Anda di halaman 1dari 27

Studi Optimalisasi D.I.

Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

BAB V
SISTEM JARINGAN IRIGASI

5.1. UNSUR DAN TINGKATAN JARINGAN IRIGASI

5.1.1. Unsur Fungsional Pokok

Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan menjadi empat unsure fungsional pokok
(Anonim/KP-01, 1986 : 8), yaitu :
a. Bangunan-bangunan utama dimana air diambil dari sumbernya, umumnya sungai atau
waduk.
b. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak tersier.
c. Petak-petak tersier dengan system pembagian air dan system pembuangan kolektif. Air
irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung di dalam
suatu sistem pembuangan di dalam petak tersier.
d. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air lebih
ke sungai atau ke saluran-saluran alamiah.

5.1.2. Tingkatan Jaringan Irigasi

Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran air dan kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi dapat
dibedakan ke dalam tiga tingkatan (Anonim/KP-01, 1986 : 7), yaitu :

a. Jaringan Irigasi Sederhana

Biasanya jaringan irigasi sederhana mempunyai luasan yang tidak lebih dari 500 ha. Pada
jaringan irigasi sederhana tida ada pengukuran maupun pengaturan dalam pembagian
debit airnya, air lebih akan mengalir ke saluran pembuang alami. Persediaan air biasanya
berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang sampai curam. Oleh karena itu hampir-
hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air. Walaupun mudah
diorganisasi, jaringan irigasi sederhana memiliki kelemahan-kelemahan yang serius
seperti adanya pemborosan air karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang
tinggi sehingga air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang lebih
subur.

PT. Rayakonsult Bab V - 1


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

b. Jaringan Irigasi Skematis

Untuk jaringan irigasi skematis biasanya memiliki luasan wilayah mencapai 2000 ha.
Jaringan irigasi ini hampir sama dengan jaringan irigasi sederhana akan tetapi sudah
dipergunakan bendung lengkap dengan pengambilan dan bangunan pengukur di bagian
hilirnya. Sistem pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana, hanya saja
pengambilan dipakai untuk mengairi daerah yang lebih luas daripada daerah layanan
jaringan sederhana. Memiliki organisasi yang lebih rumit dan apabila bangunan tetapnya
berupa bangunan pengambilan dari sungai, maka diperlukan keterlibatan dari pemerintah.

c. Jaringan Irigasi Teknis

Pada jaringan irigasi teknis tidak memiliki batasan dalam luasan wilayahnya. Salah satu
prinsip dalam perencanaan jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara jaringan irigasi
dan jaringan pembuang. Dalam hal ini saluran irigasi maupun pembuang tetap bekerja
sesuai dengan fungsinya. Saluran irigasi mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan
saluran pembuang mengalirkan air lebih dari sawah-sawah ke saluran pembuang alamiah
yang kemudian akan membuangnya ke laut. Petak tersier menduduki fungsi sentral dari
jaringan irigasi teknis. Jaringan teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran,
pembagian air irigasi dan pembuangan air lebih efisien.

5.2. LAY OUT JARINGAN IRIGASI

Perencanaan lay out jaringan irigasi meliputi pembagian petak tersier, nomenklatur, trase
saluran pembawa dan pembuang, bangunan air dan bangunan pelengkap lainnya sampai ke
sumber air / intake (pengambilan).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembagian petak tersier, diantaranya :
a. Luas petak tersier maksimum 80 ha.
b. Tata letak saluran : terpisah antara saluran irigasi dan drainase.
c. Pertimbangan penentuan batas petak :
1). Disesuaikan kondisi topografi dan batas alam.
2). Dalam satu daerah administrasi desa.
3). Diusahakan pada batas hak milik tanah.
Dasar pertimbangan dalam perencanaan lay out jaringan irigasi antara lain :
1. Memanfaatkan seoptimal mungkin areal potensi yang ada dengan memperhatikan potensi
debit pada sumber air.

PT. Rayakonsult Bab V - 2


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

2. Memanfaatkan alur-alur alam (existing alignment) yang mempunyai relevansi terhadap


system yang direncanakan.
3. Memperhatikan kondisi topografi, agar distribusi air secara gravitasi dapat berlangsung.
4. Mempertimbangkan kondisi yang paling menguntungkan ditinjau dari aspek teknis,
ekonomis dan kemudahan dalam pelaksanaan pekerjaan maupun operasi dan
pemeliharaannya.
5. Khususnya mengenai alignment jaringan pembuang, diusahakan sedapat mungkin
mampu mendrain genangan air pada daerah terendah.

5.3. PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

5.3.1. Kriteria Perencanaan

Perencanaan Irigasi terdiri dari kegiatan-kegiatan :


1. Rencana Jaringan Main Sistem
2. Rencana Saluran yang terdiri dari :
1). Penentuan Trase Saluran
2). Penentuan Kapasitas debit rencana
3). Penentuan Muka air rencana
4). Penentuan dimensi saluran dan tanggul
3. Rencana Bangunan yang terdiri dari :
1). Bangunan Bagi
2). Bangunan Sadap
3). Penentuan Terjun
4). Bangunan Gorong-gorong
5). Bangunan Talang
6). Bangunan-bangunan lain

Luas areal jaringan irigasi dibagi ke dalam blok-blok tersier dengan luas areal pada daerah
yang datar sedapat mungkin tidak lebih dari 150 ha, sedangkan pada daerah yang kemiringannya
terjal sedapat mungkin luas petak tidak lebih dari 80 ha.
Nama saluran dan bangunan-bangunannya (nomen klatur) disesuaikan dengan nama
kampung atau nama tempat di lokasi sekitarnya.

PT. Rayakonsult Bab V - 3


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

5.3.2. Perencanaan Saluran

a. Perencanaan Trace Saluran


Dalam perencanaan pendahuluan akan dihasilkan :
1). Trase saluran
2). Muka Air
3). Lokasi dan tipe bangunan pembawa, bagi dan sadap.
Perencanaan Pendahuluan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1). Pengeplotan trase saluran pada peta dengan skala 1 : 25.000
2). Penentuan batas-batas petak tersier pada peta skala1 : 5000
3). Pengeplotan trase saluran dengan lokasi bangunan sadap pada peta skala 1 : 5000
4). Penentuan muka air yang dibutuhkan pada pada bangunan pengambilan pada peta
skala 1 : 5000 dan 1 : 2000
5). Perhitungan debit rencana
6). Penentuan lokasi bangunan pembawa dan pembagian kehilangan tinggi energi di
bangunan tersebut.
7). Penentuan kemiringan rencana pada ruas-ruas saluran berikutnya.
8). Penentuan dimensi saluran
9). Penentuan muka air saluran
10). Pembuatan profil memanjang
11). Penelusuran trase di lapangan dengan melakukan pengukuran topografi,
pengukuran geologi teknik pendahuluan di sepanjang as saluran.
12). Penyesuaian trase saluran dan profil memanjang termasuk lokasi bangunan.

1). Saluran Irigasi


Secara planimeteris perencanaan trase saluran harus mengacu kepada :
 Garis-garis lurus sepanjang mungkin yang dihubungkan dengan kurva /
lengkung bulat.
 Diusahakan agar muka air mendekati elevasi medan atau sedikit di atas
elevasi sawah disebelahnya yang akan diairi.
 Elevasi muka tanah mendekati muka air rencana atau sedikit di
bawahnya.
 Perencanaan harus menghasilkan bagian yang seimbang sehingga jumlah
galian sama dengan atau lebih dari jumlah timbunan

PT. Rayakonsult Bab V - 4


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

2). Lokasi bangunan bagi/sadap


Dari peta dengan skala 1 : 5000 dapat ditentukan batas-batas petak berkisar 50
ha sampai 150 ha tiap petaknya. Batas-batas tersebut ditentukan oleh
penampakan topografi di lapangan, jika mungkin batas-batas intu berdasar pada
batas administrasi, diplot pada skala 1 : 5000 dan lokasi bangunan-bangunan
bagi/sadap dapat ditentukan.
Untuk memperoleh muka air yang diperlukan pada bangunan bagi, muka air
yang diperlukan pada bangunan sadap dan untuk setiap bangunan harus
diperhitungkan terlebih dahulu.

P = A + a + b + m.c + d + n.c + f + g + h + Z

Dimana :
P = Muka Air yang dibutuhkan di saluran sekunder
A = Elevasi sawah dengan elevasi yang menentukan
a = Lapisan air di sawah minimal 10 cm
b = kehilangan tinggi energi pada saluran kwarter sampai sawah  5 cm
c = Kehilangan tinggi energi di boc kwarter  5 cm/boks
d = Kehilangan air pada bangunan pembawa di saluran irigasi I x L
e = Kehilangan tinggi energi di boks bagi tersier  5 cm
f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong  5 cm
g = kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier
h = variasi muka air = 0.18 h100 (sekitar 0.05 - 30.00 cm)
Z = Kehilangan tinggi energi di bangunan petak tersier lainnya.
m = Jumlah boks kuarter di trase tesebut
n = Jumlah boks tersier di bangunan tersebut.

b. Debit Rencana Saluran


Debit rencana saluran dirumuskan :

= A xa

Dimana :
A = Luas bersih daerah irigasi di sebelah hilir ruas saluran tersebut ( ha )

PT. Rayakonsult Bab V - 5


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

NFR = Kebutuhan air bersih di sawah. (l/det/ha)


c = koefisien rotasi karena daerah layanan < 10.000 ha maka c = 1
e = Efisiensi
a = Kebutuhan air rencana ( l/dt/ha)

Luas bersih daerah irigasi di hilir masing-masing ruas saluran dicantumkan pada kolom
k tak dan kebutuhan air yang diperlukan.

c. Muka Air Saluran


1). Penentuan Kemiringan Medan
Untuk perencanaan pendahuluan, elevasi permukaan tanah diperoleh dari peta 1
: 5000 dimana trase saluran pendahuluan diplot. Cara yang terbaik adalah
dengan memplot harga-harga elevasi pada titik-titik potong garis-garis kontur
dan trase, serta membuat perkiraan-perkiraan dengan melakukan interpolasi
antara titik-titik rinci ketinggian. Harga-harga elevasi medan yang diperoleh
diplot pada profil memanjang bersama dengan muka air yang perlukan yang
telah didapat.
2). Kemiringan yang ada
Kemiringan yang ada (Io) dapat dihitung untuk masing-masing ruas :

Dimana :
RWLu = Muka air yang di butuhkan di bangunan sadap hulu
RWLd = Muka air yang dibutuhkan di bangunan sadap hilir
Ho = Jumlah perkiraan kehilangan tinggi energi di bangunan di ruas
bangunan yang bersangkutan (tidak termasuk bangunan terjun)

3). Kemiringan rencana


Guna memperkecil sedimentasi maka saluran harus dibuat sedemikian rupa
sehingga I;R makin ke arah hilir sama atau semakin besar, selama pengeplotan
titik-titik tidak diperkenankan melebihi kecepatan dasar rencana.

PT. Rayakonsult Bab V - 6


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

4). Muka Air Rencana


Muka air rencana di saluran 70% dari debit rencana (Q70%) harus sama atau
lebih tinggi dari muka air yang diperlukan. Muka Air rencana adalah pada muka
air pada Q70% ditambah variasinya (0.18 x h100%) atau lebih tinggi.

d. Saluran Pembawa
Pada perencanaan bangunan pembawa yang berupa saluran berpenampang trapesium
dapat dibangun berupa saluran pasangan atau saluran tanpa pasangan (saluran tanah).
Dimensi saluran dapat dihitung dengan persamaan berikut ini :
V = k . R2/3 . I0,50
Q = A.V
A = bh + mh2
P = b + 2h . ( 1+m2)0,5
R = A/P

Dimana :
Q = Debit Rencana ( m3/dt)
V = kecepatan aliran (m/det)
k = koefisien kekasaran Strickler (m1/3/det)
R = jari jari hidrolis (m)
I = kemiringan dasar saluran
m = kemiringan talud

1). Saluran Tanpa Pasangan


Untuk keperluan saluran dengan penampang trapesium tanpa pasangan adalah
bangunan pembawa yang paling umum digunakan dengan biaya pelaksanaan
dan pemeliharaan yang paling rendah. Sedimentasi di dalam saluran dapat
terjadi bila kapasitas angkut sedimen per satuan debit tetap sama atau sedikit
lebih besar.

Tabel 5-1
Harga-harga koefisien Strickler untuk saluran irigasi tanah

Debit rencana k
(m3/det) (m1/3/detik)
Q > 10 45.00
5 < Q < 10 42.50
1 < Q < 5 40.00
Q < 1 dan saluran tersier 35.00

2). Potongan melintang saluran


Saluran pada tanah tanpa pasangan, usaha untuk mendapatkan bentuk ideal dari
segi hidrolis cenderung menghasilkan potongan melintang yang terlalu dalam

PT. Rayakonsult Bab V - 7


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

atau sempit, saluran dengan debit rencana yang tinggi biasanya lebar dan
sempit.

3). Kemiringan Saluran


Talud saluran dirrencanakan securam mungkin dimana harga-harga kemiringan
minimum untuk saluran tanah yang dibuat dengan bahan-bahan kohesif yang
dipadatkan dengan baik dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5-2
Kemiringan Saluran

bahan tanah simbol kisaran kemiringan


batu < 0.25
gambut kenyal Pt 1 - 2
lempung kenyal
tanah lus CL,CH,MH 1 - 2
lempung pasiran
tanah pasiran kohesif SC,SM 1.5 - 2.5
pasir lanauan SM 2 - 3
gambut lunak Pt 3 - 4

4). Lengkung Saluran


Lengkung yang diijinkan untuk tanah tergantung pada :
 ukuran dan kapasitas saluran
 jenis tanah
 kecepatan aliran

Jari-jari minimum lengkung seperti yang diukur pada as harus diambil


sekurang-kurangnya 8 kali lebar atas pada lebar permukaan air rencana.

5). Tinggi jagaan


Meningginya muka air sampai di atas tinggi yang direncanakan yang bisa dise-
babkan oleh penutupan pintu secara tiba-tiba di bagian hilir, variasi ini akan
menambah besar debit sehingga menambah tinggi muka air di saluran.
Meningginya muka air dapat juga disebabkan oleh pengaliran air buangan ke
dalam saluran.

Tinggi jagaan berguna untuk :


 menaikan muka air diatas muka air maksimum
 mencegah kerusakan tanggul saluran

PT. Rayakonsult Bab V - 8


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

Tinggi jagaan minimum yang dipakai pada saluran dengan berbagai variasi
debit diperlihatkan pada tabel berikut :

Tabel 5-3
Tinggi jagaan saluran tanpa pasangan

Debit - Q (m3/det) Tinggi jagaan (m)

< 0.50 0,40


0,5 1,5 0,50
1,5 5,0 0,60
5,0 10,0 0,75
10,0 15,0 0,85
> 15,0 1,00

6). Muka air yang diperlukan


Tinggi muka air yang diperlukan dalam jaringan utama adalah berdasarkan
kebutuhan tinggi muka air yang diperlukan ke sawah-sawah yang akan diairi.
Perhitungan dimulai dengan menghitung tinggi muka air di bangunan sadap
tersier, sehingga kehilangan di saluran tersier dan kuarter serta bangunan
dijumlahkan menjadi kebutuhan tinggi muka iar di sawah yang diperlukan
dalam petak tersier. Ditambah dengan kehilangan tinggi energi di bangunan
sadap tersier dan persediaan untuk variasi muka air akibat eksploitasi jaringan
utama pada tinggi muka air parsial.

7). Perencanaan kemiringan saluran


Kemiringan memanjang saluran ditentukan terutama oleh terutama keadaan
topografi. Kemiringan saluran akan banyak mengikuti garis muka air tanah trase
saluran yang dipilih. Kemiringan memanjang saluran mempunyai harga
maksimuam dan minimum. Dalam usaha mencegah terjadinya sedimentasi
memerlukan kemiringan memanjang yang minimum, dan untuk mencegah
terjadinya erosi maka kecepatan maksimum harus dibatasi.

e. Saluran Pasangan
Saluran pasangan (lining) yang direncanakan dibangun dimaksudkan untuk :
 Mencegah kehilangan air akibat rembesan
 Mencegah gerusan dan erosi
 Mengurangi biaya pemeliharaan

PT. Rayakonsult Bab V - 9


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

 Memberi kelonggaran untuk lengkung yang lebih besar


 Mempercepat distribusi aliran ke petak-petak, terutama petak terjauh.

1). Jenis jenis pasangan


Bahan yang dianjurkan dipakai sebagai saluran pasangan :
 Pasangan batu
 Beton
 Tanah

Pasangan batu dan beton sesuai dengan berbagai keperluan, kecuali untuk per-
baikan stabilitas tanggul, sedang pasangan tanah tanah hanya sesuai untuk
pengendalian rembesan dan perbaikan stabilitas tanggul. Tersedianya bahan di
tempat pelaksanaan konstruksi merupakan faktor yang sangat penting dalam
memilih jenis pasangan. Aliran yang masuk ke dalam retak pasangan dengan
kecepatan tinggi dapat mengeluarkan bahan-bahan pasangan tersebut.
Kecepatan maksimum dibatasi dan berat pasangan harus memadai untuk
mengimbangi gaya tekan ke atas.

2). Perencanaan Hidrolis


Kecepatan-kecepatan maksimum untuk aliran sub kritis pada saluran pasangan
yang dianjurkan adalah :
 pasangan batu : 2 m/det
 pasangan beto : 3 m/det
 pasangan tanah : kecepatan maksimum yang diijinkan 0.8 m/dt

Kecepatan maksimum ijin akan menentukan kecepatan rencana untuk saluran


tanah dengan pasangan campuran. Bilangan Froude sangat penting untuk
pemakaian kecepatan yang tinggi dan kemiringan saluran yang tinggi. Dengan
kriteria bilangan Froude sebagai berikut :
 < 0.55 : aliran stabil
 0.55 < Fr < 1.40 : aliran sub kritis
 > 1.40 : aliran super kritis

Apabila terjadialiran superkritis di saluran maka harus diperhitungan sebagai


got miring :

PT. Rayakonsult Bab V - 10


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

3). Lengkung saluran


Jari-jari minimum untuk saluran pasangan diambil tiga kali lebar permukaan.
Jika dibutuhkan tikungan yang lebih tajam, kehilangan tinggi energi tambahan
harus diperhitungkan.

4). Tinggi jagaan


Harga harga minimum untuk tinggi jagaan adalah seperti yang disajikan pada
tabel berikut ini. Harga harga tersebut diambil dari USBR yang menunjukan
tinggi jagaan tanggul tanah yang sama dengan tanggul saluran tanah pasangan.

Tabel 5-4
Tinggi jagaan untuk saluran pasangan

Tanggul (F) Pasangan (F)


Debit (m3/det)
(m) (m)
     
< 0.5 0.40 0.20
0.5 < 1.5 0.50 0.20
1.5 < 5.0 0.60 0.25
5.0 <10.0 0.75 0.30
10.0 <15.0 0.85 0.40
15.0 > 1.00 0.50
     

f. Saluran Pembuang
Jaringan pembuang direncanakan untuk mengalirkan kelebihan air secara gravitasi.
Saluran pembuang direncanakan di tempat-tempat rendah dan melalui daerah depresi.
Kemiringan alamiah tanah dalam trase ini menentukan kemiringan memanjang saluran
pembuang.

Bila kemiringan dasar terlalu curam dan kecepatan ijin telah terlampaui, maka perlu
ditempatkan bangunan pengatur berupa bangunan terjun. Kecepatan rencana diambil
sama atau lebih kecil sedikit dari kecepatam maksimum yang diijinkan, karena debit
rencana jarang terjadi dan kecepatan aliran pembuang akan lebih rendah di bawah
kondisi eksploitasi rerata.

PT. Rayakonsult Bab V - 11


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

Kemiringan dasar saluran pembuang akan mengecil di bagian hilir dan paramater
angkutan sedimen akan menurun di sebelah hilir. Bila saluran alam digunakan sebagai
pembuang maka sebaiknya tidak mengubah trase, karena saluran alam biasanya sudah
menyesuaiakan alirannya sendiri terhadap potongan melintang dan kemiringan.

1). Perencanaan hidrolis saluran pembuang


Rumus perhitungan dianggap untuk aliran tetap yang dihitung bedasarkan
rumus Strickler sebagai berikut :

V = (k) x R2/3 x S1/2

Dimana :
V = kecepatan aliran (m/det)
k = koefisien kekasaran Strickler (m1/3/det)
R = jari jari hidrolis (m)
S = kemiringan dasar saluran

Untuk koefisien kekasaran Strickler yang digunakan pada saluran pembuang


adalah sebagai berikut :
 kedalaman air saluran > 1.5 meter ; k = 30 (m1/3/det)
 kedalaman air saluran  1.5 meter ; k = 25 (m1/3/det)

2). Kecepatam maksimum ijin


Kecepatan maksimum yang diijinkan adalah kecepatan rerata maksimum yang
tidak akan menyebabkan erosi di permukaan saluran yang ditentukan dua
langkah sebagai berikut :
 Penetapan kecepatan dasar (Vb) untuk saluran lurus.
 Penentuan faktor koreksi pada kecepatan dasar untuk lengkung saluran.

Rumus perhitungan kecepatan ijin maksimum adalah sebagai berikut :

Vmaks = Vb. A B C

Dimana :
A = faktor koreksi untuk angka pori permukaan saluran
B = faktor koreksi untuk kedalaman
C = faktor koreksi untuk lengkung
Vab = kecepatan dasar ijin

PT. Rayakonsult Bab V - 12


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

5.3.3. Perencanaan Bangunan

a. Bangunan Bagi

Bila air irigasi dibagi dari saluran primer ke saluran sekunder, maka akan dibuat
bangunan bagi yang terdiri dari pintu-pintu sebagai pengukur dan pengatur muka air.
Salah satu dari pintu-pintu bagi berfungsi sebagai pengatur muka air dan pintu sadap
lainnya sebagai pengukur debit.

b. Bangunan Sadap

Bangunan sadap sekunder akan memberi air ke saluran tersier dan melayani lebih dari
satu petak tersier, dimana kapasitas bangunan sadap lebih dari atau sama dengan 0,25
m3/detik. Dengan menggunakan muka air rencana yang lebih rendah untuk bangunan
sadap, periode peninggian muka air berkurang. Muka air rencana yang lebih rendah
memberikan fleksibilitas dalam pembagian air irigasi.

Selama musim penghujan, maka ketersediaan air tidak menjadi masalah, air irigasi
lebih baik dieksplotasikan pada persediaan minimum (Q 70%) dari debit rencana. Untuk
pengaturan muka air digunakan bangunan pengatur berupa pintu sorong. Perhitungan
perencanaan hidrolis pintu sorong adalah sebagai berikut :

Q = K.u.a.b.(2.g.h)0.5

Dimana :
Q = debit (m3/det)
u = Koefisien debit
a = Bukaan pintu ( m )
b = Lebar pintu ( m )
g = percepatan gravitasi ( m/dt2 )
h = kedalaman air di depan pintu, m.

c. Bangunan Pengukur Debit

Agar pengelolaan air irigasi menjadi efektif, maka debit harus diukur dan diatur pada
hulu saluran sekunder, pada cabang saluran dan pada bangunan sadap tersier.

PT. Rayakonsult Bab V - 13


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

Untuk persamaan untuk alat ukur ambang lebar dengan bagian pengontrol segi empat
adalah :

Q = d x Cv x 2/3 x (2/3.g)0,5 x b x h3/2


Cd = 0.93 + 0.10H1/L ; untuk 0.10 < H1/L < 1.0

Dimana :
Q = debit pengaliran (m3/dt)
Cd = koefisien debit
Cv = koefisien kecepatan awal
h1 = tinggi muka air di atas ambang (m)
H1 = tinggi energi hulu (m)
bc = lebar ambang (m)
g = percepatan gravitasi (9.81 m/dt2)

Tabel 5-5
Batas Moduler Minimum (H2/H1) pada alat ukur ambang lebar

ALAT UKUR FLUM DASAR RATA


EKSPANSI
Pengontrol Pengontrol Pengontrol Pengontrol
VERTIKAL /
HORISONTAL
1: 0 0,07 0,75 0,74 0,80
1:6 0,79 0,85 0,82 0,88

Untuk menentukan dimensi hidrolis peredam energi di sebelah hilir bangunan terjun
miring pada bangunan ukur, harus terlebih dahulu diketahui tinggi muka air hulu
ambang (H1) dengan persamaan sebagai berikut :

H1 = v12/2g + h1
V1= Q / A

PT. Rayakonsult Bab V - 14


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

d. Bangunan Terjun

Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih
curam dari kemiringan masimum yang diijinkan. Bangunan ini mempunyai empat
bagian fungsional :
 bagian hulu pengontrol, dimana aliran menjadi super kritis
 bagian dimana air dialirkan ke elevasi lebih rendah
 bagian tempat disebelah hilir tepat pada peredam energi
 bagian peralihan saluran, memerlukan lindungan untuk mencegah erosi

Macam-macam bangunan terjun :


Bangunan terjun tegak, dimana pada bangunan ini luapan yang jatuh bebas akan
mengenai lantai kolam dan bergerak ke hilir, dimana perencanaan hidrolis bangunan
terjun tegak ini dipengaruhi besaran-besaran berikut :
q = Q/b
hc = q2/g)1/3
c1 = 2,5 + 1,1. (hc/Z) + 0,70 (hc/Z)3
L2 = c1 (Z.hc)0,50 + 0,25
h1 = tinggi air di muka ambang (m)
h2 = tinggi air di muka ambang (m)
w = tinggi jagaan ( m )
hc = tinggi air kritis di atas ambang ( m )
Z = beda tinggi energi antara hulu dan hilir (m)
q = debit per satuan lebar ambang (m2/det)
g = percepatan grafitasi (m/det2)
a = tinggi ambang pada ujung kolam olakan (m)
L2 = panjang kolam olakan ( m )

e. Gorong-gorong

Dimensi gorong-gorong diperhitungkan berdasarkan debit rencana dan perhitungan


gorong-gorong dirumuskan sebagai berikut :

PT. Rayakonsult Bab V - 15


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

Perhitungan kapasitas dimensi gorong-gorong, dirumuskan :


1). Luas penampang
a). Gorong-gorong segi empat

A = bxh

Dimana :
A = luas penampang (m2)
b = lebar dimensi (m)
h = tinggi (m)

b). Gorong-gorong lingkaran

A =  r2

r = jari-jari lingkaran (m)

Kecepatan :

V = 1/n . R2/3 I1/2

Dimana :
V = kecepatan aliran (m/det)
n = angka Manning
R = jari-jari hidrolis ( m )
I = kemiringan

Kapasitas debit :

Q = V x A

Dimana :
Q = debit aliran (m3/det)
A = luas penampang (m2)
V = kecepatan aliran (m/det)

Kecepatan aliran :
V1 = Kecepatan aliran pada hulu
V2 = Kecepatan aliran pada hilir

PT. Rayakonsult Bab V - 16


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

c). Perhitungan kehilangan tinggi di inlet dan outlet, dirumuskan

hfi =  x (V1-V2)2 / (2.g)

Dimana :
hfi = Kehilangan tinggi, m
1 = faktor perubahan bentuk pada in let segiempat = 0,50
2 = faktor perubahan bentuk pada in out let = 1
V1 = Kecepatan aliran pada hulu inlet
V2 = Kecepatan aliran pada hilir outlet

5.4. JARINGAN TERSIER

5.4.1. Perencanaan Saluran Pembawa

a. Kebutuhan Air Irigasi

Debit rencana saluran dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Q=axA

Dimana :
Q = Debit rencana (l/dt)
a = Kebutuhan air di saluran tersier, (lt/dt/ha)
A = Luas area yang diairi (Ha)

b. Kapasitas Rencana

Kapasitas bangunan sadap tersier didasarkan pada kebutuhan air rencana pintu tersier
(Qmaks lt/dt/ha), dan yang menentukan pada umumnya adalah kebutuhan air selama
penyiapan lahan. Kapasitas rencana saluran tersier dan kwarter didasarkan pada 100%
dari Qmaks.

1). Untuk saluran kuarter, debit rencana untuk irigasi terus-menerus adalah
kebutuhan rencana air di pintu tersier (lt/dt/ha) dikalikan dengan luas petak
kuarter. Debit rencana ini dipakai di sepanjang saluran.
2). Pada saluran tersier, debit rencana untuk irigasi terus-menerus bagi semua ruas
saluran tersier antara dua boks bagi adalah kebutuhan air irigasi rencana di pintu
tersier (lt/dt/ha) dikalikan dengan seluruh luas petak kuarter yang diairi.

PT. Rayakonsult Bab V - 17


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

c. Elevasi Muka Air

Untuk menentukan muka air rencana saluran, harus tersedia data-data topografi dalam
jumlah yang memadai. Setelah layout pendahuluan selesai, trase saluran yang
diusulkan diukur. Elevasi sawah harus diukur 7,50 meter di luar as saluran irigasi atau
pembuang yang direncanakan yang direncanakan tiap interval 50 m dan pada lokasi-
lokasi khusus.
Elevasi muka air yang diperlukan di saluran primer/sekunder di hulu bangunan sadap
tersier dapat ditentukan dengan rumus :

P = A + a + b + n.c + d + m.e + f + g + H + z

Dimana :

P = Muka air yang dibutuhkan jaringan utama di hulu bangunan sadap tersier
A = Elevasi sawah yang menentukan di petak tersier
a = Kedalaman air di sawah (- 10 cm)
b = Kehilangan tinggi energi dari saluran kuarter sampai sawah (- 10 cm)
c = Kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter (5-15 cm/boks)
n = Jumlah boks bagi kuarter pada saluran yang direncana
d = Kehilangan energi selama pengaliran di saluran tersier dan kuarter (I x L cm)
e = Kehilangan tinggi energi di boks bagi tersier (- 10 cm/boks)
m = Jumlah boks tersier pada saluran yang direncana
f = Kehilangan tinggi energi di gorong-gorong (- 5 cm per gorong-gorong)
z = Kehilangan tinggi energi bangunan-bangunan tersier yang lain
g = Kehilangan tinggi energi di pintu Romijn (- 2/3 H)
H = Variasi tinggi muka air di jaringan utama di hulu bangunan sadap tersier (-0.18
h100)

d. Dimensi Saluran Pembawa

Berdasarkan pengalamam lapangan Fortier (1926) menyimpulkan bahwa untuk


saluran irigasi dengan kedalaman air kurang dari 0,90 m pada tanah lempungan atau
lempung lanauan, kecapatan maksimum yang diizinkan adalah sekitar 0,60 m/dt.

PT. Rayakonsult Bab V - 18


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

Kriteria perencanaan untuk saluran pembawa tanpa pasangan disajikan seperti Tabel
5-6.

Tabel 5-6
Kriteria Saluran Pembawa Tanpa Pasangan

Karakteristik Perencanaan Satuan Saluran Tersier Saluran Kuarter

Kecepatan maksimum m/dt 0,50 0,40


Kecepatan minimum m/dt 0,20 0,20
Harga K m1/3/dt 35,0 30,0
Lebar minimum dasar saluran m 0,30 0,20
Kemiringan talut - 1:1 1:1
Lebar minimum mercu m 0,50 0,40
Tinggi minimum jagaan m 0,30 0,20

Bila gradien medan curam dan kecepatan menjadi terlalu tinggi, diperlukan satu atau
dua bangunan terjun, atau saluran tersier harus diberi pasangan (got miring). Setelah
debit rencana ditentukan, dimensi saluran dapat dihitung dengan rumus Strickler
sebagai berikut :

M
A w
mR m
1 h 1

Gambar 5-1
Gambar Saluran Pembawa Tanpa Pasangan

V = K x R2/3 x I1/2
R = A/P
A = h (b + m h)
P = b + 2 h ( m2 + 1 )0,5
Q = VxA
n = b/h

PT. Rayakonsult Bab V - 19


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

dimana :
Q = Debit saluran (m3/dt)
V = Kecapatan aliran (m/dt)
A = Luas penampang basah saluran (m2)
R = Jari-jari hidrolis (m)
P = Keliling basah (m)
b = Lebar dasar saluran (m)
h = Tinggi air (m)
n = Kedalaman – lebar
I = Kemiringan dasar saluran
K = Koefisien kekasaran Strickler (m1/3/dt)
m = Kemiringan talud (horisontal/vertikal)
w = Tinggi jagaan (m)

5.4.2. Perencanaan Saluran Pembuang

a. Debit Rencana

Debit drainase rencana dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Qd = 1,62 x Dm x A0,92 …………….. Untuk A > 400 Ha


Qd = Dm x A ………………………… Untuk A < 400 Ha

Dimana :
Qd = Debit rencana (lt/dt)
Dm = Modulus pembuang (lt/dt/ha)

Dn
Dm =
( n x 8,64 )

n = Jumlah hari
D(n) = Drainase permukaan selama n hari (mm)
D(n) = R(n) + nx ( IR – Eto – P ) – S
IR = Pemberian air irigasi (mm)
ETo = Evapotranspirasi harian (mm)
P = Perkolasi harian (mm)

PT. Rayakonsult Bab V - 20


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

S = Tampungan selama hujan (mm)


A = Luas daerah yang dibuang airnya (Ha)

Asumsi yang digunakan :


n = 3 hari
T = 5 tahun
IR – P = 0, karena IR = 0 (tidak ada pemberian air irigasi selama banjir) dan P = 0
(saat jenuh air)
IR = P (jika pemberian air irigasi belum sepenuhnya berhenti dan hanya
mengisi kebutuhan untuk perkolasi)
S = 50 mm
Eto = Evapotranspirasi rerata dalam satu tahun

Dimensi saluran pembuang dapat dihitung dengan rumus Strickler Sebagai berikut :

Q = K x A x R2/3 x I½

Dimana :
Q = Debit rencana saluran pembuang (m3/dt)
K = Koefisien kekasaran Strickler (m1/3/dt)
A = Luas penampang basah saluran (m2)
P = Keliling basah saluran (m)
R = Jari-jari hidrolis (m)
I = Kemiringan dasar saluran

Lebar minimum dasar saluran untuk saluran pembuang kuarter sabaiknya diambil 0,30
m dan untuk saluran pembuang tersier 0,50 m. Dimensi pembuang dibuat sama di
seluruh panjang satu ruas saluran pembuang.

b. Dimensi Saluran Pembuang

Muka air di saluran pembuang intern ditentukan dengan mempertimbangkan :


 Muka air harus cukup rendah agar kelebihan air dapat dibuang dari sawah-
sawah terendah di petak tersier dan memperhatikan muka air yang diperlukan
apabila menuju pembuang sekunder atau primer.

PT. Rayakonsult Bab V - 21


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

 Biaya pelaksanaan dan pemeliharaan diusahakan minimum, bebarti tinggi muka


air harus rendah dari tinggi medan sekitarnya.

Jika saluran kuarter juga dipakai sebagai saluran pembuang, sebaiknya saluran itu
direncana dengan menggunakan kriteria saluran kuarter. Kriteria perencanaan untuk
saluran pembuang sebagai ditunjukkan pada Tabel 6-7.

Tabel 5-7
Kriteria Saluran pembuang

Saluran Saluran
Karakteristik Perencanaan Satuan Pembuang Pembuang
Tersier Kuarter

Kecepatan maksimum m/dt 0,70 0,50


Kecepatan minimum m/dt 0,20 0,20
Harga K m1/3/dt 30 25
Lebar minimum dasar saluran m 0,50 0,30
Kemiringan talud - 1:1 1:1

Kriteria perencanaan lain yang dianjurkan pemakaiannya sebagai berikut :


 Kemiringan minimum saluran 1,00 m/km (0,001)
 Kemiringan minimum medan 2%
 Lebar tanggul 1,00 atau 1,50 m

5.4.3. Perencanaan Bangunan Tersier

a. Boks Bagi

Boks bagi direncanakan dari pasangan batu kali, pengaturan debit ke tiap saluran
digunakan rumus ambang lebar sebagai berikut :

PT. Rayakonsult Bab V - 22


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

garis energi

H1 h1
h2

Gambar 5-2
Gambar Boks Bagi

Q = Cd x 1,70 x b x h13/2 , atau


Q = 1,45 x b x h13/2

Dimana :
Q = Debit rencana (m3/dt)
Cd = Koefisien debit = 0,85 (untuk harga 0,08  H1/L  0,33)
b = Lebar bukaan ambang (minimum bukaan = 0,20 m dan maksimum = 0,60 m)
h1 = Kedalaman air di hulu ambang (m)
L = Panjang ambang (m)
H1 = Tinggi energi di hulu ambang (m)

b. Bangunan Terjun

Bangunan terjunan dipakai di tempat-tempat di mana kemiringan medan lebih besar


daripada kemiringan saluran dan diperlukan penurunan muka air. Bangunan terjunan
yang biasa dipakai di saluran tersier adalah bangunan terjunan tegak dengan beda
tinggi (Z)  1 m.
Perencanaan didasarkan pada rumus Etcheverry yang menghasilkan panjang kolam
olak (L) sebagai fungsi tinggi terjun dan fungsi kedalaman kritis, rumus sebagai
berikut :

L = C1 ( Z.hc + 0,25 )0,5

PT. Rayakonsult Bab V - 23


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

Dimana :
L = Panjang kolam olakan hilir (m)
C1 = 2,5 + 1,1 hc/Z + 0,7 (hc/Z)3
Z = Tinggi terjunan (m)
hc = Kedalaman kritis = (q2/g)1/3 (m)
q = Q/(0,8 x b1) (m3/dt.m)
Q = Debit rencana (m3/dt)
b1 = Lebar dasar saluran (m)
b2 = Lebar bukaan = 0,8 x b1 (m)

0,30

h1
Z1m

h2

a
0,60

t = 0,5(h1+Z) L2=L 0,30

L1 > 3 Z

Gambar 5-3
Gambar Bangunan Terjun

c. Gorong-Gorong

Mengingat dimensi saluran tersier relatif kecil, maka untuk merencanakan gorong-
gorong konstruksinya digunakan dimensi yang telah dibakukan di dalam Kriteria
Perencanaan (KP) yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pengairan tahun 1986.

PT. Rayakonsult Bab V - 24


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

5.5. PETA DAERAH IRIGASI MERANCANG

PT. Rayakonsult Bab V - 25


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

5.6. SKEMA IRIGASI MERANCANG

PT. Rayakonsult Bab V - 26


Studi Optimalisasi D.I. Merancang
Laporan System Planning
Kabupaten Berau

5.7. SKEMA BANGUNAN DAERAH IRIGASI ME

PT. Rayakonsult Bab V - 27

Anda mungkin juga menyukai