Anda di halaman 1dari 18

EVALUASI KINERJA SISTEM DRAINASE PERUMAHAN

(Studi Kasus Perumahan Manggar Kecamatan Koja, Jakarta Utara)


Oleh :
Nabilah (1734290024)

Abstrak
Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan sektor pembangunan di wilayah DKI Jakarta
mengakibatkan pemanfaatan kebutuhan akan lahan pemukiman yang semula berfungsi sebagai
daerah resapan air berubah menjadi kawasan yang kedap air. Pembangunan suatu infrstruktur
harus memperhatikan ketersediaan infrastruktur pendukung seperti saluran drainase agar tidak
menggangu aktivitas dan kenyamanan pengguna dan menghindari adanya kerusakan pada
infrastruktur itu sendiri khususnya di Ibukota Jakarta. Kecamatan Koja merupakan salah satu
kecamatan di kota Administrasi Jakarta Utara yang padat pemukiman salah satunya terdapat
Perumahan Manggar. Pembangunan Perumahan Manggar menyebabkan dampak bagi kondisi
DAS dan daerah sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja saluran drainase
yang ada. Penelitian ini dilaksanakan di Perumahan Manggar, Jakarta Utara.
Kata Kunci : saluran drainase, kinerja.

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan sektor pembangunan di wilayah DKI
Jakarta mengakibatkan kebutuhan akan lahan pemukiman meningkat. Bertambahnya kawasan
permukiman menyebabkan pemanfaatan lahan yang semula terbuka, lolos air dan berfungsi
sebagai daerah resapan berubah menjadi kawasan yang tertutup perkerasan dan kedap air.
Perubahan fungsi tata guna lahan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan dapat menyebabkan
terjadinya banjir atau genangan.
Kecamatan Koja merupakan salah satu Kecamatan di Kota Administrasi Jakarta Utara yang
padat pemukiman dan rawan terjadi banjir atau genangan, dimana pada kecamatan ini terdapat
Perumahan Manggar. Sarana yang harus ada di perumahan tersebut agar terbebas dari bahaya
banjir dan genangan adalah sistem drainase. Sistem drainase sangat dibutuhkan untuk membuang
air hujan yang tidak meresap ke dalam tanah. Saluran drainase dikatakan berfungsi dengan baik
apabila mampu mengalirkan limpasan air dengan cepat, debit sesuai dan dapat mengalir secara
gravitasi.
Kondisi infrastruktur sistem saluran drainase di Perumahan Manggar belum mampu
mengatasi permasalahan banjir atau genangan yang terjadi di setiap musim penghujan. Masalah
ini disebabkan oleh konstruksi fisik saluran yang tidak terawat akibat tumpukan beberapa sampah

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 1


didalam saluran. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan adanya penelitian dalam
mengatasi genangan di Perumahan Manggar yaitu dengan melakukan evaluasi kinerja sistem
drainase.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari penelitian tugas ini adalah untuk mengevaluasi kapasitas sistem drainase pada
kawasan Perumahan Manggar Kecamatan Koja, Jakarta Utara.

1.2.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari tugas ini yaitu :
1. Untuk mengetahui kapasitas penampang saluran eksisting apakah masih layak atau
tidak.
2. Merencanakan kembali kapasitas penampang saluran drainase intuk mengatasi
permasalah yang selama ini ada.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Drainase
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang
terbentuk secara alami maupun dibuat manusia. Secara bahasa, drainase bias merujuk pada parit
di permukaan tanah atau gorong – gorong dibawah tanah. Drainase berperan penting untuk
mengatur suplai air demi pencegahan banjir.

2.2.1 Sistem Jaringan Drainase


Sistem jaringan drainase perkotaan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu :
a) Sistem Drainase Mayor
Sistem drainase mayor yaitu sistem sluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air
dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Perencanaan drainase makro ini
umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi
yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini.
b) Sistem Drainase Mikro
Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang
menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Pada umumnya drainase mikro
ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna
lahan yang ada.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 2


2.2.2 Jenis – Jenis Drainase
Drainase dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :

1. Menurut sejarah terbentuknya


a) Drainase alamiah (Natural Drainage) adalah sistem drainase yang terbentuk secara alami
dan tidak ada unsur campur tangan manusia.
b) Drainase buatan (Artificial Drainage) adalah sistem drainase yang dibentuk berdasarkan
analisis ilmu drainase, untuk menentukan debit akibat hujan, dan dimensi saluran.

2. Menurut letak saluran


a) Drainase permukaan tanah (Surface Drainage) adalah saluran drainase yang berada di atas
permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya
merupakan analisa open channel flow.
b) Drainase bawah tanah (Sub Surface Drainage) adalah saluran drainase yang bertujuan
mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-
pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan tersebut antara lain tuntutan artistik,
tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan
tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman, dan lain-lain.

3. Menurut konstruksi
a) Saluran Terbuka adalah sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya untuk
menampung dan mengalirkan air hujan (system terpisah), namun kebanyakan sistem
saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada pinggiran kota, saluran terbuka ini
biasanya tidak diberi lining (lapisan pelindung). Akan tetapi saluran terbuka di dalam kota
harus diberi lining dengan beton, pasangan batu (masonry) ataupun dengan pasangan
bata.
b) Saluran Tertutup adalah saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan.
Sistem ini cukup bagus digunakan di daerah perkotaan terutama dengan tingkat kepadatan
penduduk yang tinggi seperti kota Metropolitan dan kota-kota besar lainnya.

4. Menurut fungsi
a) Single Purpose adalah saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan saja.
b) Multy Purpose adalah saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis buangan, baik
secara bercampur maupun bergantian.

2.2.3 Pola Jaringan Drainase


Pads sistem jaringan drainase terdiri dari beberapa saluran yang saling berhubungan
sehingga membentuk suatu pola jaringan. Dari bentuk pola jaringan dapat dibedakan sebagai
berikut :
a. Pola Siku
b. Pola Pararel
c. Pola Jaring – Jaring

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 3


2.3 Analisa Hidrologi
Analisa Hidrologi memiliki peran penting dalam melakukan perencanaan bangunan air
dalam bidang pengairan, baik untuk perencanaan irigasi maupun dalam perencanaan saluran
drainase. Salah satu factor yang mempunyai peranan itu adalah data – data hidrologi yang mampu
mempengaruhi keadaan dilapangan. Dengan adanya data hidrologi tersebut, kita dapat mengetahui
besarnya debit rencana sebagai dasar perencanaan bangunan air.

2.4 Curah Hujan


Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode
tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi
evaporasi, runoff dan infiltrasi.

2.4.1 Analisa Curah Hujan


Ada 3 macam cara yang berbeda dalam menentukan tinggi curah hujan rata – rata,
berikut ini metodenya :
a. Metode Rerata Aljabar
b. Metode Polygon Theissen
c. Metode Isohyet

2.5 Analisa Frekuensi


Frekuensi hujan adalah kemungkinan perulangan kejadian atau periode ulang (return
period) curah hujan, run off, maupun banjir rencana. Analisa frekuensi yang dilakukan untuk
memperkirakan / meramalkan curah hujan maksimum digunakan metode :
a. Distribusi Grumbel
b. Distribusi Normal
c. Log Person III
d. Log Normal

2.6 Koefisien Pengaliran (C)


Koefisien pengaliran merupakan nilai banding antara bagian hujan yang membentuk
limpasan langsung dengan hujan total yang terjadi, besaran ini di pengaruhi oleh : Tata guna lahan,
kemiringan lahan, jenis dan kondisi tanah, klomatologi.

2.7 Intensitas Hujan


Intensitas hujan adalah tinggi air hujan persatuan waktu dengan satuan mm/jam. Besarnya
intensitas air hujan yang berbeda –beda disebabkan oleh lamanya hujan atau frekuensi terjadinya
hujan. Adapaun rumus tersebut :
R24 24 2/3
I= (t )
24 c
tc = t0 + td
0,0195
t0 = (L0 . S0 .1/2 )0,77
60

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 4


td = L/(3600.v)

2.8 Debit Air Kotor


Debit air kotor adalah debit yang berasal dari air kotor buangan rumah tangga, bangunan
gedung, instalasi, dan sebagainya. Untuk memperkirakan jumlah air kotor yang akan dialirkan ke
saluran drainase harus diketahui terlebih dahulu jumlah kebutuhan air rata-rata dan jumlah
penduduk daerah perencanaan. Kebutuhan air bersih untuk daerah perencanaan adalah sebesar 150
liter/hari/orang. Air buangan rumah tangga diperhitungkan berdasarkan penyediaan air minumnya.
Diperkirakan besarnya air buangan yang masuk ke saluran pengumpul air buangan sebesar 90%
dari kebutuhan standart air minum.
Sehingga besarnya air kotor adalah :
q = 90%. 150 liter/orang/hari
= 135 liter/orang/hari
= 1,5625 . 10-6 m3/det/orang
Q = (Pn . q) / A

Dengan :
Q = Debit Air Kotor/ha (m3/det/ha)
Pn = Jumlah Penduduk (orang)
q = Jumlah kebutuhan air kotor (m3/det/orang)
A = Luas pemukiman (ha)

2.9 Analisa Hidrolika


Sistem pengaliran melalui saluran terbuka terdapat permukaan air yang bebas (free surface)
di mana permukaan bebas ini dipengaruhi oleh tekanan udara luar secara langsung, saluran terbuka
umumnya digunakan pada lahan yang masih memungkinkan (luas), lalu lintas pejalan kakinya
relatif jarang, beban kiri dan kanan saluran relatif ringan.

3. Metodologi Penelitian
3.1 Data Sekunder
Lokasi Peneltian Evaluasi Kinerja Sistem Drainase Perumahan Manggar di Kecamatan
Koja, Jakarta Utara yang terletak antara 106020’00’’ Bujur Timur 06010’00’’ Lintang Selatan.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 5


Gambar 3.1 Lokasi Studi

a. Peta topografi
Kecamatan Koja seperti halnya dengan kondisi wilayah lainnya yang berada di wilayah
sekitarnya, yang memiliki bentang alam relative datar dengan ketinggian antar 0 – 20 m di atas
permukaan laut, dan berbatasan dengan beberapa wilayah :
a. Sebelah Selatan = Berbatasan dengan wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat dan Jakarta
Timur.
b. Sebelah Timur = Berbatasan dengan wilayah Jakarta Timur dan Kabupaten Bekasi.
c. Sebelah Barat = Berbatasan dengan Kabupaten Tanggerang dan Jakarta Barat.
d. Sebelah Utara = Berbatasan dengan Laut Jawa.

b. Peta tata guna lahan


Berdasarkan pola pengguna lahan yang ada sebagian besar merupakan kawasan perumahan
dan pemukiman dengan luas 101 ha dari luas wilayah kecamatan Koja.

c. Daerah tangkapan air


Daerah tangkapan air (catchment area) adalah daerah tempat curah hujan yang jatuh dan
mengalir menuju saluran. Zona – zona daerah tangkapan air yang telah dibagi, dihitung luasnya
kemudian dipergunakan untuk perhitungan debit pada permukaan.
d. Peta Hidrologi
Potensi hidrologi yang terdapat di dalam Kecamatan Koja secara umum meliputi air tanah
dan air permukaan (sungai/anak sungai), dimana potensi air tanahnya termasuk dalam klasifikasi
cukup baik.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 6


e. Data Curah Hujan
Data curah hujan harian maksimum 10 tahun terakhir. Data curah hujan dalam penelitian
ini yaitu 10 tahun terakhir dari tahun 2013 sampai 2019. Data tersebut yang akan digunakan untuk
mengetahui debit maksimum perencanaan drainase.

3.2 Data Primer


a. Data Penampang Saluran
Saluran eksisting ialah saluran yang sudah ada dilapangan, jenis saluran penampang di
perumahan manggar ialah penampang persegi, jenis konstruksi penampang tersebut yaitu
pasangan beton ukuran 0.80 x 0.80 (m) untuk saluran sekunder.

b. Kondisi Lapangan
Dari beberapa hasil survey lapangan permasalahan – permasalahan yang terjadi yaitu
kondisi saluran yang kurang mengalir, terdapat beberapa sampah, serta penyempitan saluran.

3.3 Langkah – langkah analisis

Mulai

Data Curah Data Saluran


Hujan Drainase

Debit Debit di Saluran


Rencana Drainase

Evaluasi

Kesimpulan

4. Analisa dan Pembahasan

4.1 Evaluasi Penampang Saluran


4.2.1 Analisis Hidrologi
Data curah hujan diambil dari Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Ciputat
yaitu Stasiun Meteorologi Kelas I Maritim Tanjung Priok selama 10 tahun terakhir.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 7


Tabel 4.1 Data Curah Hujan
Curah Hujan Harian Maksimum
Tahun
Sta. Met. Kelas I Maritim Tanjung Priok
2010 210
2011 197
2012 173
2013 161
2014 147
2015 115
2016 98
2017 102
2018 90
2019 118
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Ciputat

Perhitungan curah hujan maksimum ini menggunakan metode rata – rata aljabar dengan rumus
sebagai berikut :
1
R = (R1 + R2 + ⋯ + Rn)
n
1
R = (161)
2
R = 80,5 mm

Tabel 4.2 Analisa Curah Hujan


Curah Hujan Harian Maksimum
Hujan
Tahun Sta. Met. Kelas I Maritim Tanjung
Maksimum
Priok
2010 210 105
2011 197 98,5
2012 173 86,5
2013 161 80,5
2014 147 73,5
2015 115 57,5
2016 98 49
2017 102 51
2018 90 45
2019 118 59
Sumber : perhitungan

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 8


4.2.2 Analisa Frekuensi Curah Hujan
Analisa frekuensi curah hujan menggunakan Metode Gumbel, distribusi gumbel digunakan
untuk analisis data maksimum, misalnya untuk analisis frekuensi banjir.
Tabel 4.3 Analisa Metode Gumbel
Sta. Met. Kelas I (Xi-
Tahun Xi Xr (Xi-Xr)2
Maritim Tj. Priok Xr)
2010 105 105 70,55 34,45 1186,803
2011 98,5 98,5 70,55 27,95 781,2025
2012 86,5 86,5 70,55 15,95 254,4025
2013 80,5 80,5 70,55 9,95 99,0025
2014 73,5 73,5 70,55 2,95 8,7025
2015 57,5 57,5 70,55 -13,05 170,3025
2016 49 49 70,55 -21,55 464,4025
2017 51 51 70,55 -19,55 382,2025
2018 45 45 70,55 -25,55 652,8025
2019 59 59 70,55 -11,55 133,4025
Jumlah 705,5 4133,225
Sumber : perhitungan

a. Perhitungan Harga Rata – Rata


𝑋𝑖 705,5
Xr = = = 70,55 𝑚𝑚
𝑛 10

b. Perhitungan Deviasi Standar


2
∑n
i=1(Xi−Xr)
Sx = √
n−1
4133,225
Sx = √
10−1
Sx = √459,25
Sx = 21,43 mm

c. Perhitungan Nilai Faktor Frekuensi


Untuk nilai n = 10, maka didapat nilai Yn, Sn dan Yt, yaitu :
Yn = 0,495
Sn =0,949
Yt 2 tahun = 0,497
Yt 5 tahun =1,500
Nilai K (standar variable) untuk harga – harga ekstrim Gumbel dapat dinyatakan dalam persamaan:

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 9


Yt−Yn
k=
Sn
0,497−0,495
k 2 tahun = = 0,002
0,949
1,500−0,495
k 5 tahun = = 1,058
0,949

d. Hitung hujan dalam periode ulang T tahun


Xt = Xr + (K.Sx)
Xt 2 tahun = 70,55 + (0,002 × 21,43) = 70,59 mm
Xt 5 tahun = 70,55 + (1,058 × 21,43) = 93,22 mm

Tabel 4.4 Nilai Curah Hujan Rencana


No Periode Ulang (Th) Distribusi Gumbel
1 2 70,59
2 5 93,22
Sumber : perhitungan

4.2.3 Daeah Pengaliran dan Koefisien Aliran


Daerah tangkapan hujan sangat tergantung terhadap kondisi lahan/tanah yang ada.
Dibawah merupakan gambaran Luas Daerah Pengaliran dan Koefisien Aliran disekitar. Luas
daerah sekitar ditetukan berdasarkan tata guna lahan wilayah studi dan disekitarnya.

Gambar 4.1 Luas Daerah Pengaliran dan


Koefisien Aliran di sekitar Studi

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 10


4.2.4 Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi dihitung berdasarkan persamaan berikut ini :
to+td
Tc =
60
nd
to = (2/3 × 3,28 × Lo . ) 0,167
√s
L
td =
60 . V
sebagai contoh untuk bangunan :
0,200
to bangunan = (2/3 × 3,28 × 17,0 × ) 0,167
√0,01
= 2,05 menit
80
td =
60 × 1,50
= 0,89 menit
2,05+0,89
Tc =
60
= 0,049 jam

4.2.5 Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan dihitung menggunakan metode mononobe, dengan
rumus sebagai berikut :
R24 24 n
I= ( )
24 t
Nilai R24 didapat dari hasil Frekuensi Curah Hujan, yaitu :
R24 2 tahun = 70,59 mm
R24 5 tahun = 93,22 mm

Selanjutnya, nilai-nilai tersebut dimasukan dalam perhitungan berikut untuk mendapatkan nilai I
periode ulang T tahun.
70,59 24
I 2 tahun = )2/3
( = 187,76 mm
24 0,049
93,22 24 2/3
I 5 tahun = ( ) = 241,35 mm
24 0,049

4.2.6 Debit Rencana


Metode rasional adalah salah satu metode untuk menentukan debit aliran permukaan yang
diakibatkan oleh curah hujan, yang umumnya merupakan suatu dasar untuk merencanakan debit
saluran drainase. Secara sistematis dapat ditulis menggunakan persamaan:
QT = 0,278.C.I.A
Salahsatu contoh perhitungan debit aliran tersier (t1) Nilai C dan A diambil dari hasil perhitungan
Cacthment area dan koefisien pengaliran, yaitu:
C = 0.4

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 11


ΣA = 1360 m2 = 0,00136 km2
Nilai I diambil dari hasil pembacaan grafik intensitas curah hujan, yaitu :
I 2 tahun = 113 mm/jam
I 5 tahun = 130 mm/jam
Selanjutnya, nilai-nilai tersebut dimasukan dalam perhitungan berikut untuk mendapatkan nilai I
periode ulang T tahun.
Q 2 tahun = 0,278 x 113 x 0,50 x 0,00136 = 0,021 m3/detik
Q 5 tahun = 0,278 x 130 x 0,50 x 0,00136 = 0,025 m3/detik

4.2.7 Analisa Hidrolika

Perhitungan saluran eksisting tersier

h = 0,40 m h = 0,40 m

b = 0,60 m
b = 0,60 m Sumber: Data Lapangan
a. Luas Penampang (A)
A=b×h
A = 0,60 × 0,40
A =0,24 m2
b. Keliling basah (P)
P = b + 2h
P = 0,60 + (2 × 0,40)
P = 1,4 m2
c. Jari – jari hidrolis (R)
A
R=
P
0,24
R=
1,4
R = 0,17 m
d. Kecepatan aliran (V)
2 1
1
V= × R3 × S 2
n
2 1
1
V= × 0,173 × 0,022
0,015
V =2,894 m/detik
e. Debit saluran (Q)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 12


Q=A×V
Q = 0,24 × 2,894
Q = 0,695 m3/detik

Perhitungan saluran eksisting sekunder

h=4m h=4m

b = 2,6 m
b = 2,6 m
Sumber : Data Lapangan

a. Luas Penampang (A)


A=b×h
A = 2,6 × 4
A =10,4 m2
b. Keliling basah (P)
P = b + 2h
P = 2,6 + (2 × 4)
P = 10,6 m2
c. Jari – jari hidrolis (R)
A
R=
P
10,4
R=
10,6
R = 0,98 m
d. Kecepatan aliran (V)
2 1
1
V= × R3 × S 2
n
2 1
1
V= × 0,983 × 0,022
0,015
V =9,302 m/detik
e. Debit saluran (Q)
Q=A×V
Q = 10,4 × 9,302
Q = 96,75 m3/detik
Berdasarkan data diatas didapatkan hasil aman dan tidak aman, dimana untuk saluran tersier 1
sampai dengan tersier 7 aman, sedangkan untuk tersier 8 dan 9 dinyatakan tidak aman, maka dapat
dilihat tabel dibawah ini :

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 13


Tabel 4.5 Perbandingan Kapasitas Eksisting dan Debit Rencana Tersier dan Sekunder
QS QT m3/detik
Saluran QS> QT
m3/detik 2 tahun 5 tahun
T 0,695 0,732 0,973 Tidak aman
S 96,75 97,72 98,39 Tidak aman
Sumber : perhitungan

4.2.8 Rencana Perbaikan Penampang Saluran


Rencana perbaikan penampang saluran dilakukan untuk mencegah terjadinya genangan
akibat saluran yang tidak mampu menampung debit yang mengalir. Dalam perencanaan dimensi,
penulis memberikan beberapa pilihan yang dapat diambil setelah dilakukan perhitungan
berdasarkan faktor yang dapat dilihat dilapangan, dimensi saluran diperbesar namun tipe saluran
direncanakan ulang.
Saluran Rencana Sekunder

1. Saluran rencana sekunder untuk periode ulang 2 tahun


Data – data :
Qt = 97,72 m3/detik
Kemiringan saluran eksisting
h1 = 3,74 m, h2 = 1,58 m
∆h = h1 – h2 = 2,16 m
∆L = 184 m′
S = ∆h / ∆L = 0,0117
Koefisien kekerasan manning (n) beton = 0,015

Penampang Persegi Ekonomi


Q=A×V
1 h 2 1
Q=B×h× × ( )3 × S 2
n 2
1 h 2 1
97,72 = 2h × h × × ( )3 × 0,0142
0,015 2
h 2
97,72 = 2h × h × 66,667 × ( )3 × 0,118
2
h 2
97,72 = 2h2× ( )3 × 7,87
2
2
97,72 h 3
= 2h2 ×
7,87 0,014
8
12,42 = 0,028 ×h3
8
12,42
= h3
0,028

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 14


8 8⁄
3
h3 h = √443,57
h = 4,59 m

Cari lebar dasar saluran B


B = 2h
B = 2 × 4,59 = 9,18 m

w = 0,6 m

h=4m h = 4,59 m H = 5,19 m

b = 2,6 m b = 9,18 m

Penampang Eksisting Penampang rencana

2. Saluran rencana sekunder untuk periode ulang 5 tahun


Data – data :
Qt =98,39 m3/detik
Kemiringan saluran eksisting
h1 = 3,74 m, h2 = 1,58 m
∆h = h1 – h2 = 2,16 m
∆L = 184 m′
S = ∆h / ∆L = 0,0117
Koefisien kekasaran manning (n) = 0,015

Penampang persegi ekonomis


Q=A×V
1 h 2 1
Q=B×h× × ( )3 × S 2
n 2
1 h 2 1
98,39 = 2h × h × × ( )3 × 0,0142
0,015 2
h 2
98,39 = 2h2 × 66,667 × ( )3 × 0,118
2
h 2
98,39 = 2h2 × ( )3 × 7,87
2
2
98,39 h 3
= 2h2 ×
7.87 0,014
8
12,51
= h3
0,028

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 15


8 8⁄
3
h3 h = √446,79
h = 4,6 m
Cari lebar dasar saluran B
B = 2h
B = 2 × 4,6 = 9,2 m

w = 0,6 m

h=4m h = 4,6 m H = 5,2 m

b = 2,6 m b = 9.2 m

Penampang Eksisting Penampang rencana

Tabel 4.6 Rencana Saluran Sekunder

Periode Saluran (QS) Persegi Tinggi


Konstruksi
ulang S8 B (m) h (m) Jagaan (m)
2 Tahun Beton 97,72 9,18 4,59 0,6
5 Tahun Beton 98,39 9,2 4,6 0,6
Sumber : perhitungan

5. Kesimpulan dan Saran


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh beberapa kesimpulan yang diharapkan
dapat memenuhi maksud dan tujuan dari Tugas Besar Sistem Drainase. Adapun kesimpulan yang
diperoleh antara lain :
1. Berdasarkan analisa frekuensi curah hujan menggunakan metode gumbel dengan periode
ulang 2 dan 5 tahun diperoleh nilai curah hujan yaitu R2tahun = 70,59 mm dan R6tahun = 93,22
mm.
2. Intensitas curah hujan yang digunakan adalah intensitas curah hujan hasil pembacaan grafik
lengkung IDF (Insentity Duration Frequency) untuk waktu konsentrasi rencana.
3. Dari beberapa hasil analisis perhitungan kapasitas penumpang saluran sebagian saluran tidak
dapat menampung dimana QS < QT, seperti S QS = 96,75 m3/detik untuk QT2Tahun = 97,72
m3/detik QT5Tahun = 98,39 m3/detik.
4. Hasil evaluasi Debit Rencana dan Debit Eksisting saluran drainase mikro periode ulang 2
tahun dan 5 tahun di peroleh hasil QS < QT maka dapat disimpulkan bahwa drainase tersebut
tidak layak digunakan, sehingga dari beberapa perhitungan ulang didapatkan dimensi saluran

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 16


yang cukup menampung debit banjir dengan menggunakan dimensi ekonomis yaitu
penampang persegi dengan ukuran B = 9,18 m; h = 4,59 m; tinggi jagaan = 0,6 m dengan
kapasitas debit 97,72 m3/detik untuk saluran kala ulang 2 tahun dan penampang persegi B =
9,2 m; h = 4,6 m; tinggi jagaan = 0,6 m dengan kapasitas debit 98,39 m3/detik untuk kala ulang
5 tahun, kondisi ini untuk mengatasi saluran sekunder. Dengan kondisi lahan yang sempit
maka jenis konstruksi yang digunakan adalah beton.
5. Penyebab meluapnya banjir ini karena beberapa faktor seperti terdapat beberap sampah, curah
hujan, serta debit air yang masuk kurang mengalir, terjadinya penyempitan penampang di
ujung saluran.

5.2 Saran
Saran dari penulis yang bermanfaat, yaitu :
1. Perlu adanya operasi pemeliharaan untuk setiap perumahan agar terpelihara dengan baik.
2. Sistem drainase harus disesuaikan dengan kondisi lapangan. Perhatikan sistem drainase
wilayah administrasi sekitar.
3. Perlu adanya sumur resapan di setiap rumah untuk mengurangi Direct Run Off.

DAFTAR PUSTAKA
Dewan Standarisasi Nasional. 1994. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3434. Jakarta
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Penerbit Andi
Wesli. 2009. Drainase Perkotaan. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu

Lampiran

Saluran Eksisting Teriser

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 17


Saluran Eksisting Sekunder

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 18

Anda mungkin juga menyukai