[ ]
2 1/ 2
Σ (Ri−R) tersebut homogen. Jika tidak homogen, maka pemilihan
δR=
n−1 data diubah dengan memilih awal dan akhir pendataan
Dimana: lain sedemikian sehingga titik tersebut berada dalam
R = curah hujan rata-rata grafik homogenitas.
Ri = data curah hujan tiap tahun pengamatan Jika terjadi ketidakhomogenan runtun data, maka hal
n = jumlah data curah hujan yang diamati itu menandakan terjadinya perubahan atau
1 ketidakkontinyuan dalam runtun data yang telah diuji.
4. Menghitung nilai , dengan rumus : Seperti adanya perubahan terhadap nilai rata-rata. Dalam
α
menentukan nilai homogenitas hal yang perlu untuk
1 δR dilakukan adalah melakukan pengurutan data curah hujan
=
α δn yang ada. Adapun cara dalam mengubah array data adalah
Dimana : dengan:
δn = reduced standar deviation atau simpangan baku a. Menambah jumlah data. Misalnya dari data tahun
tereduksi 1970 sampai dengan 1998 menjadi dari tahun 1965
sampai dengan 1998.
b. Menggeser mundur jumlah data yang sama. Sebagai daerah aliran sungai yang akan dibangun. Cara
contoh dari tahun 1967 sampai dengan 1999 menjadi perhitungannya adalah sebagai berikut:
data dari tahun 1966 sampai dengan 1998. 1
c. Mengurangi jumlah data (hal ini tidak dianjurkan,
R= Σ Ai Ri atauW i Ri
A
tetapi masih dapat digunakan apabila kedua cara Dimana:
sebelumnya tidak dapat dilakukan). R = curah hujan rata-rata daerah
Ai = Luas cathment area untuk stasiun i (km2)
2.2.4 Analisis Curah Hujan Rata-Rata Daerah Aliran A = Luas cathment area total (km2)
Curah hujan berdasarkan Prawaka et al. (2016) Ri = Curah hujan stasiun i (mm)
adalah ketinggian air hujan yang terkumpul pada tempat Wi = Weighing Factor (Ai/A)
datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir.
Curah hujan dinyatakan dalam satuan milimeter atau inchi,
tetapi di Indonesia umumnya satuan curah hujan yang
digunakan adalah dalam milimeter (mm). Curah hujan
dalam satu milimeter diartikan pada luasan satu meter
persegi tempat yang datar tertampung air setinggi satu
milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Dalam
perencanaan saluran drainase, data terkait curah hujan
Adapun langkah-langkah dalam menggunakan metode
menjadi data yang diperlukan. Data yang digunakan tidak
polygon thiessen adalah sebagai berikut:
hanya pada satu titik tertentu saja, melainkan keseluruhan
a. Meletakaan lokasi stasiun hujan pada peta. Antara satu
daerah perencanaan. Dengan demikian, curah hujan yang
stasiun dengan stasiun lainnya perlu dibuat garis
digunakan adalah curah hujan wilayah atau daerah. Data
penghubung.
terkait curah hujan dapat diperkirakan pada beberapa titik
b. Menarik garis tegak lurus di tengah-tengah tiap garis
dan dapat pula didapatkan melalui stasiun pengamat curah
penghubun sehingga dapat terbentuk polygon thiessen.
hujan. Dalam menentukan curah hujan daerah pengamatan
Setiap titik dalam satu poligon akan memiliki jarak
curah hujan pada beberapa titik dapat dilakukan dengan
terdekat dengan stasiun yang ada di dalamnya jika
beberapa metode diantaranya menurut Ajr dan Dwirani
dibandingkan dengan jarak terhadap stasiun lainnya.
(2019) adalah:
Dengan demikian, data cirah hujan pada stasiun tersebut
1) Cara rata-rata aljabar
dianggap sebagai representasi hujan pada kawasan
2) Cara polygon thiessen
poligon yang bersangkutan.
3) Metode isohyet
c. Melakukan pengukuran luas area pada tiap-tiap poligon
4) Jaringan pengukuran hujan
dan luas total poligon dengan menjumlah luas poligon.
Dalam perencanaan ini secara lebih lanjut akan
digunakan Metode Poligon Thiessen. Cara ini diperoleh
2.2.5 Analisis Hujan Harian Maksimum
dengan membuat poligon yang memotong tegak lurus pada
Curah hujan maksimum merupakan curah hujan
tengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan
tertinggi yang terjadi pada periode tertentu. Curah hujan
demikian, tiap stasiun penakar hujan akan terletak pada
harian maksimum didapat melalui perhitungan curah hujan
suatu poligon tertentu. Contoh wilayah polygon Thiessen
rata-rata dengan metode Thiessen. Dalam menentukan
dapat dilihat pada Gambar 2.18 dan Gambar 2.19.
Hujan Harian Maksimum (HHM) dapat dilakukan
Berdasarkan Ajr dan Dwirani (2019), Metode Polygon
menggunakan beberapa metode dengan data yang digunakan
Thiessen didasarkan pada rata-rata timbang (weighted
adalah terbesar diantaranya adalah:
average). Keuntungan dengan menggunakan metode ini
adalah didapatkan proporsi luasan daerah pengaruh stasiun 1. Gumbel
hujan meskipun terdapat ketidaksamaan jarak sehingga baik Metode gumbel adalah metode yang menyatakan
untuk digunakan pada stasiun hujan yang tidak tersebar bahwa distribusi dari harga ekstrim baik maksimum
merata dan jumlah yang tidak sebanding dengan luas. Pada atau minimum tahun yang digunakan dari n sampel
dasarnya metode ini menggunakan asumsi bahwa variasi akan mendekati batas bila ukuran sampel meningkat.
hujan antara stasiun hujan yang satu dengan lainnya adalah Adapun persamaan yang digunakan adalah:
linear dan stasiun hujannya dianggap dapat mewakili Dimana:
kawasan terdekat. σR
Metode ini dilakukan dengan memasukkan faktor RT = R̄ + ( Yt −Yn )
σn
pengaruh daerah yang mewakili oleh stasiun hujan yang
disebut faktor pembobot atau koefisien Thiessen. Adapun Dimana:
untuk besar dari luas daerah yang ditentukan oleh stasiun R̄ = Tinggi curah hujan rata-rata
dibatasi dengan daerah poligon yang memotong secara tegak σn = Reduced Standard Deviation
lurus ada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun. Yt = Reduced Variate yang merupakan fungsi dari masa
Dalam pemilihan stasiun hujan yang dipilih harus meliputi ulang TR
Yn = Reduced Mean
Nilai reduced variate dapat dilihat pada Gambar 2.20. N ⋅ ∑ ( x i− x̄ )3 (2.23)
C s=
( N−1 ) ( N−2 ) ( τ x )3
Dengan:
Rk = Rentang keyakinan (convidence interval, Dengan demikian, besarnya harga logaritma dari
mm/jam) masing-masing data curah hujan untuk suatu periode
t(a) = Nilai fungsi keyakinan, t(a) dapat ditentukan ulang T tertentu dapat ditentukan.
dengan Tabel 2.1.
Se = Probability error (deviasi) XT = X̄ + kX. σ X
Tabel 2.1 Nilai Koefisien Keyakinan
Maka, perkiraan harga HHM pada periode ulang t tahun
t() adalah :
90% 1,640 HHM = Antilog (XT) atau (2.25)
80% 1,282 HHM = 10XT
68% 1,000
3. Iwai – Kadoya
2. Log Pearson Tipe III Metode iwai-kadoya dapat diartikan sebagai
Berbeda dengan metode sebelumnya, metode distribusi terbatas sepihak (one site finite distribtion).
dengan log pearson didasarkan pada perubahan data Pada prinsipnya dilakukan dengan mengganti variable
yang ada dalam bentuk logaritmik. Distribusi Log (x) dari kurva kemungkinan kerapatan dari curah hujan
Pearson Tipe III berdasarkan Basuki et al. (2009) harian maksimum ke log X atau mengubah kurva
merupakan hasil transformasi dari distribusi Pearson distribusi asimetris menjadi kurva distribusi normal.
Tipe III dengan menggantikan data menjadi nilai Kemungkinan terlampauinya W (x) dengan asumsi data
logaritmik. Adapun dalam menentukan hujan harian hidrologi distribusi log normal. Perlu diperhatikan
maksimum dengan menggunakan langkah-langkah bahwa konstanta b lebih besari dari nol (b > 0) sebagai
berikut. harga minimum variabel kemungkian (x). Dengan
a. Mengurutkan data curah hujan (R) dari harga yang demkian, supaya kurva kerapatan tidak kurang dari
terbesar hingga harga terkecil. harga minimum (-b), maka setiap sukunya diambil x+b,
b. Mengganti beberapa N data curah hujan ke dalam dimana harga log (a + b) diperkirakan adalah distribusi
bentuk logaritma Xi = log Ri. normal. Perhitungan cara Iwai Kadoya adalah variabel
c. Menentukan besarnya harga rata-rata besaran. normal, dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
d. Menentukan besarnya harga deviasi rata-rata dari
besaran logaritma.
= (2.26)
e. Menentukan harga skew coefficient (koefisien
X +b
asimetri) dari besaran logaritma dengan c . log
Persamaan 2.23. X 0+ b
√
Dengan: log (xo + b) = 𝑥̅o rata-rata dari log (xi + b). 1 2n
Nilai variabel normal dapat diketahui pada tabel di = × ( X 2−X o 2 ) (2.34)
c ( n−1)
Gambar 2.22.
Harga yang sesuai dengan kemungkinan lebih banyak
(arbitrary excess probability) didapat dari tabel dan
besarnya curah hujan yang mungkin dihitung dengan
Persamaan 2.34 berikut.
𝐥𝐨𝐠 (𝑿𝒐 + 𝒃) = 𝐥𝐨𝐠 (𝑿𝒐 + (2.35)
𝒃) + ( 𝟏 𝑪 )
Dari metode-metode yang ada, nilai HHM yang akan
digunakan ditentukan melalui nilai HHM tertinggi dari
perhitungan menggunakan ketiga metode tersebut.
Dimana : 60 t (2.37)
I= R
Xs = Harga pengamatan urutan R thiessen terbesar t T
Xt = Harga pengamatan urutan R thiessen terkecil
N = Banyaknya data Dimana:
m = n/10 R = Curah hujan (mm)
3) Menentukan harga X̄ o T = Periode ulang (tahun) (2 ≤ T ≤100)
t = Durasi hujan (menit) (5 ≤ t ≤ 120)
X̄ o = log (Xo + b) = (2.31)
n 2) Van Breen
1
∑ log ( Xi+ b)
n i=1
Metode Van-Breen memiliki anggapan bahwa
besarnya atau lama durasi hujan harian adalah terpusat
selama 4 jam dengan hujan efektif sebesar 90 % dari hujan
Menentukan harga X̄ 2 selama 24 jam. Adapun secara persamaan digunakan rumus
sebagai berikut:
n (2.32) 90 % x R 24 (2.38)
1 I=
X̄ 2 = ∑ ¿ ¿2
n i=1 4
Dimana:
4) Menentukan harga C
I = Intensitas hujan (mm/jam)
√
2
1 2 ( xi+b) R24 = Curah hujan harian maksimum (mm/24 jam)
= × log (2.33)
c ( n−1) (xo+ b) Dari data intensitas hujan yang telah diketahui maka
Persamaan tersebut dapat pula ditulis dengan: dapat diplotkan pada kurva durasi intensitas hujan. Dalam
contoh pengunaannya akan digunakan dari kurva kota debit yang terjadi. Besarnya debit (banjir) perencanaan
Jakarta sebagai kurva basis dan dapat dilihat pada Tabel 2.2. sangat ditentukan oleh jumlah intensitas hujan yang terjadi.
Kurva basis dapat memberikan kecenderungan bentuk kurva Dengan demikian makin besar nilai t maka intensitas hujan
untuk daerah lainnya di seluruh Indonesia. makin kecil. Data hujan jangka pendek dapat dicari dengan
persamaan Tallbot, Sherman, Ishiguro. Kemudian jika data
Intensitas Hujan Daerah Jakarta hujan jangka pendek tidak tersedia dapat dihitung dengan
t (mm/jam) rumus Mononobe berdasarkan Pania et al. (2013). Adapun
(menit) Periode Ulang Hujan (Tahun) secara lebih lanjut dapat ditentukan dengan cara-cara
2 5 10 25 50 empiris:
5 126 148 155 180 191 a. Metode Talbot
a
I=
Intensitas Hujan Daerah Jakarta (mm/jam) t+b
t
Periode Ulang Hujan (Tahun)
(menit)
2 5 10 25 50 Σ ( I . t ) x Σ ( I )−Σ ( I . t ) Σ(I)
2 2
240 21 27 30 35 40
3) Hasper-Weduwen
b. Metode Sherman
Persamaan Hasper-Weduwen diperoleh dari kecenderungan
a
curah hujan harian yang dikelompokkan didasarkan pada I= n
anggapan bahwa hujan memiliki distribusi simetri dengan t
durasi hujan (t) lebih kecil dari 1 jam dan durasi hujan
antara 1 jam sampai 24 jam. Metode Hasper-Weduwen 2
Σ ( logI ) x Σ ( logt ) −Σ ( logI . logt ) Σ(logt )
dirumuskan dengan persamaan adalah: a= 2
a. Untuk 0 < t < 1 jam
N Σ ( logt ) −¿ ¿
R =
√
Σ ( logI ) x Σ(logt )−N Σ ( logI .logt )
( 100 )
11300 t Ri (2.39)
x n= 2
t +3,12 N Σ ( logt ) −¿ ¿
Σ ( I . √ t ) x Σ ( I 2 ) −Σ ( I 2 . √ t ) Σ( I )
b. Untuk 1 ≤ t ≤ 24 jam
c=
N Σ ( I 2) −Σ( I )2
R=
√ 11300 t
x(
t+3,12 100
Xt
)
d=
Σ ( I ) x Σ ( I . √ t ) −N Σ ( I . √ t )
2
N Σ ( I )−Σ( I )
2 2
c. Intensitas hujan
R (2.42)
I= Keterangan:
t
a, b, c ,d ,n = Konstanta
N = Jumlah data
Dimana:
I = Intensitas hujan (mm/jam)
I = Intensitas hujan
t = Durasi (menit)
R = Curah hujan
Dalam penentuan intensitas hujan dengan metode-
t = Durasi curah hujan (jam)
metode di atas, perlu dicari selisih terkecil antara I asal dan I
XT = Curah hujan harian maksimum yang terpilih
teoritis berdasarkan perhitungan menggunakan metode-
(mm/hari)
metode tersebut. Persamaan intensitas dengan selisih
terkecil itulah yang kemudian digunakan untuk perhitungan
2.2.7 Pemilihan Metode Intensitas Hujan
debit.
Perencanaan bangunan air (saluran), hal pertama
yang perlu untuk dilakukan adalah menentukan besanya
2.3 Kriteria Perencanaan Drainase faktor-faktor yang berkaitan dengan aliran permukaan di
Di dalam perencanaan sistem penyaluran air hujan ini, dalam sungai sepertikelembaban tanah (Supriyani et al.,
digunakan beberapa parameter yang merupakan dasar 2012). Harga C biasanya diambil untuk tanah jenuh pada
perencanaan sistem. Dalam menentukan arah jalur saluran waktu permulaan hujan. Nilai akan koefisien limpasan
air hujan yang direncanakan terdapat batasan-batasan sangat bergantung dengan kondisi tata guna lahan limpasan,
sebagai berikut : secara lebih lanjut dapat diketahui pada Tabel 2.3.
a) Arah aliran dalam saluran mengikuti garis ketinggian Table 2.2 Nilai Koefisien Limpasan
yang ada sehingga diharapkan pengaliran secara
gravitasi dan menghindari pemompaan.
b) Pemanfaatan sungai atau anak sungai sebagai badan
air penerima dari outfall yang direncanakan.
c) Menghindari banyaknya perlintasan saluran pada
jalan, sehingga mengurangi penggunaan gorong-
gorong.
Faktor pembatas juga berhubungan dengan kondisi
topografi setempat. Dari kondisi ini dikembangkan suatu
sistem dengan berbagai alternatif dengan memperhitungkan
segi teknis dan ekonomisnya. Pengembangan suatu sistem
mempunyai konsekuensi logis terhadap dampak
perencanaan. Tetapi dengan sedikit mungkin menghindari
akibat sosial yang mungkin timbul, maka diharapkan dapat
dicapai perencanaan sistem seperti yang diinginkan (Takeda,
1993).
2 tc (2.57)
Cs=
2 tc+td (2.54) Dengan:
n = Koefisien kekasaran Manning
I = Rata-rata intensitas hujan (mm/jam) R = Radius hidrolis
A = Luas daerah tangkap (km2) S = Kemiringan medan atau slope (m/m)
Koefisien pengaliran (C) adalah perbandingan Persamaan manning biasanya digunakan untuk
antara jumlah air yang mengalir di suatu daerah akibat saluran buatan atau dengan pasangan (lining). Sementara itu,
turunnya hujan dengan jumlah air hujan yang turun di untuk saluran alami dainjurkan untuk menggunana
daerah tersebut. Besarnya koefisien pengaliran tergantung persamaan kecepatan de Chezy. Sedangkan, koefisien
pada keadaan daerah pengaliran dan karakteristik hujan. pengaliran (c) adalah jumlah hujan yang jatuh yang
Nilainya akan sengat bergantung dengan tata guna lahan dan kemudian mengalir sebagai limpasan dari hujan pada
permukaan tanah tertentu. Adapun beberapa faktor yang So = Kemiringan medan atau slope (m/m)
dapat menentukan berapa harga koefisien pengaliran adalah
infiltrasi dan tampungan hujan pada tanah. Selain itu, juga 2.3.2 Perhitungan Kecepatan Aliran
didasarkan pada jenis tata guna tanah. Pada kondisi di Sistem drainase harus direncanakan dengan baik
lapangan berdasarkan Kamiana (2018) tata guna tanah tidak dan dengan perencanaan yang matang. Untuk kriteria
selalu seragam dan selalu berubah seiring dengan tempat kecepatan minimum dan maksimum disesuaikan dengan
dan waktu. Dalam penerapannya koefisien pengaliran (c) jenis bahan saluran. Kriteria kecepatan minimum merupakan
digunakan metode rasional yang telah disesuaikan dengan kecepatan terendah yang diperbolehkan agar tidak terjadi
tata guna lahan dari rencana pengembangan tanan atau sedimentasi dan tidak terjadi perkembangan tanaman air
daerah setempat. yang dapat mengganggu aliran air hujan. Sedangkan
Pada dasarnya air hujan yang jatuh di suatu tempat kecepatan maksimum merupakan kecepatan tertinggi yang
pada daerah aliran sungai memerlukan waktu untuk diperbolehkan agar tidak terjadi gesekan yang berlebihan
mengalir sampai pada titik pengamatan. Dengan demikian, pada saluran sehingga tidak terjadi erosi atau penggerusan
kemudian dikenal waktu konsentrasi atau time of dinding saluran. Kriteria kecepatan maksimum dan
concentration (tc) yang menyatakan lama waktu yang kecepatan minimum dapat dilihat Tabel 2.4.
dibutuhkan air hujan yang jatuh dalam mencapai titik
Table 2.3 Kriteria Kecepatan Maksimum dan Minimum,
pengamatan di tempat terjauh dari titik pengamatan
Kemiringan Taludz, dan Ruang Bebas
(Supriyani et al., 2012). Dalam penentuannya, waktu
konsentrasi adalah penjumlahan antara waktu yang
dibutuhkan oleh air hujan yang jatuh di daerah pematusan
untuk masuk ke dalam saluran (to) dengan waktu yang
dibutuhkan oleh air yang masuk ke dalam saluran untuk
mengalir sampai ke titik pengamatan (td) sehingga dituliskan
sebagai berikut:
tc = t0 + td (2.58)
Dimana:
D = Distance atau jarak antar street inlet (m)
S = Slope atau Kemiringan (%), D 50 m
W = Lebar Jalan (m)
2.4.3 Manhole
2.4 Bangunan Pelengkap Manhole adalah salah satu bangunan pelengkap
Bangunan pelengkap adalah bangunan yang ikut sistem penyaluran air buangan yang berfungsi sebagai
mengatur dan mengendalikan sistem aliran air hujan agar tempat memeriksa, memperbaiki, dan membersihkan saluran
aman dan mudah melewati jalan, belokan, daerah curam, dari kotoran yang mengendap dan benda-benda yang
bangunan tersebut seperti gorong-gorong, perternuan tersangkut selama pengaliran, serta untuk mempertemukan
saluran. bangunan terjunan, jembatan, street inlet, pompa, beberapa cabang saluran, baik dengan ketinggian sama
pintu air. Bangunan pelengkap menjadi salah satu sarana maupun berbeda (Arsyad, 2015). Manhole dilengkapi
pelengkap dan pendukung sistem penyaluran air hujan dengan tutup beton, cost iron galvanized, dan anak tangga
dengan tujuan utamanya digunakan sebagai melancarkan untuk menuruninya. Berdasarkan Kurniawan dan Dewi
fungsi pengaliran sesuai yang apa yang diharapkan dan (2015), manhole merupakan lubang pada jaringan pipa air
diperhitungkan. Adapun beberapa bangunan pelengkapnya limbah untuk mempermudah petugas melakukan
dijelaskan pada bagian berikut. pemeriksaan, perbaikan, ataupun pembersihan saluran dari
kotoran yang menghambat jalur pengaliran. Adapun
2.4.1 Sambungan Persil manhole dipasang dalam pada beberapa lokasi seperti:
Merupakan sambungan saluran air hujan dari a. Tempat dimana terjadi perubahan saluran
rumah–rumah ke saluran air hujan yang terletak di tepi–tepi b. Tempat terjadinya perubahan slope saluran, perubahan
jalan. Sambungan ini dapat berupa saluran terbuka atau diameter, dan perubahan arah aliran baik horizontal
tertutup dan dibuat terpisah dari saluran air buangan. Dalam maupun vertikal
praktiknya, pertemuan saluran diusahakan mempunyai c. Lokasi sambungan, persilangan, atau percabangan
ketinggian yang sama untuk mengurangi konstruksi yang (intersection) dengan pipa atau bangunan lain
berlebihan, yaitu dengan jalan optimasi kecepatan untuk d. Untuk saluran lurus, diletakkan pada jarak tertentu
menghasilkan kemiringan yang diinginkan. Untuk tergantung pada diameter pipa, tetapi perlu disesuaikan
mengurangi kehilangan tekanan yang terlalu besar dan untuk juga dengan panjang peralatan pembersih yang dipakai.
keamanan konstruksi, maka dinding pertemuan saluran Penempatan dan jarak antara manhole juga perlu untuk
dibuat tidak bersudut atau dibuat lengkung serta diperhalus. diperhatikan. Berdasarkan Arsyad (2015) akan ditampilkan
Untuk pertemuan saluran yang berbeda jenis maupun tabel jarak perletakan manhole menurut diameter saluran
bentuknya, maka digunakan bak yang berfungsi sebagai bak pada Tabel 2.7.
pengumpul. Table 2.6 Jarak Manhole
Diameter (mm) Jarak antara Manhole (m)
2.4.2 Street Inlet
Street Inlet merupakan lubang di sisi jalan yang <200 50 – 100
berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air 200 – 500 100 – 125
hujan yang berada di sepanjang jalan menuju ke dalam
saluran. Sesuai dengan kondisi dan penempatan saluran serta
fungsi jalan yang ada, pada jenis penggunaan saluran terbuka Diameter (mm) Jarak antara Manhole (m)
tidak diperlukan street inlet karena ambang saluran yang ada 500 – 1000 125 – 150
merupakan bukaan yang bebas. Peletakan street inlet >1000 150 – 200
mempunyai ketentuan – ketentuan sebagai berikut: Selain itu, salah satu syarat utama manhole adalah untuk
1. Diletakkan pada tempat yang tidak memberikan diameter manhole harus cukup untuk pekerja dan peralatan
gangguan lalu lintas jalan maupun pejalan kaki. masuk guna mempermudah pekerjaan, Diameter manhole
2. Ditempatkan pada daerah yang rendah di mana limpasan dan kedalaman manhole bervariasi. Berikut adalah Tabel 2.8
air hujan menuju ke arah tersebut. mengenai ukuran diameter manhole berdasarkan kedalaman.
3. Air yang masuk melalui street inlet harus secepatnya
Table 2.7 Diameter Manhole Menurut Kedalaman
mengalir ke dalam saluran.
4. Jumlah street inlet harus cukup untuk dapat menangkap Kedalaman (mm) Diameter (m)
limpasan air hujan pada jalan yang bersangkutan. <0,8 0,75
Persamaan yang digunakan yaitu : 0,8 – 2,5 1 – 1,2
>2,5 1,2 – 1,8 menjadi gorong-gorong dari baja, PVC, dan beton.
Manhole terdiri dari berbagai macam, diantaranya adalah: Berdasarkan jenisnya gorong-gorong terbagi menjadi dua:
1) Manhole lurus, 1) Gorong-Gorong Jalan Raya
2) Manhole belokan, Gorong-gorong jalan raya diartikan sebagai
3) Manhole pertigaan saluran. gorong-gorong yang melintasi jalan raya. Dengan ini,
4) Manhole perempatan saluran, dan diperlukan perhitungan yang tepat guna menghindari
5) Drop Manhole. adanya rembesan air dan beban kendaraan yang
melewati.
2) Gorong-Gorong Silang
Sementara itu, untuk gorong-gorong silang
dibangun dengan maksud menahan adanya rembesan air
yang mengalir pada daerah sekitarnya.
Adapun persamaan-persamaan yang digunakan untuk
menghitung kehilangan energi atau headloss pada
perencanaan gorong-gorong adalah sebagai berikut:
a. Headloss masuk dan keluar
(2.63)
( )
0,467
Sebagai contoh diberikan perhitungan Cr dari blok A1 Lo
t 0=1,44 × nd × 1
berikut ini:
Cr1 (permukiman) = 0,600 A1 = 3,392 Ha S02
Cr2 (persawahan) = 0,550 A2 = 4,918 Ha
( )
0,467
Cr3 (jalan beraspal) = 0,850 A3 = 0,170 Ha 339,95
¿ 1,44 × 0,02 × 1
=3,99 menit
2
0,59
( 0,600 ×3,392 ) + ( 0,550 × 4,918 ) + ( 0,850 ×0,170 )
Crkumulatif = b) td
3,392+ 4,918+ 0,850
Dengan V asumsi adalah 1 m/s dan Ld adalah
Cr kumulatif = 0,576 459,05 m, maka nilai td adalah:
Ld 459,05 m
Tabel 5. 2 Nilai Koefisien Pengaliran Blok t d= = =7,65 menit
Vasumsi (1 m/detik )×60
Luas Nilai
Blok
Tipe Daerah % Area C C
C rata" c) tc
Jalur
Terlayan
i
Aliran Luas Ai
(Ha)
Ci
rata"
kumulatif t c =t 0+ t d =3,99+7,65=11,64 menit
Permukiman 40% 3,392 0,600 0,240
Persawahan 58% 4,918 0,550 0,319
Kemudian dapat dihitung nilai intensitas hujan (I)
1h-1i A1
Jalan beraspal 2% 0,170 0,850 0,017 dengan metode Talbot yang telah dihitung pada BAB IV.
Total 100% 8,480 0,576 0,576
Untuk saluran primer digunakan PUH 10 tahun sedangkan
Setelah menghitung Lo dan Ld pada masing-
saluran sekunder digunakan PUH 5 tahun. Persamaan yang
masing saluran, maka perlu dihitung to, td dan tc pada
digunakan untuk menghitung nilai I (mm/jam) yaitu sebagai
masing-masing saluran. to sendiri merupakan waktu yang
berikut:
diperlukan limpasan air hujan mengalir dari area pelayanan
a
untuk kemudian masuk ke dalam saluran. Dalam I=
menghitung to, digunakan jarak terjauh (Lo) limpasan untuk t+b
masuk ke saluran. Sedangkan td merupakan waktu yang Dimana; t = tc = waktu konsentrasi (menit)
diperlukan limpasan hujan untuk mengalir dari inlet ke Nilai a dan b didapat berdasarkan perhitungan lengkung
outlet saluran sehingga pada persamaannya akan digunakan
intensitas hujan pada BAB IV menggunakan metode Talbot.
panjang saluran (Ld). tc merupakan keseluruhan waktu yang Nilai a dan b untuk PUH 10 dan 5 tahun dapat dilihat pada
diperlukan mulai dari limpasan mengalir ke saluran hingga
tabel 5.5.
keluar dari outlet saluran. Berikut persamaan perhitungan to,
td, dan tc: Tabel 5.4 Nilai a dan b PUH 10 dan 5 Tahun
( )
0,467 Metode Perhitungan
Lo
t 0=1,44 × nd × 1 PUH Talbot
S0 2 a b
Ld 5 9720,12 45,78
t d= 10 10237,76 47,85
Vasumsi
t c =t 0+ t d
Berikut merupakan contoh perhitugan intensitas hujan pada
saluran 1a-1b yang melayani blok A9:
a 10237,76
I= = =163,40 mm / jam
t+b 11,64 +47,85
Setelah diketahui nilai intensitas hujan, maka dapat
dicari debit limpasan pada masing-masing area/blok yang
nantinya harus dapat ditampung saluran drainase. Sementara
itu, untuk catchment area dengan luas > 80 Ha berlaku
persamaan sebagai berikut.
Q (m3/dt) = 0,278 × Cs × C × I × A
()
dengan semakin bertambahnya blok yang dilewati atau 1 h
dengan kata lain semakin dekat dengan sungai maka beban ⋅ 3⋅S 2
aliran yang ditampung pun akan bertambah. Sebagai contoh Q=
n 2 √ 3 h2
( )
adalah saluran 2d-2e yang melayani blok B1. Saluran 3
tersebut terhubung dengan saluran yang melayani blok B3 Q.n 8
dan B2. Untuk itu, terjadi penambahan beban aliran pada
h =
1,09. √ S
saluran menjadi:
Sementara, itu untuk slope yang digunakan untuk
3 3 perencanaan ini sedapat mungkin mengikuti slope medan
QB1 total = QB3 + QB2 + QB1 = 3,91 m /detik + 4,70 m / detik
+ 5,09 m 3 /detik = 13,70 m 3 /detik yang ada. Namun, hal tersebut juga harus dilakukan
pengecekan terhadap kecepatan yang terjadi pada saluran
Pada perencanaan saluran drainase ini, akan yaitu kriteria yang ditentukan adalah antara 0,6 - 3,0
diterapkan suatu saluran terbuka dengan bentuk segiempat. m/detik. Kecepatan maksimum dan minimum saluran juga
Digunakan bentuk segiempat karena lahan yang dibutuhkan bergantung juga pada jenis bahan yang digunakan, untuk
lebih kecil jika dibandingkan dengan saluran lain seperti kecepatannya secara lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel
saluran trapesium. Selain itu, biaya yang dibutuhkan untuk 2.4. Kecepatan saluran harus memenuhi kriteria kecepatan
membuat saluran dengan bentuk segiempat juga lebih minimal agar tidak terjadi mengendapan dan membantu self-
murah. Pada perencanaan ini juga didasarkan pada cleaning. Kecepatan juga tidak dianjurkan melebihi
penampang hidrolis optimum yang berarti suatu luas kecepatan maksimum karena dapat menggerus dinding
penampang akan memiliki daya tampung yang maksimum. saluran sehingga menyebabkan kerusakan pada saluran.
Perhitungan saluran drainase yang direncanakan dapat Apabila tidak memenuhi kriteria kecepatan maka dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut: digunakan slope rencana agar sesuai dengan kriteria
kecepatan. Berikut merupakan persamaan yang digunakan
dalam perhitungan:
Sd = ΔHd : Ld
[( ]
5. Gorong-gorong terbuat dari beton yang sangat kuat 2
konstruksinya karena digunakan sebagai bangunan Q ×0,022
Slope=
)
perlintasan di bawaj jalan dengan harga k = 70 b × hair 2
3
m1/3/detik × A gorong−gorong
2 hair +b
Dari kriteria-kriteria tersebut, direncanakan untuk
membangun gorong-gorong di beberapa titik jaringan Slope = 0.0046
drainase yang memerlukan gorong-gorong karena beberapa
alasan seperti saluran yang memotong jalan, luas daerah Langkah selanjutnya adalah melakukan kembali perhitungan
yang terlalu sempit, dan sebagainya. untuk menghitung Vcek drainase dengan meggunakan
rumus manning sehingga untuk gorong-gorong saluran 1r-1n
6.2 Perencanaan Bangunan Pelengkap adalah sebesar 1,98 m/s.
Pada perencanaan drainase Kecamatan Manguharjo ini, Setelah menghitung dimensi setiap gorong-gorong,
gorong-gorong yang direncanakan berbentuk persegi dimana
langkah selanjutnya adalah menentukan kehilangan energi
memiliki penampang hidrolis optimum karena dengan
atau headloss pada gorong-gorong.
bentuk persegi dapat memberikan daya tampung yang
maksimum. Terdapat 23 titik saluran yang akan dibangun Z1 (kehilangan masuk) = k m ¿ ¿
gorong-gorong. Untuk menentukan dimensi dari setiap Z2 (kehilangan keluar) = kk¿¿
gorong-gorong digunakan persamaan sebagai berikut: 2
V gorong x Lgorong
Z3 (kehilangan energi akibat gesekan) = 2
A=bxh C xR
( A2 )
0,5
h=
h
R = 2
A = 2 h2 C = K x R1/6
Sesuai dengan kriteria perencanaan bahwa kecepatan Dimana:
gorong-gorong harus lebih besar dari kecepatan saluran, Z1 = Kehilangan energi pada peralihan masuk.
maka pada perencanaan ini, kecepatan aliran di dalam Z2 = Kehilangan energi pada peralihan keluar.
gorong-gorong dibuat 10% lebih besar dari kecepatan aliran Z3 = Kehilangan energi akibat gesekan.
dalam saluran. Persamaan yang digunakan yaitu: km & kk = Faktor kehilangan energi yang bergantung pada
hidrolis peralihan.
vgorong-gorong = 1,1 x vsaluran
Vgorong = Kecepatan air di dalam gorong-gorong
Sebagai contoh perhitungan, digunakan jaringan drainase (m/detik)
yang terdapat gorong-gorong yaitu saluran 1r-1n yang Vsaluran = Kecepatan air di dalam saluran (m/detik)
melayani blok A5: R = Jari-jari hidrolis (m)
h = Kedalaman air di gorong-gorong (m)
Q = 5,13 m3/detik C = Koefisien Chezy
vsaluran = 1,76 m/detik K = Koefisien kekasaran mikler ( 70 m1/3/detik)
Lgorong = Panjang gorong-gorong (m)
vasumsi gorong = 1.1 x 1,76 m/detik = 1,93 m/detik
Sebagai contoh diberikan perhitungan headloss pada
Q
gorong-gorong di saluran 1r-1n yang melayani blok A5 jika
Agorong =
v gorong = 2,7 m2 diketahui:
2
k m ( v gorong −v saluran )
Z1 = =¿ 0,00076 m
2g
k k ( v gorong −v saluran )2
Z2 = =¿0,00126 m
2g
2
v gorong × Lgorong
Z3 = 2
=¿0,01422 m
C ×R
Hf total ¿Z1 + Z2 + Z3 = 0,016 m