Disusun Guna Memenuhi Tugas Sumberdaya Lingkungan dan Syarat Mengikuti Ujian
Akhir Semester II (Dua)
Dosen Pengampu :
Ir. Agung Sugiri, M.P.St
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Lenny Supita Sari (21040117120016)
Muhammad Safrul (21040117120042)
Vita Wahyu Utami (21040115130081)
Muharyo Ihsanto (21040115130113)
Ruth Ester E. S. (21040115120019)
Lenny Supita Sari, M. Safrul, Vita Wahyu Utami, Muharyo Ihsanto, Ruth Ester E. S.
21040117120016, 21040117120042, 21040115130081, 21040115130113,
21040115120019
ABSTRAK
IV. KESIMPULAN
Kawasan tembalang sebenarnya merupakan kawasan konservasi yang digunakan
sebagai salah satu kawasan resapan air. Pengaruh jumlah penduduk yang semakin padat di
kawasan tembalang menyebabkan adanya alih fungsi lahan dikawasan tersebut. Lahan
terbangunpun mulai mendominasi kawasan tersebut yang mengakibatkan berkurangnya
daerah resapan air. Drainase sekunder yang telah dibuat sudah tidak lagi dapat menampung
limpasan air hujan karena rusaknya saluran tersebut. Kurannya kontroling akibat akses
yang sulit karena saluran merupakan drainase tertutup beton merupakan salah satu
penyebabnya. Akibatnya, setiap hujan dating pun banyak kawasan yang mengalami
genangan. Dampak yang dapat ditimbulkan pun tidak hanya kerugian fisik namun juga
sosial, butuh kesadaran masyarakat untuk menyelesaikan maalah ini, namun masyarakat
masi acuh karena dampak yang di rasakan masi belum terasa begitu besar bagi mereka.
Berdasarkan kondisi tersebut, terdapat beberapa solusi yang penulis coba berikan,
antara lain:
1) Pengerukan sedimen drainase. Pengerukan sedimen dilakukan agar aliran air
dapat mengalir dengan lancar dan memaksimalkan debit air yang bisa dialirkan.
2) Penyusunan kembali sistem drainase. Aliran drainase dari wilayah perkampungan
hingga saluran akhir perlu dipastikan kejelasannya, sehingga dapat dilakukan
pendeteksian wilayah yang memiliki potensi banjir.
3) Pembenahan drainase secara menyeluruh. Sejauh ini, pembenahan dilakukan
hanya bila terjadi kerusakan tanggul dan yang menyebabkan banjir secara
langsung di musim hujan. Pembenahan drainase tidak dilakukan pada drainase
yang sebenarnya menjadi penyebab banjir secara tidak langsung.
4) Penyusunan masterplan drainase kota yang sustainable atau berkelanjutan.
Perencanaan yang diharapkan tidak hanya untuk beberapa tahun namun juga
sampai 50 tahun ke depan.
V. DAFTAR PUSTAKA
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta : Andi
Infiniferro, Maria. 2012. Sistem Drainase. Dalam www.maria.co.id Diakses pada 04
juli 2018
Julis, Yulistian. 2013. Pengembangan Sistem Drainase Berkelanjutan Dikawasan
Sekitar.
Andriani. Yusica. 2017. Dalam indonesiana.tempo.co. Diakses Pada 25 Mei 2018
Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum no 269/KPTS/M/2006.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 12 /Prt/M/2014
Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan.