Anda di halaman 1dari 164

RANGKUMAN MATERI SKB

TEKNIK PENGAIRAN

Page | 1
DAFTAR ISI

BAB I IRIGASI .................................................................................................3

BAB II BENDUNG ............................................................................................48

BAB III BENDUNGAN ......................................................................................57

BAB IV HIDROLOGI .........................................................................................68

BAB V REKLAMASI .........................................................................................89

BAB VI AIR TANAH & SUMUR RESAPAN .........................................................101

BAB VII HIDRAULIKA ......................................................................................116

BAB VIII MEKANIKA TANAH & PONDASI.........................................................127

BAB IX DRAINASE...........................................................................................144

BAB X PLTA ....................................................................................................152

Page | 2
BAB 1 IRIGASI

A. Pengertian
irigasi berasal dari istilah irrigatie dalam bahasa belanda atau irigation dalam bahasa
inggris. Irigasi dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mendatangkan air dari sumbernya
pada area pertanian guna kebutuhan tanaman secara teratur (Abdulah & Kisman, 2014).
Menurut pp no 20 tahun 2006 irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan
pengembangan irigasi untuk menunjang pertanian yang sejenisnya, meliputi irigasi
permukaan, irigasi rawa, irigasi bawah permukaan, irigasi pompa dan irigasi tambak,
sementara kebutuhan air irigasi adalah jumlah kebutuhan air untuk menambah curah hujan
guna memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman adalah Air tanah, Danau, Air
hujan, Geyser, Waduk dan Bendung.
Maksud Irigasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan air (water supply) untuk keperluan
pertanian, meliputi pembasahan tanah, perabukan/pemupukan, pengatur suhu tanah,
menghindarkan gangguan hama dalam tanah, dsb. Tanaman yang diberi air irigasi umumnya
dibagi dalam 3 golongan besar yaitu:
• Padi: Irigasi di Indonesia umumnya digunakan pemberian air kepada muka tanah
dengan cara menggenang (flooding method)
• Tebu
• Palawija (jagung, kacang-kacangan, bawang, cabe, dan lain sebagainya).

B. Jenis-Jenis Irigasi
Terdapat beberapa jenis irigasi berdasarkan cara teknis penyiramannya yaitu:

1. Irigasi Permukaan / tadah hujan / gravitasi


Air disalurkan ke lahan dengan gaya gravitasi. Ada dua kelas dalam tipe ini yaitu :
• Run-off-river Scheme
Terdapat halangan yang tinggi (bendung) melintang di sungai untuk meningkatkan
tinggi muka air, arus dapat dibelokkan ke sistem saluran yang ada.

Page | 3
• Storage Scheme
suatu halangan yang tinggi (bendungan) dibangun untuk menampung air pada musim
hujan jadi seperti sumber air yang menyediakan air selama irigasi.

Gambar irigasi permukaan

Jenis irigasi ini menyebarkan air ke permukaan tanah hingga meresap ke bagian pori -
pori tanah sehingga kebutuhan nutrisi tumbuhan dapat tercukupi. Dalam praktinya ia
menggunakan susunan jaringan sehingga ada jaringan primer, sekunder dan tersier.
Saluran primer adalah saluran yang pertama kali mendapatkan air, biasanya terletak di
daratah yang lebih tinggi kemudian dialirkan ke saluran-saluran sekunder yang nantinya
akan meneruskan aliran air ke saluran tersier.

Adapun jenis tumbuhan yang menggunakan sistem ini di antarnya adalah palawija
karena memang membutuhkan asupan air yang banyak. Sementara itu, keuntungan
menggunakan irigasi jenis ini adalah, selain investasi dan modal yang relatif kecil adalah
kesesuaian untuk diterapkan untuk semua jenis lahan, meresapnya air hingga ke tanah
bagian bawah sehingga bisa digunakan dengan baik dan efektif serta efisensi pemakaian
air yang tergolong tinggi.

2. Irigasi Bawah Permukaan


Seperti namanya, jenis irigasi ini menerapkan sistem pengairan bawah pada lapisan
tanah untuk meresapkan air ke dalam tanah di bawah daerah akar menggunakan pipa

Page | 4
bawah tanah atau saluran terbuka. Digerakkan oleh gaya kapiler, lengas tanah
berpindah menuju daerah akar sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Dengan
demikian, irigasi jenis ini menyasar bagian akar dengan memberinya asupan nutrisi
sehingga dapat disalurkan ke bagian lain tumbuhan dan dapat memaksimalkan fungsi
akar menopang tumbuhan.

Gambar irigasi bawah permukaan

3. Irigasi dengan Pancaran/ sprinkle


Dibanding dua irigasi sebelumnya, irigasi ini terbilang lebih modern karena memang
baru dikembangkan belakangan. Caranya adalah dengan menyalurkan air dari
sumbernya ke daerah sasaran menggunakan pipa. Di lahan yang menjadi sasaran, ujung
pipa disumbat menggunakan tekanan khusus dari alat pencurah sehingga muncul
pancaran air layaknya hujan yang pertama kali membasahi bagian atas tumbuhan
kemudian bagian bawah dan barulah bagian di dalam tanah.
Selain untuk mengalirkan air, irigasi dengan pancaran juga digunakan untuk
menyebarkan pupuk karena dianggap lebih praktis, efektif dan cepat. Ia juga dipakai
untuk mengurangi erosi angin dan mencegah pembekuan. Umumnya, jenis irigasi yang
satu ini cocok dipakai untuk daerah yang memiliki tanah dangkal dengan topografi yang
kurang atau tidak teratur.

Page | 5
Gambar irigasi pancaran

Daerah lain yang sangat cocok menggunakan jenis irigasi ini adalah wilayah berlereng
karena dapat mengatasi masalah erosi sehingga kesuburan tanah tidak akan
terkurangi. Sedikitnya, ada dua macam irigasi jenis ini, yakni jenis dengan alat pencurah
yang tetap dan alat pencurah yang bisa dipindah-pindah. Sementara itu berdasarkan
luas dan kapastias lahan yang dialiri serta keadaan topografi, jenis ini memiliki tiga
macam, yakni farm system, incomplete farm system dan field system. Meski memiliki
fungsi lain di luar irigasi, teknik semacam ini membutuhkan modal dan investasi yang
cukup tinggi sehingga masih menjadi barang mahal bagi banyak orang.

4. Irigasi Pompa
Air dari sumber disedot dengan pompa untuk disalurkan pada daerah irigasi. Ada dua
kelas dalam tipe ini yaitu:
• Lift Irrigation
Sistem pengambilan air dari sungai-sungai besar. Selanjutnya dipompa kesaluran
irigasi.

Page | 6
• Tube-well Irrigation
Air dari dalam tanah diambil dengan cara mengebor dari permukaan air tanah.
Kemudian dipasang pompa dan disalurkan ke saluran irigasi

5. Irigasi Lokal / border irrigation


Irigasi lokal melakukan kerja distribusi air menggunakan pipanisasi atau pipa yang
dipasang di suatu area tertentu sehingga air hanya akan mengalir di area tersebut saja.
Seperti halnya jenis irigasi permukaan, irigasi lokal menggunakan pr insip gravitasi
sehingga lahan yang lebih tinggi terlebih dahulu mendapat air.

6. Irigasi dengan Ember atau Timba


Irigasi jenis ini dilakukan dengan tenaga manusia, yakni para petani yang mengairi
lahannya dengan menggunakan ember atau timba. Mereka mengangkut air dari sumber
air dengan ember atau timba kemudian menyiramnya secara manual pada lahan
pertanian yang mereka tanami. Seperti yang bisa dibayangkan, jenis ini kurang efektif
karena memakan banyak tenaga serta menghabiskan waktu yang lama. Namun
demikian, jenis yang demikian masih menjadi pilihan sebagian petani utamanya petani
di pedesaan yang tidak memiliki cukup modal untuk membeli pompa air atau alat irigasi
yang lebih efektif.

7. Irigasi Tetes / drip irrigation


Jenis irigasi tetes menjalankan tugas distribusi air ke lahan pertanian menggunakan
selang atau pipa yang berlubang dan diatur dengan tekanan tertentu. Dengan
pengaturan yang demikian, air akan muncul dari pipa berbentuk tetesan dan langsung
pada bagian akar tanaman. Teknik yang demikian dimaksudkan agar air langsung
menuju ke akar sehingga tidak perlu membasahi lahan dan mencegah terbuangnya air
karena penguapan yang berlebih. Kelebihan irigasi jenis ini di antaranya adalah efisiensi
dan penghematan air, menghindari akibat penguapan dan inflitrasi serta sangat cocok
untuk tanaman di masa-masa awal pertumbuhannya karena dapat memaksimalkan
fungsi hara bagi tanaman. Selain itu, jenis ini juga mempercepat proses penyesuaian

Page | 7
bibit dengan tanah sehingga dapat menyuburkan tanaman dan menunjang keberhasilan
proses penanamannya.

Gambar irigasi tetes

Beberapa jenis irigasi yang disebutkan di atas cukup menunjukkan bahwa perbedaan
lahan, jenis tanaman juga ketersediaan modal sangat menentukan jenis irigasi apa yang
akan dipilih para petani untuk mengairi lahannya. Namun demikian, pada juga sebagian
petani yang diuntungkan dengan letak lahan pertanian yang ia miliki. Ini terjadi misalnya
jika sawah yang dimiliki dekat dengan bendungan air sehingga pemilik tanah sekitar
tidak perlu kewalahan dan kebingungan menciptakan sistem irigasi untuk mengairi
lahannya. Tak heran, sawah-sawah di dekat bendungan atau sumber air biasanya tetap
ditanami dalam musim apapun dan menghasilkan tanaman yang baik dan subur karena
persediaan air tidak perlu dikhawatirkan. Ini pula yang menjadi alasan mengapa lahan-
lahan pertanian di sekitar bendungan atau sumber air dijual dengan harga yang cukup
tinggi. (baca : cara mencegah erosi tanah)
Untuk meng-handle perairan yang dibutuhkan lahan pertanian, sistem irigasi
ternyata juga mencerminkan peradaban suatu bangsa. Ini bisa dilihat dari catatan

Page | 8
sejarah yang menunjukkan bahwa kebudayaan dan peradaban besar biasanya muncul
tak jauh dari sumber air yang dikelola dengan baik dan menghasilkan sistem irigasi yang
baik pula.
Kreasi-kreasi yang diciptakan untuk sistem irigasi ternyata juga memiliki fungsi lain,
semisal bendungan air yang memiliki fungsi lain sebagai pembangkit listrik. Irigasi yang
tertata dengan baik juga menjadi solusi atas problem kekurangan pangan lokal yang tak
jarang menimpa banyak negara.
Sistem irigasi yang diatur dan berfungsi dengan baik juga berbanding lurus dengan
kesehatan masyakarat secara umum maupun kesejahterannya. Tanaman yang
dihasilkan dari lahan subur dan bebas hama penyakit sangat penting dalam menunjang
kesehatan masyarakat dan menjauhkan mereka dari berbagai macam penyakit. Begitu
juga, hasil pertanian yang berkualitas dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ini bahkan juga sangat berperan dalam mendukung program daulat pangan sehingga
produksi pangan dalam negeri bisa diandalkan kualitas maupun kuantitasnya minimal
untuk konsumsi sendiri sehingga tidak perlu mengimpor bahan pangan dari negara lain

8. Irigasi pasang surut/ tidal irrigation


suatu irigasi yang memanfaatkam pengempangan air sungai akibat pasang surut air
laut. Area yang dapat dilakukan teknik irigasi ini adalah areal yang mendapat pengaruh
langsung dari peristiwa pasang surut air laut. air genangan yang terdorong air laut
akamasuk pada areal persawahan yang berupa air tawar akan menekan dan mencucu
kandungan tanah sulfur masam dan akan ikut terbuang keluar area pertanaman ketika
air laut surut.

C. Klasifikasi jaringan irigasi


Berdasarkan cara pengaturan dan pengaturan air, jaringan irigasi dapat dibedakan menjadi
3 yaitu:
1. Irigasi sederhana
Prinsip dari jaringan irigasi sederhana adalah sebagai berikut:

Page | 9
• Biasanya menerima bantuan pemerintah untuk pembangunan dan atau
penyempurnaan, tetapi dikelola dan dioperasikan oleh aparat desa
• Memiliki bangunan semi permanen dan tidak mempunyai alat pengukur dan
pengontrol aliran sehingga aliran tidak diatur dan diukur.

Jaringan irigasi yang sederhana mudah diorganisasi tetap memiliki


kelemahankelemahan yang serius. Kelemahan pertama terdapat pemborosan air, karena
pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang itu tidak
selalu dapat mencapai daerah rendah/hilir yang lebih subur. Kedua, terdapat banyak
penyadapan yang memerlukan biaya lebih banyak dari masyarakat karena setiap
desa/kelurahan membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri. Karena bangunan
pengambilan bukan bangunan tetap/permanen, maka umurnya mungkin pendek.

Page | 10
2. Jaringan irigasi semi teknis
Perbedaan antara jaringan irigasi sederhana dan jaringan irigasi semi teknis adalah
jaringan semi teknis ini bendunganya terletak disungai lengkap dengan bangunan
pengambilan dan pengukuran dibagian hilirnya.sistem pembagian airnya serupa dengan
jaringan sederhana. Pada jaringan ini biasanya digunakan untuk mengairi areal lahan
yang lebih luas biasanya dan haru melibatkan pemerintah dalam pembanunanya.
Prinsip dari jaringan irigasi semiteknis adalah sebagai berikut:
▪ Pengaliran kesawah dapat diatur tetapi banyaknya air tidak dapat diukur
▪ Pembagian air tidak dapat dilakukan secara seksama
▪ Memiliki sedikit bangunan permanen
▪ Hanya satu alat pengukuran aliran yang ditempatkan pada Bangunan bendung
▪ Sistem pemberian air dan sistem pembuangan air tidak mesti sama sekali terpisah

3. Jaringan irigasi teknis


Salah satu prinsip dalam pengembangan jaringan irigasi teknis adalah pemisah antara
jaringan irigasi dengan jaringan pembuang. Dengan demikian salulan irigasi dan sarinan
pembuangan tetap bekerja sesuai dengan fungsinya masing masing. Saluran irigasi
mengalirkan air ke petakan petakan sawah sedangkan saluran pembuang mengalirkan air
hingga kelaut.
Page | 11
Prinsip dari jaringan irigasi teknis adalah sebagai berikut:
• Jaringan Irigasi yang mendapatkan pasokan air terpisah dengan jaringan
pembuang/pematus
• Pemberian airnya dapat diukur, diatur dan terkontrol pada beberapa titik tertentu
• Dalam irigasi teknis, petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi
teknis
• Semua bangunan bersifat permanen
Contoh: S.I. Jatiluhur, S.I. Pemal. Comal, S.I. Rentang, S.I. Sampean, dll.

D. Irigasi pada Lahan Rawa


Irigasi Rawa Rawa adalah lahan genangan air secara alamiah yang terjadi terus menerus
atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat serta mempunyai ciri – ciri khusus
secara fisik, kimiawi, dan biologis (PERMEN PU, Nomor 05/PRT/ M/2010: Pasal 1).
Penggenangan air rawa bersifat musiman atau permanen.. Rawa terdiri atas dua jenis yaitu :
a. Rawa Pasang Surut
Rawa pasang surut merupakan lahan rawa yang genangannya dipengaruhi oleh pasang
surutnya air laut.

Page | 12
b. Rawa Non Pasang Surut (Lebak)
Pengelolaan rawa pasang surut dilandasi pada prinsip keseimbangan antara konservasi
dan pendayagunaan rawa pasang surut dengan memperhatikan daya rusak air di daerah
rawa (PERMEN PU, Nomor 05/PRT/M/2010:1).

Pemilihan jenis sistem jaringan tata air yang akan digunakan nantinya bergantung pada
karakteristik lokasi tersebut. Karakteristik tersebut terutama yang berkaitan dengan kondisi
topografi lokasi dan letak sungai sebagai hilir dari saluran drainasi rencana nantinya.
• Sistem Handil
Sistem handil merupakan sistem tata air tradisional yang rancangannya sangat
sederhana berupa saluran yang menjorok masuk dari muara sungai. (Noor,2001:100)
Umumnya handil memiliki lebar 2-3 m, dalam 0,5-1 m dan panjang masuk dari muara
sungai 2-3 km. Jarak antara handil satu dengan yang lainnya berkisar 200-300 m.
Adakalanya panjang handil ditambah atau diperluas sehingga luas yang dikembangkan
dapat mencapai 20-60 Hektar (Sumber : Noor.2001 :100).

Gambar Sistem Handil


1. Handil utama (2-3km)
2. Handil kecil
3. Sungai

• Sistem Anjir
Sistem anjir disebut juga dengan sistem kanal yaitu sistem air dengan pembuatan
saluran besar yang dibuat untuk menghubungkan antara dua sungai besar. Saluran
yang dibuat dimaksudkan untuk dapat mengaliri dan membagikan air yang masuk ari
sungai untuk pengairan jika terjadi pasang dan sekaligus menampung air limpahan
(drainasi) jika surut melalui handil-handil yang dibuat sepanjang anjir. Dengan
demikian, air sungai dapat dimanfaatkan untuk pertanaman secara lebih luas dan

Page | 13
leluasa. Dengan dibuatnya anjir, maka daerah yang berada dikiri dan kanan saluran
dapat diairi dengan membangun handilhandil (saluran tersier) tegak lurus kanal,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah. Perbedaan waktu pasang
dari dua sungai yang dihubungkan oleh sistem anjir ini diharapkan akan diikut oleh
perbedaan muka air sehingga dapat tercipta suatu aliran dari sungai yang muka
airnya lebih tinggi ke sungai yang rendah.

Gambar Sistem Anjir


1. Handil-handil
2. Anjir (28 km)
3. Sungai

• Sistem Garpu
Sistem garpu adalah sistem tata air yang direncangdengan saluran-saluran yang
dibuat dari pinggir sungai masuk menjorok ke pedalaman berupa saluran navigasi
dan saluran primer., kemudian disusul dengan saluran sekunder yang dapat terdiri
atas dua saluran bercabang sehingga jaringan berbentuk menyerupai garpu. Ukuran
lebar saluran primer antar 20 m dan dalam sebatas di bawah batas pasang minimal.
Ukuran lebar saluran sekuder antara 5-10 m (Noor,2001 : 103). Pada setiap ujung
saluran sekunder sistem garpu dibuat kolam uang berukuran luas sekitar 90.000 m2
(300 m x 300 m) sampai dengan 200.000 m2 (400 m x 500 m) dengan kedalaman
antara 2,5-3 m. Pada setiap jarak 200-300 m sepanjang saluran primer/sekunder
dibuat saluran tersier (Noor,2001 : 103).

Page | 14
Gambar Sistem Garpu
1. Saluran primer
2. Saluran sekunder
3. Saluran tersier
4. Kolam
5. Sungai
• Sistem Sisir
Sistem sisir merupakan pengembangan sistem anjir yang dialihkan menjadi satu
saluran utama atau dua saluran yang membentuk sejajar sungai. Pada sistem sisir
tidak di buat kolam penampung pada ujung-ujung saluaran sekunder sebagaiman
pada sistem garpu. Sistem saluran dipisahkan antara saluran pemberi air dan
drainasi. Pada setiap saluran tersier dipasang pintu air yang bersifat otomatis
(aeroflapegate). Pintu bekerja secara otomatis mengatur tinggi muka air sesuai
dengan pasang dan surut (Noor,2001 : 104).

Gambar Sistem Sisir


1. Saluran primer
2. Saluran sekunder
3. Saluran tersier
4. Kolam

E. Tingkatan Jaringan Irigasi


Irigasi di persawahan dapat dibedakan menjadi Irigasi Pedesaan dan Irigasi Pemerintah.
Sistem Irigasi desa bersifat komunal dan tidak menerima bantuan dari pemerintah pusat.
Pembangunan dan pengelolaanya (seluruh jaringan irigasi) dilakukan sepenuhnya oleh
masyarakat. Sistem Irigasi (SI) bantuan pemerintah berdasarkan cara pengukuran aliran air,
pengaturan, kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi di Indonesia dapat dibedakan kedalam 3
tingkatan dibagi kedalam tiga kategori yaitu (1) irigasi teknis, (2) irigasi semi teknis, dan (3)
irigasi sederhana. Ketiga tingkatan jaringan tersebut diuraikan pada tabel 1.1 berikut.

Page | 15
Tabel 1.1. Tingkatan Jaringan Irigasi

Standardisasi Irigasi di Indonesia hanya meninjau Irigasi Teknis, karena dinilai lebih
maju dan cocok untuk dipraktekkan di sebagian besar pembangunan Irigasi di Indonesia.
Mengacu pada KP-01 (Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi), dalam suatu jaringan
Irigasi terdapat empat unsur fungsional Jaringan Irigasi, yaitu:
• Bangunan-bangunan Utama (Headworks) dimana air dari sumbernya (umumnya sungai
atau waduk) dielakkan ke saluran.
• Jaringan pembawa irigasi berupa saluran-saluran (primer, sekunder,tersier,kwarter)
yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak tersier.
• Petak-petak Tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif, air
irigasi di bagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung di dalam
suatu sistem pembuangan di dalam petak tersier.
• Sistem pembuang yang terdapat diluar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air
irigasi ke sungai atau saluran-saluran alamiah sekitar.

Page | 16
F. Fungsi Irigasi
• Sebagai simpanan supply air jika suatu saat terjadi kekeringan akibat kemarau panjang
sehingga tanaman pertanian bisa tetap ditanam dan dipanen. Irigasi di sini sekaligus
juga mengatur ‘jadwal’ dan ‘porsi’ pembasahan tanah sehingga dalam musim apapun,
lahan pertanian bisa dialiri air dan tanaman bisa tumbuh
• Memenuhi kebutuhan air pada tanaman pertanian
• Mengalirkan air yang memuat zat lumpur serta zat hara penyubur tanaman untuk
menyuburkan tanah yang menjadi lahan pertanian sehingga tanah siap ditanami dan
menghasilkan tumbuhan yang juga subur dan baik.
• Mengalirkan air yang akan berfungsi mengendapkan kotoran atau limbah di dalam
tanah ke dalam lapisan bawah (saluran drainase) sehingga tidak mengganggu proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan menghindari terjadinya erosi tanah.
Kotoran atau limbah tersebut akan mengalami proses penjernihan baik secara alamiah
atau teknis.
• Mengendapkan zat-zat garam dari permukaan tanah ke tanah lapisan bawah sehingga di
permukaan, kadar garam akan menurun. Menurunnya kadar garam ini adalah salah satu
faktor yang mendukung suksesnya pertanian.
• Menyiapkan tanah untuk mengalami proses pengolahan dengan terlebih dahulu
melunakkannya. Lunaknya tanah akan mempermudah proses pengolahan karena tanah
yang keras akan sulit diolah semisal dicangkul atau dibajak.
• Meninggikan tanah yang posisinya rendah. Lumpur yang terkandung dalam air irigasi
dapat memungkinkan hal ini terjadi sehingga sehingga tanah yang potensial untuk
pertanian dapat digunakan lebih maksimal
• Menurunkan suhu dalam tanah sehingga kondusif untuk pertanian
• Mengurangi kemungkinan kerusakan tanah yang diakibatkan oleh frost

G. Analisa Kebutuhan Air tanaman


Jenis air dalam tanah :
• Air Higroskopis

Page | 17
Biasa ditahan sebagai partikel tanah oleh gaya tarik molekular dan tidak terpengaruh
oleh gerakan gaya gravitasi ataupun gerakan kapilaritas. Air ini tidak cocok untuk
tanaman.
• Air Kapiler
Berada pada pori-pori kapiler tanah dan ditahan oleh gaya permukaan. Cocok digunakan
untuk pertanian dengan syarat diterapkan sistem irigasi yang baik.
• Air Gravitasi
Air yang berlimpah dalam tanah dan dapat keluar dengan gaya gravitasi
H. Analisa Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi diperkirakan untuk menentukan skala final proyek yaitu dengan jalan
melakukan analisis sumber air untuk keperluan irigasi. Perimbangan antara air yang
diperlukan dan debit sungai dipelajari dengan cara menganalisis data yang tersedia (misal
selama 25 tahun, 1990-2014).
Kebutuhan air irigasi di pintu pengambilan (intake) adalah besarnya kebut air (m 3/det) di
intake yang didasrkan dari kebut air di sawah dibagi efisiensi (%) saluran.
IR = DR = NFR
efisiensi saluran

IR = Irrigation Requirement
DR = Diversion Requirement
NFR = Net Farm Irrigation

Berikut adalah faktor –faktor yang perlu di pertimbangkan dalam perhitungan kebutuhan
air irigasi:
1. Pola tata tanam
Pola tanam adalah gambaran rencana tanam berbagai jenis tanaman yang akan
dibudidayakan dalam suatu lahan beririgasi dalam satu tahun. Faktor yang
mempengaruhi pola tanam :
1. Ketersediaan air dalam satu tahun
2. Prasarana yang tersedia dalam lahan tersebut

Page | 18
3. Jenis tanah setempat
4. Kondisi umum daerah tersebut, missal genangan
5. Kebiasaan dan kemampuan petani setempat

Penetapan pola tata tanam diperlukan untuk usaha peningkatan produksi pangan.
Pola tata tanam adalah macam tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada
satu musim tanam. Sedang pola tanam adalah susunan tanaman yang diusahakan dalam
satu satuan luas pada satu tahun. Pola tata tanam yang berlaku pada setiap daerah akan
berbeda dengan daerah lain, karena karakteristik setiap daerah juga berbeda
(Wirosoedarmo, 1985).

Dua hal pokok yang mendasari diperlukannya pola tata tanam:


1. Persediaan air irigasi di musim kemarau yang terbatas.
2. Air yang terbatas harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, sehingga tiap petak
mendapatkan air sesuai dengan jumlah yang diperlukan.

Menurut Wirosoedarmo (1985), penentuan jenis pola tata tanam disesuaikan dengan
debit air yang tersedia pada setiap musim tanam. Jenis pola tanam suatu daerah irigasi
dapat digolongkan menjadi:
a. Padi – Padi
b. Padi – Padi – Polowijo
c. Padi – Polowijo – Padi
d. Padi – Polowijo – Polowijo
e. Padi – Polowijo
Jadwal pola tata tanam berdasarkan periode mingguan, 10 harian, 15 harian, 30 harian
(bulanan).
Untuk daerah yang dipakai sebagai contoh diselidiki pola tanam padi-padi-kedelai

Page | 19
2. Koefisien tanaman (Kc)
Koefisien tanaman adalah karakteristik dari tanaman yang digunakan untuk
memprediksi nilai evapotranspirasi. Koefisien tanaman dihitung berdasarkan rasio dari
evapotranspirasi yang terukur berdasarkan pengamatan di suatu lahan dengan kondisi
vegetasi seragam dan air melimpah, dengan evapotranspirasi referensi.

3. Rerata Koefisien tanaman (Kc)


Merupakan rerata koefisien tanaman dibagi dengan jumlah butir hasil tanam per luas
lahan.

Page | 20
4. Evapotraspirasi Potensial
Evapotranspirasi dapat dihitung dengan beberapa metode seperti penman, blaney
criddle dan thorn white atau software cropwatt.
Salah satu yang umum digunakan adalah dengan menggunakan metode Blaney criddle.

BLANEY CRIDLE
U = k.f k = t.p
100
U : Penggunaan air konsumtive bulanan
: Evapotranspirasi Potensial
K : Koefisien tanaman
F : faktor yang tergantung letak lintang
P : presentase bulanan jam-jam hari terang dalam 1 tahun
(Diperlukan data temperatur udara, letak lintang)

5. Penggunaan Air Konsumtif


Penggunaan air konsumtif bulanan diperoleh dari perkalian antara koefisien tanaman
dikali dengan faktor pada letak lintang.
6. Rasio luas lahan irigasi
7. Kebutuhan air irigasi untuk persiapan lahan
Terdapat dua cari yaitu:
a) metode dengan menggunakan rumus :

IRp = Mlk / (lk-1)

IRp = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan


M = Kebutuhan air unt mengganti air yg hilang akibat evaporasi dan perkolasi di
sawah yg telah dijenuhkan

M = E0 + P

Page | 21
Eo= Evaporasi air terbuka selama penyiapan lahan

Eo = 1.1 x ETo
K = MT/S

T = Jangka waktu penyiapan lahan


S = Air yg dibutuhkan unt penjenuhan di tambah dengan 50 mm

b) Dengan menggunakan Tabel Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan Prosedur


perhitungan :
a. Tentukan waktu yang diperlukan untuk penyiapan lahan (sesuai table T = 30 hari
dan T = 45 hari)
b. Tentukan air untuk penjenuhan (S)
Hitung Eo + P = (1.1 x ETo) + P
c. ETo = Evapotranspirasi potensial yg tergantung jenis tanaman (K), P = Perkolasi
Berdasarkan butir (a), (b), (c)
d. Tentukan kebutuhan air untuk penyiapan lahan dengan Tabel, (dapat juga dengan
interpolasi)

Page | 22
8. Infiltrasi dan Perkolasi
Infiltrasi adalah masuknya air (besarnya air merembes) dari permukaan tanah ke lapisan
tak jenuh air (unsaturated) .
Perkolasi besarnya air yang masuk dari lapisan tanah tak jenuh air (unsaturated) ke
lapiasan tanah jenuh air (saturated)
Perkiraan besarnya infiltrasi + Perkolasi
Sandy Loam I + P = 3 s/d 6 mm/hari
Loam I + P = 2 s/d 3 mm/hari
Clay Loam I + P = 1 s/d 2 mm/hari
9. Penggantian Lapisan Air (WLR)
Ketentuan :
a. WLR diperlukan saat terjadi pemupukan maupun penyiangan yaitu 1-2 bulan dari
transplating
b. WLR = 50 mm (dibut. penggantian lapisan air (diasumsikan = 50 mm)(referensi KP
Kementrian PUPR)
c. Jangka waktu WLR = 1.5 bulan (selama 1.5 bulan, air digunakan untuk WLR sebesar 50
mm)
Perhitungan dalam periode 15 hari
WLR = 50 mm selama 1.5 bulan
Di dapat WLR / 15 hari = 50 mm : 15 hari
= 3.3 mm / 15
WLR / hari = 50 mm / 45
= 1.11 mm / hari
10. Curah Hujan Efektif
Perbedaan macam curah hujan:
• Curah hujan nyata adalah Sejumlah curah hujan yang nyata jatuh di suatu daerah.
• Curah hujan efektif adalah Sejumlah curah hujan yang jatuh pada suatu daerah dan
dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman.

Page | 23
Curah hujan efetif diunakan untuk menentukan kebutuhan air tanaman yang
selanjutnya dapat menentukan ukuran saluran irigasi.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung curah hujan efektif
yaitu:
a) metode basic year
b) metode hazen plotting
c) metode analisa frekuensi
d) metode dari “ hidrologi & operation studies review of dam ‘smec, september 1985
e) metode usda (scs)
f) metode varshney (1979) teory and design of irrigation structures vol. I
g) metode standar perencanaan irigasi

Metode standar perencanaan irigasi adalah yang palingumum digunakan di Indonesia.

RUMUS : Re = 0.70 X R80


hari
Re = Curah hujan efektif
R80 = Curah hujan bulanan dengan probabilitas 80%
Hari = hari periode
11. Kebutuhan Air Kotor
Yang dimaksud kebutuan air kotor adalah kebutuhan air total untuk irgasi termasuk
perkolasi infiltrasi dan losses yang lainnya
12. Kebutuhan Air bersih
Yang dimaksud adalah total kebutuhan air tanaman yang dipakai tanaman secara bersih.
13. Net Farm Requirement (NFR)
adalah : besarnya Kebutuhan air irigasi di sawah (air yang diperlukan oleh tanaman agar
dapat tumbuh baik)
Terdapat 2 Metode perhitungan NFR :
a. Metode Standar Perencanaan Irigasi Dirjen Pengairan
NFR = ETc + P + WLR – Re

Page | 24
di mana : NFR = Netto Field Water Requirement kebutuhan bersih air di sawah
(mm/hari) ETc = Evaporasi tanaman (mm/hari)
P = Perkolasi (mm/hari)
WLR = Penggantian lapisan air (mm/hari)
Re = Curah hujan efektif (mm/hari)
b. Metode Keseimbangan tanpa WLR
14. Kebutuhan Air tanaman
kebutuhan air tanaman tergantung :
a) POLA TATA TANAM (Jenis tanaman, Umur Tanaman, Waktu Penanaman / Saat
Tanam)
b) IKLIM (Kelembaban udara, temperatur, radiasi matahari, kecepatan, angin
evaporasi, Curah hujan ( curah hujan efektif))
c) TANAH (perkolasi dan infiltrasi)
Cu = ETo x Kc

ETo : Evaporasi potensial


Kc : Koef. Tanaman

15. Metode Water Balance


TAN. PADI → NFRP = Cu + Pd + NR + (P+I) – Reff + DRAIN
TAN. POLOWIJO-- > NFRpol = Cu + (P + I) – Reff

NFRP : Kebut. air di sawah (l/det/ha) unt t. padi


NFR pol : Kebut. air di sawah (l/det/ha) unt t. polowijo
Cu : Kebutuhan air tanaman (mm/hr)
Pd : Pudling (pengolahan tanah)
NR : Nussery (pembibitan)
P : Perkolasi
I : Infiltrasi
Reff : Curah hujan efektif

Page | 25
I. Dimensi Saluran
Umumnya saluran irigasi dibuat dengan bentuk penampang trapesium, namun pada
beberapa kebutuhan sering dibuat dengan penampang persegi empat atau setengah
lingkaran. Penggunaan penampang trapesium lebih memungkinkan untuk mendapatkan
stabilitas lereng bila dibandingkan dengan penampang persegi empat, maka perkuatan
dengan tujuan untuk stabilitas selalu menggunakan perkuatan dari beton/beton bertulang.
Secara operasional debit saluran irigasi relatif tetap terhadap waktu, dan ini dilakukan
dalam waktu yang cukup panjang dengan tidak merubah besarnya debit operasional irigasi
suatu DI yang diairi.

Dengan demikian tipe aliran yang ada pada saluran irigasi merupakan tipe aliran permanen
atau steady flow. Rumus-rumus yang dipakai sesuai tabel 1.3 berikut

Tabel 1.3. Rumus Perencanaan Dimensi Saluran (Persegi 4, trapesium, lingkaran)

Perhitungan debit yang mengalir di saluran menggunakan rumus:

Q= V. A

Keterangan:
Q= Debit saluran (m3/dt)
V= Kecepatan air rata-rata di saluran (m/dt)
A= Luas penampang basah

Page | 26
Rumus- rumus lain yang digunakan untuk menentukan besarnya kecepatan aliran pada
aliran terbuka adalah:
Rumus Aliran

• Rumus Strickler

• Rumus Chezy

Page | 27
Page | 28
• Rumus Manning

Page | 29
Jalan inspeksi terletak di tepi saluran di sisi yang diairi agar bangunan sadap dapat
dicapai secara langsung dan usaha penyadapan air makin sulit dilakukan. Lebar jalan
inspeksi dengan perkerasan:
3,0 𝑠.𝑑.5,0 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Harga I (Kemiringan Saluran)
Harga I bila ditinjau dari kondisi lapangan dapat dihitung sebagai berikut:

Page | 30
Di mana:
• I = kemiringan dasar saluran
• ∆H = beda tinggi antara titik I dan titik II
• L = panjang saluran
Kapasitas Rencana
Debit rencana suatu saluran dihitung dengan rumus:

Di mana:
• Q = debit rencana (m3/dt)
• NFR = kebutuhan air bersih di sawah (l/dt/ha)
• e = efisiensi irigasi secara keseluruhan (%)
• A = luas daerah yang diairi (ha)

Efisiensi
Seperempat sampai sepertiga dari jumlah air yang diambil akan hilang sebelum air itu
sampai ke sawah. Kehilangan ini disebabkan oleh:
• Kegiatan eksploitasi
• Evaporasi
• Rembesan

Kehilangan akibat evaporasi dan rembesan sangat kecil bila dibanding dengan
kehilangan akibat kegiatan akibat eksploitasi. Perhitungan rembesan hanya dilakukan
bila kelulusan tanah cukup tinggi. Kehilangan air di jaringan irigasi dapat dibagi -bagi
sebagai berikut:
• 15%-22,5% : di petak tersier antara bangunan sadap ke sawah (et)
• 7,5%-12,5% : di saluran sekunder (es)
• 7,5%-12,5% : di saluran utama (ep)

Page | 31
Efisiensi secara keseluruhan (total) dihitung sebagai berikut:
Eff. Jaringan Tersier (et) × Eff. Jaringan Sekunder (es) × Eff. Jaringan Primer (ep)
Dan antara 0,59-0,73.
Oleh karena itu, kebutuhan bersih air di sawah (NFR) harus dibagi e untuk
memperoleh jumlah air yang dibutuhkan di bangunan pengambilan dari sungai.
Faktor-faktor efisiensi yang diterapkan untuk perhitungan saluran disajikan seperti
tabel 1.10 berikut:

Sebagai contoh:
• Efisiensi di jaringan irigasi tersier: 80%
• Efisiensi di jaringan irigasi sekunder: 90%
• Efisiensi di jaringan irigasi primer: 90%
Efisiensi total: 80% × 90% × 90% = 64,8% atau 0,65

Page | 32
Tinggi Muka Air
Tinggi muka air yang diinginkan dalam jaringan utama didasarkan pada tinggi muka
air yang diperlukan di sawah-sawah yang diairi.

Di mana:
• P = elevasi muka air di saluran sekunder
• A = elevasi tertinggi permukaan tanah di sawah
• a = tinggi genangan air rata-rata di sawah ≈ 10 cm
• b = kehilangan tinggi energi di saluran kuarter ≈ 5 cm
• c = kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter = 5 cm/boks
• d = kehilangan tinggi energi di saluran irigasi selama pengaliran = I × L
• e = kehilangan tinggi energi di boks bagi tersier ≈ 10 cm
• f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong
• g = kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier
• ∆h = variasi tinggi muka air (0,18.h100)
• h100 = kedalaman air pada muka air normal 100%
• z = kehilangan tinggi energi di bangunan-bangunan tersier yang lain

Saluran Pasangan
1. Kegunaan saluran pasangan

Page | 33
Saluran pasangan (lining) dimaksudkan untuk:
▪ Mencegah kehilangan air akibat rembesan
▪ Mencegah gerusan dan erosi
▪ Mencegah tumbuhnya tumbuhan air
▪ Mengurangi biaya pemeliharaan
▪ Tanah yang dibebaskan lebih kecil
Pasangan hanya diperlukan untuk ruas-ruas saluran yang panjangnya terbatas. Untuk
menghitung besarnya rembesan di saluran dapat digunakan rumus MORITZ (USBR):

Di mana:
- S = kehilangan air akibat rembesan m3/dt per km panjang saluran
- Q = debit (m3/dt)
- v = kecepatan (m/dt)
- C = koefisien tanah rembesan (m/hr)
- 0,035 = faktor konstanta

Jenis pasangan di Indonesia:


• Pasangan batu
• Beton

Page | 34
• Tanah
2. Perencanaan hidrolis
• Kecepatan maksimum
➢ Pasangan batu : 2 m/dt
➢ Pasangan beton : 3 m/dt
➢ Pasangan tanah : kecepatan maksimum yang diizinkan
• Koefisien kekasaran
Harga koefisien kekasaran Strickler (K) yang dianjurkan pemakaiannya adalah:
➢ Pasangan batu : 60
➢ Pasangan beton : 70
➢ Pasangan tanah : 35-45
Rumus:

Page | 35
J. Unsur Jaringan Irigasi
Uraian fungsional umum mengenai unsur-unsur jaringan irigasi akan membantu bagi para
perekayasa/perencana dalam menyiapkan perencanaan tata letak dan jaringan irigasi.
Unsur-unsur jaringan irigasi tersebut meliputi:
• Peta Ikhtisar
Adalah cara bagaimana berbagai bagian dari suatu jaringan irigasi saling dihubung -
hubungkan. Peta ikhtisar dapat disajikan pada peta tata letak. Peta ikhtisar proyek irigasi
tersebut memperlihatkan:
➢ Bangunan Utama
➢ Jaringan dan trase saluran Irigasi
➢ Jaringan dan trase saluran pembuang
➢ Petak-petak primer, sekunder, dan tersier.
➢ Lokasi bangunan.
➢ Batas-batas daerah irigasi.
➢ Jaringan dan trase jalan
➢ Daerah-daerah yang tidak diairi, misal: desa.
Peta Ikhtisar umum dapat dibuat berdasarkan peta topografi yang dilengkapi dengan
garis-garis kontur dengan skala 1: 25000. Peta Ikhtisar detail yang biasa di sebut “ Peta
Petak” dipakai untuk perencanaan dibuat dengan skala 1: 5000 dan untuk petak tersier
1: 5000 atau 1: 2000
a. Petak Tersier Di daerah –daerah yang ditanami padi, luas petak tersier yang ideal
adalah antara 50-100 ha, kadang-kadang sampai 150 ha. Batas-batas petak tersier
harus jelas seperti misalnya: Parit, Jalan, batas desa, sungai, dll. Petak tersier dibagi
menjadi petak-petak kwarter, dengan luas 8-15 ha. Panjang saluran tersier sebaiknya
1500 m, kadang-kadang panjang saluran tersier mencapai 2000 m. Panjang saluran
Kwarter maksimum 500 m tetapi prakteknya kadang mencapai 800 m.
b. Petak Sekunder Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang
kesemuanya dilayani oleh saluran sekunder. Petak sekunder menerima air dari
bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak

Page | 36
sekunder umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas seperti saluran
pembuang. Luas petak berbeda-beda tergantung pada situasi daerah. Saluran
sekunder sering terletak dipunggung medan, mengairi kedua sisi saluran, hingga
saluran pembuang yang membatasinya. Saluran sekunder boleh juga direncana
sebahai saluran garis tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah
c. Petak Primer Petak Primer terdiri dari beberapa petak sekunder , untuk itu petak-
petak ini akan mengambil air langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani
oleh satun saluran primer yang mengambil air langsung dari sumber air (sungai)

K. Bangunan Irigasi
Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air
irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam praktek irigasi antara
lain
• Bangunan utama
• Bangunan pembawa
• Bangunan bagi
• Bangunan sadap
• Bangunan pengatur muka air
• Bangunan pembuang dan penguras
• Bangunan pelengkap

1) Bangunan Utama
Bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air
kedalam jaringan saluran, agar dipakai untuk keperluan irigasi, terdiri dari:
• Bangunan pengelak dengan peredam energi
• Pengambilan utama
• Pintu Bilas
• Kolam olak
• Kantong lumpur (bila perlu)
• Tanggul Banjir

Page | 37
• Bangunan pelengkap lainnya

Bangunan utama dapat diklasifikasikan kedalam sejumlah kategori tergantung pada


perencanaannya yaitu:
a. Bendung/ Bendung Gerak
▪ Bendung (weir), bendung gerak (barrage) dipakai untuk meninggikan muka air
sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke
saluran irigasi dan petak tersier.
▪ Ketinggian itu akan menentukan luas daerah yang diairi.
▪ Bendung Gerak: Bangunan yang dilengkapi dengan pintu yang dapat dibuka
untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan ditutup bila air kecil
▪ Bendung: Bangunan yang umum dipakai di Indonesia, untuk membelokkan air
sungai kesaluran irigasi guna keperluan irigasi
b. Pengambilan Bebas
Bangunan yang dibuat ditepi sungai yang mengalirkan air sungai kedalam jaringan
irigasi tanpa mengatur tinggi muka air di sungai. Dalam keadaan demikian jelas
bahwa muka air sungai harus lebih tinggi dari daerah yang diairi dan jumlah air yang
dibelokkan dapat dijamin cukup.
c. Pengambilan dari Waduk
Waduk (Reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada waktu terjadi
surplus air di sungai agar dapat dipakai sewaktu-waktu terjadi kekurangan air. Fungsi
utama waduk adalah untuk mengatur aliran sungai, sedangkan waduk yang
berukuran besar sering memiliki banyak fungsi seperti, irigasi, PLTA, pengendali
banjir, perikanan, air baku, dsb.
d. Stasiun Pompa
Irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara gravitasi
tidak bisa dilakukan.

Page | 38
2) Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari surnbemya
menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran primer, saluran sekunder,
saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan pembawa adalah talang,
gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring. Saluran primer biasanya dinamakan
sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering
dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut.
Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi:
a. Saluran Irigasi pada Jaringan Irigasi Utama
▪ Saluran Primer membawa air dari jaringan utama kesaluran sekunder dan ke
petak-petak tersier yang diairi
▪ Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
▪ Saluran sekunder, membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier yang
dilayani oleh saluran sekunder tersebut
▪ Batas ujung saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir.

b. Saluran Irigasi pada Jaringan Irigasi Tersier


• Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap ke petak tersier lalu kesaluran
kuarter
• Batas ujung saluran ini adalah boks bagi tersier yang terakhir
• Saluran kwarter membawa air dari boks bagi tersier ke boks bagi kuarter

Page | 39
3) Bangunan Bagi dan Sadap
Bangunan bagi/bagi-sadap/sadap pada jaringan irigasi teknis dilengkapi dengan pintu
dan alat ukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah debit yang
direncanakan. Tetapi pada keadaan tertentu sering dijumpai kesulitan-kesulitan dalam
operasi dan pemeliharaan (OP) sehingga muncul usulan system proporsional, yaitu
bangunan bagi dan sadap tanpa pintu dan alat ukur tetapi dengan syarat-syarat sebagai
berikut :
▪ Elevasi ambang ke semua arah saluran harus sama
▪ Bentuk ambang harus sama agar memiliki koefisien debit yang sama.
▪ Lebar bukaan proporsional dengan luas area sawah yang diairi.

Namun disadari bahwa sistem proporsional tidak bisa diterapkan pada daerah irigasi
yang melayani lebih dari satu jenis tanaman dari penerapan sistem golongan. Untuk itu
kriteria ini menetapkan agar tetap memakai pintu dan alat ukur debit dengan
memenuhi tiga syarat proporsional yaitu:
a. Bangunan bagi/bagi-sadap terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik
cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.
b. Bangunan sadap tersier mengalirkan air irigasi dari saluran primer/sekunder ke
saluran tersier penerima.
c. Bangunan bagi/sadap mungkin untuk digabung menjadi satu rangkaian bangunan.
d. Boks-boks bagi di saluran tersier dapat membagi aliran untuk dua saluran atau lebih
(tersier, subtersier dan/atau kuarter)

4) Bangunan Pengatur dan Pengukur


Aliran akan diukur pada bagian hulu (udik) saluran primer, di cabang saluran jaringan
primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier. Sesuai dengan KP 01 Bangunan
ukur dapat dibedakan menjadi bangunan ukur aliran atas bebas (free overflow) dan
bangunan ukur alirah bawah (underflow). Beberapa dari bangunan pengukur dapat juga
dipakai untuk mengatur aliran air. Bangunan ukur yang dapat dipakai sesuai KP 01
ditunjukkan pada Tabel 1.2 berikut.

Page | 40
Untuk memudahkan operasi dan pemeliharaan, bangunan ukur yang dipakai di
sebuah jaringan irigasi hendaknya tidak terlalu banyak, dan diharapkan pula pemakaian
alat ukur tersebut dapat benar-benar mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh
petani.

5) Bangunan Pengatur Muka Air


Bangunan-bangunan pengatur muka air berfungsi untuk mengatur/mengontrol muka
air di jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan agar dapat memberikan
debit yang konstan kepada bangunan sadap tersier. Bangunan pengatur mempunyai
potongan pengontrol aliran yang dapat disetel/diatur atau tetap. Untuk bangunan-
bangunan pengatur yang dapat disetel/diatur dianjurkan untuk menggunakan pintu
(sorong) radial atau yang lainnya. Bangunan-bangunan pengatur diperlukan pada
tempat-tempat di mana tinggi muka air pada saluran dipengaruhi oleh bangunan terjun
atau got miring (chute). Untuk mencegah peruhahan muka air di saluran dipakai mercu
tetap atau celah kontrol trapesium (trapezoidal notch).

6) Bangunan Pembawa
Bangunan-bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir saluran. Aliran
yang melalui bangunan ini bisa superkritis atau subkritis.

Page | 41
a. Bangunan Pembawa dengan Aliran Superkritis Bangunan pembawa dengan aliran
tempat di mana lereng medannya maksimum saluran. Superkritis diperlukan di
tempat lebih curam daripada kemiringan maksimal saluran. (Jika di tempat dimana
kemiringan medannya lebih curam dari pada kemiringan dasar saluran, maka bisa
terjadi aliran superkritis yang akan dapat merusak saluran. Untuk itu diperlukan
bangunan peredam). Jenis-jenis bangunan pembawa antara lain:
• Bangunan terjun
Dengan bangunan terjun, menurunnya muka air (dan tinggi energi) dipusatkan
di satu tempat Bangunan terjun bisa memiliki terjun tegak atau terjun miring.
Jika perbedaan tinggi energi mencapai beberapa meter, maka konstruksi got
miring perlu dipertimbangkan.
• Got miring
Daerah got miring dibuat apabila trase saluran rnelewati ruas medan dengan
kemiringan yang tajam dengan jumlah perbedaan tinggi energy yang besar. Got
miring berupa potongan saluran yang diberi pasangan (lining) dengan aliran
superkritis, dan umurnnya mengikuti kemiringan medan alamiah.

b. Bangunan Pembawa dengan Aliran Subkritis (bangunan silang)


• Gorong-gorong
Gorong-gorong dipasang di tempat-tempat di mana saluran lewat di bawah
bangunan (jalan, rel kereta api) atau apabila pembuang lewat di bawah saluran.
Aliran di dalam gorong gorong umumnya aliran bebas.
• Talang
Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di atas saluran lainnya,
saluran pembuang alamiah atau cekungan dan lembah-lembah. Aliran di dalam
talang adalah aliran bebas.
• Sipon
Sipon dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan gravitasi di
bawah saluran pembuang, cekungan, anak sungai atau sungai. Sipon juga

Page | 42
dipakai untuk melewatkan air di bawah jalan, jalan kereta api, atau bangunan-
bangunan yang lain. Sipon merupakan saluran tertutup yang direncanakan
untuk mengalirkan air secara penuh dan sangat dipengaruhi oleh tinggi tekan.
• Jembatan sipon
Jembatan sipon adalah saluran tertutup yang bekerja atas dasar tinggi tekan
dan dipakai untuk mengurangi ketinggian bangunan pendukung di atas lembah
yang dalam.
• Flum (Flume)
Tipe flum yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi melalui situasi -situasi
medan tertentu, misalnya:
➢ flum tumpu (bench flume), untuk mengalirkan air di sepanjang lereng bukit
yang curam
➢ flum elevasi (elevated flume), untuk menyeberangkan air irigasi lewat di atas
saluran pembuang atau jalan air lainnya
➢ flum, dipakai apabila batas pembebasan tanah (right of way) terbatas atau
jika bahan tanah tidak cocok untuk membuat potongan melintang saluran
trapesium biasa.
Flum mempunyai potongan melintang berbentuk segi empat atau setengah
bulat. Aliran dalam flum adalah aliran bebas.
• Saluran yang tertutup
Saluran tertutup dibuat apabila trase saluran terbuka melewati suatu daerah di
mana potongan melintang harus dibuat pada galian yang dalam dengan lereng -
Iereng tinggi yang tidak stabil. Saluran tertutup juga dibangun di daerah-daerah
permukiman dan di daerah-daerah pinggiran sungai yang terkena luapan banjir.
Bentuk potongan melintang saluran tertutup atau saluran gali dan timbun
adalah segi empat atau bulat. Biasanya aliran di dalam saluran tertutup adalah
aliran bebas.

Page | 43
• Terowongan
Terowongan dibangun apabila keadaan ekonomi/anggaran memungkinkan
untuk saluran tertutup guna mengalirkan air melewati bukit-bukit dan medan
yang tinggi. Biasanya aliran di dalam terowongan adalah aliran bebas.

7) Bangunan Lindung
Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari luar. Dari luar
bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air buangan yang
berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang berlebihan akibat kesalahan
eksploitasi atau akibat masuknya air dan luar saluran.
a. Bangunan Pembuang Silang
Gorong-gorong adalah bangunan pembuang silang yang paling umum digunakan
sebagai lindungan-luar; lihat juga pasal mengenai bangunan pembawa. Sipon
dipakai jika saluran irigasi kecil melintas saluran pembuang yang besar. Dalam hal
ini, biasanya lebih aman dan ekonomis untuk membawa air irigasi dengan sipon
lewat di bawah saluran pembuang tersebut. Overchute akan direncana jika elevasi
dasar saluran pembuang di sebelah hulu saluran irigasi lebih besar daripada
permukaan air normal di saluran.
b. Pelimpah (Spillway)
Ada tiga tipe lindungan-dalam yang umum dipakai, yaitu saluran pelimpah, sipon
pelimpah dan pintu pelimpah otomatis. Pengatur pelimpah diperlukan tepat di hulu
bangunan bagi, di ujung hilir saluran primer atau sekunder dan di tempat-tempat
lain yang dianggap perlu demi keamanan jaringan. Bangunan pelimpah bekerja
otomatis dengan naiknya muka air.
c. Bangunan Penggelontor Sedimen (Sediment Excluder)
Bangunan ini dimaksudkan untuk mengeluarkan endapan sedimen sepanjang
saluran primer dan sekunder pada lokasi persilangan dengan sungai. Pada ruas
saluran ini sedimen diijinkan mengendap dan dikuras melewati pintu secara
periodik.

Page | 44
d. Bangunan Penguras (Wasteway)
Bangunan penguras, biasanya dengan pintu yang dioperasikan dengan tangan,
dipakai untuk mengosongkan seluruh ruas saluran bila diperlukan. Untuk
mengurangi tingginya biaya, bangunan ini dapat digabung dengan bangunan
pelimpah.
e. Saluran Pembuang Samping
Aliran buangan biasanya ditampung di saluran pembuang terbuka yang mengalir
pararel di sebelah atas saluran irigasi. Saluran-saluran ini membawa air ke
bangunan pembuang silang atau, jika debit relatif kecil dibanding aliran air irigasi,
ke dalam saluran irigasi itu melalui lubang pembuang.
f. Saluran Gendong
Saluran gendong adalah saluran drainase yang sejajar dengan saluran irigasi,
berfungsi mencegah aliran permukaan (run off) dari luar areal irigasi yang masuk ke
dalam saluran irigasi. Air yang masuk saluran gendong dialirkan keluar ke saluran
alam atau drainase yang terdekat.

8) Jalan dan Jembatan


Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi dan pembuang oleh Dinas Pengairan. Masyarakat boleh menggunakan jalan-jalan
inspeksi ini untuk keperluankeperluan tertentu saja. Apabila saluran dibangun sejajar
dengan jalan umum didekatnya, maka tidak diperlukan jalan inspeksi di sepanjang ruas
saluran tersebut. Biasanya jalan inspeksi terletak di sepanjang sisi saluran irigasi.
Jembatan dibangun untuk saling menghubungkan jalan-jalan inspeksi di seberang
saluran irigasi/pembuang atau untuk menghubungkan jalan inspeksi dengan jalan
umum. Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan kuarter sepanjang itu
memang diperlukan oleh petani setempat dan dengan persetujuan petani setempat
pula, karena banyak ditemukan di lapangan jalan petani yang rusak atau tidak ada sama
sekali sehingga akses petani dari dan ke sawah menjadi terhambat, terutama untuk
petak sawah yang paling ujung.

Page | 45
9) Bangunan Drainase
Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak sawah
maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran pembuang,
sedangkan kelebihan air disaluran dibuang melalui bangunan pelimpah. Terdapat
beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang kuarter, saluran pembuang
tersier, saluran pembuang sekunder dan saluran pembuang primer. Jaringan pembuang
tersier dimaksudkan untuk :
• Mengeringkan sawah
• Membuang kelebihan air hujan
• Membuang kelebihan air irigasi
Saluran pembuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah atasnya atau
dari saluran pernbuang di daerah bawah. Saluran pembuang tersier menampung air
buangan dari saluran pembuang kuarter. Saluran pembuang primer menampung dari
saluran pembuang tersier dan membawanya untuk dialirkan kembali ke sungai.

10) Bangunan Pelengkap


Tanggul-tanggul diperlukan untuk melindungi daerah irigasi terhadap banjir yang
berasal dari sungai atau saluran pembuang yang besar. Pada umumnya tanggul
diperlukan di sepanjang sungai di sebelah hulu bendung atau di sepanjang saluran
primer. Fasilitasfasilitas operasional diperlukan untuk operasi jaringan irigasi secara
efektif dan aman. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain meliputi antara lain: kantor-
kantor di lapangan, bengkel, perumahan untuk staf irigasi, jaringan komunikasi, patok
hektometer, papan eksploitasi, papan duga, dan sebagainya. Bangunan-bangunan
pelengkap yang dibuat di dan sepanjang saluran meliputi:
▪ Pagar, rel pengaman dan sebagainya, guna memberikan pengaman sewaktu terjadi
keadaan-keadaan gawat;
▪ Tempat-tempat cuci, tempat mandi ternak dan sebagainya, untuk memberikan
sarana untuk mencapai air di saluran tanpa merusak lereng;
▪ Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumbatnya bangunan (sipon dan
goronggorong panjang) oleh benda-benda yang hanyut;

Page | 46
▪ Jembatan-jembatan untuk keperluan penyeberangan bagi penduduk.
▪ Sanggar tani sebagai sarana untuk interaksi antar petani, dan antara petani dan
petugas irigasi dalam rangka memudahkan penyelesaian permasalahan yang terjadi
di lapangan. Pembangunannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi petani
setempat serta letaknya di setiap bangunan sadap/offtake.

Page | 47
BAB II BENDUNG

A. Pengertian Bendung (Weir)


Bendung atau weir adalah bangunan melintang sungai yang fungsinya membelokan
meninggikan muka air sungai agar dapat masuk ke saluran irigasi melalui inlet secara
gravitasi. Konstruksi bendung lebih kecil daripada bendungan, air diizinkan melewati
bagian mercu atau atas bendung. Konstruksi ini tidak menimbulkan daerah retensi atau
genangan sebagaimana halnya pada bendungan yang membutuhkan luas wilayah yang
cukup untuk menampung air. Tujuan dibangunnya bendung yaitu agar dapat menjalankan
aliran air tetap berada dan dalam debit yang sama bahkan sebelum sungai dibendung.
Memastikan ketersediaan debit air sungai dibutuhkan untuk saluran irigasi dan saluran
pengolahan air bersih.

B. Jenis - Jenis Bendung


Terdapat dua jenis bendung, yaitu bendung tetap dan bendung gerak. Pengertiannya
adalah sebagai berikut:
1. Bendung tetap (fixed weir, uncontrolled weir) adalah bangunan yang dipergunakan
untuk meninggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air
dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier, Ditinjau dari baha n yang
dipergunakan, maka bendung tetap dapat dibagi menjadi : Bendung tetap permanen
(misalnya beronjong dari beton, pasangan batu, beronjong dengan mantel); Bendung
tetap semi permanen (Misalnya dari Beton, pasangan batu, beronjong dengan mantel);
Bendung tetap tidak Permanen (Misalnya dari kayu, tumpukan batu). Sumber: BIK,
PUSDATA Dep. PU, 1994. Ada 2 (dua) tipe atau jenis bendung tetap dilihat dari bentuk
struktur ambang pelimpahannya, yaitu:
a. Ambang tetap yang lurus dari tepi ke tepi kanan sungai artinya as ambang
tersebut berupa garis lurus yang menghubungkan dua titik tepi sungai.
b. Ambang tetap yang berbelok-belok seperti gigi gergaji. tipe seperti ini diperlukan
bila panjang ambang tidak mencukupi dan biasanya untuk sungai dengan lebar yang
kecil tetapi debit airnya besar. Maka dengan menggunakan tipe ini akan didapat

Page | 48
panjang ambang yang lebih besar,dengan demikian akan didapatkan kapasitas
pelimpahan debit yang besar. Mengingat bentuk sisi ambang dan karakter
hidrolisnya, disarankan bendung tipe gergaji ini dipakai pada sungai yang harus
memiliki syarat berikut yaitu, debit relative stabil, tidak membawa material
terapung berupa batang pohon, efektivitas panjang bendung gergaji terbatas pada
kedalaman air pelimpasan tertentu.
c. Ambang saringan bawah tipe bendung pelimpah yang dilengkapi dengan saluran
penangkap dan saringan. Bendung ini meloloskan air lewat saringan dengan
membuat bak penampung air berupa saluran penangkap melintang sungai dan
mengalirkan airnya ketepi sungai untuk dibawa ke jaringan irigasi. Operasional di
lapangan dilakukan dengan membiarkan sedimen dan batuan meloncat melewati
bendung, sedang air diharapkan masuk ke saluran penangkap. Sedimen yang tinggi
diendapkan pada saluran penangkap pasir yang secara periodik dibilas masuk
sungai kembali.

2. Bendung gerak (barrage weir) adalah bangunan yang sebagian besar konstruksinya
terdiri dari pintu yang dapat digerakan untuk mengatur ketinggian muka air di sungai.
Sumber: BIK, PUSDATA Dep. PU, 1994. Terdapat dua jenis bendung gerak yaitu:
a. Bendung Gerak Vertikal
Bendung ini terdiri dari tubuh bendung dengan ambang tetap yang rendah
dilengkapi dengan pintu-pintu yang dapat digerakkan vertikal maupun radial. Tipe
ini mempunyai fungsi ganda, yaitu mengatur tinggi muka air di hulu bendung
kaitannya dengan muka air banjir dan meninggikan muka air sungai kaitannya
dengan penyadapan air untuk berbagai keperluan. Operasional di lapangan
dilakukan dengan membuka pintu seluruhnya pada saat banjir besar atau membuka
pintu sebagian pada saat banjir sedang dan kecil. Pintu ditutup sepenuhnya pada
saat saat kondisi normal, yaitu untuk kepentingan penyadapan air. Tipe bendung
gerak ini hanya dibedakan dari bentuk pintu-pintunya antara lain:

Page | 49
Pintu geser atau sorong (sluice gate), banyak digunakan untuk lebar dan tinggi
bukaan yang kecil dan sedang. Diupayakan pintu tidak terlalu berat karena akan
memerlukan peralatan angkat yang lebih besar dan mahal. Sebaiknya pintu cukup
ringan tetapi memiliki kekakuan yang tinggi sehingga bila diangkat tidak mudah
bergetar karena gaya dinamis aliran air.
Pintu radial, memiliki daun pintu berbentuk lengkung (busur) dengan lengan pintu
yang sendinya tertanam pada tembok sayap atau pilar. Konstruksi seperti ini
dimaksudkan agar daun pintu lebih ringan untuk diangkat dengan menggunakan
kabel atau rantai. Alat penggerak pintu dapat dapat pula dilakukan secara hidrolik
dengan peralatan pendorong dan penarik mekanik yang tertanam pada tembok
sayap atau pilar.

Gambar Pintu Radial

Gambar Pintu Sorong

b. Bendung Gerak Horizontal (Bendung Karet)


Bendung karet memiliki 2 bagian pokok, yaitu :
• Tubuh bendung yang terbuat dari karet

Page | 50
• Pondasi beton berbentuk plat beton sebagai dudukan tabung karet, serta
dilengkapi satu ruang kontrol dengan beberapa perlengkapan (mesin) untuk
mengontrol mengembang dan mengempisnya tabung karet.

Bendung ini berfungsi meninggikan muka air dengan cara mengembungkan tubuh
bendung dan menurunkan muka air dengan cara mengempiskannya. Tubuh
bendung yang terbuat dari tabung karet dapat diisi dengan udara atau air. Proses
pengisian udara atau air dari pompa udara atau air dilengkapi dengan instrumen
pengontrol udara atau air (manometer).

Gambar Bendung Karet

C. Manfaat dan Fungsi Bendung


Manfaat dan fungsi bendung adalah sebagai berikut:
• untuk membendung aliran sungai dan menaikkan level atau tingkat muka air di bagian
hulu sehingga mudah masuk ke saluran irigasi;
• sebagai tempat pemasangan alat ukur debit dan tinggi muka air sehingga debit banjir
dapat terpantau;
• sebagai penahan dasar sungai, karena sedimen dari hulu sempat tertahan di tubuh
bendung sebelum menuju hilir;
• menahan waktu pengaliran debit banjir sebelum menuju hilir dengan memperpanjang
waktu sampainya debit puncak banjir sehingga hidrograf melandai.

Page | 51
D. Bagian Konstruksi Bendung
Bagian-bagian dari konstruksi bendung secara umum, yaitu:
1. Tubuh bendung (weir)
Tubuh bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk membendung laju
aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi awal. Bagian ini
biasanya terbuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan bronjong atau beton.
Tubuh bendung umumnya dibuat melintang pada aliran sungai.
2. Pintu air (gates)
Pintu air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk mengatur, membuka,
dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup. Bagian yang
penting dari pintu air adalah :
a. Daun pintu (gate leaf)
Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat digerakkan
untuk membuka, mengatur, dan menutup aliran air.
b. Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)
Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang
digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang
direncanakan.
c. Angker (anchorage)
Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk menahan
rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan dari pintu air ke
dalam konstruksi beton.
d. Hoist
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan ditutup
dengan mudah.
3. Pintu pengambilan (intake)
Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk saluran dan
mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran. Pada bendung,
tempat pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu kanan dan kiri, dan bisa juga

Page | 52
hanya sebuah, tergantung dari letak daerah yang akan diairi. Bila tempat pengambilan
dua buah, menuntut adanya bangunan penguras dua buah pula. Kadang-kadang bila
salah satu pintu pengambilam debitnya kecil, maka pengambilannya lewat gorong -
gorong yang di buat pada tubuh bendung. Hal ini akan menyebabkan tidak perlu
membuat dua bangunan penguras dan cukup satu saja.
4. Kolam peredam energy
Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada palung maupun
pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan terjadi loncatan air. Kecepatan
pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan menimbulkan gerusan setempat (local
scauring). Untuk meredam kecepatan yang tinggi itu, dibuat suatu konstruksi peredam
energi. Bentuk hidrolisnya adalah merupakan suatu bentuk pertemuan antara
penampang miring, penampang lengkung, dan penampang lurus. Secara garis besar
konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu:
a. Ruang olak tipe Vlughter
Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai tidak membawa
batuan besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh tinggi energi di hulu
di atas mercu dan perbedaan energi di hulu dengan muka air banjir hilir.
b. Ruang olak tipe Schoklitsch
Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya dengan peredam
energi tipe Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis kolam peredam
energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu tinggi energi di atas mercu dan
perbedaan tinggi energi di hulu dengan muka air banjir di hilir.
c. Ruang olak tipe Bucket
Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket, slotted rooler
bucket atau dentated roller bucket, dan sky jump. Ketiga tipe ini mempunyai
bentuk hampir sama dengan tipe Vlughter, namun perbedaanya sedikit pada ujung
ruang olakan. Umumnya peredam ini digunakan bilamana sungai membawa
batuan sebesar kelapa (boulder). Untuk menghindarkan kerusakan lantai belakang

Page | 53
maka dibuat lantai yang melengkung sehingga bilamana ada batuan yang terbawa
akan melanting ke arah hilirnya.
d. Ruang olak tipe USBR
Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10 meter. Ruang
olakan ini memiliki berbagai variasi dan yang terpenting ada empat tipe yang
dibedakan oleh rezim hidraulik aliran dan konstruksinya. Tipe-tipe tersebut, yaitu
ruang olakan tipe USBR I merupakan ruang olakan datar dimana peredaman
terjadi akibat benturan langsung dari aliran dengan permukaan dasar kolam, ruang
olakan tipe USBR II merupakan ruang olakan yang memiliki blok-blok saluran tajam
(gigi pemencar) di ujung hulu dan di dekat ujung hilir (end sill) dan tipe ini cocok
untuk aliran dengan tekanan hidrostatis lebih besar dari 60 m, ruang olakan tipe
USBR III merupakan ruang olakan yang memiliki gigi pemencar di ujung hulu, pada
dasar ruang olak dibuat gigi penghadang aliran, di ujung hilir dibuat perata aliran,
dan tipe ini cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan
ruang olakan tipe USBR VI merupakan ruang olakan yang dipasang gigi pemencar
di ujung hulu, di ujung hilir dibuat perata aliran, cocok untuk mengalirkan air
dengan tekanan hidrostatis rendah, dan Bilangan Froud antara 2,5 - 4,5.
e. Ruang olak tipe The SAF Stilling Basin (SAF = Saint Anthony Falls)
Ruang olakan tipe ini memiliki bentuk trapesium yang berbeda dengan bentuk
ruang olakan lain dimana ruang olakan lain berbentuk melebar. Bentuk hidrolis
tipe ini mensyaratkan Fr (Bilangan Froude) berkisar antara 1,7 sampai dengan 17.
Pada pembuatan kolam ini dapat diperhatikan bahwa panjang kolam dan tinggi
loncatan dapat di reduksi sekitar 80% dari seluruh perlengkapan. Kolam ini akan
lebih pendek dan lebih ekonomis akan tetapi mempunyai beberapa kelemahan,
yaitu faktor keselamatan rendah (Open Channel Hidraulics, V.T.Chow : 417-420)
Pemilihan tipe kolam peredam energi tergantung pada beberapa faktor atau
beberapa kondisi, misalnya keadaan tanah dasar atau kondisi tanah dasar, tinggi
perbedaan muka air hulu dan hilir, dan sedimen yang diangkut aliran sungai.

Page | 54
5. Pintu penguras
Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan bendung dan
kadang-kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini disebabkan letak daripada
pintu pengambilan. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kiri bendung, maka
penguras pun terletak pada sebelah kiri pula. Bila pintu pengambilan terletak pada
sebelah kanan bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kanan pula.
Sekalipun kadang-kadang pintu pengambilan ada dua buah, mungkin saja bangunan
penguras cukup satu hal ini terjadi bila salah satu pintu pengambilan lewat tubuh
bendung. Pintu penguras ini terletak antara dinding tegak sebelah kiri atau kanan
bendung dengan pilar, atau antara pilar dengan pilar. Lebar pilar antara 1,00 sampai
2,50 meter tergantung konstruksi apa yang dipakai. Pintu penguras ini berfungsi untuk
menguras bahan-bahan endapan yang ada pada sebelah udik pintu tersebut. Untuk
membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak tersumbat, pintu tersebut akan
dibuka setiap harinya selama kurang lebih 60 menit. Bila ada benda-benda hanyut
mengganggu eksploitasi pintu penguras, sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat
pintu menjadi dua bagian, sehingga bagian atas dapat diturunkan dan benda-benda
hanyut dapat lewat diatasnya.

E. Perbedaan Bendung (Weir) dan Bendungan (Dam)


Berikut adalah perbedaan antara bendung dan bendungan:
1. Bendung memiliki tinggi <15 meter sedangkan bendungan memiliki tinggi 3-200
meter;
2. Bendung mengijinkan air melewati mercu atau puncak bendung, sedangkan
bendungan tidak, air yang menuju hilir akan lewat melalui pelimpah (spillway) dan
outlet;
3. Fungsi bendung adalah meninggikan muka air sedangkan bendungan memiliki fungsi
lebih luas yaitu untuk menampung air sehingga dapat dipergunakan sebagai cadangan
pada musim kemarau;

Page | 55
4. Bendung tidak memerlukan area yang luas karna tidak memiliki area tampungan,
sedangkan bendungan memerlukan area yang luas untuk menampung cukup air
sesuai debit desainnya;
5. Pada konstruksi bendung tidak terdapat bangunan pelimpah sedangkan pada
bendungan ada.

Page | 56
BAB III BENDUNGAN

A. Pengertian Bendungan (Dam)


Bendungan atau dam adalah bangunan yang berupa urugan tanah, urugan batu,
beton, dan atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air,
dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing), atau
menampung lumpur sehingga terbentuk waduk (Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun
2010 tentang Bendungan).

B. Jenis-jenis Bendungan (Dam)


1. Jenis Bendungan Berdasarkan Ukuran
• Bendungan Besar (Large Dams) yaitu Bendungan yang tingginya lebih dari 10 m,
diukur dari bagian bawah pondasi sampai puncak bendungan.
• Bendungan Kecil (Small Dams) yakni Semua bendungan yang tidak memiliki syarat
sebagai bendungan besar (Large Dams).
2. Jenis Bendungan Berdasarkan Tujuan Pembangunan
• Bendungan Dengan Tujuan Tunggal (Single Purpose Dams) yakni Bendungan dengan
tujuan tunggal (Single Purpose Dams) adalah bendungan yang dibangun untuk
memenuhi satu tujuan saja misalnya PLTA.
• Bendungan Serba Guna (Multi Purpose Dams) ialah Bendungan serba guna (Multi
Purpose Dams) adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi beberapa
tujuan, misalnya untuk irigasi, PLTA, pariwisata dan perikanan.
3. Jenis Bendungan Berdasarkan Penggunaannya
• Bendungan Membentuk Waduk (Storage Dams) ialah Bangunan yang dibangun
untuk membentuk waduk guna menyimpan air pada waktu kelebihan agar dapat
dipakai pada waktu diperlukan.
• Bendungan Penangkap atau Pembelok Air (Diversion Dams) yaitu Bendungan yang
dibangun agar permukaan air lebih tinggi, sehingga dapat mengalir masuk kedalam
saluran air atau terowongan air.

Page | 57
• Bendungan Untuk Memperlambat Air (Distension Dams) yakni Bendungan yang
dibangun untuk memperlambat air sehingga dapat mencegah terjadinya banjir.
4. Jenis Bendungan Berdasarkan Jalannya Air
• Bendungan Untuk Dilewati Air (Overflow Dams) ialah bendungan yang dibangun
untuk dilewati air misalnya, pada bangunan pelimpas (Spillway).
• Bendungan Untuk Menahan Air (Non Overflow Dams) yaitu suatu bendungan yang
sama sekali tidak boleh dilewati air. Biasanya dibangun berbatasan dan biasanya
terbuat dari beton, pasangan batu, atau pasangan bata.
5. Jenis Bendungan Berdasarkan Konstruksinya
• Bendungan Serbasama (Homogeneus Dams) adalah salah satu bendungan yang lebih
dari setengah volumenya terdiri dari bahan bangunan yang seragam.
• Bendungan Urungan Berlapis-lapis (Zoned Dams) yaitu suatu bendungan yang terdiri
dari beberapa lapisan yaitu, lapisan kedapan air (WaterTight Layer), lapisan batu
(Rock Zones), lapisan batu teratur (Rip-rap) dan lapisan pengering (Filter zones).
• Bendungan Urugan Batu dengan Lapisan Kedap Air di muka (Impermeable Face Rock
Fill Dams) ialah bendungan urugan batu berlapis-lapis yang lapisan kedap airnya
diletakan di sebelah hulu bendungan. lapisan yang biasanya dipakai adalah aspal dan
beton bertulang.
• Bendungan Beton (Concrete Dams/ arch dam) yakni sebuah bendungan yang dibuat
dari konstruksi beton baik dengan tulangan atau tidak.
6. Jenis Bendungan Berdasarkan Fungsi
• Bendungan pengelak pendahuluan (Primary Cofferdam, Dike)
adalah bendungan yang pertama-tama dibangun di sungai pada waktu debit air
rendah agar lokasi rencana bendungan pengelak menjadi kering yang
memungkinkan pembangunannya secara teknis.
• Bendungan pengelak (Cofferdam)
adalah bendungan yang dibangun sesudah selesainya bendungan pengelak
pendahuluan sehingga lokasi rencana bendungan utama menjadi kering yang
memungkinkan pembangunannya secara teknis.

Page | 58
• Bendungan utama (Main Dams)
adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi satu atau lebih tujuan tertentu.
• Bendungan sisi (High Level Dams)
adalah bendungan yang terletak di sebelah sisi kiri dan atau sisi kanan bendungan
utama yang tinggi puncaknya juga sama, ini dipakai untuk membuat proyek
seoptimal-optimalnya, artinya dengan menambah tinggi pada bendungan utama
diperolah hasil yang sebesar-besarnya.
• Bendungan ditempat rendah (Saddle Dams)
adalah bendungan yang terletak di tepi waduk yang jauh dari bendungan utama
yang dibangun untuk mencegah keluarnya air dari waduk sehingga air waduk tidak
mengalir ke daerah sekitarnya.
• Tanggul (Dyke, Levee)
adalah bendungan yang terletak di sebelah sisi kiri dan atau sisi kanan bendungan
utama dan di tempat yang jauh dari bendungan utama yang tinggi maksimalnya
hanya 5 m dengan panjang puncaknya maksimal 5 kali tingginya.
• Bendungan limbah industry (Industrial Waste Dams)
Adalah bendungan yang terdiri atas timbunan secara bertahap untuk menahan
limbah yang bersal dari industry.
• Bendungan pertambangan (Mine Tailing Dam, Tailing Dams)
Bangunan tanggul yang fungsinya menampung tailing (limbah proses pengolahan biji
tambang) yang biasanya berbentuk bubur atau slari.
• Bendungan penanggul lahar pegunungan (Sabo Dam)
bangunan penahan, perlambatan dan penanggulangan aliran lahar di sepanjang
sungai yang berpotensi terlanda lahar
• Bendungan penahan sedimen (check dam)
suatu bangunan yang dibangun di lembah sungai yang cukup dalam untuk menahan,
menampung dan mengendalikan sedimen agar jumlah sedimen yang mengalir
menjadi lebih kecil.

Page | 59
C. Manfat dan Fungsi Bendungan
Berikut merupakan manfaat dan fungsi bendungan (dam):
1. Irigasi
Pada saat musim hujan, air hujan yang turun di daerah tangkapan air sebagian besar
akan ditampung sehingga pada musim kemarau, air yang tertampung tersebut bisa
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti untk irigasi lahan pertanian.
2. Penyediaan Air Baku
Waduk juga dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum dimana daerah perkotaan
sangat langka dengan air bersih.
3. Sebagai PLTA
Sebagai PLTA, waduk dikelola untuk mendapatkan kapasitas listrik yang dibutuhkan.
Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) merupakan suatu sistem pembangkit listrik yang
biasanya terintegrasi dalam bendungan dengan memanfaatkan energi mekanis aliran
air untuk memutar turbin, diubah menjadi energi listrik melalui generator.
4. Pengendali Banjir
Dengan adanya bendungan-bendungan di hulu sungai, maka kemungkinan terjadinya
banjir bisa dikurangi dan paa musim kemarau, air yang ditampung bendungan bisa
digunakan untuk keperluan perairan lainnya.
5. Perikanan
Waduk juga dapat digunakan sebagai tempat budidaya ikan dengan menggunakan
jaring apung atau keramba, dan itu bisa dijadikan sebagai mata pencaharian.
6. Pariwisata dan Olahraga Air
Waduk dengan pemandangan indah dapat dijadikan sebagai tempat rekreasi, selain itu
juga bisa dijadikan sebagai tempat olahraga air.

D. Bagian- bagian Konstruksi bendungan


1. Tubuh Bendungan
struktur utama dari sebuah bendungan dimana bagian ini berfungsi untuk menahan
aliran air dan menaikkan level muka air dari elevasi awal. Bagian ini biasanya dibangun

Page | 60
menggunakan bahan seperti urugan tanah, pasangan batu kali dan beton yang dibuat
dengan melintangi sungai.

Gambar bagian volume tubuh bendungan


2. Pelimpah (Spillway)
Fungsi utama dari bangunan pelimpah (spillway) adalah membuang kelebihan air
waduk, sehingga air tidak melimpas puncak bendungan (overtopping) yang dapat
membahayakan bendungan, terutama bendungan tipe urugan tanah. Bila pelimpah
tersebut dilengkapi dengan pintu untuk mengendalikan aliran banjir, disebut sebagai
pelimpah berpintu (gated spillway). Bila tidak dan aliran cukup dikendalikan oleh
mercu pelimpah, disebut sebagai pelimpah tidak berpintu (ungated spillway).
Kapasitas pelimpah tersebut harus didesain menggunakan banjir dengan kala ulang
tertentu.
a. Tipe pelimpah berdasarkan fungsi
• Pelimpah Utama (Service Spillway)
• Pelimpah Tambahan (Auxiliary Spillway)
• Pelimpah Darurat (Emergency Spillway)
b. Tipe pelimpah berdasarkan fungsi
• Pelimpah Luncur( Chute)

Page | 61
• Pelimpah Samping (Side Channel Spillway)
• Pelimpah Corong (Shaft)
• Pelimpah Sipon (Siphon)
• Pelimpah Labirin
• Pelimpah Inlet Bak Terjun (Box Inlet Drop Spillway)
• Pelimpah Konduit / Terowongan
3. Mercu Bendungan
Pada umumnya ada 3 bentuk mercu pelimpah yang sering digunakan, yakni :
a) Tipe ogee I, tipe ini cocok untuk pelimpah ogee yang mempunyai beda tinggi
tekanan yang rendah (low head).
b) Tipe ogee II, tipe yang paling banyak digunakan. Permukaan pelimpah bagian
hulu/depan berbentuk vertikal dan melengkung ke atas sampai mercu dan setelah
itu akan membentuk lereng, seperti gambar di bawah.
c) Tipe ogee III, permukaan pelimpah bagian depan berbentuk vertikal dan membesar
pada bagian mercu yang menggantung(overhang). Pembesaran tersebut sebesar
minimal 1/3 tinggi tekanan dan menyambung dengan permukaan hulu dengan
sudut 30º terhadap vertikal.
d) Tipe bulat, mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih tinggi (44%)
dibandingkan koefisien bendung ambang lebar. Tipe ini banyak memberikan
keuntungan karena akan mengurangi tinggi muka air hulu selama
banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung stream line dan
tekanan negatif pada mercu. Untuk bendung dengan 2 jari-jari hilir akan digunakan
untuk menemukan harga koefisien debit.
4. Peredam Energi/ Kolak Olak (stilling basin)
Kolam olak adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk meredam energi yang
timbuldi dalam tipe air superkritis yang melewati pelimpah. Dalam sebuah konstruksi
bendungdibangun pada aliran sungai baik pada palung maupun pada sodetan, maka
pada sebelah hilir bendung akan terjadi loncatan air. Kecepatan pada daerah itu masih

Page | 62
tinggi, hal ini akan menimbulkan gerusan setempat (local scouring). Untuk meredam
kecepatan yang tinggi itu,dibuat suatu konstruksi peredam energi.
5. Pilar Bendungan
Bagian konstruksi tubuh bendungan yang memiliki fungsi penting untuk menjaga
keutuhan tubuh bendungan, yang mana fungsi pilar ini sebagai penahan untuk pintu
air dan pelimpah.
6. Saluran Pengambilan (Intake)
7. Saluran menuju hilir (outlet)
8. Apron
Mengurangi penggerusan setempat dari lompatan hidraulik dari bangunan
bendungan.
9. Kantong Lumpur (sandtrap)
Bangunan yang berfungsi mengendapkan fraksi-fraksi sediment yang lebih besar dan
fraksi halus (<0.06-0.07 mm) agar tidak masuk jaringan dan biasanya ditempatkan
disebelah hilir bangunan pengambilan (intake). Meskipun telah ada usaha
untukmerencanakan sebuah bangunan pengambilan dan pengelak sediment yang
dapat mencegah masuknya sediment ke dalam jaringan irigasi, namun masih ada
partikel-partikel halus yang masuk jaringan tersebut. Untuk mencegah agar sediment
ini idak mengendap di saluran irigasi, bagian awal dari saluran primer persis di sebelah
belakangnya direncanakan untuk berfungsi sebagai kantong lumpur.
10. Pintu Air Irigasi
11. Pintu Pembilas

E. Keruntuhan pada Konstruksi Bendungan


Terdapat 5 jenis keruntuhan bendungan akibat rembesan, yaitu:
1. Guling (blow out)
Apabila tekanan air di pondasi yang pervious (lulus air) air lebih besar dari berat
overburden bendungan, maka akan menyebabkan gaya angkat yang dapat
meruntuhkan bendungan terutama di bagian kaki hilirnya.

Page | 63
2. Piping
Rembesan akibat tekanan air pori berlebih membawa butiran-butiran tanah hingga
membentuk pipa-pipa dalam tubuh bendungan atau pondasinya.
3. Erosi internal
Rembesan akibat tekanan air pori berlebih masuk kedalam rekahan dalam tubuh
bendungan maupun pondasi.
4. Solutioning (penguraian)
Terjadi akibat larutnya batuan dalam pondasi bendungan, misalnya gypsum,
anhydrate, halite (salt rock), dan batu kapur/gamping
5. Tekanan rembesan berlebihan
Akibat naiknya muka air bendungan, garis freatik air ikut naik. Jika garis freatik
memotong lereng hilir bendungan, maka akan terjadi pembasahan yang akan
memicu terjadi nya erosi maupun longsoran bendungan

F. Lapisan Bendungan Urugan


1. Bendungan tipe urugan zonal
a. Zona kedap air
Koef Permeabilitas < 10 -5 cm/s, retakan dan rembesan harus dihindari. Gradasi
zona kedap air dipilih agar tidak terjadi penurunan yang berbeda dengan zona
disampingnya. Tebal zona ini ditentukan oleh batas minimum rembesan (30-50%
dari tinggi air).
b. Filter
Untuk mencegah erosi buluh biasanya ditempatkan pada kedua sisi zona kedap
air. Rembesan dari zona ini dialirkan melalui drainase horizontal. Tebal filter
disesuaikan dengan workability, clogging dan gempa (2-3m).
c. Zona transisi / semi lulus air

Page | 64
Dipasang diantara zona kedap air dan lulus air, untuk mencegah perbedaan
gradasi yang signifikan. Zona transisi dapat dicampur dengan kerikil, pasir,
batuan lapuk atau batuan pecah.
d. Zona lulus air
Berfungsi memikul beban air dan menstabilkan lereng hilir terhadap gaya
luar.bahan sangat halus agar air hujan dan air sisa bebas mengalir. Bahan dapat
dapat berupa batuan keras, kerakal, kerikil. Bila dipasang dibagian udik harus
mempunyai ketahanan tinggi terhadap tekanan gelombang air
2. Bendungan Urugan membrane beton aspal
a. Tubuh bendungan menggunakan urugan batu pecah well graded yang dipadatkan
untuk memperkecil pori dan meningkatkan volume zona transisi dipasang antara
membran kedap dan urugan batu untuk menyebarkan tekanan secara merata
b. Membrane beton aspal terdiri dari lapisan kedap air, lapisan drainase, lapisan
dasar dan membrane pelindung
• Kedap air menggunakan kadar aspal 8% dengan ketebalan 40-80 mm dari
dense graded asphalt concrete. Bila ada drainase maka cukup 2 lapisan, bila
tidak maka butuh 3 lapisan.
• Drainase untuk mengalirkan rembesan dengan kadar aspal 4% open graded
asphalt concrete dan permeabilitas 10 -2 cm/det
• Lapisan transisi merupakan gabungan binder layer dan leveling layer, untuk
pengikat menggunakan beton aspal dengan kadar 7% sedang perataan dibuat
dari beton tumbuk.
• Lapisan pelindung dari asphalt mastic
• Dinding haling harus kedap air, dipasang untuk mengamati rembesan melewati
tubuh bendungan untuk melaksanakan injeksi yang lulus air

Page | 65
3. Bendungan Urugan membrane beton
1. Tubuh bendungan menggunakan urugan batu pecah well graded yang dipadatkan
untuk memperkecil pori dan meningkatkan volume zona transisi dipasang antara
membrane kedap dan urugan batu untuk menyebarkan tekanan secara merata
2. Membrane beton terdiri dari beton bertulang didesain dalam lempengan pelat
ukuran 15 x 30 m yang disambungkan dengan sambungan kedap air.
a. Tebal membrane beto bergantung tinggi tekanan air
b. Kuat tekan beton sesuai dengan peraturan yang berlaku, serta kualitas beton
harus sesuai dengan ketentuan
c. Perhitungan tegangan dan regangan pada membrane dan tubuh bendungan
harus dilakukan dengan metode elemen.

Page | 66
BAB IV HIDROLOGI

A. Pengertian Presipitasi
Presipitasi adalah setiap produk dari kondensasi uap air di atmosfer berupa curahan atau
turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi, yaitu berupa embun, hujan, kabut, salju
dan es.

Gambar Proses hidrologi


B. Jenis alat pengukur hujan (stasiun hujan)
1. Penakar Curah Hujan tipe Observatorium (Obs)/ OMBROMETER
2. Penakar Curah Hujan tipe Hellman
3. Penakar Curah Hujan tipe Tipping Bucket
4. Penakar Curah Hujan tipe Tilting Siphon

C. Jenis jenis hujan


Berfokus pada hujan, hujan terdapat beberapa jenis yaitu :
1. Hujan Siklonal

Page | 67
Hujan siklonal terjadi karena adanya udara yang panas, suhu lingkungan yang tinggi
serta bersamaan dengan angin yang berputar putar. Biasanya terjadi di daerah yang di
lewati garis khayal khatulistiwa atau ekuator. Hal ini di sebabkan karena adanya
pertemuan antara angin pasat timur laut dengan angin pasat tenggara. Setelah itu
angin tersebut naik, lalu menggumpal di atas awan yang berada di garis ekuator.
Setelah awan tersebut sampai pada titik jenuhnya, hujan ini akan mengawali dengan
mendung yang sangat gelap setelah itu turunlah hujan yang membasahi keseluruh
permukaan bumi yang memberikan dampak positif kepada seluruh makhluk hidup yang
hidup di bumi dan dinantikan oleh makhluk hidup yang ada di bumi.
2. Hujan orografis
Merupakan hujan yang terjadi karena adanya angin yang mengandung uap air,
kemudian arah pergerakannya secara horizontal. Perjalanan angin tersebut harus
melewati pegunungan yang menyebabkan suhu angin menjadi dingin akibat adanya
proses kondensasi (saat melewati pegunungan tadi). Lalu pembentukan titik-titik air
yang mulai mengendap yang akan menyebabkan terjadinya hujan pada lereng gunung
yang menghadap ke arah datangnya angin tersebut yang biasanya bergerak secara
horizontal, dan angin akan bertiup terus mendaki pengunungan dan menuruni lereng
tetapin angin tidak membawa uap air lagi sehingga di lereng yang membelakangi arah
datangnya angin tidak akan turun hujan. Kemudian karena berat massa air yang
semakin besar, di mana tidak mampu di bawa oleh angin, maka turunlah hujan di atas
pegunungan.

Page | 68
3. Hujan Frontal
Hujan jenis ini bisa terjadi karena adanya pertemuan antara massa udara yang dingin
dan suhu yang rendah dengan massa udara yang panas dan suhu yang tinggi. Saat
bertemu, suhu udara yang rendah dan massa udara yang dingin lebih berat dari pada
suhu tinggi dan massa udara yang panas, menyebabkan uap yang di bawa udara dingin
jatuh dengan lebat di atas permukaan bumi. Biasanya perbedaan ke dua massa
tersebut bertemu di bidang front, yakni salah satu tempat yang paling mudah terjadi
kondensasi dan pembentukan awan. Itulah mengapa nama hujan ini adalah hujan
frontal. Biasanya hujan frontal terjadi di daerah yang berada pada letak astronomis
lintang sedang atau pertengahan lintang utara dan selatan. Jika daerah yang beriklim
tropis (berada sekitar garis ekuator) mengalami hujan ini, maka yang keluar bukan
sekedar hujan biasa tapi sampai hujan es. Hal ini bisa terjadi karena adanya penyinaran
matahari yang menyebabkan air di samudra, laut, rawa rawa dan tempat lainnya naik
ke atas secara konveksi sehingga menyebabkan proses kondensasi dan pembentukan
awan. Akibat titik udara yang naik secara konveksi tadi sangat dingin, bahkan suhunya
mencapai di bawah 0⁰ celcius. Air yang naik tersebut menjadi beku, dan saat awan
sudah sampai pada titik jenuh, turunlah hujan ke daerah tropis. Biasanya bukan hanya
air yang turun, juga Kristal Kristal es.

Page | 69
4. Hujan muson
Angin ini terjadi karena adanya pergerakan semu tahunan matahari dengan garis balik
utara dan garis balik selatan. Hujan ini turun dalam kurun waktu tertentu. Dam dari
sebab inilah yang menyebabkan musim kemarau dan penghujan. Di negara kita,
Indonesia juga sering terjadi angin muson. Yakni pada bulan Oktober sampai dengan
April. Makanya biasanya pada bulan bulan ini sering kali datang hujan. Sedangkan
selain pada bulan itu, negara kita berada pada musim kemarau. Selain itu, di beberapa
negara Asia Timur juga terjadi angin muson pada bulan Mei sampai dengan Agustus.
5. Hujan Zenital
Hujan ini terjadi akibat adanya pertemuan angin pasat timur laut dengan angin pasat
tenggara, sehingga membentuk gumpalan dan naik secara vertikal karena terkena
pemanasan ke atas awan. Hal ini menyebabkan awan yang memiliki massa berat
mengalami penurunan suhu, yang menyebabkan terjadinya proses kondensasi. Karena
air yang menggumpal tadi sampai pada titik jenuhnya, akhirnya turunlah hujan. Karena
letak turun hujan ini berada di atas garis khayal ekuator atau khatulistiwa, maka di
namakan dengan hujan zenithal. Biasnaya daerah yang kerap di datangi dengan hujan
zenithal ini memiliki iklim di negaranya adalah tropis seperti iklim di Indonesia dengan
intensitas penyinaran matahari yang termasuk tinggi, sebab hampir setiap tahun
mendapat penyinaran.

Page | 70
6. Hujan asam
Biasanya hujan memiliki ph netral (7). Namun ada juga hujan yang memiliki ph rendah,
yakni di bawah 5 atau 6 derajat keasaman. Inilah yang di namakan dengan hujan asam.
Hal ini bisa terjadi ketika karbondioksida (CO 2) yang berada di udara bisa larut dengan
air hujan. Kemudian air hujan yang awalnya memiliki ph asam lemah (6) bereaksi
dengan CO 2 atau karbondioksida tadi dan hasilnya adalah air yang bertambah asam. Air
yang memiliki ph di bawah 5 tadi naik ke atas awan dan menggumpal. Kala ma ssa awan
sudah melewati batas jenuh, jatuhlah ke permukaan bumi. Manfaat hujan asam ini
mampu mempercepat pelarutan mineral yang ada di dalam tanah, dimana sangat di
butuhkan oleh flora dan fauna. Sayangnya hujan asam ini membawa dampak buruk
pada manusia, yakni mempercepat proses korosi pada besi. Jika anda melewati papan
reklame yang terpasang di toko toko yan sudah keropos, itu merupakan salah satu
bukti hujan asam, Menjadi sangat berbahaya jika selalu terjadi hujan asam di tempat
yang banyak jembatannya. Sebab bisa mengeroposkan pegangan jembatan (yang
biasanya terbuat dari besi) tersebut.
Perhitungan hujan ada 2 jenis, yaitu
1. Hujan rancangan -> Curah hujan rancangan adalah curah hujan terbesar yang
mungkinkan terjadi di suatu daerah dengan peluang tertentu untuk menetukan debit
design banjir suatu konstruksi bangunan air. (berupa data pedekatan dari histori data
hujan selama minimal 10 tahun)
2. Hujan andalan/ hujan efektif -> bagian dari keseluruhan curah hujan yang secara
efektif tersedia untuk kebutuhan air tanaman/ curah hujan yang mungkin tersedia
disuatu wilayah secara real. (berupa data kebutuhan air tanaman, dan untuk PLTA)

D. Menghitung hujan rancangan dan banjir rancangan (menghasilkan debit design)


Analisa ini diperlukan untuk menentukan besarnya debit banjir rencana. Hujan rencana
adalah besarnya curah hujan yang direncanakan akan terjadi pada kala ulang tertentu.

Kala ulang (return period) adalah “waktu hipotetik, yang mana hujan atau debit dengan
suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tertentu”.

Page | 71
Pada umumnya, penetapan kala ulang tersebut dapat diperoleh setelah dilakukan analisa
ekonomi untuk proyek, terutama didasarkan pada:
a. resiko yang diambil
b. besarnya kerugian yang akan diderita kalau bangunan tsb dirusak oleh banjir dan
sering/tidaknya kerusakan itu terjadi seberapa jauh sasaran yang harus diamankan
c. umur ekonomis bangunan
d. biaya pembangunan
Langkah perhitungan
1. Mencari data hidrologi berupa, luas catchment area (DAS), dan hujan harian
maksimum di das tersebut.
2. Penentuan Hujan Harian Daerah Maksimum Tahunan (Annual Maximum Areal
Rainfall) dengan metode, Isohyet, poligon Thiessen atau Rata-rata Hitung.

Gambar metode isohyets

Gambar metode polygon thiessen

Page | 72
3. Menetukan distribusi frekuensi dengan menggunakan metode berikut:
• Distribusi Gumbel
• Distribusi Normal
• Distribusi Gamma berparameter II
• Distribusi Log Gumbel
• Distribusi Log Normal
• Distribusi Log Pearson III
• Distribusi Hazen
4. memastikan bahwa hasil perhitungan diatas tidak over estimate atau under estimate
maka dilakukanlah uji statistika berikut: Uji Chi Square (Simpangan vertikal) dan Uji
Smirnov-Kolmogorof (Simpangan horizontal)
5. setelah melalui uji diatas maka dipilihlah salah satu metode distribusi frekuensi
dengan skewness terkecil kemudian dipilih untuk selanjutnya dihitung intensitas hujan
jam-jam annya berdasarkan distrubusi perhitungan mononobe.
6. langkah selanjutnya adalah menghitung debit banjir rancangannya dengan metode
berikut:
A. non hidrograf :
a) Rasional
Untuk daerah pengaliran lebih dari 0,8 km2

Yang mana C adalah koefisien pengaliran, I adalah Intensitas hujan (mm/jam), A


adalah Luas DAS (km2 atau ha)
• Intensitas curah hujan (I) : “besarnya curah hujan dalam periode tertentu
(satuan: mm/jam)”
Untuk mendapatkan intensitas hujan (I) selama waktu konsentrasi (Tc)
digunakan rumus Mononobe

Page | 73
Yang mana R24 adalah total hujan yang turun dalam 24 jam (mm) dan I
adalah intensitas hujan rancangan (mm/jam) sedangkan Tc adalah waktu
konsentrasi (jam).
Waktu konsentrasi (Tc) adalah waktu yang diperlukan air untuk mengalir
dari suatu titik terjauh pada suatu DAS hingga titik pengamatan aliran
(outlet). Waktu konsentrasi (Tc) terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu:
- waktu yang diperlukan air larian sampai ke sungai terdekat (To) ------ di
lahan (fase lahan)
- waktu yang diperlukan aliran air sungai sampai ke lokasi pengamatan
(Td) ------ di badan sungai (fase saluran)
terdapat beberapa rumus ntuk menentukan nilai Tc yaitu Rumus Kirpich
dan Cara Mc. Dermott
• Koefisien Pengaliran (C)
Koefisien pengaliran (C) adalah perbandingan antara jumlah air yang
mengalir di permukaan akibat hujan (limpasan) pada suatu daerah dengan
jumlah curah hujan yang turun di daerah tersebut. Berikut merupakan
tabel angka koefisien pengaliran :

Page | 74
• Daerah Aliran Sungai /DAS (A)
Daerah Aliran Sungai ialah suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi
di mana air yang berasal dari air hujan yang jatuh, terkumpul dalam
kawasan tersebut. DAS ini dulu dihitung dengan menggunakan gambar
kertas menggunakan planimeter, namun seiring perkembangan zaman
perhitunagn luas DAS dapat diperoleh menggunakan peta topografi dan
digitasimenggunakan GIS, google earth maupun goole maps.
b) Weduwen
Metode Weduwen biasa digunakan jika luas DAS kurang dari atau sama dengan
100 km2 (F 100 km2), t= 1/6 jam sampai 12 jam digunakan rumus (Loebis, 1987)

Keterangan :
Qt = debit banjir periode ulang tertentu (m3/det)
α= koefisien pengaliran
β = koefisien pengurangan daerah untuk curah hujan DAS
t = waktu konsentrasi (jam)
f = luas DAS (km2) sampai 100 km2
I = kemiringan sungai
qn= Debit persatuan luas atau curah hujan dari hasil perhitungan Rn
(m3/det.km2)
Rn = curah hujan maksimum dengan kemungkinan tak terpenuhi n %.

Page | 75
c) Hasper
Untuk menghitung besarnya debit dengan metode Haspers digunakan
persamaan sebagai berikut (Loebis, 1987) :

Tahap perhitungannya:
▪ Menentukan besarnya curah hujan sehari (Rhrencana)
▪ untuk periode ulang rencana yang dipilih.
▪ Menentukan koefisien run off untuk DAS
▪ Menghitung luas daerah pengaliran, panjang sungai
▪ dan gradien sungai untuk DAS.
▪ Menghitung nilai waktu konsentrasi.
▪ Menghitung koefisien reduksi, intensitas hujan, debit
▪ persatuan luas dan debit rencana.

d) FSR Jawa-Sumatera
Untuk mendapatkan Q puncak banjir pada periode ulang tertentu, maka dapat
dikelompokkan menjadi dua tahap perhitungan, yaitu :
1. Perhitungan debit puncak banjir tahunan rata-rata (mean annual flood =
MAF)
2. Penggunaan faktor pembesar (Growth factor = GF) terhadap nilai MAF untuk
menghitung debit puncak banjir sesuai dengan periode ulang yang
diinginkan.

di mana :
• Q = debit banjir rancangan (m3/detik)

Page | 76
• GF = faktor pembesar regional
• T = periode ulang tertentu
• AREA = luas DAS (km2)
• APBAR = Hujan rerata maksimum tahunan yang mewakili DAS selama 24
jam (mm) = PBAR x ARF
• PBAR = Hujan terpusat rerata maksimum tahunan selama 24 jam. (mm),
dicari dari peta isohyet
• ARF = Faktor reduksi.
• SIMS = indeks kemiringan (m/km) = H (m) / MSL (km)
• H = beda tinggi tempat pengamatan dengan batas terjauh DAS (m)
• MSL = panjang sungai (km), Jarak terjauh dari tempat pengamatan sampai
hulu sungai
• LAKE = indeks danau ( 0 s/d 0,25), tidak ada danau = 0
• V = 1,02 – 0,0275 log * AREA
• MAF = Q banjir rencana maksimum rata-rata (m3/detik)

e) SCS curve number


• Dikenal juga sebagai “Hydrologic Soil Cover Complex Number Method”
• Dikembangkan oleh The Soil Conservation Service (1972)
• Curve Number : kurva yang dibuat berdasarkan studi pengukuran limpasan
dari beberapa jenis tanah, land use, land cover, hydrologic soil group,
treatment lahan di berbagai lokasi.

• CN adalah Curve Number, yaitu sebuah angka yang tergantung land use,
land cover, hydrologic soil group, treatment lahan. Besar CN = 0 – 100,
semakin besar CN, semakin potensial untuk terjadi limpasan

Page | 77
B. Hidrograf
Definisi hidrograf adalah “Gambaran integral dari karakteristik fisik DAS dan klimatis
yang mengendalikan hubungan antara curah hujan dan Limpasan dari suatu DAS
tertentu” (Subarkah, 1978), terdapat beberapa metode:
a) Nakayasu
b) Gama I
c) Limantara
d) Snyder
e) Metode tank
f) Isochrones
g) Dimensionless Unit Hydrograph SCS

C. Flood Routing (untuk peramalan banjir jangka dekat)


“Peramalan hidrograf di suatu titik pada suatu aliran (bagian) sungai yang
didasarkan atas pengamatan hidrograf di titik lain pada sungai yang sama”. Sri
Harto (1993), “hidrograf dapat disebut sebagai penyajian grafis antara salah satu
unsure aliran dengan waktu”
Tujuan flood routing, adalah sebagai berikut:
• Peramalan banjir jangka pendek
• Analisa hidrograf satuan untuk berbagai titik sepanjang sungai dari hidrograf
satuan di suatu titik lain di sungai tersebut
• Peramalan terhadap kelakuan sungai setelah terjadi
• perubahan keadaan dalam alur sungai (misalnya akibat pembangunan atau
pembuatan tanggul pada sungai)
metode perhitungannya terdapat 2 jenis penelusuran banjir yaitu:
1. Penelusuran Banjir Melalui Sungai (River Routing)
▪ Metode Muskingum
▪ Metode Muskingum-Cunge
▪ Metode Kinematic Wave

Page | 78
2. Penelusuran Banjir Melalui Waduk (Reservoir Routing) menggunakan kurva
lengkung kapasitas waduk

7. maka diperolehlah debit banjir racangan yang akan dijadikan acuan design dari suatu
konstruksi bangunan air
E. Hujan andalan atau curah hujan efektif (menghasilkan debit andalan)
Curah hujan yang dipakai untuk memperhitungkan kebutuhan air irigasi dan operasi
turbin pada plta. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung
hujan andalan ini, yaitu:
1. FJ mock
Metode Mock dikembangkan oleh Dr.F.J.Mock. Metode Mock untuk memperkirakan
besarnya debit suatu daerah aliran sungai berdasarkan konsep water balance. ...
Evapotranspirasi pada Metode Mock adalah evapotranspirasi yang dipengaruhi oleh
jenis vegetasi, permukaan tanah dan jumlah hari hujan. Data dan asumsi yang
diperlukan untuk perhitungan metode Mock adalah sebagai berikut:
a) Data Curah Hujan bulanan
b) Evapotranspirasi Terbatas
c) Faktor Karakteristik Hidrologi
d) Luas Daerah Pengaliran
e) Water Surplus
f) Kapasitas Kelembaban Tanah (SMC)

2. NRECA
suatu metode simulasi hujan-debit yang diperkenalkan oleh Norman H. Crawford pada
tahun 1985. Model NRECA merupakan model konsepsi yang bersifat deterministik.
Data yang diperlukan kurang lebih sama dengan metode FJ mock menggunakan curah
hujan bulanan.

Page | 79
3. Data muka air AWLR
Memang data ini menggunakan data tinggi muka air sungai bukan air hujan namun
dapat dijadikan referensi untuk menghasilkan debit andalan. Yang mana metode ini
dianggap lebih mewakili keadaan real di lapangan dibandingkan metode NRECa dan FJ
mock yang hanya menggunakan curah hujan bulanan.

F. Debit
Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam suatu tempat
atau yang dapat di tampung dalam suatu tempat tiap satu satuan waktu. Dalam hidrologi
dikemukakan, debit air sungai adalah, tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat
ukur pemukaan air sungai.

G. Jenis Debit
Dalam hidrologi dikemukakan, debit air sungai adalah, tinggi permukaan air sungai yang
terukur oleh alat ukur pemukaan air sungai. Jenis-jenis debit adalah sebagai berikut:

1. Run off
Run off merupakan bagian dari siklus hidrologi, yaitu air limpasan yang berasal dari air
hujan yang mengalir di atas permukaan tanah. Air hujan yanhg mengalir tersebut
mengalir dari hulu menuju hilir yang kemudian bermuara di sungai, danau, maupun
laut. Tipe proses aliran itu adalah sebagai berikut:
a) Air hujan yang langsung pada tubuh perairan sungai adalah air hujan yang pertama
langsung menjadi satu dengan aliran sungai.
b) Aliran di atas permukaan tanah (overland flow) adalah air hujan yang meninggalkan
daerah aliran sungai (DAS) setelah terjadi hujan (badai) atau disebut sebagai bagian
air dari aliran sungai yang terjadi dari hujan neto yang tidak lagi mengalami infiltrasi
ke tanah mineral, dan mengalir di atas permukaan tanah menuju sungai terdekat.
c) Aliran permukaan (surface runoff) adalah sinonim dengan overland flow , tetapi
lebih banyak dipergunakan untuk pengukuran air di pemukaan sungai.
d) Aliran langsung di bawah permukaan (sub surface storm flow) bagian aliran sungai
yang dipasok dari sumber air di bawah permukaan tanah, dan sampai di saluran

Page | 80
sungai secara langsung. Proses ini tidak dapat diamati dengan mata, namun
menambah debit sungai. Kadang-kadang dipergunakan kata sinonim, yaitu aliran
dalam (interflow), tetapi kata ini sering dipergunakan untukaliran di bawah
permukaan tanah yang tidak berada di atas permukaan air tanah.
e) Aliran permukaan langsung (direct runoff, strom flow) merupakan total dari ketiga
komponen aliran sungai yaitu curah hujan yang langsung tersalur aliran ke sungai di
atas permukaan tanah (overland flow, surface runoff), dan aliran cepat di bawah
permukaan tanah (sub surface storm flow,interflow) yang umumnya dipergunakan
untuk mencirikan banjir akibat karakteristik DAS.
f) Aliran dasar ( base flow, grand water outflow): keluaran dari equifer air tanah yang
dihasilkan dari air perkolasi vertical melalui profil tanah ke air tanah, dan ditopang
oleh aliran perlahan-lahan dari zona aerasi (zone of aeration) pada daerah miring.

Terdapat 2 jenis tampungan yang dihasilkan oleh aliran permukaan:


a) Retention Storage: tampungan yang terjadi dalam periode yang lama dan akan
berkurang akibat proses evaporasi (Mis. danau, waduk,dll)
b) Detention Storage: tampungan yang terjadi dalam periode pendek dan akan
berkurang akibat proses mengalirnya air keluar dari lokasi tampungan

faktor-faktor yang mempengaruhi volume limpasan permukaan (runoff):


a) Tipe Tanah
Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh porositas tanah, yang menentukan
kapasitas simpanan air dan mempengaruhi resistensi air untuk mengalir ke lapisan
tanah yang lebih dalam.
b) Vegetasi
Besarnya simpanan intersepsi pada tajuk vegetasi tergantung pada macam vegetasi
dan fase pertumbuhannya.
c) Kemiringan dan ukuran daerah tangkapan

Page | 81
Pengamatan pada petak-petak ukur runoff menunjukkan bahwa petak-petak pada
lereng yang curam menghasilkan runoff lebih banyak dibanding dengan petak-petak
pada lereng yang landai.
d) Tata guna lahan
e) Kondisi DAS sesuai aktivitas manuasia (pembetonan)

2. Infiltrasi
Infiltrasi merupakan peristiwa atau proses masuknya air ke dalam tanah melalui
permukaan tanah dan secara vertical kelapisan tanah tidak jenuh (unsaturated zones)
yang memiliki porositas tinggi. Pada beberapa kasus, air dapat masuk melalui jalur
atau rekahan tanah, atau gerakan horizontal dari samping, dan lain sebagainya. Laju
infiltrasi dapat diukur di lapangan dengan mengukur curah hujan, aliran permukaan,
dan menduga faktor-faktor lain dari siklus air, atau menghitung laju infiltrasi dengan
analisis hidrograf (seperti rumus Horton, green ampt, Philips equation, kostiakov dan
holtan). Mengingat cara tersebut memerlukan biaya yang relatif mahal, maka
penetapan infiltrasi sering dilakukan pada luasan yang sangat kecil dengan
menggunakan alat yaitu infiltrometer, tesplot, lysimeter atau test penyiraman
(Sprinkler test).

Faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah sebaga berikut:


• Struktur tanah ukuran pori dan kemantapan pori
• Profil tanah
• Kandungan air/kadar lengas
• Masuknya air hujan ke dalam tanah dipengaruhi ukuran dan susunan pori-pori
besar Ø > 0,06 mm (dinamai porositas aerasi)
• Porositas semula tetap tidak rusak/tidak menurun selama waktu hujan kemantapan
pori tinggi

Page | 82
3. Perkolasi
Perkolasi adalah proses mengalirnya air ke bawah secara gravitasi dari suatu lapisan
tanah ke lapisan di bawahnya, sehingga mencapai permukaan air tanah pada lapisan
jenuh air (saturated zone) memiliki porositas tanah yang rendah.

H. Perhitungan hidrologi debit


Ada dua jenis debit, yang mana keduanya diperoleh dari data curah hujan yaitu:
1. Debit rencana (QT) adalah debit dengan periode ulang tertentu (T) yang diperkirakan
akan melalui suatu sungai atau bangunan air. Periode ulang sendiri adalah waktu
hipotetik dimana suatu kejadian dengan nilai tertentu, debit rencana misalnya, akan
disamai atau dilampaui 1 kali dalam jangka waktu hipotetik tersebut. Untuk
memperoleh hasil rancangan ini adalah seperti perhitungan pada langkah di poin D.
Menghitung hujan rancangan dan banjir rancangan. Yang mana terdapat 2 metode
yaitu hidrograf dan non hidrograf.
2. Debit Andalan (dependable discharge) : debit yang berhubungan dgn probabilitas atau
nilai kemungkinan terjadinya. Merupakan debit yg kemungkinan terjadinya sama atau
melampaui dari yg diharapkan. Debit yg mengalir pd suatu penampang sungai dlm
suatu daerah aliran sungai (DAS).
3. Selain kedua jenis debit diatas terdapat pula data debit yang dapat diperoleh malui
pengukuran langsung lewat pengukuran muka air sungai menggunakan Automatic
Water Level (AWLR) yang akan menghasilkan grafik yang disebut kurva durasi debit.
Yang biasa di gunkan untuk estimasi debit operasi turbin pada PLTA.

Gambar kurva durasi debit

Page | 83
I. Alat dan tata cara mengukur debit
1. AWLR
• Pengukuran tinggi muka air dimaksudkan “untuk mengetahui posisi muka air (atau
kedalaman aliran) suatu sungai di lokasi stasiun hidrometri pada waktu tertentu.”
• Pengertian “waktu” dalam hal ini terkait dengan periode pengukuran/pencatatan
muka air.
• Pengukuran dapat dilakukan pada jam-jam tertentu atau secara terus menerus
(kontinyu)

2. Papan duga muka air/ peilschal


Alat untuk mengukur permukaan ketinggian air.

Gambar peilschal

Page | 84
3. Current meter

Gambar current meter

Alat ini kurang dapat merepresentatifkan kecepatan aliran sungai disebabkan hanya
cocok untuk aliran tetap seperti disaluran irigasi.

4. Ukur manual
Alat-alat, kayu, benda mengapung (botol), kertas, pulpen, tambang
Langkah-langkah:

1) Ambilah salah satu penampang sungai sebagai sampel.


2) Buatlah jarak per meter sepanjang lebar sungai tersebut
3) Buatlah juga jarak panjang sungai, misal 100 meter
4) Berilah tanda menggunakan ranting atau batu
5) Carilah material yang dapat mengapung di air, missal botol
6) Lemparkanlah botol tersebut di titik 1 meter pertama penampang lebar sungai
7) kemudian gunakan stopwatch untuk mengukur waktu tempuh benda tersebut sampai
mencapai jarak yang telah ditandai (jarak 100 meter panjang sungai)
8) Maka diperolehlah v (kecepatan) yaitu waktu tempuh benda tersebut terhadap jarak
100 meter. V = meter/second
9) Ulangi di penampang kedua melintang lebar sungai dan seterusnya untuk dikalibrasi
dan dirata-rata sehingga memperoleh velocity yang tepat

Page | 85
10) Kemudian hitunglah luas penampang lebar sungai tersebut dengan menggunakan kayu
untuk mengetahui kedalamannya maka diperolehlah A (luas penampang sungai). A =
Lebar x kedalaman sungai.
11) Q = V.A, maka diperolehlah Q dari sungai tersebut.

J. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah gabungan evaporasi dan transpirasi tumbuhan yang hidup di
permukaan bumi. Air yang diuapkan oleh tanaman dilepas ke atmosfer. Evaporasi
merupakan pergerakan air ke udara dari berbagai sumber seperti tanah, atap, dan badan
air.

Metode perhitungan evapotranspirasi :


1. Metode Blaney Criddle
Data terukur yang diperlukan:
• Letak lintang
• Suhu udara
• Angka koreksi (c)
2. Metode Radiasi
Data terukur yang diperlukan:
• Letak lintang (LL)
• Suhu udara (t)
• Kecerahan matahari (n/N)
3. Metode Penman
Data terukur yang dibutuhkan:
• Suhu rerata bulanan (to C)
• Kelembaban relatif bulanan rerata (RH ® %)
• Kecerahan matahari bulanan ( ® %)
• Kecepatan angin bulanan rerata (U ® m/dt)
• Letak lintang daerah (LL)
• Angka koreksi ( c )

Page | 86
Selain metode diatas terdapat pula banyak aplikasi yang dapat membantuseperti cropwat
8.0.
K. Phi index
Presipitasi (hujan) = Runoff (aliran permukaan, sungai) + retention (waduk/danau/embung
dkk) + baseflow (perkolasi+infiltrasi) + Evapotranspirasi (uap air)+ losses)

Phi indeks : intensitas kehilangan air rerata, yang harus dikurangkan dari intensitas hujan
total agar diperoleh limpasan langsung akibat hujan efektif. Hujan Efektif adalah hujan yang
menyebabkan limpasan langsung.

Selain aliran permukaan terdapat aliran air tanah tetap dan tidak dapat dikeluarkan, yang
masuk ke lapisan unsaturated zone yang disebut base flow. Dapat diperoleh dengan
menggunakan metode :
• Straight Line Method
• Fixed Base Method
• Variable Slope Method

Page | 87
BAB V REKLAMASI DAN POLDER

A. Pengertian Reklamasi
reklamasi adalah suatu pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif
tidak berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara
dikeringkan. Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa, di lepas pantai/di laut, di
tengah sungai yang lebar, ataupun di danau.
Sesuai dengan definisinya, tujuan utama reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang
rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut,
biasanya dimanfaatkan untuk kawasan pemukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan,
pertanian, serta objek wisata.
Adapaun keuntungan reklamasi adalah dapat membantu negara/kota dalam rangka
penyediaan lahan untuk berbagai keperluan (pemekaran kota), penataan daerah pantai,
pengembangan wisata bahari, dll.
namun reklamasi juga dapat menimbulkan kerugian yang mana kegiatan ini memang
merupakan bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan lingkungan
alamiah yang selalu dalam keadaan seimbang dinamis. Perubahan ini akan melahirkan
perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi pantai, berpotensi
meningkatkan bahaya banjir, dan berpotensi gangguan lingkungan di daerah lain (seperti
pengeprasan bukit atau pengeprasan pulau untuk material timbunan).

B. Jenis-jenis Reklamasi
1. Reklamasi lahan gambut
a) Pengertian Lahan Gambut
Lahan gambut adalah sebuah ekosistem alami yang mempunyai nilai tinggi dimana
berupa tanah alluvial yang merupakan endapan yang berbentuk dari campuran
bahan-bahan seperti lumpur, humus, dan pasir dengan kadar yang berbeda-beda,
sehingga dapat berfungsi sebagai keanekaragaman hayati, pengaturan iklim,
pengendalian air dan tempat bergantungnya kehidupan bagi jutaan penduduk bumi.

Page | 88
Gambar Tanah Gambut
b) Ciri dan sifatnya
▪ tidak terjadi deferensiasi horizon secara jelas
▪ ketebalan lebih dari 0.5 m
▪ warna coklat hingga kehitaman
▪ tekstur debu lempung
▪ tidak berstruktur
▪ konsistensi tidak lekat-agak lekat
▪ kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung
▪ kandungan organik lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir
▪ umumnya bersifat sangat asam (pH 4,0)
▪ kandungan unsur hara rendah
▪ dan merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai fungsi hidrologi dan
fungsi ekologi lain yang penting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup
c) Lapisan tanah gambut
▪ Lahan gambut dangkal, yaitu lahan dengan ketebalan gambut 50-100 cm;
▪ Lahan gambut sedang, yaitu lahan dengan ketebalan gambut 100-200 cm;
▪ Lahan gambut dalam, yaitu lahan dengan ketebalan gambut 200-300 cm:
▪ Lahan gambut sangat dalam, yaitu lahan dengan ketebalan gambut lebih dari 300
cm.

Page | 89
Gambar lapisan gambut
d) Karakteristik lahan gambut
Kandungan Hara
Kandungan haranya dipengaruhi dari air disekiling lahan gambut tersebut, sehingga
lahan gambut dibagi menjadi beberapa jenis:
▪ Gambut eutrofik dengan tingkat kesuburan yang tinggi. Mempunyai kandungan
basa yang tinggi karena pembentukannya dipengaruhi oleh air payau (campuran
air laut dan air sungai)
▪ Gambut mesotrofik dengan tingkat kesuburan yang sedang. Pembentukannya
dipengaruhi oleh air sungai
▪ Gambut oligotrofik dengan tingkat kesuburan yang rendah. Pembentukannya
dipengaruhi oleh air hujan

Jenis kandungan unsure hara lahan gambut


Page | 90
Sifat Kimia Gambut
Bahan kayu-kayuan umumnya banyak mengandung senyawa lignin yang dalam
proses degradasinya akan menghasilkan asam-asam fenolat (Stevenson, 1994).
Kandungan kation basa-basa (Ca, Mg, K, dan Na) umumnya terdapat dalam jumlah
yang rendah terutama pada gambut tebal. Semakin tebal gambut, kandungan abu
semakin rendah, kandungan Ca dan Mg menurun dan reaksi tanah menjadi lebih
masam (Driessen dan Soepraptohardjo, 1974).
Karakteristik kimia lahan gambut sangat ditentukan oleh kandungan,
a. ketebalan,dan jenis mineral pada substratum (di dasar gambut), serta
b. tingkat dekomposisi gambut.
c. Kandungan mineral gambut di Indonesia umumnya kurang dari 5% dan sisanya
adalah bahan organik.
Sifat Fisik Gambut
Karakteristik fisik gambut yang penting dalam pemanfaatannya untuk pertanian
meliputi;
1. kadar air,
2. berat isi (bulk density, BD),
3. daya menahan beban (bearing capacity),
4. subsiden (penurunan permukaan), dan
5. mengering tidak balik (irriversible drying).

e) Usaha Pengelolaan Lahan Gambut


Lahan gambut merupakan lahan yang sangat fragile dan produktivitasnya sangat
rendah. Kendala sifat fisik gambut yang paling utama adalah sifat kering tidak balik
(irriversible drying), sehingga gambut tidak dapat berfungsi lagi sebagai koloid
organik.
Lahan gambut juga dinilai sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK), seperti
karbon dioksida (CO 2), metan (CH4), dan dinitrooksida (N2O) yang berdampak pada
perubahan iklim dan pemanasan global.

Page | 91
Prinsip pengolahan lahan gambut tidak lepas dari karakteristik tanah gambut yang
perlu diperhatikan, sehingga berikut merupakan beberapa usaha pengelolaan lahan
gambut:
Tata Air Makro
Tata air makro adalah pengelolaan air dalam suatu kawasan yang luas dengan cara
membuat jaringan reklamasi sehingga keberadaan air bisa dikendalikan di musim
hujan lahan tidak kebanjiran dan di musim kemarau tidak kekeringan.
Bangunan-bangunan yang umumnya ada dalam suatu kawasan reklamasi adalah
tanggul penangkis banjir, saluran intersepsi, retarder, saluran drainase, dan saluran
irigasi. Kegiatan pembangunan sarana tersebut sering disebut sebagai reklamasi.
Tanggul penangkis banjir
Drainase saja sering tidak mampu mengatasi meluapnya air di musim hujan
terutama pada rawa lebak. Oleh sebab itu, sering dibuat tanggul di sepanjang
saluran. Tanggul ini sering pula dimanfaatkan sebagai sarana jalan darat,
terutama di musim kemarau.
o Waduk retarder
Waduk retarder atau sering disebut chek dam atau waduk umumnya dibuat di
lahan rawa lebak atau lebak peralihan. Fungsi bangunan ini untuk menampung air
di musim hujan, mengendalikan banjir, dan menyimpannya untuk disalurkan di
musim kamarau.
o Saluran intersepsi
Saluran intersepsi dibuat untuk menampung aliran permukaan dari lahan kering di
atas lahan rawa. Letaknya pada berbatasan antara lahan kering dan lahan rawa.
Saluran ini sering dibuat cukup panjang dan lebar sehingga menyerupai waduk
panjang. Kelebihan airnya disalurkan melalui bagian hilir ke sungai sebagai air
irigasi.
o Saluran drainase dan irigasi
Saluran drainase dibuat guna menampung dan menyalurkan air yang berlebihan
dalam suatu kawasan ke luar lokasi. Sebaliknya, saluran irigasi dibuat untuk

Page | 92
menyalurkan air dari luar lokasi ke suatu kawasan untuk menjaga kelembaban
tanah atau mencuci senyawa-senyawa beracun. Oleh sebab itu, pembuatan
saluran drainase harus dibarengi dengan pembuatan saluran irigasi.

Di lahan pasang surut atau pasang surut peralihan, saluran irigasi dan drainase sering
disatukan untuk menghemat biaya. Ketika surut, saluran berfungsi sebagai saluran drinase.
Ketika pasang, saluran berfungsi sebagai saluran irigasi.

Kelemahan sistem ini adalah:

1. Senyawa-senyawa beracun hasil pencucian lahan tidak dapat terdrainase secara tuntas,
tetapi bercampur dengan air bersih dan menyebar ke lahan lain;
2. Pada musim kemarau, air pasang tidak bisa sampai ke lahan sehingga lahan mengalami
kekeringan. Hal ini disamping akan membatasi musim tanam juga berbahaya bagi
lahan gambut dan sulfat masam.

Cara pengaturan sistem satu arah pada saluran tersier sebagai berikut:

1. Bagian hulu saluran irigasi tersier (yang berhubungan dengan saluran sekunder) diberi pintu
air yang membuka ke arah dalam. Pada waktu pasang, pintu secara otomatis akan membuka.
Pada waktu surut, akan menutup;
2. Bagian muara saluran drainase tersier (yang berhubungan dengan saluran kuarter) diberi pintu
stop log yang bisa diputar dan diatur menjadi dua posisi. Posisi pertama, pintu hanya bisa
membuka keluar sehingga air drainase dapat keluar. Posisi ini diperlukan pada musim hujan
terutama pada pasang besar sehingga kelebihan air harus dikeluarkan. Posisi kedua, diperoleh
bila pintu diputar. Pada posisi ini, pintu akan menutup sehingga air bisa ditahan di dalam
lahan. Posisi ini diambil ketika musim kemarau atau musim pasang kecil.

Tata Air Mikro


Tata air mikro ialah pengelolaan air pada skala petani. Dalam hal ini, pengelolaan air
dimulai dari pengelolaan saluran tersier serta pembangunan dan pengaturan saluran

Page | 93
kuarter dan saluran lain yang lebih kecil. Saluran tersier umumnya dibangun oleh
pemerintah tetapi pengelolaannya diserahkan kepada petani.
o Tata air pada saluran tersier dan kuarter
Saluran kuarter merupakan cabang saluran tersier dan berhubungan langsung
dengan lahan. Jika jarak antara saluran tersier dengan lahan cukup jauh, saluran
tersier tidak langsung berhubungan dengan saluran kuarter. Kedua saluran
tersebut dihubungkan oleh yang sering disebut sebagai saluran kuinter. Saluran
kuarter dibuat tegak lurus saluran tersier. Saluran ini sering pula dijadikan sebagai
batas kepemilikan lahan bila luas kepemilikan lahan terbatas (1-3 ha/orang). Cara
membuat saluran ini sebagai berikut:
a.Saluran drainase dan irigasi dibuat berseling. Dengan demikian, setiap kapling
lahan berhubungan dengan saluran irigasi dan saluran drainase.
b.Saluran irigasi dibuat pada sepanjang batas kepemilikan lahan dengan membuat
tanggul pada sisi kanan-kiri saluran. Tanah tanggul berasal dari lahan dan
bukan dari galian saluran. Dengan demikian, ketinggian dasar saluran minimal
sama dengan ketinggian lahan, agar air irigasi dapat masuk ke lahan. Ujung hulu
saluran irigasi dipasang pintu stop log.
c.Saluran drainase kuarter dibuat dengan cara menggali tanah selebar 0,5 - 0,6
sedalam 0,4 - 0,6 m di sepanjang batas kapling lahan pada sisi lain saluran
irigasi. Hasil galiannya ditimbun di kanan-kiri saluran sebagai
pematang/tanggul. Ujung muara (hilir) saluran dipasang pintu stoplog.
o Tata air dalam lahan pertanaman
Kuarter merupakan saluran di luar pertanaman yang paling kecil. Di dalam lahan,
dibuat saluran drainse intensif yang terdiri atas saluran kolektor dan saluran
cacing. Posisi saluran kolektor dan saluran cacing ini tergantung pada penataan
lahan. Pada lahan yang ditata dengan sistem caren dan surjan, saluran drainase
intensif dibuat setelah selesai pembuatan caren dan surjan. Pada lahan yang ditata
dengan sistem sawah dan tegalan, pembuatan saluran setelah pengolahan tanah.
Saluran kolektor dibuat mengelilingi lahan dan tegak lurus saluran kuarter pada

Page | 94
setiap jarak 25-30 m. Ukuran saluran kolektor 40 x 40 cm dengan kedalaman 5-10
cm lebih dangkal dari pada saluran kuarter. Saluran kolektor yang berhubungan
dengan saluran irigasi diberi pintu pada bagian hulu. Saluran kolektor yang
berhubungan dengan saluran drainase diberi pintu pada bagian hilir. Pintu cukup
dibuat dengan cara menggali tanggul, dan dapat ditutup sewaktu diperlukan
dengan menimbunnya kembali. Saluran cacing dibuat tegak lurus saluran kolektor.
Saluran ini dibuat setiap jarak 6-10 m dengan ukuran lebar 30 cm dan dalam 25-30
cm.

Gambar tata air mikro


o Ameliorasi
Upaya untuk mengatasi kendala yang ada untuk usahatani tanaman pangan sudah
banyak dilakukan. Untuk mengatasi kemasaman tanah dan status hara yang
rendah, dilakukan dengan cara menambahkan bahan ameliorasi dan pupuk.
Perlakuan amelioran diharapkan memperbaiki pH tanah, meningkatkan
ketersediaan hara, dan meningkatkan kemampuan adsorpsi tanah.

Page | 95
Gambar contoh ameliorasi menggunakan abu batang padi
Di Kalimantan Barat
Pemanfaatan bahan amelioran lumpur laut dan kapur terhadap peningkatan
produksi kedelai pada gambut Kalimantan Barat menunjukkan bahwa lumpur laut
dapat memperbaiki produktivitas gambut melalui perbaikan sifat-sifat kimia,
antara lain meningkatkan pH, ketersediaan Ca dan Mg,kejenuhan basa, kombinasi
kapur 3 t/ha dan lumpur laut 7,5% meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
kedelai (Sagiman, 2001).

Di Sumatera Selatan
Hartatik (2003) melaporkan pemberian bahan amelioran tanah mineral takaran
7,5% erapan maksimum Fe pada tanah gambut Air Sugihan Kiri Sumatera Selatan
menurunkan konsentrasi asam siringat, asam kumarat dan asam vanilat berturut-
turut 88, 67, dan 36% (Tabel 5.4). Menurut Tadano et al. (1992) beberapa jenis
asam fenolat yang umum dijumpai dalam tanah gambut di antaranya asam ferulat,
asam vanilat, p-kumarat, dan p-hidroksibenzoat pada konsentrasi tertentu dapat
bersifat racun terhadap pertumbuhan tanaman. Asam asam fenolat tersebut
berpengaruh menekan aktivitas fisiologi akar, menghambat pertumbuhan akar,
dan mengganggu serapan hara.

Page | 96
Di Jambi
Murnita (2001) mempelajari peranan bahan amelioran besi (Fe) dan zeolit
terhadap perilaku K dan hasil padi pada tanah gambut pantai dan gambut
peralihan Jambi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bahan amelioran
Fe sebanyak 2,5% erapan maksimum Fe dan zeolit 0,25-3% dapat mengurangi
konsentrasi asam-asam fenolat dalam tanah gambut pantai saprik dan hemik
masing-masing sebesar 9-47% dan 9-52%, serta gambut peralihan saprik dan
hemik sebesar 9-53% dan 10-62%. Pemberian Fe berperan lebih besar dalam
menekan konsentrasi asam-asam fenolat dibandingkan dengan zeolit.

C. Pengertian Polder
Sistem polder adalah suatu cara penanganan banjir rob dengan kelengkapan sarana fisik
satu kesatuan pengelolaan tata air tak terpisahkan, yang meliputi: sistem drainase kawasan,
kolam retensi, tanggul keliling kawasan, pompa dan pintu air. Manajemen sistem tata air
dilakukan dengan mengendalikan volume, debit, muka air, tata guna lahan dan lansekap.

Gambar sistem polder

Page | 97
Komponen drainase sistem polder terdiri dari :
• Tanggul berfungsi untuk mengisolasi kawasan tersebut terhadap limpasan/bocoran dari
luar sistem, seperti banjir dan air laut pasang.
• Pintu air berfungsi untuk menahan air banjir/air laut pasang dari luar sistem agar tidak
masuk ke kolam retensi/saluran dan untuk menyalurkan debit banjir keluar sistem pada
saat terjadi kerusakan pompa dan muka air di luar sistem lebih rendah dari muka air di
dalam system.
• Pompa air berfungsi untuk menyalurkan debit banjir ke luar sistem pada saat terjadi
hujan.
• Kolam retensi berfungsi untuk menampung debit banjir pada saat terjadi hujan.
• Jaringan saluran drainase berfungsi untuk menyalurkan debit banjir dari seluruh sistem
ke kolam retensi/stasiun pompa.

Keuntungan dalam sistem polder

Polder senantiasa berada pada bahaya banjir, dan tanggul yang mengelilinginya harus dijaga.
Tanggul-tanggul tersebut biasanya dibangun dengan material yang tersedia di daerah tersebut.
Tanggul dari pasir rawan runtuh akibat oversaturation (tanah terlampau jenuh air), sementara
tanah peat kering malah lebih ringan daripada air sehingga berpotensi tidak stabil pada musim
kering. Beberapa jenis binatang dapat menggali dan membuat terowongan dan sarang pada
struktur tanggul. Polder seringkali diketemukan di delta sungai dan daerah tepi pantai,
walaupun tidak selalu ada.

Sistem ini dipakai untuk daerah-daerah rendah dan daerah yang berupa cekungan, ketika air
tidak dapat mengalir secara gravitasi. Agar daerah ini tidak tergenang, maka dibuat saluran
yang mengelilingi cekungan. Air yang tertangkap dalam daerah cekungan itu sendiri ditampung
di dalam suatu waduk, dan selanjutnya dipompa ke kolam tampungan.

Polder adalah suatu kawasan yang didesain sedemikian rupa dan dibatasi dengan tanggul
sehingga limpasan air yang berasal dari luar kawasan tidak dapat masuk. Dengan demikian
hanya aliran permukaan atau kelebihan air yang berasal dari kawasan itu sendiri yang aka n

Page | 98
dikelola oleh sistem polder. Di dalam polder tidak ada aliran permukaan bebas seperti pada
daerah tangkapan air alamiah, akan tetapi dilengkapi dengan bangunan pengendali pada
pembuangannya dengan penguras atau pompa yang berfungsi mengendalikan kelebiha n air.
Muka air di dalam sistem polder tidak bergantung pada permukaan air di daerah sekitarnya
karena polder mempergunakan tanggul dalam operasionalnya sehingga air dari luar kawasan
tidak dapat masuk ke dalam sistem polder.

Fungsi utama polder adalah sebagai pengendali muka air di dalam sistem polder tersebut.
Untuk kepentingan permukiman, muka air di dalam Sistem dikendalikan supaya tidak terjadi
banjir/genangan. Air di dalam sistem dikendalikan sedemikian rupa sehingga jika terdapat
kelebihan air yang dapat menyebabkan banjir, maka kelebihan air itu dipompa keluar sistem
polder.

Page | 99
BAB VI AIR TANAH DAN SUMUR RESAPAN

A. Pengertian

Air Tanah air adalah permukaan yang meresap masuk kedalam tanah, dan merupakan
bagian dari siklus hidrologi. Kandungan airtanah di suatu daerah dapat dipengaruhi oleh
kondisi lapisan geologi bawah permukaan di daerah tersebut terutama berkaitan dengan
porositas batuan.

1. Sifat Batuan sebagai Media Aliran Air Tanah

Batuan yang bertindak sebagai media aliran air tanah mempunyai sifat kelulusan air,
kapasitas jenis, keterusan air, daya simpan air. (Suharyadi, 1984:41).
a. Koefisien Kelulusan air
Koefisien kelulusan air (Coeficient of Permeability/Hydraulic Conductivity) adalah
kemampuan untuk meluluskan air di dalam rongga-rongga batuan tanpa mengubah
sifat-sifat airnya. Koefisien kelulusan air terdiri dari koefisien kelulusan air di lapangan
(Kf) dan koefisien kelulusan air di laboratorium atau standart (Ks).
b. Kapasitas Jenis
Kapasitas Jenis (Specific Capacity) adalah debit yang dapat diperoleh setiap
penurunan permukaan airtanah bebas ataupun airtanah tertekan, sepanjang satu
satuan panjang dalam satu sumur pompa pada akhir periode pemompaan.
c. Koefisien Keterusan Air
Koefisien keterusan air koefisien transmisivitas (Coeficient of Transmisivity)
merupakan banyaknya air yang dapat mengalir melalui suatu bidang vertikal setebal
akuifer, selebar satu satuan panjang. Harga koefisien keterusan dapat ditentukan
dengan uji pompa (pumping test), atau melalui perhitungan secara teoritis.
d. Koefisien Daya Simpan Air
Koefisien daya simpan air (Coeficient of Water Storage) adalah volume air yang
dilepaskan atau dapat disimpan oleh suatu akuifer setiap satu satuan luas akuifer
pada satu satuan perubahan kedudukan muka airtanah baik airtanah bebas maupun
airtanah tertekan. Koefisien daya simpan air dapat digunakan untuk menentukan

Page | 100
jenis akuifer, disamping itu juga dapat digunakan untuk menghitung jumlah
kandungan airtanah di suatu daerah.

B. Jenis-Jenis Air Tanah

Berdasarkan sifat fisik lapisan batuan dan perlakuannya sebagai media aliran air, maka
lapisan batuan tersebut dapat dibedakan menjadi 4 (suharyadi, 1984 : 12) yaitu:
• akuifer
Akuifer (aguifer) merupkan suatu lapisan yang mempunyai susunan batuan yang
sedemikian rupa, sehingga dapat menyimpan dan melepaskan air dalam jumlah yang
cukup berarti. Misalnya kerikil, pasir, batu kapur, batuan gunung berapi.
Akuifer dapat dibedakan menjadi empat jenis yakni:

o Akuifer bebas (unconfined aquifer)

Akuifer bebas atau akuifer tak tertekan adalah lapisan jenuh air dan memiliki
muka air tanah. Permukaan tanah pada akuifer ini disebut water table (freatik
level). Water table memiliki tekanan hidrostatik sama dengan atmosfer. Bagian
bawah akuifer ini dibatasi oleh aquitard. Aquitard adalah lapisan jenuh air yang
hanya sedikit meloloskan air.
Air di akuifer bebas bisa dimanfaatkan dengan membuat sumur gali dan sumur
pantek pada kedalaman kurang dari 20 meter di bawah permukaan tanah.
Akuifer bebas dikenal juga dengan istilah sumur pantek.

Page | 101
o Akuifer tertekan (confined aquifer)

Air pada akuifer tertekan dibatasi oleh lapisan aquitard di atas dan di bawah.
Akuifer ini memiliki tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer.
Akuifer tertekan yang dimanfaatkan dikenal juga dengan istilah sumur dalam.

o Akuifer setengah tertekan (semi-confined aquifer)

Akuifer semi-tertekan adalah akuifer yang seluruhnya bersifat jenuh air. Bagian
atasnya dibatasi oleh lapisan semi lolos air, sedangkan bagian bawahnya
merupakan lapisan kedap air.

o Akuifer Menggantung (Perched Aquifer)


Akuifer menggantung (Perched Aquifer) merupakan akuifer yang massa
airtanahnya terpisah dari airtanah induk. Dipisahkan oleh suatu lapisan yang
relatif kedap air yang begitu luas dan terletak diatas daerah jenuh air. Biasanya

Page | 102
akuifer ini terletak di atas suatu lapisan formasi geologi yang kedap air. Kadang-
kadang lapisan bawahnya tidak murni kedap air namun berupa aquitards yang
juga bisa memberikan distribusi air pada akuifer dibawahnya.

• Akuitar

Akuitar (Aquitards) merupakan suatu lapisan yang mempunyai susunan batuan


sedemikian rupa, sehingga dapat menyimpan air tetapi hanya dapat mengalirkan air
dalam jumlah yang terbatas. Misalnya tampak adanya kebocoran-kebocoran atau
rembesan yang terletak antara akuifer dan akuiklud
• Akuiklud

Akuiklud (Aquiclude) merupakan suatu lapisan yang mempunyai susunan batuan


sedemikian rupa, sehingga dapat menampung air tetapi tidak dapat melepaskan air
dalam jumlah yang cukup berarti. Hal ini terjadi dikarenakan nilai konduktivitasnya kecil
sekali, misalnya lapisan lempung dan lapisan Lumpur (silt).
• Akuifug
Akuifug (Aquifuge) merupakan suatu lapisan yang mempunyai susunan batuan
sedemikian rupa, sehingga tidak dapat menampung maupun melepaskan air (sama
sekali kedap terhadap air), misalnya granit yang keras, kuarsit, lapisan batuan yang
kompak (rock) atau batuan sedimen yang tersemen penuh

Page | 103
2. Penyebaran Vertikal Air tanah
Distribusi airtanah secara vertikal dibawah permukaan tanah dibagi dalam beberapa
zona yaitu zona jenuh dan zona tidak jenuh. Zona tidak jenuh sendiri terdiri atas: zona
air dangkal (soil water zona), zona antara (intermediate vadoze water zona) dan zona
kapiler (capillary water zona). Penjelasan selengkapnya mengenai susunan vertikal
airtanah adalah sebagai berikut:

• Zona Jenuh
Dalam zona jenuh (Zona of Saturation) semua rongga-rongga atau pori-pori berisi
air. Bagian bawah dari zona jenuh merupakan lapisan kedap air, zona jenuh dapat
berupa tanah liat atau batuan dasar (bedrock). Air yang berada dalam zona jenuh
dinamakan airtanah. Air yang ditampung dalam zona ini adalah air yang ditahan oleh
lapisan setempat terhadap gaya gravitasi. (Bisri, 1988 : 4)

• Zona tidak jenuh


Zona tidak jenuh (zona of aeration) terletak di atas zona jenuh sampai ke permukaan
tanah, sedangkan air yang berada di dalam zona tidak jenuh dinamakan air
mengambang atau air dangkal.
Zona tidak jenuh terdiri dari zona dangkal, zona antara dan zona kapiler. Besarnya
masing-masing zona tersebut serta distribusi air dalam masing-masing zona itu

Page | 104
diuraikan sebagai berikut:

• Zona Kapiler
Zona kapiler (Capilary Zona) berada diantara permukaan airtanah sampai ke
batas kenaikan kapiler air. Beberapa penelitian telah mempelajari kenaikan dan
distribusi air dalam zona kapiler dari sudut media berpori. Jika ruang porinya
dapat diandaikan sebagai pipa kapiler dengan kenaikan kapiler, makin tinggi
kenaikannya di atas permukaan airtanah maka besar kadar kejenuhannya
makin menurun. (Soemarto, 1995 : 165)

• Zona Antara
Zona antara (Intermediate Vadose Zona) terletak di antara batas bawah zona air
dangkal sampai dengan batas atas zona kapiler. Tebal dari zona antara sangat
beragam, zona antara berguna untuk mengalirnya air kebawah, sampai ke muka
airtanah. (Soemarto, 1995 : 165)

• Zona Air Dangkal


Zona air dangkal (Soil Water Zona) dimulai dari permukaan tanah sampai ke zona
perakaran utama (major root zona). Tanah di zona air dangkal dalam keadaan tidak
jenuh, kecuali bila terdapat banyak air di permukaan tanah seperti berasal dari curah
hujan, irigasi.
Air yang berada di zona dangkal dapat diklasifikasikan dalam tiga ka tegori
berdasarkan konsentrasinya di dalam zona tersebut. (Soemarto, 1995 : 164)

a) Air higroskopis
Air higroskopis merupakan air yang diisap dari udara membentuk lapisan air
yang sangat tipis dipermukaan partikel-partikel tanah. Air higroskopis memiliki
gaya adhesi yang sangat besar, sehingga tidak dapat diserap oleh akar -akar
tanaman.

b) Air kapiler
Air kapiler merupakan air yang berada dalam lapisan tipis di seputar partikel -

Page | 105
partikel tanah. Air kapiler ditahan oleh tegangan permukaan (surface tension)
yang digerakan oleh aksi kapiler sehingga dapat diserap oleh tanaman.
c) Air gravitasi
Air gravitasi merupakan kelebihan air dangkal yang mengalir melewati sela -sela
butiran tanah di bawah pengaruh gaya gravitasi.

3. Lapisan Geologi Sebagai Akuifer


Menurut Todd (1980), batuan yang dapat berfungsi sebagai lapisan pembawa air
terbaik adalah pasir, kerakal, dan kerikil. Sedangkan 90% dari akuifer terdiri dari batuan
tidak terkonsolidasi, terutama kerikil dan pasir.
Jika ditinjau dari permeabilitas batuannya, lapisan pembawa air dapat dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu:
a) Lapisan permeabel (serap air) seperti kerikil, kerakal, dan pasir.
b) Lapisan semi permeabel (semi menyerap air) seperti pasir argullasis, tanah los
c) Lapisan kedap air, seperti batuan kristalin, tanah liat.

4. Daerah Terdapatnya Air Tanah


Terdapatnya akuifer di alam berdasarkan material penyusunnya dapat dibedakan
menjadi dua:
A. Material Lepas.
Terdapatnya airtanah pada material lepas berdasarkan daerah pembentuknya
dibedakan yaitu :

1) Daerah Dataran

Daerah dataran yang dimaksud berupa dataran yang luas dengan endapan yang
belum mengeras seperti pasir dan kerikil. Pengisian (recharge) pada umumnya
diperoleh dari perkolasi air hujan atau sungai, sebagai contoh: dataran pantai.

2) Daerah Alluvial (daerah aliran sungai)


Volume airtanah dalam didaerah alluvial ditentukan oleh tebal, penyebaran dan
permeabilitas akuifer. Bila muka air disekitar daerah alluvial lebih tinggi dari muka
airtanah, maka potensi airtanahnya cukup besar. Airtanah pada daerah alluvial

Page | 106
dapat dibagi menjadi tiga macam. (Takeda dan Sosrodarsono, 1976 : 98)
a. Air tanah Susupan
Air tanah susupan merupakan airtanah yang mengendap di dataran banjir
ditambah langsung dari peresapan sungai. Titik permulaan peresapan air
sungai dapat diperkirakan dari garis kontur permukaan airtanah. Makin
panjang jaraknya dari titik permukaan, biasanya makin kecil tahanan listriknya,
karena makin panjang penyusupan itu, makin banyak bahan-bahan lisrik yang
larut dalam airtanah.
b. Air tanah yang Dalam
Air tanah yang dalam, berupa lapisan alluvium dan diluvium yang diendapkan
setebal seratus sampai beberapa ratus meter di dataran alluvium yang
berganti- ganti dari lapisan pasir dan krikil, lapisan loam dan lapisan lempung.
c. Air tanah Sepanjang Pantai
Air tanah di daerah pantai dipengaruhi oleh pasang surut air laut, bila muka air
laut pasang maka airtanah yang tersedia akan banyak.

3) Daerah Lembah Mati


Daerah lembah mati merupakan suatu lembah yang tidak dilewati sungai. Potensi
airtanahnya cukup besar akan tetapi suplai air yang diterima tidak sebesar daerah
aliran air

4) Daerah Lembah antar Gunung


Daerah lembah antar gunung merupakan daerah lembah yang dikelilingi oleh
pegunungan biasanya terdiri dari material lepas dalam jumlah yang sangat besar.
Materialnya berupa pasir dan kerikil yang akan menerima air dari pengisian.

B. Material Kompak.
Sedangkan beberapa material kompak yang mempunyai potensi airtanah cukup
besar antara lain : (suharyadi, 1984 : 24)
1) Batu Gamping
Batu gamping apabila dalam keadaan kompak tidak dapat bertindak sebagai

Page | 107
akuifer, tetapi apabila memiliki banyak retakan, lubang diantara retakan tersebut
dapat juga memungkinkan untuk bertindak sebagai akuifer. Dalam hal ini jenis
batu gamping sangat menentukan disamping topografinya.
2) Batuan Beku Dalam
Batuan beku dalam tidak termasuk sebagai akuifer yang baik, akan tetapi bisa
mengandung airtanah jika memiliki banyak rekahan-rekahan didalamnya.
3) Batuan Vulkanik
Batuan vulkanik primer misalnya lava basalt dapat sangat lulus air apabila banyak
lubang-lubang bekas gas maupun retakan. Batuan endapan vulkanik dapat
bertindak sebagai akuifer yang baik, terutama batuan yang berumur muda.

C. Metode-metode Geofisika
Ada beberapa metode geofisika yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi lapisan
geologi bawah permukaan (Verhoef, 1992 : 199) diantaranya:

➢ Metode Seismik
Dalam metode seismik penyelidikan didasarkan pada kecepatan rambat dari getaran
suara, yang tergantung dari kerapatan material dan massa. Metode seismik terdiri
dari metode refraksi seismik dan metode refleksi seismik.

➢ Metode Geolistrik
Pada metode geolistrik penyelidikan didasarkan pada variasi vertikal dan horizontal
yang menyangkut perubahan dalam hantaran elektrik suatu arus listrik. Metode ini
banyak digunakan dalam penentuan struktur geologi, ketebalan lapisan penutup,
kadar kelembaban tanah dan permukaan air tanah.

➢ Metode Magnetik
Metode magnetik merupakan salah satu bentuk pengukuran terhadap variasi dalam
medan magnetik bumi. Metode ini banyak digunakan dalam pencarian material
magnetik dalam lingkungan yang tidak magnetis atau sebaliknya.

➢ Metode Elektromagnetik VLF (Very Low Frequency)

Page | 108
Salah satu metode yang banyak digunakan dalam prospeksi geofisika adalah metode
elektromagnetik. Metode elektromagnetik biasanya digunakan untuk eksplorasi
benda-benda konduktif. Perubahan komponen-komponen medan akibat variasi
konduktivitas dimanfaatkan untuk menentukan struktur bawah permukaan. Medan
elektromagnetik yang digunakan dapat diperoleh dengan sengaja membangkitkan
medan elektromagnetik di sekitar daerah observasi, pengukuran semacam ini disebut
teknik pengukuran aktif. Contoh metode ini adalah Turam elektromagnetik.

➢ Tanahanan Jenis Batuan


Tahanan jenis didefinisikan sebagai hambatan suatu unit bahan terhadap arus
(searah) yang mengalir melalui media tersebut atau arah tegak lurus terhadap dua
bidang yang berhadapan. Besarnya tahanan ini tergantung pada dimensi unit satuan
yang dialirinya. Satuan tahanan ini lazim dinyatakan dalam “Ohmmeter” atau
“Ohmmilimeter”. Berbagai satuan batuan adalah bersifat sebagai pengantar listrik
yang baik dalam penimbangan terhadap beberapa factor berikut:
➢ Kandungan mineral atau jenis bahan

➢ Kandungan air atau kejenuhan

➢ Hambatan berbagai garam dan kandungan ion bebas di dalamnya

Gambar resisitivy meter

Page | 109
➢ Konfigurasi elektroda dan Tahanan Jenis Semu
Untuk mendapatkan nilai tahanan jenis semu setiap lapisan maka elektroda diatur
sedemikian rupa, sehingga arus dan potensial dapat terhubung satu sama lain. Pada
prinsipnya semakain jauh bentangan antar elektroda, maka makin dalam pula hasil
interpretasi yang didapat.

➢ Konfigurasi Schlumberger
Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada tahun
1912. Metoda geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metoda favorit yang
banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan
dengan biaya survei yang relatif murah.

➢ Analisis Tahanan Jenis sebenarnya dengan Program IPI2WIN dan Progres3 (aplikasi)
Penyelesaian dengan program aplikasi komputer akan lebih cepat dan mudah.
Program untuk penentuan tahanan jenis yang sebenarnya ini adalah program
IPI2WIN dan Progres3. Dengan program ini kita tinggal memasukan besarnya nilai
tahanan jenis semu dari perhitungan sebelumnya, kemudian akan menampilkan
besarnya nilai tahanan jenis yang sebenarnya dan jumlah lapisan bantuan.

➢ Penentuan Lapisan Batuan


Penentuan lapisan batuan diperoleh dari hasil tahanan jenis yang sebenarnya dengan
melihat tabel harga tahanan batauan.

Page | 110
D. Penurunan Muka Air tanah
1. Pengertian

Maraknya pengambilan air tanah secara berlebihan di suatu wilayah mengakibatkan


turunnya muka air tanah. Hal ini turut menjadi penyebab terjadinya penurunan
permukaan tanah (landsubsidence) dan intrusi air laut, terutama di wilayah utara
Jakarta. Intrusi air laut adalah masuknya air laut ke dalam air tanah di daratan, yang
mana air tanah akan terasa asin.
2. Penyebab
Penyebab dari penurunan muka air tanah ini adalah:
a. Penggunaan air tanah dalam yang berlebihan untuk memenuhi pasokan
kebutuhan sanitasi air untuk hotel dan gedung bertingkat
b. Beban tekanan dari gedung-gedung tinggi disuatu wilayah
c. Pemompaan air tanah berlebihan tanpa ada nya recharge, atau air yang mampu
meresap ke permukaan tanah dari air hujan

Page | 111
d. Hal ini dapat menimbulkan penurunan muka tanah dan masukkan air laut ke
daratan dan hal ini telah terjadi di daerah Jakarta bagian utara.

3. Menangani Penurunan Muka Air Tanah


a. Beralih dari pompa air tanah ke air PAM
b. Membuat Kolam retensi di setiap hunian dan memanfaatkan lahan lahan kecil yang
tersedia
c. Mengurangi Pembetonan kawasan
d. Melakukan injeksi air tanah yaitu dengan cara menyuntikkan air bersih kedalam
lapisan batuan air tanah dalam
e. Membuat Sumur resapan
f. Memperbanyak penanaman pohon dan tumbuhan yang mampu menampung
banyak air hujan

E. Sumur Resapan
Sumur resapan adalah suatu teknik konservasi tanah dan air yang memiliki prinsip utama
untuk memperluas bidang penyerapan sehingga aliran permukaan berkurang dengan
optimal. Sumur resapan memiliki kedalaman di atas muka air tanah, sedangkan
pengertian Konservasi air merupakan merupakan upaya memasukkan air ke dalam tanah
baik secara buatan maupun alami dengan tujuan meningkatkan besarnya laju infiltrasi
pada suatu daerah dalam rangka pengisian air tanah.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan sumur ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air

2. Mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air tanah

3. Mengurangi atau menahan terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan
dengan wilayah pantai
4. Mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang
berlebihan
5. Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah

Page | 112
Konsep dasar sumur resapan adalah memberikan kesempatan dan jalan pada air hujan
yang jatuh di atap atau lahan yang kedap air untuk meresap ke dalam tanah dengan jalan
menampung air tersebut pada suatu sistem resapan dan sumur resapan dalam kondisi
yang kosong dalam tanah dengan kapasitas tampung yang cukup besar sebelum air
meresap ke dalam tanah (Suripin 2004).
SNI No. 03-2453-2002, berdasarkan SNI tersebut berikut adalah persyaratan umum yang
harus dipenuhi dalam pembuatan sumur resapan.
1. Lokasi pembuatan harus pada tanah yang datar, tidak bergelombang, berlereng,
curam, atau labil.
2. Letaknya harus jauh dari tempat penimbunan sampah (baik sampah
organik maupun anorganik), jauh dari septic tank (minimum berjarak 5 m dari tepi),
dan berjarak minimum 1 m dari pondasi bangunan.
3. Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap
air) lebih besar atau sama dengan 2 cm/jam (artinya genangan air setinggi 2 cm akan
surut dalam kurun waktu satu jam) dengan tiga klasifikasi sebagai berikut:
a. Permeabilitas sedang (2 – 3.6 cm/jam)
b. Permeabilitas tanah agak cepat/pasir halus (3.6 – 36 cm/jam)
c. Permeabilitas tanah cepat/pasir kasar (lebih besar dari 36 cm/jam)

Cara Pembuatan sumur resapan:


1. Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng,
curam atau labil.
2. Sumur resapan berjarak minimal lima meter dari tempat penimbunan sampah dan
septic tank dan berjarak minimal satu meter dari fondasi bangunan.
3. Kedalaman sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di
bawah permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table) tanah minimum
1,50 meter pada musim hujan.
4. Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah
menyerap air) minimal 2,0 cm per jam yang berarti dalam satu jam mampu
menyerap genangan air setinggi 2 cm.

Page | 113
Page | 114
BAB VII HIDRAULIKA

A. Pengertian Hidraulika
Bagian dari ilmu hidrodinamika atau mekanisme aliran.Air selau mengalir dari tempat yang
tinggi ketempat yang lebih rendah hingga mencapai elevasi kestabilan tertentu.

Aliran alami seperti :


• aliran di laut
• aliran di danau
• aliran sungai
adapun aliran buatan manusia seperti :
• Pipa air
• Saluran air
• Gorong-gorong
• Sungai Buatan atau kanal

B. Hidraulika Saluran Tertutup (Pipa)


Pipa pada saluran tertutup yang biasa berpenampang melingkar dan digunakan untuk
mengalirkan fluida dengan penampang penuh (Triatmodjo 1996:6). Ciri:
• Tidak mempunyai permukaan yang terhubung dengan atmosfer (permukaan udara),
kecuali saat penampang air tidak penuh didalam pipa maka ini bisa di sebut aliran
terbuka.
• Tidak memiliki permukaan bebas
• Volume air sama dengan dimensi pipa, tidak seperti pada aliran terbuka yang memiliki
H atau ketinggian terhadap volume penampang tampungannya

• Dipengaruhi oleh jenis yang mengalir didalam pipa salah satu contohnya adalah zat rill
yaitu berupa zat yang memiliki viskositas atau kekentalan tertentu.
• Viskositas adalah sifat zat cair yang menyebabkan terjadi tegangan geser pada waktu
gerak yang dipengaruhi oleh temperature
• Viskositas ini menjadikan ada dua jenis aliran saluran tertutup yaitu aliran laminar dan

Page | 115
turbulen

1. Hukum Newton tentang viskositas

Kekentalan zat cair menyebabkan terbentuknya gaya-gaya geser antara 2 (dua) elemen.
Keberadaan kekentalan ini menyebabkan terjadinya kehilangan energy selama
pengaliran atau diperlukan energy untuk menjaminnya adanya pengaliran.
Hukum Newton berbunyi “ Tegangan geser antara 2 (dua) partikel zat cair yang
berdampingan adalah sebanding dengan perbedaan kecepatan dari kedua partikel
(gradient kecepatan) seperti terlihat dari gambar berikut”:

Page | 116
2. Aliran Laminer dan turbulen
Aliran Laminer adalah aliran dimana zat atau partikel bergerak teratur pada lintasan
yang lurus, dengan keadaan viskositas yang tinggi dan kecepatan yang rendah.
Aliran turbulen adalah aliran dimana zat atau partikel bergerak tidak beraturan dengan
keadaan viskositas rendah namun kecepatan tinggi.

a.Laminar b. transisi c. turbulen

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentuka suatu aliran itu
berupa aliran turbulen atau alirna laminar, yaitu dengan:

Uji bilangan Reynold


Bilangan Reynold adalah perbandingan antara gaya inersia (Vsp) terhadap gaya viskositas
(μ/L) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi
aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentikasikan jenis aliran yang
berbeda, misalnya laminar dan turbulen.
• Pada saluran tetutup dalam pipa, aliran tersebut merupakan aliran laminer apabila
mempunyai bilangan Reynold kurang dari 500 (Re <500).

• saluran tetutup dalam pipa, aliran tersebut merupakan aliran turbulen apabila
mempunyai bilangan Reynold lebih dari 1000 (Re > 1000).

Uji kekasaran atau manning

Nilai kekasaran dinilai berdasarkan jenis material penampang saluran, kekasaran


tersebut nilainya akan mempengaruhi nilai kehilangan energy dari lapisan aliran laminar
yang teratur. Semakin kecilnilai manningnya maka akan semakin kecil nilai kehilangan
energinya. Berikut merupakan gambar dari jenis-jenis kekasaran manning yang

Page | 117
berpengaruh terhadap aliran laminar.

3. Kehilangan energy (head lose)


Kekentalan atau viskositas pada suatu aliran menyebabkan timbulnya tegangan geser
dan waktu bergerak. Yang mana tegangan geser ini akan mengubah sebagian energy
aliran menjadi bentuk energy lain seperti panas, suara dan sebagainya, pengubahan
bentuk eneergi tersebut menyebabkan terjadinya kehilangan energy. Secara umum, ada
dua jenis penyebab kehilangan energy

Kehilangan energy akibat gesekan (mayor losses)


Kehilangan energi diakibatkan oleh viskositas dan kekasaran ujung pipa dengan kondisi
dimensi pipa sama sehingga nilai kehilangan energy akan terjadi sama sepanjang pipa.

Kehilangan energy akibat perbedaan penampang (minor losses)


Kehilangan energy diakibatkan oleh perbesaran penampang (expansion), pengecilan
penampang (contraction), belokan atau tikungan. Hal ini menyebabkan adanya
tumbukan antar partikel zat cair sehingga mengubah kestabilan aliran laminar menjadi
aliran turbulen sehingga muncul olakan dan pusaran air.

Page | 118
Pembesaran pipa

Pengecilan pipa

4. Aliran melalui Pipa


Terdapat 3 jenis persamaan untuk mekanika fluida yang berkaitan dengan pengaliran
dalam pipa yaiitu:

Persamaan Kontinuitas
persamaan yang menghubungkan kecepatan fluida dalam dari satu tempat ke tempat
lain. Bahwa “Anggap suatu fluida masuk ke dalam sebuah pipa, massa yang masuk ke salah satu
ujung pipa harus sama dengan massa fluida yang keluar di ujung lainnya walaupun
memiliki diameter yang berbeda, atau dapat dikatakan bahwa massa yang masuk dan
massa yang ke luar adalah konstan.

Page | 119
Persamaan Momentum

Momentum adalah ukuran kesukaran untuk memberhentikan suatu benda yang sedang
bergerak. Makin sukar memberhentikan benda, makin besar momentumnya. Kesukaran
memberhentikan suatu benda bergantung pada massa dan kecepatan. partikel-partikel
aliran fluida mempunyai momentum akibat kecepatan aliran yang berubah baik dalam
besarannya maupun arahnya, maka momentum partikel pun akan berubah.

Persamaan Bernouli
Hukum Bernoulli menyatakan bahwa kenaikan kecepatan aliran fluida akan
menyebabkan penurunan tekanan fluida secara bersamaan atau penurunan energi
potensial fluida tersebut. Intinya adalah tekanan akan menurun jika kecepatan aliran
fluida meningkat.

Agar hukum Bernoulli dapat dipakai dan diterapkan, maka diperlukan asumsi -asumsi
yang mengenai fluida kerjanya, diantaranya adalah:

• Fluida tidak dapat dimampatkan (incompressible).

• Fluida tidak memiliki viskositas (inviscid).

• Aliran Fluida tidak berubah terhadap waktu (steady).

• Aliran fluida laminar (bersifat tetap, tidak ada pusaran).

• Tidak ada kehilangan energi akibat gesekan antara fluida dan dinding.

• Tidak ada kehilangan energi akibat turbulen.

Page | 120
• Tidak ada energi panas yang ditransfer pada fluida baik sebagai keuntungan ataupun
kerugian panas.

Persamaan Bernoulli berhubungan dengan tekanan, kecepatan, dan ketinggian dari dua
titik point (titik 1 dan titik 2) aliran fluida yang bermassa jenis . Persamaan ini berasal
dari keseimbangan energi mekanik (energi kinetik dan energi potensial) dan tekanan.

• Perhitungan gaya angkat (lift) pada sayap pesawat


• Perhitungan untuk mencari tekanan yang hilang pada aliran (pressure losses)
• Tabung pitot (pitot tube)
• Venturimeter
• Manometer
• Toricelli

C. Hidraulika Saluran Terbuka


Saluran terbuka berhubungan dengan permukaan atmosfer, dengan ciri:
• mempunyai permukaan yang terhubung dengan atmosfer (permukaan udara)
• memiliki permukaan bebas
• Volume air tidak sama dengan dimensi pipa memiliki nilai ketinggian air atau H

Page | 121
• Jenisnya :
Jenis aliran berdasarkan waktu pemantauan:
✓ Aliran Tunak ( Steady Flow)
✓ Aliran tak tunak (unsteady flow)

Jenis aliran berdasarkan ruang pemantauan yaitu :


✓ Aliran Seragam (uniform flow)
✓ Aliran berubah (varied flow)

Page | 122
• Aliran terbuka dapat terjadi pada bidang berikut:
1) Galian tanah dengan atau tanpa lapisan penahan,
2) Terbuat dari pipa, beton, batu, bata, atau material lainnya
3) Dapat berbentuk persegi, segitiga, trapezium, lingkaran, tapal kuda, atau tidak
beraturan
4) Baik alamiah maupun buatan manusia seperti pada gambar berikut:

• Apabila dalam sebuah fluida dalam saluran terbuka mempunyai nilai bilangan
reynold kurang dari 2000 (Re < 2000) maka aliran tersebut termasuk aliran
laminar
• Apabila dalam sebuah fluida dalam saluran terbuka mempunyai nilai bilangan
reynold lebih dari 4000 (Re > 4000) maka aliran tersebut termasuk aliran
turbulen.

1. Aliran Permanen (steady)


Steady flow atau aliran permanen atau tunak adalah jika kecepatan aliran pada suatu
titik tidak berubah terhadap waktu.
2. Tidak Permanen (unsteady)
UnSteady flow atau aliran tidak permanen atau tak tunak adalah jika kecepatan aliran
pada suatu titik tertentu berubah terhadap waktu

Page | 123
3. Aliran Seragam (uniform)
Jika kecepatan aliran pada suatu waktu tertentu tidak berubah sepanjang saluran yang
ditinjau, maka alirannya disebut aliran seragam (uniform flow). Dapat dihitung dengan
beberapa metode yaitu rumus chezy, rumus bazin, rumus Ganguilet-kutter dan rumus
manning, rumus strickler.
4. Aliran Berubah atau tidak seragam (varied flow)
Aliran pada saat tertentu berubah terhadap jarak, maka alirannya disebut aliran tidak
seragam atau aliran berubah (non uniform flow atau varied flow).
5. Aliran Berubah lambat laun (Gradually varied flow)
6. Aliran berubah tiba-tiba (rapidly varied flow)

Page | 124
7. Aliran Subkritis, Kritis, dan Superkritis
• Aliran Subkritis adalah suatu aliran yang apabila terdapat suatu gangguan seperti
batu yang dilempar sehingga menimbulkan gelombang yang menjalar kearah hulu,
hal ini dipengaruhi oleh aliran pada bagian hilir.
• Sedangkan aliran super kritis adalah apabila ternyata gangguan diatas terjadi namun
tidak menjalar kearah hulu melainkan terjadi di hulu dan mengalir kearah hilir.

• Aliran subkritis apabila Froude < 1 atau V < g.h 0.5


• Aliran kritis apabila Froude = 1 atau V = g.h 0.5
• Aliran superkritis apabila Froude > 1 atau V > g.h 0.5

Page | 125
BAB VIII MEKANIKA TANAH DAN PONDASI

A. Pengertian Mekanika Tanah


Istilah mekanika tanah diberikan oleh Karl von Terzaghi pada tahun 1925 melalui
bukunya “Erdbaumechanik auf bodenphysikalicher Grundlage” (Mekanika Tanah berdasar pada
Sifat-Sifat Dasar Fisik Tanah)

Pada kelanjutannya, ilmu ini digunakan untuk:


➢ Perencanaan pondasi
➢ Perencanaan perkerasan lapisan dasar jalan (pavement design)
➢ Perencanaan struktur di bawah tanah (terowongan, basement) dan dinding penahan
tanah)
➢ Perencanaan galian
➢ Perencanaan bendungan

Ilmu ini mempelajari sifat-sifat tanah melalui serangkaian percobaan laboratorium dan
percobaan di lapangan.

Percobaan di Lapangan
➢ Sondir
➢ Bor

Percobaan di Laboratorium

➢ Distribusi Butiran Tanah, untuk tanah berbutir besar digunakan Uji Ayak
➢ Berat Jenis Tanah (Specific Grafity)
➢ Kerapatan Tanah (Bulk Density) dengan menggunakan Piknometer.
➢ Kadar Air, Angka Pori dan Kejenuhan Tanah (Water Content, Pore Ratio and Saturation
Ratio)
➢ Permeabilitas
➢ Plastisitas Tanah, dengan menggunakan Atterberg Limit Test untuk mencari:
• Batas Cair dan Plastis,
• Batas Plastis dan Semi Padat,

Page | 126
• Batas Semi Padat dan Padat
➢ Konsolidasi
➢ Uji Kekuatan Geser Tanah, di laboratorium terdapat tiga percobaan untuk menentukan
kekuatan geser tanah, yaitu:
• Percobaan Geser Langsung
• Uji Pembebanan Satu Arah
• Uji Pembebanan Tiga Arah
• Uji Kemampatan dengan menggunakan Uji Proctor

B. Sifat Fisik Tanah


Sifat – sifat fisik dari tanah ini meliputi beberapa hal, berupa tekstur tanah, struktur,
konsistensi tanah, warna, suhu, lengas, permeabilitas tanah, porositas tanah dan juga
drainase tanah.

Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan perbandingan dari partikel debu, pasir, serta lempung dalam
suaut massa tanah. Tekstur tanah ini sangat mempengaruhi kemampuan tanah da lam hal
daya serap air, ketersediaan air dalam tanah, infiltrasi dan juga laju pergerakan air.

Page | 127
Struktur Tanah
struktur tanah adalah susunan atau pengikatan dari butir -butir tanah yang membentuk
agregat tanah dalam berbagai bentuk, ukuran serta kemantapannya. Di lahan yang berupa
rawa atau gurun, struktur tanah ini kurang atau tidak terbentuk dikarenakan butiran
tanahnya yang sifatnya tunggal atau tidak terikat satu sama lain.

Selain itu, struktur tanah ini juga bisa berubah dari struktur tanah aslinya dikarenakan
tindakan manusia. Misalnya saja, kegiatan para petani dalam melakukan pembajakan,
pemupukan, serta pengolahan tanah yang bisa mengubah struktur tanah aslinya.

Konsistensi Tanah
konsistensi tanah merupakan sifat fisik tanah yang menunjukkan besar kecilnya gaya kohesi
dan adhesi tanah pada berbagai kelembapan. Sederhananya, konsistensi tanah bisa
dipahami sebagai reaksi tanah ketika terdapat tekanan, seperti gejala gelincir, kegemburan,
keliatan dan juga kelekatan tanah.

Page | 128
Warna Tanah
Warna tanah merupakan suatu hal yang bisa menjadi petunjuk dari beberapa sifat tanah
lain. Penyebab umum dari adanya perbedaan warna permukaan tanah ini adalah karena
adanya perbedaan kandungan bahan organik dalam tanah. Semakin tinggi kandungan
bahan organik, maka tanah akan semakin gelap warnanya.

Suhu Tanah
Suhu tanah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan mikrobiologi
dan perkecambahan dari biji tanaman. Secara umum, semakin tinggi suhu suatu tanah
hingga mencapai batasan tertentu, maka semakin meningkat pula kegiatan mikrobiologi

Page | 129
dan perkecambahan yang bisa terjadi.

Langas Tanah
Langas tanah juga disebut sebagai kelembapan tanah. Langas tanah ini adalah kandungan
air yang mengisi sebagian atau seluruh pori -pori tanah yang terdapat di atas muka air
tanah. Air yang ada di pori -pori tanah dan merupakan air tanah, tidak termasuk dalam
lengas tanah ini. Pada dasarnya, seberapa pun keringnya tanah, di dalam tanah tersebut
selalu terkandung lengas tanah (soil moisture).

Page | 130
Permeabilitas Tanah

Permeambilitas tanah merupakan kecepatan air dalam merembes ke dalam tanah secara
horizontal dan vertikal melalui pori -pori tanah. Kecepatan perembesan air ini dipengaruhi
oleh tekstur tanah. Permeabilitas tanah juga diartikan sebagai kecepatan tanah dalam
meresapkan air dalam kondisi jenuh

Porositas Tanah
Porositas tanah merupakan perbandingan dari pori -pori dalam tanah terhadap volume
massa tanah. Porositas tanah ini dinyatakan dalam presentase. Untuk tanah yang mampu
dengan mudah atau cepat meresapkan air, maka tanah tersebut disebut tanah porous
karena memiliki rongga pori -pori yang diminan.
Tanah yang bersifat porous ini contohnya adalah tanah berpasir. Tanah yang tidak bersifat
porous contohnya tanah lempung.

Page | 131
Drainase Tanah
Drainase tanah adalah kemampuan tanah dalam mengalirkan serta mengatuskan
kelebihan air yang ada di dalam tanah atau di permukaan tanah. Tanah yang memiliki
drainase buruk akan menyebabkan air cenderung menggenang.
Untuk mengatasi hal ini, pada tanah tersebut perlu dibuat saluran air. Hal yang dapat
mempengaruhi terjadinya genangan air ini di antaranya adalah topografi tanah, air tanah
yang dangkal dan curah hujan.

C. Uji tanah di lapangan


A. Sondir
Pengujian sondir adalah suatu metode uji penekanan yang dilakukan untuk
menganalisa daya dukung tanah dan mengukur kedalaman lapisan tanah keras atau
pendukung yang biasa disebut tanah sondir. Dengan mengetahui kedalaman tanah keras
(sondir) yang akan dijadikan pijakan untuk tiang pancang atau pile maka kontraktor
dapat membuat desain pondasi yang sesuai dengan standart keamanan untuk
menyokong kolom bangunan.

Sehingga pondasi tetap kuat menahan beban bangunan yang ada di atasnya dan tidak
mengalami penurunan (settlement) karena dapat membahayakan keselamatan penghuni
dan kestabilan struktur bangunan. Uji sondir termasuk ke dalam pengujian tanah (soil
test). Banyak kasus kegagalan struktur karena kontur tanah yang labil akibat sebelum
pembangunan tidak dilakukan pengujian sondir, efeknya pondasi menjadi tidak stabil dan

Page | 132
bangunan menjadi ambruk. Dengan melakukan pengujian sondir maka kontraktor dapat
membuat desain pondasi yang aman dengan melihat karakteristik tanah yang akan
dijadikan tempat untuk membuat bangunan. Namun, untuk melakukan uji sondir ini
tentu saja dibutuhkan alat bantu.

B. Boring Test
Pemboran teknik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pelapisan tanah
(pengambilan coring), pengambilan contoh tanah (Undisturb Sample, UDS) dan
mengetahui parameter tanah dari hasil uji lapangan (seperti Standard Penetration Test,
SPT; uji lapangan lainnya). Tanah yang didapatkan dari pengambilan coring ditempatkan
dalam core box. Dibuat boring log secara visual yang dilengkapi dengan data dari uji
lapangan dan laboratorium. Kedalaman titik bor untuk penyelidikan pondasi jembatan
minimal 40 m. Apabila sampai kedalaman 40 m belum ditemukan tanah keras, maka
kedalaman titik bor ditambah sampai menemukan tanah keras.

Page | 133
D. Uji tanah di laboratorium
• Distribusi Butiran Tanah, untuk tanah berbutir besar digunakan Uji Ayak
Pemeriksaan ini dimaksudkan untk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat
halus dan kasar dengan menggunakan saringan.

Page | 134
• Berat Jenis Tanah (Specific Grafity)
Berat jenis (specific gravity) tanah adalah angka perbandingan antara berat isi butir
tanah dengan berat isi air suling pada volume yang sama dan suhu tertentu.
Berat jenis tanah sangat penting diketahui yang selanjutnya digunakan dalam
perhitungan - perhitungan mekanika tanah.

• Kerapatan Tanah (Bulk Density) dengan menggunakan Piknometer


Kepadatan tanah merupakan sebuah proses naiknya kerapatan tanah dengan
memperkecil jarak antar partikel sehingga terjadi reduksi volume udara : tidak terjadi
perubahan volume air yang cukup berarti pada tanah tersebut. Tingkat pemadatan
diukur dari berat volume kering tanah yang dipadatkan. Bila air ditambahkan pada
suatu tanah yang sedang dipadatkan air tersebut akan berfungsi sebagai unsur pelumas
pada partikel – partikel tanah. Karena adanya air, partikel – partikel tersebut akan lebih
mudah bergerak dan bergeseran satu sama lain dan membentukkedudukan yang lebih
rapat/padat.

• Kadar Air (water content)


Kadar air merupakan perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah

Page | 135
dengan berat butiran tanah kering yang dinyatakan dalam persen (%). Pengujian kadar
air dalam praktikum ini menggunakan standar ASTM D2216-92
• Angka Pori (Pore Ratio)
Untuk menentukan kadar air tanah pada batas keadaan plastis dan
keadaan semi padat (batas plastis) yang akan digunakan untuk menentukan jenis, sifat,
dan klasifikasi tanah.
• Kejenuhan Tanah (Saturation Ratio)
Tingkat kejenuhan air dan udara di dalam tanah dapat menentukan klasifikasi jenis
tanah.
• Plastisitas Tanah, dengan menggunakan Atterberg Limit Test
Atterberg Limit diciptakan oleh Albert Atterberg seorang kimiawan Swedia, yang
kemudian diperbaharui oleh Arthur Casagrande. Limit ini adalah Perhitungan dasar dari
tanah butir halus. Apabila tanah butir halus mengandung mineral lempung, maka tanah
tersebut dapat di remas- remas (remolded) tanpa menimbulkan retakan.

• Konsolidasi
Maksud uji konsolidasi adalah memberikan beban secara bertahap kepada tanah dan
mengukur perubahan volume (atau perubahan tinggi) contoh tanah terhadap waktu.
Tujuan dari uji konsolidasi adalah untuk menentukan sifat kemampatan tanah dan
karakteristik konsolidasinya yang merupakan fungsi dari permeabilitas tanah.

Page | 136
• Uji Kekuatan Geser Tanah (direct Shear test)
Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap
desakan atau tarikan. Dengan dasar pengertian ini, bila tanah mengalami pembebanan
akan ditahan oleh (Hardiyatmo, 2002) : 1.

Page | 137
• Uji Kemampatan dengan menggunakan Uji Proctor
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan
kepadatantanah dengan memadatkan tanah pada silinder ukuran tertentu dengan alat
penumbuk 2,5 Kgdan tinggi jatuh 50 cm.

E. Tanah yang cocok untuk pondasi


Berikut jenis-jenis tanah yang bagus dan cocok digunakan untuk proses pembuatan pondasi:
1. Tanah berpasir
Mempunyai partikel tanah yang berukuran besar, tanah ini terbentuk dari batuan-batuan
beku serta sedimen yang memiliki butiran besar dan kasar yang sering kita sebut dengan
krikil.
2. Tanah yang berbatu
Pondasi pada batu tidak perlu dikhawatirkan karena sifat batu yang keras dapat
mengikat dan menahan beban bangunan dengan baik. Namun pada batuan berkapur
yang terdapat lubang-lubang, stabilitas bangunan harus lebih diperhitungkan
lagi. Karena hal tersebut dapat membahayakan bangunan

3. Tanah Lanau
Tanah ini merupakan jenis tanah yang terdapat diperalihan antara pasir dan lempung.

Page | 138
Dalam kondisi alam, tanah jenis lanau ditemukan dalam kondisi longgar dan kurang
padat.
4. Tanah Timbunan
Tanah yang diangkut dari daerah lain ke lokasi pembangunan. Tanah yang akan dijadikan
dasar pondasi harus diperiksa terlebih dahulu kapasitas dukungnya.

F. Jenis-Jenis Pondasi
1. Pondasi tiang pancang
Jenis pondasi ini menggunakan beton sebagai bahan dasarnya yang kemudian
ditancapkan langsung ke tanah menggunakan mesin pemancang.

2. Pondasi Piers (Dinding Diafragma)


Pondasi piers adalah pondasi untuk meneruskan beban berat struktural yang dibuat
dengan cara melakukan penggalian dalam, kemudian struktur pondasi pier dipasangkan
kedalam galian tersebut

Page | 139
3. Pondasi Caissons (Bor Pile)
Pondasi bor pile dibangun di dalam permukaan tanah. Pondasi ini biasanya ditempatkan
sampai kedalaman yang dibutuhkan dengan cara membuat lobang. Biasanya
menggunakan sistem pengeboran atau pengerukan tanah
.

Page | 140
4. Pondasi Tapak
Pondasi ini biasanya digunakan untuk mendukung titik individual. Pondasi ini dapat
dibuat seperti bentuk lingkaran, persegi, ataupun persegi panjang. Pondasi ini biasanya
terdiri dari lapisan beton yang seragam

5. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang


Jenis pondasi ini biasanya digunakan untuk mendukung beban yang memanjang atau
beban garis. Pondasi ini biasanya dibuat untuk pondasi dinding yang dapat dibuat
berbentuk persegi, persegi panjang ataupun trapesium.

Page | 141
6. Pondasi Raft
Pondasi ini biasanya digunakan untuk menyebarkan beban dari struktur atas area
yang luas. Pondasi ini sering digunakan di tanah yang lunak dan atau longgar dengan
kapasitas daya tahan rendah.

7. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran dikenal juga dengan nama pondasi cyclop terutama karena bentuknya.
Sesuai namanya, pondasi yang dibentuk oleh pipa-pipa beton ini jenis pondasi ini
memiliki bentuk melingkar seperti sumur. Kemudian, pipa-pipa tersebut dicor di tempat
menggunakan bahan beton dengan tambahan belahan batu sebagai pengisinya. Ini
adalah salah satu jenis pondasi dalam yang menjadi peralihan antara pondasi dangkal
serta pondasi tiang.

Page | 142
BAB IX DRAINASE

A. Pengertian
Drainase tindakan teknis mengurangi kelebihan air (akibat air hujan, rembesan, maupun
kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan) agar fungsi kawasan tidak terganggu.
Membuang kelebihan air yang tidak diperlukan lagi ke dalam suatu sistem jaringan
pembuangan.
• Drainasi konvensional : membuang kelebihan air yang tidak digunakan /llimpasan air
hujan secepatnya dengan jalur sependek-pendeknya ke daerah hilir (sungai)
• Drainasi berwawasan lingkungan : membuang kelebihan air / limpasan air hujan dengan
cara meresapkannya ke dalam tanah, sehingga dapat digunakan sebagai recharge air
tanah.

Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain (Suripin, 2004) :
1) Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan dapat
difungsikan secara optimal.
2) Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek,
genangan air/banjir.
3) Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.

4) Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.

Page | 143
5) Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir.

6) Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari genangan
sehingga tidak menimbulkan dampak negative berupa kerusakan infrastruktur kota dan
harta benda milik masyarakat.
7) Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar tidak
membanjiri/menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda masyarakat juga
infrastruktur perkotaan.
8) Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik.
9) Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.

10) Mengeringkan daerah becek dan genangan air

11) Mengendalikan akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan

12) Mengendalikan erosi, kerusakan jalan dan bangunan-bangunan.

B. Jenis Drainase
Jenis drainasi berdasar sejarah terbentuknya :
a) Drainasi alamiah (natural drainage)
Air hujan mengalir di atas tanah (run-off) melalui elevasi yang lebih rendah selanjutnya
ke sungai. Air hujan masuk kedalam tanah (infiltrasi) yang daya resapnya baik. Drainasi
alamiah tidak memerlukan bangunan-bangunan, selokan, sehingga tidak memerlukan
biaya.

Page | 144
b) Drainasi buatan (artificial drainage)
Drainasi buatan memerlukan bangunan-bangunan khusus, sehingga biaya yang
diperlukan untuk membuat satu sistem drainasi cukup mahal.

Jenis drainasi menurut fungsinya :


a) Single purpose
yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya air hujan saja
atau jenis air buangan yang lainnya seperti limbah domestik, air limbah industri dan lain –
lain.

Page | 145
b) Multi purpose
yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik secara
bercampur maupun bergantian

Jenis drainasi menurut konstruksinya :


a) Saluran terbuka
Yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah yang
mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak
membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan.
Drainase saluran terbuka adalah sistem saluran yang permukaan airnya terpengaruh
dengan udara luar (atmosfir). Drainase saluran terbuka biasanya mempunyai luasan yang
cukup dan digunakan untuk mengalirkan air hujan atau air limbah yang tidak
membahayakan kesehatan lingkungan dan tidak mengganggu keindahan

b) Saluran tertutup
Saluran tertutup adalah saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran kotor
(air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di
kota/permukiman. Drainase sistem tertutup adalah sistem saluran yang permukaan
airnya tidak terpengaruh dengan udara luar (atmosfir). Saluran drainase tertutup sering
digunakan untuk mengalirkan air limbah atau air kotor yang menggangu kesehatan
lingkungan dan menggangu keindahan.

Page | 146
Jenis drainasi menurut letak salurannya :
a) Drainasi permukaan (surface drainage)
Drainase permukaan tanah (Surface Drainage) Drainase permukaan tanah
adalah saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi
mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open
channel flow.

b) Drainasi bawah permukaan (subsurface drainage)


Drainasi untuk lahan pertanian diperlukan sebagai upaya untuk meniadakan pengaruh-
pengaruh yang jelek terhadap tanaman, akibat adanya kelebihan air pada lahan tersebut.

Page | 147
c) Drainasi bawah permukaan (subsurface drainage)
Drainase Bawah Permukaan Tanah ( Subsurface Drainage) Saluran drainase yang
bertujuan mengalirkan air limasan permukaan melalui media dibawah permukaan tanah
(pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu.

saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di
bawah permukaan tanah (pipa-pipa)

1) Beberapa alasan penggunaan subsurface drainage : Tuntutan artistik Tuntutan fungsi


permukaan tanah
2) Drainase bawah permukaan digunakan pada : Tanah yang drainasinya jelek Kedalaman
air tanah (ground water table) tinggi
3) Manfaat penggunaan sub surface drainage : membuang air bebas yang tidak
diperlukan oleh tanaman dan menaikkan volume air tanah menaikkan sirkulasi udara
meningkatkan aktivitas bakteri dalam tanah memperbaiki struktur tanah
meningkatkan kapasitas mengikat air

d) Drainasi Pasang surut


• Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan
air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik
menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan.

Page | 148
• Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang
rendah.

• Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang
surut (tidal range).
• Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak
atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12
jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.

C. Tata Letak Drainase


1. Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang (sekunder)
yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan kota, saluran-
saluran akan dapat menyesuaikan diri.

2. Grid Iron

Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran-saluran cabang
dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan

Page | 149
3. Alamiah

Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.

4. Radial

Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.

Page | 150
BAB X PLTA

A. Pengertian
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah salah satu pembangkit yang memanfaatkan
aliran air untuk diubah menjadi energi listrik. Energi listrik yang dibangkitkan ini biasa
disebut sebagai hidroelektrik. Pembangkit listrik ini bekerja dengan cara merubah energi air
yang mengalir (dari bendungan atau air terjun) menjadi energi mekanik (dengan bantuan
turbin air) dan dari energi mekanik menjadi energi listrik (dengan bantuan generator) .
Kemudian energi listrik tersebut dialirkan melalui jaringan-jaringan yang telah dibuat,
hingga akhirnya energi listrik tersebut sampai ke rumah-rumah.

B. Bagian-Bagian dari PLTA


1. Waduk (Reservoir)

Waduk atau reservoir adalah danau alam atau buatan atau kolam penyimpanan air yang
ukurannya sangat besar. Waduk merupakan hasil atau output yang terjadi akibat
dibangunannya bendungan. Umumnya, waduk dibuat dengan jalan membendung aliran
sungai. Manfaat waduk digunakan untuk menampung kelebihan air saat terjadi
peningkatan volume air pada musim penghujan sehingga dapat dimanfaatkan saat

Page | 151
musim kemarau tiba. Sumber air waduk utamanya berasal dari aliran sungai, yang
ditambah air hujan yang langsung menghujani waduk itu sendiri. Air yang ditampung ke
dalam waduk dapat dipakai untuk kebutuhan manusia, seperti untuk air minum, irigasi,
pembangkit listrik, budidaya perikanan, bahkan pariwisata. Berikut penjelasan fungsi
waduk:

• Sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA), berupa aliran air inflow yang masuk
melewati saluran berupa pipa yang disebut pen stock yang dialirkan ke bagian
turbin kemudian dikonversi menjadi energi listrik untuk transmisi.

▪ Sebagai sumber air untuk keperluan pertanian. Dengan adanya bendungan, sistem
persediaan air di waduk dapat terjaga untuk kebutuhan irigasi saat musim kemarau
tiba, sehingga hasil tani dapat terus melimpah.
▪ Sebagai sumber air bersih untuk masyarakat. Air dari waduk dapat diolah kembali
menjadi air minum, mandi, memasak, dan keperluan lainnya. Selain memanfaatkan
dari sumber mata air, air waduk dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan tersebut.
Biasanya, perusahaan dagang air minum (PDAM) bekerjasama dengan manajemen
pengelola waduk untuk proses pengolahan air tersebut.
▪ Sebagai sumber mata pencaharian bagi petani tambah di sekitar waduk. Petani dapat
mengembangbiakkan varietas tambak seperti udang dan lele.
▪ Sebagai tempat rekreasi alam dan wisata air. Warga dapat memanfaatkannya dengan
berdagang atau membuka usaha di daerah sekitar waduk. Hal ini tentu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang merasakan manfaat dari keberadaan waduk.

Secara garis besar, perbedaan waduk dan bendungan dapat diambil kesimpulan
bahwa konstruksi bangunan bendungan akan membuat waduk atau reservoir air. Artinya
jika ada bendungan, pasti terdapat waduk. Namun, waduk bisa saja terbentuk tanpa
bendungan, berarti waduk tersebut merupakan danau yang terbentuk secara alami.
Dalam perbedaan fungsi, bendungan digunakan untuk mencegah terjadinya bencana
alam akibat air. Sedangkan waduk digunakan untuk memberikan manfaat air bagi
kehidupan manusia.

Page | 152
Dalam hal ini waduk memiliki beberapa level muka air dalam tampungannya, sebagai
berikut:
• Tampungan Banjir waduk
Tampungan banjir adalah ketika muka air pada tampungan waduk mencapai batas
hamper mendekati mercu dan mulut saluran pelimpah atau spillway, untuk
menghindari over topping atau air mengalir lewat atas bendungan yang dapat
menyebabkan keruntuhan tubuh bendung, maka lebeihan air di alirkan melalui
spillway tersebut menuju hilir.

• Tampungan efektif waduk


Tampungan efektif adalah tampungan waduk dengan elevasi muka air normal dengan
debit andalan tertntu sehingga air dalam waduk tersebut dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan air irigasi maupun pembangkit listrik (PLTA).

• Tampungan mati waduk


Tampungan mati adalah tampungan yang berada di bawah saluran pengambilan
(intake) yang kelamaan akan terimsi oleh material yang terbawa dari hulu seperti
batuan dan pasir. Apa bila tampungan ini penuh maka usia bendungannya telah usai,
atau bendungannya telah mati. Oleh karena ini saat elevasi muka air di level banjir

Page | 153
maka sejumlah air harus di gelontorkan untuk mengurangi jumlah sedimen dari
tampungan ini.

2. Saluran Pengambilan (Intake)


Saluran pengambilan atau intake ini berada diatas tampungan mati dan ada di dalam
tampungan efektif bendungan. Yang fungsinya adalah mengambil sejumlah air dengan
debit tertentu yang selanjutnya akan dialirkan ke saluran pembawa kemudian meuju
rumah turbin untuk membangkitkan listrik. Saluran ini terdiri dari pintu air dan saringan
trashrack.

3. Pintu air (gate control)


Pintu air ini merupakan bagian dari saluran pengambilan atau intake fungsinya dalah
mengatur debit yang akan dialirkan dan menghalagi sampah untuk masuk, serta
menahan air jika bendungan atau bangunan PLTA dalam kondisi maintenance.

4. Kantong Lumpur (Sandtrap)


Selain terdapat trashrak untuk menahan sampah dan batuan yang akan masuk melalui
intake maka diperlukan kantong lumpur untuk menahan fraksi sedimen halus.

Page | 154
Kantong Lumpur / saluran penangkap pasir merupakan perbesaran dari potongan
melintang saluran sampai panjang tertentu untuk mengurangi kecepatan aliran sehingga
memungkinkan partikel-partikel / sedimen untuk mengendap.
Bangunan ini terletak pada bagian awal saluran primer / saluran induk dibelakang
bangunan pengambilan. Kantong Lumpur mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih
besar dari fraksi pasir halus (0,06 – 0,07 mm) dan biasanya ditempatkan disebelah hilir
saluran pengambilan.

5. Saluran pembawa (headrace tunnel/ open chanel)


Saluran pembawa ini fungsinya adalah membawa aliran yang telah di bawa dari intake
dan kantong lumpur menuju bak penenang. Ini dimungkinkan karena lokasi poin jatuh air
menuju rumah pompa jauh dari bukit letak intake bendungan. Ada yang berbentuk open
channel ada yang berbentuk terbuka. Saluran yang tertutup dimaksudkan agar tidak ada
sampah yang masuk kedalam saluran.
Beberapa jenis PLTa tidak menggunakan bangunans aluran pembawa ini melainkan
langsung ke bak penenang atau pun langsung ke penstock hal ini akan di bahas
selanjutnya di sub bab jenis-jenis PLTA.

Page | 155
6. Bak penampung/penenang (forebay)
Bak penenang (Forebay). Bak penenang berada di ujung saluran pembawa yang berfungsi
untuk mencegah turbulensi air sebelum diterjunkan melalui pipa pesat. Pipa Pesat
(Penstock). Cacatan bak penampung bisa di bangun jika lokasi diatas pipa pesat atau
penstock memiliki lahan berlebih atau cukup untuk membuat sebuah bak terbuka yang
mampu meredam gejolak air.

7. Tangki penampung (Head tank)


Head tank memiliki fungsi yang sama dengan bak penenang atau penampung hanya saja,
penggunaan headtank sebagai alternative untuk meredam energy hidraulika jika lahan
yang ada tidak memungkinkan dibangunnya bak penenang karna sempit.

Page | 156
8. Pelimpah (Spillway)
Pelimpah ini digunakan pada bak penenang jika air yang ditampung bak penenang
berlebihan karena kecepatan aliran yang tidak seimbang antara debit yang dibawa oleh
saluran pembawa dengan debit yang ditampung pada bak penenang maka kelebihan air
dialirkan ke sungai dihilir langsung.

9. Pipa pesat (Penstock)


Pipa pesat (penstock) adalah pipa yang yang berfungsi untuk mengalirkan air dari kolam
penenang (forebay) menuju turbin air.

Page | 157
10. Rumah mah turbin (Power house)
Pada rumah pembangkit ini terdapat turbin, generator dan peralatan lainnya. Bangunan
ini menyerupai rumah dan diberi atap untuk melindungi peralatan dari hujan dan
gangguan- gangguan lainnya. Terdapat turbin dan generator.
Turbin berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi mekanik. Air akan
memukul sudu-sudu dari turbin sehingga turbin berputar. Perputaran turbin ini
dihubungkan ke generator. Turbin terdiri dari berbagai jenis seperti turbin Francis,
Kaplan, Pelton, dan lain-lain. Generator dihubungkan ke turbin dengan bantuan poros
dan gearbox, memanfaatkan perputaran turbin untuk memutar kumparan magnet di
dalam generator sehingga terjadi pergerakan elektron yang membangkitkan arus AC.
Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron.
Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yang digunakan untuk
mengubah daya mekanik menjadi daya listrik. Generator sinkron dapat berupa generator
sinkron tiga fasa atau generator sinkron AC satu fasa tergantung dari kebutuhan.

Page | 158
11. Saluran pembuangan (tailrace)
Saluran pembuang berfungsi untuk mengalirkan air keluar setelah memutar turbin.

12. Transmission system

Jaringan distribusi terdiri dari kawat penghantar, tiang, isolator, dan transformator.
Jaringan tersebut dapat menggunakan kawat penghantar berbahan aluminium atau
bahan campuran lain. Pada jaringan distribusi tegangan rendah biasanya digunakan
kawat penghantar berisolasi. Tiang pada saluran distribusi dapat berupa tiang baja,
beton atau kayu. Isolator digunakan untuk memisahkan bagian-bagian yang aktif atau
bertegangan jika penghantar yang digunakan merupakan konduktor tanpa isolasi.

C. Jenis-jenis PLTA
Berdasarkan output yang dihasilkan, pembangkit listrik tenaga air dibedakan atas:
a. Large-hydro : lebih dari 100 MW
b. Medium-hydro : antara 15-100 MW
c. Small-hydro : antara 1-15 MW
d. Mini-hydro : Daya diatas 100 kW, tetapi dibawah 1 MW
e. Micro-hydro : antara 5kW-100kW

Page | 159
f. Pico-hydro : daya yang dikeluarkan 5kW

Berdasarkan Tinggi Terjun PLTA


a. PLTA jenis terusan air (water way)
Pusat listrik yang mempunyai tempat ambil air (intake) di hulu sungai dan mengalirkan
air ke hilir melalui terusan air dengan kemiringan (gradient) yang agak kecil.Tenaga
listrik dibangkitkan dengan cara memanfaatkan tinggi terjun dan kemiringan sungai.
b. PLTA jenis DAM / bendungan
Pembangkit listrik dengan bendungan yang melintang disungai, pembuatan bendungan
ini dimaksudkan untuk menaikkan permukaan air dibagian hulu sungai guna
membangkitkanenergy potensial yang lebih besar sebagai pembangkit listrik.

c. PLTA jenis terusan dan DAM (campuran)


Pusat listrik yang menggunakan gabungan dari dua jenis sebelumnya, jadi energi
potensial yang diperoleh dari bendungan dan terusan.

PLTA Berdasarkan Aliran Sungai

a. PLTA jenis aliran sungai langsung (run of river)


Banyak dipakai dalam PLTA saluran air / terusan, jenis ini membangkitkan listrik dengan
memanfaatkan aliran sungai itu sendiri secara alamiah tanpa menggunakan waduk dan
bendungan.

Page | 160
b. PLTA dengan kolam pengatur (regulatoring pond)
Mengatur aliran sungai setiap hari atau setiap minggu dengan menggunakan kolam
pengatur yang dibangun melintang sungai dan membangkitkan listrik sesuai dengan
beban. Disamping itu juga dibangun kolam pengatur di hilir untuk dipakai pada waktu
beban puncak (peaking power plant) dengan suatu waduk yang mempunyai kapasitas
besar yang akan mengatur perubahan air pada waktu beban puncak sehingga energy
yang dihasilkan lebih maksimal.

c. PLTA jenis waduk


Dibuat dengan cara membangun suatu waduk yang melintang sungai, sehingga
berbentuk seperti danau buatan, atau dapat dibuat dari danau asli sebagai penampung
air hujan sebagai cadangan untuk musim kemarau

Page | 161
d. PLTA jenis pompa (pumped storage)
PLTA yang memanfaatkan tenaga listrik yang berlebihan ketika musim hujan atau pada
saat pemakaian tenaga listrik berkurang saat tengah malam, pada waktu ini seabgian
turbin berfungsi sebagai pompa untuk memompa air yang di hilir ke hulu, jaman dulu
pembangkit ini memanfaatkan kembali air yang dipakai saat beban puncak dan dipompa
ke atas lagi saat beban puncak terlewati.

D. Syarat Konstruksi PLTA


Berikut merupakan syarat-syarat yang perlu terpenuhi untuk dibangunnya sebuah
pembangkit listrik tenaga air:
• Pemilihan lokasi yang layak secara teknis dan ekonomis terkait dengan )Kemudahan
akses agar mempermudah pada saat konstruksi)
• Lokasi PLTA yang terlalu terpencil akan mempersulit pengangkutan bahan material
konstruksi dan turbin serta generator ke lokasi sehingga membuat costnya menjadi
mahal.
• Kapasitas yang dihasilkan (terkait dengan beda tinggi antara intake dengan lokasi power
house, serta besaran debit anadalan di sungai tersebut)
• Lokasi kebutuhan listrik yang akan dilayani (mengecek gardu induk dilokasi apakah
sudah tersedia dan berapa kapasitas kebutuhan maksimum di power plantnya, dan juga
berapa penduduk di sekitar area plta. Karena listrik dari PLTA tidak dapat disimpan

Page | 162
melainkan harus langsung dipakai, maka besarnya jumlah penduduk yang akan dilayani
sekitar lokasi menjadi sangat penting)
• Hal hal teknis lainnya, spt :
(Keadaan aliran, geografis, geologis, hubungan supply dan demand, biaya, benefit,
hubungan dengan pengembangan sungai secara keseluruhan, dll) ini terkait dengan
konstruksi bendungannya.

E. Turbin dan Generator


Turbin adalah suatu mesin rotari yang berfungsi untuk mengubah energi dari aliran fluida
menjadi energigerak yang bermanfaat.Mesin turbin yang paling sederhana terdiri dari sebuah
bagian yang berputar disebut rotor, yang terdiri atas sebuah poros/shaft dengan sudu-sudu
atau blade yang terpasang disekelilingnya. Rotor tersebut berputar akibat dari tumbukan
aliran fluida atau berputar sebagai reaksi dari aliran fluida tersebut. Oleh karena itulah turbin
terbagi atas 2 jenis, yaitu turbin impuls dan turbin reaksi. Rotor pada turbin impuls berputar
akibat tumbukan fluida bertekanan yang diarahkan oleh nozzle kepada rotor tersebut,
sedangkan rotor turbin reaksi berputar akibat dari tekanan fluida itu sendiri yang keluar dari
ujung sudu melalui nozzle.
1. Turbin Impulse
Turbin Impulse umumnya menggunakan kecepatan dari air untuk menggerakkan runner
dan dilepaskan pada tekanan atmosfir. Aliran air menyemprot setiap piringan pada
runner. Tidak ada bagian yang menghisap dibawah turbin dan air mengalir kebawah
rumah turbin setelah mengenai runner. Turbin Impulse umumnya cocok untuk yang
memiliki head tinggi dan volume air rendah.
a. Turbin Pelton
Turbin ini memiliki satu atau beberapa jet penyemprot air untuk memutar
piringan.Tak seperti turbin jenis reaksi, turbin ini tidak memerlukan tabung
diffuser.

b. Turbin Cross Flow


Pada turbin ini, air mengalir secara melintang atau memotong blade turbin, Turbin

Page | 163
Cross Flow didesain untuk mengakomodasi debit air yang lebih besar dan head
yang lebih rendah dibanding Pelton. Ketinggiannya kurang dari 200 meter.
2. Turbin Reaksi
Turbin reaksi menghasilkan daya darri kobinasi tekanan dan pergerakan air. Runner di
letakkan langsung pada aliran arus. Turbin reaksi biasanya digunakan untuk lokasi PLTA
yang memiliki ketinggian lebih rendah dan debit yang lebih besar dibandingkan dengan
turbin Impulse.
a. Turbin Propeller
Turbin propeller pada umumnya memiliki runner dengan 3 sampai dengan 6 blade,
dimana air mengenai semua blade secara konstan. Pitch dari blade dapat fix
atau diadjust. Ada beberapa macam turbin propeller yaitu : turbin bulb, turbin
straflo, turbin tube dan turbin kaplan.
b. Turbin Francis
Turbin Francis memiliki runner dengan baling-baling tetap, biasanya jumlahnya 9
atau lebih. Air dimasukkan tepat diatas runner dan mengelilinginya dan jatuh
melalui runner dan memutarnya. Selain Runner komponen lainnya adalah scroll
case, wicket gate dan draft tube.
c. Turbin Kinetic
Turbin Kinetic disebut juga sebagai turbin aliran bebas, menghasilkan listrik dari
energi kinetik di dalam air yang mengalir, alih-alih dari energi potensial dari
ketinggian. Sistem dapat beroperasi di sungai, saluran buatan manusia, air pasang
surut, atau arus laut. Sistem Kinetic memanfaatkan jalur alami aliran air.

Generator adalah sumber tegangan listrik yang diperoleh melalui perubahan energi mekanik
menjadi energi listrik. Generator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik, yaitu
dengan memutar suatu kumparan dalam medan magnet sehingga timbul GGL (Gaya Gerak
Listrik) induksi.

Page | 164

Anda mungkin juga menyukai