PENDAHULUAN
1
salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air yang
tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang
ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari
prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju
kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini
berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan
dan bawah permkaantanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi
sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki
daerah becek, genangan air dan banjir.
Air adalah sumber kehidupan manusia yang harus dijaga kelestariannya.
Namun, permasalahan air adalah permasalahan yang tidak kunjung usai. Segala
bentuk permasalahannya serta sistemnya patut dijadikan permasalahan utama
dalam kehidupan perkotaan, khususnya sistem drainase perkotaan. Banyak yang
menjadi permasalahan dan kendala dalam sistem drainase perkotaan. Mulai dari
sampah, sungai tercemar, pembuangan limbah di saluran drainase, hingga banjir.
Selain itu faktor pertambahan penduduk juga ikut memberikan kontribusi dalam
permasalahan sistem drainase di perkotaan. Pertumbuhan penduduk dan
pembangunan yang begitu cepat menyebabkan perubahan tata guna lahan. Banyak
lahan yang awalnya berupa daerah resapan, kini telah berubah menjadi kawasan
pemukiman, industri, perkantoran dan perdagangan. Dampak yang nyata dari
perubahan tata guna lahan tersebut adalah meningkatnya aliran permukaan
sekaligus menurunkan resapan air tanah. Selanjutnya akibat yang timbul adalah
distribusi air yang timpang antara musim penghujan dengan musim kemarau.
Debit banjir meningkat dan ancaman kekeringan semakin nyata. Bencana banjir
maupun kekeringan telah menimbulkan kerugian yang sangat besar, bahkan juga
memakan korban. Segala permasalahan lingkungan tersebut merupakan tanggung
jawab kita yang harus diselesaikan bersama.
2
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari tugas drainase ini adalah agar mahasiswa dapat
mengerti dan memahami sistem drainase di perkotaan dan tujuannya, serta bisa
mengaplikasikannya di lapangan.
Tujuan dari tugas untuk memberikan persoalan kepada mahasiswa
sedemikian rupa sehingga mahasiswa tersebut dapat atau mampu untuk
merancang sistem penyaluran air dalam kota, dimana rancangan disesuaikan
dengan kriteria disain dan memenuhi kaidah-kaidah perencanaan.
Dalam penelitian ini agar masalah tidak melebar dan menjauh maka antar
batasan wilayah yaitu sebagai berikut:
a) Studi kasus dilakukan di Gampong Drin Rampak Kecamatan Johan
Pahlawan.
b) Saluran drainase yang dipantau sesuai dengan site plan dari Perumahan di
Desa Drin Rampak Kecamatan Johan Pahlawan.
c) Saluran drainase Komplek PERPUSDA Aceh Barat Merupakan Saluran
terbuka dan Saluran tertutup.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2 Fungsi Drainase Perkotaan
5
3) Saluran Tersier adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran
drainase lokal dan meneruskan ke saluran sekunder/primer.
6
sistem drainase yang terbentuk secara alami dan tidak ada unsur campur
tangan manusia. Pada daerah yang belum berkembang, drainase terjadi secara
alamiah sebagai bagian dari siklus hidrologi. Drainase alami ini berlangsung tidak
secara statis, melainkan terus berubah secara konstan menurut keadaan fisik
lingkungan sekitar.
2) Drainase Buatan
saluran drainase yang dibentuk berdasarkan analisis ilmu drainase, untuk
mentukan debit akibat hujan, dan dimensi saluran. Drainase buatan dibagi menjadi
2) Drainase lapangan
Terbang Sistem drainase yang memadai untuk membuang air permukaaan
dan air dari bawah permukaan pada lapangan terbang merupakan komponen vital
untuk keselamatan pesawat dan umur peerkerasan. Drainase yang tidak memadai
mengakibatkan terbentuknya gelombang pada perkerasan yang membahayakan
pesawat pada saat tinggal landas maupun mendarat. Drainase yang tidak baik juga
dapat mempercepat kerusakan perkerasan. Drainase lapangan terbang berfungsi
untuk membuang air permukaan dan air bawah tanah dari lapangan terbang.
Selain itu, juga berfungsi untuk intersepsi dan mengalirkan air permukaan dan air
tanah yang berasal dari lapangan terbang. (Suripin, 2004) Berdasarkan fungsinya,
drainase lapangan terbang terdiri dari dua bagian, yaitu drainase permukaan dan
drainase bawah permukaan. (Suripin, 2004)
7
3) Drainase lapangan
olahraga adalah yang direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air
hujan pada lapisan tanah, dan tidak boleh terjadi genangan air. Batas antara
keliling lapangan sepakbola dengan jalur atletik harus memiliki collector drain.
b) Saluran Tertutup
yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan.
Sistem drainase ini baik untuk diterapkan di daerah perkotaan, terutama dengan
tingkat penduduk yang tinggi.
8
2.4.1 Siku
Pola siku adalah pola yang dibuat pada daerah yang mempunyai topografi
sedikit lebih tinggi dari pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir
berada akhir berada di tengah kota (Wesli, 2008).
2.4.2 Pararel
Pola Pararel adalah Pola dimana saluran utama terletak sejajar dengan
saluran cabang. Dengan saluran cabang (sekunder) yang cukup banyak dan
pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat
menyesuaikan diri.
9
Pola Grid Iron merupakan pola jaringan drainase dimana sungai terletak
dipinggiran kota. Sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan dulu pada
saluran pengumpulan.
2.4.4 Alamiah
Pola Alamiah adalah suatu pola dimana seperti pola siku, dimana sungai
sebagai saluran utama berada ditengah kota namun jaringan saluran cabang tidak
selalu berbentuk siku terhadap saluran utama.
10
2.4.5 Radial
Pola Radial adalah pola jaringan drainase yang mengalirkan air dari usat
sumber air memancar ke berbagai arah, dimana cocok pada daerah berbukit.
11
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfir bumidan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi
dan transpirasi. Pemanasan air samudra oleh sinar matahari merupakan kunci
proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi
kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju,hujan batu, hujan es
dan salju, hujan gerimis atau kabut. pada perjalanan menuju bumi beberapa
presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian
diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus
hidrologi terus bergerak secara kontinu dnegan tiga cara yang berbeda :
Evaporasi / transpirasi ; air yang ada dilaut, didaratan, disungai, di tanaman
dang sebagainya kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfir) dan
kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan
menjadi bitik – bitnik yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam
bentuk hujan, salju, dan es.
Infiltrasi / pekolasi ke dalam tanah ; air yang bergerak ke dalam tanah melalui
celah – celah dan pori – pori tanah dan batuan menuju muka air tanah.
Air permukaan ; air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran
utama dan danau, makin landau lahan dan makin sedikit pori – pori tanah,
maka aliran permukaan semakin besar.
12
satu hari. Dalam analisa yang digunakan curah hujan rencana, hujan rencana yang
dimaksud adalah hujan harian maksimum yang akan digunakan untuk menghitung
intensitas hujan, kemudian intensitas hujan ini digunakan untuk mengestimasi
debit rencana.
Dalam perancangan sistem drainase data hujan yang diperlukan tidak
hanya data hujan harian, tetapi juga distribusi jam jaman atau ,menitan. Hal ini
akan membawa konsekuen dalam pemilihan data, dan dianjurkan untuk
menggunakan data hujan hasil pengukuran dengan alat ukur otomatis.
Dalam perencanaan saluran drainase periode ulang (retum period) yang
dipergunakan tergantung dari fungsi saluran serta daerah tengkapan hujan yang
akan dikeringkan.
1) Distribusi Normal
Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi Gauss.
Perhitungan curah hujan rencana menurut metode distribusi normal, mempunyai
persamaan sebagai berikut :
13
(1)
Dimana :
(2)
Keterangan :
= Fakor frekuensi, merupakan fungsi dan peluang atau periode ulang dan
(3)
(4)
Dimana :
= factor frekuensi merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan
14
tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis
peluang.
(5)
- Hitung Harga simpangan Baku
(6)
(7)
- Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus :
(8)
Dimana :
K = Variabel standar (standardized Variable) untuk X besarnya tergantung
koefisien kemencengan G
4) Distribusi Gumbel
Perhitungan curah hujan rencana menurut Metode Gumbel mempunyai
perumusan sebagai berikut :
15
(9)
Dimana :
= standar deviasi
(10)
Dimana :
(11)
16
dimana :
Q = Debit puncak rencana (m3/detik)
I = Intensitas (mm/jam) diperoleh dari IDF curve berdasarkan waktu
konsentrasi
A = Luas catchment area (Ha)
C = Koefisien Pengaliran
Cs = Storage Cofficient
Dimana C= (13)
Keterngan :
A1, A2 ………. An = Luas masing masing kawasan
C1, C2 ……….. Cn =Nilai C pada tiap kawasan dari table 2.1
17
Taman Pekuburan 0,10 – 0,25 Kemiringan 2-7% 0,10 – 0,15
Taman Bermain 0,10 – 0,25 Bertrap 7% 0,15 – 0,20
Lapangan dan Rel Kereta 0,25 – 0,40 Lahan Tanah Keras :
Daerah Belum Berkembang 0,10 – 0,30 Kemiringan 2% 0,13 – 0,17
Kemiringan 2-7% 0,18 – 0,22
Bertrap 7% 0,25 – 0,35
Cs = (14)
dimana :
tc = waktu pengumpulan total (waktu konsentrasi)
td = waktu pengaliran pada saluran sampai titik yang ditinjau
Keterangan :
Rumus Rasional Method sesuai digunakan untuk daerah pengaliran yang kecil
dengan batasan 20 sampai 300 Ha, sedangkan untuk Rasional Modifikasi dapat
digunakan untuk daerah pengaliran sampai 1300 Ha. Sedangkan untuk daerah
pengaliran yang lebih besar dari itu maka digunakan Snyder Synthetic Unit
Hydrograph Method.
18
a. Inlet time ( , yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuyk mengalir di atas
b. Conduit time ( , yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
Keterangan :
tc = waktu konsentrasi (menit)
to = waktu pengaliran air pada permukaan tanah dapat dianalisa
dengan gambar
td = waktu pengaliran pada saluran, besarnya dapat dianalisa dengan
rumus
Ls = jarak aliran dari tempat masuknya air sampai ke tempat yang di
tuju (m)
v = kecepatan aliran (m/detik)
Lo = Jarak antara aliran terjauh diatas permukaan tanah yang dilalui
aliran diatasnya
So = Kemiringan dasar saluran
S1 = Kemiringan dasar saluran yang direncanakan
19
3.4.5 Intensitas Hujan
Instensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan
atau volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan berbeda beda,
tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas hujan
dilakukan dengan cara melakukan analisis data hujan baik dengan cara maupun
secara empiris. Intensitas hujan ialah ketinggian hujan yang terjadi pada suatu
kurun waktu air hujan terkonsentrasi. Biasanya intensitas hujan dihubungkan
dengan durasi hujan jangka pendek misalnya 5 menit, 30 menit, 60 menit dan jam
jaman. Data curah hujan jangka pendek ini hanya dapat diperoleh dengan
menggunakan alat pencatat hujan otomatis.
Di indonesia alat ini sangat sedikit dan jarang, yang banyak digunakan
adalah alat pencatat hujan biasa yang mengukur hujan 24 jam atau disebut hujan
harian. Apabila yang tersedia hanya hujan harian maka intensitas hujan dapat
dihitung menggunakan persamaan Mononobe sebagai berikut :
I= (17)
Zat cair dapat diangkut sari suatu tempat lain melalui bangunan pembawa
alamiah maupun buatan manusia. Bangunan pembawa ini dapat terbuka maupun
tertutup bagian atasnya. Saluran yang tertutup bagian atasnya disebut saluran
tertutup (closed conduits). Sedangkan yang tertutup bagian atasnya disebut
saluran terbuka (open channel).
Pada sistem pengaliran melalui saluran terbuka terdapat permukaan air
yang bebas (free surface) dimana permukaan bebas ini dipengaruhi oleh tekanan
udara luar secara langsung, saluran terbuka umumnya digunakan pada lahan yang
masih memungkinkan (luas), lalu lintas pejalan kakinya relative jarang, beban kiri
dan kanan saluran efektif ringan. Pada sistem pengaliran melalui saluran tertutup
(pipa flow) seluruh pipa diisi dengan air sehingga tidak terdapat permukaan yang
20
bebas, oleh karena itu permukaan tidak secara langsung dipengaruhi oleh tekanan
udara luar, saluran tertutup umumnya digunakan pada daerah yang lahannya
terbatas (pasar, perkotaan), daerah yang lalu lintas pejalan kakinya relative padat,
lahan yang dipakai untuk lapangan parker.
Berdasarkan konsistensi bentuk penampang dan kemiringan dasarnya
saluran terbuka dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Saluran prismatic (prismatic channel), yaitu saluran yang bentuk
penampangnya melintang dan kemiringan dasarnya tetap.
b. Saluran non prismatic (non prismatic channel), yaitu saluran yang bentuk
penampang melintang dan kemiringan dasarnya berubah – ubah.
Aliran pada saluran terbuka terdiri dari saluran alam (natural channel),
seperti sungai – sungai kecil di daerah hulu (pegunungan) hingga sungai besar di
muara, dan saluran buatan (artificial channel), seperti saluran pembuangan,
saluran untuk membawa air ke pembangkit listrik tenaga air, saluran untuk supply
air minum, dan saluran banjir. Saluran buatan dapat berbentuk segitiga, trapezium,
segiempat, bulat, setengah lingkaran, dan bentuk tersusun
21
1) Penampang Berbentuk Persegi yang Paling Ekonomis : Jika B adalah lebar
dasar saluran dan h adalah kedalaman air, luas penampang basah A dan
keliling P dapat dituliskan sebagai berikut :
A = Bh (18)
B= (19)
(20)
A = (B + mh)h (21)
P = B + 2h (22)
(23)
Atau
A= (24)
22
3.2 Gambar penampang trapezium
Persegi
2 2Y2 4Y ½Y 2Y
Panjang
Setemgah
4 /2.Y2 Y ½Y 2Y
Linngkaran
23
QS ≥ Qr (25)
Debit yang mampu ditampung oleh saluran (Qs) dapat diperoleh dengan
rumus dibawah ini :
Qs = As . V (26)
Dimana :
As = luas penampang saluran (m2)
V = kecepatan rata – rata aliran didalam saluran (m/det)
Kecepatan rata – rata aliran di dalam saluran dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Manning sebagai berikut :
(27)
(28)
Maka
3 4 3/2
S
Q = 12/3.n .V / S (29)
Dimana :
V = kecepatan rata – rata aliran didalam saluran (m/det)
N = Koefisien kekasaran Manning
R = jari – jari hidrolis (m)
S = Kemiringan dasar saluran
As = luas penampang saluran (m3)
P = keliling basah saluran (m)
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Data Curah Hujan yang dioeroleh dari Stasiun Cut Nyak Dien Kabupaten
Nagan Raya. Lokasi Perencanaan di Desa Drien Rampak Kabupaten Aceh Barat.
Tabel
Syarat Syarat Hasil Ket.
Koreksi
Normal Cv ≈ 0 0≈ 0.248 Belum
Ck ≈ 3 3≈ 3.059 Cocok
Log Normal Cs = Cv + 3Cv
3
0.418 0.760 Belum
Ck = cv +6cv +15cv +16cv +3
8 6 4 2
2.974 3.041 Cocok
Gumbel Cs = 1.14 1.14 0.681 Belum
Ck = 5.4 5.4 3.059 Cocok
Log Person
III Kecuali Ketiga metode Diatas
25
Tabel 4.1 Periode Ulang Curah Hujan Rencana Methode Log Person III
Tahun
No KT Log RT RT
Rencana
1 2 -0.0690 2.077829 119.6269
2 5 0.8146 2.170054 147.9294
3 10 1.3181 2.222606 166.9576
4 25 1.8853 2.281815 191.3441
5 50 2.2699 2.321953 209.8714
6 100 2.6572 2.362380 230.3459
7 200 2.9654 2.394544 248.0525
Luas
Panjang Lahan
Rumah Kantor Perdagangan Pagar Jalan per
Saluran Kosong
kawasan
1-2 184.66 437.74 - 46.53 41.60 259.43 1030.05
2-3 - 577.60 59.00 - 97.94 260.87 1055.138
3–4 676.53 1080.97 323.71 - 325.73 220.19 2781.495
4–8 581.42 - - - 54.34 161.55 1728.428
1–6 66.92 1069.88 578.48 929.70 - 497.18 3283.74
6–7 129.67 413.51 - 1005.28 - 314.71 1953.495
7–8 1535.38 1718.37 - 238.39 82.15 424.96 4154.423
2–5 1430.57 2739.58 538.02 119.14 221.65 194.29 5259.285
5–4 1400.20 1353.29 - - 27.97 233.01 3265.898
6-5 757.98 1073.95 - 572.04 167.96 206.78 2739.78
Tabel 4.3 Tabel Nilai Koefisien yang diperoleh menggunakan persamaan (13)
26
Panjang Lahan Koefisien
Rumah Kantor Perdagangan Pagar Jalan
Saluran Kosong C
1-2 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.5015
2-3 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.4554
3-4 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.4821
4-8 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.3147
1-6 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.6203
6-7 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.7422
7-8 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.4719
2-5 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.4330
5-4 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.4123
6-5 0.6 0.2 0.7 0.8 0.9 0.9 0.5766
LEGENDA
Perumahan
Perdagangan
Perkantoran
Jalan Aspal
Lahan Kosong
Su Drainase
ng
ai
Terbuka
Drainase
Tertutup
Gambar 4.1 Jenis Tutupan Lahan di desa Drien Drien Rampak, Meulaboh
27
+6,5
1
+6,3 2
+5,0
+6,0 3 6
5
6,2 +5,8
7
4
+5,9
8
Su
n ga
+5,6
i
Titik Pantauan
Jarak
Panjang Saluran So S1 Lo (m) L1 (m)
(m)
1-2 54.22 0.00369 0.003689 384.5580 54.2220
2-3 53.68 0.00559 0.005589 330.3360 53.6790
3-4 110.78 0.00090 0.000903 276.6570 110.7765
4-8 80.81 0.00371 0.003713 165.8805 80.8065
1-6 128.90 0.01164 0.011637 430.4355 128.8995
6-7 81.51 0.00982 0.009815 301.5360 81.5070
7-8 134.96 0.00148 0.001482 220.0290 134.9550
2-5 120.02 0.00083 0.000833 354.6495 120.0180
5-4 68.75 0.00436 0.004364 234.6315 68.7510
6-5 57.76 0.02078 0.020777 292.3875 57.7560
Titik Pantauan 85.07
28
Catatan : Untuk mendapatka Nilai Lo dan So yaitu dengan cara
panjang saluran
3) Tentukan jarak dari titik terjauh ke fasilitas drainase (Lo), panjang saluran
(L), dan kemiringan lahan antara elevasi maksimum dan minimum (S) seperti
4) Hitung waktu konsentrasi (Tc) dengan menggunakan persamaan (15) dan (16).
angka waktu konsentrasi (Tc) dan Intensitas Curah Hujan Periode Ulang 5
7) Tentukan luas daerah pengaliran (A), didapatkan luas daerah pengaliran lokasi
29
8) Hitunglah nilai QT dan QS untuk mendapatkan nilai V dimana QT - QS harus
lebih kecil atau sama dengan 0,001. Lakukan Trial and Error hingga selisih
antara QT dan QS sesuai dengan persyaratan.
30
Menghitung dimensi saluran dengan mengggunakan langkah-langkah
berikut :
1) Dalam mencari nilai Y dan H, dapat menggunakan persamaan rumus luas
Persegi Panjang
2) Setelah mendapat kan Luas Penampang maka untuk Menentukan nilai Y dan
Tabel 3.1.
Qs V
Saluran A (m2) Y (m) B (m) F (m)
saluran (m/det)
1-2 0.0158 0.6240 0.025361 0.11 0.23 0.03
2-3 0.0334 0.7490 0.044645 0.15 0.30 0.04
3-4 0.0670 0.8440 0.079381 0.20 0.40 0.06
4-8 0.3224 0.6835 0.471632 0.49 0.97 0.15
1-6 0.0713 0.9371 0.076061 0.20 0.39 0.06
6-7 0.1313 0.8717 0.150584 0.27 0.55 0.08
7-8 0.1313 0.8475 0.154884 0.28 0.56 0.08
2-5 0.0653 0.7865 0.082965 0.20 0.41 0.06
5-4 0.2554 0.9023 0.283013 0.38 0.75 0.11
6-5 0.1522 0.8683 0.175246 0.30 0.59 0.09
Catatan : Nilai Qs saluran diperoleh dari nilai Tabel 4.6 dengan menjumlahkan
31
4.5. Gambar dimensi penampang saluran
0.04
0.03
0.11 0.15
0.08 0.08
0.08 0.08
Gambar 4.5 Penampang Saluran 1-1 Gambar 4.6 Penampang Saluran 2-3
0.06
0.06
0.20
0.20
0.08
0.08
0.10
0.08
Gambar 4.7 Penampang Saluran 3-4 Gambar 4.8 Penampang Saluran 1-6
0.11
0.49
0.15
0.10
32
0.08 0.08
0.27 0.28
0.10 0.10
0.10 0.10
Gambar 4.10 Penampang Saluran 6-7 Gambar 4.11 Penampang Saluran 7-8
0.06 0.09
0.20
0.30
0.08
0.10
0.10
0.10
Gambar 4.12 Penampang Saluran 2-5 Gambar 4.13 Penampang Saluran 6-5
0.11
0.38
0.10
0.10
33
4.6. Bagan Alir
Mulai
Input Data
R24, Lo, So, L1, S1, C, n, A
V awal
Hitung
Qs
No
Qs = 0.5 (Qs + QT)
Hitung
QT
Hitung No
=0,001
Hitung
A, Td, To, Tc, Cs, I
Hitung
Input Data
A, Td, To, Tc, Cs, I R24, Lo, So, L1, S1, C, n, A
Selesai
34
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
35
DAFTAR PUSTAKA
36