Bencana didefiniskan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana jenis – jenis bencana meliputi Bencana Alam Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempabumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor Bencana non-Alam Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Bencana Sosial Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
2. Definisi Mitigasi Bencana Banjir
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengurasi atau mencegah resiko dari bencana tersebut, baik itu melalui pembangunan fisik maupun peningkatan dan penyadaran kepada masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana yang sudah tertera di Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Mitigasi bencana banjir adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi resiko dari bencana banjir.
3. Peran Teknik Sipil Dalam Mitigasi Bencana Banjir
Teknik sipil merupakan bidang keilmuan mengenai bagaimana merancang, mendesign dan mambangun tidak hanya bangunan namun juga infrastuktur lingkungan. Dalam mitigasi bencana alam banir Teknik Sipil memegang peranan penting dalam mitigasi structural. Mitigasi Struktural adalah upaya yang dilakukan untuk meminimalisir bencana seperti dengan melakukan pembangunan kanal khusus untuk mencegah banjir dan dengan membuat rekayasa teknis bangunan tahan bencana, serta infrastruktur bangunan tahan air. Dimana infrastruktur bangunan yang tahan air nantinya diharapkan agar tidak memberikan dampak yang begitu parah apabila bencana tersebut terjadi. Beberapa contoh peran Teknik Sipil dalam mitigasi bencana banjir yaitu Membangun tembok pertahanan dan tanggul, sangat dianjurkan untuk membangun tembok pertahanan dan tanggul di sepanjang aliran sungai yang memang rawan apabila terjadi banjir, seperti kawasan yang dekat dengan penduduk. Hal ini sangat membantu untuk mengurangi resiko dari bencana banjir yang kerap terjadi pada tingkat debit banjir yang tidak bisa diprediksi, misalnya adalah banjir bandang. Membangun bendungan / waduk guna membendung banjir. Bendungan dapat mengatur kecepatan aliran dan debit air, diusahakan untuk memperhatikan kecepatan aliran dan debit air di daerah hulu. Pembuatan sudetan untuk mengatur aliran air.
4. Analisa Mitigasi Bencana Banjir Melalui Pembuatan Drainase
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Drainase yang berasal dari bahasa Inggris “drainase” yang mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Dalam bidang teknik sipil, drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu. Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Jadi, drainase menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga air tanah. Saat ini sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yang sangat penting. Kualitas manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang ada. Sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari genangan air. Genangan air menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan jorok, menjadi sarang nyamuk, dan sumber penyakit lainnya, sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan, dan kesehatan masyarakat. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permkaantanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir. Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem drainase yang ada dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Drainase perkotaan didefinisikan sebagai ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial-budaya yang ada di kawasan kota. Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah yang meliputi: - Permukiman. - Kawasan industri dan perdagangan. - Kampus dan sekolah. - Rumah sakit dan fasilitas umum. - Lapangan olahraga. - Lapangan parkir. - Instalasi militer, listrik, dan telekomunikasi. - Pelabuhan udara. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari perasana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Fungsi dari drainase adalah : Membebaskan suatu wilayah (terutama yang padat pemukiman ) dari genangan air atau banjir. Memperkecil resiko kesehatan lingkungan , bebas dari malaria (nyamuk) dan penyakit lainnya. Pembuangan air limbah rumah tangga. Mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan dapat difungsikan secara optimal. Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air/banjir. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada. . Ada bebrapa jenis drainase antara lain; Menurut Sejarah Terbentuknya - Drainase Alamiah ( Natural Drainase ) Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-gorong dan lain- lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai. - Drainase Buatan ( Arficial Drainage ) Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa- pipa dan sebagainya. Menurut Letak Bangunan - Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage) Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open chanel flow. - Drainase Bawah Permukaan Tanah Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan itu antara lain Tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain. Menurut Fungsi - Single Purpose Saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya seperti limbah domestik, air limbah industri dan lain – lain. - Multi Purpose Saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik secara bercampur maupun bergantian. Menurut Konstruksi - Saluran Terbuka Saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/mengganggu lingkungan. - Saluran Tertutup Saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di kota/permukiman. Menurut Letak Saluran - Drainase Permukaan Drainase Memanjang dan drainase Melintang Drainase Bawah Permukaan Drainase bawah permukaan mempunyai fungsi utama yaitu untuk menampung dan membuang air yang masuk ke dalam strukur jalan, sehingga tidak sampai menimbulkan kerusakan pada jalan Pola Jaringan Drainase Siku, dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di tengah kota. Pararel, saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri. Grid Iron, untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan. Alamiah, sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar Radial, pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah. Sistem jaringan drainase di dalam wilayah kota di bagi atas 2 bagian yaitu: drainase major dan drainase minor. Sistem Drainase Mayor (utama) Sistem drainase mayor adalah system saluran/badan air yang menampun dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area). System drainase mayor ini disebut juga sebagai system saluran pembuangan utama. System ini merupakan penghubung antara drainase dan pengendalian banjir. Debit rencananya dipakai untuk system drainase ini periode ulang lebih antara 5 sampai 10 tahun. Sedangkan untuk pengendalian banjir di Indonesia mengingat keterbatasan dana untu sungai – sungai besar dipakai periode ulang antara 25 sampai 50 tahun. System mayor biasanya meliputi saluran drainase primer dan sekunder. Sistem Drainase Mikro Sistem drainase mikro adalah system saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan dimana sebagian besar di dalam wilayah kota. Secara keseluruhan yang termasuk dalam system drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong – gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Dalam perencanaan Sistem Drainase, arahan dalam pelaksanaan penyediaan sistem drainase adalah : - Harus dapat diatasi dengan biaya ekonomis. - Pelaksanaannya tidak menimbulkan dampak sosial yang berat. - Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana. - Memanfaatkan semaksimal mungkin saluran yang ada. - Jaringan drainase harus mudah pengoperasian dan pemeliharannya - Mengalirkan air hujan ke badan sungai yang terdekat.
5. Konsep Penanganan Sistem Drainase
Konsep pemecahan masalah drainase jangka pendek - Memperbaiki fungsi pelayanan drainase pusat kota yang ada dengan pembangunan saluran baru, rehabilitasi saluran, pemeliharaan saluran. - Menghindari penggunaan saluran drainase yang ditengarai dapat merusak fungsi saluran, seperti penggunaan saluran drainase sebagai tempat pembuangan sampah dan pendirian bangunan di atasnya. - Melakukan normalisasi atau meningkatkan kapasitas saluran yang ada di sistem drainase lokal. - Untuk daerah genangan yang tidak memungkinkan untuk didrain, direncanakan sebagai kolam penampungan dengan pola defensi (menampung air sementara), misalnya dengan membuat kolam penampungan. - Untuk daerah yang mempunyai topografi lebih tinggi dibuat kolam dengan pola retensi (meresapkan), seperti pembuatan sumur resapan. - Melakukan normalisasi atau meningkatkan kapasitas saluran yang ada di sistem drainase utama dan pengendalian banjir. - Untuk daerah pantai yang sering terjadi back water akibat air pasang dari laut, dibuat sistem drainase dengan sistem polder yang berfungsi untuk menampung air sementara ketika muka air laut lebih tinggi dari muka air yang ada di saluran drainase (muka air laut pasang), dan selanjutnya memompa air yang ada pada polder untuk dibuang ke saluran yang ada di hilirnya untuk menuju ke laut. Pada bangunan polder ini dilengkapi pintu air, sehingga ketika muka air laut lebih rendah dari muka air di saluran drainase maka pintu air dibuka dengan tujuan untuk mengalirkan air drainase secara grafitasi ke laut. 6. Konsep pemecahan masalah drainase jangka menengah; - Penyusunan atau merevisi master plan drainase kota. - Penyusunan PERDA Drainase kota. 7. Konsep pemecahan masalah drainase jangka panjang; - Pengaturan dan penataan sungai sebagai sistem drainase utama. - Pelestarian daerah aliran sungai, sehingga mempunyai kualitas lingkungan yang lebih bagus. - Perlunya perencanaan dan pembangunan waduk, salah satunya yaitu waduk benda yang berfungsi sebagai pengendali banjir pada musim hujan dan untuk menjaga ketersediaan sumber air pada musim kemarau.
6. Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan
Drainase didefinisikan sebagai pembuangan air permukaan, baik secara gravitasi maupun dengan pompa dengan tujuan untuk mencegah terjadinya genangan, menjaga dan menurunkan permukaan air sehingga genangan air dapat dihindarkan. Drainase perkotaan berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga tidak merugikan masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Kelebihan air tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestik maupun air limbah industri. Oleh karena itu drainase perkotaan harus terpadu dengan sanitasi, sampah, pengendali banjir kota dan lainnya. Pengembangan permukiman di perkotaan yang demikian pesatnya justru makin mengurangi daerah resapan air hujan karena luas daerah yang ditutupi oleh perkerasan semakin meningkat dan waktu berkumpulnya air (time of concentration) pun menjadi jauh lebih pendek sehingga pada akhirnya akumulasi air hujan yang terkumpul melampaui kapasitas drainase yang ada. Banyak kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding pond) dan bantaran sungai kini menjadi tempat hunian. Kondisi ini akhirnya akan meningkatkan volume air permukaan yang masuk ke saluran drainase dan sungai. Hal ini dapat dilihat dari air yang meluap dari saluran drainase, baik di perkotaan maupun di permukiman, yang menimbulkan genangan air atau bahkan banjir. Hal itu terjadi karena selama ini drainase difungsikan untuk mengalirkan air hujan yang berupa limpasan (run-off) secepat-cepatnya ke penerima air/badan air terdekat. Untuk mengatasi permasalahan infrastruktur tersebut diperlukan sistem drainase yang berwawasan lingkungan dengan prinsip dasar mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga dapat dialirkan secara terkendali dan lebih banyak memiliki kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Hal ini dimaksudkan agar konservasi air tanah dapat berlangsung dengan baik dan dimensi struktur bangunan sarana drainase dapat lebih efisien. Pengelolaan drainase secara terpadu berwawasan lingkungan merupakan rangkaian usaha dari sumber (hulu) sampai muara (hilir) untuk membuang/mengalirkan hujan kelebihan melalui saluran drainase dan atau sungai ke badan air dengan waktu seoptimal mungkin sehingga tidak menyebabkan terjadinya masalah kesehatan dan banjir di dataran banjir yang dilalui oleh saluran dan atau sungai tersebut (akibat kenaikan debit puncak dan pemendekan waktu mencapai debit puncak). Berbeda dengan prinsip lama, yaitu mengalirkan limpasan air hujan ke badan air penerima secepatnya, drainase berwawasan lingkungan bekerja dengan berupaya memperlambat aliran limpasan air hujan.\ Prinsipnya, air hujan yang jatuh ditahan dulu agar lebih banyak yang meresap ke dalam tanah melalui bangunan resapan, baik buatan maupun alamiah seperti kolam tandon, sumur-sumur resapan, biopori, dan lain-lain. Hal ini dilakukan mengingat semakin minimnya persediaan air tanah dan tingginya tingkat pengambilan air. Pengembangan prasarana dan sarana drainase berwawasan lingkungan ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan sesuai dengan kaidah konservasi dan keseimbangan lingkungan. Konsep inilah yang ingin mengubah paradigma lama dalam pembangunan drainase khususnya di perkotaan. Pelestarian prasarana dan sarana drainase mandiri berbasis masyarakat sangat bergantung pada kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengoperasikan, memanfaatkan, dan memelihara prasarana dan sarana yang ada. Secara umum aspek yang perlu diperhatikan dalam pelestarian adalah pengelolaan prasarana dan sarana serta penyuluhan dan pedoman pemeliharaan yang mengedepankan partisipasi masyarakat. Masyakarat dapat berperan dan berpartisipasi dalam setiap tahapan perencanaan, pembangunan, operasional dan pemeliharaan sistem jaringan drainase melalui beberapa tahap, antara lain: - Tahap Survei dan Investigasi: masyarakat dapat memberikan informasi calon lokasi yang akan dibangun dan kondisi setempat seperti kelayakan dari segi teknis dan ekonomi. - Tahap Perencanaan: masyarakat dapat ikut serta dalam persetujuan, kesepakatan dan penggunaan dari perencanaan yang telah dibuat. - Tahap Pembebasan Lahan: masyarakat memberi kemudahan dan memperlancar proses pembebasan lahan apabila lahan masyarakat terkena dampak pembangunan. - Tahap Pembangunan: masyarakat dapat ikut serta dalam pengawasan dan terlibat dalam pelaksanaan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan. - Tahap Operasi dan Pemeliharaan: masyarakat ikut serta aktif dalam pemeliharan dan pengoperasian, melaporkan jika ada kerusakan. - Tahap Monitoring dan Evaluasi: masyarakat dapat memberikan data yang benar dan nyata sesuai dengan kondisi eksisting di lapangan terkait segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek serta dampak yang ditimbulkannya. Cara paling efektif agar drainase berwawasan lingkungan ini dapat berkelanjutan adalah peran serta masyarakat untuk ikut aktif di dalam penerapan pelestarian air tanah karena jika persediaan air tanah habis, merekalah yang paling merasakan akibatnya. Masyarakat dapat berperan aktif untuk ikut menabung air melalui kolam tandon penampung air hujan, berupa reservoir bawah tanah maupun dengan tangki penampung yang berfungsi menampung dan mengalirkan air hujan yang jatuh dari permukaan tanah, bangunan, juga atap rumah. Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan kerugian jiwa, harta dan benda. Kerugian akibat banjir adalah perhitungan kerusakan bangunan, kehilangan barang berharga, hingga opportunity cost saat semua orang tidak bisa masuk kerja dan sekolah. Banjir tidak dapat dicegah, namun hanya dapat dikendalikan dan dikurangi dampak kerugian yang diakibatkannya. Berhubung datangnya relatif cepat, untuk mengurangi kerugian akibat bencana tersebut perlu dipersiapkan penanganan secara cepat dan tepat. Daftar Pustaka; A.W Coburn., et al. 1994. Mitigasi Bencana. Cambridge Architectural Research Limited. The Oast House, Malting Lane, Cambridge. United Kingdom Gupta, A., 2003. Flood and Floodplain Management in North East India ; An Ecological Perspective. Proceedings of the 1st International Conference on Hyadrology and Water Resources in Asia Pacific Region (APHW 2003). Kyoto. Medhiansyah P & Adjie. 2014. Mitigasi Kawasan Rawan Banjir Rob di Kawasan Pantai Utara Surabaya. diakses pada tanggal 25 april 2018 available @at http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/7252 Nisa, F. (2014). Manajemen Penanggulangan Bencana Banjir, Puting Beliung, dan Tanah Longsor di Kabupaten Jombang. Jkmp, 2(2), 103–116. Rusilowati, A., & Binadja, A. (2012). Mitigasi Bencana Alam Berbasis Pembelajaran Bervisi Science Environment. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (Indonesian Journal of Physics Education), 8(1), 51–60. Retrieved from http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI Suleman, S. A., Apsari, N. C., & Bencana, M. (2017). 6 Peran Stakeholder Dalam Manajemen Bencana Banjir, 4(24), 1–140. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana