Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai


aktivitas, maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus
ada sanitasi yang memadai, misalnya drainase. Dengan adanya drainase tersebut
genangan air hujan dapat disalurkan sehingga banjir dapat dihindari dan tidak
akan menimbulkan dampak gangguan kesehatan pada masyarakat serta aktivitas
masyarakat tidak akan terganggu.
Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi
dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Drainase yaitu
suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah,
serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air
tersebut.
Air hujan pada suatu wilayah harus kita alirkan melalui saluran drainase.
Sistem ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan
lingkungan yang sehat, apalagi di daerah yang berpenduduk padat seperti di
perkotaan. Drainase juga merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang
sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen
penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Secara
umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi
untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau
lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan
sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan

1
salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air yang
tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang
ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari
prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju
kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini
berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan
dan bawah permkaantanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi
sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki
daerah becek, genangan air dan banjir.
Air adalah sumber kehidupan manusia yang harus dijaga kelestariannya.
Namun, permasalahan air adalah permasalahan yang tidak kunjung usai. Segala
bentuk permasalahannya serta sistemnya patut dijadikan permasalahan utama
dalam kehidupan perkotaan, khususnya sistem drainase perkotaan. Banyak yang
menjadi permasalahan dan kendala dalam sistem drainase perkotaan. Mulai dari
sampah, sungai tercemar, pembuangan limbah di saluran drainase, hingga banjir.
Selain itu faktor pertambahan penduduk juga ikut memberikan kontribusi dalam
permasalahan sistem drainase di perkotaan. Pertumbuhan penduduk dan
pembangunan yang begitu cepat menyebabkan perubahan tata guna lahan. Banyak
lahan yang awalnya berupa daerah resapan, kini telah berubah menjadi kawasan
pemukiman, industri, perkantoran dan perdagangan. Dampak yang nyata dari
perubahan tata guna lahan tersebut adalah meningkatnya aliran permukaan
sekaligus menurunkan resapan air tanah. Selanjutnya akibat yang timbul adalah
distribusi air yang timpang antara musim penghujan dengan musim kemarau.
Debit banjir meningkat dan ancaman kekeringan semakin nyata. Bencana banjir
maupun kekeringan telah menimbulkan kerugian yang sangat besar, bahkan juga
memakan korban. Segala permasalahan lingkungan tersebut merupakan tanggung
jawab kita yang harus diselesaikan bersama.

2
1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari tugas drainase ini adalah agar mahasiswa dapat
mengerti dan memahami sistem drainase di perkotaan dan tujuannya, serta bisa
mengaplikasikannya di lapangan.
Tujuan dari tugas untuk memberikan persoalan kepada mahasiswa
sedemikian rupa sehingga mahasiswa tersebut dapat atau mampu untuk
merancang sistem penyaluran air dalam kota, dimana rancangan disesuaikan
dengan kriteria disain dan memenuhi kaidah-kaidah perencanaan.

1.3 Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini agar masalah tidak melebar dan menjauh maka antar
batasan wilayah yaitu sebagai berikut:
a) Studi kasus dilakukan di Gampong Drin Rampak Kecamatan Johan
Pahlawan.
b) Saluran drainase yang dipantau sesuai dengan site plan dari Perumahan di
Desa Drin Rampak Kecamatan Johan Pahlawan.
c) Saluran drainase Komplek PERPUSDA Aceh Barat Merupakan Saluran
terbuka dan Saluran tertutup.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Drainase

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai


sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting
dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Drainase
mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara
umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi
untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau
lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan
sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan
salinitas. Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak
diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang
ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase
adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota
dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih dan sehat.
Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem drainase
yang ada dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan.

Berikut beberapa definisi drainase perkotaan:


1) Drainase perkotaan yaitu ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian  pada
kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial-
budaya yang ada di kawasan kota;
2) Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air
dariwilayah perkotaan yang meliputi daerah permukiman, kawasan industri
danperdagangan, kampus dan sekolah, rumah sakit dan fasilitas umum,
lapanganolahraga, lapangan parkir, instalasi militer, listrik, telekomunikasi,
pelabuhanudara.

4
2.2 Fungsi Drainase Perkotaan

2.2.1 Fungsi Drainase Perkotaan


a) Fungsi Drainase Perkotaan Secara Umum
1) Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah (konservasi
air)
2) Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik
3) Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan sehingga tidak
menimbulkangangguan atau kerugian terhadap lingkungan
4) Mengalirkan air permukaan ke badan air penerima terdekat;
5) Melindungi prasarana dan sarana perkotaan yang sudah terbangun.

b) Fungsi Drainase Perkotaan Berdasarkan Fungsi Layanan


1) Sistem drainase lokal adalah sistem drainase terkecil yang melayanisuatu
kawasan kota tertentu seperti komplek, areal pasar, perkantoran, areal
industry dan komersial. Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggung
jawabmasyarakat, pengembang atau instansi terkait.
2) Sistem drainase utama adalah saluran drainase primer, sekunder,tersier
beserta bangunan pelengkapnya yang menerima aliran dari sistem drainase
lokal. Pengelolaan sistem drainase utama merupakan tanggung jawab
pemerintah kota.

c) Fungsi Drainase Perkotaan Berdasarkan Fisiknya


1) Saluran primer adalah saluran utama yang menerima masukan aliran dari
saluran sekunder dan/atau saluran tersier.Saluran primer bermuara di badan
penerima air.
2) Saluran sekunder adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi
menerima aliran air dari saluran tersier dan limpasan air dari permukaan
sekitarnya, dan meneruskan air ke saluran primer.

5
3) Saluran Tersier adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran
drainase lokal dan meneruskan ke saluran sekunder/primer.

2.2.2 Tujuan Drainase Perkotaan


Tujuan dibangunnya prasarana saluran drainase perkotaan adalah untuk :
1) menjamin kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
2) melindungi alam dan lingkungan seperti tanah, kualitas udara dan kualitas air
3) menghidari bahaya, kerusakan materil, kerugian dan beban-beban lain yang
disebabkan oleh amukan limpasan banjir
4) memperbaiki kualitas lingkungan
5) konservasi sumber daya air.

2.3 Jenis-Jenis Drainase Perkotaan

2.3.1 Menurut Letak Saluran


Jenis Drainase ditinjau berdasarkan dari tata letaknya dapap
dikelonpokkan menjadi :
1) Drainase Permukaan Tanah, yaitu saluran drainase yang berada di atas
permukaan tanah, yang berfungsi untuk mengalirkan air limpasan permukaan.
Analisa alirannya merupakan analisa open channel flow.
2) Drainase Bawah Permukaan, yaitu saluran drainase yang bertujuan
mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di bawah permukaan
tanah karena alasan-alasan tertentu. Alasan tersebut antara lain karena
tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak memperbolehkan adanya saluran
di permukaan tanah, seperti lapangan sepak bola, taman, dan lapangan
terbang.

2.3.2 Menurut Sejarah Terbentuknya


1) Drainase Alamiah

6
sistem drainase yang terbentuk secara alami dan tidak ada unsur campur
tangan manusia. Pada daerah yang belum berkembang, drainase terjadi secara
alamiah sebagai bagian dari siklus hidrologi. Drainase alami ini berlangsung tidak
secara statis, melainkan terus berubah secara konstan menurut keadaan fisik
lingkungan sekitar.

2) Drainase Buatan
saluran drainase yang dibentuk berdasarkan analisis ilmu drainase, untuk
mentukan debit akibat hujan, dan dimensi saluran. Drainase buatan dibagi menjadi

2.3.3 Berdasarkan Tujuan atau Sasarannya


1) Drainase jalan raya
Merupakan salah satu aspek terpenting dalam perencanaan jalan raya
adalah melindungi jalan dari permukaan air dan air tanah. Genangan air di
permukaan jalan memperlambat laju kendaraan dan memberikan andil terjadinya
kecelakaan akibat permukaan jalan yang licin. Berdasarkan fungsinya drainase
jalan dibedakan menjadi drainase permukaan dan drainase bawah permukaan.
(Suripin, 2004)

2) Drainase lapangan
Terbang Sistem drainase yang memadai untuk membuang air permukaaan
dan air dari bawah permukaan pada lapangan terbang merupakan komponen vital
untuk keselamatan pesawat dan umur peerkerasan. Drainase yang tidak memadai
mengakibatkan terbentuknya gelombang pada perkerasan yang membahayakan
pesawat pada saat tinggal landas maupun mendarat. Drainase yang tidak baik juga
dapat mempercepat kerusakan perkerasan. Drainase lapangan terbang berfungsi
untuk membuang air permukaan dan air bawah tanah dari lapangan terbang.
Selain itu, juga berfungsi untuk intersepsi dan mengalirkan air permukaan dan air
tanah yang berasal dari lapangan terbang. (Suripin, 2004) Berdasarkan fungsinya,
drainase lapangan terbang terdiri dari dua bagian, yaitu drainase permukaan dan
drainase bawah permukaan. (Suripin, 2004)

7
3) Drainase lapangan
olahraga adalah yang direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air
hujan pada lapisan tanah, dan tidak boleh terjadi genangan air. Batas antara
keliling lapangan sepakbola dengan jalur atletik harus memiliki collector drain. 

2.3.4 Menurut Konstruksi


a) Saluran Terbuka
sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya untuk menampung dan
mengalirkan air hujan, namun pada umumnya sistem saluran ini berfungsi sebagai
saluran campuran. Pada pinggiran kota, saluran terbuka ini biasanya tidak diberi
lining (lapisan pelindung). Akan tetapi, saluran terbuka di dalam kota harus diberi
lining dengan beton, mansory (pasangan batu).

b) Saluran Tertutup
yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan.
Sistem drainase ini baik untuk diterapkan di daerah perkotaan, terutama dengan
tingkat penduduk yang tinggi. 

2.3.5 Menurut Fungsi


1. Single Purpose yaitu saluran yang berfungsi untuk mengalirkan satu jenis
air buangan saja.
2. Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi untuk mengalirkan beberapa
jenis buangan, baik secara bercampur maupun bergantian.

2.4 Pola Jaringan

8
2.4.1 Siku
Pola siku adalah pola yang dibuat pada daerah yang mempunyai topografi
sedikit lebih tinggi dari pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir
berada akhir berada di tengah kota (Wesli, 2008).

Gambar 2.1 Pola Jaringan Drainase Siku

2.4.2 Pararel
Pola Pararel adalah Pola dimana saluran utama terletak sejajar dengan
saluran cabang. Dengan saluran cabang (sekunder) yang cukup banyak dan
pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat
menyesuaikan diri.

Gambar 2.2 Pola Jaringan Drainase Pararel

2.4.3 Grid Iron

9
Pola Grid Iron merupakan pola jaringan drainase dimana sungai terletak
dipinggiran kota. Sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan dulu pada
saluran pengumpulan.

Gambar 2.3 Pola Jaringan Drainase Grid Iron

2.4.4 Alamiah
Pola Alamiah adalah suatu pola dimana seperti pola siku, dimana sungai
sebagai saluran utama berada ditengah kota namun jaringan saluran cabang tidak
selalu berbentuk siku terhadap saluran utama.

Gambar 2.4 Pola Jaringan Drainase Alamiah

10
2.4.5 Radial
Pola Radial adalah pola jaringan drainase yang mengalirkan air dari usat
sumber air memancar ke berbagai arah, dimana cocok pada daerah berbukit.

Gambar 2.5 Pola Jaringan Drainase Radial

11
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN

3.1 Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfir bumidan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi
dan transpirasi. Pemanasan air samudra oleh sinar matahari merupakan kunci
proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi
kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju,hujan batu, hujan es
dan salju, hujan gerimis atau kabut. pada perjalanan menuju bumi beberapa
presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian
diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus
hidrologi terus bergerak secara kontinu dnegan tiga cara yang berbeda :
 Evaporasi / transpirasi ; air yang ada dilaut, didaratan, disungai, di tanaman
dang sebagainya kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfir) dan
kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan
menjadi bitik – bitnik yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam
bentuk hujan, salju, dan es.
 Infiltrasi / pekolasi ke dalam tanah ; air yang bergerak ke dalam tanah melalui
celah – celah dan pori – pori tanah dan batuan menuju muka air tanah.
 Air permukaan ; air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran
utama dan danau, makin landau lahan dan makin sedikit pori – pori tanah,
maka aliran permukaan semakin besar.

3.2 Analisa Curah Hujan Rencana

Huajn merupakan komponen yang sangat penting dalam analisis hidrologi.


Pengukuran huajn dilakukan selama 24 jam baik secara manual maupun otomatis
dengan cara ini berarti hujan yang diketahui adalah hujan total yang terjadi selama

12
satu hari. Dalam analisa yang digunakan curah hujan rencana, hujan rencana yang
dimaksud adalah hujan harian maksimum yang akan digunakan untuk menghitung
intensitas hujan, kemudian intensitas hujan ini digunakan untuk mengestimasi
debit rencana.
Dalam perancangan sistem drainase data hujan yang diperlukan tidak
hanya data hujan harian, tetapi juga distribusi jam jaman atau ,menitan. Hal ini
akan membawa konsekuen dalam pemilihan data, dan dianjurkan untuk
menggunakan data hujan hasil pengukuran dengan alat ukur otomatis.
Dalam perencanaan saluran drainase periode ulang (retum period) yang
dipergunakan tergantung dari fungsi saluran serta daerah tengkapan hujan yang
akan dikeringkan.

3.3 Analisa Frekuensi Curah Hujan

Distribusi frekuensi digunakan untuk memperoleh probabilitas besaran


curah hujan rencana dalam berbagai periode ulang. Dasar perhitungan distribusi
frekuensi adalah parameter yang berkaitan dengan analaisis data yang meliputi
rata – rata, simpangan baku, koefisien variasi, dan koefisien skewness
(kecondongan atau kemencengan).
Dalam ilmu statistic dikenal beberapa macam distribusi frekuensi yang
banyak digunakan dalam bidang hidrologi. Berikut ini empat jenis distribusi
frekuensi yang paling banyak digunakan dalam bidang hidrologi :
- Distribusi Normal
- Distribusi Log Normal
- Distribusi Log Persoon III
- Distribusi Gumbel

1) Distribusi Normal
Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi Gauss.
Perhitungan curah hujan rencana menurut metode distribusi normal, mempunyai
persamaan sebagai berikut :

13
(1)
Dimana :

(2)

Keterangan :

= Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T- tahunan

= Nilai rata – rata hitung variat

= Fakor frekuensi, merupakan fungsi dan peluang atau periode ulang dan

tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis


peluang.

2) Distribusi Log Normal


Dalam distribusi log normal dan X diubah kedalaman bentuk logaritmik Y
= log X. jika variable acak Y = log X terdistribusi secara normal, maka X
dikatakan mengikuti distribusi Log Normal. Untuk distribusi Log Normal
perhitungan curah huajn rencana menggunakan persamaan berikut ini :

(3)

(4)
Dimana :

= perkiraan niali yang diharapkan terjadi dnegan periode ulang T-tahun

= nilai rata – rata hitung variat

S = deviasi standar nilai variat dan

= factor frekuensi merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan

14
tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis
peluang.

3) Distribusi Log Person III


Perhitungan curah hujan rencana menurut metode Log Person III,
mempunyai langkah – langkah perumusan sebagai berikut :

- Ubah data dalam bentuk logaritmis, X = Log X


- Hitung harga rata – rata :

(5)
- Hitung Harga simpangan Baku

(6)

- Hitung koefisien Kemencengan :

(7)

- Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus :

(8)
Dimana :
K = Variabel standar (standardized Variable) untuk X besarnya tergantung
koefisien kemencengan G

4) Distribusi Gumbel
Perhitungan curah hujan rencana menurut Metode Gumbel mempunyai
perumusan sebagai berikut :

15
(9)
Dimana :

= harga rata – rata sampel

= standar deviasi

Nilai K (Faktor probabilitas) untuk harga – harga ekstrim Gumbel dapat


dinyatakan dalam persamaan :

(10)
Dimana :

= reduced mean yang tergantung jumlah sampel

= reduced standard deviation yang tergantung jumlah sampel

= reduced variate, yang dapat dihitung dengan persamaan

(11)

3.4 Debit Rencana (QT)

3.4.1 Debit Puncak


Untuk menghitung debit puncak rencana digunakan Rasional Method
(RM) dimana data hidrologi memberikan kurva intensitas durasi frekuensi (IDF)
yang seragam dengan debit puncak dari curah hujan rata-rata sesuai wahtu
konsentrasi.

Debit puncak dapat diformulasikan sebagai berikut :


Q = 0,00278 . Cs . C . I . A (12)

16
dimana :
Q = Debit puncak rencana (m3/detik)
I = Intensitas (mm/jam) diperoleh dari IDF curve berdasarkan waktu
konsentrasi
A = Luas catchment area (Ha)
C = Koefisien Pengaliran
Cs = Storage Cofficient

3.4.2 Koefisien Pengaliran (Run Off Cofficient)


Pada saat terjadi hujan pada umunya sebagian air hujan akan menjadi
limpasan dan sebagian mengalami infiltrasi dan evaporasi. Bagian hujan yang
mengalir di atas permukaan tanah dan saat sesudahnya merupakan
limpasan/pengaliran. Besarnya koefisien pengaliran untuk daerah perencanaan
disesuaikan dengan karakteristik daerah pengaliran yang dipengaruhi oleh tata
guna lahan (Land Use) yang terdapat dalam wilayah pengaliran tersebut.
Besarnya koefisien pengaliran dapat dilihat pada tabel 2.1

Dimana C= (13)

Keterngan :
A1, A2 ………. An = Luas masing masing kawasan
C1, C2 ……….. Cn =Nilai C pada tiap kawasan dari table 2.1

Tabel 3.1 : Besarnya Koefisien Pengaliran


KONDISI KOEFISIEN KARAKTERISTIK KOEFISIEN

Pusat Perdagangan 0,70 – 0,95 Permukaan Aspal 0,70 - 0,95


Lingkungan Sekitar 0,50 – 0,70 Permukaan Beton 0,80 – 0,95
Rumah-rumah Tinggal 0,30 – 0,50 Permukaan Batu Buatan 0,70 – 0,85
Kompleks Perumahan 0,40 – 0,60 Permukaan Kerikil 0,15 – 0,35
Daerah Pinggiran 0,25 – 0,40 Alur Setapak 0,10 – 0,85
Apartemen 0,50 – 0,70 Atap 0,75 – 0,95
Indusrti Berkembang 0,50 – 0,80 Lahan Tanah Berpasir :
Industri Besar 0,60 – 0,90 Kemiringan 2% 0,05 – 0,10

17
Taman Pekuburan 0,10 – 0,25 Kemiringan 2-7% 0,10 – 0,15
Taman Bermain 0,10 – 0,25 Bertrap 7% 0,15 – 0,20
Lapangan dan Rel Kereta 0,25 – 0,40 Lahan Tanah Keras :
Daerah Belum Berkembang 0,10 – 0,30 Kemiringan 2% 0,13 – 0,17
Kemiringan 2-7% 0,18 – 0,22
Bertrap 7% 0,25 – 0,35

Sumber : Urban Drainage Guidelines and Design Standards

3.4.3 Koefisien Penampungan


Makin besar Catchment Area, maka perlu adanya gelombang banjir harus
diperhitungkan, untuk itu pengaruh tampungan saluran di saat mengalami puncak
pengaliran debit dihitung dengan menggunakan Rasional Method dengan
mengalikan suatu koefisien daya tampung daerah tangkapan hujan, sehingga
bentuk perhitungan menggunakan Metode Rasional Modifikasi (MRM), besar
koefisien tersebut :

Cs = (14)
dimana :
tc = waktu pengumpulan total (waktu konsentrasi)
td = waktu pengaliran pada saluran sampai titik yang ditinjau

Keterangan :
Rumus Rasional Method sesuai digunakan untuk daerah pengaliran yang kecil
dengan batasan 20 sampai 300 Ha, sedangkan untuk Rasional Modifikasi dapat
digunakan untuk daerah pengaliran sampai 1300 Ha. Sedangkan untuk daerah
pengaliran yang lebih besar dari itu maka digunakan Snyder Synthetic Unit
Hydrograph Method.

3.4.4 Waktu Konsentrasi (tc)


Menurut wesli (2008: 35) pengertian waktu konsentrasi adalah waktu yang
diperlukan untuk mengalirakan air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran
ke titik control yang ditentukan dibagian hilir suatu saluran. Pada prinsipnya
waktu konsentrasi dapat dibagi menjaadi :

18
a. Inlet time ( , yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuyk mengalir di atas

permukaan tanah menuju saluran drainase.

b. Conduit time ( , yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di

sepanjang saluran sampai titik control yag ditentukan dibagian hilir.

Waktu konsentrasi besarnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh factor–


faktor berikut ini :
- Luas daerah pengaliran
- Panjang saluran drainase
- Kemiringan dasar saluran
- Debit dan kecepatan aliran
. Besar waktu konsentrasi dihitung dengan rumus:
tc = to + td (15)
dimana

td = Ls/v dan to = 0,0195 (16)

Keterangan :
tc = waktu konsentrasi (menit)
to = waktu pengaliran air pada permukaan tanah dapat dianalisa
dengan gambar
td = waktu pengaliran pada saluran, besarnya dapat dianalisa dengan
rumus
Ls = jarak aliran dari tempat masuknya air sampai ke tempat yang di
tuju (m)
v = kecepatan aliran (m/detik)
Lo = Jarak antara aliran terjauh diatas permukaan tanah yang dilalui
aliran diatasnya
So = Kemiringan dasar saluran
S1 = Kemiringan dasar saluran yang direncanakan

19
3.4.5 Intensitas Hujan
Instensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan
atau volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan berbeda beda,
tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas hujan
dilakukan dengan cara melakukan analisis data hujan baik dengan cara maupun
secara empiris. Intensitas hujan ialah ketinggian hujan yang terjadi pada suatu
kurun waktu air hujan terkonsentrasi. Biasanya intensitas hujan dihubungkan
dengan durasi hujan jangka pendek misalnya 5 menit, 30 menit, 60 menit dan jam
jaman. Data curah hujan jangka pendek ini hanya dapat diperoleh dengan
menggunakan alat pencatat hujan otomatis.
Di indonesia alat ini sangat sedikit dan jarang, yang banyak digunakan
adalah alat pencatat hujan biasa yang mengukur hujan 24 jam atau disebut hujan
harian. Apabila yang tersedia hanya hujan harian maka intensitas hujan dapat
dihitung menggunakan persamaan Mononobe sebagai berikut :

I= (17)

3.5 Analisa Hidrolika

Zat cair dapat diangkut sari suatu tempat lain melalui bangunan pembawa
alamiah maupun buatan manusia. Bangunan pembawa ini dapat terbuka maupun
tertutup bagian atasnya. Saluran yang tertutup bagian atasnya disebut saluran
tertutup (closed conduits). Sedangkan yang tertutup bagian atasnya disebut
saluran terbuka (open channel).
Pada sistem pengaliran melalui saluran terbuka terdapat permukaan air
yang bebas (free surface) dimana permukaan bebas ini dipengaruhi oleh tekanan
udara luar secara langsung, saluran terbuka umumnya digunakan pada lahan yang
masih memungkinkan (luas), lalu lintas pejalan kakinya relative jarang, beban kiri
dan kanan saluran efektif ringan. Pada sistem pengaliran melalui saluran tertutup
(pipa flow) seluruh pipa diisi dengan air sehingga tidak terdapat permukaan yang

20
bebas, oleh karena itu permukaan tidak secara langsung dipengaruhi oleh tekanan
udara luar, saluran tertutup umumnya digunakan pada daerah yang lahannya
terbatas (pasar, perkotaan), daerah yang lalu lintas pejalan kakinya relative padat,
lahan yang dipakai untuk lapangan parker.
Berdasarkan konsistensi bentuk penampang dan kemiringan dasarnya
saluran terbuka dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Saluran prismatic (prismatic channel), yaitu saluran yang bentuk
penampangnya melintang dan kemiringan dasarnya tetap.
b. Saluran non prismatic (non prismatic channel), yaitu saluran yang bentuk
penampang melintang dan kemiringan dasarnya berubah – ubah.
Aliran pada saluran terbuka terdiri dari saluran alam (natural channel),
seperti sungai – sungai kecil di daerah hulu (pegunungan) hingga sungai besar di
muara, dan saluran buatan (artificial channel), seperti saluran pembuangan,
saluran untuk membawa air ke pembangkit listrik tenaga air, saluran untuk supply
air minum, dan saluran banjir. Saluran buatan dapat berbentuk segitiga, trapezium,
segiempat, bulat, setengah lingkaran, dan bentuk tersusun

Gambar 3.1 Bentuk Bentuk Saluran Drainase

3.6 Bentuk Penampang Saluran Drainase

21
1) Penampang Berbentuk Persegi yang Paling Ekonomis : Jika B adalah lebar
dasar saluran dan h adalah kedalaman air, luas penampang basah A dan
keliling P dapat dituliskan sebagai berikut :
A = Bh (18)

B= (19)

Jari – jari hidraulik :

(20)

3.2 Gambar penampang persegi

2) Penampang Berbentuk Trapesium yang Paling Ekonomis Saluran dengan


penampang melintang bentuk trapezium dengan lebar dasar B, kedalaman
aliran h, dan kemiringan dinding I : , luas penampang melintang A dan
keliling basah P, dapat dirumuskan sebagai berikut :

A = (B + mh)h (21)

P = B + 2h (22)

(23)

Atau

A= (24)

22
3.2 Gambar penampang trapezium

Tabel 3.1 Unsur Geometrik Penampang Hidrolis Terbaik


Keliling Jari-Jari Lebar
Penampang Luas
No Bash Hidraulis Puncak
Melintang (A)
(P) (R) (T)

1 Trapesium 3/3.Y2 6/3.Y ½.Y 4/3.Y

Persegi
2 2Y2 4Y ½Y 2Y
Panjang

3 Segi tiga Y2 4/2.Y 2.Y/4 2Y

Setemgah
4 /2.Y2 Y ½Y 2Y
Linngkaran

3.7 Dimensi Saluran

Perhitungan dimensi saluran didasarkan pada debit harus ditampung oleh


saluran (Qs dalam m3/detik) lebih besar atau sama dengan debit rencana yang
diakibatkan oleh hujan rencana (Qr dalam m3/detik). Kondisi demikian dapat
dirumuskan dengan persamaan berikut :

23
QS ≥ Qr (25)

Debit yang mampu ditampung oleh saluran (Qs) dapat diperoleh dengan
rumus dibawah ini :

Qs = As . V (26)

Dimana :
As = luas penampang saluran (m2)
V = kecepatan rata – rata aliran didalam saluran (m/det)
Kecepatan rata – rata aliran di dalam saluran dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Manning sebagai berikut :

(27)

(28)

Maka
3 4 3/2
S
Q = 12/3.n .V / S (29)

Dimana :
V = kecepatan rata – rata aliran didalam saluran (m/det)
N = Koefisien kekasaran Manning
R = jari – jari hidrolis (m)
S = Kemiringan dasar saluran
As = luas penampang saluran (m3)
P = keliling basah saluran (m)

24
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Perhitungan Intensitas curah hujan tahun 2005 sampai 2014

Data Curah Hujan yang dioeroleh dari Stasiun Cut Nyak Dien Kabupaten
Nagan Raya. Lokasi Perencanaan di Desa Drien Rampak Kabupaten Aceh Barat.

Tabel 4.1 Hasil Uji analisis Distribusi Curah Hujan

Log Log Person


Analisis Normal Gumbel
Normal III
P bar (Nilai Rata Rata) 124.900 4.801 124.900 2.085
S (Standard Deviasi) 31.022 0.240 31.022 0.104
a (Kemencengan) 20330.546 0.006 20330.546 -
Cv (Koefisien Varian) 0.248 0.050 0.248 -
Cs (Koefisien Asimetri) 0.681 0.418 0.681 0.418
b 19829975.572 - 19829975.572 -
Ck (Koefisien Kuartesis) 3.059 2.974 3.059 -

Tabel 4.2 Parameter statistik untuk menentukan jenis distribusi

Tabel
Syarat Syarat Hasil Ket.
Koreksi
Normal Cv ≈ 0   0≈ 0.248 Belum
Ck ≈ 3   3≈ 3.059 Cocok
Log Normal Cs = Cv + 3Cv
3
  0.418 0.760 Belum
Ck = cv +6cv +15cv +16cv +3
8 6 4 2
2.974 3.041 Cocok
Gumbel Cs = 1.14   1.14 0.681  Belum
Ck = 5.4   5.4 3.059  Cocok
Log Person
III Kecuali Ketiga metode Diatas
 

25
Tabel 4.1 Periode Ulang Curah Hujan Rencana Methode Log Person III

Tahun
No KT Log RT RT
Rencana
1 2 -0.0690 2.077829 119.6269
2 5 0.8146 2.170054 147.9294
3 10 1.3181 2.222606 166.9576
4 25 1.8853 2.281815 191.3441
5 50 2.2699 2.321953 209.8714
6 100 2.6572 2.362380 230.3459
7 200 2.9654 2.394544 248.0525

4.2. Menentukan Debit Rencana

Debit Rencana merupakan debit maksimum yang direncanakan dengan


tujuan untuk merencanakan dimensi saluran agar tidak terjadi luapan ketika terjadi
curah hujan maksimum. Dalam merencanakan debit banjir rencana dibutuhkan
seperti nilai Koefisien Penampungan (Storage Coffcient), Koefisien Pengaliran
(Run of Coffecient), Intensitas Curah Hujan, Luas Daerah Aliran Sungai (DAS).

4.1.1 Koefisien Pengaliran (C)

Tabel 4.2 Luasan Masing Masing Kawasan

Luas
Panjang Lahan
Rumah Kantor Perdagangan Pagar Jalan per
Saluran Kosong
kawasan
1-2 184.66 437.74 - 46.53 41.60 259.43 1030.05
2-3 - 577.60 59.00 - 97.94 260.87 1055.138
3–4 676.53 1080.97 323.71 - 325.73 220.19 2781.495
4–8 581.42 - - - 54.34 161.55 1728.428
1–6 66.92 1069.88 578.48 929.70 - 497.18 3283.74
6–7 129.67 413.51 - 1005.28 - 314.71 1953.495
7–8 1535.38 1718.37 - 238.39 82.15 424.96 4154.423
2–5 1430.57 2739.58 538.02 119.14 221.65 194.29 5259.285
5–4 1400.20 1353.29 - - 27.97 233.01 3265.898
6-5 757.98 1073.95 - 572.04 167.96 206.78 2739.78

Tabel 4.3 Tabel Nilai Koefisien yang diperoleh menggunakan persamaan (13)

26
Panjang Lahan Koefisien
Rumah Kantor Perdagangan Pagar Jalan
Saluran Kosong C
1-2 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.5015
2-3 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.4554
3-4 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.4821
4-8 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.3147
1-6 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.6203
6-7 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.7422
7-8 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.4719
2-5 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.4330
5-4 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.4123
6-5 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.5766

LEGENDA

Perumahan

Perdagangan

Perkantoran

Jalan Aspal

Lahan Kosong

Su Drainase
ng
ai
Terbuka
Drainase
Tertutup

Gambar 4.1 Jenis Tutupan Lahan di desa Drien Drien Rampak, Meulaboh

4.1.2 Kemiringan Lahan (S0), Kemiringan dasar Saluran (S1)

27
+6,5
1
+6,3 2
+5,0
+6,0 3 6
5
6,2 +5,8
7
4
+5,9

8
Su
n ga
+5,6
i

Titik Pantauan

Gambar 4.2 Topogarafi Desa Drien Rampak, Meulaboh

Tabel 4.4 Tabel Kemiringan Lahan dan Kemiringan Dasar Saluran

Jarak
Panjang Saluran So S1 Lo (m) L1 (m)
(m)
1-2 54.22 0.00369 0.003689 384.5580 54.2220
2-3 53.68 0.00559 0.005589 330.3360 53.6790
3-4 110.78 0.00090 0.000903 276.6570 110.7765
4-8 80.81 0.00371 0.003713 165.8805 80.8065
1-6 128.90 0.01164 0.011637 430.4355 128.8995
6-7 81.51 0.00982 0.009815 301.5360 81.5070
7-8 134.96 0.00148 0.001482 220.0290 134.9550
2-5 120.02 0.00083 0.000833 354.6495 120.0180
5-4 68.75 0.00436 0.004364 234.6315 68.7510
6-5 57.76 0.02078 0.020777 292.3875 57.7560
Titik Pantauan 85.07  

28
Catatan : Untuk mendapatka Nilai Lo dan So yaitu dengan cara

- Lo saluran (1-2) = Panjang Saluran titik saluran terjauh ke titik

pantauan ( dari titik 1 ke titk Pantauan)

- So saluran (1-2) = Selisih Ketinggian muka tanah dibagi dengan

panjang saluran

4.3. Perhitungan Debit Aliran (Q)

Menghitung debit aliran (Q) dengan langkah-langkah berikut :


1) Hitung intensitas curah hujan Periode ulang 5 tahun menggunakan metode

Analisis Frekuensi Seperti pada Tabel 4.1

2) Tentukan koefisien aliran (C) sesuai kondisi permukaan menggunakan

persamaan (13) seperti yang terlihat pada Tabel 4.3

3) Tentukan jarak dari titik terjauh ke fasilitas drainase (Lo), panjang saluran

(L), dan kemiringan lahan antara elevasi maksimum dan minimum (S) seperti

terlihat pada Tabel 4.4.

4) Hitung waktu konsentrasi (Tc) dengan menggunakan persamaan (15) dan (16).

5) Tentukan Nilai Koefisien Penampungan dari hasil langkah ke 4.

6) Tentukan intensitas curah hujan rencana (Irencana) dengan cara memasukkan

angka waktu konsentrasi (Tc) dan Intensitas Curah Hujan Periode Ulang 5

tahun ( R) ke dalam persamaan (17).

7) Tentukan luas daerah pengaliran (A), didapatkan luas daerah pengaliran lokasi

yang di tinjau per kawasan seperti terlihat pada Gambar 4.2.

29
8) Hitunglah nilai QT dan QS untuk mendapatkan nilai V dimana QT - QS harus
lebih kecil atau sama dengan 0,001. Lakukan Trial and Error hingga selisih
antara QT dan QS sesuai dengan persyaratan.

Tabel 4.5 Data untuk Menentukan QT dan QS


R
Saluran C Lo (m) L1 (m) So S1 A (km2) n
(5Tanun)
1-2 147.9294 0.5015 384.5580 54.2220 0.0037 0.0037 0.0010 0.0150
2-3 147.9294 0.4554 330.3360 53.6790 0.0056 0.0056 0.0011 0.0150
3-4 147.9294 0.4821 276.6570 110.7765 0.0009 0.0050 0.0028 0.0150
4-8 147.9294 0.3147 165.8805 80.8065 0.0037 0.0037 0.0017 0.0150
1-6 147.9294 0.6203 430.4355 128.8995 0.0116 0.0040 0.0033 0.0150
6-7 147.9294 0.7422 301.5360 81.5070 0.0098 0.0037 0.0020 0.0150
7-8 147.9294 0.4719 220.0290 134.9550 0.0015 0.0035 0.0042 0.0150
2-5 147.9294 0.4330 354.6495 120.0180 0.0008 0.0032 0.0053 0.0150
5-4 147.9294 0.4123 234.6315 68.7510 0.0044 0.0044 0.0033 0.0150
6-5 147.9294 0.5766 292.3875 57.7560 0.0208 0.0030 0.0027 0.0150

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan


Td To Qt Qs Cros
Saluran Tc Cs I
(jam) (jam) (m3/det) (m3/det) cek
1-2 0.0241 0.2748 0.2990 0.9612 114.7011 0.0158 0.0158 0.0000
2-3 0.0199 0.2083 0.2282 0.9582 137.3154 0.0176 0.0176 0.0000
3-4 0.0365 0.3667 0.4031 0.9567 93.9749 0.0335 0.0336 0.0000
4-8 0.0328 0.1435 0.1763 0.9148 163.0963 0.0226 0.0226 0.0000
1-6 0.0382 0.1926 0.2308 0.9236 136.2979 0.0713 0.0713 0.0000
6-7 0.0260 0.1563 0.1823 0.9335 159.4989 0.0600 0.0600 0.0000
7-8 0.0442 0.2540 0.2982 0.9310 114.8916 0.0583 0.0583 0.0000
2-5 0.0424 0.4579 0.5003 0.9594 81.3810 0.0494 0.0494 0.0000
5-4 0.0212 0.1761 0.1973 0.9491 151.3424 0.0538 0.0538 0.0000
6-5 0.0185 0.1144 0.1329 0.9350 196.9542 0.0809 0.0809 0.0000

4.4. Perhitungan dimensi saluran

30
Menghitung dimensi saluran dengan mengggunakan langkah-langkah
berikut :
1) Dalam mencari nilai Y dan H, dapat menggunakan persamaan rumus luas

penampang (A) menggunkan persamaan (26) dengan bentuk penampang

Persegi Panjang

2) Setelah mendapat kan Luas Penampang maka untuk Menentukan nilai Y dan

B bisa diperoleh dengan menggunakan persamaan yang terdapat pada

Tabel 3.1.

3) Nilai F (Tinggi jagaan) yaitu 30% dari nilai Y

Tabel 4.7 Dimensi Penampang Saluran Persegi Panjang

Qs V
Saluran A (m2) Y (m) B (m) F (m)
saluran (m/det)
1-2 0.0158 0.6240 0.025361 0.11 0.23 0.03
2-3 0.0334 0.7490 0.044645 0.15 0.30 0.04
3-4 0.0670 0.8440 0.079381 0.20 0.40 0.06
4-8 0.3224 0.6835 0.471632 0.49 0.97 0.15
1-6 0.0713 0.9371 0.076061 0.20 0.39 0.06
6-7 0.1313 0.8717 0.150584 0.27 0.55 0.08
7-8 0.1313 0.8475 0.154884 0.28 0.56 0.08
2-5 0.0653 0.7865 0.082965 0.20 0.41 0.06
5-4 0.2554 0.9023 0.283013 0.38 0.75 0.11
6-5 0.1522 0.8683 0.175246 0.30 0.59 0.09

Catatan : Nilai Qs saluran diperoleh dari nilai Tabel 4.6 dengan menjumlahkan

distribusi saluran lain.

31
4.5. Gambar dimensi penampang saluran

0.04
0.03
0.11 0.15

0.08 0.08
0.08 0.08

0.08 0.25 0.08 0.08 0.30 0.08

Gambar 4.5 Penampang Saluran 1-1 Gambar 4.6 Penampang Saluran 2-3

0.06
0.06

0.20
0.20

0.08
0.08
0.10
0.08

0.08 0.40 0.08 0.08 0.39 0.08

Gambar 4.7 Penampang Saluran 3-4 Gambar 4.8 Penampang Saluran 1-6

0.11

0.49

0.15

0.10

0.15 0.97 0.15

Gambar 4.9 Penampang Saluran 4-8

32
0.08 0.08

0.27 0.28

0.10 0.10

0.10 0.10

0.10 0.56 0.10

0.10 0.55 0.10

Gambar 4.10 Penampang Saluran 6-7 Gambar 4.11 Penampang Saluran 7-8

0.06 0.09

0.20
0.30

0.08
0.10
0.10
0.10

0.08 0.41 0.08 0.10 0.59 0.10

Gambar 4.12 Penampang Saluran 2-5 Gambar 4.13 Penampang Saluran 6-5

0.11

0.38

0.10

0.10

0.10 0.75 0.10

Gambar 4.14 Penampang Saluran 5-4

33
4.6. Bagan Alir

Bagan Alir perhitungan numeris dimensi penampang salauran yang di


perololeh dengan mencoba coba harga V diperlihatkan pada gabar berikut ini.

Mulai

Input Data
R24, Lo, So, L1, S1, C, n, A

V awal

Hitung
Qs

No
Qs = 0.5 (Qs + QT)

Hitung
QT

Hitung No

Qs – QT < Qs = 0.5 (Qs + QT)

=0,001

Hitung
A, Td, To, Tc, Cs, I

Hitung
Input Data
A, Td, To, Tc, Cs, I R24, Lo, So, L1, S1, C, n, A

Selesai

34
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari perhitungan yang telah dilakukan di Desa Drien Rampak Kecamatan


Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat , dengan Intensitas Curah Hujan periode
ulang 5 tahun sebesar 147,929 mm, bentuk penampang melintang yaitu persegi
panjang diperoleh dimensi saluran sebagai berikut.

Saluran Y (m) B (m) F (m)


1-2 0.11 0.23 0.03
2-3 0.15 0.30 0.04
3-4 0.20 0.40 0.06
4-8 0.49 0.97 0.15
1-6 0.20 0.39 0.06
6-7 0.27 0.55 0.08
7-8 0.28 0.56 0.08
2-5 0.20 0.41 0.06
5-4 0.38 0.75 0.11
6-5 0.30 0.59 0.09

35
DAFTAR PUSTAKA

Suripin. 2004. Sistem Drainase PerkotaanYang Berkelanjutan. ANDI.


Yogyakarta.
Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Alfiansyah YBC, 2002 Drainase Perkotaan, Jurusan Teknik Sipil Universitas
Syah Kuala, Banda Aceh
Chow, V.T., Maidment, D.R.,Mays, L.W, 1988, Appied Hydrology, Mc Graw
Hill Book Company

36

Anda mungkin juga menyukai