Anda di halaman 1dari 18

Nama Kelompok: 1.

Dimas Ajie Pamungkas (17050724019)


2.Aula Umar Wachid I. (17050724022)
3.Nanda Putri Ningtias (17050724030)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan dalam
memenuhi salah satu persyaratan teknis prasarana jalan. Saluran drainase jalan raya
berfungsi untuk mengalirkan air yang dapat mengganggu pengguna jalan, sehingga
badan jalan tetap kering. Pada umunya saluran drainase jalan raya adalah saluran
terbuka dengan menggunakan gaya gravitasi untuk mengalirkan air menuju outlet.
Distribusi aliran dalam saluran drainase menuju outlet ini mengikuti kontur jalan
raya, sehingga air permukaan akan lebih mudah mengalir secara gravitasi.
Semakin berkembangnya suatu daerah, lahan kosong untuk meresapkan air
secara alami akan semakin berkurang. Permukaan tanah tertutup oleh beton dan
aspal, hal ini akan menambah kelebihan air yang tidak terbuang. Kelebihan air ini
jika tidak dapat dialirkan akan menyebabkan genangan. Dalam perencanaan
saluran drainase harus memperhatikan tata guna lahan daerah tangkapan air
saluran drainase yang bertujuan menjaga ruas jalan tetap kering walaupun terjadi
kelebihan air, sehingga air permukaan tetap terkontrol dan tidak mengganggu
pengguna jalan.
Genangan di ruas jalan masih sering terjadi di beberapa kota, khususnya kota
padat penduduk. Genangan di ruas jalan akan mengganggu masyarakat yang
menggunakan ruas jalan tersebut untuk melakukan aktivitas perekonomian. Jika
masalah genangan tersebut tidak teratasi, maka dapat memungkinkan terjadi
bencana yang lebih besar sehingga merugikan masyarakat setempat baik harta
benda maupun nyawa.
Banjir merupakan fenomena alam dimana terjadi kelebihan air yang tidak
tertampung oleh jaringan drainase di suatu daerah sehingga menimbulkan
genangan yang merugikan. Kerugian yang diakibatkan banjir seringkali sulit diatasi
baik oleh masyarakat maupun instansi terkait. Banjir disebabkan oleh berbagai
macam faktor yaitu kondisi daerah tangkapan hujan, durasi dan intesitas hujan,
land cover, kondisi topografi, dan kapasitas jaringan drainase.
Banjir di daerah perkotaan memiliki karakteristik yang berbeda dengan banjir
pada lahan/alamiah. Pada kondisi di alam, air hujan yang turun ke tanah akan
mengalir sesuai kontur tanah yang ada ke arah yang lebih rendah. Untuk daerah
perkotaan pada umumnya air hujan yang turun akan dialirkan masuk ke dalam
saluran-saluran buatan yang mengalirkan air masuk ke sungai. Kontur lahan yang
terdapat di daerah perkotaan direncanakan agar air hujan yang turun mengalir ke
dalam saluran-saluran buatan tadi. Ada kalanya, kapasitas saluran tersebut tidak
mencukupi untuk menampung air hujan yang terjadi, sehingga mengakibatkan
terjadinya banjir.
Kasus-kasus banjir di daerah perkotaan memiliki beberapa masalah yang perlu
dicermati lebih lanjut. Arah aliran yang terjadi tidak lagi sepenuhnya bergantung
pada kondisi topografi lahan, karena adanya bangunan-bangunan yang
menghalangi arah aliran air. Aliran yang terjadi berubah arah karena membentur
bangunan dan mengakibatkan arah aliran memantul atau berbelok baik ke kiri
maupun kekanan.
Banjir juga merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia,
khususnya di kota Surabaya. Banjir yang terjadi di kota Surabaya, Jalan Jetis Kulon
disebabkan oleh kapasitas saluran drainase yang tidak mencukupi lagi untuk
mengalirkan debit air hujan yang berlebihan dan ini diperparah lagi karena saluran
drainasenya tersumbat karena sampah dan kotoran lainnya, misalnya sedimentasi.
Akibatnya, air meluap ke jalan dan rumah-rumah penduduk.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem drainase yang terdapat pada daerah Jetis Kulon Surabaya?
2. Bagaimana pengaruh sistem drainase terhadap peristiwa banjir yang terjadi
pada daerah Jetis Kulon Surabaya?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan mendapatkan informasi terkait sistem drainase yang
terdapat pada daerah Jetis Kulon Surabaya.
2. Untuk mengetahui pengaruh sistem drainase terhadap peristiwa banjir yang
terjadi di daerah Jetis Kulon Surabaya.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Drainase
Drainase saluran terbuka adalah sistem saluran yang permukaan airnya
terpengaruh dengan udara luar (atmosfir). Drainase saluran terbuka biasanya
mempunyai luasan yang cukup dan digunakan untuk mengalirkan air hujan
atau air limbah yang tidak membahayakan kesehatan lingkungan dan tidak
mengganggu keindahan. Saluran ini yang lebih cocok untuk drainase air hujan
yang terletak didaerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk
drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu
lingkungan.
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem
guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting
dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Drainase secara
umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk
mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu.
Drainase berasal dari bahasa Inggris drainage yang mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, sistem
drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi
untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau
lahan, sehingga lahandapat difungsikan secara optimal.
Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air
tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan salah satu
cara pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu daerah, serta
cara-cara penaggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari perasana
umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota
yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Saluran terbuka berfungsi untuk
menyalurkan air yang belum tercemar atau kualitasnya tidak membahayakan.
Lokasinya terletak pada daearh yang masih tersedia lahan seta tidak pada
daerah yang sibuk.

B. Tujuan Drainase
Drainase memiliki beberapa tujuan antara lain sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan permukiman.
2. Pengendalian kelebihan air permukaan dapat dilakukan secara aman,
lancar dan efisien serta sejauh mungkin dapat mendukung kelesatarian
lingkungan.
3. Dapat mengurangi/menghilangkan genangan-genangan air yang
menyebabkan bersarangnya nyamuk malaria dan penyakit-penyakit lain,
seperti: demam berdarah, disentri serta penyakit lain yang disebabkan
kurang sehatnya lingkungan permukiman.
4. Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana-sarana fisik antara lain:
jalan, kawasan permukiman, kawsaan perdagangan dari kerusakan serta
gangguan kegiatan akibat tidak berfungsinya sarana drainase.
5. Menjamin kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
6. Melindungi alam dan lingkungan seperti tanah, kualitas udara dan
kualitas air.
7. Menghindari bahaya, kerusakan materil, kerugian dan beban-beban lain
yang disebabkan oleh amukan limpasan banjir.
8. Memperbaiki kualitas lingkungan.
9. Konservasi sumber daya air.
C. Fungsi Drainase
Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain:
1. Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga
lahan dapat difungsikan secara optimal.
2. Sebagai pengendali air ke permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki
daerah becek, genangan air/banjir.
3. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
4. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
5. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana
banjir.
6. Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari
genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan
infrastruktur kota dan harta benda milik masyarakat.
7. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar
tidak membanjiri/menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda
masyarakat juga infrastruktur perkotaan.
8. Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat
dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.
9. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.
10. Mengeringkan daerah becek dan genangan air.
11. Mengendalikan akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan.
12. Mengendalikan erosi, keruskaan jalan dan bangunan-bangunan.

D. Analisa Frekuensi Curah Hujan


Distribusi frekuensi figunakan untuk memperoleh probabilitas besaran
curah hujan rencana dalam berbagai periode ulang. Dasar perhitungan distribusi
frekuensi adalah parameter yang berkaitan dengan analisis data yang meliputi
rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi, dan koefisien skewness
(kecondongan atau kemencengan).

E. Drainase Permukaan
Fungsi drainase permukaan pada konstruksi jalan raya pada umumnya
berfungsi sebagai berikut:
1. Mengalirkan air hujan/air secepat mungkin keluar dari permukaan jalan dan
selanjutnya dialirkan lewat saluran samping menuju saluran pembuangan
akhir.
2. Mencegah aliran air yang bersala dari daerah pengaliran sekitar jalan masuk
ke daerah perkerasan jalan.
3. Mencegah keruskaan lingkungan di sekitar jalan akibat aliran air.

F. Sistem Drainase Permukaan


Sistem drainase permukaan pada prinsipnya terdiri dari:
1. Kemiringan melintang pada perkerasan jalan dan bahu jalan.
2. Selokan samping.
3. Gorong-gorong.
4. Saluran penangkap.

G. Prinsip-prinsip Umum Perencanaan Drainase


1. Daya guna dan hasil guna (efektif dan efisien).
Perencanaan drainase haruslah sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas
drainase sebagai penampung, pembagi dan pembuang air dapat sepenuhnya
berdaya guna dan berhasil guna.
2. Ekonomis dan aman
Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase haruslah mempertimbangkan faktor
ekonomis dan faktor keamanan.
3. Pemeliharaan
Perencanaan drainase haruslah mempertimbangkan pula segi kemudahan
dan nilai ekonomis dari pemilihan sistem drainase tersebut.
BAB III
HASIL PEMBAHASAN

A. Permasalahan
Dari observasi yang dilakukan pada tanggal 20 Februari 2020 pukul 16.00
WIB dengan lama hujan rata-rata satu jam, ketinggian genangan yang terjadi
mencapai mata kaki orang dewasa atau sekitar 18 cm. Air dalam saluran keluar
melalui lubang inlet karena tinggi muka air dalam saluran berada di atas
permukaan jalan. Sedangkan saluran drainase di sisi kanan jalan tidak dapat
mengalir. Genangan pada ruas jlaan dapat dialirkan ke dalam saluran drainase
jika tinggi muka air dalam saluran drainase berada di bawah permukaan jalan.

Gambar 1.1 Genangan di


daerah Jetis Kulon

Meskipun genangan yang terjadi tiadk sampai menimbulkan kerugian harta


benda maupun nyawa, tetapi kondisi tersebut cukup mengganggu aktivitas
masyarakat. Saluran drainase pada daerah Jetis Kulon tampak tidak memenuhi
fungsi drainase permukiman. Dari permasalahan di atas, penelitian ini akan
mengidentifikasi penyebab permasalahan [ada saluran drainase di daerah Jetis
Kulon Surabaya.

B. Batasan Masalah
Batasan dari penelitian ini adalah:
1. Area penelitian di Jalan Jetis Kulon Surabaya, Jawa Timur.
2. Analisis saluran drainase di Jalan Jetis Kulon dan sistem drainase di hulu
tersebut.
3. Air yang mengalir dalam saluran drainase bersala dari air hujan, sedangkan
air limbah dan sumber lainnya tidak diperhitungkan.
4. Saluran drainase yang ditinjau berupa saluran terbuka dengan bentuk
saluran trapesium.
5. Stasiun pengukuran hujan yang dijadikan sumber data adalah stasiun Perak
I, Stasiun Gunung Sari, dan stasiun Kenjeran.
6. Wawancara dengan penduduk sekitar yang terdampak banjir.

C. Peta Denah Lokasi


D. Sistem Drainase
Drainase adalah suatu cara pembuangan volume air yang berlebihan yang
tidak dinginkan pada lahan terbuka (lapangan), permukiman dan lain-lain yang
ditimbulkan oleh kelebihan air (genangan) dari air hujan.
Sistem drainase di daerah Jetis Kulon Surabaya yaitu digunakan drainase buatan
(Arficial Drainage) dari pasangan atau beton pracetak dengan bentuk saluran
trapesium.
Sedangkan menurut fungsinya saluran ini termasuk single purpose karena
berfungsi hanya mengalirkan satu jenis air buangan saja yaitu bekas limbah
permukiman atau domestik.

E. Data Saluran Drainase


Data saluran drainase di daerah Jetis Kulon yaitu:
1. Lebar (b) = 54,5 cm
2. Tinggi (h) = 58 cm
3. Tinggi banjir untuk sedimen = ± 70 cm
4. Sedimen = 14,5 cm
5. Durasi banjir = 1-2 jam
6. Durasi tergenang = 1-2 jam
7. Lama surut = 1 jam

F. Pintu Air

Pintu air berfungsi untuk mengatur air di sungai, bendungan penahan


banjir, maupun di tanggul sungai. Bila terjadi banjir, air dikuras dengan cepat.

Lokasi : Gunungsari

Elevasi Permukaan Air : 4,7 meter


G. Hasil Wawancara
1. Nama : Lany Soviana
Jabatan : Warga Jetis Kulon yang telah tinggal lebih dari 8 tahun.

Pewawancara : Berapa ketinggian banjir terparah yang pernah terjadi?


Narasumber : Tinggi banjir terparah yang pernah terjadi di daerah ini
bisa mencapai 25 cm.
Pewawancara : Berapa lama dan hujan seperti apa sehingga wilayah ini
bisa tergenang banjir?
Narasumber : Hujan yang sangat lebat dan kira-kira butuh waktu 2-3 jam
sehingga wilayah ini tergenang banjir. Kalau tidak seberapa
lebat biasanya banjir di beberapa titik saja ± 15 cm.
Pewawancara : Berapa lama waktu yang dibutuhkan agar banjir bisa
surut?
Narasumber : Jika hujan lebat 1 sampai 2 jam namun jika hujan tidak
seberapa lebat maka bisa hanya setengah jam sampai 1 jam.
Pewawancara : Apakah wilayah ini memiliki pompa air banjir atau pintu
air?
Narasumber : Ya, di wilayah ini memiliki pintu air di Rolak

2. Nama : Muhajirin
Jabatan : Ketua RT daerah Jetis Kulon Surabaya

Pewawancara : Berapa ketinggian banjir terparah yang pernah terjadi?


Narasumber : Tinggi banjir terparah yang pernah terjadi di daerah ini
bisa mencapai 20 cm.
Pewawancara : Berapa lama dan hujan seperti apa sehingga wilayah ini
bisa tergenang banjir?
Narasumber : Hujan yang sangat lebat dan kira-kira butuh waktu 2 jam
sehingga wilayah ini tergenang banjir. Kalau tidak seberapa
lebat biasanya banjir di beberapa titik saja ± 12 cm.
Pewawancara : Berapa lama waktu yang dibutuhkan agar banjir bisa surut?
Narasumber : Jika hujan lebat 1 jam namun jika hujan tidak seberapa lebat
maka bisa hanya setengah jam.
Pewawancara : Apakah wilayah ini memiliki pompa air banjir atau pintu
air?
Narusumber : Ya, di wilayah ini memiliki pintu air di Rolak

3. Nama : Deviana
Jabatan : Pedagang makanan kecil di derah Jetis Kulon

Pewawancara : Berapa ketinggian banjir terparah yang pernah terjadi?


Narasumber : Tinggi banjir terparah bisa mencapai 20 cm.
Pewawancara : Berapa lama dan hujan seperti apa sehingga wilayah ini
bisa tergenang banjir?
Narasumber : Hujan yang sangat lebat dan kira-kira butuh waktu 2 jam
sehingga wilayah ini tergenang banjir. Kalau tidak seberapa
lebat biasanya banjir di beberapa titik saja ± 12 cm.
Pewawancara : Berapa lama waktu yang dibutuhkan agar banjir bisa
surut?
Narasumber : Jika hujan lebat 1 jam namun jika hujan tidak seberapa
lebat maka bisa hanya setengah jam.
Pewawancara : Apakah wilayah ini memiliki pompa air banjir atau pintu
air?
Narasumber : Pintu air rolak
4. Nama : Subagyo
Jabatan : Ketau RW Jetis Kulon

Pewawancara : Berapa ketinggian banjir terparah yang pernah terjadi?


Narasumber : Tinggi banjir terparah bisa mencapai 23 cm.
Pewawancara : Berapa lama dan hujan seperti apa sehingga wilayah ini
bisa tergenang banjir?
Narasumber : Hujan yang sangat lebat dan kira-kira butuh waktu 1,5 jam
sehingga wilayah ini tergenang banjir. Kalau tidak seberapa
lebat biasanya banjir di beberapa titik saja ± 15 cm.
Pewawancara : Berapa lama waktu yang dibutuhkan agar banjir bisa
surut?
Narasumber : Jika hujan lebat 1 jam namun jika hujan tidak seberapa
lebat maka bisa hanya setengah jam.
Pewawancara : Apakah wilayah ini memiliki pompa air banjir atau pintu
air?
Narasumber : Ya, pintu air rolak

5. Nama : Suparman
Jabatan : Tukang angkut sampah daerah Jetis Kulon

Pewawancara : Berapa ketinggian banjir terparah yang pernah terjadi?


Narasumber : Tinggi banjir terparah bisa mencapai 28 cm.
Pewawancara : Berapa lama dan hujan seperti apa sehingga wilayah ini
bisa tergenang banjir?
Narasumber : Hujan lebat bisa mencapai 25 cm an namun jika hujan tidak
seberapa lebat 15 cm.
Pewawancara : Berapa lama waktu yang dibutuhkan agar banjir bisa
surut?
Narasumber : Jika hujan lebat 1 jam namun jika hujan tidak seberapa
lebat maka bisa hanya setengah jam.
Pewawancara : Apakah wilayah ini memiliki pompa air banjir atau pintu
air?
Narasumber : Pintu air rolak

6. Nama : Munaroh
Jabatan : Tukang Laundry Jetis Kulon

Pewawancara : Berapa ketinggian banjir terparah yang pernah terjadi?


Narasumber : Tinggi banjir terparah bisa mencapai 28 cm.
Pewawancara : Berapa lama dan hujan seperti apa sehingga wilayah ini
bisa tergenang banjir?
Narasumber : Hujan lebat bisa mencapai 25 cm an namun jika hujan tidak
seberapa lebat 15 cm.
Pewawancara : Berapa lama waktu yang dibutuhkan agar banjir bisa
surut?
Narasumber : Jika hujan lebat 1 jam namun jika hujan tidak seberapa
lebat maka bisa hanya setengah jam.
Pewawancara : Apakah wilayah ini memiliki pompa air banjir atau pintu
air?
Narasumber : Pintu air rolak

7. Nama : Indah Lestari


Jabatan : Warga Jetis Kulon

Pewawancara : Berapa ketinggian banjir terparah yang pernah terjadi?


Narasumber : Tinggi banjir terparah bisa mencapai 28 cm.
Pewawancara : Berapa lama dan hujan seperti apa sehingga wilayah ini
bisa tergenang banjir?
Narasumber : Hujan lebat bisa mencapai 20 cm an namun jika hujan tidak
seberapa lebat 12cm.
Pewawancara : Berapa lama waktu yang dibutuhkan agar banjir bisa
surut?
Narasumber : Jika hujan lebat 1-1,5 jam namun jika hujan tidak seberapa
lebat maka bisa hanya setengah jam.
Pewawancara : Apakah wilayah ini memiliki pompa air banjir atau pintu
air?
Narasumber : Pintu air rolak

8. Nama : Suparjo
Jabatan : Warga Jetis Kulon

Pewawancara : Berapa ketinggian banjir terparah yang pernah terjadi?


Narasumber : Tinggi banjir terparah bisa mencapai 28 cm.
Pewawancara : Berapa lama dan hujan seperti apa sehingga wilayah ini
bisa tergenang banjir?
Narasumber : Hujan lebat bisa mencapai 20 cm an namun jika hujan tidak
seberapa lebat 12 cm.
Pewawancara : Berapa lama waktu yang dibutuhkan agar banjir bisa
surut?
Narasumber : Jika hujan lebat 1-1,5 jam namun jika hujan tidak seberapa
lebat maka bisa hanya setengah jam.
Pewawancara : Apakah wilayah ini memiliki pompa air banjir atau pintu
air?
Narasumber : Pintu air rolak

9. Nama : Kusuma
Jabatan : Warga Jetis Kulon
Pewawancara : Berapa ketinggian banjir terparah yang pernah terjadi?
Narasumber : Tinggi banjir terparah bisa mencapai 28 cm.
Pewawancara : Berapa lama dan hujan seperti apa sehingga wilayah ini
bisa tergenang banjir?
Narasumber : Hujan lebat bisa mencapai 18 cm an namun jika hujan tidak
seberapa lebat 15 cm.
Pewawancara : Berapa lama waktu yang dibutuhkan agar banjir bisa
surut?
Narasumber : Jika hujan lebat 1-2 jam namun jika hujan tidak seberapa
lebat maka bisa hanya 1 jam.
Pewawancara : Apakah wilayah ini memiliki pompa air banjir atau pintu
air?
Narasumber : Pintu air rolak

10. Nama : Marfuad


Jabatan : Warga Jetis Kulon

Pewawancara : Berapa ketinggian banjir terparah yang pernah terjadi?


Narasumber : Tinggi banjir terparah bisa mencapai 28 cm.
Pewawancara : Berapa lama dan hujan seperti apa sehingga wilayah ini
bisa tergenang banjir?
Narasumber : Hujan lebat bisa mencapai 18 cm an namun jika hujan tidak
seberapa lebat 15 cm.
Pewawancara : Berapa lama waktu yang dibutuhkan agar banjir bisa
surut?
Narasumber : Jika hujan lebat 1-2 jam namun jika hujan tidak seberapa
lebat maka bisa hanya 1 jam.
Pewawancara : Apakah wilayah ini memiliki pompa air banjir atau pintu
air?
Narasumber : Pintu air rolak
H. Data Curah Hujan

Tahun Stasiun Perak Stasiun Larangan Stasiun Kedung Cowek


2005 81,5 81,5 90,4
2006 84,8 84,8 99,1
2007 159,3 159,3 125,5
2008 53,2 120,0 215,5
2009 72,3 82,0 180,0
2010 109,4 58,0 156,0
2011 73,0 78,0 141,0
2012 93,7 98,0 116,0
2013 129,3 98,2 128,0
2014 102,7 96,1 147,5
2015 139,6 91,6 130,0
2016 114,4 97,1 140,0
2017 119,0 74,8 110,3

Anda mungkin juga menyukai