DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3A :
PUTRI AMELIA 20031106025
MAGHFIRAH YANA ZAFHA SOLEMAN 20031106023
FIRZINIAABDUL 20031106020
NEVA ORPA BANTI 20031106024
CHRISTINE ANIS 20031106019
SITI HARTINA IKBAL 20031106026
HISKIA SINGAL 20031106021
JOY MANOPO
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tinggal di wilayah dengan curah hujan tinggi membuat orang harus ekstra waspada
terhadap terjadinya banjir. Air yang melimpah bila tidak segera teralirkan dengan baik dapat
menggenang semakin tinggi dan merendam rumah-rumah di sekita rlingkungan tersebut. Di
sinilah peran drainase sangat krusial.
Umumnya daerah pemukiman yang menjadi langgganan banjir memiliki sistem drainase
yang kurangbaik. Oleh sebab itu sistem draina seharus dipersiapkan dan dirancang dengan
tepat saat pembangunan rumah atau pemukiman.
Drainase merupakan salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat
kota agar dapat memiliki kehidupan yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Kehadirannya
sangat penting bagi sebuah kawasan, terutama kawasan perumahan.
Secara sederhana, drainase adalah pembuangan massa air baik secara alami maupun
buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat. Di bidang teknik sipil,
drainase dibatasi sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan agar tidak tergenang. Dari pengertian tersebut,
peran drainase sangatlah penting, terutama ketika kawasan tersebut berada di daerah dengan
curah hujan tinggi.
Untuk perumahan sendiri pengertian drainase menjadi lebih spesifik lagi. Drainase dalam
perumahan adalah sebuah sistem yang mengatur jalur keluar masuknya air, baik air bersih
maupun kotor agar berada pada jalur yang telah ditentukan.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini untuk menghitung debit dari saluran air menggunakan metode rumus
manning.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Sistem Drainase
Drainase yang berasal dari bahasa Inggris yaitu drainage mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase
dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan
air,baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari
suatukawasan atau lahan, sehingga fungsi kawasan atau lahan tidak terganggu
(Suripin,2004).
Selain itu, drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol
kualitasair tanah. Jadi, drainase menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga
airtanah.
Sesuai dengan prinsip sebagai jalur pembuangan maka pada waktu hujan, air
yangmengalir di permukaan diusahakan secepatnya dibuang agar tidak
menimbulkan genangan yang dapat mengganggu aktivitas dan bahkan dapat
menimbulkan kerugian(R. J. Kodoatie,2005).
Adapun fungsi drainase menurutR.J.Kodoatieadalah:
Membebaskan suatu wilayah (terutama yang padat dari permukiman) dari
genangan air, erosi, dan banjir.
Karena aliran lancar maka drainase juga berfungsi memperkecil resiko
kesehatan lingkungan bebas dari malaria (nyamuk) dan penyakit lainnya.
Kegunaan tanah permukiman padat akan menjadi lebih baik karena terhindar
dari kelembaban.
Dengan sistem yang baik tata guna lahan dapat dioptimalkan dan juga
memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah untuk jalan dan bangunan
lainnya.
Sistem drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan
air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu
kawasana atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
(Suripin,2004).
Bangunan dari sistem drainase pada umumnya terdiri dari saluran penerima
(interceptordrain) ,saluran pengumpul(collectordrain), saluran
pembawa(conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima
(receivingwaters).
Menurut R. J. Kodoatie sistem jaringan drainase di dalam wilayah kota dibagi
atas2(dua) bagianyaitu:
Sistem drainase mayora dalam sistem saluran yang menampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air
hujan(CatchmentArea).Biasanya sistem ini menampung aliran yang berskala
besar dan luas seperti saluran drainase primer.
Sitem drainase minor adalah sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase
yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan dimana
sebagian besar di dalam wilayah kota, contohnya seperti saluran atau selokan
air hujan disekitar bangunan. Dari segi kontruksinya sistem ini dapatdibedakan
menjadi sistem saluran tertutup dan sistem saluran terbuka.
1. Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari genangan
sehingga tidak menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan infrastruktur kota dan
harta benda milik masyarakat.
2. Mengalirkan kelebihan air permukaan badan air terdekat secepatnya agar tidak
membanjiri/ menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda masyarakat juga
infrastruktur perkotaan.
3. Mengendalikan sebagiaan air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik.
4. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.
2.3 Jenis-Jenis Drainase
Menurut H.A Halim Hasmar drainase dibedakan menjadi beberapa bagian diantaranya :
A. Menurut sejarah terbentuknya :
1. Drainase Alamiah (Natural Drainage).
Drainase yang terbentuksecaraalami dan tidak terdapat bangunan penunjang seperti bangunan
pelimpah, pasangan batu/ beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan
air yang bergerak karena gravitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti
sungai.
B. Menurut letaksaluran :
1. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage).
Yaitu saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air
limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open channel flow.
C. Menurut fungsi :
1. Single Purpose.
Yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya air hujan sajaa tau air
jenis buangan yang lain seperti limbah domestik, air limbahin dustri dan lain-lain.
2. Multi Puspose
Yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik secara bercampur
maupun bergantian.
D. Menurut Konstruksi :
1. Saluran Terbuka.
Yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak didaerah yang mempunyai
luasan yang cukup, atau pun untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/
mengganggu lingkungan.
2. Saluran Tertutup.
Yaitu saluran yang pada umunya seringdipakai untuk aliran air kotor (air yang mengganggu
kesehatan/ lingkungan) atau untuk saluran yang terletak ditengah kota (Hasmar, Halim ,H.A
.2012, Drinase Terapan ,UIIP ress, Yogyakarta)
Pola–Pola Drainase
Pembuatan saluran drainase disesuaikan dengan keadaan lahan dan lingkungan sekitar, oleh
karena itu dalam perencanaan drainase terdapat banyak pola drainase, yang antara lain :
a. Pola Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai. Sungai
sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di tengah kota.
/ /
\𝑉 = .𝑅 .𝑆
Keterangan:
Kekasaran dasar saluran sangat berpengaruh pada karakteristik aliran, terutama dalam
menghitung kecepatan dan debit aliran. Kekasaran dasar saluran dinyatakan dalam koefisien
kekasaran. Koefisien kekasaran saluran yang digunakan dalam aliran seragam adalah nilai
koefisien kekasaran Manning (n). Banyak penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan nilai
koefisien kekasaran Manning. Pengunaan koefisien kekasaran Manning saat ini hanya didasarkan
n tabel. Sedangkan nilai n tabel Manning hanya disarankan untuk saluran kondisi baik. Penerapan
n tabel Manning pada saluran alami memberikan hasil yang kasar, karena keadaan aliran lebih
banyak tergantung pada faktor yang tidak diketahui.
Media:
Saluran Air
3.3 TahapanPraktikum
Pengumpulan Data
Tahapan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa macam alat antara lain:
smartphone/kamera untuk mengukur kemiringan saluran ai rmenggunakan aplikasi clinometer,
buku dan pulpen untuk menulis data yang diperoleh dan rol meter untuk mengukur Panjang
saluran air (got) dari ujung air masuk hingga ujung keluar air.
data yang diperoleh dilakukan perhitungan dengan rumus manning menggunakan rumus-rumus
yang ada pada excel. Berikut akan dipisah menjadi beberapa bagian pada tabel agar dapat
memberikan informasi, lalu pada tahapan pernyataan seluruh hasil yang diperoleh dari tahapan
sebelumnya dibuat dalam bentuk laporan hasil penelitian dengan beberapa pernyataan
kesimpulan yang dapat diambil dan saran untuk perbaikan hasil penelitian selanjutnya.
BAB IV
Perhitungan saluran trapesium dengan menggunakan rumus manning dapat dilihat pada Tabel
1 berikut ini:
a) Luas Penampang
Luas penampang aliran atau luas penampang basah, A (flow area) adalah luas
penampang aliran yang diambil tegak lurus arah aliran.
Rumus:
A = 𝑏𝑑 + 𝑧𝑑
= 0,0275 + 0,01375
= 0,04125
b) Kecepatan
Untuk mendapatkan kecepatan air pada saluran dihitung dengan menggunakan rumus
manning, yaitu:
Rumus:
.
v=
= 0,006
Keterangan:
n : kekasaran manning
S : kemiringan
C : nilai konstanta
c) Debit
Saluran Perhitungan yang dipakai dalam menghitung kapasitas saluran drainase adalah
menggunakan rumus manning (suripin, 2003:144).
Rumus:
Q = A.v
= 0,041 x 0,006
= 0,0003
Lebar permukaan, T (top width) adalah lebar penampang saluran pada permukaan
aliran ( permukaan bebas ).
Rumus:
T = b+2zD
= 0,1848
e) Keliling Basah
Keliling basah (wetted parameter) adalah panjang garis pertemuan antara cairan dan
batas penampang melintang saluran yan gtegak lurus arah saluran.
Rumus:
P = b + 2d(z2 + 1)1/2
= 0,11 + 0,5
= 0,32
f) Jari-jari Hidrolik
Rumus:
R = A/P
= 0,041 / 0,32
= 0,13
g) Sisi miring
Rumus:
z = e/d
= 0,06 / 0,25
= 0,22
h) Kemiringan
S = 0,03.
Nilai kemiringan didapatkan dari pengukuran menggunakan aplikasi clinometer.
i) Nilai konstanta
C=1
j) Lebar saluran
b = 0,41
k) Kedalaman
d = 0,51
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan pada saluran drainase pada tempat di depan
Fakultas MIPA layak untuk mengaliri debit air yang ada saat ini. Tetapi jika terjadi genangan
air pada lokasi tersebut itu bisa disebabkan adanya kerusakan pada saluran dan adanya sampah
di dalam saluran drainase sehingga menghambat aliran air.
DAFTAR PUSTAKA