Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL ILMIAH

DRAINASE YANG TIDAK SESUAI SNI, TIMBULKAN BANJIR DI


TEMBALANG

Disusun Guna Memenuhi Tugas Sumberdaya Lingkungan dan Syarat Mengikuti Ujian
Akhir Semester II (Dua)

Dosen Pengampu :
Ir. Agung Sugiri, M.P.St

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Lenny Supita Sari (21040117120016)
Muhammad Safrul (21040117120042)
Vita Wahyu Utami (21040115130081)
Muharyo Ihsanto (21040115130113)
Ruth Ester E. S. (21040115120019)

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
DRAINASE YANG TIDAK SESUAI SNI, TIMBULKAN BANJIR DI
TEMBALANG

Lenny Supita Sari, M. Safrul, Vita Wahyu Utami, Muharyo Ihsanto, Ruth Ester E. S.
21040117120016, 21040117120042, 21040115130081, 21040115130113,
21040115120019

Departemen Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas


Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang 50239, Telp : (024) 7474770, Fax : (024)
7460060.

ABSTRAK

Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan


air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau
lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai
usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui sistem drainase dari kawasan Tembalang . Tembalang
merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Semarang bagian atas, dimana
kawasan tersebut merupakan kawasan perbukitan yang seharusnya menjadi daerah
resapan air. Beriringan dengan pesatnya perkembangan kawasan tembalang, drainase
kawasan tersebutpun mulai terganggu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi persoalan yang timbul akibat tidak layaknya saluran drainase dan
merumuskan solusi untuk penyelesaian masalah saluran drainase yang tidak sesuai
melalui penataan wilayah maupun kawasan yang sesuai.

Kata Kunci: Drainase; Banjir; Air Permukaan.


I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap kawasan pasti nantinya akan mengalami urbanisasi, urbanisasi akan
berpengaruh dalam berbagai aspek salah satunya ialah aspek ekonomi yang didukung
dengan adanya pembangunan. Pembanguan yang baik tetap harus memperhatikan
lingkungan sekitar. Adanya urbanisasi juga berpengaruh pada kepadatan yang terjadi
didalan kawasan tersebut. Adanya tambahan penduduk berimbas pada pengurangan
lahan terbuka, sehingga hal tersebut juga berpengaruh dalam berkurangnya daerah
resapan air.
Daerah resapan air merupakan komponen penting, karena merupakan wadah
penampung air hujan. Air hujan yang jatuh nantinya akan masuk kedalam daerah
resapan dan mengalir kepermukaan tanah, sedangkan apabila daerah resapan air tidak
tersedia, maka air hujan yang tidak tertampung, akan mengalir menggenangi jalan.
Salah satu kawasan yang kami jadikan contoh kasus ialah kawasan tembalang.
Kawasan yang merupakan salah satu kecamatan di kota Semarang. Kawasan
tembalang yang mengalami urbanisasi pun telah mengalami banyak perubahan, bisa
dilihat dari banyaknya pendatang yang menduduki kawasan tersebut. Semakin
banyak penduduk maka semakin banyak lahan yang diperlukan tempat tinggal
maupun fasilitas umum lainnya. Pendatang pada kawasan tembalang didominasi oleh
kalangan pelajar karena adanya perguruan tinggi negri yang menjadi faktor penyebab
adanya urbanisasi pada kawasan tembalang.
Kawasan Tembalang pun mulai ditumbuhi banyak bangunan kos-kosan
apartemen, warung makan dan lain – lain sehingga banyak lahan yang harus dialih
fungsikan. Kawasan tembalang menerapkan sistem drainase tertutup permanen yang
ditutupi dengan cor sehingga dapat dijadikan lapak pkl ataupun lahan parkir.
Tertutupnya drainase permanen menyebabkan susahnya tahap kontroling, sehingga
masalah maupun kerusakan yang terjadi pada sistem darinase tidak terlalu
dipedulikan. Sehingga semakin memperburuk keadaan sistem drainase. Hal tersebut
lah yang menyebabkan banyaknya masalah lingkungan yang disebabkan tidak
lancarnya maupun rusaknya saluran drainase. salah satu masalah lingkungan yang
ditimbulkan yaitu banjir, banjir terus menggenangi beberapa wiayah di kawasan
tembalang, misalnya Jl. Sirojudin, Jl. Banjarsari dan Prof Soedarto. Peran masyarakat
dalam hal ini sangat dibutuhkan.
1.2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode observasi tidak
langsung atau penelusuran literatur. Peneliti menggunakan metode ini, cara
pengambilan datanya dengan membaca buku atau jurnal dari penelitian terdahulu
yang ada di internet dan perpustakaan Planologi Universitas Diponegoro untuk
mengambil data yang sesuai dengan penelitian yang sedang dilakukan peneliti.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan artikel ini ialah untuk mengetahui kondisi drainase di
kawasan tembalang. Tujuan khusus dari penulisan makalah ialah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi persoalan yang timbul akibat tidak layaknya saluran drainase
b. Merumuskan solusi untuk penyelesaian masalah saluran drainase yang tidak
sesuai melalui penataan wilayah maupun kawasan yang sesuai.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Landasan Normatif
2.1.1. Drainase
Prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air dan
atau ke bangunan resapan buatan. contoh dari drainase yaitu,
 Drainase jalan, prasarana yang dapat bersifat alami maupun buatan yang
berfugsi untuk memutuskan dan menyalurkan air permukaan maupun bawah
tanah, biasanya menggunakan bantuan gaya grafitasi, yang terdiri atas
saluran samping dan gorong – gorong ke badan air penerima atau tempat
peresapan buatan. Contoh, sumur resapan air hujan atau kolam drainase,
tampungan sementara.
 Drainase permukaan. (1) sarana untuk mengalirkan air, dari suatu tempat ke
tempat lain; (2) suatu Jaringan saluran yang umumnya berbentuk saluran
terbuka yang berfungsi untukMengalirkan air hujan dari suatu daerah
pelayanan ke tempat pembuangan yang umumnya berbentuk badan air; (3)
prasarana yang dapat bersifat alami atau buatan yang berfungsi untuk
memutuskan dan menyalurkan air permukaan maupun air tanah,biasanya
menggunakan bantuan gaya gravitas.
2.1.2. Sistem Drainase
Serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau
membuang. Kelebihan air dari suatu kawasan ke badan air atau tempat
peresapan buatan. Bangunan sistem drainase dapat terdiri atas saluran penerima,
saluran pembawa air berlebih, saluran pengumpul dan badan air penerima.
2.1.3. Sistem Drainase Permukaan Jalan
 Sistem drainase permukaan berfungsi untuk mengendalikan limpasan
air hujan di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak
merusak konstruksi jalan, seperti kerusakan karena air banjir yang
menimpa atas perkerasan jalan atau kerusakan pada badan jalan akibat
erosi.
 Sistem drainase jalan harus meperhitungkan debit pengaliran dari
saluran samping jalan yang memanfaatkan saluran samping jalan
tersebut untuk menuju badan air atau resapan buatan. Suatu sistem
drainase permukaan jalan terdiri atas kemiringan melintang perkerasan
dan bahu jalan, saluran samping jalan,drainase lereng dan gorong –
gorong.
 Suatu sistem drainase jalan pada daerah yang memilik perkerasan yang
bersifat lolos air atau pun retak yang memungkinkan air untuk terserap
kedalam badan jalan.
2.1.4. Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan
Upaya merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengoperasikan,
memelihara, memantau, dan mengevaluasi sistem fisik dan non fisik
drainase perkotaan. Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan menganut
sistem pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air
limbah pada wilayah perkotaan. Studi Kelayakan Sistem Drainase
Perkotaan disusun untuk mengukur tingkat kelayakan rencana
pembangunan prasarana dan sarana Sistem Drainase Perkotaan di suatu
wilayah pelayanan ditinjau dari aspek teknis, ekonomi dan lingkungan.
 Kelayakan teknis dimaksud dengan harus memenuhi persyaratan
hidrologi, hidrolika, kekuatan dan stabilitas struktur, ketersediaan
material, dapat dilaksanakan dengan sumber daya manusia dan
teknologi yang ada, dan kemudahan pelaksanaan Operasi dan
Pemeliharaan.
 Kelayakan ekonomi dianalisis berdasarkan harga optimal, manfaat
langsung dan tidaklangsung dari terbangunnya sarana dan Prasarana
Drainase perkotaan.
 Kelayakan lingkungan harus memenuhi persyaratan studi Analisis
Mengenai DampakLingkungan atau Usaha Pengelolaan
Lingkungan/Usaha PemantauanLingkungan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2.1.5. Peran Masyarakat
Peran masyarakat dapat berupa:
 menyediakan sumur resapan, kolam tandon, kolam retensi, sesuai
dengan karakteristik kawasan;
 mencegah sampah dan air limbah masuk ke saluran;
 melakukan pemeliharaan dan pembersihan drainase lokal di
lingkungannya;
 mencegah pendirian bangunan di atas saluran dan jalan inspeksi;
 mengelola sistem drainase kawasan secara swadaya; dan/atau
 menyampaikan informasi tentang penanganan drainase kepada
pemerintah kabupaten/kota.
2.2. Landasan Teoritis
Drainase berasal dari bahasa Inggris “drainage” yang mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang atau mengalirkan air. Drainase juga dapat
diartikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi
dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. (Suripin, 2004)
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem
guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam
perencanaan kota. Drainase dapat berwujud parit di permukaan tanah atau gorong-
gorong di bawah tanah dengan berbagai ukuran.Sistem drainase yang mempunyai
jaringan saluran pembuangan yang sama, baik untuk air genangan atau air limpasan
yang telah diolah.Sasaran penyediaan sistem drainase dan pengendalian banjir
meliputi:
 Penataan sistem jaringan drainase primer, sekunder, dan tersier melalui
normalisasi maupun rehabilitasi saluran guna menciptakan lingkungan yang
aman dari genangan, luapan sungai, banjir kiriman, maupun hujan lokal.
 Pemenuhan kebutuhan dasar (basic need) drainase bagi kawasan hunian dan
kota.
 Pemenuhan kebutuhan pembangunan (development need) dalam menunjang
terciptanya pengembangan kota yang menunjang sektor unggulan dan
berpedoman pada Rancana Tata Ruang dan Wilayah.
Perencanaan drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsi drainase
perkotaan sebagai parasarana kota yang dilandaskan pada konsep pembangunan
yang berwawasan lingkungan. Konsep ini antara lain berkaitan dengan sumberdaya
air, yang ada prinsipnya adalah mengendalikan air hujan supaya banyak meresap
dalam tanah dan tidak banyak terbuang sebagai aliran, antara lain membuat :
bagunan resapan buatan, kolam tandon, penataan landscape dan sempadan.

2.3. Keadaan Drainase Kawasan Tembalang


Tembalang merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah semarang
bagian atas, dimana kawasan tersebut merupakan kawasan perbukitan yang
seharusnya menjadi daerah resapan air. beriringan dengan pesatnya perkembangan
kawasan tembalang, drainase kawasan tersebutpun mulai terganggu. Adanya
perguruan tinggi negri yang dibangun dikawasan tersebut membawa banyak
perubahan. Perubahan yang signifikan terjadi dalam bidang ekonomi digambarkan
dengan makin banyaknya pembangunan. Bangunan kos – kosan, rumah makan,
hingga apartemen menjamur untuk menfasilitasi banyaknya mahasiswa yang
berpindah di kawasan tersebut. Hal- hal yang seperti itu menyebabkan
berkurangnya daerah resapan air. air hujan yang jatuh tidak lagi dapat meresap
kedalam permukaan melainkan beralih menjadi air limpasan. Keadaan drainase di
kawasan tembalang sebagian besar merupakan drainase yang tertutup oleh cor dan
mengalami alih fungsi, misalkan parkiran. Sehingga sulit untuk dilakukan
kontroling. Kurangnya kontroling tersebut mengakibatkan rusaknya atau
tersumbatnya drainase hal tersebut yang menjadi salah satu faktor banjir di kawasan
daerah tembalang, misalya di jl sirojudin,prof soedarto, jl banjarsari. kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya drainase serta partisipasi masyarakat
untuk menjaga lingkungan juga menjadi salah satu faktor penduduk rusaknya
drainase kawasan tembalang. Hal tersebut terlihat dari budaya kerja bakti warga
tembalang yang sekarang mulai terkikis.
III. PEMBAHASAN
Sistem drainase di Tembalang ada dua jenis yaitu sitem drainase primer yaitu
saluran yang menampung air hujan dan limbah yang langsung terhubung kesungai
yang berada di dekat kawasan Kampus UNDIP. Sedangkan drainase sekunder ialah
saluran yang berada dipingir – pinggir jalan dimana saluran tersebut berguna untuk
menampng limpasan air hujan, agar tidak menggenang dijalan. Pembangunan
drainase dikawasan tembalang kurang memperhatikan volume limpasan air hujan
dan limbah rumah tangga. Bertambahnya lahan terbangun makin meningkatkan
koefisien air larian. Bahkan ada beberapa kawasan pemukiman penduduk yang
belum mempunyai saluran air, sehingga untuk limbah langsung ketanah.
Selain itu masalah drainase di kawasan temabalang ialah kondisi drainase yang
kurang diperhatikan sehingga mengalami sendimentasi, yang dapat menyebabkan
pendangkalan dalam saluran air tersebut. Akibatnya volume air limpasan yang bisa
ditampung pun makin berkurang. Kawasan tembalang sendiri sebenarnya merupakan
salah satu kawasan konservasi untuk daerah resapan air. Namun karena
perkembangan penduduk yang semakin bertambah maka alih fungsi lahanpun terjadi
pada kawasan ini. hal tersebutlah yang mengurangi daerah – daerah yang harusnya
menjadi resapan air. Dampak dari hal tersebut salah satunya ialah banjir kiriman
untuk daerah semarang bawah. Mengingat kawasan Tembalang merupakan salah
satu kawasan yang memiliki topografi dataran tinggi.
Namun disini kesadaran masyarakat masi perlu disoroti karena banyak
masyarakat yang kurang tanggap dalam memperbaiki masalah ini. Jika hubungkan
lagi dampak yang ditimbulkan dari drainase yang kurang memenuhi standar ini juga
dapat mengarah pada bidang kesehatan, misalnya maraknya DBD karena nyamuk
yang berkembang akibat genangan. Serta pencemaran lingkungan terutama sungai
yang menjadi drainase primer akibat dari terganggunya saluran drainase sekunder,
dan masih banyak lagi. Masyarakat di tembalang masi menganggap masalah ini
sepele karena belum begitu banyak kerugian yang mereka dapatkan untuk masalah
ini.
Masyarakat masih banyak yang belum mengetahui kegunaan dari adanya
saluran drainase, kegunaan saluran drainase ialah :
1. Mengeringkan daerah yang tergenang
2. Mengendalikan erosi tanah, serta kerusakan jalan akibat genangan
3. Mengurangi resiko banjir akibat air hujan yang berlebih
Perlu adanya edukasi kepada masyarakat mengenai manfaat serta dampak yang
ditibulkan oleh drainase sehinggan masyarakat pun diharapkan dapat berperan aktif
dalam menjaga saluran drainase. Jika dilihat realitasnya sekarang ada beberapa titik
yang telah mengalami banjir saat hujan akibat dari drainase yang tidak memenuhi
standart SNI, seperti Jl. Sirojudin, Jl. Banjarsari, serta Jl. Prof. Soedarto, namun
penenganan secara maksimal masi belum terlihat, malah tekesan dibiarkan.

IV. KESIMPULAN
Kawasan tembalang sebenarnya merupakan kawasan konservasi yang digunakan
sebagai salah satu kawasan resapan air. Pengaruh jumlah penduduk yang semakin padat di
kawasan tembalang menyebabkan adanya alih fungsi lahan dikawasan tersebut. Lahan
terbangunpun mulai mendominasi kawasan tersebut yang mengakibatkan berkurangnya
daerah resapan air. Drainase sekunder yang telah dibuat sudah tidak lagi dapat menampung
limpasan air hujan karena rusaknya saluran tersebut. Kurannya kontroling akibat akses
yang sulit karena saluran merupakan drainase tertutup beton merupakan salah satu
penyebabnya. Akibatnya, setiap hujan dating pun banyak kawasan yang mengalami
genangan. Dampak yang dapat ditimbulkan pun tidak hanya kerugian fisik namun juga
sosial, butuh kesadaran masyarakat untuk menyelesaikan maalah ini, namun masyarakat
masi acuh karena dampak yang di rasakan masi belum terasa begitu besar bagi mereka.
Berdasarkan kondisi tersebut, terdapat beberapa solusi yang penulis coba berikan,
antara lain:
1) Pengerukan sedimen drainase. Pengerukan sedimen dilakukan agar aliran air
dapat mengalir dengan lancar dan memaksimalkan debit air yang bisa dialirkan.
2) Penyusunan kembali sistem drainase. Aliran drainase dari wilayah perkampungan
hingga saluran akhir perlu dipastikan kejelasannya, sehingga dapat dilakukan
pendeteksian wilayah yang memiliki potensi banjir.
3) Pembenahan drainase secara menyeluruh. Sejauh ini, pembenahan dilakukan
hanya bila terjadi kerusakan tanggul dan yang menyebabkan banjir secara
langsung di musim hujan. Pembenahan drainase tidak dilakukan pada drainase
yang sebenarnya menjadi penyebab banjir secara tidak langsung.
4) Penyusunan masterplan drainase kota yang sustainable atau berkelanjutan.
Perencanaan yang diharapkan tidak hanya untuk beberapa tahun namun juga
sampai 50 tahun ke depan.
V. DAFTAR PUSTAKA
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta : Andi
Infiniferro, Maria. 2012. Sistem Drainase. Dalam www.maria.co.id Diakses pada 04
juli 2018
Julis, Yulistian. 2013. Pengembangan Sistem Drainase Berkelanjutan Dikawasan
Sekitar.
Andriani. Yusica. 2017. Dalam indonesiana.tempo.co. Diakses Pada 25 Mei 2018
Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum no 269/KPTS/M/2006.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 12 /Prt/M/2014
Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan.

Anda mungkin juga menyukai