Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH DRAINASE

SISTEM DRAINASE PERKOTAAN


Dosen Pembimbing : Bpk. Mursid, ST. MT.

Erwin Batista

1116020028

2 Sipil 2

Teknik Sipil

Program Studi Konstruksi Sipil

Politeknik Negeri Jakarta


Jalan Prof. Dr. G.A Siwabessy, Kampus Baru UI Depok 16424.
Sistem Drainase Perkotaan

BAB I

Pendahuluan

1.1Latar Belakang

Seiring berjalannya waktu hakekat manusia tidak lagi hidup berpindah


– pindah (nomaden), melainkan berkumpul di satu tempat dalam satu
kelompok. Kelompok dari sekumpulan manusia yang menempati suatu
wilayah disebut sebagai Masyarakat. Siklus air di wilayah tersebut pasti
tidak akan tetap selamanya, akan terus mengalami perubahan dan kerap
kali mengalami kadar air yang berlebih. Kondisi ini akan mengganggu
kehidupan masyarakat pemukiman dan memunculkan beberapa
permasalahan sosial, seperti ; Musim hujan berkelanjutan yang lama –
lama bisa menyebabkan banjir, menggenangnya limbah air buangan yang
jika tidak segera ditangani dapat menjadi sumber penyakit. Dari faktor
tersebutlah manusia yang semakin berkembang menginginkan untuk
menciptakan suatu sistem yang dapat memberikan kenyamanan dan
meningkatkan kesejahteraan hidupnya dengan cara melindungi daerah
pemukiman dari air berlebih dan limbah buangan, sebagai realisasi dari
keinginan ini munculah Sistem Drainase yang dapat menjadi solusi untuk
permasalahan tersebut. Sistem Drainase perkotaan juga bisa direalisasikan
karena kemampuan manusia yang dapat mengenali dan sadar akan
bahaya dari limbah buangan, dan siklus terjadinya air berlebih.
Drainase sendiri berasal dari bahasa Inggis yaitu “To Drain”yang memiliki
arti untuk mengalirkan air. Drainase sendiri memiliki arti tersendiri yang
telah didefinisakan oleh beberapa ahli, Merujuk pada pengertian dari
Suhardjono (1948), Drainase diartikan sebagai usaha untuk mengontrol
kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan
pada suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang
ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Jadi kita dapat menyimpulkan
bahwa Drainase memiliki makna sebagai sistem pembuangan baik untuk
air bersih dan air limbah yang berasal dari daerah pemukiman, pertanian,
dan sebagainya, dan dialirikan diatas maupun dibawah permukaan tanah
menuju badan air maupun bangunan resapan yang telah di buat. Sistem
Drainase merupakan fasilitas dasar yang dirancang sedemikian rupa dan
merupakan salah satu komponen paling penting dalam perencanaan
infrastruktur suatu kota.

Semakin modern dan berkembangnya kawasan perkotaan maka akan


semakin diperlukan suatu sistem Drainase yang lebih baik untuk menjaga
kenyamanan masyarakat. Selain untuk menjaga kenyamanan masyarakat,
sistem Drainase yang baik akan memberikan banyak manfaat, seperti
meningkatnya kesehataan penduduk yang tentu saja juga meningkatkan
kualitas hidup penduduk di wilayah tersebut. Drainase adalah prasarana
umum yang dibutuhkan oleh seluruh masyarakat untuk merealisasikan
kehidupan di perkotaan yang nyaman, bersih, dan sehat.
Beberapa fungsi adanya saluran Drainase ;

- Mengeringkan daerah becek yang terjadi karena genangan air


- Mengendalikan kerusakan jalan dan erosi tanah
- Mengendalikan air berlebih yang disebabkan oleh musim hujan
sehingga tidak terjadi bencana banjir
- Meningkatkan kesehatan lingkungan, sistem drainase yang lancar
dapat menekan resiko penyakit yang dapat disebarkan melalui air
kotor
- Mengoptimalkan tata guna lahan dan dapat memperkecil resiko
kerusakan struktur tanah

Dibutuhkan perencanaan sistem Drainase yang teliti dan komprehensif


karena sistem Drainase meski harus bisa” mengalirkan” air sehingga tidak
mengganggu masyarakat, disisi lain harus ada beberapa hal pula yang
diperhatikan. Contohnya, Air hujan yang ada di permukaan tanah jika
dibuang langsung ke sungai dan tidak dibiarkan untuk meresap ke tanah
(yang berguna sebagai cadangan air tanah) dapat menyebabkan
kekeringan. Contoh lainnya adalah, jika semua air disalurkan ke sungai
tanpa adanya penyaringan terlebih dahulu dapat menyebabkan air sungat
tidak lagi mengalirkan air bersih, karena air sungai tersebut telah
terkontaminasi dengan air limbah yang dihasilkan manusia. Dari sini kita
bisa melihat, sistem Drainase yang tidak baik dan tidak modern akan dapat
memberikan banyak permasalahan lingkungan.
Drainase sendiri tidak hanya menyangkut tentang air yang ada di
permukaan juga air tanah, seperti yang sudah dibahas diatas Drainase
memiiliki arti sebagai rangkaian bangunan air yang dapat digunakan
untuk membuang kelebehihan air yang ada disuatu wilayah sehingga
keadaan sosial masyarakat terjamin dan juga lahan yang ada dapat
difungsikan secara optimat. Sistem Drainase sendiri dibuat dari eeberapa
bangunan yang memiliki kemampuan dan cara kerja masing – masing.
Sistem Drainase terdiri dari ; saluran penerima, saluran pengumpul,
saluran pembawa, saluran induk, badan air penerima. Tidak hanya ke-5 itu
saja, namun banyak juga bangunan penunjang lain yang dapat kita lihat
sebagai penunjang dari berjalannya 5 sistem utama itu, antara lain seperti
pintu air, gorong – gorong, jembatan air, stasiun pompa, dll. Air yang
dialirkan itu tidak langsung dimasukkan ke badan air penerima,
melainkan harus diolah dulu di instalasi khusus pengolah air limbah atau
yang biasa disebut IPAL. Hanya air yang telah memenuhi kualitas mutu
tertentu yang dapat dimasukkan ke badan air penerima. Seperti yang telah
dijelaskan diatas, proses pengolahan air ini dilakukan agar sistem Drainase
yang ada tidak merusak lingkungan.

Perkembangan dari sistem Drainase dipengaruhi oleh banyak ilmu khusus


seperti hidrologi, statistika, mekanika tanah, dll. Ilmu Drainase juga
menjadi lebih mudah dengan dibantu oleh perkembangan IT. Oleh karena
itu untuk menciptakan sistem Drainase Perkotaan yang baik memerlukan
kerjasama dari ahli – ahli di bidang khusus seperti yang ada diatas.
1.2Rumusan Masalah

a) Sejarah dibentuknya Sistem Drainase


b) Klasifikasi Sistem Drainase Perkotaan (Fisik, Sejarah terbentuknya,
letak bangun, fungsi, konstruksi, dll)
c) Faktor – faktor yang mempengaruhi permasalahan drainase
perkotaan
d) Operasi dan Pemeliharaan sistem Drainase Perkotaan
e) Tahap – tahap perencanaan membuat sistem Drainase Perkotaan
f) Perbandingan Sistem Drainase Indonesia dan beberapa negara lain
BAB II

Pembahasan dan Analisis

2.1Klasifikasi dari Sistem Drainase Perkotaan

Setelah melewati berbagai penelitian dan pengembangan, sistem


Drainase yang ada telah mengalami perubahan dan telah diklasifikasikan
agar mempermudah kita untuk mempelajari lokasi penempatan-nya.
Klasifikasi dari Sistem Drainase antara lain, menurut sejarah terbentuknya,
letak bangunnya, fungsi, konstruksi, Fisiknya, Jenis, dll.

Dimulai dari yang utama, menurut sejarah terbentuknya Drainase


diklasifikasikan dalam dua metode. Yaitu adalah Drainase Alamiah
(natural drainage), dan Drainase Buatan (Artificial drainage). Drainase
Alamiah dibangun tanpa bangunan penunjang buatan, sistem ini ada
secara alami tanpa bantuan manusia. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air
bergerak yang disebabkan oleh grafitasi. Drainase Alamiah ini di
contohnya seperti sungai, dan sangat diandalkan oleh masyarakat zaman
dahulu yang belum mengenal cara pembuatan Drainase.

Drainase Buatan adalah langkah yang dilakukan manusia setelah


menyadari bahwa jika hanya mengandallkan Drainase Alamiah tidak akan
tercukupi. Drainase Buatan memerlukan analisis ilmu Drainase kusus serta
juga memerlukan bangunan khusus seperti selokan, gorong – gorong, dan
lain lain.
Menurut letak bangunan dan fungsi Drainase juga dibagi menjadi dua.
Letak bangunan; (1) Drainase permukaan tanah, sistem pembuangan
untuk menyalurkan air yang berada di permukaan tanah, seperti yang
dihasilkan saat musim hujan. Hal ini dilakukan agar mencegah adanya
genangan, bahkan terjadi banjir. (2) Drainase permukaan bawah tanah,
sistem pembuangan yang mengalirkan kelebihan air yang terdapat di
bawah tanah. Salah satu keuntungan Drainase permukaan bawah tanah
adalah dapat mengurangi ketinggian muka air tanah sehingga beberapa
tanaman dapat tumbuh dengan baik. Merujuk pada Fungsinya, (1) Single
Purpose adalah jenis saluran yang berfungsi mengalirkan hanya satu jenis
air buangan saja, seperti dikhususkan untuk aliran air hujan, limbah
industry atau limbah industry. (2) Multi Purpose berbeda dengan saluran
sebelumnya, saluran multi dapat mengalirkan beberapa jenis aliran
buangan baik secara dicampur maupun bergantian.

Menurut kontruksinya di klasifikasikan juga menjadi dua, yaitu ;

A. Saluran Terbuka

Awalnya sistem saluran ini hanya untuk menampung dan mengalirkan air
hujan, namun karena beberapa hal sistem saluran ini dialihfungsikan
menjadi saluran campuran. Konstruksinya-pun berbeda baik di daerah
pinggiran kota, maupun dalam kota. Di pinggiran kota saluran ini tidak
diberikan lapisan pelindung, namun di dalam kota saluran terbuka ini
harus diberi lapisan pelindung dengan beton. Sistem saluran terbuka
biayanya lebih rendah dibandikan dengan saluran tertutup, saluran ini
juga tidak menggunakan teknologi yang rumit. Penampungan saluran
terbuka lebih sering berbentuk trapezium, namun tetap menyesuaikan
dengan kondisi lahan yang ada. Jika lahan yang tersedia terbatas, maka
saluran ini bisa juga dibuat berbentuk persegi.

B. Saluran Tertutup

Saluran ini diperuntukkan untuk air kotor yang dapat mengganggu


kesehatan, sistem ini sangat cocok untuk digunakan di daerah perkotaan
metropolitan yang memiliki tingkat penduduk yang padat dan kondisi
lahan yang dimiliki juga terbatas. Saluran ini berbentuk pipa beton, besi
tuang, bahan – bahan yang tidak akan berkarat. Saluran ini ditanam
beberapa meter di bawah muka tanah, karena memerlukan teknologi yang
lebih maju harga pembuatan saluran ini lebih mahal dan pembuatannya
juga memakan waktu yang lebih lama. Bangunan saluran ini harus
diberikan bangunan untuk pemeriksaan tiap 25 – 50 m jaraknya. Dengan
menggunakan sistem saluran tertup, dalam memberi keuntungan seperti
memanfaatkan permukaan tanah untuk keperluan lain.

Ada tiga bentuk fisik dalam Sistem Saluran Drainase, yaitu adalah :
Sistem Saluran Primer -> Saluran utama yang menerima aliran dari
saluran sekunder, akhir saluran primer adalah
Badan Penerima Air.
Sistem Saluran Sekunder -> Saluran terbuka atau tertutup yang
menerima aliran dari saluran tersier dan
permukaan sekitar. Aliran air ini akan disalurkan
lagi ke saluran primer.
Sistem Saluran Tersier -> Saluran Drainase yang menerima dari seluruh
saluran drainase lokal.

Berdasarkan Fungsi Layanannya, Drainase juga dibagi menjadi beberapa


klasifikasi, diantaranya adalah ; (1) Sistem Drainase Lokal yang merupakan
saluran awal suatu kawasan kota, dan pemukiman serta area sekitarnya.
(2) Sistem Drainase Utama yang tergabung dari saluran drainase primer,
sekunder, dan tersier, serta juga bangunan – bangunan lain yang buat
untuk melengkapi sistem ini. Sistem ini dikelola dan merupakan tanggung
jawab pemerintah kota. (3) Pengendalian Banjir, sistem ini berfungsi untuk
mengendalikan air sungai agak dapat memberi manfaat kepada
masyarakat dan tidak mengganggu kelangsungan hidup.

Pola Jaringan Drainase


1. Siku
Dibuat didaerah yang memiliki wilayah lebih tinggi daripada sungai.
2. Pararel
Merupaka saluran utama yang terletak sejajar dengan saluran sekunder.
Saluran di desain agar dapat menyesuaikan diri jika terjadi perkembangan
kota hal ini dikarenakan saluran cabang banyak dan pendek – pendek.
3. Grid Iron
Saluran yang dibuat untuk daerah yang memiliki sungai dipinggir kota.
4. Alamiah
Sama dengan pola siku, namun beban sungai disini lebih besar.
5. Radial
dibuat pada wilayah yang berbukit, sehingga pola saluran memencar.

2.2Permasalahan yang kerap terjadi dalam Sistem Drainase Perkotaan

Drainase di perkotaan merupakan hal yang dibutuhkan, seperti yang telah


dijelaskan diatas memiliki banyak manfaat untuk masyarakat setempat.
Namun Drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak sekali
faktor yang mempengaruhi segala pertimbangan dalam pembuatan Sistem
Drainase. Diantaranya adalah ;

A. Peningkatan Debit

Manajemen sampah yang kurang baik dan membuat penyempitan saluran


dan sungai. Hal ini mengakibatkan saluran drainase menjadi berkurang
dan tidak dapat menampung debit yang telah ditentukan sehingga air
menjadi meluap dan menyebabkan genangan – genangan.

B. Jumlah Penduduk

Meningkatnya jumlah penduduk yang sangat cepat dibarengi dengan


penambahan limbah baik berbentuk cair maupun padat.

C. Tanah Ambles
Yang diakibatkan oleh pengamblan air tanah yang berlebehian, hal ini
membuat beberapa bagian kota terletak dibawah muka air laut pasang.

Untuk mencegah kerusakan Drainase serta penanganannya perlu


dilakukan beberapa hal seperti mengadakan penyuluhan dari pemerintah
untuk masyarakat tentang bahaya dari membuang sambah sembarangan,
di sediakan tempat sampah diseluruh sudut kota, membuat bak pengontor
saringan agar sampah yang masuk ke Drainase dapat langsung dibuang
dan tidak mengendap, mengembangkan fasilitas untuk menahan,
menyimpan serta pembuatan fasilitas resapan air hujan.

Pembangunan Sistem Drainase memerlukan prinsip – prinsip utama untuk


menjamin :

A. Kapasitas sistem yang dimiliki harus mencukupi, baik untuk


melayani pengaliran air ke badan penerima air, maupun ntuk
meresapkan air ke dalam tanah. Untuk mencapai kapasitas yang
memadai dilakukan perencanaan berdasarkan prinsip hidrologi.
B. Pembangunan sistem drainase perkotaan harus memperhatikan
fungsi drainase sebagai prasarana kota.
C. Sedapat mungkin menggunakan sistem gravitasi, hanya dalam hal
sistem gravitasi tidak memungkinkan baru digunakan sistem pompa.
D. Meminimalisasi pembebasan lahan.
E. Meminimalisirkan aliran permukaandan memaksimalkan resapan.
F. Letak sistem memenuhi kriteria perkotaan dan memiliki kesempatan
untuk perluasan sistem.
G. Dalam pelaksanaannya harus mempehatikan segi hydraulik dan tata
letak dalam kaitannya dengan prasarana lainnya (jalan, dan utilitas
kota).
H. Stabilitas sistemharus terjamin, baik dari segi struktural, keawetan
sistem dan kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan.
I. Pembuatan Kolam Retensi dan Sistem Polder disusun dengan
memperhatikan faktor sosial ekonomi antara lain perkembangan
kota dan rencana prasarana dan sarana kota.
J. Kelayakan pelaksanaan Kolam Retensi dan Sistem Polder harus
berdasarkan tiga faktor antara lain : biaya konstruksi, biaya operasi
dan biaya pemeliharaan.

Secara garis besar langkah-langkah perencanaan drainase dapat


disimpulkan sebagai berikut:

Analisa Topografi

 Skema aliran rencana Drainase


 Luas daerah yang dialirkan
 Panjang saluran yang dibutuhkan

Analisa Hidrologi

 Curah hujan maksimum


 Intensitas curah hujan

Analisa Hidrolika
 Kecepat aliran yang terdapat di dalam saluran Drainase
 Rencana jumlah debit saluran

Perencanaan bangunan sistem Drainase,

 Bangunan terjunan
 Semur Resapan

Parameter Penentuan Prioritas Penanganan, meliputi tinggi genangan, luas


genangan, dan berapa lama genangan terjadi.

Faktor Medan dan Lingkungan

1. Topografi: Pembangunan drainase pada daerah datar harus


memperhatikan sistem pengaliran dan ketersediaan air yang
dialirkan.
2. Kestabilan tanah: pembangunan di daerah lereng pegunungan harus
memperhatikan masalah longsor yang disebabkan oleh kandungan
air tanah.

Rencana Induk sistem drainase perkotaan adalah perencanaan menyeluruh


sistem drainase pada suatu wilayah perkotaan, untuk perencanaan 25
tahun. Lingkupnya adalah sistem drainase utama saja yang berada dalam
suatu daerah administrasi.

Dalam sistem Drainase juga terdapat studi kelayakan yang dilakukan di


sistem drainase perkotaan satu atau lebih daerah pengaliran air untuk
waktu 5 atau 10 tahun. Yang melingkupi :
1. Lingkupnya diarahkan pada daerah prioritas yang telah ditentukan
dalam rencana induk.
2. Kajian meliputi kelayakan teknik, kelayakan keuangan/sosial
ekonomi, kelayaan kelembagan serta kelayakan lingkungan.

Perencanaan teknis dibuat untuk daerah prioritas yang telah mempunyai


studi kelayakan atau rencana kerangka (outline plan). Jangka waktu
perencanaan untuk 2 sampai 5 tahun. Rencana teknis harus membuat
persyaratan teknis dan gambar teknis, kriteria perencanaan dan langkah-
langkah konstruksi.

Operasi dan Pemeliharaan

1. Merupakan dua kegiatan yang berbeda, namun tidak dapat saling


dipisahkan, karena saling pengaruh mempengaruhi satu dan lainnya.

2. Operasi adalah kegiatan untuk menjalankan dan memfungsikan


prasarana dan sarana drainase perkotaan sesuai dengan maksud dan
tujuannya.

3. Pemeliharaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin


fungsi prasarana dan sarana drainase perkotaan sesuai dengan
rencana.

Kondisi sistem drainase biasanya cepat menurun, sehingga mempengaruhi


kinerja sistem. Oleh karena itu diperlukan program pemeliharaan yang
lengkap dan menyeluruh, yang meliputi; kegiatan pengamanan dan
pencegahan, kegiatan perawatan dan kegiatan perbaikan.

Pengamanan dan Pencegahan


Meruapakan kegiataan/usaha yang dilakukan untuk pengamanan atau
menjaga kondisi dan/ fungsi sistem dari hal- hal yang dapat
mengakibatkan rusaknya jaringan, kegaiatn ini meliputi; inspeksi rutin,
dan peraturan terkait tentang larangan merusak bangunan drainase dan
larangan membuang sampah di saluran/ kolam.

Kegiatan Perawatan
Kegiatan perawatan adalah usaha-usaha untuk mempertahankan kondisi
dan /atau fungsi sistem tanpa ada bagian konstruksi yang diubah /
diganti, kegiatan ini meliputi; Perawatan rutin dan Perawatan berkala.
Kegiatan PerbaikKegiatan perbaikan adalah usaha-usaha untuk
mengembalikan kondisi dan/atau fungsi sistem yang mengalami
kerusakan / tidak berfungsi, kegiatan ini meliputi; Pemeliharaan khusus
dan Rehabilitasi.

Pentingnya Operasi dan Pemeliharaan – SDP

 Kesehatan masyarakat SDP yang berfungsi dengan baik dapat


membantu meningkatkan kesehatan masyarakat.

 Manajemen asset Semua bangunan SDP mengeluarkan biaya yang


besar, dan diperlukan biaya yang lebih besar lagi pada rekonstruksi.
Sehingga pemeliharaan sangat diperlukan.
 Menjaga kapasitas hidraulik Fungsi utama pemeliharaan adalah
menjaga/ mepertahankan kapasitas sesuai rencana.

2.3 Sistem Drainase di Indonesia vs Sistem Drainase Luar Negeri

Setiap negara memiliki strategi – strategi yang berbeda dan tertentu dalam
menghadapi masalah pembuangan limbah yang dimiliki negaranya.
Semua itu tergantung dari wilayah topografi dan teknologi yang
dimilikinya. Negara yang memiliki teknologi Drainase paling bagus adalah
Belanda. Belanda memiliki sistem pengelolaan air yang sangat canggih
semua ini dilakukan karena sebagai usaha Belanda karena memiliki tinggi
tanah yang berada di bawah permukaan air laut. Berdasarkan permasalah
ini, dan karena dorongan kebutuhan pemukiman setempat yang semakin
dipenuhi penduduk akhirnya Belanda mengatasi permasalahan ini dengan
menciptakan sistem eco-drainage (eko drainase). Teknologgi ini sangat
ramah lingkungan, dan mampu berkontribusi mengurangi peluang
terjadinya banjir dan juga dapat menjaga kualitas air yang dimiliki.
Ekodrainase ini berasal dari pemikiran peneliti Belanda yaitu Van Wirdum
pada tahun 1982. Setelah bertahun – tahun pemerintah Belanda telah
mengembangkan teknologi ini menjadi lebih sempurna dan maju dari
negara – negara lain. Contoh Implementasi ekodrainase ini bisa dilihat di
kota Utrecht. Air hujan yang turun akan di bedakan menjadi dua, yaitu air
hujan bersih seperti air yang mengalir dari atap, dan air hujan kotor yang
merupakan air yang tergenang dijalanan. Air yang bersih ini akan
dialirkan ke rerumputan sehingga dapat langsung terserap ketanah,
sedangkan yang dianggap kotor akan dibuang ke bendungan tepi laut.
Pemerintah sadar bahwa tidak semua air harus disalurkan ke kanal dank e
laur, karena lokasinya yang rendah Belanda justru harus mengurangi
volume air buangan yang mereka produksi. Tidak hanya itu saja, namun
pemerintah Utrecth juga memberlakukan sistem paving untuk jalanan –
jalanannya, hal ini bertujuan agar air yang tergenang bisa langsung turun
dan terserap kedalam tanah. Metode ini telah diimplementasikan juga di
beberapa bagian di negara Indonesia.

Tidak hanya Belanda, negara lain yang memiliki sistem Drainase yang
tidak kalah bagus adalah Jepang. Jepang menciptakan proyek G-Cans yang
merupakan jalur air bawah tanah dan air besar, jalur ini dibuat oleh
pemerintah jepang untuk melindung Tokyo dari banjir selama musim
hijan. Kompleks G-Cans dilengkapi dengan 59 Turbo Pump yang setara
dengan kapasitas 14 ribu tenaga kuda. Tidak hanya dirancang untuk
mengantisipasi banjir, namun G-Cans juga dijadikan sebagai lokasi wisata
di Tokyo.

Berbeda dengan negara – negara diatas, Indonesa belum memiliki


teknologi Drainase yang cukup mutakhir. Dapat kita lihat dari berbagai
bencana baju yang melanda sejumlah kawasan di Indonesia. Hal ini
dikarenakan karena sistem Drainase yang tidak mumpuni bahkan
cenderung buruk, padahal Indonesia memiliki penduduk yang jumlahnya
sangat banyak. Saya akan mengambil contoh bencana banjir yang terjadi di
Bandung. Bandung telah berkembang menjadi kota yang metropolitan dan
beberapa lahan dibandung juga menjadi alih fungsi sehingga berkurangan
tempat resapan air, hal ini juga menyebabkan Bandung beberapa kali
terkena wabah banjir yang lumayan besar. Menurut Pemerintahan Kota
Bandung salah satu upaya yang harus dilakukan untuk menyelesaikan
permasalahan ini adalah dengan membuat PERDA yang harus diikuti oleh
semua stakeholder kota Bandung. Diyakini kondisi di Bandung akan
berupah jika infrastruktur Drainase juga memadai. Menurut pemerintah
kota Bandung juga salah satu yang menyebabkan sering terjadinya banjir
di Kota Bandung adalah karena masyarakat setempat yang kurang pedul
dengan lingkungandan masih sering membuang sampah sembarangan.

BAB III

Kesimpulan

Sistem Drainase merupakan infrastruktur yang sangat penting untuk


kehidupan masyarakat, Sistem Drainase Perkotaan yang baik merupakan
salah satu tolak ukur untuk melihat seberapa maju dan kesejahteraan
wilayahnya. Sistem Drainase yang baik akan menjamin kehidupan
masyarakat sekitar sehingga kemungkinan besar tidak akan mengalami
beberapa masalah sosial yang kerap terjadi.
Sistem Drainase mempunyai peran vital dalam kehidupan masyarakat oleh
karena itu sangatlah dibutuhkan, namun tidak berarti sistem Drainase bisa
dibuat sembarangan. Perlu ahli di bidang tertentu seperti statistic, hidrolik,
dan masih banyak lagi untuk bisa menciptakan sistem Drainase yang baik
dan mumpuni. Sistem Drainase juga memiliki banyak jenis dan klasifikasi
tidak hanya satu sistem Drainase cocok untuk digunakan disemua
wilayah. Banyak faktor – faktor tententu yang akan menjadi tolak ukur
sistem Drainase mana yang paling pas dan cocok untuk ditempatkan di
suatu wilayah.

Sistem Drainase dibutuhkan oleh semua negara, beberapa negara maju


memiliki teknologi yang lebih mumpuni dan sukses dibandingkan negara
lain. Seperti contoh Belanda yang merupakan negara dengan dataran tanah
lebih pendek dari air laut justru mampu menciptakan negara yang
merupakan pioneer dalam pembuatan teknologi Drainase. Belanda
dianggap sebagai negara yang memiliki teknologi paling sukses yaitu
teknologi ekodrainase.

Indonesia cendrung belum memiliki teknologi yang bagus untuk


mengatasi masalah saluran air, sebab itulah Indonesia masih sering terkena
banjir bandang di beberapa wilayahnya. Salah satunya Jakarta dan
Bandung. Hal ini dikarenakan pemerintah belum melakukan investasi
lebih besar untuk mengganti dan memperbarui teknologi Drainase di
Indonesia, serta juga masyarakat yang seakan kurang peduli dengan
keadaan dan masih sering mencemari lingkungan.
Di negara – negara maju seperti Belanda, Jepang, bangkan Singapore yang
merupakan tenaga Indonesia, masyarakatnya memiliki kesadaran untuk
tidak membuang sampah di lingkungannya. Bahkan di Singapore
diberlakukan denda yang berat jika masyarakatnya membuang sampah
sembarangan. Karena inilah masyarakat semakin enggan dan takut untuk
melanggar.

Tidak hanya dari pemerintah, namun juga masyarakat Indonesia memiliki


peran penting agar bisa mengatasi permasalahan yang banjir yang kerap
terjadi. Hal ini untuk mewujudkan kesejahteraan kita semua.

Anda mungkin juga menyukai