta yang telah dilengkapi notasi
ketinggiannya.
4. Merencanakan jaringan irigasi lengkap dengan nomenklaturnya.
5. Menghitung debit air yang dibutuhkan
6. Menghitung dimensi saluran :
1. Saluran pembawa :
a. Saluran primer
b. Saluran sekunder
c. Saluran tersier
2. Saluran pembuang :
a. Saluran pembuang sekunder
b. Saluran pembuang tersier
7. Menghitung tinggi muka air (elevasi) pada bangunan-bangunan sadap
8. Menggambar profil memanjang dan profil melintang dari saluran irigasi
9. Menyempurnakan peta perencanaan jaringan irigasi dengan pemberian warna sesuai dengan
kriteria perencanaan jaringan irigasi.
3.4. Bangunan Pelengkap
A. Bangunan Bagi dilengkapi dengan pintu dan alat ukur:
a. Pintu dapat terbuat dari:
1. Susunan kayu yang satu sama lain terlepas (skot balk)
2. Pintu kayu atau besi yang dilengkapi dengan stang pengangkat
b. Alat ukur yang umum dipakai: pintu ukur Romijn dan pintu sorong Crump-de-Gruyter
c. Skot balk
1. Merupakan pengaliran tidak sempurna.
2. Dibuat dari susunan balok-balok persegi yang terlepas satu sama lain
3. Dibuat sesuai kebutuhan
4. Lebar skot balk ditetapkan dengan mengambil kehilangan tekanan z = 0.05 m
5. Disarankan agar lebar b < 1.50 mmudah memasang dan mengambilnya

III-3
d. Pintu kayu dan besi
1. Dengan perlengkapan stang pengangkat
2. Merupakan pengaliran lewat lubang
e. Percabangan pada bangunan bagi dibuat dengan sudut < 90ºdan pada belokan dibuat
jari-jari > 1.0 m
B. Bangunan Sadap
a. Terletak di saluran tersier bangunan sadap tersier
b. Terletak di saluran sekunder bangunan sadap sekunder
c. Biasanya diberi pintu romijn karena kehilangan energinya terbatas
d. Bentuk hidrolis dan kriteria untuk bangunan sadap pada prinsipnya sama seperti
bangunan bagi
C. Tanggul
a. Dipakai untuk melindungi daerah irigasi dari banjir yang disebabkan oleh sungai
pembuang yang besar atau laut
b. Biasanya tanggul dibuat dari bahan timbunan yang digali sejajar dengan garis tanggul
c. Apabila galian dibuat sejajar dengan lokasi tanggul maka penyelidikan untuk pondasi
dan daerah galian dapat dilakukan sekaligus
d. Untuk tanggul-tanggul tertentu mungkin perlu membuka daerah sumber bahan
timbunan khusus di luar lapangan dan mengangkutnya ke lokasi.
e. Tinggi rencana tanggul (Hd),merupakan jumlah tinggi muka air rencana (H) dan tinggi
jagaan (Hf)
f. Ketinggian yang dibuat.termasuk longgaran untuk kemungkinan terjadi penurunan
(Hs), yang bergantung pada pondasi serta bahan yang dipakai dalam pelaksanaan.
g. Tinggi muka air rencana yang sebenarnya didasarkan pada profil permukaan air.
h. Tinggi jagaan (Hf) merupakan longgaran yang ditambahkan untuk tinggi muka air yang
diambil, termasuk tinggi gelombang.
i. Tinggi minimum jagaan tanggul sebaiknya diambil 0.60 m.
j. Untuk tanggul tanah yang direncanakan guna mengontrol kedalaman air < 1.5 m 2 lebar
atas minimum tanggul dapat diambil 1.5 m
k. Jika kedalaman air yang akan dikontrol lebih dari 1.5 m2 maka lebar atas minimum
sebaiknya diambil 3 m
l. Lebar atas diambil sekurang-kurangnya 3 m jika tanggul dipakai untuk jalur
pemeliharaan
m. Jika pondasi tanggul terdiri dari lapisan lulus air atau lapisan yang rawan terhadap erosi
bawah tanah (piping), maka harus dibuat parit halang yang kedalamannya sampai 1/3
dari kedalaman air.

III-4
D. Pintu
a. Pintu bangunan di saluran biasanya dibuat dari baja
b. Dalam standar bangunan irigasi diberikan detail-detai lengkap mengenai ukuran dan tipe
standar pintu
c. Tipe-tipe pintu standar antara lain: (i) Pintu gerak Romijn; (ii) Pintu Crump-de Gruyter
dan (iii) Pintu Sorong.
d. Pintu sorong dengan bukaan lebar biasanya dibuat dari kayu yang lebih murah
e. Pintu radial biasanya mempunyai keuntunganekonomis bila bangunan pintu ini dipasang
dan dibuat dari beton
f. Pintu keluar (outlet), pembuang adalah pintu khusus karena harus dapat menghalangi air
yang telah dibuang agar tidak mengalir kembali ke daerah semula jika muka air di luar
lebih tinggi dari muka air di dalam pembuang
g. Keadaan ini dapat terjadi pada pembuangan ke sungai pada waktu sungai banjir atau
pembuangan ke laut yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut
E. Bangunan-bangunan lain
Bangunan yang dibangun di sepanjang saluran untuk:
1. Pengaman sebelum terjadi situasi yang berbahaya
2. Memperlancar aliran di saluran tanpa merusakkan lereng
3. Untuk menciptakan alternatif agar air bisa dipakai untuk ternak
a. Peralatan pengamanan yang dapat dipakai adalah pagar, pengaman standar, tanda
bahaya, kisi-kisi penyaring, tangga dan penghalang di depan lobang masuk pipa
b. Pencegahan Rembesan
Rembesan terjadi apabila bangunan harus mengatasi beda tinggi muka air dan jika
saluran yang diakibatkannya meresap masuk ke dalam tanah di sekitar bangunan.
Aliran ini mempunyai pengaruh yang merusakkan stabilitas bangunan karena
tersangkutnya bahan-bahan halus dapat menyebabkan erosi bawah tanah.
Jika erosi bawah tanah sudah terjadi maka terbentuklah jalan rembesan antara
bagian hulu dan hilir bangunan mengakibatkan kerusakan akibat terkikisnya tanah
pondasi.
Dinding halang ditempatkan di bawah dan di kedua sisi bangunan sedapat mungkin
harus dapat menanggulangi beda tinggi energi yang besar seperti: bangunan terjun,
bangunan pengatur dan pintu, bangunan seperti pipa, gorong-gorong dan pipa shipon
sangat memerlukan dinding penghalang di sekitar pipa untuk mencegah terjadinya
rembesan di sepanjang pipa bagian luar.

III-5
3.5. Bagan Alir Perencanaan Jaringan Irigasi

MULAI

PENGUMPULAN DATA YANG DIPERLUKAN DALAM


PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI

1.DATA HUJAN
DATA TOPOGRAFI
2. DATA KLIMATOLOGI

LAY OUT PERENCANAAN


JARINGAN KEBUTUHAN
IRIGASI AIR IRIGASI
v

PERENCANAAN JARINGAN
IRIGASI

PERENCANAAN BANGUNAN PELENGKAP

SELESAI

Gambar 3.1 Diagram Alir

III-6
A. Penjelesan Diagram Alir Perencanaan Jaringan Irigasi
1. Pengumpulan Data-data Jaringan Irigasi
Data-data yang diperlukan dalam perencanaan Jaringan Irigasi adalah Data Curah Hujan,
Klimatologi dan Data topografi.
a. Data Curah Hujan
Data curah hujan biasanya diambil dari BMKG.Data curah hujan biasanya dicatat
dalam satuan mm/hari, atau mm/bulan, setelah mendapatkan data curah hujan kita
Menentukan curah hujan rata-rata tengah bulanan per 10 harian dan Menentukan curah
hujan efektif besarnya R80 kemudian mencari curah hujan efektif untuk padi dan palawija.
b. Data Klimatologi
Dalam Perhitungan Klimatologi ada beberapa data yang harus diketahui yaitu
data suhu, data kelembapan relatif, data kecepatan angin dan data kecerahan matahari.
Data-data ini biasanya diambil dari BMKG. Dari data-data ini kemudian kita dapat
menghitung Evapotranspirasi setelah mendapatkan nilai evapotranspirasi kita dapat
mengetahui debit andalannya.
Setelah Kita mendapatkan data-data curah hujan dan klimatologi kita dapat
menganalisis data-data tersebut agar dapat mengetahui curah hujan efektif (padi dan
palawija), dan nilai evapotranspirasi. Selain menganalisis data curah hujan dan klimatologi
untuk mengetahui kebutuhan air irigasi kita perlu juga perhitungan penyiapan lahan,
mengetahui koefisien tanaman, penggunaan konsumtif, Perkolasi, Penggantian lapisan air,
kebutuhan air tanaman dan efisiensi irgasi.
c. Data Topografi
Data topografi digunakan untuk menggambarkan lay out jaringan irigasi, oleh
sebabitu kita perlu tahu ukuran-ukurannya. Data Topografi Didapat dari pengukuran
secara langsung dilapangan dimana tempat untuk membangun jaringan irigasi.
Setelah mendapatkan data-data topografi kita dapaat merencanakan Lay Out
Jaringan Irigasi. Lay out jaringan irigasi perlu kita perhatikan juga letak geografisnya,
Sumber airnya, tata guna lahan masyarakat serta pola tanam masyarakat disekitar
pembangunan jaringan irigasi.
2. Perencanaan Jaringan Irigasi
Jaringan Irigasi dapat kita bangun jika kita telah mengetahui lay out jaringan irigasi
serta kebutuhan air irigasinya, karena dalam merencanakan jaringan irigasi kita perlu lay out
jaringan irigasi yakni letak bangunan utama yaitu bendungan dan juga saluran primer,
sekunder, dan tersier serta saluran pembuangan, dan juga batas-batas dan perkiraan luas
jaringan irigasi dengan petak-petak primer, sekunder dan tersier contoh bangunan yang ada
pada saluran primer, sekunder maupun tersier adalah bangunan bagi dan sadap.
3. Perencanaan Bangunan Pelengkap

III-7
Bangunan pelengkap adalah bangunan yang dibuat sebagai sarana pendukung untuk
saluran irigasi. MisalnyaGorong-gorong, talang, siphon, bangunan terjun, got miring dan
tanggul.
a. Gorong – Gorong
Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran
irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya saluran), bawah jalan,
atau jalan kereta api.
Pada gorong-gorong aliran bebas, benda-benda yang hanyut dapat lewat dengan
mudah, tetapi biaya pembuatannya umumnya lebih mahal dibanding gorong-gorong
tenggelam. Dalam hal gorong-gorong tenggelam, seluruh potongan melintang berada
dibawah permukaan air. Biaya pelaksanaan lebih murah, tetapi bahaya tersumbat lebih
besar.Karena alasan-alasan pelaksanaan, harus dibedakan antara gorong-gorong
pembuang silang dan gorong-gorong jalan:
i. pada gorong-gorong pembuang silang, semua bentuk kebocoran harus dicegah.
Untuk ini diperlukan sarana-sarana khusus
ii. gorong-gorong jalan harus mampu menahan berat beban kendaraan.
Kecepatan Aliran:
Kecepatan yang dipakai di dalam perencanaan gorong-gorong bergantung pada
jumlah kehilangan energi yang ada dan geometri lubang masuk dan keluar. Untuk tujuan-
tujuan perencanaan, kecepatan diambil: 1,5 m/dt untuk gorong-gorong di saluran irigasi
dan 3 m/dt untuk gorong-gorong di saluran pembuang. Kehilangan Tinggi Energi Untuk
Gorong – Gorong Yang Mengalir Penuh Untuk gorong-gorong pendek (L < 20 m) seperti
yang biasa direncana dalam jaringan irigasi.

Tabel 3.1 Harga-Harga µ Dalam Gorong-Gorong Pendek


Tinggi dasar dibangunan Tinggi dasar dibangunan lebih
sama dengan saluran tinggi daripada disaluran
Sisi µ Ambang sisi µ
Segi empat 0.80 Segi empat Segi empat 0.72
Bulat 0.90 Bulat Segi empat 0.76
- - Bulat Bulat 0.85

Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan KP-04


b. Talang
Talang adalah saluran buatan yang dibuat dari pasangan beton bertulang, kayu atau
baja maupun beton ferrocement, didalmnya air mengalir dengan permukaan bebasm
dibuat melintas lembah dengan panjang tertentu (umumnya dibawah 100 m), saluran
pembuang, sungai, jalan atau rel kereta api dan sebaginya.

III-8
Kemiringan Dan Kecepatan. Kecepatan di dalam bangunan lebih tinggi dari pada
kecepatan dipotongan saluran biasa. Tetapi, kemiringan dan kecepatan dipilih
sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kecepatan superkritis atau mendekati kritis,
karena aliran cenderung sangat tidak stabil. Untuk nilai banding potongan melintang
pada pasal 5.6.1, ini memberikan kemiringan maksimum I = 0,002.
Tinggi Jagaan. Tinggi jagaan untuk air yang mengalir dalam talang atau flum
didasarkan pada debit, kecepatan dan faktor-faktor lain. Untuk talang yang melintas
sungai atau pembuang, harus dipakai harga-harga ruang bebas berikut:
1. pembuang intern Q5 + 0,50 m
2. pembuang ekstern Q25 + 1,00 m
3. sungai: Q25 + ruang bebas bergantung kepada keputusan perencana, tapi
tidak kurang dari 1,50 m.
Perencana akan mendasarkan pilihannya pada karakteristik sungai yang akan
dilintasi, seperti kemiringan, benda – benda hanyut, agradasi atau degradasi.
c. Siphon
Pada sipon air mengalir karena tekanan. Perencanaan hidrolis sipon harus
mempertimbangkan kecepatan aliran, kehilangan pada peralihan masuk, kehilangan
akibat gesekan, kehilangan pada bagian siku sipon serta kehilangan pada peralihan
keluar. Diameter minimum sipon adalah 0,60 m untuk memungkinkan pembersihan dan
inspeksi.
Kecepatan aliran:
Untuk mencegah sedimentasi kecepatan aliran dalam sipon harus tinggi. Tetapi,
kecepatan yang tinggi menyebabkan bertambahnya kehilangan tinggi energi. Oleh sebab
itu keseimbangan antara kecepatan yang tinggi dan kehilangan tinggi energi yang
diizinkan harus tetap dijaga. Kecepatan aliran dalam sipon harus dua kali lebih tinggi
dari kecepatan normal aliran dalam saluran, dan tidak boleh kurang dari 1 m/dt, lebih
disukai lagi kalau tidak kurang dari 1,5 m/dt Kecepatan maksimum sebaiknya tidak
melebihi 3m/dt.
Kisi – kisi penyaring:
Kisi-kisi penyaring harus dipasang pada bukaan/ lubang masuk bangunan di mana
benda-benda yang menyumbat menimbulkan akibat – akibat yang serius, misalnya pada
sipon dan gorong-gorong yang panjang. Kisi – kisi penyaring dibuat dari jeruji-jeruji baja
dan mencakup seluruh bukaan. Jeruji tegak dipilih agar bisa dibersihkan dengan
penggaruk (rake).
d. Terjunan
Bilamana kemiringan di lapangan lebih besar dari pada kemiringan desain saluran
irigasi yang telah ditentukan, maka saluran harus di bagi ke beberapa ruas yang satu

III-9
dengan yang lain, yaitu dihubungkan dengan bangunan terjun. Bangunan ini memiliki
empat bagian fungsional, dengan sifat perencanaan yang khas.
1. bagian hulu pengontrol, yaitu bagian dimana aliran menjadi superkritis.
2. bagian dimana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah.
3. bagian tepat disebelah hilir potongan U, tempat dimana energy diredam.
4. bagian peralihan saluran memerlukan lindungan untuk mencegah erosi.
e. Bangunan Terjun Tegak
Bangunan terjun tegak menjadi lebih besa apabila ketinggiannya ditambah.
Bangunan terjun tegak sebaiknya tidak dipakai apabila perubahan tinggi energi diatas
bangunan melebihi 1,50 m. Perencanaan hidrolis bangunan dipengaruhi oleh besaran-
besaran sebagai berikut:
H1 = tinggi energi di muka ambang, m
ΔH = perubahan tinggi energi pada bangunan, m
Hd = tinggi energi hilir pada kolam olak,m
q = debit per satuan lebar ambang, m2/dt
g = percepatan gravitasi, m2/dt (≈ 9,8)
n = tinggi ambang pada ujung kolam, m
f. Got Miring
Aliran dalam got miring adalah superkritis dan bagian peralihannya harus licin dan
berangsur agar tidak terjadi gelombang. Bilamana Trase saluran pembawa, mengikuti
kondisi lapangan dengan kemiringan relative curam dan panjang maka sebaiknya di
desain saluran Flume miring, untuk hal ini untuk menghindari:
a) Galian yang besar, bilamana di buat drop struktur
b) Drop struktur yang bertingkat-tingkat
Pada saluran got miring, maka loncatan yang terjadi tidak menimbulkan Hidrolik Jump yang
besar. Jadi, biasanya loncatan lemah, sehingga air di hilir ketinggiannya (Tail water depth)
tidak terlalu extreme naiknya. Kondisi dari aliran kritis ke aliran sub kritis tidak melalui
loncatan yang extreme, disebut loncatan bergelombang (Underwater Jump) dengan harga
Freude number sekitar 1,0 sampai dengan 1,7.

III-10

Anda mungkin juga menyukai