Anda di halaman 1dari 18

Nama : Eprilia Widiyantari

NPM : 12318260
Kelas : 4TA06
Mata Kuliah : Pemodelan dan Perencanaan Drainase (Tugas M6)
Dosen Mata Kuliah : Tati Noviati, S.T., M.T.

1. M1 – Pengenalan Pemodelan dan Perencanaan


 Drainase berasal dari kata drainage yang berarti mengeringkan atau mengalirkan.
Drainase merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk menangani persoalan
kelebihan air baik kelebihan air yang berada di atas permukaan tanah maupun air
yang berada di bawah permukaan tanah. Secara umum drainase didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang usaha untuk mengalirkan air yang
berlebihan pada suatu kawasan.
 Kelebihan air dapat disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi atau akibat dari
durasi hujan yang lama. Kebutuhan terhadap drainase berawal dari kebutuhan air
untuk kehidupan manusia di mana untuk kebutuhan tersebut manusia
memanfaatkan sungai untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, perikanan,
peternakan dan lainnya.
 Pemodelan adalah proses untuk membuat sebuah model dari sistem. Model adalah
representasi dari sebuah bentuk nyata, sedangkan sistem adalah saling
keterhubungan antar elemen yang membangun sebuah kesatuan, biasanya
dibangun untuk mencapai tujuan tertentu.
 Perencanaan secara umum merupakan suatu upaya dalam menentukan berbagai hal
yang hendak dicapai atau tujuan di masa depan dan juga untuk menentukan
beragam tahapan yang memang dibutuhkan demi mencapai tujuan tersebut.
 Langkah - Langkah Perencanaan Drainase
a. Mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam perencanaan drainase

1
 Analisa Topografi
1) Layout atau skema aliran rencana drainase
2) Luas daerah pengaliran
3) Panjang saluran rencana
 Analisa Hidrologi
1) Curah hujan maksimum
2) Intensitas curah hujan
3) Waktu konsentrasi
4) Debit limpasan
 Analisa Hidrolika
1) Kecepatan aliran di dalam saluran drainase
2) Perencanaan debit saluran
3) Desain saluran
 Perencanaan Bangunan Pelengkap Sistem Drainase
1) Bangunan terjunan
2) Gorong-gorong
3) Sumur resapan dan lain-lain
 Aspek Hidrologi dan Aspek Hidrolika
a. Aspek hidrologi berfungsi untuk menentukan catchment area, debit air yang
harus ditangani (debit desain) yang akan digunakan dalam pendesainan
sistem drainase.
b. Aspek hidrolika berfungsi untuk menentukan dimensi dari saluran dan kolam
pengendali yang digunakan untuk sistem drainase.
 Permasalahan Drainase
a. Peningkatan debit
b. Peningkatan jumlah penduduk
c. Amblesan tanah
d. Penyempitan dan pendangkalan saluran
e. Reklamasi
f. Limbah sampah dan pasang surut
 Pokok-Pokok Pengertian Drainase
a. Drainase merupakan prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan
ke badan air atau bangunan resapan buatan

2
b. Drainase perkotaan merupakan sistem drainase dalam wilayah administrasi
kota dan daerah perkotaan (urban) yang berfungsi untuk mengendalikan
kelebihan air permukaan di daerah pemukiman yang berasal dari hujan lokal.
c. Drainase Berwawasan Lingkungan
1) Pola detensi (menampung air sementara)
2) Pola retensi (meresapkan)
d. Pengendali banjir merupakan bangunan untuk mengendalikan tinggi muka
air agar tidak terjadi limpasan yang menimbulkan kerugian.
e. Badan penerima air merupakan sungai, danau, atau laut yang menerima aliran
dari sistim drainase perkotaan.
 Sistem Drainase berdasarkan Fungsi Pelayanan
1) Sistem drainase lokal
2) Sistem drainase utama
3) Pengendalian banjir (flood control)
 Sistem Drainase berdasarkan Fisiknya
1) Sistem saluran primer
2) Sistem saluran sekunder
3) Sistem saluran tersier

2. M2 – Pola Jaringan Drainase


 Tujuan Drainase
1) Untuk meningkatkan menjaga kesehatan lingkungan permukiman.
2) Pengendalian kelebihan air permukaan terhadap daya rusak yang dilakukan
secara aman, lancar dan efisien serta sejauh mungkin dapat mendukung
kelestarian lingkungan.
3) Untuk mengurangi/ menghilangkan genangan-genangan air yang
menyebabkan bersarangnya nyamuk malaria dan penyakit-penyakit lain,
seperti: demam berdarah, disentri serta penyakit lain yang disebabkan kurang
sehatnya lingkungan permukiman.
4) Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana-sarana fisik antara lain: jalan,
kawasan permukiman, kawasan perdagangan dari kerusakan serta gangguan
kegiatan akibat tidak berfungsinya sarana drainase.
 Kegunaan Saluran Drainase Menurut Suripin, 2004
1) Mengeringkan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.
3
2) Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
3) Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
4) Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana
banjir.
 Fungsi Draianase
1) Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari
genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negative berupa kerusakan
infrastruktur kota dan harta benda milik masyarakat.
2) Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar
tidak membanjiri/menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda
masyarakat juga infrastruktur perkotaan.
3) Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat
dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.
4) Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.
 Jenis-Jenis Drainase
a. Menurut Sejarah Terbentuknya
1) Drainase alamiah (natural drainage)
2) Drainase buatan (artificial drainage)
b. Menurut Letak Saluran
1) Drainase permukaan tanah (surface drainage)
2) Drainase bawah permukaan tanah (sub surface drainage)
c. Menurut Fungsi Drainase
1) Single purpose
2) Multipurpose
d. Menurut Konstruksi
1) Saluran Terbuka (drainase hujan yang luasan yang cukup)
2) Saluran Tertutup (aliran air kotor ditengah kota)
 Jenis Saluran berdasarkan Fungsi dan Sistem Kerja Drainase
1) Interceptor drain saluran interceptor
2) Collector drain saluran collector
3) Conveyor drain saluran conveyor
4) Saluran induk (main drain)
5) Badan air penerima (receiving waters)

4
 Pola Jaringan Drainase
a. Siku
b. Pararel
c. Grid Iron
d. Alamiah
e. Radial
f. Jaring-jaring
 Sarana Penyediaan Sistem Drainase dan Pengendalian Banjir Menurut Hasmar,
2002
1) Penataan sistem jaringan drainase primer, sekunder dan tersier melalui
normalisasi maupun rehabilitasi saluran guna menciptakan lingkungan yang
aman dan baik terhadap genangan, luapan sungai, banjir kiriman, maupun
hujan lokal. Berdasarkan masing-masing jaringan dapat didefinisikan
sebagai berikut:
a. Jaringan primer merupakan saluran yang memanfaatkan sungai dan
anak sungai.
b. Jaringan sekunder merupakan saluran yang menghubungkan saluran
tersier dengan saluran primer (dibangun dengan beton/plesteran
semen).
c. Jaringan tersier merupakan saluran untuk mengalirkan limbah rumah
tangga ke saluran sekunder, berupa plesteran, pipa dan tanah
2) Memenuhi kebutuhan dasar (basic need) drainase bagi kawasan hunian dan
kota.
3) Menunjang kebutuhan pembangunan (development need) dalam menunjang
terciptanya skenario pengembangan kota untuk kawasan andalan dan
menunjang sektor unggulan yang berpedoman pada Rencana Umum Tata
Ruang Kota.
 Drainase Penanggulangan Banjir
Banjir tidak hanya terjadi akibat hujan tetapi diakibatkan oleh naiknya muka
air laut yang menjadi puncaknya saat bulan purnama. Pada umumnya banjir
diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain:
a. Banjir akibat laut pasang
b. Banjir akibat kota dilanda hujan

5
 Sistem Jaringan Drainase Perkotaan
1) Sistem Drainase Mayor
2) Sistem Drainase Mikro
 Arahan dalam Pelaksanaannya
1) Harus dapat diatasi dengan biaya ekonomis
2) Pelaksanaannya tidak menimbulkan dampak sosial yang berat
3) Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana.
4) Memanfaatkan semaksimal mungkin saluran yang ada.
5) Jaringan drainase harus mudah pengoperasian dan pemeliharaannya.
6) Mengalirkan air hujan ke badan sungai yang terdekat.

3. M3 – Analisis Hidrologi
 Hidrologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran gerakan air di
alam ini, yang meliputi berbagai bentuk air yang menyangkut perubahan-
perubahannya antara lain: keadaan zat cair, padat dan gas dalam atmosfer di atas
dan di bawah permukaan tanah, di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan
sumber dan penyimpanan air yang mengaktifkan kehidupan di bumi.
 Pengaturan aliran sungai, pembuatan waduk-waduk dan saluran-saluran yang
sangat diperlukan untuk mengetahui perilaku siklus yang disebut dengan siklus
hidrologi di mana berfungsi untuk perencanaan suatu bangunan air.
 Siklus hidrologi adalah proses yang diawali oleh evaporasi/ penguapan kemudian
terjadinya kondensasi dari awan hasil evaporasi.
 Pengujian Seri Data
Menurut Kamiana (2011:16) beberapa rangkaian pengujian dilakukan
terhadap seri data (data hujan atau data debit) yang terkumpul sebelum digunakan
data masukan dalam analisis frekuensi, 2 diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Uji konsistensi data bertujuan untuk mengetahui tingkat kebenaran data yang
diperoleh dari lapangan yang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Spesifikasi alat penakar berubah.
b. Tempat alat ukur dipindah.
c. Perubahan lingkungan di sekitar alat penakar.
2) Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah seri data yang
terkumpul dari 2 stasiun pengukur yang berada di dalam suatu daerah

6
pengaliran atau salah satu berada diluar daerah pengaliran yang bersangkutan
berasal dari populasi yang sama atau bukan.
- t terhitung > tcr atau t kritis; artinya kedua sampel yang diuji tidak dari
populasi yang sama.
- t terhitung < tcr atau t kritis; artinya kedua sampel yang diuji berasal dari
populasi yang sama.
 Uji Kecocokan
Pengujian parameter yang sering dipakai adalah sebagai berikut:
1) Chi-Kuadrat
2) Smirnov-Kolmogorov
 Rata-Rata Curah Hujan
1) Rata-Rata Aljabar
2) Poligon Thiessen
3) Isohyet
 Analisis Frekuensi Curah Hujan
Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan
dilampaui. Sebaliknya kala ulang adalah waktu hipotetik dimana hujan
dengan suatu besaran tertentu akan dilampaui Karakteristik desain hidrologi
untuk sistem drainase perkotaan 10-100 Ha dengan periode ulang 2-5 tahun
yang artinya bahwa curah hujan terbesar terjadi sekali dalam 5 tahun atau
kala ulang tertentu baik dilampaui ataupun setara dengan curah hujan
rancangan.
1) Distribusi Frekuensi Curah Hujan
a. Distribusi normal
b. Distribusi log normal
c. Distribusi log person III
d. Distribusi gumbel

Parameter Pemilihan Distribusi Data Debit

7
 Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan, persatuan waktu (mm/ menit,
mm/ jam, mm/ hari). Sifat umum hujan adalah semakin singkat hujan
berlangsung intensitasnya semakin tinggi dan semakin besar periode
ulangnya makin semakin tinggi pula intensitasnya. Dalam menghitung
intensitas hujan dapat menggunakan persamaan formula mononobe.

 Metode yang umum dipakai dalam perancangan debit banjir adalah metode
rasional dan metode hidrograf banjir.
 Kriteria desain drainase perkotaan memiliki kekhususan, sebab untuk
perkotaan ada tambahan variabel desain seperti:
1) Keterkaitan dengan tata guna lahan
2) Keterkaitan dengan masterplan drainase kota
3) Keterkaitan dengan masalah sosial budaya

4. M4 – Karakteristik dan Pengolahan Data Hujan


 Durasi hujan adalah lama kejadian hujan (menitan, jam-jaman, harian) diperoleh
dari hasil pencatatan alat pengukur hujan otomatis. Dalam perencanaan drainase
durasi hujan ini sering dikaitkan dengan waktu konsentrasi, khususnya pada
drainase perkotaan diperlukan durasi yang relatif pendek, mengingat akan toleransi
terhadap lamanya genangan.
 Intensitas adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume
hujan setiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan berbeda – beda, tergantung
dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas hujan diperoleh
dengan cara melakukan analisis data hujan baik secara statistik maupun empiris.
 Lengkung intensitas adalah grafik hubungan antara intensitas hujan dengan durasi
hujan. Perencanaan satuan primer, sekunder dan tersier, didasarkan atas lengkung
intensitas rencana
 Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik
yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir
suatu aliran.

8
 Waktu konsentrasi (tc = to + td) terdiri dari: Inlet time (to), waktu yang diperlukan
oleh air untuk mengalir dimuka tanah menuju saluran drainase. Conduct time (td),
waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di sepanjang saluran.
 Waktu konsentrasi besarnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor – faktor
berikut:
a. Luas daerah pengaliran
b. Panjang saluran drainase
c. Kemiringan dasar saluran
d. Debit dan kecepatan aliran
 Hujan merupakan komponen yang sangat penting dalam analisis hidrologi pada
perancangan debit hujan untuk menentukan dimensi satuan drainase. Pengukuran
hujan dilakukan selama 24 jam, sehingga hujan yang didata adalah hujan total yang
terjadi selama 24 jam (1 etmal).
 Alat Ukur Hujan
a. Alat ukur hujan biasa (manual rain gauge) Data hujan dicatat oleh petugas
pada periode tertentu dalam satu hari (24 jam).
b. Alat ukur otomatis (automatic rain gauge)
1) Weighting Bucket Rain Gauge
2) Float Type Rain Gauge
3) Tipping Bucket Rain Gauge
 Hujan Rata-Rata Daerah Aliran
a. Metode Aljabar
R = 1/n (R1 + R2 + R3 +.......Rn)
b. Metode Theissen
A1.R1 + A2 .R2 + .......... + An .Rn
R=
A1 + A2 + ......... + An
c. Metode Isohyt
A1.R1 + A2 .R2 + .......... + An .Rn
R=
A1 + A2 + ......... + An
 Cara untuk melengkapi data yang hilang dapat menggunakan perkiraan dengan
dasar perkiraan yaitu menggunakan data hujan dari tiga tempat pengamatan yang
berdekatan dan mengelilingi tempat pengamatan, Dengan syarat data yang hilang
tidak melebihi 10% dari total pengamatan. Jika lebih dari 10% diambil cara
menurut perbandinagn biasa.

9
 R R R 
R = 1  rA + rB + rC 
3 R RB Rc 
 A
 Suatu data hujan adalah (x) akan mencapai suatu harga tertentu/disamai (x1) atau
kurang dari (x1) atau melebihi/dilampaui dari (x1) dan diperkirakan terjadi sekali
dalam kurun waktu T tahun, maka T tahun ini dianggap sebagai periode ulang dari
(x1)
 Data curah hujan dalam suatu waktu tertentu (beberapa menit) yang tercatat pada
alat otomatis dapat dirubah menjadi intensitas curah hujan per jam.
 Besarnya debit rencana dihitung degan memakai metode rasional jika daerah
alirannya kurang dari 80 Ha. Untuk daerah aliran yang lebih luas sampai dengan
5000 Ha dapat digunakan metode rasioanal yang diubah. Untuk luas daerah yang
lebih dari 5000 Ha digunakan hidrograf satuan atau metode rasiional yang diubah.
Rumus metode rasional:
Q =  . .I . A
 Koefisien penyebar hujan (β) merupakan nilai yang digunakan untuk mengoreksi
pengaruh penyebaran hujan yang tidak merata pada suatu daerah pengaliran. Nilai
besaran ini tergantung dari kondisi dan luas daerah pengaliran. Untuk daerah yang
relatif kecil biasanya kejadian hujan diasumsikan merata. Sehingga nilai koefisien
penyebaran hujan β = 1.
 Koefisien pengaliran merupakan nilia banding antara bagian hujan yang
membentuk limpasan langsung dengan hujan total yang terjadi. Besaran ini
dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan, jenis dan kondisi tanah.
Pemilihan koefisien pengaliran harus memperhitungkan kemungkinan adanya
perubahan tata guna lahan di kemudian hari.

5. M5 – Analisis Hidrologi
 Aliran air dalam suatu saluran dapat berupa aliran pada saluran terbuka (open
channel flow) maupun pada saluran tertutup (pipe channel flow). Pada saluran
tertutup dapat dengan saluran penuh dengan air (bertekanan) dan saluran tidak
penuh dengan air (tidak bertekanan).

10
 Aliran Air pada Saluran Terbuka
1) Aliran lunak (steady flow), aliran lunak adalah aliran yang mempunyai
kedalaman tetap untuk waktu tertentu. Aliran lunak di klasifikasikan
menjadi:
a. Aliran seragam, tinggi muka air sama pada setiap penampang
b. Aliran berubah, kedalaman air berubah di sepanjang saluran
2) Aliran tidak lunak (unsteady flow) Aliran ini mempunyai kedalaman aliran
yang berubah tidak sesuai dengan waktu. Contoh: banjir.
 Aliran air pada saluran pipa aliran air dalam pipa dapat merupakan aliran yang
bertekanan, air penuh mengisi pipa, dapat pula aliran yang tidak bertekanan, air
tidak mengisi penuh pipa. Seperti halnya gorong – gorong dapat direncanakan
muka air memenuhi sisi atas saluran, merupakan saluran yang bertekanan. Tidak
terdapat muka air bebas, pipa penuh terisi air.
 Aliran yang terjadi pada saluran terbuka yaitu aliran laminar dan aliran turbulen.
 Aliran laminar terjadi apabila ekentalan (viscocity) relatif sangat besar
dibandingkan dengan inersia, sehingga kekentalan berpengaruh besar terhadap
perilaku aliran. Butir – butir air bergerak menurut lintasan tertentu yang teratur atau
lurus. Aliran ini ditandai dengan tidak terjadinya olakan pada muka air.
 Aliran turbulen terjadi apabila kekentalan (viscocity) relatif lemah dibandingkan
dengan inersia. Butir – butir air bergerak menurut lintasan yang tidak teratur, tidak
lancar & tidak tetap. Aliran ini ditandai dengan terjadinya olakan pada muka air
 Tinggi muka air pada saluran (H) dan lebar saluran (B), merupakan parameter
untuk menentukan luas basah saluran (Fs). Luas basah/desain saluran (Fs) di
analisis berdasarkan debit hujan (Q) yang menjadi debit saluran dan kecepatan
aliran air pada saluran (v), dimana V adalah kecepatan aliran air pada saluran
drainase, yang didapatkan dari tabel i/v atau dianalisis dengan formula Manning
atau formula Chezy
Q = Fs × V
 Berdasarkan Formula Manning dan Chezy Formula Manning
21
V = 1 Rs 3 I 2
n
V = C. RS .I

11
1
2
100.R s .I
V= 1
0,35 + Rs 2

 Debit aliran saluran yang sama dengan debit akibat hujan, harus dialirkan pada
saluran bentuk empat persegi panjang, bentuk segitiga, bentuk trapesium dan
bentuk setengah lingkaran untuk drainase muka tanah (surface drainage).
 Penampang saluran terbuka, pada drainase muka tanah, umumnya berbentuk
tampang segitiga, empat persegi panjang, trapseium, dan setengah lingkaran.
Penampang saluran bawah permukaan tanah umumnya berbentuk lingkaran,
terbuat dari tanah liat, buis beton atau pipa PVC.
 Aspek hidrolika dalam perencanaan drainase yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan drainase dilihat dari aspek hidrolika adalah sebagai berikut:
1) Kecepatan maksimum aliran agar ditentukan tidak lebih besar dari kecepatan
maksimum yang diijinkan sehingga tidak terjadi kerusakan.
2) Kecepatan minimum aliran agar ditentukan tidak lebih kecil dari pada
kecepatan minimum yang diijinkan sehingga tidak terjadi pengendapan dan
pertumbuhan tanaman air.
3) Bentuk penampang saluran agar dipilih berupa segi empat, trapezium,
lingkaran, bagian dari lingkaran, bulat telur, bagian dari bukat telur, atau
kombinasi dari bentuk – bentuk diatas.
4) Saluran hendaknua dibuat dalam bentuk majemuk, terdiri dari saluran kecil
dan saluran besar, guna mengurangi beban pemeliharaan,
5) Kelancaran pengaliran air dari jalan ke dalam saluran drainase agar
dilewatkan melalui lubang pematus yang berdimensi dan berjarak
penempatan tertentu.
6) Dimensi bangunan pelengkap seperti gorong – gorong, pintu air dan lubang
pemeriksaan agar ditentukan berdasarkan kriteria perancangan sesuai dengan
macam kota, daerah dan macam saluran.

6. M6 – Perencanaan Sistem Drainase


 Topografi adalah informasi yang diperlukan untuk menentukan arah penyaluran
dan batas wilayah tadahannya. Pemetaan kontur di suatu daerah urban dilakukan
pada skala 1:5000 atau 1:10.000 dengan beda kontur 0,5 meter pada area datar dan
beda kontur 1,00 meter pada area curam.

12
 Informasi situasi dan kondisi fisik kota, baik yang telah ada (eksisting) maupun
yang sedang direncanakan, perlu diketahui data: sistem jaringan yang ada
(drainase, irigasi, air minum, telepon, dan listrik).
a. Batas – batas area kepemilikan
b. Letak dan jumlah prasaranan yang ada
c. Tingkat kebutuhan drainase yang diperlukan
d. Gambaran prioritas area secara garis besar
 Tujuan Penentuan Tata Letak Jaringan Drainase
a. Sistem jaringan drainase dengan sasaran dapat berfungsi sesuai perencanaan.
b. Dampak lingkungan seminim mungkin.
c. Nilai pakai setinggi mungkin ditinjau dari segi konstruksi dan fungsi.
d. Biaya pelaksanaan seekonomis mungkin
 Data perancangan yang diperlukan untuk desain drainase adalah sebagai berikut:
a. Data masalah
a. Lokasi Genangan
b. Lama Genangan
c. Tinggi Genangan
d. Nilai kerugian akibat genangan
e. Aspirasi masyarakat dan peran pemerintah
f. Data sosial ekonomi penduduk
g. Kesehatan lingkungan pemukiman
h. Banjir kiriman, jika ada
i. Peta situasi dan pengukuran jalur saluran.
j. Data hujan
k. Data bahan bangunan loka
b. Data topografi
Data topografi untuk menentukan arah alairan dari air pada saluran.
Jika area drainase agak landai maka perencanaan aliran air pada saluran dapat
dengan mengalirnya air dari lokasi tinggi ke lokasi rendah dengan arah
saluran tidak terlalu berbelok – belok, mendekati lurus. Tetapi jika diarea
berbukit, maka untuk perencanaan jalan raya harus banyak berbelok
menanjak dan menurun, maka jika salah satu sisi jalan dengan lereng dengan
kedalaman tertentu, maka muka jalan harus miring kearah dalam jalan searah

13
dengan putaran jalan, demikian juga saluran harus terletak pada sisi dalam
jalan.
3) Data tata guna lahan
Data tata guna lahan sangat berkaitan dengan besar aliran permukaan.
Aliran permukaan menjadi besaran dari aliran drainase. Besaran aliran
permukaan tergantung debit air hujan yang run off di muka tanah. Besar air
yang meresap (infiltrasi) tergantung angka pori (e) atau porositas (n,p) yang
dapat didata dari laboratorium mekanika tanah, dan ini berkaitan dengan
penggunaan lahan.
4) Jenis tanah
Jenis tanah untuk menentukan kemampuan/daya lapisan tanah
menyerap air. Pada drainase bawah muka tanah kecepatan resapan diperlukan
untuk menganalisis kapasitas/debit aliran dan kapasitas/debit
drainase/saluran. Jenis tanah juga untuk menentukan kuat/daya dukung
tanah. Uji data tanah di laboratorium mekanikan tanah selain menentukan
sifat fisik tanah (kadar air, berat volume, berat jenis, konsistensi, relative
densisty, dan macam tanah), juga sifat mekanik tanah (kohesi, sudut geser
dalam, kepadatan tanah, dan koefisien permeabilitas/rembesan) tanah. Jenis
tanah dengan tipe lereng suatu aliran, sangat menentukan akan perlu tidaknya
lereng dasar saluran diberi lapisan pelindung terhadap erosi atau tidak.
5) Master plan kota
Master plan kota telah direncanakan dengan menentukan area – area
yang terdapat didalam sebuah perkotaan. Area – area tersebut antara lain
berupa area pemukiman, area perdagangan/industri, area pendidikan, area
infrastruktur, area pendidikan, area infrastruktur, area terbuka dan area
lainnya. Perencanaan saluran drainase terutama saluran muka tanah, didesain
aliran air dapat mengalir dengan baik ke sungai ke waduk/danau atau ke laut.
6) Data prasarana dan utilitas
Data prasarana dan utilitas, yaitu data jaringan air minum, telepon, pipa
gas, pipa bahan bakar, kabel listrik dan lain – lain. Jalan raya atau jembatan
sebagai prasarana lalulintas, dengan salurannya harus terdata dengan baik,
sehingga untuk perencanaan pemekaran kota dengan penambahan jalan dan
jembatan, perencanaan saluran yang sudah ada masih terjadi
genangan/banjir, berarti dimensi saluran harus diperluas secara keseluruhan
14
tidak sebagian saja Dimensi saluranyang lama harus sama dengan dimensi
saluran yang dibutuhkan sebagai penanggulangan banjir
7) Biaya produksi drainase
Biaya produksi drainase harus ditinjau dari segi teknis, segi ekonomi,
segi lingkungan, dan segi sosial budaya. Segi teknis terutama menentukan
arah aliran saluran kemudian pemilihan bentuk tampang saluran. Arah aliran
ditentukan dari topografi area, sedangkan pemilihan bentuk tampang saluran
ditentukan dari lokasi area saluran apakah didalam kota atau diluar kota.
Didalam kota lebar saluran lebih kecil dari tinggi saluran, karena dari segi
ekonomi harga tanah dalam kota lebih mahal dari tanah dilluar kota.
Karenanya saluran didalam kota harus diberi dinding pasangan batu kali,
pasangan bata atau cor beton bertulang. Perkembangan yang terjadi pada
saluran digali sesuai rencana, sedangkan dinding/alas penahan saluran
terlebih dulu dicor di pabrik dalam potongan – potongan panjang 1-2 meter
8) Data kependudukan
Data kependudukan dimaksudkan untuk menganalisis jumlah air
buangan, untuk pendimensian saluran. Dari dalam rumah air buangan
dialirkan menuju saluran tersier didepan rumah. Rumah – rumah yang
terletak pada satu jalan dipemukiman dengan setengah lebar jalan, ditentukan
untuk menentukan dimensi saluran tersier. Jumlah aliran dari saluran –
saluran tersier terhubung ke saluran sekunder. Dimensi saluran sekunder
ditentukan dari jumlah debit dari saluran tersier, demikian selanjutnya aliran
diteruskan ke saluran primer yang dimensinya ditentukan dari jumlah debit
saluran sekunder. Pembuangan air pada saluran primer dapat diteruskan ke
laut, danau, atau sungai, atau dibuang ke drainase resapan.
9) Kelembagaan
Kelembagaan yang terdapat disebuah perkotaan dan sekitanya, yang
umumnya dikelilingi bebrapa kabupaten. Instansi pemerintah terkait dalam
sistem drainase tentunya telah ditentukan otoritasnya.
 Secara umum proses suatu proyek pembangunan termasuk pembangunan proyek
drainase mengikuti tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan dan pemrograman terdiri dari identifikasi proyek, pra studi
kelayakan, studi kelayakan dan perencanaan, dilakukan oleh konsultan
perencanaan atas perintah pemilik proyek
15
b. Pelaksanaan terdiri dari pra (persiapan) Pelaksanaan (pra kontrak),
Pelaksanaan (konstruksi pelaksanaan kontrak) dan penyerahan proyek
selesai. Pemilik proyek melakukan pelelangan, kemudian menentukan
pemenang lelang. Pelaksanaan melakukan konstruksi/pelaksanaan dibawah
pengawasan konsultan perencana.
c. Operasi dan pemeliharaan dimana emeliharaan proyek oleh pelaksana,
konsultan perencana dan pelaksana masih bertanggung jawab kepada pemilik
proyek sampai perbaikan – perbaikan selesai dilakukan pelaksana.
d. Evaluasi dan monitoring terdiri dari sebelum proyek (evaluasi perencanaan),
Tahap saat proyek berjalan (evaluasi pelaksanaan) dan tahap setelah proyek
(evaluasi kinerja) dilakukan oleh pemilik proyek.
 Perencanaan proyek drainase secara khusus perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Hal yang diperlukan untuk mengetahui secara pasti penyebab genangan.
b. Menyusun alternatif usaha pencegahan genangan, penurunan debit,
pembuatan saluran tambahan, perbaikan/normalisasi saluran dan pembuatan
pintu – pintu air.
c. Menentukan desain definitif dari skema jaringan, arah aliran, dimensi saluran
dan bangunan, gambar detail rencana.
 Prosedur dan tahap perencanaan sistem drainase adalah perencanaan meliputi
kegiatan tertentu yang menjelaskan bagaimana hasil akhir akan tercapai. Prosedut
dan tahapannya antara lain sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan meliputi:
1) Survei berupa pengukuran dan sampling
2) Investigasi/penyelidikan
b. Tahap perencanaan ini berupa pengukuran dan penyelidikan, meliputi:
1) Topografi (lokasi, elevasi, batas wilayah)
2) Iklim (suhu, evaporasi, musim)
3) Hidrologi (aliran, hujan, sedimen, pasang surut)
4) Daerah genangan (luas, tinggi, lama, sumber, frekuensi, penyebab)
5) Tata guna lahan (bangunan, jalan, lahan)
6) Sistem yang ada/existing (kondisi saluran, skema jaringan, bangunan)
c. Tahap pelaksanaan meliputi:
1) Survei berupa pengukuran
16
2) Investigasi/ penyelidikan
3) Desain/ perencanaan teknis
4) Konstruksi/ pembangunan
5) Operasi/ eksploitasi
6) Maintenance/ pemeliharaan
 Studi kelayakan untuk sebuah proyek harus dilakukan untuk memutuskan
dilakukannya pembangunan. Layak dalam artian:
a. Segi teknis
b. Segi ekonomi dan finansial
c. Segi sosial budaya
d. Segi lingkungan
e. Segi legalitas dan perundang – undangan
f. Segi kelembagaan di mana perencanaan proyek drainase, sebelum dilakukan
studi kelayakan, untuk menentukan apakah proyek tersebut layak untuk
direalisasikan. Kriteria dalam studi kelayakan tersebut meliputi aspek teknis,
aspek ekonomi dan finansial, aspek sosial budaya dan aspek lingkungan:
1) Aspek teknis:
a. Akan mampu menyelesaikan permasalahan
b. Hasil desain/perencanaan dapat dilaksanakan dilapangan.
c. Bahan bangunan tersedi
2) Segi Ekonomi dan finansial
a. Terseida sumber pendanaan
b. Layak dari perhitungan untung rugi
c. Tak membebani dana dari masyarakat
3) Aspek sosial budaya
a. Masyarakat dapat menerima pembangunan
b. Masyarakat mendapatkan manfaat yang lebih
c. Masyarakat dpat lebih diberdayakan
d. Ada kelembagaan yang mengelola
4) Segi aspek lingkungan
a. Kondisi lingkungan memungkinkan saluran drainase dapat
dibangun

17
b. Jika saluran melintas area perbukitan dengan kondisi naik turun,
saluran drainase dapat berfungsi dengan baik dan air dapat
mengalir dengan baik.
c. Jika disekitar saluran terdapat aliran sungai, saluran dapat
berfungsi dengan baik, mengalirkan air ke sungai.
d. Tidak terdapat pepohonan besar berdekatan dengan saluran,
karena tumbuhnya pohon dapat merusak saluran.

18

Anda mungkin juga menyukai