1 PENDAHULUAN
A. Definisi
Drainase secara umum diartikan sebagai lengkungan atau saluran air di
permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun
dibuat manusia. Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di
permukaan tanah atau gorong-gorong dibawah tanah. Drainase berperan
penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir.
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem
saluran pembuang air guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan
komponen yang penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur
khususnya). Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau
mengalirkan air. (Suripin, 2004).
Sedangkan pengertian tentang drainase kota pada dasarnya telah diatur
dalam SK menteri PU No. 233 tahun 1987. Menurut SK tersebut, yang dimaksud
drainase kota adalah jaringan pembuangan air yang berfungsi mengeringkan
bagian-bagian wilayah administrasi kota dan daerah urban dari genangan air,
baik dari hujan lokal maupun luapan sungai melintas di dalam kota.
Peristiwa banjir akan terjadi ketika suatu saluran tidak dapat menampung
debit air yang masuk karena dimensi saluran terlalu kecil dari seharusnya yang
dikarenakan kesalahan desain atau berkurangnya daerah tangkapan air. Selain
itu, terjadinya banjir juga dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim yang
mengakibatkan banjir dalam kurun waktu tertentu sehingga terjadi luapan air
yang berlebih pada saat debit maksimum.
lain, bahkan juga ilmu ekonomi dan sosial sebagai ibu asuhnya pertama kali.
Ketika didominasi oleh ilmu hidrologi, hidrolika, mekanika tanah, ukur tanah,
matematika, pengkajian ilmu drainase perkotaan masih menggunakan konsep
statiska. Namun dengan semakin akrabnya hubungan ilmu drainase perkotaan
dengan statiska, kesehatan, lingkungan, social ekonomi yang umumnya
menyajikan suatu telaah akan adanya ketidakpastian dan menuntut pendekatan
masalah sacara terpadu (intergrated) maka ilmu drainase perkotaan semakin
tumbuh menjadi ilmu yang mempunyai dinamika yang cukup tinggi. (Hasmar
2011)
C. Tujuan Drainase
1) Untuk meningkatkan menjaga kesehatan lingkungan permukiman.
2) Pengendalian kelebihan air permukaan terhadap daya rusak yang dilakukan
secara aman, lancar dan efisien serta sejauh mungkin dapat mendukung
kelestarian lingkungan.
3) Untuk mengurangi/menghilangkan genangan-genangan air yang
menyebabkan bersarangnya nyamuk malaria dan penyakit-penyakit lain,
seperti : demam berdarah, disentri serta penyakit lain yang disebabkan
kurang sehatnya lingkungan permukiman.
4) Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana-sarana fisik antara lain: jalan,
kawasan permukiman, kawasan perdagangan dari kerusakan serta gangguan
kegiatan akibat tidak berfungsinya sarana drainase.
D. Fungsi Drainase
1) Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari
genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negative berupa kerusakan
infrastruktur kota dan harta benda milik masyarakat.
2) Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar
tidak membanjiri/menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda
masyarakat juga infrastruktur perkotaan.
3) Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat
dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.
Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem
saluran pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem
jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran
drainase primer, kanalkanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro
ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan
pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan
sistem drainase ini.
2. Sistem Drainase Mikro
Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap
drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan.
Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah
saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan,
gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air
yang dapat ditampungnya tidakterlalu besar. Pada umumnya drainase mikro
ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun
tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan
permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro.
F. Jenis-Jenis Drainase
Drainase dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Menurut sejarah terbentuknya
a. Drainase alamiah (Natural Drainage)
Drainase alamiah adalah sistem drainase yang terbentuk secara alami dan
tidak ada unsur campur tangan manusia.
b. Drainase buatan (Artificial Drainage)
Drainase alamiah adalah sistem drainase yang dibentuk berdasarkan
analisis ilmu drainase, untuk menentukan debit akibat hujan, dan dimensi
saluran.
2. Menurut letak saluran
1. Drainase permukaan tanah (Surface Drainage)
10 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
I. Klasifikasi Drainase
1. Drainase Sistem Polder
Drainase sistem polder adalah sistem penanganan drainase perkotaan
dengan cara mengisolasi daerah yang dilayani (catchment area) terhadap
masuknya air dari luar sistem, baik berupa limpasan (over flow) maupun di
bawah permukaan tanah (gorong-gorong dan rembesan), serta mengendalikan
ketinggian muka air banjir di dalam sistem sesuai dengan rencana.
Drainase sistem polder digunakan apabila penggunaan drainase sistem
gravitasi sudah tidak dimungkinkan lagi, walaupun biaya investasi dan
11 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
operasinya lebih mahal. Drainase sistem polder akan digunakan untuk kondisi
sebagai berikut:
Elevasi/ketinggian muka tanah lebih rendah daripada elevasi muka air laut
pasang, pada daerah tersebut sering terjadi genangan akibat air pasang (rob).
Elevasi muka tanah lebih rendah daripada muka air banjir di sungai
(pengendali banjir) yang merupakan outlet dari saluran drainase kota.
Daerah yang mengalami penurunan tanah (land subsidence), sehingga daerah
yang semula lebih tinggi dari muka air laut pasang maupun muka air banjir di
sungai pengendali banjir diprediksikan akan tergenang akibat air laut pasang
maupun backwater (aliran balik) dari sungai pengendali banjir.
Pengisolasian dapat dilakukan dengan penanggulan atau dengan
mengelakkan air yang berasal dari luar kawasan polder. Air di dalam polder
dikendalikan dengan sistem drainase, atau kadang-kadang dikombinasikan
dengan sistem irigasi. Dengan demikian, polder mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :
Polder adalah daerah yang dibatasi dengan baik, dimana air yang berasal dari
luar kawasan tidak boleh masuk, hanya air hujan (dan kadang-kadang air
rembesan) pada kawasan itu sendiri yang dikumpulkan.
Dalam polder tidak ada aliran permukaan bebas seperti pada daerah
tangkapan air alamiah, tetapi dilengkapi dengan bangunan pengendali pada
pembuangannya (dengan penguras atau pompa) untuk mengendalikan aliran
keluar.
Muka air di dalam polder (air permukaan maupun air bawah permukaan)
tidak bergantung pada permukaan air di daerah sekitarnya dan dinilai
berdasarkan elevasi lahan, sifat-sifat tanah, iklim dan tanaman.
Komponen-komponen yang harus ada pada sistem polder meliputi :
Tanggul keliling dan/atau pertahanan laut (sea defense) atau
konstruksi isolasi lainnya.
Tanggul keliling dalam sistem drainase polder memiliki kesamaan fungsi
dengan pintu air, yaitu untuk mengisolasi atau memproteksi daerah
tangkapan (catchment area)/pembatas hidrologi sistem polder terhadap
masuknya air banjir dari luar maupun dari pengaruh air laut (pasang surut
12 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
13 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
14 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
Dimana:
15 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
kapasitas tinggi, jika saluran pembawa tidak cukup mengalirkan air dari
lapangan ke outfall, demikian juga sebaliknya.
16 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
17 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
18 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
19 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
20 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
21 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
banjir), maka tekanan air di hilir lebih tinggi dari tekanan air di hulu,
sehingga mendorong pintu untuk menutup. Sedangkan rumus yang
digunakan untuk pintu klep sederhana itu sendiri adalah sebagai berikut :
Dimana : :
Q = debit banjir (m3/detik)
µ = koefisien pengaliran
Hw = tinggi air sungai normal (m)
∆H = perbedaan tinggi muka air hulu dan hilir (m)
g = gravitasi bumi (9,81 m/detik2)
B = lebar pintu (m)
H = tinggi pintu klep (m)
2. Normalisasi Saluran
Normalisasi alur saluran terutama dilakukan berkaitan dengan
pengendalian banjir akibat air hujan, yang merupakan usaha untuk
memperbesar kapasitas pengaliran saluran. Hal ini dimaksudkan untuk
menampung debit banjir yang terjadi untuk selanjutnya dialirkan ke
22 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
23 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
Dimana :
V = kecepatan aliran (m/detik)
A = luas penampang aliran (m2)
P = keliling basah aliran (m)
R = jari-jari hidrolis (m)
n = kekasaran manning
I = kemiringan dasar saluran
B = lebar dasar saluran (m)
H = tinggi air (m)
m = kemiringan talud (1 vertikal : m horisontal)
w = tinggi jagaan (m)
Sedangkan faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan dalam
penentuan bentuk penampang melintang saluran :
Angkutan sedimen saluran
Perbandingan debit dominan dan debit banjir
24 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
25 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
4. Kolam Penampungan
Kolam penampungan adalah suatu bangunan/konstruksi yang berfungsi
untuk menampung sementara air dari saluran atau kali pada saat pintu klep
ditutup karena terjadi air pasang tertinggi dari hilir saluran yang bersamaan
dengan hujan deras pada hulu saluran. Dimana air genangan tersebut masuk
ke kolam penampung melalui saluran drainase (saluran inflow) dan keluar
menuju laut melalui saluran pembuang (saluran outflow) dengan bantuan
pompa.
Kolam penampungan ini mempunyai bangunan pelengkap yaitu berupa
kolam pengendapan dan kisi-kisi penyaring, dimana fungsi dari kolam
penampungan adalah untuk mengendapkan sedimen terbawa sehingga
mengurangi endapan sedimen yang masuk ke dalam kolam penampungan,
sedangkan fungsi dari kisi-kisi penyaring adalah mencegah masuknya benda
benda yang hanyut menuju kolam penampungan.
26 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
27 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
28 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
2 DRAINASE PERMUKAAN
A. Pendahuluan
Berdasarkan peruntukannya drainase dapat dibagi kedalam: (1) Drainase
lahan pertanian; (2) Drainase perkotaan; (3) Drainase lapangan terbang; (4)
Drainase lapangan olah-raga. Berdasarkan sifatnya diklasifikasikan dalam : (1)
Drainase alami (natural drainage) dan (2) Drainase buatan (man-made
drainage). Berdasarkan sasaran pengendaliannya, drainase dapat dibedakan
dalam (1) drainase permukaan (surface drainage) dan (2) drainase bawah
permukaan (sub-surface drainage). Drainase permukaan menitik beratkan pada
pengendalian genangan air di atas permukaan tanah, sedangkan drainase
bawah-permukaan pada kedalaman air-tanah di bawah permukaan tanah. Pada
kuliah ini akan dibahas drainase lahan pertanian, terutama dalam bentuk
drainase buatan dengan sebanyak mungkin memanfaatkan drainase alamiah
yang ada. Drainase lahan pertanian didefinisikan sebagai pembuatan dan
pengoperasian suatu sistem dimana aliran air dalam tanah diciptakan
sedemikian rupa sehingga baik genangan maupun kedalaman air-tanah dapat
dikendalikan sehingga bermanfaat bagi kegiatan usaha-tani. Definisi lainnya:
drainase lahan pertanian adalah suatu usaha membuang “kelebihan air” secara
alamiah atau buatan dari permukaan tanah atau dari dalam tanah untuk
menghindari pengaruh yang merugikan terhadap pertumbuhan tanaman. Pada
lahan bergelombang drainase lebih berkaitan dengan pengendalian erosi,
sedangkan pada lahan rendah (datar) lebih berkaitan dengan pengendalian
banjir (flood control).
atas dicapai melalui dua macam pengaruh langsung dan sejumlah besar
pengaruh tidak langsung. Pengaruh langsung terutama ditentukan oleh kondisi
hidrologi, karakteristik hidrolik tanah, rancangan sistim drainase yakni : a.
Penurunan muka air tanah di atas atau di dalam tanah, b. Mengeluarkan
sejumlah debit air dari sistim. Pengaruh tak-langsung ditentukan oleh iklim,
tanah, tanaman, kultur teknis dan aspek sosial dan lingkungan. Pengaruh tak
langsung ini dibagi kedalam pengaruh berakibat positif dan yang berakibat
negatif (berbahaya).
Pengaruh tak-langsung dari pembuangan air:
Pengaruh positif :
1. Pencucian garam atau bahan-bahan berbahaya dari profil tanah
2. Pemanfaatan kembali air drainase
Pengaruh negative :
1. Kerusakan lingkungan di sebelah hilir karena tercemari oleh garam
2. Gangguan terhadap infrastruktur karena adanya saluran-saluran
30 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
31 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
b. Struktur Tanah
Struktur tanah (agregasi dan penyusunan partikel tanah) yang baik
berarti kondisi yang menguntungkan untuk aerasi dan simpanan lengas
tanah, dan juga hambatan mekanik pertumbuhan akar akan berkurang dan
tercipta stabilitas traksi untuk peralatan pertanian. Drainase mempengaruhi
struktur tanah melalui pengaruhnya terhadap level muka air tanah.
c. Suhu Tanah
Penurunan lengas tanah dan bertambahnya kandungan udara akibat
drainase, menghasilkan penurunan panas spesifik tanah. Air memerlukan
panas 5 kali lebih besar untuk menaikkan suhu dari pada tanah kering.
Akibatnya tanah basah dengan lengas tanah sekitar 50% akan memerlukan
panas sekitar 2,5 kali lebih besar dari pada tanah kering. Untuk
perkecambahan benih diperlukan suhu tanah tertentu.
32 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
d. Kemampuan Kerja
Untuk pengolahan tanah diperlukan lengas tanah sekitar kapasitas lapang
atau sedikit di bawah kapasitas lapang. Pada penggunaan alat/mesin
mekanis, jumlah hari kerja operasi alat perlu mendapatkan perhatian.
Drainase meningkatkan jumlah hari kerja peralatan. Tergantung pada jenis
traktornya umumnya traktor roda empat akan mampu beroperasi di lapang
jika daya sangganya lebih dari 5 kg/cm2. Semakin besar kadar air tanah daya
sangganya semakin kecil. Pengalaman di daerah irigasi di Jalur Pantura
(Pantai Utara) menunjukkan bahwa karena kurangnya saluran drainase di
lahan sawah, maka pengolahan tanah pada waktu MT2 tidak dapat dilakukan
lebih awal sesuai dengan jadwal irigasi. Perlu waktu sekitar 1 - 2 bulan
setelah panen MT1, dimana air dapat dibuang sehingga traktor dapat masuk
dan bekerja di petakan sawah. Begitu juga 2 minggu menjelang panen,
drainase tidak bekerja optimum sehingga tanah masih tetap basah akibatnya
Combine Harvester tidak dapat bekerja.
e. Penurunan Tanah
Penurunan tanah akibat drainase terutama terjadi pada tanah yang baru
dibuka (direklamasi). Untuk tanah gambut subsidence terjadi akibat dari
drainase yang disebabkan oleh sifat-sifat fisika dan kimia (oksidasi bahan
organik). Pada tanah gambut, drainase dapat mempercepat proses
pematangan tanah.
2. Kimia Tanah
a. Pasok (supply) Hara
Berbagai aktifitas mikro-organisma dan bakteri tergantung pada aerasi
yang baik. Fiksasi Nitrogen dan Nitrifikasi adalah dua prinsip proses aerobik
yang berpengaruh penting pada pertumbuhan tanaman. Semakin dalam
penetrasi akar maka semakin banyak hara yang tersedia untuk tanaman.
Dekomposisi bahan organik oleh mikroba akan terjadi pada drainase yang
baik sehingga ketersediaan hara akan lebih baik pula. Dalam keadaan
33 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
c. Kemasaman
Proses pemasaman tanah terjadi, dan pada kondisi masam terjadi
pembongkaran kisi-kisi mineral liat sehingga dilepaskan Al3+ yang bersifat
racun bagi tanaman. Lahan bersulfat masam biasanya sering terjadi di daerah
pasang-surut, sehingga proses drainase harus dijaga sedemikian rupa supaya
oksidasi lapisan pirit ini tidak terjadi. Budidaya padi di mana selalu dalam
keadaan tergenang biasanya masih dapat dilakukan di lahan tersebut
walaupun hasilnya tidak begitu memuaskan. Drainase permukaan dengan
pencucian (leaching) pada musim hujan pada jangka waktu panjang dapat
membantu reklamasi lahan sulfat masam.
34 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
35 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
36 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
Stasiun pompa air berfungsi untuk pengaliran air genangan dari daerah yang
mempunyai elevasi lebih rendah dari elevasi pembuangan air banjir dilakukan
dengan menggunakan sistem pompanisasi. Untuk mencegah terjadinya genangan
yang lama, maka pada daerah tersebut dibangun pompa air drainase sebagai
pompa pengangkat air dari elevasi yang rendah ke elevasi yang lebih tinggi.
Pompa air drainase umumnya beroperasi pada saat banjir, dan tinggi tekanan
serta debitnya berubah-ubah sepanjang waktu. Terdapat berbagai jenis pompa
tergantung dari konstruksinya, kapasitas dan spesifikasinya. Untuk pompa
drainase umumnya digunakan jenis pompa turbin seperti pompa aliran aksial
(axial flow) dimana tinggi pompa terutama ditimbulkan oleh gaya sudu pada air,
jenis pompa ini banyak digunakan untuk debit yang cukup besar dengan
ketinggian rendah (head kecil). Selain pompa aliran aksial (axial flow) juga
pompa aliran semi aksial (mixed flow) dimana tinggi pompa sebagian ditentukan
oleh gaya dorong putaran sudu-sudu, pompa ini banyak digunakan untuk debit
yang cukup besar dengan ketinggian sedang (head sedang), termasuk dalam tipe
ini adalah pompa ulir (screw pumps). Untuk pompa dengan kapasitas debit yang
cukup besar dengan ketinggian besar (head besar), tinggi pompa terutama
ditimbulkan oleh gaya dorong sentrifugal putaran sudu-sudu (impeller) pompa
ini termasuk tipe pompa centrifugal. Sedangkan rumus yang digunakan untuk
menghitung daya pompa (Dp) tersebut adalah sebagai berikut :
37 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
Gambar Sketsa EGL dan HGL pada Pengaliran Lewat Pipa oleh Pompa
− 0=
dengan: V adalah volume tampungan total (m3 ), Qo adalah laju aliran keluar
atau kapasitas pompa (m3 /s), Qi adalah laju aliran masuk (m3 /s), dan t adalah
waktu (s). Klasifikasi pompa tergantung dari konstruksi, kapasitas, dan
38 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
Kolam Penampungan
Kolam penampungan adalah suatu bangunan/konstruksi yang berfungsi
untuk menampung sementara air dari saluran atau kali pada saat pintu klep
ditutup karena terjadi air pasang tertinggi dari hilir saluran yang bersamaan
dengan hujan deras pada hulu saluran. Dimana air genangan tersebut masuk ke
kolam penampung melalui saluran drainase (saluran inflow) dan keluar menuju
laut melalui saluran pembuang (saluran outflow) dengan bantuan pompa.
Kolam penampungan ini mempunyai bangunan pelengkap yaitu berupa
kolam pengendapan dan kisi-kisi penyaring, dimana fungsi dari kolam
penampungan adalah untuk mengendapkan sedimen terbawa sehingga
mengurangi endapan sedimen yang masuk ke dalam kolam penampungan,
sedangkan fungsi dari kisikisi penyaring adalah mencegah masuknya benda-
benda yang hanyut menuju kolam penampungan.
39 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
4 BIOPORI
A. Definisi
Banyak orang yang belum mengetahui arti, makna atau pengertian dari
istilah ‘biopori’, tetapi ada juga yang sudah paham arti dari istilah tersebut, dan
ada beberapa yang hanya sekedar tahu, tapi pemahamannya belum.
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke
dalam tanah dengan diameter 10 - 30 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau
dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi
kedalaman muka air tanah. Lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu
terbentuknya biopori. Biopori adalah pori
pori-pori
pori berbentuk lubang (terowongan
kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman.
40 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
B. Manfaat Biopori
Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari biopori, bila kita mau
menerapkannya di lingkungan sekitar. Namun, hasil penerapan biopori akan
lebih memuaskan jika kita semua mau bergotong
bergotong-royong
royong untuk menerapkannya
secara bersama-sama
sama di lingkungan. Semakin banyak yang menerapkan, maka
semakin besar manfaat yang kita peroleh. Dalam hal ini, penulis akan
menyebutkan semua m
manfaat
anfaat dari diterapkannya biopori dalam lingkungan
adalah sebagai berikut :
1. Mencegah Banjir
2. Tempat pembuangan sampah organik
3. Menyuburkan tanaman
4. Meningkatkan kualitas air tanah
5. Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menambah air
tanah.
6. Membuat
uat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar.
7. Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit.
8. Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut.
9. Mengurangi resiko banjir di musim hujan.
10. Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah.
11. Mencegah
encegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.
12. Meningkatkan daya resapan air
13. Mengubah sampah organik menjadi kompos
14. Memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman
41 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
C. Perancangan Lokasi
Dalam hal perancangan pembuatan biopori, agar kinetik kerja biopori
lebih maksimal perlu tempat
tempat-tempat
tempat yang khusus dan tepat. Jika kita
menempatkan biopori ditempat yang tepat, maka biopori tersebut akan lebih
leluasa dalam segi kinerjanya dan hasil yang kita terima pun akan lebih
maksimal. Oleh karena itu, perlu perhatikan secara cermat untuk memilih lokasi
pemasangan biopori. Dalam sub
sub-sub
sub bab ini, penulis akan menjelaskan
pemilihan tempat perancangan biopori dari beberapa sumber, yaitu :
1. Pada alas saluran
luran air hujan di sekitar rumah, kantor, sekolah, dsb.
2. Disekeliling Pohon
42 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
D. Perancangan Pembuatan
1. Tahap Pembuatan
Membuat lubang biopori bukan pekerjaan susah, hanya memang
memerlukan daya yang cukup besar. Kedalaman lubang yang disarankan adalah
80-100 cm, kedalaman yang memungkinkan organisme pengurai bekerja dengan
optimal. Sedangkan diameter yang disarankan adalah 10-30 cm. Karena
membuat di halaman rumah, maka 10 cm lebih proporsional. Lalu menggali
lubang-lubang secara manual menggunakan peralatan sederhana seperti pipa
paralon, bambu, dan linggis. Jika ketemu lapisan batu penggalian dialihkan ke
titik lain. Jika tanah terlalu keras dasar lubang diairi secukupnya dan penggalian
diteruskan setelah air meresap.
2. Tahap pengisian
Sekarang waktunya membuang sampah, maksudnya mengisi lubang biopori.
Tapi sebelum dimasukkan pilahlah terlebih dahulu sampah organik dan sampah
non-organik. Karena melalui fermentasi sampah organik dengan bantuan
aktivator EM4 dapat menghasilkan pupuk biokasi . Agar tidak bingung dalam
memilah sampah, maka sediakan dua tempat sampah, sebut saja S (sampah) dan
B (biopori), yang masing-masing diberi kantong plastik. Pada prinsipnya semua
bahan dari makhluk hidup masuk dalam kategori organik. Namun untuk mengisi
tempat sampah B hanya untuk bahan-bahan yang lebih mudah terurai seperti
sisa sayur dan potongan tempe/daging/ikan yang tidak terpakai. Juga sisa
43 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
makanan yang tidak habis dimakan, sisa makanan lain seperti roti dan cemilan,
ampas kopi, dan kantung teh celup, masuk ke B.
Tulang ayam dan tulang sapi, bonggol jagung, serta kulit telur walaupun
masuk kategori organik, dimasukkan ke tempat sampah S. Di tempat sampah ini
bergabung kertas, besi, plastik, kayu, kain, dan benda-benda lain yang tidak
mungkin atau sulit terurai. Kantong plastik juga disatukan ke tempat sampah S
yang selanjutnya di tempatkan di bak sampah luar rumah.
Sesekali waktu, bila ada sampah yang berasal tumbuhan, misalnya setelah
merapikan tanaman dengan memotong daun, bunga yang mulai layu, sulur yang
kepanjangan, atau memotong rumput dan ranting pohon seperlunya. Sampah
yang dihasilkan dari proses ini langsung dimasukkan ke lubang-lubang terdekat.
Agar merapat ke dasar, bumbungan sampah hijau ini didorong dengan tongkat.
44 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
5 Sumur Resapan
memiliki curuh hujan tinggi, dimaksudkan agar potensi air yang dapat
dimanfaatkan masuk kedalam tanah cukup besar. Adapun penutupan vegetasi
dengan strata tajuk, sistem perakaran dalam, dan vegetasi dasar, memiliki
peranan fungsi sebagai bio-filter baik terhadap sifat fisik-kimia tanah dan air,
maupun kemampuannya dalam mengendalikan besaran laju air limpasan.
46 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
47 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
CO2 diilustrasikan sebagai sumber polutan, H2O, potensi sumber air tanah,
C6 H12 O6, merupakan luas permukaan hijau daun (leaf area index), dan O2
dilustrasikan sebagai mintakat kenyamanan lingkungan manusia.
Mengacu terhadap patokan (Baker, 1952), bahwa setiap 1.000 penduduk
memerlukan luas permukaan daun 1,25 ha atau equivalen dengan 0,825 ha
luas kawasanhijau dalam bentuk tanaman rapat berstrata tajuk, dan memiliki
sistem perakaran dalam. Kriteria kawasan hijau dimaksud, memiliki koefisien
0,8 (USLE, 1975), dan dinilai mampu menyerasikan keseimbangan alam dan
lingkungannya, antara besaran polutan, kemanpuan menguapkan air
(evapotranspirasi), menjerap air kedalam tanah (infiltrasi), dan
mengendalikan laju limpasan, serta menghasilkan oksigen. Atas dasar
patokan di atas, maka setiap wilayah dapat menetapkan berapa kebutuhan
kawasan hijau yang dinilai ideal dan rasional.
Konsepsi tersebut, tampaknya diterapkan di Propinsi DKI Jakarta, dalam
penetapan RTH (RTRW 2010), seperti tertuang dalam Perda No. 6 tahun
1999. Dengan prediksi jumlah penduduk 11,5 juta jiwa memerlukan kawasan
hijau 11,5 juta/1.000 X 0,825 ha = 9.487,5 (dibulatkan menjadi 9.500 ha).
Secara teoritis perhitungan tersebut akan memenuhi kenyamanan
lingkungan di DKI Jakarta, apabila memperhatikan kaidah patokan di atas,
yaitu kawasan hijau yang memiliki koefisien (0,8), dalam bentuk tanaman
rapat, berstrata dan memiliki sistem perakaran dalam. Pada kenyataannya
Pemda DKI Jakarta justru mengembangan kawasan hijau dalam bentuk
taman (>60%), karena alasan kota Metropolitan, padahal menurut USLE
(1975) hanya memiliki nilai koefisien 0,3 sehingga kenyamanan lingkungan
belum terpenuhi. Kekeliruan yang sama juga terjadi dalam RTRW 2010
Propinsi Jawa Barat, dimana RTH didasarkan atas kawasan-kawasan hijau
yang memiliki status hukum seperti Tahura (Taman Hutan Raya), dan
Kawasan lindung, sedangkan kawasan penyangga mata air, dan sempadan
48 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
sungai seperti tertuang dalam Kepres No. 32 tahun 1990, tentang kawasan
lindung, belum sepenuhnya ditetapkan sebagai kawasan RTH dalam RTRW
2010.
3. Konsepsi Dasar Pengelolaan Sumberdaya Air Tanah
a. Mekanisme Distribusi Hujan
Distribusi hujan dalam daur hidrologis, secara rinci diilustrasikan pada
gambar-1. Air hujan jatuh, meresap kedalam tanah, melalui dua tahapan yaitu
infiltrasi, dan perkolasi. Infiltrasi merupakan proses meresapnya air ke lapisan
tanah, dan dalam perjalanannya (perkolasi) ada yang sebagian menyimpang
kearah samping menjadi air rembesan, sedangkan lainnya menuju ke arah air
bawah tanah (ground water).
Kemampuan vegetasi dasar, dan kondisi lapisan top soil yang kaya dengan
bahan organik dan humus, sangat efektif dalam meresapkan air kedalam tanah.
Berbeda halnya dengan proses perkolasi yang sangat ditentukan oleh struktur
dan tektur tanah, dan bukan oleh jenis tanahnya. Lapisan tanah pada horizon A,
dan B (zona perakaran tumbuhan), dengan kandungan pasir tinggi, memiliki
porositas dan premabilitas yang tinggi dalam melajukan air kedalam tanah.
Proses perembesan kearah samping, terjadi karena kurang mampunya sistem
perakaran dalam menahan dan menjerap air.
49 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
Secara matematis bahwa debit air perkolasi (Y), merupakan faktor dari
variabelvariabel besaran intensitas hujan (X1), porositas dan premabilitas tanah
(X2), konfigurasi lapang (X3), olah tanah (X4), dan penutupan vegetasi (X5).
Kemampuan manusia sangat tidak mungkin dalam mengatur alam (hujan, sifat
fisik tanah, dan konfigurasi lapang). Akan tetapi aktivitas terhadap olah tanah
maupun perlakuan terhadap vegetasi alam, menyebabkan terdegradasinya
lahan, padahal vegetasi merupakan salah satu kunci masuknya air kedalam
tanah.
Mencermati efektifitas proses masuknya air kedalam tanah, ada dua faktor
utama yaitu tutupan vegetasi dan struktur tanahnya. Dengan demikian
terdegradasinya tata air di P. Jawa yang kini telah menunjukkan ketidak-
seimbangan antara potensi ketersediaan air tanah pada musim kemarau dan
penghujan, ada kecenderungan disebabkan oleh tutupan vegetasi dan perubahan
struktur tanahnya. Pada musim kemarau hampir semua sungai kering (Ciujung,
Ciliwung, Cimanuk, Citanduy, Serayu, Progo, Bengawan Solo, dan Brantas).
Namun sebaliknya pada musim penghujan dimana-mana muncul kelebihan air
bahkan banjir, khususnya di muara-muara sungai. Hasil penelusuran terhadap
daur hidrologi (global), pada beberapa DAS bagian hulu, di P. Jawa secara rinci
disajikan pada tabel berikut. Tabel-1. Daur hidrologis beberapa DAS bagian Hulu
di P. Jawa.
Mencermati tabel di atas, potensi sumber air memiliki kisaran yang sama,
dan besaran volume hujan tergantung luas tangkapannya. Terhadap besaran
infiltrasi (Ciliwung) menunjuk-kan nilai terendah, demikian halnya dengan
distribusi lain-lain. Besaran evapotranspirasi nampaknya juga memperlihatkan
kemampuan yang hampir seragam. Namun sebaliknya terhadap besaran air
limpasan, bahwa Ciliwung dan Serayu menunjukkan potensi lebih tinggi
50 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
51 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
52 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
53 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
(b) kedalaman efektif tanah, (c) porositas dan premabilitas tanah, (d)
kemampuan infiltrasi air kedalam tanah, (e) perbedaan muka air tanah pada
musim hujan dan kemarau. Sedangkan besaran suplai air, diperhitungkan
atas dasar: (a) kemampuan tubuh tanah dalam meresapkan air kedalam
tanah (perkolasi), (b) intensitas pemanfaatan ruang (ratio luas lantai
bangunan dengan ruang terbuka hijau), (c) pemanfaatan air tanah dangkal,
dan (d) tingkat kepedulian masyarakat terhadap sumber daya air tanah
dangkal. Untuk menetapan luas sumur resapan, atas dasar kriteria daerah
resapan dan besaran suplai air kedalam tanah, untuk selanjutnya disusun
dalam bentuk “Kriteria Baku Nalar Wilayah Resapan”, yang secara rinci
disajikan pada tabel berikut: Tabel-2. Kriteria Baku Nalar Wilayah Resapan.
54 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
55 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
56 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
57 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
A. Umum
Lahan rawa merupakan sumberdaya masa depan, pernyataan ini boleh jadi
mengandung dua pengertian yang satu sama lain mungkin tidak sejalan.
Pengertian yang pertama bermaksud menginspirasikan bahwa rawa sebagai
suatu ekosistem masih menyimpan banyak misteri yang belum terungkap
sehingga dalam berbagai tulisan mengenai rawa, dikatakan memiliki opsi masa
depan. Pengertian yang kedua, bermaksud menjelaskan bahwa rawa merupakan
pilihan akhir setelah yang lainnya tidak memungkinkan lagi untuk dieksploitasi.
Hal ini dapat kita rasakan saat ini, sedikit demi sedikit sumberdaya yang
tersimpan di daerah rawa mulai terungkap dan opsi untuk berbagai kegiatan
telah dijatuhkan ke daerah rawa. Sebut saja diantaranya reklamasi rawa
dilakukan sebagai suatu upaya meningkatkan fungsi dan pemanfaatannya untuk
kepentingan masyarakat luas, terutama yang bermukim di daerah sekitar. Usaha
pembukaan lahan ini dengan maksud antara lain untuk meningkatkan produksi
pangan, meratakan penyebaran penduduk, mempercepat pembangunan di
daerah dan ketahanan nasional.
B. Tujuan
Tujuan drainase lahan rawa ini adalah untuk menjelaskan pentingnya
drainase bagi lahan pertanian pada lahan rawa. Drainase akan mempengaruhi
kondisi tanah yang langsung berpengaruh pada tingkat kesuburan tanaman.
Keberhasilan program peningkatan produksi pangan melalui pemberdayaan
lahan rawa sangat dipengaruhi oleh sistim drainase yang ada. Serta konsep
sistim drainase yang cocok untuk keperluan pertanian pada lahan rawa.
59 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
D. Rawa
Rawa merupakan dataran rendah yang selalu tergenang air, baik yang
bersifat sementara maupun sepanjang waktu. Genangan ini disebabkan oleh
suatu kondisi pembuangan air atau drainase yang buruk. Rawa bisa juga
merupakan suatu cekungan yang menampung luapan air dari sekitarnya,
misalnya luapan dari sungai akibat pengaruh terjadinya air pasang,
Berdasarkan letaknya, rawa terbagi menjadi 3 macam yaitu:
1. Rawa Lebak (Rawa Pedalaman)
Yaitu suatu dataran yang cekung atau yang dikelilingi oleh perbukitan
dimana drainase alam yang terjadi mengalami hambatan. Curah hujan
yang terjadi lebih besar dari proses evaporasi, infiltrasi, perkolasi maupun aliran
permukaan yang terjadi. Rawa lebak (rawa pedalaman) dapat pula berupa
dataran rendah yang berada dekat atau di pinggir sungai dimana luapan air
sungai di musim hujan dapat menggenangi dataran rendah tersebut. Rawa ini
letaknya sedemikian jauh dari pantai sehingga tidak dipengaruhi oleh pasang
surutnya air laut. Air yang mengalir di dalam sungai pada waktu musim hujan
biasanya berwarna keruh dan banyak mengandung sedimen dan unsur hara
60 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
tanaman. Pada saat air sungai ini melimpas ke tepi sungai di musim hujan, masuk
ke rawa yang ada di kanan kiri sungai, maka sedimen yang butirannya lebih
kasar akan mengendap lebih dulu di tepi sungai dan yang lebih halus akan
mengendap lebih jauh dari sungai. Dengan kondisi genangan ini komposisi
tanahnya akan berlapis-lapis yang dasarnya bahan organik bercampur dengan
endapan. Karena itu ciri rawa lebak letaknya tidak jauh dari sungai besar dan
lahannya sangat subur.
2. Rawa Pantai (Rawa Pasang Surut)
Dataran pantai yang rendah atau daerah rendah dekat pantai di muara atau
dekat muara sungai yang digenangi oleh luapan air pasang akan menjadi rawa
pantai atau rawa pasang surut. Pada saat air laut pasang naik di muara sungai,
mengakibatkan pengaruh pembendungan air (back water effect) dari aliran
sungai kemudian meluap ke kiri kanan sungai dan menggenangi daerah
rendah tersebut.
3. Rawa Lebak yang dipengaruhi pasang surut
Bila sungai yang bermuara ke laut cukup besar, maka pengaruh
pembendungan air (back water effect) sungai oleh air laut ketika terjadi pasang
akan merambat sampai jauh ke hulu sungai. Oleh karena itu daerah lebak
disamping airnya berasal dari luapan air di musim hujan juga ditambah lagi
dengan genangan air sungai di kala terjadi pasang. Rawa seperti ini disebut rawa
lebak yang dipengaruhi pasang surut.
61 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
62 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
layak bagi tata air mikro dan sekaligus juga berfungsi sebagai sarana
transportasi dan pemasok air domestik.
c. Tata Air Mikro (tingkat petak) adalah tata air pada lahan pertanian dan
bertanggung jawab langsung atas tumbuhnya tanaman. Menciptakan
lingkungan yang baik bagi tumbuhnya tanaman adalah tujuan utama dari
sistem tata air ini.
Sistem tata air yang direncanakan harus mampu menjaga dan
mengendalikan muka air tanah agar sesuai dengan kebutuhan zona
perakaran. Ini berarti bahwa muka air tanah harus > 10 cm untuk tanaman
padi dan > 60 cm untuk lahan perkebunan. Untuk mencapai tujuan tersebut
maka di lahan diterapkan sistem tata air drainase terkendali (drain system
controlled). Jaringan saluran harus mampu mengalirkan kelebihan air dan
mengontrol tinggi muka air, sehingga muka air tanah di lahan tetap terjaga
pada elevasi yang diinginkan.
63 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
5 Contoh Studi
Adapun dalam memperkirakan jumlah air yang masuk ke dalam saluran drainase
terdapat beberapa metode yang antara lain sebagai berikut : (Suhardjono, 1984)
1. Water balance method
2. Rasional method
3. Drainage modul method
4. Linier reservoir method
Dalam studi kasus perencanaan jaringan tata air daerah rawa desa Batanjung
kabupaten Kapuas ini, jaringan tata air yang akan digunakan adalah
menggunakan reklamasi rawa sistem kolam pasang. Ditemukan oleh tim P4S
Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Penanganan reklamasi
rawa pasang surut ini sering disebut sebagai sistem terbuka. Disebut demikian
karena gerakan air pada sistem ini dapat keluar masuk pada saluran yang sama
tanpa ada hambatan. Oleh sebab itu saluran pada kolam pasang berfungsi ganda
yaitu sebagai saluran pembawa sekaligus dimanfaatkan sebagai saluran drainase
64 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
ketika muka air surut. Layout jaringan tata air dengan sitem kolam pasang ini
dapat di lihat sebagai berikut (Firmansyah, 2014).
65 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
= 3,703 lt/dt/ha
Dari perhitungan di atas dikalikan faktor drainase yang disebabkan oleh pasang
surut:
Dari data yang diketahui dan hasil perhitungan modulus drainase di atas dapat
digambarkan grafik sebagai berikut:
66 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
a’ = curah hujan yang tertahan waktu pasang hari kedua selama 10 jam yaitu
81,879 – 35,167 = 46,712 mm
b = sisa curah hujan waktu surut hari kedua selama 14 jam 50 menit yaitu
99,704 – 63,176 = 36,528 mm
b’ = curah hujan yang tertahan waktu pasang hari ketiga selama 10 jam yaitu
102,902 – 63,176 = 39,726 mm
c = sisa curah hujan waktu surut hari ketiga selama 14 jam 50 menit yaitu
117,477 – 87,686 = 29,791 mm
c’ = curah hujan yang tersisa di saluran waktu pasang hari ketiga selama 10
jam yaitu 122,787 – 87,686 = 35,101 mm
Syarat dan ketentuan drainase:
Jadi dari grafik di atas diketahui bahwa syarat dan ketentuan drainase telah
terpenuhi. Sehingga dapat direncanakan dimensi saluran tersier (drainase)
untuk menampung atau membuang kelebihan air yang diakibatkan oleh
tingginya intensitas hujan sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman
(Firmansyah, 2014).
67 | Y u s A k t i v a P M .
Tugas| T e k n i k D r a i n a s e
Daftar Pustaka
Budi Triadi, L., 2002. Pengelolaan Sistim Tata Air Lahan Rendah, Prosiding
Peringatan Hari Air Sedunia 2002 dan Forum Air Indonesia II, Pekanbaru.
Brown, Larry C. and Zucker, Lesile A., 1988. Agriculture Drainage, Water Quality
Impacts and Subsurface Drainage Studies in Midwest, The Ohio State
University Extention Bulletin, Ohio.
Chandra A. Madramootoo, 2002. Agriculture, Environmental and Socio-economic
Benefits of Drainage, The Plastics Pipe Institute.
Chow, Ven Te. 1997 Open Channel Hydraulics. Terjemahan E.V nensi Rosalina.
Jakarta: Erlangga
Departemen Pekerjaan Umum. 2006. Perencanaan Sistem Drainase Jalan. Jakarta:
PU
Hasmar Halim A.H (2011). Drainasi Terapan. Yogyakarta: Penerbit UII Press.
Kamiana, I Made. 2010. Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Marsi, 2002. Karakteristik Kimia dan Kesuburan Tanah Serta Kualitas Air Daerah
Rawa Pasang Surut, Bahan Pelatihan Nasional Manajemen Daerah Rawa,
Palembang.
Mulyanto. 2013. Penataan Drainase Perkotaan. Graha Ilmu Yogyakarta.
Mursaha Manan, Ir., 2002. Rancangan Sistem Drainase (Jaringan Reklamasi),
Sistem Reklamasi Rawa, Saluran dan Pintu Air. Pusat Penelitian Manajemen
Air dan Lahan, Lembaga Penelitian, Universitas Sriwijaya.
Sugiharto, 2008. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta:Universitas
Indonesia
Soemarto. C. D. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya : Penerbit Usaha Nasional.
Sosrodarsono, Suyono, 1980. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Andi Yogyakarta
Dewi, Ajeng K. 2014. Evaluasi Sistem Saluran Drainase Di Ruas Jalan Solo Sragen
Kabupaten Karanganyar, E-Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL Volume 2
Nomor.1:halaman2
68 | Y u s A k t i v a P M .