Anda di halaman 1dari 11

MODUL PERKULIAHAN

Drainase dan
Sanitasi
Lingkungan
Review Materi

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

15
Teknik Sipil Teknik Sipil P111700018 Fahmi, ST, MT,.

Abstract Kompetensi
Mahasiswa mampu melakukan Dampak pembangunan kota.
analisis Dampak pembangunan
kota.
1. Pendahuluan
Drainase adalah sarana atau prasarana untuk mengalirkan air, dari suatu tempat ke tempat lain
dengan beda tinggi tertentu sehingga air dapat mengalir. Sedangkan drainase perkotaan
adalah prasarana drainase, berupa saluran atau sungai atau saluran buatan yang berada di
dalam wilayah administrasi kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan ke
badan air dan atau ke bangunan resapan buatan, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan
dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.

Jenis -jenis Drainase :

1. Menurut Sejarah Terbentuknya

Drainase Alamiah (Natural Drainase)

Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan bangunan penunjang
seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini
terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan
air yang permanen seperti sungai.

Drainase Buatan (Arficial Drainage)

Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan –
bangunan khusus seperti selokan pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan
sebagainya.

2. Menurut Letak Bangunan

Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)

Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air
limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open chanel flow.

Drainase Bawah Permukaan Tanah (Subsurface Drainage)

Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media dibawah
permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan itu antara lain
Tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran
di permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain.

3. Menurut Fungsi

Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan,
misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya seperti limbah domestik, air
limbah industri dan lain – lain.

01 Drainase dan Sanitasi Lingkungan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Fahmi, ST, MT,. http://www.mercubuana.ac.id
Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan
baik secara bercampur maupun bergantian.

4. Menurut Konstruksi

Saluran Terbuka. Yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang
terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan
yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan.

Saluran Tertutup, yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran kotor
(air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di
kota/permukiman.

Pada dasarnya, saluran drainase perkotaan adalah salah satu prasarana yang berperan sebagai
pengering dan pengalir air hujan dari suatu wilayah perkotaan, yang meliputi pemukiman,
kawasan industri dan perdagangan, sekolah, rumah sakit, lapangan olahraga, lapangan parkir,
instalasi militer, instalasi listrik dan telekomunikasi, pelabuhan udara, pelabuhan laut, serta
tempat-tempat lainnya yang merupakan bagian dari sarana kota. Saluran drainase berfungsi
mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif,
seperti banjir. Dengan demikian, saluran drainase dibangun untuk dapat memberikan manfaat
bagi kegiatan kehidupan manusia secara umum.

Karena fungsinya yang bersifat mengalirkan air pada kawasan terbuka, air yang masuk ke
dalam saluran drainase harus bersifat tidak berbahaya dan tidak menyebabkan terjadinya
pencemaran lingkungan. Air buangan yang berasal dari rumah tangga atau sarana umum yang
lain yang tidak berbahaya dan tidak mencemari dapat langsung dibuang di saluran drainase.
Tetapi air limbah yang berasal dari kegiatan industri yang berpotensi mencemari lingkungan,
sebelum masuk ke saluran drainase, harus diolah dahulu sedemikian rupa, sehingga tidak
akan mencemari. Hanya air yang telah memenuhi baku mutu tertentu yang dapat dimasukkan
ke saluran drainase saja, sehingga tidak merusak lingkungan (Suripin, 2004).

2. Drainase Perkotaan
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi
kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota
(perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut Suripin (2004) drainase mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang atau mengalihkan air. Secara umum drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan
secara optimal. Sistem jaringan drainase perkotaan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu
sistem drainase makro dan sistem drainase mikro, sedangkan saluran drainase dibedakan
menjadi 3 bagian yaitu saluran drainase primer, saluran drainase sekunder dan saluran
drainase tersier (Ayu dkk, 2013 dalam Novrianti, 2015).

01 Drainase dan Sanitasi Lingkungan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Fahmi, ST, MT,. http://www.mercubuana.ac.id
Walaupun hubungan curah hujan dan limpasan tidak di definisikan dengan baik, limpasan
biasanya naik sebanding dengan curah hujan pada dataran drainase (Sutanto, 2006). Teknik
yang digunakan dalam penentuan narasumber dalam wawancara menggunakan teknik
purposive sampling. Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel yang digunakan jika
seorang peneliti memiliki pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya atau terdapat
tujuan tertentu dalam pengambilan sampelnya (Ridwan, 2008).

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi
kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota
(perencanaan infrastruktur khususnya).

Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras,
membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu
kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan
sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Drainase
yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta
cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. (Suhardjono
1984).

Pada sistem drainase yang lengkap, sebelum masuk ke badan air penerima air diolah dahulu
pada instalasi pengolah air limbah (IPAL), khususnya untuk sistem tercampur. Hanya air
yang telah memliki baku mutu tertentu yang dimasukkan ke dalam badan penerima air,
biasanya sungai, sehingga tidak merusak lingkungan (Suripin, 2004).

Menurut Kodoatie, 2003 sistem jaringan drainase di dalam wilayah kota dibagi atas 2 (dua)
bagian yaitu :

1. Sistem Drainase Mayor.

2. Sistem Drainase Minor.

Sasaran Drainase

Sasaran yang harus dicapai oleh program penanganan drainase (fungsional dan program) :

1. Target Nasional (sistem primer dan sistem sekunder: menciptakan lingkungan aman, baik
terhadap genangan maupun luapan sungai, banjir kiriman, dan hujan lokal).

2. Memenuhi basic need (kebutuhan dasar) drainase bagi kawasan hunian dan kota. Untuk
pemenuhan kebutuhan dasar ini, dapat digunakan criteria dan standar yang ada.

3. Memenuhi development need dalam menunjang terciptanya skenario pengembangan kota


untuk kawasan andalan dan menunjang sektor unggulan. Perlu diindikasikan prasarana dan
sarana dasar utama dan penunjang di kawasan tersebut.

Dalam pengembangan sistem drainase harus memperhatikan sektorsektor lain, karena


pembangunan sektor drainase tidak dapat dilepaskan dari pembangunan infrastruktur lainnya,

01 Drainase dan Sanitasi Lingkungan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Fahmi, ST, MT,. http://www.mercubuana.ac.id
termasuk rencana pengembangan daerah, air limbah, perumahan dan tata bangunan serta
jalan kota :

1. Rencana Pengembangan Kota :

Komponen program drainase harus mendukung skenario pengembangan dan pembangunan


kota, serta terpadu dengan rencana pengembangan prasarana lainnya.

2. Air Limbah :

Perencanaan sistem dan jaringan drainase harus mempertimbangkan pengembangan


komponen air limbah, karena kadangkala sistem pembuangan air limah tercampur dengan
sistem drainase.

3. Perumahan Rakyat dan Tata Bangunan :

Sistem penanganan drainase kota harus terkoordinasi dengan penanganan dan pengelolaan
sistem yang disiapkan oleh instansi lain (developer, perumnas dan masyarakat).

4. Jalan Kota :

Sistem drainase jalan yang disiapkan menjadi satu kesatuan dengan komponen jalan
hendaknya disinkronkan dengan sistem yang disiapkan oleh penyusun sistem dan jaringan
dalam komponen drainase.

Sistem drainase harus dikelola melalui kelembagaan di daerah yang memperhatikan hal-hal
berikut ini :

1. Institusi pengelola drainase harus memiliki kejelasan atas tugas, wewenang, dan tanggung
jawabnya.

2. Usulan program penyuluhan harus jelas agar peran serta masyarakat dalam kegiatan
pemeliharaan sarana dan prasarana drainase dapat lebih ditingkatkan.

3. Sanitase Lingkungan
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud
mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan.

Sanitasi Lingkungan adalah salah satu komponen kesehatan lingkungan yang merupakan
perilaku yang disengaja untuk menumbuhkan keanekaragaman hayati yang higienis untuk
mencegah manusia dari kontak pribadi dengan kotoran dan bahan limbah berbahaya lainnya
dengan harapan dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan manusia.

Pengertian Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
perumahan, konstruksi, pembuangan limbah, pasokan air yang higienis, dan sebagainya.
Kesehatan lingkungan di Indonesia masih memprihatinkan. Sanitasi yang belum optimal di
Indonesia ditandai dengan tingginya insiden penyakit menular dan menular pada masyarakat.

01 Drainase dan Sanitasi Lingkungan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Fahmi, ST, MT,. http://www.mercubuana.ac.id
Sanitasi Lingkungan sangat memilih keberhasilan berdasarkan paradigma pembangunan
kesehatan lingkungan dalam 5 tahun ke depan yang lebih menekankan pada aspek
pencegahan berdasarkan aspek perawatan. Dengan upaya pencegahan yang baik, jumlah
kejadian terkait penyakit yang menggunakan kondisi lingkungan dapat dihalangi. Selain itu,
anggaran yang diharapkan bersifat preventif juga relatif lebih terjangkau daripada upaya
pengobatan penyakit, banjir, pangkalan sungai, penyumbatan saluran sungai, aliran di saluran
sungai.

Aspek dasar sanitasi lingkungan

Terdapat dua aspek dasar yang harus diperhatikan dalam sanitasi lingkungan, yaitu:

1. Faktor lingkungan

Faktor ini bisa disebut sebagai kondisi lingkungan yang akan berdampak pada ada atau
tidaknya penyakit, misalnya jentik nyamuk. Faktor ini juga memperhatikan soal
kemungkinan lingkungan tersebut menjadi agen transmisi penyakit itu sendiri. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalan faktor lingkungan ini adalah :

Tempat penampungan kotoran manusia

Penampungan limbah

Saluran pembuangan limbah rumah tangga maupun sampah yang dapat menjadi agen
transmisi penyakit

Suplai air bersih untuk rumah tangga

Saluran air bersih itu sendiri

Kondisi perumahan.

2. Praktik sanitasi

Aspek lain dari sanitasi lingkungan yang tak kalah penting adalah praktik higienitas itu
sendiri. Ini merupakan gabungan dari kebersihan pribadi, kebersihan rumah tangga, hingga
kebersihan komunitas. Cara menerapkan sanitasi lingkungan yang baik.

Sanitasi lingkungan berangkat dari kebersihan pribadi yang baik. Dalam hal ini, Anda harus
menerapkan pola hidup bersih, seperti mencuci tangan dengan sabun setelah ke toilet maupun
menggunakan masker ketika sakit agar tidak menularkan virus kepada orang lain.

Di level komunitas atau lingkungan, terdapat beberapa praktek sanitasi yang dapat dilakukan
bersama-sama anggota masyarakat lain, misalnya:

Memperhatikan penempatan septic tank

01 Drainase dan Sanitasi Lingkungan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Fahmi, ST, MT,. http://www.mercubuana.ac.id
Menempatkan tempat pembuangan kotoran manusia maupun limbah tidak berdekatan dengan
sumber air bersih. Hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi air bersih dari bakteri
berbahaya yang terdapat pada kotoran tersebut.

Mengolah sampah dengan baik

Untuk sampah padat, usahakan tempat pembuangannya jauh dari jangkauan anak-anak.
Pastikan juga sampah dibersihkan secara berkala mengingat tumpukan sampah merupakan
‘area bermain’ dari binatang pengerat maupun lalat yang membawa penyakit.

Setiap rumah harus menyediakan tempat sampahnya sendiri. Bila perlu, masyarakat juga
memiliki tong sampah khusus untuk sampah organik yang bisa didaur ulang menjadi pupuk
kompos.

Jangan ada selokan mampet

Selokan yang lancar adalah bagian krusial pada sanitasi lingkungan. Pasalnya, selokan
tergenang merupakan tempat ideal bagi nyamuk yang menjadi vektor penyakit demam
berdarah, malaria, maupun chikungunya, untuk berkembang biak.

Bila di lingkungan Anda terdapat kuburan, pastikan kuburan tersebut juga dijaga
kebersihannya. Area kuburan ini biasanya berhubungan dengan tradisi maupun kebiasaan di
tengah masyarakat sehingga pengelolaannya bisa disesuaikan dengan kesepakatan adat
maupun aturan pemerintah setempat.

4. Perencanaan Sistem Drainase


Dasar-dasar perencanaan sistem drainase, meliputi :

1. Kriteria Desain :

• Periode Ulang Hujan (PUH).

• Perhitungan Debit Banjir.

• Waktu Konsentrasi.

• Perubahan PUH.

• Tinggi Hujan Rencana.

• Koefisien Limpasan.

• Koefisien Storasi.

• Intensitas Hujan.

01 Drainase dan Sanitasi Lingkungan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Fahmi, ST, MT,. http://www.mercubuana.ac.id
• Luas Daerah Pengaliran.

• Tata Guna Lahan saat ini dan pengembangannya di masa mendatang.

• Karakteristik tanah dan bangunan di atasnya.

• Kemiringan tanah dan bentuk daerah pengaliran.

• Pengaruh DPS Parsial.

2. Kriteria Hidrolis :

• Kapasitas Saluran.

• Kecepatan Aliran.

• Kemiringan Saluran dan Talud Saluran.

• Penampang Saluran.

• Ambang Bebas.

• Perlengkapan Saluran.

• Street Inlet.

• Bangunan Terjunan.

• Terjunan Miring.

• Gorong-goromg.

• Perubahan saluran.

• Pertemuan saluran.

• Belokan.

• Pintu Air.

• Bangunan pembuangan.

3. Profil Aliran.

4. Usaha Konservasi Sumber Daya Air.

5. Analisis Hidrologi.

6. Analisis Curah Hujan :

• Penentuan Stasiun Utama.

01 Drainase dan Sanitasi Lingkungan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Fahmi, ST, MT,. http://www.mercubuana.ac.id
• Koreksi Kualitas dan Kuantitas Data.

• Analisis Curah Hujan Maksimum.

• Pemilihan Model Distribusi.

• Analisis Intensitas Hujan.

• Pendekatan Matematis Intensitas Hujan.

7. Usulan Perencanaan Sistem Drainase meliputi :

• Prinsip Pengaliran Sungai.

• Cara Penyaluran.

• Jalur Saluran.

• Bentuk Dan Keadaan Saluran.

• Upaya Konservasi Sumber Daya Air.

• Penentuan Alternative Jalur Saluran.

• Perhitungan Detail Pengelolaan Air Hujan.

• Evaluasi Dampak Hujan Langsung.

5. Kecepatan Aliran
Pada materi ke 5 terdapat contoh pembahasan masalah dari mulai menghitung curah hujan
sampai dengan kecepatan aliran. Dalam mata kuliah Drainase dan Sanitase lingkungan
menitik beratkan pada kasus drainasenya.

Sebuah Saluran dengan nilai koefisien pengaliran (n) 0,745. Intensitas hujan (I) 3532,56
mm/jam. Luas daerah Pengaliran (A) 51096,22 m2.

01 Drainase dan Sanitasi Lingkungan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Fahmi, ST, MT,. http://www.mercubuana.ac.id
Jawaban

Qr = (1/3,6) x 0,745 x 3532,56 x (0,005 + (109,622x10^6)

= (1/3,6) x x 0,745 x 3532,56 x 0,005109622

= 3,7353 m³/dtk

Kemiringan talud = 1:1,5

Kemiringan dasar saluran = 0,01%

V = 1/n (R^2/3) (S^1/2)

Rumus Debit

Luas trapesium = ½ x (base1+base2) x tinggi = ½ x (3,496+1,7) x 1,5 = 3,897

Q=AxV

V = Q / A = 3,655/3,897 = 0,938 m/dt

01 Drainase dan Sanitasi Lingkungan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 Fahmi, ST, MT,. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

1. Triana Susanti dan Muh. Henrie S. Perencanaan Pengendalian Sedimen Waduk

Selorejo.

2. Dr. Ir. Rosmina Zuchri, MT. Modul Rekayasa Hidrologi. Fakultas Teknik Sipil,

Universitas Mercu Buana.

3. Bambang Triatmodjo. Hidrologi Terapan. Beta Ofset. 2008. Ir. Hadi Susilo, MM.

Modul Rekayasa Hidrologi. Fakultas Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana.

4. Linsley Kohler Paulhus. Applied Hydrology. Tata McGraw-Hill Publishing Company

Limited. 1975.

5. Sri Harto Br. Analisis k. Penerbit ITB Bandung.1993.

6. Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M.Eng. dan Ir. Sugiyanto, M.Eng. Banjir; Beberapa

Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Pustaka

Pelajar.Yogyakarta. 2002.

7. Dr. Ir. Suripin, M.Eng. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan.

Andi. Yogyakarta. 2004.

8. Kriteria Perencanaan (KP) 01-07. Standart Perencanaan Irigasi. Direktorat Jenderal

Pengairan. Departemen Pekerjaan Umum. 1986.

9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya

Air. PT. Mediatama Saptakarya. 2204.

01 Drainase dan Sanitasi Lingkungan Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11 Fahmi, ST, MT,. http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai