PENDAHULUAN
PT. Sayaga Wisata Bogor selaku Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Pariwisata, memanfaatkan dengan baik potensi bisnis yang besar bagi industr i
perhotelan dan akomodasi di Kabupaten Bogor ini, dengan membangun hotel
setingkat bintang tiga di Jalan Tegar Beriman Cibinong, Kabupaten Bogor.
Berperan menjadi owner dalam Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi (Design
and Build) Hotel, mempercayakan proyek ini untuk dilakukan lelang secara
terbuka melalui sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)
Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, sehingga tercatat 85 instansi yang
tertarik pada proyek ini dan mengajukan penawarannya.
1
PT. Amarta Karya - PT. Saritama Purnama (KSO), terpilih untuk
mengerjakan paket proyek yang bernilai pagu Rp. 36.300.000.000,00 (Tiga
Puluh Enam Milyar Tiga Ratus Juta Rupiah), dengan diberi jangka waktu
pelaksanaan 360 hari kalender, terhitung sejak 7 Agustus 2017 dan masa
pemeliharaan 180 hari kalender. Fasilitas hotel ini meliputi 80 Kamar Inap, 5
Ruang Rapat, 1 Ruang Convention Hall, 1 Ruang Restoran, dan 1 Ruang
Business Center.
Hotel ini dibangun dengan kondisi lahan eksisting rawa dan semak
belukar, kedalamannya mencapai 2 meter. Adapun dengan luas lahan 2.700
m2 , rencananya hotel ini akan membangun 8 lantai yang total luas lantainya
5.445 m2 (Basement 2; 920 m2 , Basement 1; 897 m2 , Lantai Dasar; 667 m2 ,
Lantai 1-5; 2.955 m2 , dan Pos Jaga 6 m2 ). Menggunakan metode Design and
Build memiliki keunggulan dan kekurangan, diantaranya dalam hal Desain,
Durasi Persiapan Proyek (periode desain dan periode lelang), Total Durasi
Proyek, Biaya Proyek (kontrak dan saat konstruksi), Penanggung Jawab
Desain dan Konstruksi, dan Penggunaan Teknologi Inovatif. Pilihan metode
ini dimungkinkan untuk dilakukan secara paralel, karena pihak Kontraktor
menanggung jawabi persoalan Desain, Survey dan Konstruksi.
2
1) Menyediakan tempat untuk tinggal sementara dengan beragam
fasilitas,
2) Menambah hunian hotel, sehingga dapat meningkatkan jumlah
wisatawan asing maupun domestik, dan
3) Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bogor, memiliki aset
yang dapat diberdayakan untuk bisnis pariwisata yang sesuai
atau mendukung keinginan dan program-program pemerinta h
daerah maupun pusat.
ov Lokasi
Kerja Praktek
3
3) Fungsi Bangunan : Hotel, Convention Hall, Restoran,
Ruang Rapat dan Business Center
4) Pemilik Proyek : PT. Sayaga Wisata Bogor
5) Konsultan Perencana : PT. Amarta Karya – PT. Saritama
Purnama (KSO)
6) Kontraktor Pelaksana : PT. Amarta Karya – PT. Saritama
Purnama (KSO)
7) Konsultan Pengawas : PT. Daya Cipta Dianrancana
8) Nilai Kontrak : Rp. 32.670.000.000,00
PPN 10% : Rp. 3.630.000.000,00
Jumlah Total : Rp. 36.300.000.000,00
9) Jenis Kontrak : LumpSum dan Harga Satuan
10) Jenis Lelang : Umum (terbuka)
11) Waktu Pelaksanaan : 7 Agustus 2017 – 7 Agustus 2018
12) Masa Pelaksanaan : 360 Hari Kalender
13) Masa Pemeliharaan : 180 Hari Kalender
14) Cara Pembayaran : Progres Kegiatan
15) Sumber dana : Pengadaan Tunggal
4
1.6. MAKSUD DAN TUJUAN KERJA PRAKTEK
1.6.1. Maksud Kerja Praktek
Kerja praktek merupakan suatu proses perpaduan berbagai
komponen pengetahuan teoritis dengan praktek sehingga memberi
pengalaman bagi mahasiswa untuk menerapkan dan memperluas
wawasan penerapan teori dan pengetahuan yang telah diterima di
dalam perkuliahan untuk kegiatan nyata. Dengan dilaksanakannya
kerja praktek ini mahasiswa diharapkan mendapatkan pengetahua n
dan memperoleh gambaran kegiatan proyek di lapangan baik secara
teknis maupun non teknis.
5
1.8. METODOLOGI KERJA PRAKTEK
1.8.1. Tahapan Kerja Praktek
Adapun diagram alir tahapan dalam pelaksanaan kerja
praktek dapat dilihat pada gambar 1.2.
Survey proyek
Pengajuan izin
permohonan
kerja praktek Tidak diterima
Pengajuan surat permohonan
kerja praktek ke Instansi terkait
- M elengkapi administrasi
Diterima kerja praktek
- M engajukan permohonan
SK kerja praktek
Pelaksanaan kerja praktek
Pengumpulan dan
pengolahan data
Penyusunan laporan kerja praktek
Pengecekan akhir
laporan dan
persiapan sidang
Sidang Kerja Praktek
6
b. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab terkait proyek
yang sedang berlangsung, dengan pembimbing di lapangan
dari pihak kontraktor, para pelaksana di lapangan, dan
dengan pihak terkait lainnya,
c. Gambar kerja dan data proyek maupun dokumen lain yang
diperoleh dari kontraktor, dan
d. Dokumentasi berupa foto.
7
Bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi
proyek, data proyek, latar belakang kerja praktek, maksud dan
tujuan kerja praktek, metodologi kerja praktek, batasan masalah,
sistematika penulisan laporan, kerangka pemikiran kerja praktek
serta work breakdown structure.
8
1.11. KERANGKA PEMIKIRAN KERJA PRAKTEK
PROYEK
PEKERJAAN KONSTRUKS I TERINTEGRASI
(DESIGN AND BUILD) HOTEL
PEMBATASAN MASALAH
STUDI LITERATUR
1. SNI 2847-2013
2. Permen PUPR No.19/PRT/M/2015
3. Perda Kab. Bogor No. 12 Th. 2009
4. Buku referensi lainnya
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
9
1.12. WORK BREAKDOWN STRUCTURE
PROYEK
PEKERJAAN KONSTRUKS I TERINTEGRASI
(DESIGN AND BUILD) HOTEL
10
BAB II
RUANG LINGKUP PROYEK
11
2.3 PENYELENGGARAAN PROYEK
Dalam suatu pelaksanaan proyek cara untuk memilih atau menunjuk
rekanan yaitu dengan proses lelang (tender). Lelang adalah penjualan barang
yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/ atau
lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi
yang didahului dengan pengumuman lelang. Dalam Pekerjaan Konstruksi
Terintegrasi (Design and Build) Hotel ini, metode yang digunakan ialah
metode pelelangan umum.
Pelelangan umum merupakan metode pemilihan penyedia/jasa yang
dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media
massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga
masyarakat luas dan dunia usaha yang berminat serta memenuhi kualifika s i
dapat mengikutinya.
12
Sebuah proyek diawali oleh adanya gagasan atau ide dari pihak
pengguna jasa (owner) yang kemudian dituangkan ke dalam pekerjaan
perencanaan dan direalisasikan menjadi suatu wujud fisik tiga dimensio na l.
Dalam hal ini yang akan dibahas secara mendalam adalah proyek dalam
kelompok industri konstruksi.
OWNER
PT. SAYAGA WISATA BOGOR
KONSULTAN PERENCANA
KONSULTAN PENGAWAS
DAN KONTRAKTOR
PT. AMARTA KARYA – PT. S ARITAMA PURNAMA
PT. S ARITAMA PURNAMA (KS O)
Keterangan :
: Hubungan Komando/ Perintah
: Hubungan Koordinasi
: Hubungan Tanggung jawab
13
Adapun struktur organisasi kontraktor dapat dilihat pada gambar 2.2.
14
2.6.2 Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana dan
Kontraktor
Konsultan perencana terlebih dahulu menyampa ika n
perencanaan pekerjaan proyek, sedangkan kontraktor bertugas untuk
melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan perencanaan konsultan
perencana. Antara kedua pihak tidak terjadi hubungan perintah, tetapi
terdapat hubungan koordinasi.
15
keterlambatan dalam penyelesaian proyek itu sendiri. Permasalaha n
yang timbul dapat berupa masalah teknis maupun non teknis yang sulit
diputuskan.
16
4) Mandor
Mandor memiliki kewajiban untuk mengatur anak buahnya
yang disesuaikan kebutuhannya dengan jadwal pelaksanaan
pekerjaan.
17
sebelumnya yaitu survey (pengamatan dan penyelidikan), selain itu tahap
perencanaan mempunyai kaitan erat ke depannya, yaitu pada construction
(pelaksanaan), operation (pengoperasian atau pemakaian), maintenance
(pemeliharaan). Kegiatan ini sangat penting sebelum dimulainya sebuah
proyek. Perencanaan suatu proyek harus dibuat secermat dan seteliti mungk in,
karena bila terjadi kesalahan perencanaan ataupun urutan proses yang tidak
benar dapat menyebabkan terjadinya kerugian. Perencanaan yang matang
sebelum dimulainya suatu pekerjaan proyek tidak hanya menghemat biaya
tetapi juga dapat menghemat waktu dan tenaga.
Penerapan metode ini bukanlah hal yang baru di dalam industri jasa
konstruksi. Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa metode design build lebih
populer dari metode lain seperti design bid build sebelumnya. Demikian juga
metode ini semakin sering digunakan secara luas lebih dari 10 (sepuluh) tahun
belakangan ini (Park et al, 2009). Keuntungan dari metode design bid build ini
adalah partisipasi lebih awal dari kontraktor dalam perencanaan yang dapat
mengakibatkan efisiensi waktu dan biaya, komunikasi yang lebih terjaga,
sehingga proyek dapat terselesaikan lebih awal dan dengan biaya lebih sedikit,
serta mutu yang terjamin (Anumba dan Evbuomwan, 1997).
18
b. Permintaan atau informasi kebutuhan dari Owner berupa Term of
Requirement (TOR) yang harus diikuti oleh setiap peserta tender,
berupa kebutuhan tenggat waktu yang diinginkan, sampai dengan
patokan rancangan yang harus didesain yang diinginkan secara
menyeluruh, kebutuhan fungsi pemakaian bangunan atau ruang,
spesifikasi material khusus yang diinginkan oleh Owner, dsb.
c. Penunjukan Kontraktor kebanyakan dilakukan dalam tender 2 tahap,
yang tetap dapat mempertahankan kompetisi antar peserta namun
tidak mutlak mensyaratkan setiap peserta tender untuk memberika n
penawaran (desain dan spesifikasi) yang sangat lengkap.
d. Owner mempunyai kontrol atas elemen desain yang ditetapkan dalam
TOR, namun begitu kontrak ditandatangani, Owner tidak mempunya i
kewenangan kontrol langsung atas perkembangan detail desain yang
dilakukan oleh Kontraktor.
e. Sejak kontrak ditandatangani, tanggungjawab desain penuh berada
pada pihak Kontraktor.
f. Tenggat waktu atau batas waktu penyelesaian pekerjaan yang sudah
ditetapkan merupakan tanggal yang pasti dan harus dipenuhi oleh
Kontraktor, dengan kelonggaran atas keterlambatan penyelesa ia n
dapat diberikan oleh Owner, sesuai dengan situasi dan kondisi yang
mempengaruhi pekerjaan proyek yang diatur dalam kontrak yang
ditandatangani.
19
c. Tidak mutlak memerlukan Konsultan MK (Manajemen Konstruksi)
independen, untuk kebutuhan pemberian keputusan maupun instruks i
dari Owner, dapat dilakukan dengan menyewa atau menugaska n
personel yang kompeten dan dapat bertindak atas nama Owner.
d. Perubahan atas desain atau spesifikasi masih memungkinkan untuk
dilakukan oleh Owner, namun harus mempertimbangkan aspek atau
konsekuensi atas biaya langsung (pelaksanaan), biaya yang timbul
karena gangguan atas pelaksanaan pekerjaan yang sedang berjalan
(overhead) dan penambahan waktu yang mungkin diperlukan, yang
pada umumnya akan diajukan oleh Kontraktor.
e. Apabila penyusunan TOR dan evaluasi atas proposal atau usulan
desain terkait kesesuaian dengan TOR dilakukan dengan hati-hati dan
baik, sistem ini mempunyai faktor resiko yang relatif kecil, dengan
potensi resiko kurangnya kemampuan kontrol atas pengembangan dan
pendetailan desain dan kualitas pelaksanaan pada waktu pelaksanaan
pekerjaan.
20
d. Proses evaluasi untuk tender dengan sistem Design and Build
umumnya lebih sulit karena harus membandingkan proposal atau
usulan desain dengan harga yang ditawarkan (tidak seperti sistem
Traditional Procurement yang membandingkan desainnya pasti dan
hanya satu dari Konsultan Desain), termasuk memeriksa proposal atau
usulan desain yang diajukan Kontraktor, apakah sudah memenuh i
TOR yang diinginkan oleh Owner. (Lauw Tjun Nji, 2002)
21
Perencanaan struktur harus mengacu pada peraturan atau pedoman
standar yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton
bertulang, yaitu Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton (SNI 2847-
2013), Pedoman Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan Gedung (SNI 1727-
2013), Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Indonesia untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non-Gedung (SNI 1726-2012), dan lain-lain.
22
Pada dasarnya perilaku pile cap hampir sama dengan balok tinggi. Hal
ini dikarenakan pile cap mempunyai angka perbandingan tinggi/lebar yang
hampir sama dengan balok tinggi. Karena geometrinya inilah maka pile cap ini
lebih berperilaku dua dimensi, bukan satu dimensi dan mengalami keadaan
tegangan dua dimensi. Sebagai akibatnya, bidang datar sebelum melentur tidak
harus tetap datar setelah melentur. Distribusi regangannya tidak lagi linier, dan
deformasi geser yang diabaikan pada balok biasa menjadi sesuatu yang cukup
berarti dibandingkan dengan deformasi lentur murni. Sebagai akibatnya, blok
tegangan menjadi non linier meskipun masih pada taraf elastis. Pada keadaan
limit dengan beban batas, distribusi tegangan tekan pada beton tidak akan lagi
mengikuti bentuk parabola yang digunakan pada balok biasa.
Ada dua pendekatan umum dalam mendesain sebuah pile cap. Pada
pendekatan pertama, pile cap dianggap sebagai balok tinggi dan dirancang
untuk geser pada bagian kritis. Pendekatan kedua yaitu dengan membagi
struktur dalam dua daerah yakni, daerah D dan B. Dimana, daerah yang tidak
lagi datar dan tegak lurus garis netral sebelum dan sesudah ada tambahan lentur
yang dirincikan oleh regangan non linier, disebut daerah D (Distrubed atau
Discontinuity) dan daerah dimana berlaku hukum Bernoulli disebut daerah B
(Bending atau Bernoulli). Pendekatan ini biasa disebut dengan model strut and
tie. Dalam model ini, kekuatan tekan diasumsikan akan didistribusikan melalui
strut tekan tanpa perkuatan ke daerah nodal pada masing- masing titik tiang
pancang dan kekuatan tarik yang terjadi diantara tiang diberikan oleh tegangan
tie yang dibentuk oleh penguat (tulangan).
Model strut and tie dua dimensi digunakan untuk mempresentas ika n
struktur planar seperti balok tinggi, corbel dan sambungan. Model strut and tie
tiga dimensi digunakan untuk struktur seperti pile cap untuk dua atau lebih
baris tiang pancang.
Sedangkan pengertian tie beam sendiri adalah balok yang terletak atau
bertumpu pada permukaan tanah. Secara sederhana, tie beam digunakan untuk
menghubungkan antara pile cap yang satu dengan pile cap lainnya, tie beam
juga berfungsi untuk menopang slab atau plat lantai yang berhubungan dengan
23
permukaan tanah secara langsung. Adapun pengerjaan tie beam hampir serupa
dengan pile cap.
Berikut daftar detail tipe dan ukuran pile cap dan tie beam.
24
9. T5B 2500 X 2500 X 1200
25
2.10.2. Kolom
26
3. K1B 14 D 22 400 X 600
4. KL 10 D 13 400 X 400
Konstruksi kolom pada proyek ini terbuat dari beton bertulang dengan mutu
K350 dari lantai basement 2, s/d Lantai 6, perencanaan kolom menggunaka n
tulangan D16, D19, D22 dengan mutu BJTS 40.
2.10.3. Balok
Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok
merupakan bagian struktur penting yang digunakan sebagai dudukan lantai dan
pengikat kolom lantai atas. Fungsinya sebagai rangka penguat horizonta l
27
bangunan akan beban-beban. Adapun tipe dan ukuran balok yang digunaka n
pada Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi (Design and Build) Hotel dapat dilihat
pada tabel 2.4.
Apabila suatu gelagar balok bentangan sederhana menahan beban
yang mengakibatkan timbulnya momen lentur yang mengakibatkan terjadinya
deformasi (regangan) lentur di dalam balok tersebut. Regangan-rega nga n
balok tersebut mengakibatkan timbulnya tegangan yang harus ditahan oleh
balok, tegangan tekan di sebelah atas dan tegangan tarik dibagian bawah. Agar
stabilitas terjamin, batang balok sebagai bagian dari sistem yang menahan
lentur harus kuat untuk menahan tegangan tekan dan tarik tersebut karena
tegangan baja dipasang di daerah tegangan tarik bekerja, di dekat serat
terbawah, maka secara teoritis balok disebut sebagai bertulangan baja tarik saja
(Dipohusodo,1996).
Persyaratan balok menurut SNI 2847-2013 sebagai berikut :
1) Panjang bentang komponen struktur yang tidak menyatu dengan
tumpuan harus dianggap sebagai bentang bersih ditambah dengan
tinggi komponen struktur, tetapi tidak perlu melebihi jarak diantara
pusat tumpuan (8.9.1 SNI 2847-2013).
2) Dalam analisis rangka atau konstruksi menerus untuk penentuan
momen, panjang bentang harus diambil sebesar jarak pusat ke pusat
tumpuan (8.9.2 SNI 2847-2013).
3) Untuk balok yang menyatu dengan tumpuan, perancangan dengan
dasar momen di muka tumpuan diizinkan (8.9.3 SNI 2847-2013).
4) Diizinkan untuk menganalisis slab solid atau berusuk yang dibangun
menyatu dengan tumpuan, dengan batang bersih tidak lebih 3 (tiga) m,
sebagai slab menerus di atas tumpuan bertepi tajam dengan bentang
sama dengan bentang bersih slab dan lebar balok bilamana tidak, maka
diabaikan (8.9.4 SNI 2847-2013).
5) Pada konstruksi balok-T, sayap dan badan balok harus dibangun
menyatu atau bila tidak harus diletakkan bersama secara efektif (8.12.
1 SNI 2847-2013).
28
6) Lebar slab efektif sebagai sayap balok-T tidak boleh melebihi
seperempat panjang bentang balok, dan lebar efektif sayap yang
menggantung pada masing- masing sisi badan balok tidak boleh
melebihi : (8.12.2. SNI 2847-2013)
6.1. Delapan kali tebal slab,
6.2. Setengah jarak bersih ke badan di sebelahnya.
7) Untuk balok dengan slab pada satu sisi saja, lebar efektif yang
menggantung tidak boleh melebihi : (8.12.3. SNI 2847-2013)
7.1. Seperduabelas panjang bentang balok,
7.2. Enam kali tebal slab; dan
7.3. Setengah jarak bersih ke badan sebelahnya.
8) Balok yang terpisah, dimana bentuk-T digunakan untuk memberika n
sayap untuk luasan tekan tambahan, harus mempunyai ketebalan
sayap tidak kurang dari setengah lebar badan dan lebar efektif sayap
tidak lebih dari empat kali lebar badan (8.12.4 SNI 2847-2013).
9) Bila tulangan lentur utama pada slab yang dianggap sebagai sayap
balok-T (tidak termasuk konstruksi balok usuk) parallel balok,
tulangan tegak lurus terhadap balok harus disediakan pada sisi teratas
slab sesuai dengan berikut : (8.12.5 SNI 2847-2013).
9.1. Tulangan transversal harus didesain untuk memikul beban
terfaktor pada lebar slab yang menggantung yang diasums ika n
bekerja sebagai kantilever. Untuk balok yang terpisah, seluruh
lebar sayap yang menggantung harus diperhitungkan. Untuk
balok-T lainnya, hanya lebar efektif slab yang menggantung perlu
diperhitungkan.
9.2. Tulangan transversal harus dispasikan tidak lebih jauh dari lima
kali tebal slab, atau juga tidak melebihi 450 mm.
1. B1 200 X 300
29
2. B2 200 X 400A
3. B3 200 X 400C
4. B4 300 X 500A
5. B5 300 X 500B
6. B6 300 X 600B
7. B7 300 X 600G
8. B8 300 X 600J
9. B9 300 X 600K
Konstruksi balok pada proyek ini terbuat dari beton bertulang dengan mutu
K350 dengan nilai slump rencana 12 ± 2 cm, perencanaan balok menggunaka n
tulangan D16, D19 dan D22 dengan mutu BJTS 40. Dimensi dan tulanga n
menyesuaikan dengan pembebanan dan perhitungan perencanaan.
30
Nawy (1990), pelat lantai adalah elemen horizontal utama yang
menyalurkan beban hidup maupun beban mati ke kerangka pendukung vertikal
dari suatu system struktur. Elemen-elemen tersebut dapat dibuat sehingga
bekerja dalam satu arah atau bekerja dalam dua arah.
Dora (2004), pelat adalah elemen bidang tipis yang menahan beban-
beban transversal melalui aksi lentur ke masing-asing tumpuan.
Pelat lantai pada bangunan konstruksi gedung memiliki beberapa
sistem diantaranya adalah pelat lantai beton konvensional yang sering dipakai
pada proyek konstruksi pada umumnya, pelat lantai dengan sistem boundek,
sistem pelat lantai menggunakan panel beton ringan. Masing-masing sistem
memiliki kelebihan dan kekurangan pada penggunaannya, selain untuk
mereduksi beban juga untuk mempercepat pekerjaan.
Pelat biasanya ditumpu oleh gelagar atau balok bertulang dan dicor
menjadi satu kesatuan dengan gelagar tersebut. Tulangan baja pada pelat
biasanya dipasang sejajar dengan permukaan pelat, dan batang baja lurus dapat
digunakan sebagai tulangan walaupun pada pelat menerus batang-batang baja
bawah seringkali dibengkokkan ke atas untuk memikul momen-momen negatif
yang bekerja pada perekatan.
Pada Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi (Design and Build) Hotel
menggunakan sistem konvensional dalam pelaksanaan pekerjaan pelat lantai,
dan rincian tebal pelat yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2.5.
Persyaratan pelat menurut SNI 2847-2013 sebagai berikut :
1) Tebal minimum pelat tanpa balok dalam, seperti ditentukan dalam
Tabel 12.4 (SNI 2847-2013) tidak boleh kurang dari 120 mm (untuk
pelat tanpa penebalan panel), atau tidak kurang dari 100 mm (untuk
pelat dengan penebalan panel.
2) Dalam SNI 2847-2013 pasal 9.5.3.3.(d) disyaratkan bahwa untuk
panel dengan tepi yang tidak menerus, maka nalok tepi harus
mempunyai rasio kekakuan α yang tidak kurang dari 0,8.
3) Atau sebagai alternative, maka ketebalan maksimum yang dihitung
dari syarat 1 dan 2 harus dinaikkan minimal 10%.
31
Untuk menggunakan metode perencanaan langsung pada sistem pelat
dua arah, maka SNI 2847-2013 pasal 13.6.1. memberikan beberapa
batasan sebagai berikut :
1) Paling sedikit ada 3 (tiga) bentang menerus dalam setiap arah.
2) Pelat berbentuk persegi, dengan perbandingan antara bentang panjang
terhadap bentang pendek diukur sumbu ke sumbu tumpuan, tidak lebih
dari 2.
3) Panjang bentang yang bersebelahan, diukur antara smbu ke sumbu
tumpuan, dalam masing- masing arah tidak berbeda lebih dari sepertiga
bentang terpanjang.
4) Posisi kolom boleh menyimpang, maksimum sejauh 10% panjang
bentang dari garis-garis yang menghubungkan sumbu-sumbu kolom
yang berdekatan.
5) Beban yang diperhitungkan hanyalah beban gravitasi dan terbagi
merata pada seluruh panel pelat. Sedangkan beban hidup tidak boleh
melebihi 2 (dua) kali beban mati.
1. S1 150
2. S2 200
Perencana Pelat lantai pada proyek ini terbuat dari beton bertulang dengan
mutu K300 dengan nilai slump rencana 12 ± 2 cm, perencanaan balok
menggunakan tulangan D10 dengan mutu BJTS 40. Dimensi dan tulanga n
menyesuaikan dengan pembebanan dan perhitungan perencanaan.
32
BAB III
PELAKSANAAN TEKNIS DAN NON TEKNIS
DI LAPANGAN
33
12) Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil suatu pekerjaan di
lapangan.
13) Membuat laporan harian tentang pelaksanaan pekerjaan, agar proyek
selalu sesuai dengan metode konstruksi dan instruksi kerja yang telah
ditetapkan.
14) Menerapkan program keselamatan kerja dan kebersihan di lapangan.
34
2) Pekerjaan Kolom;
3) Pekerjaan Balok; dan
4) Pekerjaan Pelat Lantai.
Lantai Kerja
Pengecoran
Perawatan
Gambar 3.1. Diagram Alir Pekerjaan Pile Cap dan Tie Beam
35
3.2.1. Penentuan As Pile Cap dan Tie Beam
Pekerjaan Pile Cap dan Tie Beam diawali dengan pekerjaan persiapan,
yaitu menentukan as pile cap dengan menggunakan theodolite dan
waterpass berdasarkan shop drawing yang kemudian dilanjutka n
dengan pemasangan patok as pile cap.
36
Gambar 3.4. Pemasangan Bekisting Batako Tie Beam
37
Pembengkokkan, dilakukan untuk membentuk tulangan yang telah
disesuaikan dengan perencana. Namun apabila terjadi kesalahan pada
pembengkokkan, maka aturannya besi tulangan tersebut tidak boleh
dibengkokan kembali tetapi harus dipotong, hal ini untuk menghinda r i
timbulnya retak-retak pada tempat pembengkokkan ulang tersebut,
karena sifat getas baja. Pembengkokkan dilakukan dengan Bar Bender
dengan berbagai macam diameter ukuran.
Sebelum mengerjakan pabrikasi besi, pekerja pada bagian pembesian
menyusun daftar bengkok dan potong baja tulangan, berdasarkan
gambar pelaksanaan (shop drawing) yang dibuat oleh Kontraktor
Utama. Hal-hal yang diperhatikan dalam menyusun daftar bengkok
dan potong baja tulangan adalah :
a. Sambungan antar tulangan harus ditempatkan sedemikian rupa
pada daerah yang momennya nol atau dengan menggunaka n
sambungan lewatan sehinga gaya dan batang yang satu dapat
disalurkan ke batang yang lain. Panjang dan bentuk baja
tulangan itu direncanakan secara ekonomis sehingga bagian-
bagian sisi atau bagian yang tidak terpakai didapat seminima l
mungkin.
b. Memperhitungkan teknik pemasangan tulangan sehingga tidak
menyulitkan dalam pelaksanaan dilapangan.
38
3.2.5. Pemasangan Tulangan Pile Cap dan Tie Beam
Baja tulangan dengan sengkang yang telah dibengkokkan/dipo to ng
dibawa ke lapangan untuk dipasang pada posisi sesuai denah gambar
pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan pemasangan
tulangan antara lain :
a. Pemeriksaan diameter, panjang, dan bentuk tulangan dilakukan
sebelum baja tulangan tersebut dipasang.
b. Jarak antar tulangan serta jumlah tulangan, baik untuk tulanga n
lentur maupun tulangan geser diatur sesuai gambar.
c. Sengkang dipasang secara manual. Penyambung sengkang pada
tulangan utama dengan menggunakan kawat bendrat.
d. Memastikan daerah-daerah tertentu, ukuran panjang penyalura n
sambungan lewatan dan panjang penjangkaran.
e. Pemeriksaan ketebalan selimut beton dengan memasang beton
decking sebagai acuan selimut beton yang akan dicor.
39
Selanjutnya, langkah-langkah pembesian tie beam sebagai berikut :
a. Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai dengan
yang tertera pada gambar rencana, yaitu besi D 16 mm dengan
jarak sengkang 150 mm.
b. Tulangan dipasang di lokasi dengan didahului dengan tulanga n
pokok untuk mempermudah pekerjaan.
c. Sengkang dipasang dengan jarak 150 mm (seluruh tulangan).
d. Tulangan pokok dikaitkan pada sengkang agar jaraknya tidak
berubah dengan menggunakan kawat bendrat.
e. Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan pokok
harus dilakukan selang-seling dan penempatan sambungan di
tempat-tempat dengan tegangan maksimum sedapat mungk in
dihindari.
f. Sambungan lewatan harus ada overlapping/tidak sejajar antara
tulangan atas dengan tulangan bawah. Dipasang beton decking
pada tulangan sloof tersebut yang berfungsi untuk membuat
selimut pada beton sehingga tidak ada tulangan yang tampak
karena dapat menyebabkan tulangan berkarat. Tebal beton
decking yang dipasang harus sesuai dengan tebal selimut beton
yang direncanakan.
40
Gambar 3.7. Pemasangan Tulangan Tie Beam
3.2.6. Pengecoran
a. Persiapan Peralatan
Persiapan peralatan sebelum pelaksanaan pekerjaan pengecoran
sebagai berikut :
- Semua alat kerja diperiksa kelayakan pakainya, baik secara rutin
ataupun sebelum pengecoran.
- Peralatan survei yang sudah dikalibrasi harus telah dipersiapkan.
- Vibrator, baik engine/electric harus telah dicek kesiapannya.
- Untuk mengantisipasi turunnya hujan, tenda telah dipersiapkan
untuk dipasang disekitar lokasi pengecoran.
b. Persiapan Lahan Cor
Persiapan lahan cor sebelum pelaksanaan pekerjaan pengecoran
sebagai berikut :
- Area yang akan di cor harus sudah mendapat persetujuan dari
pemberi tugas di lapangan.
- Memeriksa kesiapan pekerjaan pembesian, antara lain; jumla h,
dimensi dan posisinya.
- Memeriksa kebersihan lahan cor.
41
- Memeriksa kesiapan pekerjaan bekisting, antara lain; dimensi, as
dan apabila dikehendaki menambah perkuatan pada titik-titik
tertentu.
- Memeriksa stek-stek tulangan untuk dinding beton dan pelat
lantai yang akan di cor, dengan menyesuaikan pada gambar shop
drawing.
c. Pemeriksaan Beton
Setiap beton (mobil mixer) yang datang harus diperiksa surat
jalannya sesuai dengan pemesanan (mutu beton, volume dan slump,
jam keberangkatan, pemakaian bahan addictive), diukur dan dicatat
slumpnya serta dilakukan pengambilan sample beton.
d. Pelaksanaan Pengecoran
Pelaksanaan pengecoran dilakukan untuk area pile cap dan tie beam
pada zona pengecoran yang telah direncanakan sebelumnya, dengan
mutu beton yang digunakan K-350, dilanjutkan sampai dengan
elevasi bottom slab. Dalam pengecoran pile cap dan tie beam ini
menggunakan 1 buah concrete pump.
42
Gambar 3.9. Pengecoran Tie Beam
3.2.7. Perawatan
Setelah pekerjaan pengecoran pile cap dan tie beam selesai, maka
dilanjutkan dengan pelaksanaan curing beton dengan menggunakan bahan
plastik dan karpet yang sudah dibasahi. Hal ini bertujuan agar beton tetap
terjaga suhunya dan agar penguapan dapat terjadi secara merata. Curing
dilakukan selama satu minggu.
43
3.3. PEKERJAAN KOLOM
Pekerjaan kolom melibatkan beberapa kegiatan antara lain adalah
penentuan titik as kolom, penulangan kolom, pembuatan bekisting kolom,
pemasangan bekisting kolom, pengecoran kolom, dan pembongkaran bekisting
kolom. Adapun diagram alir pekerjaan kolom dapat dilihat pada gambar 3.11.
Penentuan As Kolom
Pengecoran
Pembongkaran Bekisting
Perawatan
1) Penentuan As Kolom
Titik as kolom dapat diperoleh dari hasil pekerjaan pengukuran dan
pematokan, yaitu marking berupa titik-titik atau garis yang digunaka n
sebagai dasar penentuan letak kolom. As kolom pada lantai ground
ditentukan dengan menggunakan alat theodolite, yaitu dengan menentuka n
letak as awal dan kemudian membuat as-as selanjutnya dengan mengik uti
jarak yang telah disyaratkan dalam perencanaan awal. Letak as-as ini selalu
dikontrol, karena ada kemungkinan as-as tersebut berubah dari yang telah
dibuat. Garis bantu berupa marking lurus pada pelat lantai membantu
44
penentuan as kolom ini. Marking ini menggunakan sipatan sehingga saat
disentuhkan ke pelat akan membentuk garis hitam. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 3.12.
45
Tabel 3.1. Panjang Pembekokan Ujung Sengkang yang Dibutuhkan
46
Gambar 3.13. Beton Decking
47
d. Bracket + push pull props; adalah pipa penyangga bekisting yang
berfungsi untuk mempertahankan posisi bekisting kolom sehingga
tidak dapat bergerak karena sesuatu hal yang tidak diinginkan.
e. Washer + M 16 bolt; merupakan baut yang berfungsi sebagai
pengikat atau menempelkan hollow dengan waller beam.
f. Corner tie holder; merupakan penyambung antara panel bekisting
kolom yang ditempatkan pada ujung waller beam atau pada sudut-
sudut bekisting kolom (pertemuaan antar panel bekisting).
HOLLOW
40X40 T. 3MM
PHENOLFILM
JARAK STEEL WALLER
KOLOM LEBIH RAPAT 18MM
48
5) Pemasangan Bekisting Kolom
Setelah tulangan untuk kolom dipasang dan bekisting telah selesai
dikerjakan di los kerja, maka langkah selanjutnya yaitu pemasangan
bekisting. Satu set bekisting untuk kolom pada umumnya mempunya i
tinggi 4 m. Bekisting diangkat dengan tower crane dari los kerja menuju
lokasi pemasangan. Metode pemasangan bekisting kolom pada proyek ini
dapat dilihat pada gambar 3.15; sedangkan urutan pemasangan bekisting
kolom adalah sebagai berikut :
a. Pembersihan serta pengolesan plywood dengan minyak pelumas.
b. Pemindahan bekisting ke lokasi yang telah dipersiapkan dengan
menggunakan tower crane.
c. Penempatan bekisting kolom pada posisi yang akan dicor dengan
tepat.
d. Apabila setiap panel telah berada posisi yang benar, maka dilakukan
pengencangan tie nut yang berada pada corner tie holder.
e. Setelah bekisting kolom berada pada posisi yang benar, dilakukan
pemasangan adjustable push pull props pada base plate di kedua sisi
kolom.
f. Cek posisi vertikal bekisting terhadap as kolom sehingga tidak
terjadi kemiringan bekisting kolom. Pemasangan unting-unting pada
kedua sisi bekisting berfungsi untuk mengecek posisi
49
Gambar 3.15. Metode Pemasangan Bekisting Kolom
50
Adapun dokumentasi pemasangan bekisting kolom pada proyek ini
dapat dilihat pada gambar berikut :
6) Pengecoran Kolom
Pengecoran dilakukan dengan mengunakan Concrete Pump dengan
bantuan alat pipa tremie, adapun dokumentasinya dapat dilihat pada
gambar 3.17.
Urutan pengecoran kolom adalah sebagai berikut :
a. Concrete pump dan pipa tremie disiapkan dan dibersihkan terlebih
dahulu agar mempermudah pelaksanaan pengecoran.
b. Beton dituang ke dalam bucket yang terdapat pada Concrete pump,
dimana tutup bucket harus dalam keadaan tertutup agar beton tidak
tumpah selama proses pengecoran.
c. Penuangan beton harus dilakukan dengan ketentuan berikut ini:
Beton harus dituang sedekat-dekatnya dengan tujuan akhir untuk
mencegah terjadinya pemisahan bahan-bahan akibat pemindaha n
adukan di dalam cetakan.
d. Pemadatan tiap layer dengan menggunakan concrete vibrator.
Pemadatan dilakukan untuk mengeluarkan gelembung- gelemb ung
51
udara yang terjebak di dalam adukan semen yang timbul pada saat
penuangan beton. Penggetaran beton dilakukan dengan baik agar
mengasilkan mutu beton yang sesuai dengan yang diinginka n.
Kesalahan dalam penggetaran beton akan mengakibatkan penururan
mutu beton. Penggetaran beton perlu dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Alat penggetar sedapat mungkin dimasukkan ke dalam
adukan beton dengan posisi vertikal, tetapi dalam keadaaan
khusus boleh miring sampai dengan 45 o . Penggetaran dengan
sudut yang lebih besar akan menyebabkan pemisahan agregat.
2) Penggetar harus dijaga agar tidak mengenai bekisting atau
bagian beton yang mulai mengeras, sehingga posisi vibrator
dibatasi maksimal 5 cm dari bekisting.
3) Sedapat mungkin vibrator tidak mengenai tulangan kolom.
4) Penggetaran dihentikan apabila adukan beton mulai kelihata n
mengkilap pada sekitar alat penggetar dan pada umumnya
dicapai setelah maksimum 30 detik.
e. Pengawasan kontinu terhadap pelaksanaan pengecoran.
52
7) Pembongkaran Bekisting Kolom
Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton
dianggap mulai mengeras. Pada proyek Pekerjaan Konstruksi Terintegra s i
(Design and Build) Hotel Sayaga, bekisting kolom dilepas sekitar 25 jam
setelah proses pengecoran, Proses pembongkaran bekisting kolom adalah
sebagai berikut:
a. Pembongkaran bekisting kolom dilakukan oleh tenaga kerja secara
manual.
b. Pembongkaran dilakukan dengan terlebih dahulu melepas push pull
props dari base plate.
c. Pengendoran baut/wing nut yang terdapat pada corner tie holder.
Setelah itu bekisting pada keempat sisi kolom di geser ke arah luar
kolom.
d. Kemudian bekisting kolom tersebut di buka kearah samping untuk
menghindari perubahan sudut dan kecacatan pada kolom.
8) Perawatan
Pada saat pembongkaran bekisting selesai, maka langsung dilakukan
perawatan beton (curing), yaitu dengan menggunakan curing compound,
caranya yaitu dengan membasahi permukaan kolom dengan menggunaka n
roll secara merata (naik turun). Proses ini dilakukan sebanyak 4 kali.
Tujuan utama dari perawatan beton ialah untuk menghindari:
a. Kehilangan zat cair yang banyak pada proses awal pengerasan
beton yang akan mempengaruhi proses pengikatan awal beton.
b. Penguapan air dari beton pada saat pengerasan beton pada hari
pertama.
c. Perbedaan temperatur dalam beton, yang akan mengakiba tka n
retak-retak pada beton.
53
3.4. PEKERJAAN BALOK DAN PELAT LANTAI
Penulangan Balok
Pembongkaran Bekisting
Perawatan
54
Ada beberapa langkah untuk menentukan elevasi balok dan pelat
lantai :
a. Kolom diukur setinggi 1,00 m lalu ditandai serta diberi kode
dari dasar kolom tersebut.
b. Beri kode elevasi 1,00 m dari dasar kolom pada kolom yang
lain dengan menggunakan waterpass.
c. Berdasarkan kode tersebut, kemudian diukur sesuai tinggi
yang diinginkan sebagai elevasi dasar bekisting balok.
d. Kemudian dari dasar bekisting balok tersebut diukur setinggi
ketinggian balok sebagai elevasi dasar bekisting pelat lantai.
Waterpass
A B
Jarak
55
U-Head
Mainframe
Jackbase
Leadger 1,2 m
Bekisting
Balok
Balok
Suri
56
3) Penulangan Balok Beton Bertulang
Pada Proyek ini, dimensi dan penulangan balok sangat
bervariasi dan dapat dilihat dalam gambar kerja. Pelaksanaan
penulangan balok dilakukan sebagai berikut; adapun untuk lebih
jelasnya dapat melihat gambar 3.22.
a. Penulangan Balok dilakukan pada bekisting kolom sebelum
Balok Pendukung luar dipasang.
b. Pemasangan tulangan balok pada elevasi yang telah
ditentukan dari kode elevasi pada kolom. Tidak lupa pula
dengan memperhitungkan tebal selimut beton.
c. Tulangan atas dipasang dengan menjangkarkan ujungnya
pada tulangan kolom. Sedangkan sengkang dimasukkan ke
dalam tulangan balok satu per satu dan diukur jarak tiap
sengkang.
d. Pemasangan tulangan sengkang yang diatur jaraknya dimana
jarak pada tumpuan lebih rapat dibandingkan jarak pada
lapangan. Sengkang diikat dengan kawat bendrat. Pasang
beton decking pada bagian bawah serta samping untuk
selimut beton.
57
4) Pembuatan Bekisting Pelat Lantai
Panel bekisting plat dan pemasangannya dapat dilihat pada
gambar 3.23. Adapun tahapan pembuatan bekisting pelat lantai
adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan scaffolding sebagai penyangga terhadap lantai di
bawahnya.
b. Sebelum scaffolding didirikan, buatlah dasaran (base) yang
cukup rata dan kokoh. Misal dengan menggunakan papan dan
kayu untuk tanah yang kurang rata di bawahnya.
c. Pasang dan susun panel bekisting pelat sesuai dengan ukuran
pelat lantai yang akan di pasang.
Plywood 12mm
Hollow 40.40.2
58
Gambar 3.24. Pemasangan Panel Bekisting Pelat
59
b. Untuk menjaga jarak antar tulangan atas dengan tulanga n
bawah maka diberi tulangan cakar ayam yang diletakkan
antara tulangan atas dan tulangan bawah.
c. Untuk menjaga agar besi tidak menempel dengan bekisting
maka diberi beton decking.
60
3) Kemungkinan bekisting tidak tegak lurus terhadap bidang
horizontal maupun vertikal.
4) Kebersihan lokasi pengecoran, pembersihan permukaan
bekisting serta tulangan benar-benar diperhatikan. Untuk
membersihkan kotoran yang ringan dapat menggunaka n
vacuum cleaner. Sedangkan untuk kotoran yang bersifat
berat, seperti potongan kawat bendrat atau logam lainnya
dapat menggunakan potongan magnet yang didekatkan
sehingga menempel dan diambil. Adapun dokumentas i
pembersihan lokasi pengecoran pada proyek ini dapat
dilihat pada gambar 3.27.
5) Pemeriksaan sambungan bekisting
6) Pemeriksaan perkuatan bekisting dan jarak beton decking.
61
Gambar 3.28. Pengecoran Balok dan Pelat Lantai
7) Perawatan
Perawatan beton pada Proyek Pekerjaan Konstruksi Terintegras i
(Design and Build) Hotel menggunakan metode Water Curing
(perawatan dengan pembasahan). Pekerjaan perawatan beton dengan
metode Water Curing dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
a. Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.
b. Menyirami permukaan beton secara berlanjut.
Adapun fungsi utama dari perawatan beton adalah untuk menghindarka n
beton dari :
1) Kehilangan air – semen yang banyak pada saat setting time concrete.
2) Kehilangan air akibat penguapan pada hari – hari pertama.
3) Perbedaan suhu beton dengan lingkungan yang terlalu besar.
62