Dibuat oleh:
Nim: 2041320079
Kelas: 2MRK4
BAB I
PENGANTAR SISTEM DRAINASE PERKOTAAN
1.1 Pengertian Drainase
Menurut Suripin, drainase berasal dari kata “drainage” yang memiliki arti
menguras, membuang, dan mengalihkan air. Drainase perkotaan (urban
drainage) didefinisikan sebagai ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian
pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan yang ada
di kawasan kota. Desain drainase perkotaan memiliki keterkaitan dengan tata
guna lahan, rencana tata ruang kota, dan kondisi sosial ekonomi budaya
masyarakat.
1.2 Fungsi Drainase
Secara sederhana, fungsi drainase sendiri adalah meminimalisir material
maupun imaterial yang diakibatkan oleh banjir di kawasan perkotaan. Drainase
perkotaan berfungsi sebagai bangunan air yang menampung kelebihan air yang
disebabkan oleh volume hujan yang tinggi atau durasi hujan yang lama, yang
mana keadaan aur di atas tanah maupun di dalam tanah.
1.3 Jenis Drainase
Drainase memiliki beberapa kategori untuk digunakan, berikut adalah jenis-
jenis drainase:
1.3.1 Drainase menurut sejarah terbentuknya
a. Drainase Alamiah (Natual Drainage)
Drainse yang terbentuk secara alami dan tidak ada campur tangan
manusia. Terdiri dari kali dan sungai.
b. Drainase Buatan
Drainase yang terbentuk dengan campur tangan manusia
berdasarkan dasar-dasar perencanaan drainase.
1.3.2 Drainase menurut letaknya
a. Drainase Permukaan (Surface Drainage)
Drainase yang berada di permukaan tanah yang berfungsi
menampung limpasan air hujan.
b. Drainase Bawah Permukaan (Sub-Surface Drainage)
Aliran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan
permukaan melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-pipa)
dan menangkap air di bawah permukan tanah.
1.3.3 Drainase menurut fungsi
a. Terpisah (Single Purpose)
Saluran yang menyalurkan satu jenis aliran saja, seperti air
limbah dan air bersih saja.
b. Tercampur (Multi Purpose)
Saluran yang menyalurkan air hujan dan limbah cair secara
bersamaan maupun bergantian.
1.3.4 Drainase menurut konstruksi
a. Saluran Terbuka
Saluran ini biasanya digunakan untuk saluran tercampur, biasa
berbentuk persegi atau trapesium.
b. Saluran tertutup
Saluran ini biasanya digunakan untuk satu jenis aliran air saja
seperti air kotor atau air besih saja, sering dijumpai dalam bentuk
aliran pipa.
1.3.5 Drainase menurut daerah pelayanan
a. Drainase Minor
Jaringan drainase yang melayani kawasan dalam perkotaan yang
telah terbangun. Aliran ini merupakan jenis aliran yang melayani
tangkapan air hujan dengan debit yang kecil.
b. Drainase Mayor
Jaringan yang menyalurkan langsung menuju sungai, danau, atau
sumber air terdekat. Aliran ini merupakan jenis aliran yang melayani
tangkapan air dengan debit air yang besar.
Perubahan guna lahan. ini dapat tejadi karena ada beberapa faktor yang
menjadi penyebab, yaitu adanya perluasan batas kota, adanya peremajaan di pusat
13 kota, adanya perluasan jaringan infrastruktur dan adanya pertumbuhan atau
hilangnya pemusatan aktivitas tertentu. Perubahan guna lahan juga terjadi karena
kegagalan mempertermukan aspek dan politis dalam suatu manajemen yang
dipengaruhi oleh perubahan pada sistem pembangunan, sistem aktivitas dan sistem
lingkungan hidup. Perubahan tata guna lahan suatu wilayah dalam perkotaan salah
satunya akan berpengaruh terhadap kebutuhan sarana jalan dan drainase.
a) Efektif
Dapat mengeringkan air pada permukaan perkerasan jalan dengan cepat.
b) Efisien
Layout jaringan,bentuk, dan dimensi harus mempertimbangkan factor ekonomi
c) Aman
Mampu mengalirkan air dalam kapasitas yang telah direncanakan,dan aman bagi
orang disekitarnya.
d) Kemudahan pemeliharaan
Perencanaan sistem drainase harus mempertimbangkan segi kemudahan dan
nilai ekonomis pemeliharaannya.
e) Terpadu
Memperhatikan pertumbuhan penduduk, perubahan tata guna lahan, dan satu
kesatuan dengan daerah sekitarnya
f) Berwawan Lingkungan dan Berkelanjutan
mampu mengendalikan kelebihan air permukaan dan lebih banyak memiliki
kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Hal ini ditujukan untuk konservasi
air tanah dan kebutuhan akan kapasitas saluran dapat dikurangi.
Tahap perencanaan jaringan drainase sistem tercampur antara air hujan dan air
limbah adalah:
a. Data klimatologi
b. Data hidrologi
c. Data sistem drainase yang ada
d. Data peta
e. Data kependudukan
BAB II
TATA LETAK JARINGAN DRAINASE PERKOTAAN
Sistem drainase yang akan direncankan untuk tata guna sebuah lahan
sebaiknya menyesuaikan dengan fungsi dan penggunaan lahan di wilayah tersebut.
Berikut adalah pembahasannya :
a. Zona perdagangan
Sistem drainase yang disarankan pada daerah pertokoan, kawasan
perdagangan, pasar, atau hotel adalah sistem drainase terpisah antara air
limbah dan air hujan.
b. Zona pendidikan
Pada zona ini sangat disarankan pembuatan sumur resapan sebagai pelengkap
sistem drainase dan membangun perkerasan dengan paving.
c. Zona permukiman
Alternatif saluran yang digunakan adalah saluran bawah tanah atau
menggunakan kolam resapan kolektif.
Jaringan drainase merupakan salah satu bagian dari sistem jalan raya yang
terdiri atas :
ANALISA HIDROLOGI
1 terhadap 2 dan 3
1400
y = 0.8335x + 78.466 1203.7
1200 1112.2
1003.6
1000 876.4
763.3
800 665.3
539.8
600
417.9
400 308.8
166.3
200
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa data tahun 2013 dan 2014
menyimpang dari trend sebelumnya. Untuk itu nilainya dapat dikoreksi dengan
cara mengalikan kumulatif data Stasiun D tahun 2013 dan 2014 dengan faktor
koresi m1/m2. Hasilnya ditunjukkan di gambar di bawah ini.
Gambar 3.3 Grafik uji konsistensi sesudah koreksi
a. Rata-rata aljabar
𝛴𝑑𝑖
d= 𝑛
Di mana:
d = Curah hujan rata-rata daerah
b. Poligon Thiessen
Di mana:
d = Curah hujan rata-rata daerah
Sta.C
Sta.A
Sta.B
Kala ulang yang dipakai berdasarkan luas daerah pengaliran saluran, dan
jenis kota yang akan direncanakan. Untuk bangunan pelengkap dipakai kala
ulang yang sama dengan sistem saluran di mana bangunan pelengkap ini berada.
3.5 Curah Hujan Rancangan
Curah hujan rancangan adalah analisis berulangnya satu peristiwa hujan
dengan besaran tertentu, baik frekuensi persatuan waktu maupun kala ulangnya.
Metode yang digunakan (Soemarto, 1987):
Pemilihan distribusi ditetapkan berdasarkan nilai koefisien kepencengan
(skewness)dan koefisien sepuncakan (kurtosis) yang dirumuskan sebagai
berikut:
Di mana:
Cs = Koefisien kepencengan
Ck = Koefisien kepuncakan
Xi = Data hujan ke-i
n = Jumlah data
S = Standar deviasi
Distribusi Gumbel
Distribusi Gumbel diperhitungkan dengan persamaan sebagai berikut:
Xranc = Curah hujan rancangan
X = Rata-rata hujan
Yt = Reduced variate =
Dari hasil perhitungan didapat nilai S, Cs, dan Ck masing-masing adalah 13,41;
0,468; dan -0,909. Dengan demikian data ini sesuai untuk dapat diolah dengan
Log Pearson III. Untuk kala ulang 5 tahun, perhitungan selanjutnya diberikan di
bawah ini.
Pada distribusi ini, semua data terlebih dahulu diubah ke dalam bentuk
Di mana:
Cs = Koefisien kepencengan
Berikut ini diberikan contoh perhitungan curah hujan rancangan
dengan metode Log Pearson Tipe 3untuk dat hujan berikut ini.
Jika curah hujan jatuh pada suatu permukaan yang kedap air dengan laju
yang konstan maka akhirnya pada suatu saat laju banyaknya aliran permukaan
akan sama dengan laju banyaknya curah hujan. Waktu yang diperlukan untuk
mencapai kondisi ini dinamakan waktu konsentrasi. Waktu konsentrasi adalah
waktu yang diperlukan oleh air hujan untuk mengalir dari titik terjauh pada suatu
menuju titik tertentu yang ditinjau pada daerah pengaliran (titik pengamatan).
Waktu konsentrasi dapat juga disebut sebagai lama waktu pengaliran air di
permukaan atau waktu drainase
Dimana :
tc = waktu konsentrasi
BADAN JALAN
ARAH ALIRAN
Hujan yang turun di atas badan jalan A-B-C-D akan menjadi limpasan
permukaan. Limpasan permukaan yang terjadi akan ditampung oleh saluran 1-
2. Badan jalan A- B-C-D disebut daerah pengaliran dari saluran 1-2. Proses
limpasan dimulai dari titik A ke Titik B (t0) sampai di Titik C (td).
Nilai tc dan td dirumuskan sebagai berikut.
di mana:
di mana:
Intensitas hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun
waktu di mana air tersebut terkonsentrasi (Loebis, 1992). Curah hujan rancangan yang
diperhitungkan pada analisa hidrologi memiliki satuan mm. Untuk mendapatkan
distribusi hujan jam-jaman, perlu diperhitungkan intensitas curah hujan.Metode yang
dapat digunakan adalah Mononobe, Van Breen, Bell Tanimoto, atau Hasper dan Der
Weduwen.
Menurut hasil penelitian Van Breen di Indonesia, intensitas curah hujan dapat
diperhitungkan sebagai berikut (Suripin, 2003)
Di mana
C = koefisien pengaliran
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)A = Luas
daerah pengaliran (hektar)
C (Koefisien Pengaliran)
Perhitungan koefisien pengaliran (C) dapat menggunakan data peta citra dari
google earth untuk melakukan justifikasi luasan tataguna lahan
Dimana
Dengan menggunakan rumus tersebut maka data yang harus dimiliki adalah
data hujan jam-jaman. Data hujan jam-jaman tergolong data yang sulit didapatkan
karena data tersebut berisi data pencatatan hujan setiap jam, jadi data tersebut hanya
bisa didapatkan jika pengukuran hujan menggunakan alat penakar hujan otomatis.
BAB IV
Pn P0 Ka (Tn T0 )
Pa P1
Ka
T2 T1
Di mana:
Pn P0 (1 r) n
Kebutuhan air yang dimaksud adalah kebutuhan air yang digunakan untuk
menunjang segala kegiatan manusia, meliputi air bersih domestik dan non
domestik, air irigasi baik pertanian maupun perikanan, dan air untuk
penggelontoran kota.
Kebutuhan air domestik ditentukan oleh jumlah penduduk, dan konsumsi
per kapita. Secara rata-rata jumlah kebutuhan air bersih domestik adalah 120-140
liter/orang/hari.
Kebutuhan air non-domestik yang meliputi pemanfaatan komersial,
kebutuhan institusi, dan kebutuhan industri dapat mencapai 20% sampai 25% dari
total suplai air. Kebutuhan air komersial cenderung meningkat sejalan dengan
peningkatan penduduk dan perubahan tataguna lahan. Kebutuhan institusi
meliputi kebutuhan air untuk sekolah, rumah sakit, gedung pemerintah, tempat
ibadah, dan lain-lain. Besaran kebutuhan air ini diasumsikan sebesar 5% dari total
suplai air. Kebutuhan untuk industri bergantung pada jenis dan macam kegiatan
industri. Sebagai estimasi, 2% dari total suplai air dapat dipakai sebagai dasar dan
acuan perhitungan. (Kodoatie dan Sjarief, 2005).
4.3 Volume Air Limbah
Air limbah domestik adalah air bekas yang tidak dapat dipergunakan
lagi untuk tujuan semula baik dari aktivitas dapur, kamar mandi, atau cuci.
Kuantitasnya air limbah dapat diasumsikan adalah 50% - 70% dari rata-rata
pemakaian air bersih (120-140 liter/orang/hari).
Sebagai contoh, untuk rumah tipe 70 volume air limbahnya adalah sebagai
berikut :
Jumlah penghuni diasumsikan sebanyak 7 orang
Kebutuhan air bersih = 300 liter/hari/orang =
0,000003629 m³/detik Debit air kotor = 0,000003629
m³/detik x 7 orang = 0,00002540 m³/detik.
BAB V
ANALISA HIDROLIKA
Secara umum sifat saluran drainase ada dua macam, yaitu terbuka dan tidak terbuka.
1. Saluran Terbuka
Saluran terbuka adalah saluran tanpa penutup di mana terdapat permukaan air yang
bebas (free surface). Permukaan bebas ini dapat dipengaruhi oleh tekanan udara luar
secara langsung (open channel flow).
2. Saluran Tertutup
Saluran tidak terbuka adalah saluran yang tidak memiliki penutup di bagian atasnya.
Jika air memenuhi seluruh bagian penampang saluran tersebut, maka secara hidrolika
saluran ini disebut saluran tertutup atau aliran pipa (pipe flow).
5.3. Bahan Saluran Drainase
Lapisan dasar dan dinding saluran drainase tanah erosi bisa dibuat dari: beton,
pasangan batu kali, pasangan batu merah, aspal, kayu, besi cor, baja, plastik, dll. Pilihan
materialnya tergantung pada tersedianya serta harga bahan, cara konstruksi saluran.
Tetapi pada prakteknya di Indonesia hanya ada tiga bahan yang dianjurkan
pemakaiannya, yaitu pasangan batu, beton, dan tanah.
1 2⁄
𝑉= 𝑅 3 √𝑆
𝑛
Di mana:
V = Kecepatan rata-rata dalam saluran (m/detik)
Pada penampang melintang saluran berbentuk persegi dapat ditulis sebagai berikut :
A =B–h
P = B + 2h
𝐴
R =𝑃
Untuk saluran segi empat, perbandingan B dan h yang paling ekonomis adalah (Chow,
1959):
B = 2h atau R = ½ h
Untuk saluran lingkaran yang tidak terisi penuh, penampang terekonomis adalah:
R = 0.608 r
R = 0.537 r
R = ½ h√2
Dimana:
V = Keepatan aliran (m/det)
h = Kedalaman aliran (m)
g = Percepatan gravitasi (m/det2)
5.7 Jagaan
Jagaan (freeboard) suatu saluran ialah jarak vertikal dari puncak saluran ke
permukaan air pada kondisi rencana. Jarak ini harus cukup untuk mencegah gelombang
atau kenaikan muka air yang melimpah ke tepi.
Tabel 5.2 Tinggi jagaan
9
6
6
Dimana:
H = tinggi muka air dalam sumur (m)
F = faktor geomterik (m)
Q = debit air masuk
T = waktu pengaliran (detik)
K = koefisien permeabilitas tanah (m/dt)
R = jari-jari sumur (m)
Faktor geometrik tergantung pada berbagai keadaan sebagaimana dapat dilihat pada
gambar dan secara umum dapat dinyatakan dalam persamaan:
Q0 = F ∙ K ∙ H Kedalaman efektif sumur resapan dihitung dari tinggi muka air tanah
apabila dasar sumur berada di bawah muka air tanah tersebut, dan diukur dari dasar
sumur bila muka air tanah berada di bawah dasar sumur. Sebaiknya dasar sumur
berada pada lapisan tanah dengan permeabilitas tinggi.
Bangunan/rumah 3,0
1
Batas kepemilikan lahan 1,5
2
Sumur untuk air minum 10,0
3
Septik tank 10,0
4
Aliran air(sungai) 30,0
5
Pipa air minum 3,0
6
Jalan umum 1,5
7
Pohon besar 3
8
Gambar 6.7 Tata Letak Sumur Resapan Untuk Resapan Air Hujan Rumah Tinggal
6.5 Curb/Gutter Inlet
Pada drainase jalan raya di dalam kota, dibutuhkan inlet. Inlet tegak
umumnya berbentuk pesegi. Perlu diperhatikan bahwa tinggi jagaan minimal harus
dipetahankan sehingga air di dalam saluran tidak keluar lagi ke permukaan tepi jalan
melewati inlet tegak tersebut. Inlet hasil produksi pabrik umumnya mempunyai nilai
efisiensi. Jarak antar dari inlet biasanya direncanakan sekitar 10 m sampai 30 m.
DATA HILANG
Data hilang stasiun 2 di tahun 2018
Curah Hujan harian maksimum setahun
Tahun
Sta 1 Sta 2 Sta 3
2011 166.3 104.3 177.3
2012 142.5 148.6 104.1
2013 109.1 94.4 147
2014 121.9 131.1 109.2
2015 125.5 295 131.8
2016 98 120.2 131.8
2017 113.1 99.1 177.3
2018 127.2 0 85
2019 108.6 177.5 93
2020 91.5 132.6 160
Rata-rata(An) 120.37 130.28 131.65
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
2 terhadap 1 dan 3
1600 1413.7
y = 1.2206x - 118.83 1281.1
1400
1103.6
1200 992.7
1000 893.6
773.4
800
600 478.4
347.3
400 252.9
104.3
200
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
3 terhadap 1 dan 2
1400 1316.5
y = 0.9638x + 32.725 1156.5
1200 1063.5
978.5
1000
801.2
800 669.4
537.6
600
428.4
400 281.4
177.3
200
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
GRAFIK UJI KONSISTENSI DATA SEBELUM DIKOREKSI
1 thd 2 dan 3 (setelah dikoreksi)
1400
1200 1216.27685
1094.3358
1000 981.604925
899.9636
800 784.7739
679.7529
600
501.884
400 401.738975
301.135525
200 195.8228
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
CURAH HUJAN DAERAH
S 13.41
Rerata Data Hujan 60.5
n 10
Cs 0.468
Ck -0.909
Cv 0.222
Kala Log X
Ulang 5 tahun rancangan 1.592754
X 39.15197
G 0.831507
X1 0
X2 0.2 Kala
Ulang 100
Y1 0.842
Y2 0.83 G 2.4536653
X1 0
X2 0.2
Log X
rancangan 1.840061 Y1 2.326
X 69.19277 Y2 2.472
P
Tahun Empiris P Teoritis
1.01 0.99 39.15197
5 0.2 69.19277
100 0.01 93.8737
GRAFIK LOG PEARSON III
100.00
10.00 Empiris
Teoritis
1.00
0.01 0.10 1.00
Y1 0.95
Y2 0.65
PERHITUNGAN GUMBEL
Perhitungan
Gumbel TR 10
X Yt 2.250367
RERATA 60.480
X Rancangan 85.26759
STDEV 13.41108
n 10
TR 1.01
Yn 0.4952
Yt -1.52934
Sn 0.9496
X Rancangan 31.88731
TR 100
Yt 4.600149
X Rancangan 118.4532
TR P Teori X Teori
1.01 0.99 31.887
10 0.1 85.268
100 0.01 118.453
GRAFIK DISTRIBUSI NORMAL (GUMBEL)
Y1 0.025
Y2 0.01
PARAMATER
SIDE POSISI LERENG KANAN/KIRI
CUT SLOPE KEMIRINGAN LERENG GALIAN 2.00 :1
MAX CUT HEIGHT TINGGI MAKSIMAL LERENG GALIAN 2
FILL SLOPE KEMIRINGAN LERENG TIMBUNAN 2 :1
MAX FILL HEIGHT TINGGI MAKSIMAL LERENG GALIAN 2
BENCH WEIDHT LEBAR BAGIAN DATAR LERENG 1.5
KEMIRINGAN BAGIAN DATAR
BENCH SLOPE LERENG horizontal