NIM : 200404050
Diminta :
Buatlah penjelasan pembuatan saluran irigasi primer dan sekunder beserta gambar jaringannya!
Penjelasan :
Saluran pembawa atau biasa disebut saluran irigasi merupakan salah satu prasarana irigasi yang
memiliki fungsi antara lain mengambil air dari sumber air, membawa atau mengalirkan air dari sumber ke
lahan pertanian, mendistribusikan air kepada tanaman serta mengatur dan mengukur aliran air.. Salah satu
saluran yang dipakai adalah saluran irigasi ferrocement, yaitu tipe saluran irigasi yang dibuat dengan
dinding tipis beton bertulang yang dibuat dari mortar semen hidrolis diberi tulangan dengan kawat
anyam/kawat jala (wiremesh) yang menerus dan lapisan yang rapat serta ukuran kawat relatif kecil.
Untuk membuat atau merencanakan suatu daerah menjadi daerah irigasi diperlukan data sebagai
berikut :
Program pemetaan dimulai dengan peninjauan cakupan, ketelitian dan kecocokan peta-
peta dan foto udara yang sudah ada. Lebih Ianjut akan direncanakan pengukuran-pengukuran,
pemotretan udara dan pemetaan dengan ketentuan-ketentuan yang mendetail. Biasanya akan
dibuat sebuah peta topografi baru yang dilengkapi dengan garis-garis tinggi untuk proyek-itu.
Peta topografi itu terutama akan digunakan dalam pembuatan tata letak pendahuluan jaringan
irigasi yang bersangkutan. Peta-peta topografi dibuat dengan skala 1:25.000 untuk tata letak
umum, dan 1:5.000 untuk tata letak detail.
Pemetaan topografi sebaiknya didasarkan pada foto udara terbaru, dengan skala foto
sekitar 1:10.000. Hal ini akan mempermudah perubahan peta-peta ortofoto atau mosaik yang
dilengkapi dengan garis-garis ketinggian yang memperlihatkan detail lengkap topografi.
Seandainya tidak belum tersedia foto udara dan pembuatan foto udara baru akan meminta terlalu
banyak biaya, maka sebagai gantinya dapat dibuat peta terestris yang dilengkapi dengan garis-
garis tinggi. Bila foto udara tersebut dibuat khusus untuk proyek, maka skalanya adalah sekitar 1:
10.000, digunakan baik untuk taraf perencanaan maupun studi kelayakan. Biasanya pembuatan
peta untuk proyek irigasi seluas 10.000 ha atau lebih, didasarkan pada hasil pemotretan udara.
Analisis debit sungai dan penentuan debit andalan dibicarakan dalam subbab 4.2. Debit
andalan didefinisikan sebagai debit minimum rata-rata mingguan atau tengahbulanan. Debit
minimum rata-rata mingguan atau tengah-bulanan ini didasarkan pada debit mingguan atau
tengah bulanan rata-rata untuk kemungkinan tidak terpenuhi 20%. Debit andalan yang dihitung
dengan cara ini tidak sepenuhnya dapat dipakai untuk irigasi karena aliran sungai yang dielakkan
mungkin bervariasi sekitar harga rata-rata mingguan atau tengah-bulanan; dengan debit puncak
kecil mengalir diatas bendung. Sebagai harga praktis dapat diandaikan kehilangan 10%. Hasil
analisis variasi dalam jangka waktu mingguan atau tengah bulanan dan pengaruhnya terhadap
pengambilan yang direncanakan akan memberikan angka yang lebih tepat. Untuk proyek-proyek
irigasi yang besar dimana selalu tersedia data-data debit harian, harus dipertimbangkan studi
simulasi.
3. Lokasi sumber air / lokasi pengambilannya
Dalam perhitungan neraca air, kebutuhan pengambilan yang dihasilkannya untuk pola
tanam yang dipakai akan dibandingkan dengan. debit andalan untuk tiap setengah bulan dan luas
daerah yang bisa diairi. Apabila debit sungai melimpah, maka luas daerah proyek irigasi adalah
tetap karena luas maksinum daerah layanan (command area) dan proyek akan direncanakan
sesuai dengan pola tanam yang dipakai.
Bila debit sungai tidak berlimpah dan kadang-kadang tejadi kekurangan debit maka ada 3
pilihan yang bisa dipertimbangkan:
- luas daerah irigasi dikurangi: bagian-bagian tertentu dari daerah yang bisa diairi (luas
maksimum daerah layanan) tidak akan diairi
- melakukan modifikasi dalam pola tanam: dapat diadakan perubahan dalam pemilihan tanaman
atau tanggal tanam untuk mengurangi kebutuhan air irigasi di sawah (1/dt/ha) agar ada
kemungkinan untuk mengairi areal yang lebih luas dengan debit yang tersedia. 106 Kriteria
Perencanaan
- rotasi teknis golongan: untuk mengurangi kebutuhan puncak air irigasi. Rotasi teknis atau
golongan mengakibatkan eksploitasi yang lebih kompleks dan dianjurkan hanya untuk proyek
irigasi yang luasnya sekitar 10.000 ha atau lebih. Untuk penjelasan lebih lanjut, lihat Lampiran 2
Kebutuhan air yang dihitung untuk minum, budidaya ikan, industri akan meliputi kebutuhan-
kebutuhan air untuk minum, budidaya ikan, keperluan rumah tangga, pertanian dan industri.
4. Keadaan tanah daerah pengairan untuk memperkirakan banyaknya air yang hilang melalui
rembesan, bocoran serta menentukan bentuk tampang saluran
5. Data hidrologi terutama menyangkut potensi penyediaan air (water avability) dan kesetimbangan
air (water balance).
- Curah hujan
- Evapotranspirasi
- Angkutan sedimen.
6. Kebutuhan air pada areal irigasi (water requirement) sesuai jenis tanaman dan pada perencanaan
ini didasarkan kebutuhan air untuk tanaman padi.
8. Data klimatologi
Untuk melakukan penelitian ini harus sudah tersedia peta dasar topografi atau foto udara.
Penelitian kemampuan tanah harus diadakan sampai tingkat setengah-detail, dengan pengamatan
tanah per 25 ha sampai 50 ha. Penahapan Perencanaan /irigasi Penelitian ini juga akan
mengumpulkan data-data mengenai permeabilitas/kelulusan dan perkolasi tanah untuk dipakai
sebagai bahan, masukan bagi penghitungan kebutuhan air irigasi. Penelitian kemampuan tanah
untuk studi kelayakan serupa dengan penelitian yang sudah dijelaskan diatas.
10. Data lain yang berhubungan dengan pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah menjadi
daerah irigasi
Menetukan Lokasi Bendung
Bendungan yang merupakan bangunan penyadap air dibangun dengan memperhatikan faktor-
faktor sebagai berikut :
1. Tinggi tempat diusahakan agar daerah yang dapat diairi seluas mungkin sehingga lokasi bendung
dipilih yang cukup tinggi
2. Debit air, jika sungai akan dibendung merupakan pertemuan dari dua sungai atau lebih maka
bendung diletakkan di sebelah hilir titik pertemuan dengan demikian akan diperoleh debit yang
lebih besar
3. Kandungan lumpur, lokasi bendung dipilih daerah dimana sungai belum banyak mengalami
pengotoran karena lumpur akan mempersulit pemeliharaannya
4. Dihindarkan terjadinya tanah tandus yang disebabkan kurangnya air di sebelah hilir
5. Tanah longsor, umur dari bendung ditentukan oleh pemeliharaan dan keadaan lingkungannya
maka bangunan dimana tanahnya mudah longsor sangat mempengaruhi kekuatan bendung
Air yang sudah masuk kedalam irigasi sekunder akan diteruskan ke saluran irigasi tersier.
Bangunan saluran irigasi primer umumnya bersifat permanen yang sudah dibangun oleh pemerintah
melalui Dinas Pekerjaan Umum atau daerah setempat (Wirawan, 1991).
Saluran irigasi primer meliputi bangunan bendung, saluran-saluran primer dan sekunder termasuk
bangunan bangunan utama dan pelengkap saluran pembawa dan saluran pembuang. Bangunan ini
merupakan bangunan yang mutlak diperlukan bagi eksploit, meliputi bangunan pembendung,
bangunan pembagi dan bangunan pengukur. Bangunan bendung berfungsi agar permukaan air sungai
dapat naik dengan demikian memungkinkan untuk disalurkan melalui pintu pemasukan ke saluran
pembawa.
Bangunan pembagi berfungsi agar air pengairan dapat di distribusikan di sepanjang saluran
pembawa (saluran primer) ke lahan-lahan pertanaman melalui saluran sekunder dan saluran tersier.
Terdiri pula bangunan ukur yang berfungsi mengukur debit air yang masuk ke saluran. Dengan
demikian distribusi air pengairan ke lahan-lahan pertanaman melalui saluran sekunder dan saluran
tersier dapat terkontrol dengan baik, sesuai dengan pola pendistribusian air pengairan yang telah
dirancang (Wirawan, 1991).
Saluran primer atau saluran induk dibuat dengan mengikuti arah garis tranche dan dimulai dari
bangunan penyadap. Pada bagian pertama dibangun saluran penangkap pasir atau lumpur, kemudian
bangunan penguras yang bercabangan dengan bangunan pengambilan. Dari bangunan penguras
dibuat saluran penguras yang hampir sejajar dengan sungai untuk memudahkan pengurasan lumpur.
Dalam pembuatan saluran primer harap diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Panjang saluran diusahakan tidak berlebihan karena harus membelok-belok mengikuti garis
tranche
2. Saluran primer memungkinkan melewati jurang-jurang atau memotong aliran sungai, sehingga
perlu dipertimbangkan banyaknya galian dan timbunan karena nanti akan mengakibatkan
banyaknya kehilangan air
3. Untuk mengurangi masuknya air hujan ke saluran primer, di tepi saluran dibuat saluran
pelampung air hujan
4. Dimensi saluran primer ditentukan berdasarkan banyaknya air yang dibutuhkan untuk seluruh
areal irigasi dengan memperhatikan faktor-faktor kehilangan air baik di petak sawah maupun di
sepanjang saluran
2. Saluran Sekunder
Saluran Sekunder adalah saluran yang membawa air dari saluran primer ke petak-petak yang dilayani
oleh saluran sekunder tersebut. Saluran ini dimulai dari bangunan bagi/sadap di saluran primer dan
berakhir pada bangunan sadap terakhir di saluran sekunder.
Saluran irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran sekunder,
saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan
pelengkapnya. Saluran yang membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier yang dilayani oleh
saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir. Fungsi dari
saluran irigasi sekunder ini adalah membawa air yang berasal dari saluran irigasi primer dan diteruskan ke
saluran irigasi tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier,
boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya (Wirawan, 1991).
Untuk memungkinkan dapat mengairi daerah kedua sisi saluran, maka saluran sekunder dibuat
menyilang tegak lurus garis tranche dan diletakkan di punggung topografi. Dalam pembuatan saluran
sekunder, hal-hal di bawah ini harus menjadi pertimbangan :
1. Bentuk petak tersier dan jenis pengairannya, saluran sekunder merupakan batas dari petak tersier,
sehingga penentuan dari petak tersier, sehingga penentuan dari petak tersier diusahakan berbentuk
persegi panjang (memanjang arah aliran) dengan luas disesuaikan dengan keadaan topografi
daerah
2. Perbedaan tinggi tempat, saluran yang melalui suatu daerah dimana kemiringan tanahnya besar
akan memperbanyak bangunan terjunan yang diperlukan serta memperbesar biaya pembangunan
3. Dimensi saluran sekunder ditentukan berdasarkan kebutuhan air dari seluruh petak tersier yang
dilayani dengan memperhitungkan kehilangan air banyak di petak sawah maupun pada saluran
sekunder
4. Bangunan pembagi dan bangunan pelengkap dijadikan satu untuk memudahkan operasinya dan
penghematan biaya pembangunannya
Tampang Saluran
Dimensi saluran dan bentuk saluran perlu diperhatikan agar didapatkan saluran stabil
yaitu tidak mengganggu masalah erosi maupun sedimentasi. Persoalan pada saluran yang perlu
mendapat yaitu penentuan kecepatan terpakai, agar tidak timbul erosi, sedimentasi, maupun
longsoran-longsoran. Apapun yang dikehendaki adalah kecepatan terpakai kecepatan transport.
Pada saluran primer maupun sekunder dibuat tampang memanjang untuk mengetahui :
Elevasi muka tanah asli yang diperoleh dari ketinggian garis kontur pada peta topografi
daerah.
Elevasi dasar saluran dengan memperhitungkan debit air saluran.
Panjang saluran sesuai dengan panjang daerah irigasi.
Elevasi saluran muka air sesuai dengan bentuk tampang saluran.
Tinggi / dalamnya timbunan maupun galian maksimum.
Tinggi muka air minimum sebagai kontrol.