TUGAS AKHIR
OLEH :
PINDRA OKTA D
163110083
Pindra Okta D
i
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmad dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini
dengan baik. Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan terwujud tanpa
adanya dorongan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam penulisan
dan penyelesaian Tugas Akhir ini tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
ii
12. Teristimewa orang tua penulis Bapak Thamrin dan (Almh) Ibu Nurseha BA
yang telah memberikan kasih sayang, doa yang tiada henti serta dukungan
baik moral maupun material kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
13. Teman-teman seperjuangan Program Studi Teknik Sipil Angkatan 2016
yang telah memberikan saran, motivasi dan semangat kepada penulis.
Pindra Okta D
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... x
ABSTRAK........................................................................................................ xii
iv
3.3.2. Kualitas Air Hujan Untuk Berwudhu ............................................ 16
v
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 54
vi
DAFTAR NOTASI
n = Jumlah Tahun
= Rata-rata (mm)
= Standar deviasi (mm)
Cv = Koefisien variasi
Cs = Koefisien asimetri
Ck = Koefisien kurtosis
G = Koefisien kemencengan
R24 = Tinggi hujan harian rata-rata (m)
A = Luas (m2)
V = Volume (m3)
d = Diameter pipa (inchi)
v = Kecepatan pengaliran (m/detik)
Q = Debit pengaliran (m3/detik)
S = Kemiringan hidrolisis
γ = Gamma tanah (t/m3)
fc’ = Mutu beton (MPa)
fy = Mutu baja (MPa)
M = Momen (tm)
= Rasio tulangan
b = Lebar (mm)
h = Tinggi (mm)
E = Elastisitas baja (MPa)
t = Tebal selimut beton (mm)
∅ = Faktor reduksi
d = Tinggi efektif balok (mm)
Xb = Garis netral kondisi balance (mm)
Xmax = Garis netral maksimum (mm)
Cmax = Komponen beton tertekan maksimum (newton)
Vu = Gaya geser (kg)
vii
Vc = Gaya geser beton (kg)
s = Jarak sengkang (mm)
= Faktor distribusi tegangan
= Regangan
= Tegangan
Fs1 = Gaya (kN)
Cs = Resultan gaya (kN)
= Kuat dukung izin tanah (kN/m2)
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Syarat-syarat Fisik Air Kualitas Air Minum ................................ 14
Tabel 3.2 Nilai Variabel Reduksi Gauss ..................................................... 26
Tabel 3.3 Recuded mean, ....................................................................... 28
Tabel 3.4 Reducated standar deviation, Sn .................................................. 29
Tabel 3.5 Reducated variate, ................................................................ 30
Tabel 3.6 Nilai K untuk Distribusi Log Pearson III .................................... 31
Tabel 3.7 Koefisien Aliran Permukaan (K) Untuk Daerah Urban................ 33
Tabel 3.8 Kriteria Perencanaan Air Bersih .................................................. 43
Tabel 3.9 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kota Kategori
I, II, III, IV.................................................................................. 44
Tabel 3.10 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kota Kategori V ............... 44
Tabel 3.11 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kota Kategori Lain ........... 45
Tabel 3.12 Koefisien Hazen William ............................................................ 46
Tabel 5.1 Hasil Penulangan Besi Bak Penampungan Air Hujan .................. 63
Tabel 5.2 RAB Penampungan Air Hujan di Gedung A Fakultas
Teknik Universitas Islam Riau .................................................... 65
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PERENCANAAN PANEN AIR HUJAN SEBAGAI SUMBER AIR
ALTERNATIF PADA GEDUNG A FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
PINDRA OKTA D
163110083
ABSTRAK
Air bersih memiliki peranan yang penting dalam upaya melindungi dan
mencegah penyebaran virus Covid – 19 dengan mencuci tangan pakai sabun dan
penyemprotan disenfektan barang dan peralatan, serta fasilitas umum. Gerakan cuci
tangan pakai sabun dengan air bersih yang mengalir harus sering dilakukan karena
merupakan pertahanan pertama dari serangan Covid – 19. Kegiatan mencuci tangan
membutuhkan jumlah air bersih yang sangat banyak sehingga kebutuhan air bersih
menjadi meningkat. Pembangunan Gedung A Fakultas Teknik Universitas Islam
Riau membawa dampak yang besar terhadap tata guna lahan. Perubahan tata guna
lahan mengakibatkan volume limpasan permukaan meningkat sehingga sumber air
pada Gedung A Fakultas Teknik Universitas Islam Riau semakin sedikit. Pada sisi
lain pembangunan Gedung A Fakultas Teknik Universitas Islam Riau
menyebabkan peningkatan jumlah air limpasan dari atap yang terbuang secara
percuma ke got. Bertambahnya jumlah mahasiswa baru dapat menyebabkan
meningkatnya penggunaan air bersih di Gedung A Fakultas Teknik Universitas
Islam Riau sehingga kebutuhan air bersih pada saat jam puncak akan berkurang.
Tujuan penelitian adalah untuk menghitung volume air hujan yang dapat ditampung
guna untuk memenuhi kebutuhan air toilet dan wudhu di Gedung A Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau. Selain itu tujuan penelitian ini untuk merencanakan
Penampungan Air Hujan (PAH) di Gedung A Fakultas Teknik Universitas Islam
Riau dan menghitung anggaran biaya yang dibutuhkan dalam perencanaan
penampungan air hujan.
Metode analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif kuantitatif. Perhitungan distribusi curah hujan rencana menggunakan
jenis uji distribusi Log-Pearson III. Luas bidang atap Gedung A Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau dengan menggunakan metode trigonometris. Pada
perencanaan anggaran biaya menggunakan Analisa Harga Satuan Pekerjaan
(AHSP) bidang umum yang mengacu pada Permen PU No. 28 Tahun 2016.
Hasil yang didapatkan dari analisis data dan perencanaan sistem pada studi
perencanaan panen air hujan yaitu jumlah air hujan yang dapat ditampung sebesar
230,869 m3 atau 230.869 liter yang akan digunakan untuk keperluan toilet dan
wudhu pada Gedung A Fakultas Teknik Universitas Islam Riau. Kapasitas bak
penampungan air hujan sebesar 262,15 m3 didesain menggunakan struktur beton
bertulang dengan panjang 14 meter, lebar 3,5 meter dan tinggi 5,35 meter.
Rancangan anggaran biaya untuk pembangunan bak penampungan air hujan pada
Gedung A Fakultas Teknik Universitas Islam Riau sebesar Rp.772.844.110,45.
Kata Kunci: Penampungan Air Hujan, Rencana Anggaran Biaya, Volume Air
Hujan
xii
PLANNING OF RAINWATER HARVESTING AS AN ALTERNATIVE
WATER SOURCE IN BUILDING A FACULTY OF ENGINEERING,
ISLAMIC UNIVERSITY OF RIAU
PINDRA OKTA D
163110083
ABSTRACT
Clean water has an important role in protecting and preventing the
spread of the Covid-19 virus by washing hands with soap and spraying disinfectants
of goods and equipment, as well as public facilities. The movement of washing
hands with soap with clean running water must be done frequently because it is the
first defense against the Covid - 19 attack. Washing hands requires a very large
amount of clean water so that the need for clean water increases. The construction
of Building A, Faculty of Engineering, Riau Islamic University, has had a major
impact on land use. Changes in land use have resulted in an increase in the volume
of surface runoff so that there are fewer water sources in Building A, Faculty of
Engineering, Riau Islamic University. On the other hand, the construction of
Building A, Faculty of Engineering, Riau Islamic University, has resulted in an
increase in the amount of runoff water from the roof which is wasted into the
sewers. The increase in the number of new students can lead to an increase in the
use of clean water in Building A, Faculty of Engineering, Riau Islamic University,
so that the need for clean water during peak hours will decrease. The research
objective was to calculate the volume of rainwater that can be accommodated in
order to meet the needs of toilet water and ablution in Building A, Faculty of
Engineering, Riau Islamic University. In addition, the purpose of this study is to
plan rainwater storage (PAH) in Building A, Faculty of Engineering, Riau Islamic
University and calculate the budget required for planning rainwater storage.
The method of analysis used in this research is quantitative descriptive
analysis method. The calculation of the planned rainfall distribution uses the Log-
Pearson III distribution test. The area of the roof of Building A, Faculty of
Engineering, Riau Islamic University using the trigonometric method. In the
planning of the budget using the General Sector Work Unit Price Analysis (AHSP)
which refers to the Minister of Public Works Regulation No. 28 of 2016.
The results obtained from the analysis of data and planning systems on
water harvesting planning study that is the amount of rainwater that can be
accommodated by 230.869 m3 or 230 869 liters to be used for toilets and ablution
Building A Riau Islamic University Faculty of Engineering. The capacity of the
rainwater reservoir is 262.15 m3 designed using a reinforced concrete structure with
a length of 14 meters, a width of 3.5 meters and a height of 5.35 meters. The draft
budget for the construction of rainwater storage tanks in Building A, Faculty of
Engineering, Riau Islamic University is Rp.772,844,110.45.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat
penting dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni
mempunyai peranan dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang
berhubungan dengan air, dan berperan dalam meningkatkan standar atau taraf
kualitas hidup masyarat. Air bersih merupakan air yang memenuhi persyaratan
suatu sistem penyediaan air minum, disini persyaratan yang dimaksud meliputi
kualitas fisik, kimiawi, biologi dan radiologi ditinjau dari kualitas air sehingga tidak
menimbulkan efek samping jika dikonsumsi. (Ketentuan Umum Permenkes RI
No.416/Menkes/PER/IX/1990).
Sejatinya jumlah air di alam konstan dan mengikuti aliran yang disebut
chyclus hydrology, dihadapan sinar matahari, uap air ini akan berkumpul di dataran
tinggi yang dikenal sebagai awan. Oleh angin, awan ini akan dinaikan lebih tinggi
dimana suhu turun diatasnya, menyebabkan tetesan air terlihat seperti hujan dan
jatuh ke bumi. Jika air ini muncul dipermukaan tanah atau daratan, maka air ini
disebut mata air. Aliran permukaan di permukaan bumi sering kali membentuk
sungai, dan air akan terkumpul jika mengalir ke tempat yang rendah atau cekung di
danau. Tetapi kebanyakan mengalir ke laut kembali.
Dalam upaya melindungi dan mencegah penyebaran virus Covid – 19 yang
terjadi pada saat ini, air bersih memiliki peranan yang penting untuk mencuci
tangan pakai sabun dan penyemprotan disenfektan barang dan peralatan, serta
fasilitas umum. Kegiatan tersebut tentu saja membutuhkan air bersih dengan jumlah
yang banyak. Gerakan cuci tangan pakai sabun dengan air bersih yang mengalir
harus sering dilakukan karena merupakan pertahanan pertama dari serangan Covid
– 19.
Pemakaian air setiap cuci tangan membutuhkan sebesar 1,5 – 2,0 liter.
Kebutuhan air bersih menjadi meningkat sekitar 12% (Juliana, 2020). Perlu
dipertimbangkan bahwa air adalah sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui.
1
2
Oleh karena itu manajemen pengelolaan air secara baik dan benar oleh pemangku
kepentingan menjadi pekerjaan yang harus dilakukan secara serius.
Pembangunan Gedung A Faklutas Teknik Universitas Islam Riau
berdampak besar terhadap tata guna lahan. Semula kawasan sekitar Gedung A
Fakultas Teknik Universitas Islam Riau sebagian besar merupakan daerah resapan
air. Namun seiring berkembangnya kampus dan meningkatya kebutuhan akan
hunian bagi mahasiswa, kawasan sekitar gedung berubah menjadi kawasan
pemukiman dalam penggunaan lahan sehingga menyebabkan perubahan volume
limpasan, akibatnya volume air yang masuk ke dalam tanah seiring penyusutan
infiltasi, yang berarti lebih sedikit air yang berubah menjadi air tanah. Keadaan
tersebut dapat mengurangi jumlah air tanah yang merupakan sumber kebutuhan air
bersih untuk keperluan sehari-hari pada Gedung A Fakultas Teknik Universitas
Islam Riau.
Di sisi lain, pembangunan Gedung A Fakultas Teknik Universitas Islam
Riau telah mengakibatkan bertambahnya jumlah air limpasan dari atap yang
dibuang ke saluran pembuangan kemuadian dialirkan ke badan air di sekitar
kampus. Bertambahnya jumlah mahasiswa baru dapat menyebabkan meningkatnya
penggunaan air bersih di Gedung A Fakultas Teknik Universitas Islam Riau
sehingga kebutuhan air bersih pada saat jam puncak akan berkurang. Pengelolaan
air terpadu diperlukan untuk menciptakan keseimbangan dan penggunaan air. Salah
satu cara untuk mewujudkan ide tersebut adalah dengan menerapkan konsep
(rainwater harvesting), yakni konsep pengumpulan air hujan yang tertampung
untuk kemudian digunakan sebagai sumber air alternatif.
Berdasarkan fenomena pada latar belakang, pengkajian tentang sistem
panen air hujan dan perencanaan panen air hujan perlu dilakukan sebagai sumber
air alternatif di Gedung A Fakultas Teknik Universitas Islam Riau.
5
6
kebutuhan air pada jam puncak. Setiap tahun pemakaian air PDAM untuk Gedung
Grand dan Gedung Graha memerlukan air sebanyak 3.790 m3 atau setara dengan
pembayaran tarif Rp. 31.700.000. Sistem panen hujan yang digunakan merupakan
bangunan bak bawah tanah dan sisa hujan yang tidak tertampung langsung dibuang
ke got dan selanjutnya ke badan air. Digunakan talang berukuran 15cm x 20 cm
untuk penampungan air hujan, pada sisi atap digunakan splash guard dan metal
sheet dengan lebar 30 cm dipasang setiap 3 m, dan digunakan pipa dengan diameter
100 mm. Maka air hujan yang bisa ditampung adalah 6,8 m3 per hari hujan, 25%
dari total potensi air hujan yang ada. Pemanenan air hujan secara seksama akan
menghasilkan penghematan tarif air hujan hingga 50%.
8
9
4. Presipitasi
Presipitasi adalah proses turunnya air hujan dari hasil kondensasi.
Awan hitam yang mengandung butir-butir air ini ditiup oleh angin
sehingga butir-butir air tersebut kembali jatuh ke permukaan bumi.
Jika air jatuh berbentuk cair maka disebut hujan (rainfall) dan jika
dalam bentuk padat disebut salju (snow).
5. Aliran permukaan (run off)
Sebagian air hujan yang jatuh ke tanah mengalir di atas permukaan
tanah membentuk aliran permukaan (run off) yang mengalir menuju
ke permukaan yang lebih rendah seperti sungai, danau, dan laut.
6. Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses meresapnya air ke dalam tanah. Air hujan yang
mengalami presipitasi sebagian masuk diserap ke dalam tanah, hingga
akhirnya mencapai permukaan air tanah yang menyebabkan muka air
tanah naik.
7. Perkolasi
Perkolasi adalah mengalirnya air melalui pori-pori tanah. Sebagian air
yang meresap ke dalam tanah mengalir melalui pori-pori tanah menuju
ke permukaan air yang lebih rendah seperti permukaan air sungai,
danau, maupun air laut.
Berdasarkan sumbernya, air dapat digolongkan menjadi tiga kelompok,
yaitu:
a. Air angkasa/air atmosfer
Air atmosfer atau air angkasa adalah air yang murni, sangat bersih, akan
tetapi kerena pencemaran udara yang disebabkan oleh kotoran dan debu,
sebaiknya jangan mulai saat hujan turun untuk menjadikan air hujan
sebagai sumber air minum, karena masih banyak mengandung kotoran.
Selain itu air hujan akan mempercepat pembentukan korosi, terutama
terhadap pipa distribusi dan tangki reservoir.
12
b. Air permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi.
Biasanya hal ini akan menyebabkan pencemaran selama pengalirannya.
Beban pencemaran ini untuk tiap air permukaan berbeda tergantung
daerah pengaliran air permukaan. Macam- macam air permukaan antara
lain:
1. Air sungai
Lebih dari 40.000 km³ air diperoleh rata-rata dari sungai
di dunia. Ketersediaan tersebut (sama dengan lebih dari 7.000 m³
setiap orang).
2. Air rawa
Rata-rata warna air rawa disebabkan adanya zat-zat organik yang
telah membusuk. Kadar Fe dan Mn terlarut dalam air yang tinggi dan
banyaknya bahan organik menyebabkan kadar O2 terlarut dalam air
menjadi rendah. Alga akan terbentuk di permukaan air ini akibat
sinar matahari dan oksigen (O2). Sebaiknya ambil air ini dari tengah
sehingga endapan besi (Fe) dan Mangan (Mn) serta alga tidak
terangkut.
c. Air tanah/air di bawah permukaan
Air tanah merupakan air pada lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan bumi. Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga berperan
penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan air
baku, terutama untuk keperluan rumah tangga dan industri. Jenis air
tanah meliputi:
1. Air tanah dangkal
Air tanah dangkal tersedia karena proses infiltrasi dari permukaan
tanah. Lumpur dan beberapa bakteri akan tertahan sehingga air tanah
ini dapat menjadi jernih, namun akan mengandung bahan kimia yang
lebih spesifik untuk setiap lapisan tanah. Lapisan tanah disini
berfungsi sebagai saringan.
13
1 2 3 4
Fisik TCU 15 -
Kekeruhan - - -
2. Syarat-syarat kimia
Air minum tidak dibenarkan mengandung racun, zat-zat mineral
atau bahan-bahan kimia termasuk yang melebihi batas yang telah
ditentukan, seperti:
15
yang memadai. Sikap ini juga bisa dijadikan sebagai salah satu bentuk rasa
syukur terhadap nikmat Allah SWT dengan memanfaatkan rahmat-Nya dengan
baik.
Dalam perhitungan aliran pemakaian air baku untuk air bersih yang
dilakukan secara terus-menerus, persyaratan kontinuitas menjadi sangat penting.
Kontinuitas aliran memiliki dua aspek yakni aspek kebutuhan konsumen dan
aspek reservoir pelayanan air. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk
kehidupan dan pekerjaannya dalam jumlah yang tidak dapat ditentukan, ini
disebut aspek kebutuhan konsumen dan aspek ini diperlukan pada waktu yang
tidak ditentukan. Aspek pelayanan reservoir diperlukan karena fasilitas energi
reservoir yang siap setiap saat.
Kontinuitas bisa diartikan dengan tersedianya air bersih kapanpun
dibutuhkan. Namun kondisi ini sulit dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia,
oleh sebab itu dilakukan pendekatan aktivitas konsumen terhadap pemakaian air
untuk mengontrol kontinuitas pemakaian air.
Memprioritaskan pemakaian air yakni minimal selama 12 jam per hari
pada jam-jam aktifitas kehidupan. Jam aktifitas di Indonesia adalah pukul 06.00
sampai dengan 18.00. Dibutuhkan sistem jaringan perpipaan untuk membawa
suatu kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh lebih dari 0,6
– 1,2 m/dt. Ukuran pipa pun harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan
juga tekanan dalam sistem harus tercukupi.
Dengan mengkaji jaringan pipa distribusi, maka dapat dicocokan dimensi
atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang
diperbolehkan agar kualitas aliran terpenuhi.
Sistem pemanen air hujan terdiri dari tiga elemen dasar: daerah tangkapan
air hujan, sistem distribusi, dan fasilitas penyimpanan. Atap rumah atau bangunan
dalam banyak kasus adalah tempat penampungan. Luas efektif atap dan bahan yang
digunakan dalam konstruksi atap mempengaruhi efisiensi pengumpulan dan
kualitas air.
Sebuah sistem distribusi biasanya terdiri dari talang atau pipa yang
memberikan air hujan yang jatuh di atas atap untuk tangki air atau tempat
penyimpanan lain. Pipa pembuangan dan permukaan atap harus terbuat dari bahan
kimia lembam seperti plastik, alumunium atau fiberglass, kayu, untuk mencegah
efek buruk dari kualitas air.
Air akhirnya disimpan dalam tangki penyimpanan atau tadah, yang juga
harus terbuat dari bahan inert, beton bertulang, fiberglass, atau stainless steel
adalah bahan yang cocok. Tangki penyimpanan dapat dibangun sebagai bagian dari
bangunan atau sebagai unit terpisah tidak jauh dari bangunan tersebut. Contoh
sistem pemanenan atau penampungan air hujan yang berasal dari atap rumah dapat
dilihat pada Gambar 3.2.
21
Gambar 3.2 Teknik pemanenan air hujan (Rain water harvesting) (Harsoyo, 2010)
Ada berbagai teknik penerapan pemanenan air hujan yang dapat dipilih
disesuaikan dengan kondisi setempat. Penampungan air hujan (PAH) adalah wadah
yang jatuh di atas bangunan (perkantoran, atau industri, gedung, rumah) yang
dialirkan melalui talang air. PAH secara tradisional dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai cadangan air bersih. PAH dapat dibangun atau ditempatkan di atas
permukaan tanah (Gambar 3.6) atau di bawah permukaan tanah (Gambar 3.8) yang
disesuaikan dengan ketersediaan lahan.
3.5. Tangkapan Air Hujan dari Luasan Atap Bangunan
Unsur dasar dari pemanen air hujan terdiri lima komponen
dasar (Tri Yayuk, 2012), yakni:
∑
= ..................................................................................... (3.1)
Dimana:
n = Jumlah data yang dianalisis
̅ = Curah hujan rata-rata (mm)
= Curah hujan (mm)
∑ ( )
= ....................................................................... (3.2)
( )
Cv = ............................................................................................. (3.3)
Dimana:
Cv = Koefisien variasi
̅ = Curah hujan rata-rata (mm)
25
S = Standar deviasi
∑( )
= ...................................................................... (3.4)
( )( )
Dimana:
Cs = Koefisien kemencengan
n = Jumlah data yang dianalisis
= Curah hujan (mm)
̅ = Curah hujan rata-rata (mm)
S = Standar deviasi
∑( )
= .......................................................... (3.5)
( )( )( )
Dimana:
Ck = Koefisien kurtosis
n = Jumlah data yang dianalisis
= Curah hujan (mm)
̅ = Curah hujan rata-rata (mm)
S = Standar deviasi
3. Distribusi Gumbel
Perhitungan curah hujan rencana menurut metode Gumbel memiliki
persamaan sebagai berikut:
= + × ............................................................................ (3.8)
Dimana:
= Nilai rata-rata sampel
S = Standar deviasi (simpangan baku) sampel
K = Faktor probabilitas
Faktor probabilitas K untuk harga-harga ekstrim Gumbel dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
= .................................................................................... (3.9)
Dimana:
= Recuded mean yang tergantung jumlah sampel atau data n.
Untuk mempermudah perhitungan, nilai dapat dilihat pada daftar harga
recuded mean yang disajikan pada Tabel 3.3.
=− − .................................................................. (3.10)
Tr (tahun)
2 0,3668
5 1,5004
10 2,2510
20 2,9709
25 3,1993
50 3,9028
75 4,3117
100 4,6012
500 6,2149
1000 6,9087
5000 8,5188
10000 9,2121
∑ ( )
= .............................................. (3.12)
( )
31
Tabel 3.6 Nilai K untuk Distribusi Log Pearson III (Suripin, 2004)
32
Tabel 3.7 Koefisien Aliran Permukaan (K) Untuk Daerah Urban (Schwab, et al,
dalam Arsyad, 2006)
No. Jenis Daerah Koefisien C
1. Daerah perdagangan
Perkotaan (down town) 0,70 – 0,90
Pinggiran 0,50 – 0,70
2. Permukiman
Perumahan satu keluarga 0,30 – 0,50
Perumahan berkelompok, terpisah-pisah 0,40 – 0,60
Perumahan berkelompok, bersambungan 0,60 – 0,75
Suburban 0,25 – 0,40
Daerah apartemen 0,50 – 0,70
3. Industri
Daerah industri ringan 0,50 – 0,80
Daerah industri berat 0,60 – 0,90
4. Taman, perkebunan 0,10 – 0,25
5. Tempat bermain 0,20 – 0,35
6. Daerah stasiun kereta api 0,20 – 0,40
7. Daerah belum diperbaiki 0,10 – 0,30
8. Jalan 0,70 – 0,95
9. Bata
Jalan, hamparan 0,75 – 0,85
Atap 0,75 – 0,95
34
Gambar 3.6 Kolam penampungan air hujan diatas permukaan tanah dengan
penyaring (penghalang) daun, debu, dan penutup tangki/kolam
(Maryono, 2015)
Kolam penampung yang diletakan di atas permukaan tanah (Gambar 3.6 dan
3.7) memiliki beberapa keuntungan, antara lain memudahkan dalam mengambil
atau memanfaatkan airnya dan mudah dalam perawatannya.
Untuk rumah sederhana dan rumah bertingkat atau hotel dapat digunakan
kolam tandon vertikal berbentuk silinder dengan diameter 1 – 2 meter, disesuaikan
dengan desain rumah yang ada sehingga pengalirannya dapat dengan menggunakan
metode gravitasi.
35
Gambar 3.8 Kolam tampungan di bawah rumah dan sumur resapan (Maryono,
2015)
Selain di atas permukaan tanah, kolam penampungan air hujan ini juga dapat
diletakan atau dibangun di bawah permukaan tanah (di bawah rumah atau teras,
seperti Gambar 3.8) yang disesuaikan dengan ketersediaan lahan.
Cara ini sangat menguntungkan karena kebutuhan dasar air bersih dapat
ditunjang oleh bak ini, setidaknya pada musim hujan. Dengan metode ini, kantor-
kantor pemerintah dan swasta dapat memulai mengumpulkan air hujan untuk
mengurangi anggaran air bersih dari PDAM dan mengurangi jumlah air tanah
selama kurang lebih tujuh bulan (beberapa bulan saat musim hujan dan awal musim
kemarau).
Sangat disarankan untuk menerapkan metode ini pada kompleks industri
(Gambar 3.9). Sebagian besar kebutuhan air pada industri dapat ditunjang dengan
pemanfaatan air hujan. Pola tampung air hujan dapat didistribusikan ke setiap unit
bangunan atau dipusatkan dengan membuat tampungan besar atau danau buatan. Di
daerah dengan iklim hujan sepanjang tahun, seperti Kalimantan, Sumatera dan
berbagai daerah di Sulawesi, cara ini dinilai sangat menguntungkan.
36
Gambar 3.9 Kolam tampungan air hujan untuk industri (Maryono, 2015)
5. Flange Socket
Berfungsi untuk menghubungkan pipa distribusi ke pipa distribusi
lainnya diseluruh sambungan tee all flange.
6. Droop
Berfungsi untuk mematikan aliran di ujung pipa.
7. Giboult Joint
Berfungsi untuk menghubungkan pipa yang ada ke pipa yang baru
dipasang.
8. Manometer
Berfungsi saat mengukur tekanan pipa di pipa dengan unit atm barr.
9. Kran
Digunakan untuk menutukan dan menghilangkan air pada pipa.
10. Stop Kran
Digunakan untuk mengatur aliran dan juga dapat dimanfaatkan untuk
mematikan aliran selama perbaikan (dipasang sebelum meteran).
11. Reduser RR
Digunakan untuk menghubungkan pipa dari transmisi ke pipa
distribusi atau untuk menghubungkan pipa yang lebih bessr ke pipa
yang lebih kecil.
12. Meteran Air
Fungsinya untuk merekam air dari permukaan yang dilakukan oleh
PDAM.
13. Bend Flange 90o
Digunakan untuk membelokkan arah aliran dengan beradius besar
atau 90o.
40
a. Continuous system
Air minum disediakan untuk konsumen melalui sistem drainase 24
jam tanpa gangguan. Keunggulan sistem ini merupakan konsumen
selalu mendapatkan air bersih dari jaringan pipa distribusi di setiap
lokasi pipa. Sedangkan sisi negatifnya adalah penggunaan air
cenderung lebih terbuang percuma dan jika hanya terjadi sedikit
kebocoran maka jumlah air yang akan hilang sangat besar.
b. Intermitten system
Pada sistem ini air bersih diberikan 2 – 4 jam pada pagi hari dan 2 –
4 jam pada sore hari. Kekurangannya adalah pelanggan atau
konsumen tidak bisa mendapatkan air setiap saat dan perlu
menyediakan tempat penampungan air, dan jika terjadi kebocoran air
akan sulit ditemukan oleh petugas.
Dikarenakan kebutuhan air 24 jam tersedia hanya dalam beberapa
jam, maka dimensi pipa yang digunakan akan lebih besar.
Keuntungannya, pemborosan air dapat dihindari dan sistem ini sesuai
untuk wilayah dengan sumber daya air yang terbatas.
b. Cara Pemompaan
Dengan cara ini, pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan.
Diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi
menuju konsumen. Sistem ini digunakan jika terjadi elevasi antara
sumber air atau sumber air tidak dapat menyediakan fasilitas
pemrosesan dan area layanan tekanan yang cukup.
Tabel 3.8 Kriteria Perencanaan Air Bersih (Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996)
KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK (JIWA)
1 2 3 4 5 6
1. Konsumsi
Sambungan Rumah >150 150 – 120 90 – 120 80 - 120 60 – 80
(SR) (liter/org/hari)
2. Konsumsi Unit
Hidran (HU) 20 – 40 20 – 40 20 – 40 20 – 40 20 – 40
(liter/org/hari)
5. Faktor Hari 1,15 – 1,25 1,15 – 1,25 1,15 – 1,25 1,15 – 1,25 1,15 – 1,25
Maksimum *harian *harian *harian *harian *harian
9. Sisa Tekan Di
Penyediaan Distribusi 10 10 10 10 10
(meter)
50:50 50:50
12. SR:HU s/d s/d 80:20 70:30 70:30
80:20 80:20
44
Tabel 3.9 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kota Kategori I, II, III, IV
(Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996)
SEKTOR NILAI SATUAN
Sekolah 10 liter/murid/hari
Rumah Sakit 200 liter/bed/hari
Puskesmas 2000 liter/unit/hari
Masjid 3000 liter/unit/hari
Kantor 10 liter/pegawai/hari
Pasar 12000 liter/hektar/hari
Hotel 150 liter/bed/hari
Rumah Makan 100 liter/tempat duduk/hari
Komplek Militer 60 liter/orang/hari
Kawasan Industri 0,2 – 0,8 liter/detik/hektar
Kawasan Pariwisata 0,1 – 0,3 liter/detik/hektar
Tabel 3.10 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kota Kategori V (Ditjen Cipta
Karya Dinas PU, 1996)
SEKTOR NILAI SATUAN
Sekolah 5 liter/murid/hari
Rumah Sakit 200 liter/bed/hari
Puskesmas 1200 liter/unit/hari
45
Tabel 3.11 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kota Kategori Lain (Ditjen
Cipta Karya Dinas PU, 1996)
SEKTOR NILAI SATUAN
Lapangan terbang 10 liter/orang/detik
Pelabuhan 50 liter/orang/detik
Stasiun KA dan liter/orang/detik
10
Terminal bus
Kawasan Industri 0,75 liter/detik/hektar
= × × ........................................................................... (3.17)
, ,
= 0,2785 × × × ................................................. (3.18)
∆
= ........................................................................................ (3.19)
Dimana:
Q = Laju aliran (m3/detik)
v = Kecepatan aliran (m/detik)
A = Luas penampang (m)
d = Diameter (m)
S = Kemiringan hidrolisis
∆ = Perbedaan ketinggian (m)
46
47
48
3. Analisa Data
Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, selanjutnya dilakukan
pengolahan dan analisa data. Tahapan untuk menganalisa perhitungan ini
sebagai berikut:
a. Menghitung frekuensi curah hujan
b. Menghitung distribusi frekuensi
c. Menghitung luas bidang tadah
d. Menghitung volume air hujan yang tertampung
e. Menghitung perencanaan dimensi bak penampungan air hujan.
f. Menghitung struktur bak penampungan air hujan.
g. Menghitung rencana anggaran biaya yang dibutuhkan.
4. Hasil dan Pembahasan
Hasil yang didapat dari metode-metode perhitungan analisis data sebagai
acuan penelitian untuk dibuat rangkuman dari analisa perhitungan.
5. Kesimpulan dan Saran
Tahap akhir dari hasil analisa dan pembahasan penelitian yang dilakukan
adalah membuat kesimpulan dan saran.
Mulai
Persiapan
Analisa Data
Selesai
140
Debit Curah Hujan (mm/jam)
120
100
80
60
40
20
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
54
55
140 130
127
119
40
20
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
Pada Gambar 5.2 dapat disimpulkan taraf curah hujan maksimum selama
17 tahun belakangan (2003 – 2019). Pada tahun 2009 sebesar 130 mm, hal ini terjadi
karena adanya curah hujan tertinggi di bulan September sehingga diambil pada
tahun tersebut curah hujan maksimumnya, sedangkan curah hujan minimumnya
terdapat pada bulan Juni dan Desember tahun 2013 dengan curah hujan 57 mm.
Untuk data lengkapnya dapat dilihat di Lampiran A-1.
Pada Gedung A Fakultas Teknik Universitas Islam Riau terdiri dari 2 jenis
atap bangunan, antara lain atap spandex dan atap dak beton. Dari data gambar
AutoCAD Gedung A Fakultas Teknik Universitas Islam Riau didapatkan dimensi
58
masing-masing jenis atap yang digunakan. Berikut ini hasil luasan masing-masing
atap bangunan berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran A-6.
Hasil perhitungan luasan atap:
a. Luasan atap spandek = 1851,32 m2 (Lampiran A-10)
b. Luasan atap dak beton = 375 m2 (Lampiran A-11)
Teknik Universitas Islam Riau dengan waktu proyeksi selama 10 tahun sebesar
230,869 m3.
Berdasarkan volume air yang tertampung di bak penampungan air hujan
dapat didesain dimensi bak penampungan pada Lampiran A-16 dengan panjang 14
meter, lebar 3,5 meter dan tinggi 5,35 meter. Kolam penampungan air hujan ini
rencananya akan diletakan di bawah permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena
terbatasnya ketersediaan lahan di Gedung A Fakultas Teknik Universitas Islam
Riau. Perencanaan penampungan air hujan dapat dilihat pada Gambar 5.4.
momen terbesar yang akan menjadi acuan untuk memperhitungkan tulangan. Untuk
hasil tulangan struktur bak penampungan air hujan dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.2 RAB Penampungan Air Hujan di Gedung A Fakultas Teknik Universitas
Islam Riau
VOLUME HARGA
NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN JUMLAH HARGA
PEKERJAAN SATUAN
I PEKERJAAN TANAH
3
1 Pekerjaan Galian Tanah Bak PAH 328,3 m Rp 37.310,09 Rp 12.248.903,86
SUB JUMLAH I Rp 12.248.903,86
II PEKERJAAN PLUMBING
1 Pemasangan pipa PVC AW 10" 129 m Rp 588.929,26 Rp 75.971.874,54
2 Pemasangan pipa PVC AW ¾ " 17 m Rp 23.351,90 Rp 396.982,30
3 Tee PVC 10" 6 Bh Rp 1.682.000,00 Rp 10.092.000,00
4 Elbow PVC 10" 10 Bh Rp 537.600,00 Rp 5.376.000,00
5 Elbow PVC ¾ " 6 Bh Rp 2.500,00 Rp 15.000,00
6 Lem pipa 5 Klg Rp 35.000,00 Rp 175.000,00
7 Mesin pompa air 1 Unit Rp 2.661.200,00 Rp 2.661.200,00
SUB JUMLAH II Rp 94.688.056,84
III PEKERJAAN STRUKTUR
1 Pekerjaan Pondasi
3
Beton 16,2 m Rp 2.055.268,27 Rp 33.295.345,97
Pembesian 1719,89 kg Rp 24.829,42 Rp 42.703.871,16
2
Bekisting 36 m Rp 187.008,86 Rp 6.732.318,96
2 Pekerjaan Balok Sloof
3
Beton 5,69 m Rp 2.055.268,27 Rp 11.694.476,46
Pembesian 1432,457 kg Rp 24.829,42 Rp 35.567.076,48
2
Bekisting 45,5 m Rp 187.008,86 Rp 8.508.903,13
3 Pekerjaan Balok Atas
3
Beton 3,64 m Rp 2.055.268,27 Rp 7.481.176,50
Pembesian 655,52 kg Rp 24.829,42 Rp 16.276.181,40
2
Bekisting 36,4 m Rp 196.084,43 Rp 7.137.473,25
4 Pekerjaan Kolom
3
Beton 6,03 m Rp 2.055.268,27 Rp 12.393.267,67
Pembesian 1513,45 kg Rp 24.829,42 Rp 37.578.085,70
2
Bekisting 80,4 m Rp 185.009,24 Rp 14.874.742,90
5 Pekerjaan Pelat Dasar
3
Beton 9,8 m Rp 2.055.268,27 Rp 20.141.629,05
Pembesian 857,68 kg Rp 21.694,27 Rp 18.606.738,92
2
Bekisting 56 m Rp 166.308,86 Rp 9.313.296,16
6 Pekerjaan Pelat Atas
3
Beton 7,35 m Rp 2.055.268,27 Rp 15.106.221,78
Pembesian 714,73 kg Rp 21.694,27 Rp 15.505.543,45
2
Bekisting 54,25 m Rp 166.308,86 Rp 9.022.255,66
7 Pekerjaan Dinding
3
Beton 56,175 m Rp 2.055.268,27 Rp 115.454.695,07
Pembesian 10298,62 kg Rp 21.694,27 Rp 223.421.012,01
2
Bekisting 27,42 m Rp 185.734,43 Rp 5.092.838,07
SUB JUMLAH III Rp 665.907.149,75
TOTAL (I + II + III) Rp 772.844.110,45
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil dari analisis data dan perencanaan sistem pada
studi perencanaan panen air hujan di Gedung A Fakultas Teknik Universitas Islam
Riau yakni:
1. Total volume air hujan yang dapat ditampung selama 10 tahun ke depan
sebesar 230,869 m3 atau 230.869 liter yang akan digunakan untuk
dijadikan air toilet dan wudhu pada Gedung A Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau.
2. Kapasitas bak penampungan air hujan sebesar 262,15 m3 didesain
menggunakan struktur beton bertulang dengan panjang 14 meter, lebar
3,5 meter dan tinggi 5,35 meter. Penempatan bak penampungan air
hujan berada di bawah tanah dengan bantuan pompa, air disalurkan ke
tangki storage untuk dimanfaatkan sebagai kebutuhan Gedung A
Fakultas Teknik Universitas Islam Riau.
3. Rancangan anggaran biaya untuk pembangunan bak penampungan air
hujan pada Gedung A Fakultas Teknik Universitas Islam Riau sebesar
Rp.772.844.110,45.
6.2. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan yaitu
diperlukan perbaikan pada penelitian dimasa yang akan datang guna untuk
memproleh hasil yang baik, antara lain sebagai berikut:
1. Menggunakan data curah hujan yang terdekat dengan wilayah studi agar
sebaran hujan harian yang digunakan lebih akurat sehingga lebih
mampu mewakili keadaan kondisi hujan untuk perencanaan penelitian
selanjutnya.
2. Penelitian selanjutnya dapat menganalisa tentang kualitas air yang
tertampung pada bak penampungan air hujan. Hal ini diharapkan agar
penelitian yang dilakukan terus berlanjut.
66
67
Juliana, 2020, “Pemanen Air Hujan Seabagai Alternatif Penyediaan Air Bersih
Untuk Kebutuhan Air Rumah Tangga di Era New Normal”, Webinar
Bidang Lingkungan, 2020.
Maharjono, dkk. 2017. “Analisis Dimensi Tanki PAH guna Pemanfaatan Air Hujan
Sebagai Sumber Air Cadangan Untuk Bangunan Rusunawa”. e-Jurnal
MatriksTeknik Sipil:258-264.
Nurrohman, dkk. 2015. “Perencanaan Panen Air Hujan Sebagai Sumber Air
Alternatif Pada Kampus Universitas Diponogoro”. Jurnal Karya
Teknik Sipil. 4 (4):283-292.
Rahim, dkk. 2019. “Perencanaan Panen Air Hujan Sebagai Sumber Air Bersih
Alternatif di Kampus STIK Bina Husada Palembang”. Prosiding
Seminar Nasional Hari Air Dunia 2019. e-ISSN:2621-7469.
Silvia, dkk. 2018. “Analisis Potensi Pemanen Air Hujan Dengan Teknik Rainwater
Harvesting Untuk Kebutuhan Domestik”. Jurnal Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Teuku Umar. Vol. 4 No. 1 April 2018. Hal: 62-73.
68
69