Anda di halaman 1dari 174

TESIS

ANALISIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR


DAS TUKAD SABA DENGAN DIBANGUNNYA
WADUK TITAB DI KABUPATEN BULELENG

SITI NUR INDAH SARI

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
TESIS

ANALISIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR


DAS TUKAD SABA DENGAN DIBANGUNNYA
WADUK TITAB DI KABUPATEN BULELENG

SITI NUR INDAH SARI


NIM: 1591561045

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
ANALISIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR
DAS TUKAD SABA DENGAN DIBANGUNNYA
WADUK TITAB DI KABUPATEN BULELENG

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister


pada Program Studi Magister Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Universitas Udayana

SITI NUR INDAH SARI


NIM: 1591561045

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
Lembar Persetujuan Pembimbing

USULAN PENELITIAN INI TELAH DISETUJUI


PADA TANGGAL 31 JANUARI 2019

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Ir. I Nyoman Norken, SU, PhD Dr. Mawiti Infantri Yekti, ST, MT
NIP. 19530819 198003 1 004 NIP. 19721012 199903 2 003

Mengetahui,

Koordinator Program Studi Magister Teknik Sipil


Fakultas Teknik
Universitas Udayana

Prof. Putu Alit Suthanaya, ST, M.Eng.Sc, PhD


NIP. 19690805 199503 1 001
Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI


TANGGAL 31 JANUARI 2019

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Ir. I Nyoman Norken, SU, Ph.D Dr. Mawiti Infantri Yekti, ST, MT
NIP. 19530819 198003 1 004 NIP. 19721012 199903 2 003

Mengetahui,

Koordinator Program Studi Magister Teknik Sipil Dekan


Fakultas Teknik Fakultas Teknik
Universitas Udayana Universitas Udayana

Prof. Putu Alit Suthanaya, ST, M.Eng.Sc, PhD Prof. Ir. Ngakan Putu Gede Suardana, MT, PhD
NIP. 19690805 199503 1 001 NIP. 19640917 198903 1 002
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

Tesis ini Telah Diuji pada


Tanggal 31 Januari 2019

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan Surat Tugas Rektor Universitas Udayana,


No. : 8207/UN.14.2.5/EP/2019, Tanggal 31 Januari 2019

Ketua : Prof. Ir. I Gusti Bagus Sila Dharma, MT, PhD

Anggota :
1. Prof. Ir. I Nyoman Norken, SU, PhD
2. Dr. Mawiti Infantri Yekti, ST, MT
3. Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA
4. Gede Pringgana, ST, MT
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

NAMA : SITI NUR INDAH SARI


NIM : 1591561945
PROGRAM STUDI : TEKNIK SIPIL KONSENTRASI TEKNIK DAN
MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR
JUDUL TESIS : ANALISIS PENGEMBANGAN SUMBBER DAYA AIR
DAS TUKAD SABA DENGAN DIBANGUNNYA
WADUK TITAB DI KABUPATEN BULELENG

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di
kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam tesis ini, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan
Perundang – undangan yang berlaku.

Denpasar, 31 Januari 2019

(Siti Nur Indah Sari)


UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur atas Kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa, berkat rahmat dan ijin-Nya Tesis dengan judul Analisis Pengembangan
Sumber Daya Air DAS Tukad Saba Dengan Dibangunnya Waduk Titab ini telah
selesai sebagaimana mestinya.
Banyak proses telah dilalui selama penelitian ini, ada banyak bantuan yang
datang baik dalam bentuk saran, nasihat, dan dorongan baik secara lisan maupun
materi. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada orang-orang yang terlibat, terutama kepada Prof. Ir. I Nyoman
Norken, SU, PhD selaku pembimbing I yang dengan sabar dan penuh perhatian
dalam memberikan saran, masukan dan arahan kepada penulis. Terima kasih pula
kepada Dr. Mawiti Infantri Yekti, ST, MT selaku pembimbing II yang selalu
mengarahkan dalam proses mempelajari RIBASIM khususnya dan dengan penuh
kesabaran serta perhatian memberi bimbingan dan nasihat kepada penulis.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen penguji Prof. Ir. I
Gusti Bagus Sila Dharma, MT, PhD, Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA,
dan Gede Pringgana, ST, MT yang telah memberi saran, nasihat serta arahan
selama proses ujian berlangsung dengan memberi masukan-masukan yang
membangun. Terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada Wil N.M. van
der Krogt yang dengan sabar memberi bimbingan langsung mengenai program
RIBASIM sehingga penulis mendapatkan pemahaman lebih detail.
Rasa terima kasih tidak lupa pula diucapkan kepada instansi pemerintah
dan swasta yang telah membantu dalam perolehan data, khususnya Dr. Tjok
Bagus Purnawarman selaku kepala Balai Wilayah Sungai bagian perencanaan
yang mengijinkan penulis untuk wawancara dan memohon data, para staff
Hidrologi, Operasional dan Perencanaan Sungai Balai Wilayah Sungai Bali-
Penida yang tidak dapat disebutkan satu-satu, Kepala Balai Besar Meteriologi,
Klimatologi, dan Geofisika Wilayah III Denpasar dan staff, Bapak Reda dari PT.
Indra Karya, dan teman-teman di konsultan yang membantu dalam perolehan
data.
Ucapan yang sama diberikan kepada orang tua yang selalu memberi
dukungan baik doa maupun materi, kepada Bapak Agung dan Mahfud dari
konsultan air CV. Wahana Karya yang membantu penulis dalam memahami
pengolahan data hidrologi. Terima kasih pula kepada staff Magister Teknik di
Universitas Udayana Bapak Ida Bagus Jelada dan Bapak Wayan yang membantu
dalam proses administrasi, terima kasih kepada teman-teman dan sahabat yang
tidak bisa disebutkan satu-satu.
Ucapan terima kasih ini adalah bentuk penghormatan penulis yang
sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan laporan penelitian in, sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

i
Semoga berkah Tuhan melimpahi semua pihak-pihak yang telah berkontribusi
dalam proses penelitian ini.

Denpasar, 31 Januari 2019

Penulis

ii
ANALISIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DAS TUKAD SABA
DENGAN DIBANGUNNYA WADUK TITAB DI KABUPATEN
BULELENG

ABSTRAK

DAS Saba merupakan salah satu DAS di Bali yang memiliki luas 69,54
2
km dan panjang pengaliran 36 km. Sumber-sumber air permukaan yang tersedia
bagi daerah Buleleng dan sekitarnya sebagian besar berasal dari DAS Saba yang
telah dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan kegiatan non-pertanian. Daerah
pengaliran sungai tersebut juga merupakan daerah perbukitan, hal ini
mengakibatkan air hujan secara cepat akan mengalir menjadi aliran permukaan
(surface runoff), yang kemudian mengalir menuju sungai menjadi banjir yang
datang secara cepat dan surut secara cepat pula
Sehingga untuk memantapkan program pembangunan secara terpadu dan
menjaga kelestarian sumber daya air serta lingkungannya dibangun Waduk Titab.
Waduk Titab berfungsi sebagai penyedian air irigasi untuk daerah Saba seluas
1.396,40 ha dan Puluran seluas 398,42 ha, penyediaan air baku untuk Kecamatan
Seririt, Banjar Busungbiu, sebanyak 0,35 m3/dt dan untuk pembangkit tenaga
listrik dengan kapasitas terpasang 2 x 0,75 MW.
Penelitian ini diawali dengan pencarian data baik sekunder maupun
primer. Dari data tersebut, dihitung jumlah kebutuhan irigasi berdasarkan debit
andalan dengan menggunakan data debit terukur DAS Saba hilir. Data air baku
dan PLTA menggunakan data eksisting perencanaan. Langkah selanjutnya adalah
melakukan simulasi dengan bantuan software RIBASIM.
Kebutuhan irigasi pada skenario 1 dengan kondisi sebelum dibangun
waduk Titab tidak memenuhi kebutuhan irigasi di DI Saba dan DI Puluran.
Sedangkan pada skenario 2 dengan kondisi setelah dibangun waduk Titab
didapatkan tingkat keandalan waduk sebesar 83,33%. Hasil simulasi pada
skenario 3 dengan kondisi setelah dibangun waduk Titab didapatkan tingkat
keandalan waduk yang didapat adalah 82,22%. Sedangkan pada skenario 3
dengan kondisi setelah dibangun waduk Titab didapatkan tingkat keandalan
waduk 58,54%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa skenario yang optimum adalah
skenario 2 yaitu pada kondisi setelah dibangun waduk Titab dan hanya
dimanfaatkan untuk mengairi kebutuhan irigasi.

Kata kunci: Waduk Titab, DAS Saba, debit andalan, kebutuhan air irigasi,
kebutuhan air baku, PLTA, RIBASIM

iii
ANALYSIS OF TUKAD SABA WATERSHED RESOURCES
DEVELOPMENT WITH THE BUILDING OF TITAB RESERVOIRS IN
BULELENG DISTRICT
ABSTRACT

The Saba is one of the river basin in Bali which has an area of 69.54 km2
and a length of drainage of 36 km. The sources of surface water available to the
Buleleng and surrounding areas are mostly from the Saba river basin which has
been used to irrigate rice fields and non-agricultural activities. The river drainage
area is also a hilly area, this causes rainwater to quickly flow into surface runoff
(surface runoff), which then flows towards the river into floods that come quickly
and ebb quickly as well.
So that to strengthen the development program in an integrated manner and
maintain the sustainability of water resources and the environment, the Titab
Reservoir was built. The Titab Reservoir serves as the supply of irrigation water
for the Saba area of 1,396.40 ha and Puluran covering an area of 398.42 ha, the
water supply for Seririt District, Banjar Busungbiu, as much as 0.35 m3/s and for
power plants with an installed capacity of 2 x 0.75 MW.
This research begins with the search for both secondary and primary data.
From these data, calculated the amount of irrigation needs based on the mainstay
debit using the measured debit data of the downstream Saba watershed. Raw
water data and hydropower use existing planning data. The next step is to do a
simulation with the help of RIBASIM software.
Irrigation needs in scenario 1 with conditions prior to construction of the
Titab reservoir do not meet the irrigation needs of DI Saba and are pulped.
Whereas in scenario 2 with the conditions after the Titab reservoir was built, the
reservoir reliability level was 83.33%. The simulation results in scenario 3 with
the conditions after the Titab reservoir were built have found that the reliability of
the reservoir obtained is 82.22%. Whereas in scenario 3 with the conditions after
the Titab reservoir was built the reservoir reliability level was 58.54%.
These results indicate that the optimum scenario is scenario 2, which is the
condition after the Titab reservoir was built and is only used to irrigate irrigation
needs.

Keywords: Titab Reservoir, Saba watershed, mainstay discharge, irrigation water


needs, raw water needs, hydropower, RIBASIM

iv
DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... i


ABSTRAK ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
1.5 Batasan Masalah ............................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Daerah Aliran Sungai ........................................................................ 6
2.2 Waduk atau Bendungan ..................................................................... 7
2.3 Neraca Air di Waduk ........................................................................ 9
2.4 Pengembangan Sumber Daya Air ...................................................... 10
2.5 Ketersediaan Air ................................................................................ 11
2.6 Kebutuhan Air .................................................................................... 13
2.6.1 Kebutuhan Air Irigasi .......................................................... 13
2.6.2 Kebutuhan Air Non-irigasi .................................................. 22
2.6.3 Kebutuhan Power dan Energi .............................................. 25
2.7 Decision Support System River Basin Simulation Model
(DSS-RIBASIM)................................................................................ 28
2.7.1 Pengenalan RIBASIM ......................................................... 29
2.7.2 Komponen Model ................................................................ 30
2.7.3 Pemodelan Simulasi Neraca Air .......................................... 32
2.7.4 Menggunakan DSS-RIBASIM ............................................ 33

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN


3.1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 50
3.2 Konsep Penelitian .............................................................................. 51

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Rancangan Penelitian ......................................................................... 53
4.2 Lokasi DAS Saba dan Waduk Titab .................................................. 53
4.3 Waktu Penelitian ................................................................................ 54
4.4 Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 54
4.5 Penentuan Sumber Data ..................................................................... 55
4.5.1 Data Sekunder ...................................................................... 55
2.5.2 Data Primer .......................................................................... 58
4.6 Prosedur Peneitian ............................................................................. 58
v
4.7 Analisis Data ...................................................................................... 61

BAB V HASIL PENELITIAN


5.1 Kondisi DAS Saba ............................................................................. 62
5.2 Analisis Data Hidrologi ..................................................................... 64
5.2.1 Debit Andalan ...................................................................... 64
5.2.2 Curah Hujan Efektif ............................................................. 67
5.2.3 Evapotranspirasi .................................................................. 70
5.2.4 Menghitung Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan
(KAPLH) ............................................................................. 74
5.2.5 Menghitung Kebutuhan Air Irigasi ...................................... 76
5.3 Kebutuhan Air Baku .......................................................................... 79
5.4 Kebutuhan PLTA ............................................................................... 80
5.5 Hubungan Elevasi/Penyimpanan/Luas Genangan Waduk Titab ............... 82
5.6 Analisis dengan Software RIBASIM 7.01.21 .................................... 83
5.7 Hasil Simulasi Waduk Titab dengan Program RIBASIM ................. 87
5.7.1 Hasil Simulasi Skenario 1 .................................................... 87
5.7.2 Hasil Simulasi Skenario 2 .................................................... 90
5.7.3 Hasil Simulasi Skenario 3 .................................................... 94
5.7.4 Hasil Simulasi Skenario 4 .................................................... 100
5.7.5 Ringkasan Hasil Simulasi .................................................... 105
5.7.6 Verifikasi Model RIBASIM 7.01.21 ................................... 106

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 108
6.2 Saran .................................................................................................. 109

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 110


LAMPIRAN A ................................................................................................. 112
LAMPIRAN B ................................................................................................. 113
LAMPIRAN C ................................................................................................. 114

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta DAS Saba dan Lokasi Waduk Titab .............................. 3
Gambar 2.1 Daerah Aliran Sungai ............................................................. 7
Gambar 2.2 Imbangan air di danau ............................................................ 10
Gambar 2.3 Kegiatan pengembangan sumber daya air.............................. 11
Gambar 2.4 Pembangkit listrik tenaga air menggunakan reservoir ........... 26
Gambar 2.5 Pembangkit listrik tenaga air menggunakan run-of-river ...... 26
Gambar 2.6 Surface water reservoir geometry .......................................... 27
Gambar 2.7 Aturan operasi waduk untuk PLTA ....................................... 28
Gambar 2.8 DSS Perencanaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai ........... 32
Gambar 2.9 Layar Select Basin untuk memilih atau membuat basin ........ 33
Gambar 2.10 Layar membuka kasus (case) ................................................. 34
Gambar 2.11 Netter View: berbagai cara untuk melihat ............................. 35
Gambar 2.12 Netter Option: merubah tampilan peta dan jaringan .............. 36
Gambar 2.13 Setting untuk Node ................................................................. 36
Gambar 2.14 Setting untuk Link .................................................................. 37
Gambar 2.15 Setting detail node dan link .................................................... 37
Gambar 2.16 Mengubah tampilan peta ........................................................ 38
Gambar 2.17 Jendela Netter untuk mengedit jaringan tata air ..................... 38
Gambar 2.18 Jenis Node dan Link ............................................................... 39
Gambar 2.19 Memilih tindakan terhadap Node dan Link ........................... 39
Gambar 2.20 Mengedit data ......................................................................... 40
Gambar 2.21 Mengedit data irigasi .............................................................. 40
Gambar 2.22 Mengedit kebutuhan air irigasi............................................... 41
Gambar 2.23 Case Management Tool ......................................................... 42
Gambar 2.24 Memilih skenario hidrologi .................................................... 42
Gambar 2.25 Memilih waktu simulasi ......................................................... 43
Gambar 2.26 Fixed model data .................................................................... 43
Gambar 2.27 Pilihan Pasca Proses ............................................................... 44
Gambar 2.28 Memilih waktu simulasi pasca proses .................................... 44
Gambar 2.29 Pilihan output ......................................................................... 45
Gambar 2.30 Tampilan aliran dalam warna ................................................. 46
Gambar 2.31 Memilih tampilan aliran (warna atau lebar) ........................... 46
Gambar 2.32 Mengatur Legenda ................................................................. 46
Gambar 2.33 Tampilan aliran dalam bentuk ketebalan link ........................ 47
Gambar 2.34 Memilih Statistik Aliran: rerata, min, max ............................ 47
Gambar 2.35 Memilih data yang akan digambar ......................................... 48
Gambar 2.36 Hasil grafik ............................................................................. 48
Gambar 2.37 Berbagai tabel yang dihasilkan .............................................. 49
Gambar 2.38 Tabel Ringkasan Hasil ........................................................... 49
Gambar 4.1 Peta DAS Saba dan Lokasi Waduk Titab .............................. 54
Gambar 4.2 Prosedur penelitian ................................................................. 59
Gambar 4.3 Diagram alur prosedur penelitian ........................................... 60

vii
Gambar 5.1 Kondisi waduk Titab saat ini.................................................. 63
Gambar 5.2 Kondisi saluran irigasi di daerah Gerokgak ........................... 64
Gambar 5.3 Grafik debit keandalan 80% (Q80) DAS Saba ........................ 67
Gambar 5.4 Suhu udara daerah Buleleng rata-rata per bulan .................... 70
Gambar 5.5 Kelembaban daerah Buleleng rata-rata per bulan .................. 71
Gambar 5.6 Lama penyinaran daerah Buleleng rata-rata per bulan .......... 71
Gambar 5.7 Kecepatan angin daerah Buleleng rata-rata per bulan............ 72
Gambar 5.8 Grafik evapotranspirasi tanaman di daerah irigasi Titab ....... 74
Gambar 5.9 Peta daerah layanan air baku dari waduk Titab ..................... 79
Gambar 5.10 Kurva volume tampungan dan luas genangan ....................... 82
Gambar 5.11 Skema pembagian air Waduk Titab untuk irigasi .................. 84
Gambar 5.12 Skema jaringan (a) sebelum dan (b) sesudah dibangun
Waduk Titab ........................................................................... 85
Gambar 5.13 Skema aliran air irigasi sebelum dibangun Waduk Titab
pada skenario 1....................................................................... 87
Gambar 5.14 Perbandingan demand, shortage dan supply air yang
diberikan oleh DI Saba untuk PTT1 ...................................... 88
Gambar 5.15 Perbandingan demand, shortage dan supply air yang
diberikan oleh DI Puluran untuk PTT1 .................................. 89
Gambar 5.16 Skema aliran pemanfaatan waduk Titab pada skenario 2 ...... 91
Gambar 5.17 Perbandingan demand, shortage dan supply air yang
diberikan oleh DI Saba untuk PTT1 ...................................... 92
Gambar 5.18 Perbandingan demand, shortage dan supply air yang
diberikan oleh DI Puluran untuk PTT1 .................................. 93
Gambar 5.19 Skema aliran pemanfaatan waduk Titab pada skenario 3 ...... 95
Gambar 5.20 Perbandingan demand, shortage dan supply air yang
diberikan oleh DI Saba untuk PTT3 ...................................... 96
Gambar 5.21 Perbandingan demand, shortage dan supply air yang
diberikan oleh DI Puluran untuk PTT3 .................................. 97
Gambar 5.22 Perbandingan kebutuhan air, kekurangan air dan air yang
masuk untuk kebutuhan air baku pada skenario 3 dengan
PTT3....................................................................................... 98
Gambar 5.23 Skema irigasi pemodelan RIBASIM pada skenario 4............ 100
Gambar 5.24 Hasil simulasi kebutuhan irigasi DI Saba pada skenario 4 .... 101
Gambar 5.25 Hasil simulasi kebutuhan irigasi DI Puluran pada skenario 4 102
Gambar 5.26 Perbandingan kebutuhan air, kekurangan air dan air yang
masuk untuk kebutuhan air baku pada skenario 4 dengan
PTT2....................................................................................... 103

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Debit andalan untuk penyelesaian optimum penggunaan air ..... 14
Tabel 2.2 Besaran angka koreksi (c) bulanan untuk rumus Penmann ........ 18
Tabel 2.3 Hubungan suhu (t) dengan nilai e (mbar), w dan f(t) ................. 19
Tabel 2.4 Lama matahari bersinar rata-rata dalam sehari berdasar letak
daerah .......................................................................................... 20
Tabel 2.5 Besaran angka angot (Ra) untuk daerah Indonesia, antara
50 LU-100 LS ............................................................................. 20
Tabel 2.6 Kriteria penentuan kebutuhan air domestik ................................ 22
Tabel 2.7 Kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai.................................. 24
Tabel 2.8 Kebutuhan air untuk ternak......................................................... 24
Tabel 5.1 Daftar subak existing di DAS Saba Hilir .................................... 63
Tabel 5.2 Rekapitulasi data debit 15 harian DAS Saba .............................. 64
Tabel 5.3 Nilai probabilitas untuk perhitungan debit andalan .................... 65
Tabel 5.4 Nilai probabilitas untuk perhitungan debit andalan (lanjutan) ... 65
Tabel 5.5 Debit keandalan 80% (Q80) ......................................................... 66
Tabel 5.6 Curah hujan 15 harian (mm/hari) Januari-Juni ........................... 67
Tabel 5.7 Curah hujan 15 harian (mm/hari) Juli-Desember ....................... 68
Tabel 5.8 Curah hujan andalan berdasarkan ranking .................................. 68
Tabel 5.9 Rekapitulasi curah hujan efektif padi dan palawija .................... 69
Tabel 5.10 Rekapitulasi curah hujan efektif padi dan palawija (lanjutan) ... 70
Tabel 5.11 Rekapitulasi suhu udara, kelembaban, lama penyinaran, dan
Kecepatan angina rata-rata di Buleleng ...................................... 73
Tabel 5.12 Rekapitulasi evapotranspirasi potensial (ETp) ........................... 73
Tabel 5.13 Hasil perhitungan evaporasi aktual ............................................. 75
Tabel 5.14 Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (KAPLH) ....................... 76
Tabel 5.15 Rekapitulasi kebutuhan air DI Saba............................................ 77
Tabel 5.16 Rekapitulasi kebutuhan air DI Puluran ....................................... 78
Tabel 5.17 Rekapitulasi kebutuhan air minum untuk tahun proyeksi 2043 . 80
Tabel 5.18 Data fungsi konstan untuk input RIBASIM ............................... 81
Tabel 5.19 Gambaran skenario penelitian simulasi RIBASIM .................... 83
Tabel 5.20 Ringkasan hasil simulasi RIBASIM skenario 1 ........................ 90
Tabel 5.21 Ringkasan hasil simulasi RIBASIM skenario 2 ........................ 94
Tabel 5.22 Ringkasan hasil simulasi RIBASIM skenario 3 ........................ 99
Tabel 5.23 Ringkasan hasil simulasi RIBASIM skenario 4 ........................ 104
Tabel 5.24 Ringkasan hasil simulasi RIBASIM untuk semua skenario ...... 105
Tabel 5.25 Verifikasi model RIBASIM di Bendung Saba ........................... 106

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Peta Lokasi dan Skema ............................................................. 112


Lampiran B Data dan Hasil Perhitungan Hidrologi ..................................... 113
Lampiran C Hasil Simulasi Ribasim ............................................................ 114

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daerah Aliran Sungai (DAS) Saba merupakan salah satu DAS di Bali yang
memiliki luas 69,54 km2 dan panjang pengaliran 36 km. DAS Saba mencakup
wilayah Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan, Kecamatan Busungbiu dan
Kecamatan Seririt di Kabupaten Buleleng. Sumber-sumber air permukaan yang
tersedia bagi daerah Buleleng dan sekitarnya sebagian besar berasal dari DAS
Saba yang telah dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan kegiatan non-pertanian.
DAS Saba di Kabupaten Buleleng, meliputi : D.I. Puluran, D.I. Petemon Kajanan,
D.I. Saba, D.I. Dukuh, D.I. Asah Ume, D.I. Titab, D.I.Batu Megang, D.I. Gebang,
D.I. Kedis, D.I. Bengkel, D.I. Busungbiu-Tunju, D.I. Banyuatis, D.I. Pelapuan,
D.I. Pinjinan, D.I. Joanyar. Lokasi DAS Saba adalah di Kabupaten Buleleng yang
meliputi Kecamatan Busungbiu, Banjar, Seririt dan bahkan diproyeksikan
mencakup wilayah Kecamatan Grokgak (Sedana, 2015).
Daerah pengaliran sungai tersebut juga merupakan daerah perbukitan, hal
ini mengakibatkan air hujan secara cepat akan mengalir menjadi aliran permukaan
(surface runoff), yang kemudian mengalir menuju sungai menjadi banjir yang
datang secara cepat dan surut secara cepat pula. Kondisi lahan pada daerah
genangan umumnya terdiri dari ladang padi yang tergantung dari hujan, tidak
terdapat sistem irigasi teknis sehingga pola tata tanam tergantung dari hujan. Pada
musim hujan jenis tanaman yang ditanam adalah padi sedangkan pada musim
kemarau umumnya jenis tanaman adalah palawija. Produktivitas pertanian
umumnya rendah dengan jenis tanaman padi sebesar 3-4 ton/hektar. Sehingga
untuk memantapkan program pembangunan secara terpadu dan menjaga
kelestarian sumber daya air serta lingkungannya dibangun Waduk Titab. Lokasi
Waduk Titab secara administratif termasuk di dalam lima wilayah desa, yaitu
Desa Telaga, Desa Busungbiu Kecamatan Busungbiu serta Desa Ularan dan Desa
Ringdikit di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.

1
Waduk Titab berfungsi sebagai penyedian air irigasi untuk daerah Saba
seluas 1.396,40 ha dan Puluran seluas 398,42 ha, penyediaan air baku untuk
Kecamatan Seririt, Banjar Busungbiu, Gerokgak di Kabupaten Buleleng dan
Kecamatan Melaya (Gilimanuk) di Kabupaten Jembrana sebanyak 350 lt/detik
dan untuk pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas terpasang 2 x 0,75 MW.
Waduk Titab dengan kapasitas tampungan efektif sebesar 10 juta m3 dibangun di
aliran sungai Titab dengan tipe waduk urugan random dengan inti kedap air tegak.
Bangunan pelengkap terdiri dari bangunan pengelakan berupa konduit beton serta
cofferdam, bangunan pelimpah berupa pelimpah samping, bangunan pengambilan
berupa menara tenggelam, bangunan power house, peralatan hidromekanikal serta
peralatan elektromekanikal. Selain fungsi di atas, waduk Titab juga dimanfaatkan
sebagai penanggulangan banjir dengan mempertahankan debit pengeluaran yang
konstan (3-8 m3/dtk). (Hasil wawancara dengan Tjok Bagus Purnawarman, 2018).
Waduk Titab bagian hilir terdapat dua buah bendung irigasi, yaitu bendung
Saba dan bendung Puluran yang akan disupply kebutuhan air irigasinya dari
waduk Titab. Luas area irigasi bendung Saba dan bendung Puluran sebelum
dibangun waduk Titab yaitu 1.058,245 ha, dengan dibangunnya waduk Titab
diharapkan mampu mengairi area irigasi dengan luas 1.794,82 ha. Pola tanam
yang direncanakan di daerah irigasi Saba dan Puluran adalah Padi-Padi-Palawija
dengan intensitas tanam existing 169,60% menjadi 275% (PT. Indra Karya,
2017).
Berdasarkan penjelasan di atas, waduk Titab memiliki peran yang cukup
besar dalam pengembangan sumber daya air DAS Saba khususnya di bagian hilir,
sehingga perlu dilakukan analisis kembali dengan menggunakan pendekatan yang
lebih tepat sesuai kondisi di lapangan. Hasil perhitungan dari perencanaan yang
dilakukan oleh konsultan perencana didapatkan keandalan waduk mencapai
81,25% yang dimanfaatkan sebagai penyedia air irigasi, air baku dan PLTA. Data
debit dihitung dengan sistem alih ragam yang diambil dari data hujan selama 7
tahun yaitu dari tahun 1987-1994.
Data debit penelitian ini dihitung berdasarkan data debit terukur yang
didapat dari Balai Wilayah Sungai Bali-Penida selama 10 tahun terakhir, yaitu

2
dari tahun 2007-2016. Selanjutnya, simulasi dilakukan dengan menggunakan
bantuan software RIBASIM sehingga didapatkan hasil. Hasil tersebut kemudian
dibandingkan dengan hasil perencanaan dari konsultan. Pola tata tanam yang
direncanakan dalam penelitian ini adalah palawija-padi-palawija. Pola tata tanam
ini menggunakan pendekatan kondisi sebenarnya yang terjadi di lapangan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas penjaga Bendung Saba, Bapak
Made Sukarja, diketahui bahwa dari 12 Subak yang ada di DI Saba 8 diantaranya
mengalami kekeringan dan dapat ditanam saat musim hujan saja. Sedangkan 4
subak lainnya dapat ditanam secara normal akan tetapi tidak ada pola tata tanam
teknis, sehingga dalam satu tahun bisa ditanam padi 1-2 kali.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian ini diberi judul “Analisis
Pengembangan Sumber Daya Air DAS Tukad Saba Dengan Dibangunnya Waduk
Titab Di Kabupaten Buleleng”.

Lokasi Waduk Titab

Gambar 1.1 Peta DAS Saba dan Lokasi Waduk Titab


Sumber: Direktorat Sumber Daya Air Wilayah Timur, 2010

3
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah,
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah ketersediaan air waduk Titab sebagai penyedia air irigasi di
DI Saba dan DI Puluran?
2. Bagaimanakah ketersediaan air waduk Titab sebagai penyedia air irigasi di
DI Saba dan DI Puluran dengan adanya pemanfaatan untuk air baku dan
PLTA?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis ketersediaan air waduk Titab sebagai penyedia air irigasi DI
Saba dan DI Puluran.
2. Menganalisis ketersediaan air waduk Titab sebagai penyedia air irigasi DI
Saba dan DI Puluran, disertai dengan pemanfaatan untuk air baku dan PLTA.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui ketersediaan air waduk Titab sebagai penyedia air irigasi
DI Saba dan DI Puluran.
2. Untuk mengetahui ketersediaan air waduk Titab sebagai penyedia air irigasi
DI Saba dan DI Puluran, disertai dengan pemanfaatan untuk air baku dan
PLTA.

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Wilayah studi dibatasi pada wilayah cakupan waduk Titab di wilayah
hilir, yaitu DI Saba dan DI Puluran.
2. Tidak menghitung biaya kebutuhan air.
3. Data irigasi dihitung kembali berdasarkan data debit 10 tahun terakhir.

4
4. Data Air Baku dan PLTA yang dipakai untuk simulasi Ribasim adalah
data sekunder berdasarkan perencanaan Balai Wilayah Sungai Bali-
Penida.
5. Simulasi Ribasim dilakukan dengan 4 skenario, yaitu pemanfaatan
irigasi dengan kondisi sebelum dibangun waduk Titab, pemanfaatan
irigasi dengan kondisi setelah dibangun waduk Titab, pemanfaatan
irigasi dan air baku dengan kondisi setelah dibangun waduk Titab,
pemanfaatan irigasi, air baku dan PLTA setelah dibangun waduk Titab.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daerah Aliran Sungai


Dalam Peraturan Pemerintah No. 121 Tahun 2015, daerah aliran sungai
adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan
anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan
Air yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Sedangkan menurut Triatmodjo (2010), daerah aliran sungai (DAS) adalah
daerah yang dibatasi oleh punggung-punggung gunung/pegunungan di mana air
hujan yang jatuh di daerah tersebut akan mengalir menuju sungai utama pada
suatu titik/stasiun yang ditinjau. DAS ditentukan dengan menggunakan peta
topografi yang dilengkapi dengan garis-garis kontur. Garis-garis kontur dipelajari
untuk menentukan arah dari limpasan permukaan. Limpasan berasal dari titik-titik
tertinggi dan bergerak menuju titik-titik yang lebih rendah dalam arah tegak lurus
dengan garis-garis kontur. Daerah yang dibatasi oleh garis yang menghubungkan
titik-titik tertinggi tersebut adalah DAS (Gambar 2.1).
Menurut Indarto (2016), daerah aliran sungai atau DAS (basin, drainage
basin, catchment area, atau watershed) menunjukkan suatu luasan yang
berkontribusi pada aliran permukaan. Batas DAS merupakan batas wilayah
imaginer, dibatasi oleh punggung-punggung pegunungan dan lembah, tempat air
yang jatuh pada setiap lokasi di dalam batass tersebut mengalir dari bagian hulu
DAS melalui anak-anak sungai ke sungai utama sampai akhirnya keluar melalui
satu outlet. Outlet merupakan titik terendah di dalam batas DAS tersebut.

6
Gambar 2.1 Daerah Aliran Sungai
Sumber: Triatmodjo, 2010

2.2 Waduk atau Bendungan


Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 37 Pasal 1 Tahun 2010 tentang
Bendungan, bahwa bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah,
urukan batu, beton, dan atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan
dan menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah
tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk.
Bendungan atau waduk merupakan wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat
dibangunnya bendungan.
Menurut Peraturan Menteri Nomor 72/PRT/1997, bendungan adalah setiap
bangunan penahan air buatan, jenis urugan atau jenis lainnya yang menampung air
atau dapat menampung air, termasuk pondasi, bukit/tebing tumpuan, serta
bangunan pelengkap dan peralatannya, termasuk juga bendungan limbah galian,
tetapi tidak termasuk bendung dan tanggul.
Sebuah bendungan berfungsi sebagai penangkap air dan menyimpannya di
musim hujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar dan yang melebihi

7
kebutuhan baik untuk keperluan, irigasi, air minum, industri atau yang lainnya.
Dengan memiliki daya tampung tersebut sejumlah besar air sungai yang melebihi
kebutuhan dapat disimpan dalam waduk dan baru dilepas mengalir ke dalam
sungai lagi di hilirnya sesuai dengan kebutuhan pada saat diperlukan. Sebuah
bendungan dapat dibuat dari bahan bangunan urugan tanah campur batu
berukuran kecil sampai besar atau dari beton.
Bila aliran sungai yang masuk ke dalam waduk tersebut melebihi air yang
dialirkan ke luar waduk sesuai dengan kebutuhan, maka isi waduk makin lama
makin penuh dan dapat melampaui batas daya tampung rencananya, sehingga
permukaan air dalam waduk akan naik terus dan akhirnya melimpas. Untuk
mencegah terjadinya limpasan air pada sebuah bendungan, limpasan air itu
dilokalisir pada bangunan pelimpah yang lokasinya dipilih menurut kondisi
topografi yang terbaik.
Panjang bangunan pelimpah dihitung menurut debit rencana sedemikian
rupa hingga tinggi muka air waduk tidak akan naik lebih tinggi dari pusat
bendungan dan bahkan biasanya direncanakan agar muka air waduk itu lebih
rendah dari puncak bendungan minimum 5 m. Beda tinggi bervariasi dari 5 - 20
m. Tinggi bendungan bervariasi dari sekitar 15 m sampai ratusan meter. Disebut
dengan tinggi bendungan adalah perbedaan elevasi antara puncak bendungan
dengan dasar sungai lama.
Bendungan secara umum merupakan tempat pada permukaan tanah yang
digunakan untuk menampung air saat terjadi kelebihan air di musim penghujan
sehingga air tersebut dapat dimanfaatkan saat musim kering. Sumber air
bendungan pada umumnya berasal dari aliran air permukaan ditambah dari air
hujan langsung. Pemanfaatkan bendungan antara lain:
1. Irigasi
Hujan yang turun di daerah tangkapan air sebagian besar akan mengalir ke
sungai. Kelebihan air yang terdapat di bendungan merupakan sumber persediaan
sehingga pada saat musim kemarau tiba air tersebut dapat digunakan untuk
berbagai keperluan salah satunya yaitu sebagai irigasi lahan pertanian.

8
2. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Bendungan yang berfungsi sebagai PLTA dikelola untuk mendapatkan
kapasitas listrik yang dibutuhkan. PLTA bendungan merupakan sistem
pembangkit listrik yang sistem pengoprasiannya terintegrasi dalam bendungan
dengan memanfaatkan energi mekanis dari aliran air saat memutar turbin yang
kemudian hasilnya akan diubah menjadi tenaga listrik oleh generator.
3. Penyedia air baku
Air baku atau air bersih yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air
minum dan air rumah tangga. Bendungan selain sebagai sumber pengairan
persawahan juga dimanfaatkan sebagai sumber penyediaan air baku untuk bahan
baku air minum dan air rumah tangga. Air yang dipakai harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan kegunaannya.

2.3 Neraca Air di Waduk


Menurut Triatmodjo (2014), neraca air di waduk didasarkan pada
persamaan kontinuitas yang merupakan hubungan antara air masuk, air keluar dan
jumlah tampungan. Gambar 2.6 menunjukkan neraca air di danau, yang secara
matematis dapat dinyatakan dalam bentuk berikut:
E=P+Q–O–I-S (2.1)
dengan:
E : evaporasi
P : presipitas
Q : debit aliran masuk
O : debit aliran keluar
I : volume infiltrasi dari waduk ke dalam tanah
S : perubahan volume tampungan

9
P E

?S

O
I
S

Gambar 2.2 Imbangan air di danau


Sumber: Triatmodjo, 2014

Semua suku persamaan (2.1) dapat dinyatakan dalam volume air (m3) atau
dalam debit (m3/dt) atau dalam kedalaman air, yaitu volume air yang terdistribusi
merata pada seluruh DAS atau danau.

2.4 Pengembangan Sumber Daya Air


Menurut Triatmodjo (2010), pengembangan sumber daya air dapat
dikelompokkan dalam dua kegiatan yaitu pemanfaatan air dan pengaturan air
(Gambar 2.8). Untuk dapat melaksanakan kedua kegiatan tersebut diperlukan
konsep, perancangan, perencanaan, pembangunan dan pengoperasian fasilitas-
fasilitas pendukungnya.
Pemanfaatan sumber daya air meliputi penyediaan air untuk kebutuhan air
bersih, irigasi, pembangkit listrik tenaga air, perikanan, peternakan, pemeliharaan
sungai (pengenceran polusi), dan lalu lintas air. Berbagai kebutuhan air tersebut
harus dapat dilayani oleh air yang tersedia yang bisa berupa air permukaan
ataupun air tanah. Perlu diingat bahwa ketersediaan air merupakan fungsi waktu,
yang melimpah/berlebih pada musim penghujan dan berkurang pada musim
kemarau. Pada musim penghujan keberadaan air berlebih dalam bentuk banjir
yang sering dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Kegiatan pengendalian
banjir, drainase, pembuangan limbah, termasuk dalam pengaturan sumber daya air
sehingga kelebihan air tersebut tidak menimbulkan bencana.

10
Gambar 2.3 Kegiatan pengembangan sumber daya air
Sumber: Triatmodjo, 2010

Kedua jenis kegiatan saling berkaitan. Di satu sisi, pada musim penghujan
air berlimpah sehingga harus secepatnya dibuang ke laut supaya tidak
menimbulkan banjir. Di sisi lain, pada musim kemarau ketersediaan air berkurang
untuk dapat memenuhi kebutuhan air yang relatif tetap dan bahkan meningkat.
Untuk itu perlu dilakukan pengelolaan sumber daya air yang efisien dan efektif,
dengan memperhatikan dampak negative banjir dan kekeringan. Hal ini
mengingat bahwa dengan bertambahnya jumlah penduduk kebutuhan air semakin
meningkat, sementara ketersediaan air semakin berkurang.
Pengelolaan sumber daya air tersebut membutuhkan berbagai fasilitas,
seperti bendungan/waduk untuk menampung kelebihan air di musim hujan dan
memanfaatkannya di musim kemarau, bangunan irigasi seperti bending, saluran
irigasi dan drainase serta sarana pendukung lainnya, sistem jaringan perpipaan
untuk melayani kebutuhan air bersih, fasilitas pembangkit listrik tenaga air seperti
bendungan, saluran/terowong pembawa, surge tank, penstock, tailrace, dsb.

2.5 Ketersediaan Air


Ketersediaan air adalah jumlah air (debit) yang diperkirakan terus menerus
ada di suatu lokasi (bendung atau bangunan air lainnya) di sungai dengan jumlah

11
tertentu dan dalam jangka waktu (periode) tertentu (Direktorat Irigasi, 1980). Air
yang tersedia tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti air baku
yang meliputi air domestik (air minum dan rumah tangga) dan non domestik
(perdagangan, perkantoran) dan industri dan pemeliharaan sungai, peternakan,
perikanan, irigasi dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Untuk pemanfaatan air, perlu diketahui informasi ketersediaan air andalan
(debit, hujan). Debit andalan adalah debit minimum sungai dengan besaran
tertentu yang mempunyai kemungkinan terpenuhi yang dapat digunakan untuk
berbagai keperluan. Untuk keperluan irigasi, debit minimum sungai untuk
kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80%, sedang untuk keperluan air baku
biasanya ditetapkan 90%.
1) Debit andalan berdasarkan data debit
Metode yang sering dipakai untuk analisis debit andalan adalah metode
statistik rangking. Penetapan rangking dilakukan menggunakan analisis frekuensi
atau probabilitas dengan rumus Weibull. Debit andalah dihitung berdasarkan
probabilitas dari sejumlah data pengamatan debit. Perhitungan debit andalan
mengunakan rumus dari Weibull:
(2.2)

dengan:
P : probabilitas terjadinya kumpulan nilai (misalnya: debit) yang diharapkan
selama periode pengamatan (%)
m : nomor urut kejadian, dengan urutan variasi dari besar ke kecil
n : jumlah data pengamatan debit
Probabilitas atau keandalan debit yang dimaksud berhubungan dengan
probabilitas atau nilai kemungkinan terjadinya sama atau melampui dari yang
diharapkan. Debit andalan yang digunakan untuk perencanaan penyediaan air
irigasi menggunakan debit andalan 80%. Keandalan 80% mempunyai arti bahwa
kemungkinan debit terpenuhi adalah 80% atau kemungkinan debit sungai lebih
rendah dari debit andalan adalah 20% (SPI KP-1: 1986). Penurunan data debit
berdasarkan data hujan.

12
Apabila data debit tidak tersedia analisis ketersediaan air dapat dilakukan
dengan menggunakan model hujan aliran. Di suatu daerah aliran sungai, pada
umumnya data hujan tersedia dalam jangka waktu panjang, sementara data debit
adalah pendek. Untuk itu dibuat hubungan antara data debit dan data hujan dalam
periode waktu yang sama, selanjutnya berdasarkan hubungan tersebut
dibangkitkan data debit berdasar data hujan yang tersedia. Dengan demikian akan
diperoleh data debit dalam periode waktu yang sama dengan data hujan. Ada
beberapa metode untuk mendapatkan hubungan antara data debit dan data hujan,
diantaranya adalah model regresi, model Mock, model tangki, dsb (Triatmodjo,
2010).
2) Penurunan data debit berdasarkan data hujan
Apabila data debit tidak tersedia analisis ketersediaan air dapat dilakukan
dengan menggunakan model hujan aliran. Di suatu daerah aliran sungai, pada
umumnya data hujan tersedia dalam jangka waktu panjang, sementara data debit
adalah pendek. Untuk itu dibuat hubungan antara data debit dan data hujan dalam
periode waktu yang sama, selanjutnya berdasarkan hubungan tersebut
dibangkitkan data debit berdasar data hujan yang tersedia. Dengan demikian akan
diperoleh data debit dalam periode waktu yang sama dengan data hujan. Ada
beberapa metode untuk mendapatkan hubungan antara data debit dan data hujan,
diantaranya adalah model regresi, model Mock, model tangki, dsb (Triatmodjo,
2010).

2.6 Kebutuhan Air


2.6.1 Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi sebagian besar dicukupi dari air permukaan.
Kebutuhan air irigasi dipengaruhi berbagai faktor seperti klimatologi, kondisi
tanah, koefisien tanaman, pola tanam, pasokan air yang diberikan, luas daerah
irigasi, sistem golongan, jadwal tanam dan lain-lain. Berbagai kondisi lapangan
yang berhubungan dengan kebutuhan air untuk pertanian bervariasi terhadap
waktu dan ruang seperti dinyatakan dalam faktor-faktor berikut ini.
1. Jenis dan variasi tanaman yang ditanam petani.

13
2. Variasi koefisien tanaman, tergantung pada jenis dan tahap pertumbuhan dari
tanaman.
3. Kapan dimulainya persiapan pengolahan lahan (golongan).
4. Jadwal tanam yang dipakai oleh petani, termasuk di dalamnya pasok air
sehubungan dengan persiapan lahan, pembibitan dan pemupukan.
5. Status sistem irigasi dan efisiensi irigasinya.
6. Jenis tanah dan faktor agro-klimatologi.

Menurut pengamatan, besarnya debit andalan untuk penyelesaian optimum


penggunaan air di beberapa macam proyek adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Debit andalan untuk penyelesaian optimum penggunan air


Jenis Penggunaan Air Debit Andalan
Untuk penyediaan air minum 99%
Untuk penyediaan airindustri 95-88%
Untuk penyediaan air irigasi bagi
- daerah beriklim setengah lembab 70-85%
- daerah beriklim terang 80-95%
Untuk pembangkit listrik tenaga air 85-90%
Sumber: Hidrologi Teknik, 2013

Kebutuhan air irigasi dihitung dengan persamaan:

KAI 
Etc  IR  WLR  P  Re xA (2.3)
IE
dengan:
KAI : kebutuhan air irigasi, dalam liter/detik
Etc : kebutuhan air konsumtif, dalam mm/hari
IR : kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan, dalam mm/hari
WLR : kebutuhan air untuk mengganti lapisan air, dalam mm/hari
P : perkolasi, dalam mm/hari
Re : hujan efektif, dalam mm/hari
IE : efisiensi irigasi, dalam %
A : luas areal irigasi, dalam ha

14
1. Kebutuhan air konsumtif
Kebutuhan air untuk tanaman di lahan diartikan sebagai kebutuhan air
konsumtif dengan memasukkan faktor koefisien tanaman (kc). Persamaan umum
yang digunakan adalah:
Etc = Eto x kc (2.4)
dengan:
Etc = kebutuhan air konsumtif, dalam mm/hari
Eto = evapotranspirasi, dalam mm/hari
kc = koefisien tanaman
2. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
Kebutuhan air pada waktu persiapan lahan dipengaruhi oleh faktor-faktor
antara lain waktu yang diperlukan untuk penyiapan lahan (T) dan lapisan air yang
dibutuhkan untuk persiapan lahan (S).
Hitungan kebutuhan air untuk irigasi selama penyiapan lahan perlu
memperhatikan jenis tanaman, usia tanaman sampai dengan panen, pola tanam,
efisiensi irigasi, lama penyinaran matahari dan lain-lain.
Perhitungan kebutuhan air selama penyiapan lahan, digunakan metode
yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra (Standart Perencanaan Irigasi,
KP-01, 1986) yaitu persamaan sebagai berikut:

( ) (2.5)
dengan:
IR : kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, dalam mm/hari
M : kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat
evaporasi dan perkolasi di sawah yang telah dijenuhkan.
= Eo + P
P : perkolasi, dalam mm/hari
Eo : evaporasi air terbuka (=1,1 x Eto), dalam mm/hari
e : koefisien

15
3. Kebutuhan Air untuk Pertumbuhan Tanaman Padi
Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan oleh faktor-faktor sebagai
berikut: penyiapan lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi dan rembesan,
pergantian lapisan air dan curah hujan efektif. Pemberian air secara golongan
adalah untuk efisiensi, memperkecil kapasitas saluran pembawa, dan seringkali
untuk menyesuaikan pelayanan irigasi menurut variasi debit yang tersedia pada
tempat penangkap air, misalnya bendung pada sungai (Sudjarwadi, 1979).
Persamaan untuk menghitung kebutuhan bersih air di sawah untuk padi
(NFR) selama pertumbuhan adalah sebagai berikut (Dinas PU KP-01,1986) :
NFR = ETc + P + LP – Re (2.6)
dengan:
NFR = Kebutuhan bersih air di petak sawah (mm/hari)
ETc = Kebutuhan konsumtif tanaman (mm/hari)
P = Perkolasi (mm/hari)
LP = Kebutuhan air untuk untuk penyiapan lahan (mm/hari)
Re = Curah hujan efektif (mm/hari)
Perhitungan kebutuhan air irigasi ini dimaksudkan untuk menentukan
besarnya debit yang akan dipakai untuk mengairi daerah irigasi. Setelah
sebelumnya diketahui besarnya efisiensi irigasi. Besarnya efisiensi irigasi
tergantung dari besarnya kehilangan air yang terjadi pada saluran pembawa dari
mulut bendung sampai petak sawah. Kehilangan air tersebut disebabkan karena
penguapan, perkolasi, kebocoran dan sadap liar.
4. Kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (WLR)
Kebutuhan air untuk mengganti lapisan air ditetapkan berdasarkan Standar
Perencanaan Irigasi 1986, KP-01. Besar kebutuhan air untuk penggantian lapisan
air adalah 50 mm/bulan (3,3 mm/hari selama ½ bulan) selama sebulan dan dua
bulan setelah transplanrtasi.
5. Evaporasi
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan dari zat cair atau padat
menjadi gas. Lebih spesifik dapat diartikan penguapan adalah proses transfer air
(moisture) dari permukaan bumi ke atmosfir (Harto, 2000).

16
Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari
cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-
molekul saling bertumbukan mereka saling bertukar energi dalam berbagai
derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energi ini
begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup
untuk menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan
molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas dan "menguap".
Ada cairan yang kelihatannya tidak menguap pada suhu tertentu di dalam
gas tertentu (contohnya minyak makan pada suhu kamar). Cairan seperti ini
memiliki molekul-molekul yang cenderung tidak menghantar energi satu sama
lain dalam pola yang cukup buat memberi satu molekul "kecepatan lepas" - energi
panas - yang diperlukan untuk berubah menjadi uap. Namun cairan seperti ini
sebenarnya menguap, hanya saja prosesnya jauh lebih lambat dan karena itu lebih
tak terlihat. Penguapan adalah bagian esensial dari siklus air. Uap air di udara
akan berkumpul menjadi awan. Karena pengaruh suhu, partikel uap air yang
berukuran kecil dapat bergabung (berkondensasi) menjadi butiran air dan turun
hujan. Siklus air terjadi terus menerus. Energi surya menggerakkan penguapan air
dari samudera, danau, embun dan sumber air lainnya. Dalam hidrologi penguapan
dan transpirasi (yang melibatkan penguapan di dalam stomata tumbuhan) secara
kolektif diistilahkan sebagai evapotranspirasi.
Jumlah evaporasi dapat dihitung secara langsung maupun secara teoritis.
Cara langsung dapat dilakukan dengan pan evaporation sedangkan cara teoritis
biasanya dilakukan dengan metode perhitungan Penman atau Hargreaves.
6. Evapotranspirasi Acuan (ET0)
Evapotranspirasi acuan (ETo) adalah besarnya evapotranspirasi dari tanaman
hipotetik (teoritis) yaitu dengan ciri ketinggian 12 cm, tahanan dedaunan yang
ditetapkan sebesar 70 det/m dan albedo (pantulan radiasi) sebesar 0,23, mirip
dengan evapotranspirasi dari tanaman rumput hijau yang luas dengan ketinggian
seragam, tumbuh subur, menutup tanah seluruhnya dan tidak kekurangan air
(Smith, 1991 dalam Weert, 1994). Nilai ETo dapat dihitung dari data meteorologi.
Perlu diperhatikan, bahwa perkiraan ETo rata-rata untuk DAS lebih kompleks,

17
karena ragam kondisi dalam suatu DAS dapat jauh berbeda. Rumus yang
menjelaskan evapotranspirasi acuan secara teliti adalah rumus Penman-Monteith,
yang pada tahun 1990 oleh FAO dimodifikasi dan dikembangkan menjadi rumus
FAO Penman-Monteith (Anonim, 1999) yang diuraikan sebagai berikut:

0.408 ΔRn  G    u 2 es  ea 


900
ET0 = T  273 (2.7)
   1  0.34u 2 

dengan:
ET0 = Evapotranspirasi acuan (mm/hari),
Rn = Radiasi netto pada permukaan tanaman (MJ/m2/hari),
G = Kerapatan panas terus-menerus pada tanah (MJ/m2/hari),
T = Temperatur harian rata-rata pada ketinggian 2 m (oC),
u2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m (m/s),
es = Tekanan uap jenuh (kPa),
ea = Tekanan uap aktual (kPa),
D = Kurva kemiringan tekanan uap (kPa/oC),
g = Konstanta psychrometric (kPa/oC).

Untuk mendukung perhitungan di atas, diperlukan koefisien-koefisien


yang ditampilkan seperti beberapa table di bawah ini.

Tabel 2.2 Besaran angka koreksi (c) bulanan untuk rumus Penman
Bulan c Bulan c
Januari 1.1 Juli 0.9
Pebruari 1.1 Agustus 1.0
Maret 1.0 September 1.1
April 0.9 Oktober 1.1
Mei 0.9 Nopember 1.1
Juni 0.9 Desember 1.1
Sumber: Hidrolika Teknik, 1999

18
Tabel 2.3 Hubungan suhu (t) dengan nilai e (mbar), w dan f(t)
Suhu (t) Ea (mbar) w f(t)
10 12.30 0.570 12.70
11 13.15 0.585 12.90
12 14.00 0.600 13.10
13 15.05 0.610 13.30
14 16.10 0.620 13.50
15 17.15 0.635 13.65
16 18.20 0.650 13.80
17 19.40 0.660 14.00
18 20.60 0.670 14.20
19 22.00 0.685 14.40
20 23.40 0.700 14.60
21 24.90 0.710 14.80
22 26.40 0.720 15.00
23 28.10 0.730 15.27
24 29.80 0.740 15.54
25 31.70 0.750 15.72
26 33.60 0.760 15.90
27 35.70 0.770 16.10
28 37.80 0.780 16.30
29 40.10 0.785 16.50
30 42.40 0.790 16.70
31 45.00 0.800 16.95
32 47.60 0.810 17.20
33 50.40 0.815 17.45
34 53.20 0.820 17.70
35 26.60 0.410 8.85
Sumber: Hidrolika Teknik, 1999

19
Tabel 2.4 Lama matahari bersinar rata-rata dalam sehari berdasar letak daerah
Ls Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0 12.0
5 12.3 12.3 12.1 12.0 11.9 11.8 11.8 11.9 12.0 12.2 12.3 12.4
10 12.6 12.4 12.1 11.8 11.6 11.5 11.6 11.8 12.0 12.3 12.6 12.7
15 12.9 12.6 12.2 11.8 11.4 11.2 11.3 11.6 12.0 12.5 12.8 13.0
20 13.2 12.8 12.3 11.7 11.2 10.9 11.0 11.5 12.0 12.6 13.1 13.3
25 13.5 13.0 12.3 11.6 10.9 10.6 10.7 11.3 12.0 12.7 13.3 13.7
30 13.9 13.2 12.4 11.5 10.6 10.2 10.4 11.1 12.0 12.9 13.6 14.0
35 14.3 13.5 12.4 11.3 10.3 9.8 10.1 11.0 11.9 13.1 14.0 14.5
40 14.7 13.7 12.5 11.2 10.0 9.3 9.6 10.7 11.9 14.4 14.4 15.0
42 14.9 13.9 12.6 11.1 9.8 9.1 9.4 10.6 11.9 14.6 14.6 15.2
44 15.2 14.0 12.6 11.0 9.7 8.9 9.3 10.5 11.9 14.7 14.7 15.4
46 15.4 14.2 12.6 10.9 9.5 8.7 9.1 10.4 11.9 14.9 14.9 15.7
48 15.6 14.3 12.6 10.9 9.3 8.3 8.8 10.2 11.8 15.2 15.2 16.0
50 15.9 14.5 12.7 10.8 9.1 8.1 8.5 10.1 11.8 15.4 15.4 16.3
Lu Jul. Agt. Sep. Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr. Mei Jun.
Sumber: Hidrolika Teknik, 1999

Tabel 2.5 Besaran angka angot (Ra) untuk daerah Indonesia, antara
50 LU-100 LS
Bulan Lintang Utara Lintang Selatan
5 4 2 0 2 4 6 8 10
Januari 13 14.3 14.7 15 15.3 15.5 15.8 16.1 16.1
Pebruari 14 15 15.3 15.5 15.7 15.8 16 16.1 16
Maret 15 15.5 15.6 15.7 15.7 15.6 15.6 15.5 15.3
April 15.1 15.5 15.3 15.3 15.1 14.9 14.7 14.4 14
Mei 15.3 14.9 14.6 14.4 14.1 13.8 13.4 13.1 12.6
Juni 15 14.4 14.2 13.9 13.5 13.2 12.8 12.4 12.6
Juli 15.1 14.6 14.3 14.1 13.7 13.4 13.1 12.7 11.8
Agustus 15.3 15.1 14.9 14.8 14.5 14.3 14 13.7 12.2
September 15.1 15.3 15.3 15.3 15.2 15.1 15 14.9 13.3
Oktober 15.7 15.1 15.3 15.4 15.5 15.6 15.7 15.8 14.6
Nopember 14.8 14.5 14.8 15.1 15.3 15.5 15.8 16 15.6
Desember 14.6 14.1 14.4 14.8 15.1 15.4 15.7 16 16
Sumber: Hidrolika Teknik, 1999

20
7. Perkolasi
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat anah, dan sifat tanah umumnya
tergantung pada ketinggian pemanfaatan lahan atau pengolahan tanah berkisar
antara 1-3 mm/hari.
8. Curah hujan efektif
Curah hujan efektif adalah curah hujan andalan yang jatuh di suatu daerah
dan digunakan tanaman untuk pertumbuhan. Curah hujan tersebut merupakan
curah hujan wilayah yang harus diperkirakan dari titik pengamatan yang
dinyatakan dalam millimeter (Sudarsono, 1980).
Penentuan curah hujan efektif didasarkan atas curah hujan bulanan, yaitu
menggunakan R80 yag berarti kemungkinan tidak terjadinya 20%. Besarnya curah
hujan efektif untuk tanaman padi diambil 70% dari curah hujan minimum tengah
bulanan dengan periode ulang 5 tahunan (Perencanaan jaringan irigasi, KP-01,
1986, 165), dengan persamaan sebagai berikut:
untuk padi (2.8)

untuk palawija

dengan:
Re : curah hujan efektif (mm/hari)
R80 : curah hujan andalan tengah bulan (mm/hari)

R80 didapat dari urutan data dengan rumus Harza:

(2.9)
dengan:
m : ranking dari urutan terkecil
n : jumlah tahun pengamatan
9. Efisiensi irigasi (EI)
Efisiensi irigasi merupakan faktor penentu utama dari unjuk kerja suatu
sistem jaringan irigasi. Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran yang pada
umumnya terjadi di jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder (dari
bangunan pembagi sampai petak sawah). Efisiensi irigasi didasarkan asumsi

21
bahwa sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik di saluran maupun
di petak sawah. Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, evaporasi
dan rembesan. Kehilangan air akibat evaporasi dan rembesan pada umumnya
relatif kecil jika dibandingkan dengan kehilangan air akibat eksploitasi, sehingga
pemberian air di bangunan pengambilan harus lebih besar dari kebutuhan air di
sawah.
10. Luas areal irigasi
Luas areal irigasi adalah luas sawah yang akan diairi. Data dapat diperoleh
dari Dinas Pengairan berupa peta dan luasan daerah irigasi.

2.6.2 Kebutuhan Air Non-irigasi


1. Kebutuhan air domestik
Kebutuhan air domestik (rumah tangga) dihitung berdasarkan jumlah
penduduk dan kebutuhan air perkapita. Kriteria penentuan kebutuhan air domestik
yang dikeluarkan oleh Puslitbang Pengairan Departemen Pekerjaan Umum,
menggunakan parameter jumlah penduduk sebagai penentuan jumlah air yang
dibutuhkan perkapita per hari. Adapun kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel
2.6.
Table 2.6 Kriteria penentuan kebutuhan air domestik
Domestik Non Domestik Kehilangan Air
Jumlah Penduduk
(l/kapita/hr) (l/kapita/hr) (l/kapita/hr)
 1.000.000.000 150 60 50
500.000 – 1.000.000 135 40 45
100.000 – 500.000 120 30 40
20.000 – 100.000 105 20 30
< 20.000 82.5 10 24
Sumber: Triatmodjo, 2014

2. Kebutuhan air untuk perkantoran


Kebutuhan air bersih untuk kantor ditetapkan 25 l/pegawai/hr (Direktorat
Teknik Penyehatan, Dirjend Cipta Karya DPU), yang merupakan rerata kebutuhan

22
air untuk minum, wudhu, mencuci tangan/kaki, kakus dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan keperluan air di kantor.
3. Kebutuhan air untuk rumah sakit
Kebutuhan air untuk rumah sakit dihitung berdasarkan jumlah tempat
tidur. Menurut Direktorat Teknik Penyehatan, Dirjend Cipta Karya DPU,
pemakaian air untuk fasilitas kesehatan adalah sebesar 250 l/tempat tidur/hr.
4. Kebutuhan air untuk pendidikan
Menurut Direktorat Teknik Penyehatan, Dirjend Cipta Karya DPU,
kebutuhan air bersih untuk siswa sekolah adalah sebesar 25 l/siswa/hr.
5. Kebutuhan air untuk rumah peribadatan
Kebutuhan air untuk peribadatan dihitung berdasarkan luas bangunan
rumah ibadah (m2). Satuan pemakaian air menurut Direktorat Teknik Penyehatan,
Dirjend Cipta Karya DPU, untuk rumah peribadatan ditentukan sebesar 50
l/hari/m2.
6. Kebutuhan air untuk hotel
Kebutuhan air bersih untuk sarana perhotelan/penginapan didasarkan pada
kebutuhan untuk tiap tempat tidur dan data jumlah tempat tidur yang ada. Satuan
pemakaian air menurut Direktorat Teknik Penyehatan, Dirjend Cipta Karya DPU,
untuk perhotelan ditentukan sebesar 200 l/tempat tidur/hr.
7. Kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai/penggelontoran
Kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai/penggelontoran saluran
diestimasi berdasarkan perkalian antara jumlah penduduk perkotaan dengan
kebutuhan air untuk pemeliharaan/penggelontoran perkapita. Proyeksi kebutuhan
air untuk pemeliharaan sungai disajikan pada Tabel 2.7. Kebutuhan air untuk
selanjutnya dapat dihitung sebagai berikut:
q f 
Q f  365hari   Pn (2.10)
1000
dengan:
Qf : jumlah kebutuhan air untuk pemeliharaan/penggelontoran (m3/th)
q(f) : kebutuhan air untuk pemeliharaan/penggelontoran (l/kapita/hr)
P(n) : jumlah penduduk kota, dalam kapita (orang)

23
Table 2.7 Kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai
Proyeksi Tahun Kebutuhan Air
1990 – 2000 330 l/kapita/hr
2000 – 2015 360 l/kapita/hr
2015 – 2020 300 l/kapita/hr
Sumber: Triatmodjo, 2014

8. Kebutuhan air untuk peternakan


Kebutuhan air untuk ternak ditentukan sesuai dengan data yang digunakan
oleh Nippon Koei Co., Ltd., (1993), sebagaimana diberikan dalam Tabel 2.4.

Table 2.8 Kebutuhan air untuk ternak


Kebutuhan Air
Jenis Ternak
(l/kepala/hr)
Sapi/kerbau/kuda 40.0
Kambing/domba 5.0
Babi 6.0
Ungags 0.6
Sumber: Triatmodjo, 2014

Kebutuhan air untuk ternak diestimasi dengan cara mengalikan jumlah


ternak dengan tingkat kebutuhan air berdasarkan persamaan sebagai berikut:

Qt 
365
1000

q(c / b / h)  P(c / b / h)  q( s / g )  P( s / g )  q( Pi )  P( Pi )  q( Po)  P( Po)  (2.11)

dengan:
Qt : kebutuhan air untuk ternak (m3/th)
q(c/b/h) : kebutuhan air untuk sapi/kerbau/kuda (l/kepala/hr)
q(s/g) : kebutuhan air untuk kambing/domba (l/kepala/hr)
q(Pi) : kebutuhan air untuk babi (l/kepala/hr)
q(Po) : kebutuhan air untuk unggas (l/kepala/hr)
P(c/b/h) : jumlah sapi/kerbau/kuda, dalam ekor (kepala)

24
P(s/g) : jumlah kambing/domba, dalam ekor (kepala)
P(Pi) : jumlah babi, dalam ekor (kepala)
P(Po) : jumlah unggas, dalam ekor (kepala)
9. Kebutuhan air untuk industri
Analisis kebutuhan air untuk industry dapat dihitung dengan dua cara.
Untuk wilayah yang data luas lahan rencana kawasan industrinya diketahui,
kebutuhan industry dihitung dengan menggunakan metode penggunaan lahan
industry yang sebesar 0,4 l/dt/ha. Untuk wilayah yang tidak diperoleh data
penggunaan lahan industry, kebutuhan air industry dihitung dengan menggunakan
metode persamaan linier. Standar yang digunakan adalah dari Direktorat Teknik
Penyehatan, Dirjend Cipta Karya DPU, yaitu kebutuhan air untuk industry sebesar
10% dari konsumsi air domestik.
10. Kebutuhan air untuk lain-lain
Kebutuhan lain-lain meliputi kebutuhan air untuk mengatasi kebakaran,
taman dan penghijauan, serta kehilangan/kebocoran air. Menurut Direktorat
Teknik Penyehatan, Dirjend Cipta Karya DPU, kebutuhan air untuk umum,
kehilangan air dan kebakaran diambil 45% dari kebutuhan air total
domestik.distribusi presentase kebutuhan sebagai berikut : 3% untuk umum yang
berupa kebutuhan air untuk taman kota dan penghijaun, 28% untuk kehilangan air
dan 14% untuk kebutuhan air pemadam kebakaran.

2.6.3 Kebutuhan Power dan Energi


Energi hidroelektrik diperoleh dengan menggunakan turbin untuk
mengubah energi kinetik dari sungai atau air terjun menjadi energi listrik. Ada
dua jenis utama pembangkit listrik tenaga air:
1. Reservoir (pelepasan yang terkontrol dari waktu ke waktu)
Reservoir biasanya dalam bentuk waduk, dimana air dibendung untuk
membuat danau buatan. Air dibendung secara musiman dan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan energi listrik yang tiba-tiba, signifikan, dan berkelanjutan.
Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.4.

25
Gambar 2.4 Pembangkit listrik tenaga air menggunakan reservoir
Sumber: Deltares, 2018

2. Run-of-river (pelepasann yang tidak terkendali dari waktu ke waktu).


Sebuah stasiun pembangkit run-of-river tidak memiliki waduk tetapi
menawarkan keuntungan menghasilkan listrik tanpa harus menyimpan air, lihat
Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Pembangkit listrik tenaga air menggunakan run-of-river


Sumber: Deltares, 2018

Manfaat PLTA dapat diuraikan sebagai berikut:

26
1. Pembangkit listrik tenaga air menghasilkan gas rumah kaca minimal dan
merupakan sumber energi yang bersih dan tidak mencemari lingkungan.
2. Siklus evaporasi / kondensasi juga membuat energi hidro terbarukan.
3. Kualitas-kualitas di atas khususnya berkaitan dengan tanaman run-of-river,
yang menghasilkan energi dari aliran air alami, yang berarti bahwa dampak
pada lanskap, ekosistem, dan masyarakat sekitar sangat berkurang.
4. Ini juga lebih murah untuk menghasilkan listrik di pabrik run-of-river

Gambar 2.6 Surface water reservoir geometry


Sumber: Deltares modul, 2018

Kebutuhan power dan energi dapat dihitung menggunakan rumus yang


terdapat dalam buku Panduan Perencanaan Bendungan Urugan Volume II
Analisis Hidrologi seperti berikut ini:
P = t . g . g . Qd . Hn (2.12)
dengan:
P = Kapasitas (kW)
t = Effisiensi Turbine (0.91)
g = Effisiensi Generator (0.95)
g = Gravitasi, (=9.81 m/dt2)
Qd = Debit perencanaan (m3/det)
Hn = Tinggi netto (m)

27
Outflow waduk aktual ditentukan oleh:
 Volume air aktual di waduk
 (Diharapkan) hidrologi dalam dan output:
- curah hujan, evaporasi, rembesan, (diharapkan) inflow
 Target outflow hilir (gerbang utama, backwater dan turbin) untuk:
- outflow daya non-hidro seperti irigasi, suplai air domestik kota dan
industri, pembilasan, lingkungan, dll melalui gerbang utama atau
backwater
- target outflow energi hidro yang kuat
 Kapasitas gerbang
 Aturan operasi waduk

Gambar 2.7 Aturan operasi waduk untuk PLTA


Sumber: Deltares modul, 2018

2.7 Decision Support System River Basin Simulation Model (DSS-


RIBASIM)
DSS-Ribasim merupakan salah satu model alokasi air yang dapat
digunakan pada tahap perencanaan pengembangan sumberdaya air, maupun

28
secara operasional untuk membantu pengambilan keputusan taktis (misalnya
sebagai sarana negosiasi operasi beberapa waduk, atau pemberian ijin
pengambilan air industri). Model ini dikembangkan oleh Delft Hydraulic dari
Negeri Belanda sejak tahun 1985. Model yang konsep dasarnya diilhami oleh
model MITSIM dari Amerika Serikat ini telah digunakan pada lebih dari 20
negara di dunia.
2.7.1 Pengenalan RIBASIM
RIBASIM adalah paket model generik untuk mensimulasikan perilaku
hidrologi cekungan sungai untuk berbagai kondisi hidrologi, iklim dan
antropogenik saat ini dan masa depan. Model ini merupakan alat yang
komprehensif dan fleksibel untuk menghubungkan input air hidrologi di berbagai
lokasi dalam suatu basin ke beragam aktivitas penggunaan air yang terjadi pada
skala analitis yang sama. Dengan memproses kombinasi input ini, RIBASIM
dapat mengevaluasi serangkaian besar opsi dan output pemodelan sistem, seperti
misalnya langkah-langkah yang terkait dengan infrastruktur dan manajemen
operasional, perubahan dalam distribusi air dan pola konsumsi lintas sektor, dan
perubahan dalam kondisi hidro-meteorologi. Model ini memberikan penanganan
yang efisien dan analisis terstruktur dari sejumlah besar data yang umumnya
terkait dengan sistem sumber daya air (kompleks).
Dalam sistem informasi semua data yang relevan untuk analisis, kalibrasi
dan validasi model matematika disimpan. Informasi umumnya disejajarkan
sebagai dua struktur data berlapis: satu lapisan berisi jaringan objek (simpul,
tautan), jenisnya dan relasinya sementara lapisan kedua berisi database
berorientasi objek yang menjelaskan setiap objek. Prosedur kontrol kualitas data
dapat dimasukkan dalam bagian entri data dari sistem untuk memverifikasi
keakuratan data yang dimasukkan.
Kumpulan model simulasi terdiri dari model matematis yang digabungkan
untuk memungkinkan analisis kuantitatif dari hubungan antara input polutan dan
kapasitas asimilasi sistem air. Dalam set model matematika ini aspek-aspek
berikut ini termasuk: hidrologi, permintaan air, alokasi air, perhitungan beban
limbah, transportasi polutan, dan kualitas air.

29
Dalam sistem analisis, strategi dapat didefinisikan dan dievaluasi untuk
mendukung kegiatan pengembangan untuk wilayah sungai.
2.7.2 Komponen Model
Model DSS-Ribasim versi 7.01.21 ini terdiri atas beberapa komponen
yang dikendalikan oleh sebuah interface yang menunjukkan lokasi geografis.
Adapun komponenkomponen model antara lain adalah sebagai berikut:
a) DSS Shell: merupakan program pembuka yang memadukan program-program
lainnya.
b) Netter: adalah editor jaringan skematisasi sistem tata air yang dapat digunakan
secara interaktif dalam menyusun jaringan dan pemasukan data. Penyajian
hasil simulasi pada setiap simpul dan ruas sungai juga ditampilkan dalam
bentuk peta skematisasi ini. Skematisasi ini dilatar belakangi oleh lapisan
(layer) peta situasi wilayah yang dapat memuat lapisan kontur, kota-kota
kecamatan, jaringan infrastruktur dan lainnya.
c) Case Management Tool: Memberi petunjuk dalam melaksanakan proses
simulasi, sehingga masing-masing kasus simulasi dapat dikelola secara rapih.
d) Agwat: adalah model perhitungan kebutuhan air irigasi.
e) Fishwat: adalah model kebutuhan air perikanan.
f) Simproc: adalah model simulasi wilayah sungai untuk alokasi air.
g) Wadis: adalah model distrik air (water district)
h) Delwaq: adalah model simulasi kualitas air dari Delft Hydraulics
i) ODS2XLS: merupakan sistem penyajian hasil simulasi secara grafis yang
luwes dan dilengkapi dengan fasilitas ekspor ke Microsoft-Excel.
Model simulasi dalam sistem sumber daya air adalah teknik matematik
dengan prosedur/algoritma aritmatik dan logika untuk menggambarkan perilaku
dinamik sistem sumber daya air dalam rangkaian periode waktu (Votruba,
1988:252 dalam Aryati 2012), lihat Gambar 2.9.
Secara umum langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun model
simulasi dalam sistem sumber daya air adalah sebagai berikut (Votruba, 1988:253
dalam Aryati 2012):
- Mendefinisikan masalah.

30
- Menentukan masukan (input) dan keluaran (output) model, data yang
diperlukan, ketersediaan data, pemrosesan data.
- Mendeskripsikan sistem sumber daya air dan hubungan hidrologisnya serta
menyusun model.
- Mendefinisikan parameter pada sistem awal, kemudian mengestimasi
parameter simulasi untuk dijalankan pada simulasi pertama.
- Merencanakan kebijakan operasi sistem. - Menyusun program komputer. -
Menjalankan program.
- Menguji model.
Dalam model simulasi pengaturan sumber daya air, simulasi yang
sekurang-kurangnya dilakukan untuk dapat mengevaluasi hasil alternatif pola
pengaturan air adalah sebagai berikut (Hatmoko dan Sudono, 1998: Proseding PIT
HATHI XV):
a. Simulasi tahap awal, yaitu dengan kondisi tanpa upaya pada kasus masa kini
yang diperlukan untuk mengecek input data sistem dan kebenaran
dijalankannya model (kalibrasi). Dalam tahap ini akan dimasukkan data
ketersediaan air sebagai data water supply pada tahun tertentu yang disusun
sedemikian rupa untuk memperoleh hasil keluaran model sama/mendekati
kenyataan yang terjadi pada tiap periode yang sama.
b. Simulasi dengan kondisi tertentu, dimana simulasi ini akan diketahui akibat
sistem kebijakan pengaturan air yang diterapkan dengan menganalisa
ketersediaan air di tiap titik pada DAS.
c. Simulasi-simulasi selanjutnya, yaitu menerapkan skenario-skenario kebijakan
pengaturan air yang baru untuk mendapatkan hasil alokasi air yang lebih baik
dan mengarah ke hasil yang optimum.

31
Gambar 2.8 DSS Perencanaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai
Sumber : Aryati, 2012

2.7.3 Pemodelan Simulasi Neraca Air


Model Simulasi Neraca Air adalah teknik pemodelan yang digunakan
untuk menirukan dan memindahkan perilaku suatu sistem ke dalam model dalam
rangkaian periode waktu. Dengan simulasi, konsekuensi dari perlakuan yang
dikenakan terhadap suatu sistem dapat diketahui tanpa perlu diimplementasikan
pada sistem yang sesungguhnya (Votruba, 1988:249 dalam Aryati 2012). Caranya
dengan mengamati kejadian-kejadian dalam rangkaian waktu yang memberikan
informasi penting tentang perilaku sistem. Model simulasi menunjukkan apa yang
terjadi di dalam sistem jika diberi masukan tertentu, biasanya dalam berbagai
skenario/alternatif operasi. Karena model simulasi tidak memerlukan fungsi
matematis untuk menghubungkan variabel-variabelnya, biasanya model ini
memungkinkan untuk mensimulasi sistem yang kompleks yang tidak dapat
dimodelkan dan atau diselesaikan secara matematis. Dengan kata lain model ini
memiliki fleksibilitas yang lebih baik dalam merepresentasi sistem.

32
2.7.4 Menggunakan DSS-RIBASIM
Menggunakan Ribasim secara umum dapat dibagi atas beberapa tahap
sebagai berikut:
1) Memilih atau membuat DAS (basin) baru
2) Membuka atau membuat kasus (case) baru
3) Memasuki Netter
a. Mengedit jaringan sistem tata air (edit network)
b. Mengedit data untuk memasukkan data (edit data)
4) Simulasi
5) Analisis hasil
6) Menyimpan case
7) Selesai
Dalam banyak hal, yang kita kerjakan pada umumnya adalah pada langkah
nomor 3, yaitu membuat atau modifikasi jaringan tata air, dan memasukkan
datanya. Hal ini berkaitan erat dengan program Netter. Langkah 2, 3, 4, 5 dan 6
berada dalam suatu program yang bernama Case Management Tool (CMT) yang
memudahkan kita untuk mengelola kasus-kasus simulasi, yang jumlahnya bisa
mencapai puluhan kasus.
1. Memilih atau membuka DAS baru
Setelah kita masuk ke dalam Ribasim dengan mengklik ikon Ribasim atau
melalui menu, maka akan nampak layar Select Basin sebagai berikut:

Gambar 2.9 Layar Select Basin untuk memilih atau membuat basin
Sumber: Waluyo, 2011

33
Pada layar Select Basin, kita dapat memilih DAS yang sudah ada untuk
kita kerjakan lebih lanjut, atau menambahkan (add) DAS baru, menghapus
(delete) atau mengganti nama (rename) DAS yang sudah ada.
2. Membuka atau membuat kasus (case) baru
Setelah kita memilih DAS, maka akan muncul layar Case Management
Tool (CMT). Langkah berikutnya adalah kita membuka kasus dengan menu:
Case  Open
Atau membuat kasus baru, dengan menu:
Case  New

Gambar 2.10 Layar membuka kasus (case)


Sumber: Waluyo, 2011

3. Netter View: cara melihat Jaringan dan Peta


Menu View pada Netter dimaksudkan untuk mengubah pandangan
terhadap jaringan dan peta. Disini terdapat beberapa perintah sebagai berikut:
 Zoom in: memperbesar gambar
 Zoom out: memperkecil gambar
 Center window: membuat ditengah titik yang ditunjuk
 Move: memindahkan / menggeser gambar
 Show full Network: menampilkan keseluruhan network
 Show full Map: menampilkan seluruh peta

34
Gambar 2.11 Netter View: berbagai cara untuk melihat
Sumber: Waluyo, 2011

4. Netter Option: merubah tampilan peta dan jaringan


Menu Options pada Netter dimaksudkan untuk mengubah tampilan
terhadap jaringan dan peta. Disini terdapat beberapa perintah sebagai berikut:
 Options: merubah tampilan label dari node, link dan data
 Network Options: merubah tampilan network (node dan link)
 Map Options: merubah tampilan peta
 Legend Options: merubah tampilan legenda

35
Gambar 2.12 Netter Option: merubah tampilan peta dan jaringan
Sumber: Waluyo, 2011

a. Merubah Tampilan Label dari Node dan Link


Tampilan label atau keterangan dari node dapat diubah tampilannya, yaitu
dapat diberi label ID, nama, jenisnya, maupun tidak diberi label sama sekali
(none).
Option  Option

Gambar 2.13 Setting untuk Node


Sumber: Waluyo, 2011

36
Penampilan label atau keterangan link dapat pula diubah, yaitu menampilkan ID,
nama, jenis, data atau tidak menampilkan apapun (none).

Gambar 2.14 Setting untuk Link


Sumber: Waluyo, 2011

b. Merubah Tampilan Node dan Link


Tampilan node dan link dapat diubah, misalnya node confluence tidak
ditampilkan labelnya atau juga bentuknya; atau link dibuat sangat tebal supaya
lebih jelas.
Options  Network Options

Gambar 2.15 Setting detail node dan link


Sumber: Waluyo, 2011

c. Merubah Tampilan Peta


Tampilan peta dapat diubah dengan perintah:
Option  Map

37
Gambar 2.16 Mengubah tampilan peta
Sumber: Waluyo, 2011

5. Netter Edit: Mengedit jaringan dengan netter


Hal yang paling penting dari Netter adalah:
- Edit Network: mengedit jaringan
- Model Data: memasukkan data

Gambar 2.17 Jendela Netter untuk mengedit jaringan tata air


Sumber: Waluyo, 2011

a. Edit Network: mengedit jaringan


Dalam melakukan edit network, ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu:
 Memilih jenis node dan link yang akan diedit, misalnya simpul irigasi atau
bendungan; dan

38
 Memilih tindakan terhadap network, misalnya menambah, menghapus.

Gambar 2.18 Jenis Node dan Link


Sumber: Waluyo, 2011

Gambar 2.19 Memilih tindakan terhadap Node dan Link


Sumber: Waluyo, 2011

39
b. Edit Model Data: memasukkan dan mengedit data
Jika jaringan sudah ada, maka data dapat dimasukkan melalui menu:
Edit  Model Data
Dan selanjutnya pilih node yang akan diedit, dan data dapat dimasukkan atau
diedit.

Gambar 2.20 Mengedit data


Sumber: Waluyo, 2011

Gambar 2.21 Mengedit data irigasi


Sumber: Waluyo, 2011

40
Gambar 2.22 Mengedit kebutuhan air irigasi
Sumber: Waluyo, 2011

c. Keluar dari Netter


Setelah melakukan edit terhadap network dan map, maka sebelum keluar dari
netter, pastikan telah menyimpan network dan peta, dengan cara:
File  Save  Network
Dan
File  Save  Map
Selanjutnya bisa keluar dengan:
File  Exit
Maka komputer akan kembali ke CMT setelah melakukan pemeriksaan terhadap
network yang baru di edit.
6. Generate and Edit Source List: urutan sumber air
Langkah berikutnya setelah Edit Network adalah Generate and Edit
Sources List yang cukup di klik, dan pilih Generate New Source Priority List
7. Memilih skenario hidrologi

41
Memilih skenario hidrologi dapat dilakukan jika data hidrologi dalam
bentuk timeseries sudah disiapkan dalam folder hidrologi, dalam bentuk berbagai
scenario.

Gambar 2.23 Case Management Tool


Sumber: Waluyo, 2011

Gambar 2.24 Memilih skenario hidrologi


Sumber: Waluyo, 2011
8. Specify Simulation Control Data: memilih waktu simulasi
Memilih waktu simulasi hanya dapat dilakukan jika skenario hidrologi
telah dikerjakan. Tentunya waktu simulasi hanya dapat dipilih sesuai dalam
jangkauan data hidrologi yang tersedia.

42
Gambar 2.25 Memilih waktu simulasi
Sumber: Waluyo, 2011

9. Fixed Model Data: mengedit data yang tidak berubah


Yang terpenting dalam Fixed Model Data adalah mengenai Simulation
Time step Data, yaitu di set pada bulanan atau tengah-bulanan.

Gambar 2.26 Fixed model data


Sumber: Waluyo, 2011

10. Water Demand Computation


Water demand computation cukup di klik saja, dan CMT akan menghitung
semua kebutuhan air.

43
11. River Basin Simulation
River Basin Simulation cukup di klik saja, dan CMT akan menjalankan
simulasi sesuai dengan waktu simulasi yang telah ditetapkan.
12. Specify Extra Post Processing Data
Pilihan ini cukup diklik saja. Jika waktu simulasi yang ingin ditampilkan
ingin diubah, maka dapat diubah disini.

Gambar 2.27 Pilihan Pasca Proses


Sumber: Waluyo, 2011

Gambar 2.28 Memilih waktu simulasi pasca proses


Sumber: Waluyo, 2011

13. Post Processing of Simulation


Pilihan ini cukup di klik saja, dan CMT akan menyiapkan semua output
yang dihasilkan.

44
14. Analysis of Basin Simulation: analisis hasil simulasi
Analisis hasil simulasi menampilkan berbagai pilihan output untuk
dianalisis lebih lanjut.

Gambar 2.29 Pilihan output


Sumber: Waluyo, 2011

a. Link result on map: hasil simulasi dalam peta jaringan


Hasil simulasi dapat ditampilkan dalam peta jaringan sehingga jelas kondisi
debit aliran pada setiap link.

45
Gambar 2.30 Tampilan aliran dalam warna
Sumber: Waluyo, 2011

Gambar 2.31 Memilih tampilan aliran (warna atau lebar)


Sumber: Waluyo, 2011

Gambar 2.32 Mengatur Legenda


Sumber: Waluyo, 2011

46
Gambar 2.33 Tampilan aliran dalam bentuk ketebalan link
Sumber: Waluyo, 2011

Gambar 2.34 Memilih Statistik Aliran: rerata, min, max


Sumber: Waluyo, 2011

47
b. Demand Node Graphics

Gambar 2.35 Memilih data yang akan digambar


Sumber: Waluyo, 2011

Gambar 2.36 Hasil grafik


Sumber: Waluyo, 2011

48
c. Tables

Gambar 2.37 Berbagai tabel yang dihasilkan


Sumber: Waluyo, 2011

Gambar 2.38 Tabel Ringkasan Hasil


Sumber: Waluyo, 2011

49
BAB III
KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir


Sumber-sumber air permukaan yang tersedia bagi daerah Buleleng dan
sekitarnya sebagian besar adalah DAS Saba yang telah dimanfaatkan untuk
mengairi sawah dan kegiatan non-pertanian.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Saba merupakan salah satu DAS di Bali yang
memiliki luas 69,54 km2 dan panjang pengaliran 36 km. Sumber-sumber air
permukaan yang tersedia bagi daerah Buleleng dan sekitarnya sebagian besar
berasal dari DAS Saba yang telah dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan
kegiatan non-pertanian. DAS Saba di Kabupaten Buleleng, meliputi : D.I.
Puluran, D.I. Petemon Kajanan, D.I. Saba, D.I. Dukuh, D.I. Asah Ume, D.I. Titab,
D.I.Batu Megang, D.I. Gebang, D.I. Kedis, D.I. Bengkel, D.I. Busungbiu-Tunju,
D.I. Banyuatis, D.I. Pelapuan, D.I. Pinjinan, D.I. Joanyar. Lokasi DAS Saba
adalah di Kabupaten Buleleng yang meliputi Kecamatan Busungbiu, Banjar,
Seririt dan bahkan diproyeksikan mencakup wilayah Kecamatan Grokgak
(Sedana, 2015).
Daerah pengaliran sungai tersebut juga merupakan daerah perbukitan, hal
ini mengakibatkan air hujan secara cepat akan mengalir menjadi aliran permukaan
(surface runoff), yang kemudian mengalir menuju sungai menjadi banjir yang
datang secara cepat dan surut secara cepat pula. Kondisi lahan pada daerah
genangan umumnya terdiri dari ladang padi yang tergantung dari hujan, tidak
terdapat sistem irigasi teknis sehingga pola tata tanam tergantung dari hujan. Pada
musim hujan jenis tanaman yang ditanam adalah padi sedangkan pada musim
kemarau umumnya jenis tanaman adalah palawija. Produktivitas pertanian
umumnya rendah dengan jenis tanaman padi sebesar 3-4 ton/hektar.
Menanggapi akan hal itu maka solusinya adalah dengan dibangun
infrastruktur bangunan air salah satunya adalah Waduk Titab di Kabupaten
Buleleng. Waduk Titab baru saja selesai diperbaiki setelah mengalami sedikit
masalah saat dilakukan uji coba tahun 2015 lalu dan sudah mulai diisi tanggal 27

50
November 2017. Waduk Titab memiliki fungsi penting dalam pengelolaan sumber
daya air di DAS Saba, selain sebagai pengendali banjir juga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan air irigasi, air bersih, PLTA dan sebagai tempat pariwisata.
Dalam proses analisis simulasi kebutuhan air waduk terhadap irigasi
digunakan program DSS-RIBASIM 7.01.21 untuk mempermudah dan
mempercepat proses analisis. DSS-RIBASIM merupakan salah satu model alokasi
air yang dapat digunakan pada tahap perencanaan pengembangan sumberdaya air,
maupun secara operasional untuk membantu pengambilan keputusan taktis
(misalnya sebagai sarana negosiasi operasi beberapa waduk, atau pemberian ijin
pengambilan air industri). Model ini dikembangkan oleh Delft Hydraulic dari
Negeri Belanda sejak tahun 1985. Model yang konsep dasarnya diilhami oleh
model MITSIM dari Amerika Serikat ini telah digunakan pada lebih dari 20
negara di dunia.
Berdasarkan pemikiran di atas maka diperlukan adanya analisis
pengembangan sumber daya air DAS Saba setelah dibangun Waduk Titab dengan
menggunakan program simulasi DSS-RIBASIM 7.01.21. Diharapkan dengan
menggunakan program RIBASIM 7.01.21, mampu memberikan informasi apakah
air yang disediakan oleh waduk Titab mampu memnuhi kebutuhan irigasi, air
baku dan PLTA seperti yang sudah direncanakan. Analisis nantinya akan
menggunakan beberaapa skenario dengan kondisi tertentu.

3.2 Konsep Penelitian


DAS Saba merupakan salah satu sungai terbesar di Bali yang berfungsi
memasok air untuk lahan pertanian di daerah Buleleng. Kebutuhan akan air irigasi
sangatlah tinggi di sekitar DAS Saba karena sebagian besar lahannya merupakan
lahan sawah, sehingga ketersediaan air sangat penting untuk diperhatikan. Untuk
menunjang fungsi tersebut, Balai Wilayah Sungai Bali-Penida membangun waduk
Titab yang berlokasi di Ularan, Buleleng.
Waduk Titab selain berfungsi untuk mengairi irigasi, juga berfungsi
sebagai pengendali banjir, air baku dan pembangkit listrik tenaga air. Mengingat
akan pentingnya pembangunan waduk tersebut berdasarkan fungsinya, maka

51
diambillah penelitian ini yang akan menganalisis pengembangan sumber daya air
DAS Saba sebelum dan sesudah dibangunnya waduk Titab.

52
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini dirancang untuk menganalisis fungsi Waduk Titab yang
mengambil peran dalam pengembangan sumber daya air di wilayah Buleleng
khususnya DAS Saba bagian hilir. Tahap awal dalam penelitian ini adalah
menentukan latar belakang yang mendasari penelitian, menentukan rumusan
masalah, mencari kajian pustaka yang dapat mendukung penelitian,
mengumpulkan data hidrologi dari instansi pemerintah seperti Balai Wilayah
Sungai Bali-Penida, Bdan Meteorologi dan Geofisika, melakukan survey
lapangan, melakukan wawancara kepada masyarakat di sekitar Waduk Titab,
membuat skenario penelitian, dan selanjutnya melakukan perhitungan hidrologi
sebagai data dalam proses simulasi di program RIBASIM.

4.2 Lokasi DAS Saba dan Waduk Titab


Daerah Aliran Sungai (DAS) Saba merupakan salah satu DAS di Bali yang
memiliki luas 69,54 km2 dan panjang pengaliran 36 km. DAS Saba mencakup
wilayah Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan, Kecamatan Busungbiu dan
Kecamatan Seririt di Kabupaten Buleleng. Sumber-sumber air permukaan yang
tersedia bagi daerah Buleleng dan sekitarnya sebagian besar berasal dari DAS
Saba yang telah dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan kegiatan non-pertanian.
DAS Saba di Kabupaten Buleleng, meliputi : D.I. Puluran, D.I. Petemon Kajanan,
D.I. Saba, D.I. Dukuh, D.I. Asah Ume, D.I. Titab, D.I.Batu Megang, D.I. Gebang,
D.I. Kedis, D.I. Bengkel, D.I. Busungbiu-Tunju, D.I. Banyuatis, D.I. Pelapuan,
D.I. Pinjinan, D.I. Joanyar. Lokasi DAS Saba adalah di Kabupaten Buleleng yang
meliputi Kecamatan Busungbiu, Banjar, Seririt dan bahkan diproyeksikan
mencakup wilayah Kecamatan Grokgak (Sedana, 2015).
Lokasi Waduk Titab terletak pada Satuan Wilayah Sungai Zona Bali Utara
dan secara administratif termasuk di lima wilayah desa, yaitu Desa Telaga, Desa

53
Busungbiu Kecamatan Busungbiu serta Desa Ularan dan Desa Ringdikit di
Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.
Pencapaian lokasi dapat dilakukan dengan kendaraan roda empat dari Kota
Singaraja sejauh ±25 km melewati jalan propinsi Singaraja – Seririt, dari jalan
Kabupaten Seririt – Busungbiu, masuk ±3 km kea rah Dusun Pancoran kemudian
melalui jalan tanah ±1,5 km dari dusun Pancoran ke lokasi as bendungan.

Lokasi Waduk Titab

Gambar 4.1 Peta DAS Saba dan Lokasi Waduk Titab


Sumber: Direktorat Sumber Daya Air Wilayah Timur, 2010

4.3 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan setelah Waduk Titab selesai dibangun dan sudah
melalui uji coba pada bulan November 2017-Februari 2018. Kondisi Waduk Titab
saat ini telah beroperasi untuk irigasi dan masih dalam proses pembangunan
jaringan untuk air baku.
4.4 Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat luasnya ruang lingkup penelitian ini, maka perlu dibuat batasan
masalah yang nantinya dapat dijadikan acuan penelitian. Ruang lingkup yang
dimaksud adalah:

54
1. Penelitian hanya dilakukan di bagian hilir Waduk Titab, khususnya di daerah
irigasi Saba dan Puluran.
2. Data yang digunakan adalah data debit tercatat di bagian hilir DAS Saba, yaitu
di wilayah Buleleng dengan koordinat 114o55,880’ BT 08o11,762’ LS.
3. Dalam penelitian ini tidak memperhitungkan biaya kebutuhan air.
4. Data irigasi yang dipakai dalam analisis dihitung berdasarkan data debit
sepuluh tahun terakhir, yaitu dari tahun 2007-2016.
5. Data Air Baku dan PLTA yang dipakai untuk simulasi RIBASIM adalah data
sekunder berdasarkan perencanaan Balai Wilayah Sungai Bali-Penida tahun
2104.
6. Debit andalan yang digunakan untuk analisis kebutuhan irigasi, air baku dan
PLTA adalah debit andalan 80%.
7. Simulasi RIBASIM dilakukan dengan 4 skenario, yaitu pemanfaatan irigasi
dengan kondisi setelah dibangun Waduk Titab, pemanfaatan irigasi dan air
baku setelah dibangun Waduk Titab, pemanfaatan irigasi, air baku dan PLTA
setelah dibangun Waduk Titab.

4.5 Penentuan Sumber Data


Untuk mendukung penelitian diperlukan data-data yang dapat dibagi
menjadi dua kategori yaitu sebagai berikut:
4.5.1 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapat dari hasil pengumpulan,
pencatatan, dan hasil studi terdahulu. Data sekunder dapat diperoleh dari instansi
pemerintah maupun swasta dan juga dapat diperoleh dari pencarian data di
internet. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi data curah hujan, data debit,
data klimatologi, data peta daerah aliran sungai Saba, data luas daerah irigasi, data
skema daerah irigasi, data pola tata tanam, data cakupan pelayanan PDAM, data
kebutuhan dan skema pelayanan PLTA, data karakteristik teknis Waduk Titab,
dan data kurva genangan Waduk Titab.
Berikut ini beberapa penjelasan mengenai data-data yang mendukung
dalam penelitian ini.

55
1. Data curah hujan
Data curah hujan yang digunakan dari beberapa pos terdekat di sekitar
lokasi waduk Titab, yaitu di pos hujan Munduk, pos hujan Bongancina, pos hujan
Pedawa dan pos hujan Umadesa yang diambil selama 10 tahun terakhir dari tahun
20017-2016. Data curah hujan ini didapat dari Balai Wilayah Sungai Bali-Penida.
Data ini nantinya akan digunakan untuk menghitung curah hujan efektif dalam
perhitungan kebutuhan irigasi di DI Saba dan DI Puluran.
2. Data debit terukur
Data debit terukur didapat dari Balai Wilayah Sungai Bali-Penida 2017.
Data yang dipakai berdasarkan data 10 tahun terakhir dari tahun 2007-2016. Data
debit terukur akan digunakan untuk menghitung debit andalan DAS Saba.
3. Data peta DAS Saba dan lokasi Waduk Titab
Peta DAS Saba dan lokasi Waduk Titab didapat dari instansi swasta, yaitu
PT. Indra Karya selaku konsultan perencana Waduk Titab.
4. Data teknis Waduk Titab
Data teknis Waduk Titab didapat dari instansi swasta, yaitu PT. Indra
Karya selaku konsultan perencana Waduk Titab. Data teknis Waduk Titab dapat
ditunjukkan sebagai berikut:
- Tipe Waduk Zonal
- Debit banjir rencana
o Q1000th 676,31 m3/dt
o QPMF 1.174,30 m3/dt
- Debit rata-rata tahunan 3,058 m3/dt
- Elevasi puncak EL. 162,40 m
- Lebar puncak 12,00 m
- Kemiringan hulu 1 : 2,25
- Kemiringan hilir 1 : 2,00
- Panjang timbunan 210,00 m
- Dasar sungai EL. 102,50 m
- Muka air banjir (MAB) EL. 160 m
- Muka air PMF EL. 161,65 m

56
- Muka air tinggi EL. 156,00 m
- Muka air rendah EL. 131,20 m
Berikut ini data teknis outlet PLTM di Waduk Titab:
- Tipe turbin Butterfly valve
- Jumlah pintu 2 set
- Diameter valve 0,80 m
- Elevasi dasar dan HWL EL. 93,00 m
- Elevasi pintu pengambilan EL 131,20 m
- Elevasi center line EL. 97,75 m
- Operasi Menggunakan listrik
- Tipe pipa pesat/penstock Pipa baja, open dan buried
- Jumlah jalur 1 jaur
- Diameter pipa pesat/penstock 1,20 m bifurcation 0,80 m
- Tebal plat baja 10 mm – 12 mm
- Panjang 264 m
- Debit rencana 3 m3/dt
- Debit untuk satu buah turbin 1,5 m3/dt
- Persentase debit minimum/turbin 30%
- Debit minimum operasi/turbin 1,5 x30% = 45 m3/dt
- Koefisien stickler, k 90
- Luas penampang basah 1,13 m2
- Radius per diameter, R/D 2
- Sudut belokan penstock 90o
- Panjang penstock cabang ke turbin 1 15 m
- Panjang penstock cabang ke turbin 2 15 m
- Luas penampang basah 0,5 m2
- Sudut belokan penstock ke turbin 1 30o
- Sudut belokan penstock ke turbin 2 30o
- Sudut percabangan 60o
- Efisiensi turbin 0,91
- Efisiensi generator 0,95

57
- Head netto 59,8 m
5. Data klimatologi daerah Buleleng
Data klimatologi didapat dari Balai Besar Mteriologi, Klimatologi, dan
Geofisika Wilayah III Denpasar yang berlokasi di Jl Raya Tuban, 2017. Data ini
digunakan untuk menghitung evapotranspirasi.
6. Data skema perencanaan Waduk Titab
Skema perencanaan Waduk Titab didapat dari bagian perencanaan sungai
di Balai Wilayah Sungai Bali-Penida. Skema ini akan digunakan dalam membuat
skema jaringan di program RIBASIM.
7. Data skema rigasi, air baku dan PLTA
Skema irigasi, air baku dan PLTA didapat dari bagian perencanaan sungai
di Balai Wilayah Sungai Bali-Penida. Data ini digunakan sebagai informasi dan
penentuan jaringan irigasi dalam program RIBASIM.
8. Data kurva genangan Waduk Titab
Kurva genangan Waduk Titab didapat dari laporan perencanaan Waduk
Titab dari instansi swasta, yaitu PT. Indra Karya selaku konsultan perencanaan
Waduk Titab. Data ini digunakan dalam analisis program RIBASIM.
9. Data pola tata tanam
Data pola tata tanam didapat dari PT. Indar Karya dan digunakan dalam
proses perencanaan irigasi DI Saba dan DI Puluran.

4.5.2 Data Primer


Selain data sekunder yang didapat dari instansi pemerintah dan swasta,
diperlukan juga data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara
mendatangi langsung lokasi Waduk Titab atau lokasi penelitian yaitu dengan
melakukan survey lapangan, wawancara dan dokumentasi di sekitar Waduk Titab.
4.6 Prosedur Penelitian
Pemenuhan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap
yaitu:
1. Melakukan survey lapangan di Waduk Titab di Buleleng dan menyusuri
Tukad Saba bagian hilir untuk mengetahui kondisi saat ini.

58
2. Mencari data yang dibutuhkan di Balai Wilayah Sungai Bali-Penida, Balai
Besar Metereologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, dan
konsultan perencana untuk mencari informasi terkait operasi Waduk Titab
dengan melakukan wawancara dan memohon data-data kebutuhan analisis.
3. Melakukan perhitungan data hidrologi sebagai data teknis penelitian.
4. Merencanakan skenario simulasi untuk kebutuhan dalam analisis simulasi
di program RIBASIM.
5. Input data ke program RIBASIM dan melakukan running.
6. Mengambil kesimpulan dan saran dari hasil simulasi data dalam program
RIBASIM.

Mulai

Kondisi DAS Saba


Sebelum dibangun waduk Titab

Kondisi DAS Saba


Setelah dibangun waduk Titab

Perubahan pola tanam


yang terjadi setelah dibangun
waduk Titab

Analisis pengembagan sumber daya air


DAS Saba setelah dibangun waduk Titab
dengan RIBASIM

Hasil

Selesai

Gambar 4.2 Prosedur Penelitian

59
Start

Pengumpulan Data

Data Sekunder Data Primer


- data curah hujan - survey lokasi
- data debit - dokumentasi
- data iklim - wawancara
- peta DAS
- skema irigasi
- skema air bersih
- pola tanam
- kebutuhan air domestik

Analisis Data

Data I: Data II: Data III:


- data curah hujan - skema irigasi - pola tanam
- data debit - skema air bersih - PLTA
- data iklim - kebutuhan air domestik - Air Baku
- peta DAS

Analisis Analisis
ketersediaan air kebutuhan air
membuat skenario
perencanaan
Inflow Outflow simulasi RIBASIM
Bendungan Titab Bendungan Titab

Proses simulasi dengan RIBASIM


Berdasarkan 4 skenario
yang direncanakan

Hasil

End

Gambar 4.3 Diagram alur prosedur penelitian

60
4.7 Analisis Data
Tahap selanjutnya setelah semua data yang diperlukan terkumpul adalah
melakukan analisis data. Analisis data yang pertama yaitu analisis debit keandalan
DAS Saba hilir, curah hujan efektif dan evapotranspirasi yang kemudian menajdi
bahan masukan data di program RIBASIM untuk perencanaan kebutuhan air
irigasi.
Dilanjutkan dengan menentukan skenario alternative dalam proses
simulasi sebagai perbandingan dimana ada dua kondisi yaitu sebelumd an sesudah
Waduk Titab dibangun. Data kebutuhan irigasi dari hasil perhitungan, sedangkan
data masukan air baku dan PLTA berdasarkan perencanaan dari Balai Wilayah
Sungai Bali-Penida.

61
BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Kondisi DAS Saba


Daerah Aliran Sungai (DAS) Saba memiliki luas 69,54 km2 dengan panjang
aliran sungai 36 km, dimana mencakup wilayah Kecamatan Busungbiu di
Kabupaten Buleleng. Daerah aliran sungai tersebut juga merupakan daerah
perbukitan, hal ini mengakibatkan air hujan secara cepat akan mengalir menjadi
aliran permukaan (surface runoff), yang kemudian mengalir menuju sungai
menjadi banjir yang datang secara cepat dan surut secara cepat pula.
Kondisi lahan pada daerah genangan umumnya terdiri dari ladang padi yang
tergantung dari hujan, tidak terdapat sistem irigasi teknis sehingga pola tata tanam
tergantung dari hujan. Pada musim hujan jenis tanaman yang ditanam adalah padi
sedangkan pada musim kemarau umumnya jenis tanaman adalah palawija.
Produktivitas pertanian umumnya rendah dengan jenis tanaman padi sebesar 3-4
ton/hektar. Pola tata tanam eksisting untuk daerah irigasi Saba dan Puluran bisa
dilihat pada lampiran B halaman 113. Luas eksisting lahan pertanian di DI Saba
860,425 ha dan DI Puluran 197,82 ha, detail rincian dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Sehingga untuk memantapkan program pembangunan secara terpadu dan menjaga
kelestarian sumber daya air serta lingkungannya dibangun Waduk Titab. Lokasi
Waduk Titab secara administratif termasuk di dalam lima wilayah desa, yaitu
Desa Telaga, Desa Busungbiu Kecamatan Busungbiu serta Desa Ularan dan Desa
Ringdikit di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.
Waduk Titab berfungsi sebagai penyedian air irigasi untuk daerah Saba
seluas 1.396,40 ha dan Puluran seluas 398,42 ha, penyediaan air baku untuk
Kecamatan Seririt, Busungbiu, Gerokgak di Kabupaten Buleleng dan Kecamatan
Melaya (Gilimanuk) di Kabupaten Jembrana, sebanyak 350 lt/detik dan untuk
pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas terpasang 2 x 0,75 MW. Waduk Titab
dengan kapasitas tampungan efektif sebesar 10 juta m3 dibangun di aliran sungai
Titab dengan tipe waduk urugan random dengan inti kedap air tegak. Bangunan
pelengkap terdiri dari bangunan pengelakan berupa konduit beton serta cofferdam,

62
bangunan pelimpah berupa pelimpah samping, bangunan pengambilan berupa
menara tenggelam, bangunan power house, peralatan hidromekanikal serta
peralatan elektromekanikal. Selain fungsi di atas, waduk Titab juga dimanfaatkan
sebagai penanggulangan banjir dengan mempertahankan debit pengeluaran yang
konstan (3-8 m3/dtk), sebagai konservasi dan pariwisata.

Gambar 5.1 Kondisi waduk Titab saat ini


Sumber: Hasil dokumentasi dan survey, 2018

Tabel 5.1 Daftar subak existing di DAS Saba Hilir


Lokasi
Nama Luas Area
No. Daerah Nama Subak Eksisting
Irigasi Desa Kecamatan (ha)

1 Saba Uma Desa Lokapaksa Seririt 172.98


Tegalintaran Kalopaksa Seririt 25
Ponjokcukli Umaanyar Seririt 18
Banyumati Umaanyar Seririt 86.175
Banjarasem Banjarasem Seririt 114.15
Yeh anakan Banjarasem Seririt 75.8
Kalisada Kalisada Seririt 85.32
Tegallenga Kalisada Seririt 92
Berongbong/ Celukan Bawang Gerokgak 120
Tinga-Tinga/Suka Mukti Tinga-tinga Gerokgak 42
Pengulon Pengulon Gerokgak 24
Patas/Pengodaran Patas Gerokgak 5
2 Puluran Puluran Pengastulan Seririt 60
Belumbang Seririt Seririt 89.82
Babakan Tangguwisia Seririt 12
Beten Bekul Tangguwisia Seririt 36
Luas total 1058.245
Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian dan Peternakan-Buleleng, 2018

63
Gambar 5.2 Kondisi saluran irigasi di daerah Gerokgak
Sumber: Hasil dokumentasi dan survey, 2018

5.2 Analisis Data Hidrologi


5.2.1 Debit Andalan
Analisis debit Andalan dilakukan dengan melakukan perhitungan
berdasarkan data debit terukur harian yang didapat dari Balai Wilayah Sungai
Bali-Penida. Debit terukur diambil 10 tahun terakhir yaitu tahun 2007-2016 di
daerah pencatatan bagian hilir Tukad Saba, tepatnya di koordinat 114˚55,880' BT
08˚11,762' LS. Rekapitulasi data debit terukur 15 harian dapat dilihat di Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Rekapitulasi data debit 15 harian DAS Saba
No. Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Jan 3.400 2.971 1.495 1.599 8.722 8.293 8.441 8.485 8.840 0.094
2.734 2.890 1.620 2.006 8.628 8.225 8.374 8.916 8.114 0.311
2 Feb 2.138 1.583 2.364 1.719 8.483 8.396 7.251 7.630 8.400 0.653
1.640 1.817 2.444 1.556 8.318 7.745 7.995 8.299 8.733 0.408
3 Mar 1.226 1.781 2.316 1.731 8.220 7.806 7.708 7.747 7.218 0.337
1.574 1.404 2.206 2.171 8.105 7.598 7.762 7.397 7.676 0.383
4 Apr 1.022 1.102 2.053 3.061 7.704 7.655 7.515 7.462 7.468 0.430
1.215 0.977 2.208 3.039 7.600 7.587 7.551 7.178 7.698 0.457
5 Mei 1.159 1.009 2.149 2.412 7.597 2.381 2.650 2.665 2.251 0.415
1.264 1.165 3.186 2.364 7.530 2.246 2.327 2.302 2.422 0.374
6 Jun 0.862 0.680 4.065 2.389 7.437 2.495 2.730 2.610 2.619 0.379
0.814 0.662 2.065 2.500 7.376 2.630 2.739 2.860 2.683 0.448
7 Jul 1.016 0.599 1.238 2.091 7.231 3.003 3.312 3.502 3.440 0.389
1.310 1.527 1.332 2.126 7.126 1.316 1.640 2.024 1.859 0.444
8 Agust 0.695 0.999 1.338 1.977 7.000 1.286 1.520 5.467 2.414 0.353
1.769 1.478 1.335 1.902 6.895 1.453 1.388 4.853 2.113 0.259
9 Sep 0.850 1.132 1.459 1.760 6.869 2.237 1.366 2.195 6.466 0.237
1.166 1.513 1.514 1.624 6.720 2.038 1.263 3.696 2.363 0.200
10 Okt 0.843 0.863 1.521 1.518 6.617 2.215 2.225 2.066 3.755 0.363
0.933 0.958 1.696 1.498 6.503 2.164 2.110 2.144 2.134 0.259
11 Nop 1.286 0.640 1.937 1.894 6.390 1.217 10.118 4.876 1.561 0.176
0.921 0.878 1.838 1.703 6.311 1.356 9.342 3.933 2.490 0.331
12 Des 1.573 1.383 1.701 1.681 5.953 5.500 5.790 6.050 6.064 0.439
1.965 1.548 1.765 2.486 6.408 6.048 5.676 5.965 6.321 0.543
Debit rata-rata
1.391 1.315 1.952 2.034 7.323 4.287 4.950 5.013 4.796 0.362
(m3/dtk)
Sumber: Balai Wilayah Sungai Bali-Penida, 2018

64
Berdasarkan data debit terukur 15 harian di atas, selanjutnya menentukan
debit andalan dengan metode statistik ranking menggunakan analisis frekuensi
atau probabilitas dengan rumus Weibull pada persamaan (2.2) hal.12. Langkah-
langkah yang diperlukan dalam analisis probabilitas dapat dilihat sebagai berikut:
1. Mengurutkan data curah hujan setengah bulanan dari besar ke kecil
2. Menentukan urutan dengan rumus probabilitas:

Hasil analisis ranking statistic debit andalan dapat dilihat pada Tabel 5.3 di bawah
ini.
Tabel 5.3 Nilai probabilitas dan debit keandalan DAS Saba

Pr
n Jan I Jan II Feb I Feb II Mar I Mar II Apr I Apr II Mei I Mei II Jun I Jun II
(%)
9 1 8.84 8.92 8.48 8.73 8.22 8.11 7.70 7.70 7.60 7.53 7.44 7.38
18 2 8.72 8.63 8.40 8.32 7.81 7.76 7.65 7.60 2.67 3.19 4.07 2.86
27 3 8.49 8.37 8.40 8.30 7.75 7.68 7.52 7.59 2.65 2.42 2.73 2.74
36 4 8.44 8.23 7.63 7.99 7.71 7.60 7.47 7.55 2.41 2.36 2.62 2.68
45 5 8.29 8.11 7.25 7.74 7.22 7.40 7.46 7.18 2.38 2.33 2.61 2.63
55 6 3.40 2.89 2.36 2.44 2.32 2.21 3.06 3.04 2.25 2.30 2.49 2.50
64 7 2.97 2.73 2.14 1.82 1.78 2.17 2.05 2.21 2.15 2.25 2.39 2.06
73 8 1.60 2.01 1.72 1.64 1.73 1.57 1.10 1.21 1.16 1.26 0.86 0.81
82 9 1.49 1.62 1.58 1.56 1.23 1.40 1.02 0.98 1.01 1.17 0.68 0.66
91 10 0.09 0.31 0.65 0.41 0.34 0.38 0.43 0.46 0.41 0.37 0.38 0.45
Sumber : hasil perhitungan,2018

Tabel 5.4 Nilai probabilitas dan debit keandalan DAS Saba (lanjutan)

Pr
n Jul I Jul II Aug I Aug II Sep I Sep II Okt I Okt II Nov I Nov II Des I Des II
(%)
9 1 7.23 7.13 7.00 6.90 6.87 6.72 6.72 6.72 6.62 6.50 10.12 9.34
18 2 3.50 2.13 5.47 4.85 6.47 3.70 3.70 3.70 3.76 2.16 6.39 6.31
27 3 3.44 2.02 2.41 2.11 2.24 2.36 2.36 2.36 2.23 2.14 4.88 3.93
36 4 3.31 1.86 1.98 1.90 2.20 2.04 2.04 2.04 2.22 2.13 1.94 2.49
45 5 3.00 1.64 1.52 1.77 1.76 1.62 1.62 1.62 2.07 2.11 1.89 1.84
55 6 2.09 1.53 1.34 1.48 1.46 1.51 1.51 1.51 1.52 1.70 1.56 1.70
64 7 1.24 1.33 1.29 1.45 1.37 1.51 1.51 1.51 1.52 1.50 1.29 1.36
73 8 1.02 1.32 1.00 1.39 1.13 1.26 1.26 1.26 0.86 0.96 1.22 0.92
82 9 0.60 1.31 0.69 1.33 0.85 1.17 1.17 1.17 0.84 0.93 0.64 0.88
91 10 0.39 0.44 0.35 0.26 0.24 0.20 0.20 0.20 0.36 0.26 0.18 0.33
Sumber : hasil perhitungan,2018

65
3. Selanjutnya menentukan debit keandalan 80% dengan rumus interpolasi.
Berdasarkan table di atas, probabilitas untuk debit 80% terletak diantara 73%
dan 82%. Sehingga, Q80 dapat dihitung sebagai berikut:
Q80  1,6  ((8  8).(1,60  1,49))  1,60
Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.5 Debit keandalan 80% (Q80)

Q80
No. Bulan
(m3/dt)
1 Jan I 1.60
2 Jan II 2.01
3 Feb I 1.72
4 Feb II 1.64
5 Mar I 1.73
6 Mar II 1.57
7 Apr I 1.10
8 Apr II 1.21
9 Mei I 1.16
10 Mei II 1.26
11 Jun I 0.86
12 Jun II 0.81
13 Jul I 1.02
14 Jul II 1.32
15 Augs I 1.00
16 Augs II 1.39
17 Sept I 1.13
18 Sept I 1.26
19 Okt I 1.26
20 Okt II 1.26
21 Nov I 0.86
22 Nov II 0.96
23 Des I 1.22
24 Des II 0.92
Average 1.26
Maximum 2.01
Minimum 0.81
Sumber: Hasil perhitungan, 2018

Tabel di atas menghasilkan nilai Q80 rata-rata 1,26 m3/dt, Q80 maksimum
2,01 m3/dt, dan Q80 minimum 0,81 m3/dt.

66
Gambar 5.3 Grafik debit keandalan 80% (Q80) DAS Saba
Sumber: Hasil perhitungan, 2018

5.2.2 Curah Hujan Efektif


Curah hujan efektif diperlukan untuk menghitung kebutuhan air irigasi
dalam suatu daerah irigasi. Curah hujan efektif dihitung berdasarkan data curah
hujan 15 harian yang didapat dari Balai Wilayah Sungai Bali-Penida yang terlihat
dalam Tabel 5.6 dan Tabel 5.7.

Tabel 5.6 Curah hujan 15 harian (mm/hari) Januari-Juni


Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun
NO
Tahun 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 2007 47 44 64 102 144 159 100 64 19 89 68 20
2 2008 233 260 246 244 205 217 146 140 107 103 26 26
3 2009 157 147 229 212 110 65 137 146 113 175 18 0
4 2010 129 206 225 156 251 146 158 170 191 146 43 18
5 2011 207 227 249 168 142 156 175 148 171 25 9 34
6 2012 244 239 205 156 240 230 182 112 63 32 1 4
7 2013 185 213 106 117 100 44 45 30 33 67 53 41
8 2014 90 132 85 53 55 42 41 61 32 19 0 8
9 2015 106 153 143 97 172 98 101 132 32 13 37 0
10 2016 88 237 328 124 135 196 234 80 88 97 97 190
Rata-Rata 149 186 188 143 155 135 132 108 85 77 35 34
Sumber: Balai Wilayah Sungai Bali Penida, 2018

67
Tabel 5.7 Curah hujan 15 harian (mm/hari) Juli-Desember
Bulan Jul Agust Sept Okt Nov Des
NO
Tahun 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 2007 10 17 1 2 2 0 7 70 233 49 284 216
2 2008 13 19 1 1 9 11 37 48 143 140 218 241
3 2009 6 21 1 0 4 20 21 63 40 45 53 112
4 2010 83 47 14 59 78 127 57 136 162 182 326 225
5 2011 24 6 0 7 11 17 7 61 151 115 95 173
6 2012 2 7 0 1 0 3 45 31 69 132 157 194
7 2013 66 56 0 3 1 0 3 95 117 133 279 242
8 2014 15 3 5 3 1 0 9 26 95 135 50 132
9 2015 0 3 1 0 0 1 20 31 79 77 183 87
10 2016 76 86 36 9 18 51 207 149 132 162 207 285
Rata-Rata 29 26 6 8 12 23 41 71 122 117 185 191
Sumber: Balai Wilayah Sungai Bali Penida, 2018

Perhitungan curah hujan efektif dilakukan dengan menggunakan rumus pada


persamaan (2.8) halaman 21. Perhitungan hujan efektif dapat dihitung dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghitung curah hujan andalan yang didapat dari jumlah curah hujan
setengah bulanan masing-masing tahun dan diurutkan dari kecil ke besar,
didapat seperti Tabel 5.7.

Tabel 5.8 Curah hujan andalan berdasarkan ranking


Hujan Tahunan Ranking Hujan
No Hujan (p) Hujan (p)
Tahun Tahun
mm mm
1 2007 1807 2014 1092
2 2008 2832 2015 1565
3 2009 1892 2007 1807
4 2010 3336 2009 1892
5 2011 2376 2013 2027
6 2012 2348 2012 2348
7 2013 2027 2011 2376
8 2014 1092 2008 2832
9 2015 1565 2016 3313
10 2016 3313 2010 3336
Sumber: Hasil perhitungan, 2018

68
2. Selanjutnya menghitung Basic Year (R80) dari tabel di atas menggunakan
rumus pada persamaan (2.9) halaman 21.
10
R80  1 3
5
Berdasarkan perhitungan menggunakan metode basic year, data curah
hujan yang berada pada ranking ketiga yaitu tahun 2007 yang dapat digunakan.
Selanjutnya, menghitung curah hujan efektif menggunakan curah hujan minimum
tahun 2007.
3. Menghitung curah hujan efektif menggunakan rumus pada persamaan (2.8)
halaman 21.
a. Curah hujan efektif untuk padi
10
Re padi = 0,7   0,5
15
b. Curah hujan efektif untuk palawija
10
Re palawija = 0,5   0,3
15
Detail hasil perhitungan curah hujan efektif untuk padi dan palawija selanjutnya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.9 Rekapitulasi curah hujan efektif padi dan palawija


Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun
Stasiun I II I II I II I II I II I II
Sta. Munduk 35 0 135 197 197 274 189 38 10 85 102 12
Sta. Bongancina 76 82 2 11 221 194 164 116 63 211 118 28
Sta. Pedawa 68 16 39 55 42 0 0 0 0 0 0 0
Sta. Umadesa 10 78 82 143 117 168 48 100 3 61 50 38
Rata-rata 47 44 64 102 144 159 100 64 19 89 68 20
Hujan Efektif
Padi 2.2 1.9 3.0 4.7 6.7 6.9 4.7 3.0 0.9 3.9 3.2 0.9
Palawija 1.6 1.4 2.1 3.4 4.8 5.0 3.3 2.1 0.6 2.8 2.3 0.7
Sumber: Hasil perhitungan, 2018

69
Tabel 5.9 Rekapitulasi curah hujan efektif padi dan palawija (lanjutan)
Bulan Jul Agt Sep Okt Nop Des
Stasiun I II I II I II I II I II I II
Sta. Munduk 2 10 0 8 7 0 10 64 251 3 266 205
Sta. Bongancina 39 56 3 1 0 0 18 193 241 131 280 291
Sta. Pedawa 0 0 0 0 0 0 0 17 174 57 373 178
Sta. Umadesa 0 0 0 0 0 0 0 4 264 3 215 190
Rata-rata 10 17 1 2 2 0 7 70 233 49 284 216
Hujan Efektif
Padi 0.5 0.7 0.0 0.1 0.1 0.0 0.3 3.0 10.9 2.3 13.2 9.5
Palawija 0.3 0.5 0.0 0.1 0.1 0.0 0.2 2.2 7.8 1.6 9.5 6.8
Sumber: Hasil perhitungan, 2018

5.2.3 Evapotranspirasi
Evapotranspirasi yang terjadi di DAS Saba dapat dihitung dengan
perumusan pada (2.3). Untuk menghitung evapotranspirasi dibutuhkan data-data
diantaranya adalah suhu udara, kelembaban, lama penyinaran dan kecepatan angin
yang didapat dari Balai Wilayah Sungai Bali Penida yang dapat dilihat pada grafik
berikut.

Gambar 5.4 Suhu udara daerah Buleleng rata-rata per bulan


Sumber : Hasil perhitungan, 2018

70
Gambar 5.5 Kelembaban daerah Buleleng rata-rata per bulan
Sumber: Hasil perhitungan, 2018

Gambar 5.6 Lama penyinaran daerah Buleleng rata-rata per bulan


Sumber : Hasil perhitungan, 2018

71
Gambar 5.7 Kecepatan angin daerah Buleleng rata-rata per bulan
Sumber : Hasil perhitungan, 2018

Hubungan suhu udara, kelembaban, lama penyinaran dan kecepatan angin


dalam grafik di atas adalah besar nilai suhu udara dipengaruhi oleh besar
kelembaban, lama penyinaran dan kecepatan angin. Seperti dilihat pada bulan
Agustus, suhu udara menunjukkan grafik yang rendah dengan kelembaban yang
relatif rendah pula, padahal lama penyinaran pada bulan yang sama menunjukkan
grafik yang cukup besar. Hal ini dikarenakan kecepatan angin pada bulan tersebut
cukup tinggi, sehingga suhu udara menjadi rendah meskipun lama penyinaran
tinggi. Rekapitulasi hasil perhitungan suhu udara, kelembaban, lama penyinaran
dan kecepatan angin dapat dilihat pada tabel berikut.

72
Tabel 5.11 Rekapitulasi Suhu udara, kelembaban, lama penyinaran, dan
kecepatan angin rata-rata di Buleleng
Suhu Udara Lama Penyinaran Kecepatan Angin
No. Uraian Kelembaban
ta (oC) n (jam) u (m/det)
RH (%)
1 Jan 24.17 81.78 3.84 1.18
2 Peb 24.99 82.32 2.76 0.87
3 Mar 24.91 83.59 3.39 0.76
4 Apr 23.57 82.91 3.77 0.71
5 Mei 24.25 78.79 4.20 0.77
6 Juni 23.96 79.96 4.44 1.24
7 Juli 22.83 85.17 4.25 1.06
8 Agt 22.63 82.29 5.11 1.25
9 Sep 23.07 81.39 5.18 1.13
10 Okt 24.17 84.76 4.66 1.19
11 Nop 24.62 80.76 3.71 0.72
12 Des 24.42 82.09 3.45 0.72
Rerata 23.96 82.15 4.06 0.97
Sumber: Hasil perhitungan, 2018
Data pada table di atas selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung
evapotranspirasi potensial di Buleleng dan sekitarnya. Perhitungan dapat
menggunakan rumus pada persamaan (2.7) halaman 18. Detail perhitungan dapat
dilihat pada Lampiran B halaman 113. Berikut ini dilampirkan rekapitulasi hasil
perhitungan evapotranspirasi.
Tabel 5.12 Rekapitulasi evapotranspirasi potensial (ETp)
ETp
No Bulan
mm/hari
1 Jan 4.36
2 Peb 3.96
3 Mar 3.60
4 Apr 3.02
5 Mei 3.03
6 Juni 3.02
7 Juli 2.77
8 Agt 3.65
9 Sep 4.38
10 Okt 4.44
11 Nop 4.20
12 Des 4.04
Sumber : Hasil perhitungan, 2018

73
Evapotranspirasi potensial maksimum terjadi di bulan Oktober sebesar
4,44 mm/hari dan nilai minimum terjadi di bulan Juli sebesar 2,77 mm/hari. Data
evapotranspirasi potensial yang terjadi di daerah Buleleng selama satu tahun dapat
digambarkan dalam grafik di bawah ini.

Gambar 5.8 Grafik evapotranspirasi tanaman di daerah irigasi Titab


Sumber: Hasil perhitungan, 2018

5.2.4 Menghitung Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan (KAPLH)


Kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah total kebutuhan air dengan
memperhitungkan kebutuhan air selama penyiapan lahan (land preparation), air
pengganti akibat adanya perkolasi dan penggantian lapisan air (water layer
replacement). Perhitungan air untuk penyiapan lahan dapat menggunakan rumus pada
persamaan (2.5) halaman 15. Sebelum menghitung kebutuhan air untuk penyiapan
lahan, perlu dihitung terlebih dahulu Evaporasi actual (Eo) dengan persamaan berikut:
Eo = 1,1 x Eto
Eo = 1,1 x 4,36 = 4,80 mm/hari
Hasil perhitungan evaporasi aktual setiap bulan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

74
Tabel 5.13 Hasil perhitungan evaporasi aktual

Eto Eo = 1,1 Eto


Bulan
mm/hari mm/hari
Januari 4.36 4.80
Pebruari 3.96 4.36
Maret 3.60 3.96
April 3.02 3.32
Mei 3.03 3.33
Juni 3.02 3.33
Juli 2.77 3.05
Agustus 3.65 4.01
September 4.38 4.82
Oktober 4.44 4.88
Nopember 4.20 4.61
Desember 4.04 4.45
Sumber: Hasil perhitungan, 2018

Selanjutnya menghitung besar kebutuhan air untuk penyiapan lahan setiap


setengah bulan yang dapat dihitung dengan persamaan (2.5) halaman 15, yang dirinci
sebagai berikut:

 ek 
IR  M  k 
 e 1

 M .TS 
 e 
IR  ( Eo  P) T 
 e M .S  1
 
IR  (4,8  2)1,793  12,191 /bulan
IR = 6,096/15 harian
Rekapitulasi hasil perhitungan kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

75
Tabel 5.14 Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (KAPLH)
M= KAPLH = KAPLH
k= M.ek/(ek-1)
Bulan Eo P Eo+P ek/(ek-1) (untuk ½
M.T/S
mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari bulanan)
Januari 4.80 2 6.80 0.816 1.793 12.191 6.096
Pebruari 4.36 2 6.36 0.763 1.874 11.911 5.956
Maret 3.96 2 5.96 0.715 1.958 11.664 5.832
April 3.32 3 6.32 0.758 1.881 11.888 5.944
Mei 3.33 3 6.33 0.760 1.879 11.895 5.947
Juni 3.33 3 6.33 0.759 1.880 11.893 5.946
Juli 3.05 3 6.05 0.726 1.938 11.720 5.860
Agustus 4.01 3 7.01 0.841 1.758 12.325 6.163
September 4.82 3 7.82 0.939 1.642 12.847 6.424
Oktober 4.88 3 7.88 0.946 1.635 12.887 6.444
Nopember 4.61 2 6.61 0.794 1.825 12.074 6.037
Desember 4.45 2 6.45 0.774 1.856 11.969 5.985
Sumber: Hasil perhitungan, 2018

5.2.5 Menghitung Kebutuhan Air Irigasi


Kebutuhan air irigasi adalah total kebutuhan air yang diperlukan untuk
mengairi sawah di DI Saba dan DI Puluran seluas 1.794,82 ha. Kebutuhan air
irigasi ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.3) halaman 14 dan
data dari hasil perhitungan sebelumnya yaitu curah hujan efektif dan
evapotranspirasi dengan pola tanam Palawija-Padi-Palawija dan menggunakan 6
alternatif mulai tanam, yaitu awal Januari (PTT1), pertengahan Januari (PTT2),
awal Februari (PTT3), pertengahan Februari (PTT4), awal Maret (PTT5), dan
pertengahan Maret (PTT6). Detail perhitungan dapat dilihat pada Lampiran B
halaman 113.
Berdasarkan perhitungan didapatkan kebutuhan air irigasi DI Saba dan DI
Puluran yang dirangkum dalam Tabel 5.14 dan Tabel 5.15 di bawah ini. Detail
perhitungan dapat dilihat pada lampiran B halaman 113.

76
Tabel 5.15 Kebutuhan irigasi DI Saba
SABA
Bulan Hari
01-Jan 16-Jan 01-Feb 16-Feb 01-Mar 16-Mar

l/dt/ 106 l/dt/ 106 l/dt/ 106 l/dt/ 106 l/dt/ 106 l/dt/ 106
ha m3 ha m3 ha m3 ha m3 ha m3 ha m3

November 15 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
15 0.79 1.42 0.62 1.13 0.28 0.50 0.25 0.44 0.00 0.00 0.00 0.00
Desember 15 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Januari 15 1.47 2.66 0.81 1.46 0.85 1.53 0.82 1.49 0.65 1.18 0.07 0.13
16 1.71 3.29 1.51 2.91 0.86 1.65 0.88 1.70 0.86 1.66 0.11 0.21
Februari 15 0.44 0.79 1.46 2.64 2.16 3.92 0.64 1.16 0.68 1.22 0.00 0.00
13 0.29 0.46 0.29 0.46 1.16 1.82 1.10 1.73 0.43 0.68 0.00 0.00
Maret 15 0.54 0.97 0.54 0.97 0.44 0.80 1.31 2.37 1.37 2.49 0.08 0.15
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.71 1.36 0.49 0.95
April 15 0.72 1.30 0.72 1.30 0.76 1.38 0.76 1.38 0.69 1.24 1.59 2.88
15 0.38 0.68 0.38 0.68 0.44 0.80 0.49 0.89 0.49 0.89 0.41 0.75
Mei 15 0.71 1.28 0.71 1.28 0.73 1.33 0.80 1.45 0.85 1.54 0.85 1.54
16 0.69 1.34 0.00 0.00 0.19 0.37 0.22 0.42 0.29 0.55 0.33 0.64
Juni 15 0.82 1.49 1.27 2.30 0.00 0.00 0.32 0.58 0.35 0.63 0.41 0.75
15 0.65 1.18 1.67 3.02 1.65 2.99 0.19 0.34 0.70 1.27 0.73 1.32
Juli 15 0.79 1.43 0.79 1.43 1.69 3.06 1.68 3.03 0.26 0.47 0.73 1.33
16 1.39 2.67 1.39 2.67 1.31 2.54 2.21 4.27 2.20 4.24 0.78 1.51
Agustus 15 1.13 2.04 1.13 2.04 1.13 2.04 1.04 1.87 1.95 3.53 1.93 3.50
16 1.63 3.14 1.63 3.14 1.68 3.25 1.68 3.25 1.59 3.07 2.51 4.84
September 15 1.12 2.02 1.12 2.02 1.21 2.20 1.28 2.32 1.28 2.32 1.17 2.11
15 1.09 1.98 1.09 1.98 1.13 2.04 1.23 2.22 1.29 2.34 1.29 2.34
Oktober 15 0.29 0.52 0.29 0.52 1.05 1.89 1.08 1.96 1.18 2.14 1.25 2.26
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total
Volume/TH/Ha 30.67 31.95 34.13 32.88 32.82 27.22
(106 m3)
Maximum
1.71 1.67 2.16 2.21 2.20 2.51
(lt/dt/ha)
Rerata
0.69 0.72 0.78 0.75 0.74 0.61
(lt/dt/ha)
Sumber: Hasil perhitungan, 2018

77
Tabel 5.16 Kebutuhan irigasi DI Puluran
PULURAN
Bulan Hari
01-Jan 16-Jan 01-Feb 16-Feb 01-Mar 16-Mar

l/dt/ 106 l/dt/ 106 l/dt/ 106 l/dt/ 106 l/dt/ 106 l/dt/ 106
ha m3 ha m3 ha m3 ha m3 ha m3 ha m3

November 15 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
15 0.79 0.41 0.62 0.32 0.28 0.14 0.25 0.13 0.00 0.00 0.00 0.00
Desember 15 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Januari 15 1.47 0.76 0.81 0.42 0.85 0.44 0.82 0.43 0.65 0.34 0.07 0.04
16 1.71 0.94 1.51 0.83 0.86 0.47 0.88 0.49 0.86 0.47 0.11 0.06
Februari 15 0.44 0.23 1.46 0.75 2.16 1.12 0.64 0.33 0.68 0.35 0.00 0.00
13 0.29 0.13 0.29 0.13 1.16 0.52 1.10 0.49 0.43 0.19 0.00 0.00
Maret 15 0.54 0.28 0.54 0.28 0.44 0.23 1.31 0.67 1.37 0.71 0.08 0.04
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.71 0.39 0.49 0.27
April 15 0.72 0.37 0.72 0.37 0.76 0.39 0.76 0.39 0.69 0.35 1.59 0.82
15 0.38 0.19 0.38 0.19 0.44 0.23 0.49 0.25 0.49 0.25 0.41 0.21
Mei 15 0.71 0.37 0.71 0.37 0.73 0.38 0.80 0.41 0.85 0.44 0.85 0.44
16 0.69 0.38 0.00 0.00 0.19 0.11 0.22 0.12 0.29 0.16 0.33 0.18
Juni 15 0.82 0.42 1.27 0.66 0.00 0.00 0.32 0.17 0.35 0.18 0.41 0.21
15 0.65 0.34 1.67 0.86 1.65 0.85 0.19 0.10 0.70 0.36 0.73 0.38
Juli 15 0.79 0.41 0.79 0.41 1.69 0.87 1.68 0.87 0.26 0.13 0.73 0.38
16 1.39 0.76 1.39 0.76 1.31 0.72 2.21 1.22 2.20 1.21 0.78 0.43
Agustus 15 1.13 0.58 1.13 0.58 1.13 0.58 1.04 0.53 1.95 1.01 1.93 1.00
16 1.63 0.90 1.63 0.90 1.68 0.93 1.68 0.93 1.59 0.88 2.51 1.38
September 15 1.12 0.58 1.12 0.58 1.21 0.63 1.28 0.66 1.28 0.66 1.17 0.60
15 1.09 0.56 1.09 0.56 1.13 0.58 1.23 0.63 1.29 0.67 1.29 0.67
Oktober 15 0.29 0.15 0.29 0.15 1.05 0.54 1.08 0.56 1.18 0.61 1.25 0.65
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total
Volume/TH/Ha 8.75 9.12 9.74 9.38 9.37 7.76
(106 m3)
Maximum
1.71 1.67 2.16 2.21 2.20 2.51
(lt/dt/ha)
Rerata
0.69 0.72 0.78 0.75 0.74 0.61
(lt/dt/ha)
Sumber: Hasil perhitungan, 2018

78
Data DI Saba menunjukkan total kebutuhan air irigasi selama satu tahun
yaitu pada pola tanam I sebesar 30,67 106 m3/th/, pola tanam II sebesar 31,95 106
m3/th/ha, pola tanam III sebesar 34,13 106 m3/th/ha, pola tanam IV sebesar 32,88
106 m3/th/ha, pola tanam V sebesar 32,82 106 m3/th/ha dan pola tanam VI sebesar
27,22 106 m3/th/ha masing-masing dengan luas area irigasi 1396,40 ha.
Data DI Puluran menunjukkan total kebutuhan air irigasi selama satu
tahun yaitu pada pola tanam I sebesar 8,75 106 m3/th/, pola tanam II sebesar 9,12
106 m3/th/ha, pola tanam III sebesar 9,74 106 m3/th/ha, pola tanam IV sebesar 9,38
106 m3/th/ha, pola tanam V sebesar 9,37 106 m3/th/ha dan pola tanam VI sebesar
7,76 106 m3/th/ha masing-masing dengan luas area irigasi 398,42 ha.

5.3 Kebutuhan Air Baku


Manfaat lain dari waduk Titab adalah untuk mensuplai air minum bagi
masyarakat sekitar yang kekurangan air. Masyarakat yang memperoleh suplai air
minum dari waduk Titab berada di Kecamatan Seririt, Banjar dan Busung Biu.
Daerah layanan pemanfaatan air minum wilayah Seririt, Banjar dan Busung Biu
dapat dilihat pada peta berikut ini.

Gambar 5.9 Peta daerah layanan air baku dari waduk Titab
Sumber: Balai Wilayah Sungai Bali-Penida

79
Kebutuhan air baku dalam penelitian ini merupakan kebutuhan air minum
konstan yang diambil langsung dari waduk Titab. Data kebutuhan air minum
menggunakan data sekunder, yaitu data perencanaan dari Balai Wilayah Sungai
Bali-Penida, ini dilakukan untuk mengetahui apakah berdasarkan perencanaan
tersebut waduk Titab mampu mensuplai air untuk kebutuhan air baku. Proyeksi
kebutuhan air baku untuk Kecamatan Seririt, Banjar dan Busung Biu
diproyeksikan sampai tahun 2043 mencapai 0,359 m3/detik atau 13,33 juta m3
pertahun. Perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran B halaman 113,
sedangkan rekapitulasi kebutuhan air baku dapat dilihat pada Tabel 5.17 di bawah
ini.

Tabel 5.17 Rekapitulasi kebutuhan air minum untuk tahun proyeksi 2043
Kec. Busung
No Uraian Satuan Kec. Seririt Kec.Banjar Total
Biu
80% 85% 60%
Kebutuhan
1 Rerata lt/det 156.05 31.76 124.62 312.44 359.30

lt/hr 13,482,926.20 2,744,193.38 10,767,588.87 26,994,708.46 31,043,914.72

m3/hari 13,482.93 2,744.19 10,767.59

m3/15 hr 202,243.89 41,162.90 161,513.83

m3/th 4,921,268.06 1,001,630.59 3,930,169.94 9,853,068.59


Kebutuhan
2 Maksimum m3/th 5,659,458.27 1,151,875.17 4,519,695.43 11,331,028.87
Kebutuhan
3 Jam Puncak m3/th 7,677,178.18 1,562,543.71 6,131,065.10
Kebutuhan juta
air baku m3/th 11.33
m3/dtk 0.359
Sumber: Balai Wilayah Sungai Bali-Penida, 2014

5.4 Kebutuhan PLTA


Kebutuhan PLTA dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu
data perencanaan dari Balai Wilayah Sungai Bali-Penida. Kebutuhan air untuk
pembangkit listrik terdiri dari dua debit yaitu untuk debit beban dasar sebesar 4,25
m3/dtk, dan debit beban puncak sebesar 0,55 m3/dtk dengan memanfatkan
tampungan air di waduk.

80
Debit outflow dari PLTA beban dasar dimanfaatkan untuk pemenuhan
kebutuhan air irigasi, air baku dan maintenance flow. Sedangkan debit outflow
dari PLTA beban puncak sebesar 0,55 m3/dtk dimanfaatkan untuk suplesi ke
saluran interkoneksi.
Data input RIBASIM yang diperlukan:
 Kapasitas daya terpasang (MW)
 Efisiensi pembangkitan daya (%)
 Hidrolik kehilangan tekanan di pipa penstock (m)
 Ketinggian air di tailrace (m)
Data tersebut dapat ditetapkan sebagai fungsi tetapi dalam kebanyakan
situasi ini adalah fungsi konstan:
 Kapasitas daya (MW) - kepala bersih (m)
 Efisiensi pembangkitan daya (%) - kepala bersih (m)
 Hidrolik kehilangan air (m) - debit turbin (m3/s)
 Tail level (m) - debit turbin (m3/s)
Hubungan data di atas dapat dirangkum dalam tabel berikut ini.

Tabel 5.18 Data fungsi konstan untuk input RIBASIM

Dia. Kec. Kehilangan (m)


Elev. Tinggi Energi Ef. Debit Panjang
Pipa air
(m) (m) (MW) (%) (m3/s) pipa (m) Gese Belok
(m) (m3/s) Total
kan an
103 0 0 0 0 1.20 264 0 0 0.42 0.42
110 7 0.20 13 0.40 1.20 264 0.35 0.02 0.67 0.70
117 14 0.40 26 0.79 1.20 264 0.70 0.10 0.75 0.84
124 21 0.59 40 1.19 1.20 264 1.05 0.21 1.98 2.20
131 28 0.79 53 1.58 1.20 264 1.40 0.38 0.48 0.86
138 35 0.99 66 1.98 1.20 264 1.75 0.60 0.69 1.29
145 42 1.19 79 2.38 1.20 264 2.10 0.86 0.93 1.79
152 49 1.39 92 2.77 1.20 264 2.45 1.17 2.20 3.36
156 53 1.50 100 3.00 1.20 264 2.65 1.37 0.42 1.79
Sumber: Hasil perhitungan, 2018

81
Input data RIBASIM lainnya adalah sebagai berikut:
1. Konsumsi energi tambahan oleh pembangkit itu sendiri (% dari energi yang
dihasilkan) = 90%
2. Faktor beban tanam (%). Ini adalah tingkat kapasitas daya nominal dari
pembangkit yang sebenarnya digunakan. Rasio antara jumlah total energi yang
dihasilkan pabrik selama langkah waktu dan jumlah energi yang akan
dihasilkan pabrik pada kapasitas penuh = 0,68%
3. Level air pada intake (m) = 131,20 m
4. Tingkat air rata-rata setiap waktu untuk reservoir (dihitung) = 149,61 m

5.5 Hubungan Elevasi/Penyimpanan/Luas Genangan Waduk Titab


Yekti (2007), dalam operasi waduk, korelasi antara elevasi, penyimpanan
dan luas genangan dibutuhkan untuk mengontrol volume aktif dari penyimpanan
waduk tersebut, yang diperoleh dari data waduk. Ini diartikan oleh McMahon
(2007) sebagai perbedaan antara total kapasitas penyimpanan dalam keadaan
suplai penuh dan penyimpanan mati (dimana volume air lebih rendah dari
pengambilan minimum). Waduk Titab memiliki kurva hubungan elevasi,
penyimpanan, dan luas genangan seperti pada Gambar 5.10 di bawah ini.

Gambar 5.10 Kurva volume tampungan dan luas genangan


Sumber : Balai Wilayah Sungai Bali-Penida, 2018

82
5.6 Analisis dengan Software RIBASIM 7.01.21
Simulasi RIBASIM 7.01.21 dimulai dengan membuat skenario atau
beberapa alternatif. Dalam penelitian di waduk Titab dibuat 4 skenario dengan 6
pola tata tanam (PTT) yaitu PTT1 dimulai awal Januari, PTT2 dimulai
pertengahan Januari, PTT3 dimulai awal Februari, PTT4 dimulai pertengahan
Februari, PTT5 dimulai awal Maret dan PTT 6 dimulai pertegahan Maret. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.19 Gambaran skenario penelitian simulasi RIBASIM

No Skenario Perlakuan

1 - kondisi sebelum dibangun Waduk Titab atau kondisi eksisting


Skenario 1
- dengan debit inflow keandalan 80% (Q80)
max = 2,01 m3/dt, min = 0,81 m3/dt, dan rata-rata = 1,26 m3/dt
- pemanfaatan irigasi dengan pola tanam palawija-padi-palawija
2 - kondisi setelah dibangun Waduk Titab
Skenario 2
- dengan debit keandalan 80% (Q80)
max = 2,01 m3/dt, min = 0,81 m3/dt, dan rata-rata = 1,26 m3/dt
- pemanfaatan irigasi dengan pola tanam palawija-padi-palawija
3 - kondisi setelah dibangun Waduk Titab
Skenario 3
- dengan debit keandalan 80% (Q80)
max = 2,01 m3/dt, min = 0,81 m3/dt, dan rata-rata = 1,26 m3/dt
- pemanfaatan irigasi dengan pola tanam palawija-padi-palawija
- pemanfaatan air baku sebesar 0,35 m3/dt
4 - kondisi setelah dibangun Waduk Titab
Skenario 4
- dengan debit keandalan 80% (Q80)
max = 2,01 m3/dt, min = 0,81 m3/dt, dan rata-rata = 1,26 m3/dt
- pemanfaatan irigasi dengan pola tanam palawija-padi-palawija
- pemanfaatan air baku sebesar 0,35 m3/dt
- pemanfaatan PLTA sebesar 1,5 MW
Sumber: Rencana Peneitian, 2018

83
Selanjutnya mengatur durasi menurut data deret berkala yang telah diinput
pada masukan data, serta membuat skematisasi jaringan berdasarkan kondisi batas
yang ditetapkan. Terakhir menjalankan river basin simulation dan menampilkan
hasil pemodelan. Dari hasil pemodelan beberapa alternatif tersebut kemudian
didapatkan satu hasil yang optimum sebagai kesimpulan akhir.
Untuk melakukan simulasi aliran sungai dengan RIBASIM, skema model
daerah studi disiapkan dalam bentuk jaringan, yang terdiri dari node-node yang
dihubungkan oleh tautan. Jaringan seperti itu mewakili semua fitur dari cekungan
yang memainkan peran dalam keseimbangan airnya.Berikut ini ditampilkan
gambar skema jaringan irigasi secara umum yang ada di hilir Waduk Titab dan
skema jaringan dalam simulasi RIBASIM.

Waduk Titab
Air Baku = 350 lt/dt
Irigasi = 1794,82 Ha
(DI Saba &
Puluran) D.I. Lebah Semawa

9 Ha

D.I. Rawa

24 Ha
TUKAD SABA

D.I. Saba

1.396,40 Ha

D.I. Puluran

398,42 Ha

LAUT BALI

Gambar 5.11 Skema pembagian air waduk Titab untuk irigasi


Sumber : Balai Wilayah Sungai Bali-Penida, 2018

84
(a) (b)
Gambar 5.12 Skema jaringan (a) sebelum dan (b) sesudah dibangun Waduk Titab
Sumber : analisis program RIBASIM

Node-node jaringan merupakan struktur, pengguna air, batas-batas masuk


dan keluar, aktivitas penggunaan air, badan air dan sebagainya; link-link tersebut
merepresentasikan pengangkutan air di antara berbagai node (interaksi antara
sungai atau reservoir air permukaan dan akuifer atau di antara akuifer). Node-
node yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah:
Variable inflow (1)
Node layout dimana arus masuk diatur untuk setiap langkah waktu dengan
menggunakan file seri waktu ACTINFLW.TMS. Ini digunakan untuk mewakili
aliran alami dari aliran sungai, mata air atau aliran antar-cekungan. Dalam opsi
variable time series beberapa tahun, node ini memungkinkan definisi nilai
konsumsi lokal yang dinyatakan baik sebagai persentase aliran masuk atau
sebagai nilai absolut. Jika aliran masuk ditentukan dalam mm / hari atau mm /

85
langkah waktu maka daerah tangkapan (km2) harus ditentukan. Di bawah opsi
Sacramento, inflow variabel juga dapat dinyatakan sebagai hasil dari transformasi
Rainfall-Runoff yang dihitung dengan pemodelan Sacramento.
Confluence (7)
Node layout dimana tidak ada data yang diperlukan. Ini merupakan
pertemuan dari sejumlah saluran air.
Terminal (1)
Node layout dimana tidak ada data yang diperlukan untuk pemodelan. Ini
mewakili batas outlet hilir dari sistem.
Bifurcation (4)
Node ini merupakan pembagian aliran hulu dalam 2 atau lebih jangkauan
hilir yang terpisah. Hubungan antara aliran di link hulu dan aliran di link hilir
ditentukan pada data untuk "bifurcated flow links".
Water Supply (1)
Node permintaan yang merepresentasikan ekstraksi untuk suplai air baku
di lokasi tertentu di dalam basin. Definisi pasokan air baku tergantung pada
pengguna. Sebagai contoh, node dapat digunakan untuk hanya mewakili fungsi
penggunaan air dari sektor domestik, atau untuk menggambarkan pola
penggunaan air kumulatif dari air baku didistribusikan ke berbagai sektor
(misalnya domestik, kota, pasokan air industri). ditetapkan sebagai nilai seri
waktu tetap untuk setiap langkah waktu atau dihitung berdasarkan populasi dan
persyaratan air satuan. Data lain yang diperlukan adalah spesifikasi prioritas
pengelolaan air (1 = tertinggi) yang dapat diberikan untuk masing-masing 2 fraksi,
dan pengembalian flow percentage (persentase jumlah yang dialokasikan). Pada
permintaan dapat dipasok dari aliran permukaan (sungai, penyimpanan air) dan /
atau air tanah.
Fixed Irrigation (4)
Node permintaan dengan deret waktu permintaan tetap untuk setiap
langkah waktu (sama untuk setiap tahun). Data yang diperlukan adalah rangkaian
waktu untuk kebutuhan air bersih (mm/hari), area irigasi, efisiensi irigasi,
persentase arus balik dan spesifikasi prioritas pengelolaan air (1 = tertinggi) untuk

86
2 fraksi. Node ini digunakan untuk merepresentasikan skema irigasi di mana ‘rata-
rata’ curah hujan sudah diperhitungkan dalam perhitungan kebutuhan air (bersih)
yang dilakukan oleh pengguna di luar RIBASIM. Permintaan dapat mengendap
dari permukaan dan/atau air tanah.
Reservoir (1)
Node ini digunakan untuk mensimulasikan operasi dari reservoir yang
sudah ada atau yang direncanakan, atau danau, di lembah sungai.
5.7 Hasil Simulasi Waduk Titab dengan Program RIBASIM
Penentuan hasil simulasi Waduk Titab dengan program RIBASIM dapat
dilihat di analysis of basin simulation result, results in reports.
5.7.1 Hasil Simulasi Skenario 1
Skenario 1 merupakan simulasi dengan kondisi sebelum dibangun waduk
Titab. Debit air dimanfaatkan untuk mengaliri irigasi di DI Saba dan DI Puluran
menggunakan debit andalan 80% yang didapat dari hasil perhitungan berdasarkan
data debit terukur di daerah hilir DAS Saba. Berikut ini disajikan hasil running
simulasi waduk Titab dalam bentuk skema irigasi (link flows).

Gambar 5.13 Skema aliran air irigasi sebelum dibangun Waduk Titab pada
skenario 1
Sumber : Hasil simulasi, 2018

87
5

Supply (m3/dt)
1

0
kekurangan air (shortage) dan ketersediaan air (supply).

04/12/2007 03/12/2008 03/12/2009 03/12/2010 03/12/2011 02/12/2012 02/12/2013 02/12/2014 02/12/2015 01/12/2016

Supply DI Saba Demand DI Saba Shortage DI Saba

Gambar 5.14 Perbandingan demand, shortage dan supply air yang diberikan oleh DI Saba untuk PTT1
Sumber: Hasil simulasi, 2018
Hasil simulasi dengan program RIBASIM juga dapat ditampilkan dalam
bentuk grafik. Berikut ini adalah grafik hubungan antara kebutuhan air (demand),

88
1

Supply (m3/dt)
0

04/12/2007 03/12/2008 03/12/2009 03/12/2010 03/12/2011 02/12/2012 02/12/2013 02/12/2014 02/12/2015 01/12/2016

Supply DI Puluran Demand DI Puluran Shortage DI Puluran

Gambar 5.15 Perbandingan demand, shortage dan supply air yang diberikan oleh DI Puluran untuk PTT1
Sumber: Hasil simulasi, 2018

89
Grafik di atas menjelaskan bahwa nilai kebutuhan air (demand) tidak
tercukupi yang digambarkan dengan adanya kekurangan air (shortage) yang tinggi
dan ketersediaan air (supply) kurang dari kebutuhan air.

Tabel 5.20 Ringkasan hasil simulasi RIBASIM skenario 1


Pola Rata-rata Tahunan Keandalan
Tata Alokasi Air Kebutuhan Kekurangan Waduk
Tanam 3 3 (%)
air (m /s) air (m /s)
DI Saba 2.01 0.33
PTT1 -
DI Puluran 0.57 0.08
DI Saba 2.07 0.41
PTT2 -
DI Puluran 0.59 0.10
DI Saba 2.04 0.40
PTT3 -
DI Puluran 0.58 0.10
DI Saba 2.18 0.48
PTT4 -
DI Puluran 0.62 0.13
DI Saba 2.05 0.46
PPTT5 -
DI Puluran 0.58 0.11
DI Saba 2.13 0.46
PTT6 -
DI Puluran 0.61 0.11
Sumber: Hasil simulasi, 2018

Hasil simulasi RIBASIM pada skenario 1 dengan kondisi sebelum


dibangun waduk Titab, menunjukkan bahwa kebutuhan air irigasi DI Saba dan DI
Puluran tidak terpenuhi. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil maksimum
terletak pada pola tata tanam 1 (PTT1) yang dimulai pada awal Januari dengan
kebutuhan air irigasi DI Saba 2,01 m3/dt dan DI Puluran 0,57 m3/dt, kekurangan
air irigasi DI Saba 0,33 m3/dt dan DI Puluran 0,08 m3/dt.

5.7.2 Hasil Simualasi Skenario 2


Skenario 2 merupakan simulasi dengan kondisi setelah dibangun waduk
Titab, debit air dimanfaatkan untuk mengairi daerah irigasi Saba dan Puluran
menggunakan debit andalan 80%. Berikut ini disajikan hasil running simulasi
waduk Titab dalam bentuk skema irigasi (link flows).

90
Gambar 5.16 Skema aliran pemanfaatan waduk Titab pada skenario 2
Sumber : Hasil analisis, 2018

Hasil simulasi dengan program RIBASIM juga dapat ditampilkan dalam


grafik. Berikut ini adalah grafik hubungan antara kebutuhan air (demand),
kekurangan (shortage) dan ketersediaan air (supply).

91
6

Supply m3/dt
2

04/12/2007 03/12/2008 03/12/2009 03/12/2010 03/12/2011 02/12/2012 02/12/2013 02/12/2014 02/12/2015 01/12/2016

Supply DI Saba Demand DI Saba Shortage DI Saba

Gambar 5.17 Perbandingan demand, shortage dan supply air yang diberikan oleh DI Saba untuk PTT1
Sumber: Hasil simulasi, 2018

92
1

Supply m3/dt
0

04/12/2007 03/12/2008 03/12/2009 03/12/2010 03/12/2011 02/12/2012 02/12/2013 02/12/2014 02/12/2015 01/12/2016

Supply DI Puluran Demand DI Puluran Shortage DI Puluran

Gambar 5.18 Perbandingan demand, shortage dan supply air yang diberikan oleh DI Puluran untuk PTT1
Sumber: Hasil simulasi, 2018

93
Grafik di atas menjelaskan bahwa nilai kebutuhan air (demand) tercukupi
yang digambarkan dengan adanya kekurangan air (shortage) yang sedikit dan
ketersediaan air (supply) sama dengan atau lebih besar dari kebutuhan air.

Tabel 5.21 Ringkasan hasil simulasi RIBASIM skenario 2


Pola Rata-rata Tahunan Keandalan
Tata Alokasi Air Kebutuhan Kekurangan Waduk
3 3
Tanam air (m /s) air (m /s) (%)
DI Saba 2.01 0.26
PTT1 83.33
DI Puluran 0.57 0.01
DI Saba 2.07 0.34
PTT2 82.92
DI Puluran 0.59 0.02
DI Saba 2.04 0.34
PTT3 83.33
DI Puluran 0.58 0.04
DI Saba 2.18 0.39
PTT4 75.83
DI Puluran 0.62 0.02
DI Saba 2.05 0.36
PPTT5 77.92
DI Puluran 0.58 0.02
DI Saba 2.13 0.41
PTT6 79.58
DI Puluran 0.61 0.02
Sumber: Hasil simulasi, 2018

Hasil simulasi RIBASIM pada skenario 2 dengan kondisi setelah dibangun


waduk Titab, menunjukkan bahwa kebutuhan air irigasi DI Saba dan DI Puluran
terpenuhi. Keandalan waduk maksimum terletak pada pola tata tanam 1 (PTT1)
yang dimulai tanam awal Januari yaitu 83,33%. Kebutuhan air irigasi DI Saba dan
DI Puluran adalah 2,01 m3/dt dan 0,57 m3/dt, kekurangan air irigasi DI Saba dan
DI Puluran adalah 0,26 m3/dt dan 0,01 m3/dt.

5.7.3 Hasil Simulasi Skenario 3


Skenario 3 merupakan simulasi dengan kondisi setelah dibangun waduk
Titab, debit air dimanfaatkan untuk mengairi irigasi di DI Saba dan DI Puluran
dan untuk kebutuhan air baku di wilayah Seririt sampai Gilimanuk sebesar 0,35
m3/dt.

94
Gambar 5.19 Skema aliran pemanfaatan waduk Titab pada skenario 3
Sumber : Hasil analisis, 2018

Hasil simulasi dengan program RIBASIM juga dapat ditampilkan dalam


grafik. Berikut ini adalah grafik hubungan antara kebutuhan air (demand),
kekurangan (shortage) dan ketersediaan air (supply).

95
6

Supply m3/dt
2

04/12/2007 03/12/2008 03/12/2009 03/12/2010 03/12/2011 02/12/2012 02/12/2013 02/12/2014 02/12/2015 01/12/2016

Supply DI Saba Demand DI Saba Shortage DI Saba

Gambar 5.20 Perbandingan demand, shortage dan supply air yang diberikan oleh DI Saba untuk PTT3
Sumber: Hasil simulasi, 2018

96
1

Supply m3/dt
0

04/12/2007 03/12/2008 03/12/2009 03/12/2010 03/12/2011 02/12/2012 02/12/2013 02/12/2014 02/12/2015 01/12/2016

Supply DI Puluran Demand DI Puluran Shortage DI Puluran

Gambar 5.21 Perbandingan demand, shortage dan supply air yang diberikan oleh DI Puluran untuk PTT3
Sumber: Hasil simulasi, 2018

97
0,36
0,34
0,32
0,3
0,28
0,26
0,24
atau lebih besar dari kebutuhan air.

0,22
0,2
0,18
0,16
0,14
0,12
0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0

04/12/2007 03/12/2008 03/12/2009 03/12/2010 03/12/2011 02/12/2012 02/12/2013 02/12/2014 02/12/2015 01/12/2016

Supply from network Water Supply Gross demand incl.losses from network Water Supply Shortage from network Water Supply

Gambar 5.22 Perbandingan kebutuhan air, kekurangan air dan air yang masuk untuk kebutuhan air baku pada
skenario 3 dengan PTT3
Sumber: Hasil simulasi, 2018
irigasi DI Saba dan Puluran tercukupi yang digambarkan dengan adanya
Grafik di atas menjelaskan bahwa nilai kebutuhan air (demand) untuk

kekurangan air (shortage) yang sedikit dan ketersediaan air (supply) sama dengan

98
Grafik di atas menjelaskan bahwa kebutuhan air baku selama 10 tahun
waktu simulasi hanya terpenuhi selama 6 tahun yang dapat dilihat dari nilai
kekeurangan air (shortage) yang lebih kecil dari ketersedeiaan air (supply).

Tabel 5.22 Ringkasan hasil simulasi RIBASIM skenario 3


Pola Rata-rata Tahunan Keandalan
Tata Alokasi Air Kebutuhan Kekurangan Waduk
Tanam air (m3/s) air (m3/s) (%)
DI Saba 2.01 0.31
PTT1
DI Puluran 0.57 0.01 81.11
Air minum 0.35 0.03
DI Saba 2.07 0.37
PTT2
DI Puluran 0.59 0.03 81.94
Air minum 0.35 0.03
DI Saba 2.04 0.38
PTT3
DI Puluran 0.58 0.05 82.22
Air minum 0.35 0.03
DI Saba 2.18 0.44
PTT4
DI Puluran 0.62 0.03 74.17
Air minum 0.35 0.05
DI Saba 2.05 0.41
PPTT5
DI Puluran 0.58 0.02 73.33
Air minum 0.35 0.06
DI Saba 2.13 0.46
PTT6
DI Puluran 0.61 0.02 78.33
Air minum 0.35 0.04
Sumber: Hasil simulasi, 2018

Hasil simulasi RIBASIM pada skenario 3 dengan kondisi setelah dibangun


waduk Titab, menunjukkan bahwa kebutuhan air irigasi DI Saba dan DI Puluran,
serta kebutuhan air baku terpenuhi. Keandalan waduk terbesar terletak pada pola
tata tanam 3 (PTT3) yang dimulai awal Februari yaitu sebesar 82,22%. Kebutuhan
air irigasi rata-rata tahunan DI Saba dan DI Puluran adalah 2,04 m3/dt dan 0,58
m3/dt, kekurangan air irigasi rata-rata tahunan DI Saba dan DI Puluran adalah
0,38 m3/dt dan 0,05 m3/dt. Sedangkan kebutuhan air minum konstan sebesar 0,35
m3/dt, kekurangannya mencapai 0,03 m3/dt.

99
5.7.4 Hasil Simulasi Skenario 4
Skenario 4 merupakan simulasi dengan kondisi aliran air irigasi di DI Saba
dan DI Puluran setelah dibangun waduk Titab, serta pemanfaatan air baku dan
PLTA menggunakan debit andalan 80%.

Gambar 5.23 Skema irigasi pemodelan RIBASIM paada skenario 4


Sumber : Hasil analisis, 2018

Hasil simulasi dengan program RIBASIM juga dapat ditampilkan dalam


grafik. Berikut ini adalah grafik hubungan antara kebutuhan air (demand),
kekurangan (shortage) dan ketersediaan air (supply).

100
4

Supply (m3/dt)
1

04/12/2007 03/12/2008 03/12/2009 03/12/2010 03/12/2011 02/12/2012 02/12/2013 02/12/2014 02/12/2015 01/12/2016

Supply DI Saba Demand DI Saba Shortage DI Saba

Gambar 5.24 Hasil simulasi kebutuhan irigasi DI Saba pada skenario 4


Sumber: Hasil simulasi, 2018

101
1

Supply (m3/dt)
0

04/12/2007 03/12/2008 03/12/2009 03/12/2010 03/12/2011 02/12/2012 02/12/2013 02/12/2014 02/12/2015 01/12/2016

Supply DI Puluran Demand DI Puluran Shortage DI Puluran

Gambar 5.25 Hasil simulasi kebutuhan irigasi DI Puluran pada skenario 4


Sumber: Hasil simulasi, 2018

102
0,36
0,34
0,32
0,3
0,28
0,26
0,24
0,22
atau lebih besar dari kebutuhan air.

0,2
0,18
0,16
0,14
0,12
0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0

04/12/2007 03/12/2008 03/12/2009 03/12/2010 03/12/2011 02/12/2012 02/12/2013 02/12/2014 02/12/2015 01/12/2016

Supply from network Water Supply Gross demand incl.losses from network Water Supply Shortage from network Water Supply

Gambar 5.26 Perbandingan kebutuhan air, kekurangan air dan air yang masuk untuk kebutuhan
air baku pada skenario 4 dengan PTT2
Sumber: Hasil simulasi, 2018
irigasi DI Saba dan Puluran tercukupi yang digambarkan dengan adanya
Grafik di atas menjelaskan bahwa nilai kebutuhan air (demand) untuk

kekurangan air (shortage) yang sedikit dan ketersediaan air (supply) sama dengan

103
Grafik di atas menjelaskan bahwa kebutuhan air baku selama 10 tahun
waktu simulasi hanya terpenuhi selama 6 tahun yang dapat dilihat dari nilai
kekeurangan air (shortage) yang lebih kecil dari ketersedeiaan air (supply).

Tabel 5.23 Ringkasan hasil simulai RIBASIM pada skenario 4


Pola Rata-rata Tahunan Keandalan
Tata Alokasi Air Kebutuhan Kekurangan Waduk
Tanam air (m3/s) air (m3/s) (%)
DI Saba 2.01 0.29
PTT1
DI Puluran 0.57 0.01 58.13
Air minum 0.35 0.09
PLTA 100.20 100.11
DI Saba 2.07 0.37
PTT2
DI Puluran 0.59 0.02 58.54
Air minum 0.35 0.08
PLTA 100.20 100.11
DI Saba 2.04 0.36
PTT3
DI Puluran 0.58 0.05 58.33
Air minum 0.35 0.09
PLTA 100.20 100.11
DI Saba 2.18 0.42
PTT4
DI Puluran 0.62 0.03 52.71
Air minum 0.35 0.12
PLTA 100.20 100.11
DI Saba 2.05 0.38
PPTT5
DI Puluran 0.58 0.02 49.17
Air minum 0.35 0.20
PLTA 100.20 100.11
DI Saba 2.13 0.43
PTT6
DI Puluran 0.61 0.02 48.96
Air minum 0.35 0.21
PLTA 100.20 100.11
Sumber: Hasil simulasi, 2018

Hasil simulasi RIBASIM pada skenario 4 dengan kondisi setelah dibangun


waduk Titab, menunjukkan bahwa kebutuhan air irigasi DI Saba dan DI Puluran,
serta kebutuhan air baku terpenuhi, sedangkan kebutuhan PLTA tidak terpenuhi.
Keandalan waduk terbesar hanya mencapai 58,54% yaitu pada pola tata tanam 2
(PTT2) yang dimulai pada pertengahan Januari. Kebutuhan air irigasi rata-rata

104
tahunan DI Saba dan DI Puluran adalah 2,07 m3/dt dan 0,59 m3/dt, kekurangan air
rata-rata tahunan mencapai 0,37 m3/dt dan 0,02 m3/dt. Sedangkan kebutuhan air
minum konstan 0,35 m3/dt dan kekurangannya 0,08 m3/dt. Kebutuhan PLTA
100,20 GWh dan kekurangannya 100,11 GWh.

5.7.5 Ringkasan Hasil Simulasi


Berdasarkan hasil di atas, maka didapat ringkasan hasil yang akan
ditampilkan dalam Tabel 5.24 di bawah ini.

Tabel 5.24 Ringkasan hasil simulasi RIBASIM untuk semua skenario


Rata-rata Tahunan
Pola Keandalan
Skenario Tata Alokasi Air Kebutuhan Kekurangan Waduk
Tanam 3 3 (%)
air (m /s) air (m /s)
1 PTT1 DI Saba 2.01 0.33 -
DI Puluran 0.57 0.08
2 PTT1 DI Saba 2.01 0.26 83.33
DI Puluran 0.57 0.01
3 PTT3 DI Saba 2.04 0.38 82.22
DI Puluran 0.58 0.05
Air minum 0.35 0.03
4 PTT2 DI Saba 2.07 0.37 58.54
DI Puluran 0.59 0.02
Air minum 0.35 0.08
PLTA 100.2 100.11
Sumber: Hasil analisis Ribasim, 2018

Tabel ringkasan hasil simulasi di atas menunjukkan bahwa nilai keandalan


waduk optimum terletak pada skenario 2 yaitu 83,33% dengan kondisi setelah
dibangun waduk Titab dan pola tata tanam palawija-padi-palawija yang dimulai
pada awal Januari serta dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi DI
Saba dan DI Puluran. Kebutuhan air irigasi rata-rata tahunan DI Saba dan DI
Puluran sebesar 2,01 m3/dt dan 0,57 m3/dt, kekurangan air irigasi rata-rata tahunan
DI Saba dan DI Puluran sebesar 0,26 m3/dt dan 0,01 m3/dt.

105
5.7.6 Verifikasi Model RIBASIM 7.01.21
Setelah melakukan simulasi waduk Titab dengan 4 skenario perencanaan,
selanjutnya dilakukan verifikasi model RIBASIM untuk mengetahui apakah data
debit yang digunakan dalam simulasi mendekati dengan data debit terukur.
Verifikasi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat simulasi data dalam RIBASIM
dan seberapa besar kesalahannya, sehingga diharapkan didapatkan hasil
perhitungan debit yang mendekati hasil pengamatan di lapangan.
Tabel 5.25 Verifikasi model RIBASIM di Bendung Saba
2014 2015
Bulan
Qterukur Qmodel Qterukur Qmodel
Jan I 2.87 8.49 2.77 8.84
Jan II 2.65 8.92 2.63 8.11
Feb I 2.78 7.63 2.83 8.40
Feb II 2.84 8.30 2.68 8.73
Mar I 2.57 7.75 2.23 7.22
Mar II 2.61 7.40 2.80 7.68
Apr I 2.76 7.46 2.81 7.47
Apr II 2.22 7.18 2.10 7.70
Mei I 1.67 2.67 1.65 2.25
Mei II 2.56 2.30 2.13 2.42
Jun I 2.54 2.61 2.33 2.62
Jun II 2.01 2.86 2.06 2.68
Jul I 2.11 3.50 2.54 3.44
Jul II 1.76 2.02 2.01 1.86
Agst I 2.32 5.47 2.11 2.41
Agst II 2.23 4.85 2.34 2.11
Sept I 1.00 2.20 2.40 6.47
Sept II 2.03 3.70 2.03 2.36
Okt I 1.97 2.07 2.63 3.76
Okt II 1.90 2.14 2.06 2.13
Nov I 2.44 4.88 1.87 1.56
Nov II 2.34 3.93 2.00 2.49
Des I 2.58 6.05 2.68 6.06
Des II 2.36 5.97 2.46 6.32
Korelasi 0.74 0.75
Determinasi 0.55 0.56
MAE 1.12 1.00
MSE 1.81 1.82
RMSE 1.34 1.35
Sumber: Hasil perhitungan, 2018

106
Hasil verifikasi model RIBASIM pada tabel di atas menunjukkan bahwa
data hasil perhitungan masih bisa diterima atau mendekati data debit terukur
dengan nilai korelasi terkecil pada tahun 2014 yaitu 0,74>0,5, determinasi
0,55>0,5, serta nilai kesalahan MAE 1,12<2,70, MSE 1,81<4,34 dan RMSE
1,34<2,08. Semakin kecil atau mendekati 0 nilai kesalahan maka verifikasi model
semakin memenuhi. Dengan hasil tersebut maka debit hasil perhitungan dapat
diterima sebagai data dalam model simulasi RIBASIM.

107
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil simulasi 4 skenario perencanaan dengan bantuan
program RIBASIM 7.21 dan pola tata tanam palawija-padi-palawija didapat hasil
sebagai beriku:
1. Hasil simulasi RIBASIM pada skenario 1 dengan kondisi sebelum dibangun
waduk Titab, menunjukkan bahwa kebutuhan air irigasi DI Saba dan DI
Puluran tidak terpenuhi. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil
maksimum terletak pada pola tata tanam 1 (PTT1) yang dimulai pada awal
Januari dengan kebutuhan air irigasi DI Saba 2,01 m3/dt dan DI Puluran 0,57
m3/dt, kekurangan air irigasi DI Saba 0,33 m3/dt dan DI Puluran 0,08 m3/dt.
2. Hasil simulasi RIBASIM pada skenario 2 dengan kondisi setelah dibangun
waduk Titab, menunjukkan bahwa kebutuhan air irigasi DI Saba dan DI
Puluran terpenuhi. Keandalan waduk maksimum terletak pada pola tata tanam
1 (PTT1) yang dimulai tanam awal Januari yaitu 83,33%. Kebutuhan air
irigasi DI Saba dan DI Puluran adalah 2,01 m3/dt dan 0,57 m3/dt, kekurangan
air irigasi DI Saba dan DI Puluran adalah 0,26 m3/dt dan 0,01 m3/dt.
3. Hasil simulasi RIBASIM pada skenario 3 dengan kondisi setelah dibangun
waduk Titab, menunjukkan bahwa kebutuhan air irigasi DI Saba dan DI
Puluran, serta kebutuhan air baku terpenuhi. Keandalan waduk terbesar
terletak pada pola tata tanam 3 (PTT3) yang dimulai awal Februari yaitu
sebesar 82,22%. Kebutuhan air irigasi rata-rata tahunan DI Saba dan DI
Puluran adalah 2,04 m3/dt dan 0,58 m3/dt, kekurangan air irigasi rata-rata
tahunan DI Saba dan DI Puluran adalah 0,38 m3/dt dan 0,05 m3/dt. Sedangkan
kebutuhan air minum konstan sebesar 0,35 m3/dt, kekurangannya mencapai
0,03 m3/dt.
4. Hasil simulasi RIBASIM pada skenario 4 dengan kondisi setelah dibangun
waduk Titab, menunjukkan bahwa kebutuhan air irigasi DI Saba dan DI
Puluran, serta kebutuhan air baku terpenuhi, sedangkan kebutuhan PLTA

108
tidak terpenuhi. Keandalan waduk terbesar hanya mencapai 58,54% yaitu
pada pola tata tanam 2 (PTT2) yang dimulai pada pertengahan Januari.
Kebutuhan air irigasi rata-rata tahunan DI Saba dan DI Puluran adalah 2,07
m3/dt dan 0,59 m3/dt, kekurangan air rata-rata tahunan mencapai 0,37 m3/dt
dan 0,02 m3/dt. Sedangkan kebutuhan air minum konstan 0,35 m3/dt dan
kekurangannya 0,08 m3/dt. Kebutuhan PLTA 100,20 GWh dan
kekurangannya 100,11 GWh.
Hasil di atas menunjukkan bahwa skenario yang optimum adalah skenario 2
yaitu pada kondisi setelah dibangun waduk Titab dan hanya dimanfaatkan untuk
mengairi kebutuhan irigasi.

6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah penelitian ini dapat dijadikan
pertimbangan bagi Balai Wilayah Sungai Bali-Penida dalam pengoperasian
waduk Titab. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dengan pola
pendekatan eksisting yaitu dengan pola tanam palawija-padi-palawija, skenario 2
adalah hasil optimum simulasi operasi waduk Titab yang dimulai awal Januari.
Prioritas utama adalah untuk pemanfaatan irigasi, tanpa pemanfaatan air minum
dan PLTA. Jika pemipaan untuk air minum sudah dibangun, maka kebutuhan air
minum yang awalnya 0,35 m3/dt perlu dikurangi agar terpenuhi optimum.

109
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Detail Desain Waduk Titab Di Kabupaten Buleleng. Denpasar :


PT. Indra Karya.

Anonim. 2015. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat


Republik Indonesia, Tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai Dan
Garis Sempadan Danau.

Anonim. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 Tentang


Pengairan.

Bambang. 2008. “Kajian Pengembangan Pengelolaan Sumberdaya Air Pada


Wilayah Sungai Progo-Opak Serang Dengan RIBASIM” (jurnal tesis).
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Indarto. 2010. Hidrologi (Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi).
Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.

Indarto. 2016. Hidrologi (Metode Analisis dan Tool untuk Interpretasi Hidrograf
Aliran Sungai). Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.

Kementrian Pekerjaan Umum. 2013. Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan


Jaringan Irigasi Kp-01. Jakarta.

Maryono Agus. 2008. Eko-Hidraulik (Pengelolaan Sungai). Yogyakarta : Gadjah


Mada University Press.

Maryono Agus. 2007. Restorasi Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press.

Soemarto. 1999. Hidrologi Teknik Edisi Ke-2. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Sri Harto. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Standar Perencanaan Irigasi. 2010. Kriteria Perencanaan Bagian Saluran KP –


03. Jakarta : Republik Indonesia Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

Sunaryo, Walujo, Harnanto. 2007. Pengelolaan Sumber Daya Air. Malang :


Bayumedia Publishing.

Suyono. 1985. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Jakarta Pusat : PT. Pradnyana
Paramita.

110
Triatmodjo Bambang. 2010. Hidrologi Terapan. Yogyakarta : Beta Offset.

Triatmodjo Bambang. 2014. Hidrologi Terapan. Yogyakarta : Beta Offset.

Waluyo. 2011. Mengenal Dss-Ribasim Decision Support System River Basin


Simulation Model. Puslitbang Sumber Daya Air, Badan Litbang
Pekerjaan Umum.

Wilson. 1993. Hidrologi Teknik Edisi Keempat. Bandung : Penerbit ITB.

Yekti, M.I. 2017. “Role Of Reservoir Operation In Sustainable Water Supply To


Subak Irrigation Schemes In Yeh Ho River Basin” (thesis). In Delft, the
Netherland : UNESCO-IHE Institute for Water Education.

111
TESIS

ANALISIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR


DAS TUKAD SABA DENGAN DIBANGUNNYA WADUK TITAB
DI KABUPATEN BULELENG

LAMPIRAN A
PETA LOKASI DAN SKEMA

112
Halaman : 002

PETA PETUNJUK

Waduk Titab
LAUT BALI Laut Bali
U
SINGARAJA

ENJUNG PANGASTULAN Grokgak

D. Bratan
D. Batur
Se
la
t Ba
li NAGARA

BANJAR
AMLAPURA

KLUNGKUNG

SERIRIT

k
bo
m
Lo
Selat Bali

t
la
Se
DENPASAR

NUSA PENIDA

KECAMATAN SERIRIT BENDUNG PULURAN Samudra Indonesia

BENDUNG SABA
U
KABUPATEN BULE LENG

STA. BUSUNGBIU
BENDUNGAN TITAB
X= 9.088.064
Y= 273.409 BUSUNGBIU
Z= +162.40
KETERANGAN
SKALA
0 1 2 3 4 5 km

KABUPATEN BULELENG : Ibukota Propinsi


KECAMATAN SERIRIT STA. MUNDUK : Kota Kabupaten
: Kota Kecamatan
: Sungai
: Batas Desa
KECAMATAN
: Jalan Kelas I
BUSUNGBIU
: Jalan Kelas III
KECAMATAN BUSUNGBIU
: Batas DAS

: Stasiun Hujan

Luas DAS : 69,54 km2

Panjang Sungai : 25 km
Data Stasiun Hujan

Nama Stasiun Hujan Munduk Pupuan Busungbiu


Kecamatan Banjar Pupuan Busungbiu
Runtun Data 1983 - 2002 1983 - 2002 1983 - 2002

Data Debit

PUPUAN Lokasi Bendung Saba (2 km di hilir rencana As Bendungan Titab)


Runtun Data 1988 - 2003

KECAMATAN
PUPUAN

KECAMATAN
PUPUAN
STA. PUPUAN

KABUPATEN TABANAN

KABUPATEN TABANAN

final
Halaman : 005

C
L As Bendungan

BM.TB6

B.1

RENCANA JALAN AKSES

BAK PENAMPUNG AIR BERSIH

40 162.
DUNGAN EL+
RMH PIZOMETER 2.00

PUNCAK BEN

C.2
EL. 110.00
BP
2.00

EL.122.00
2.25

DAM
SUNGAI TUK

COFFERC.1
AD SABA
2.25

P.1 ACCESS ROAD


P.2
P.3 P.4
(L = 187 m)

SU
NG
A
B.2

IT
S.4

UK
AD
SA
BA
S.3 SUBMERGED BRIDGE
S.2
S.1 BM.TB5
BACTHING PLANT AND
CRUSHING PLANT
(0.65 HA)

SPOIL BANK
(2.80 HA)
BANGUNAN FASILITAS
STOCK PILE
ACCESS ROAD FASILITAS JALAN BY KONTRAKTOR
(1.55 HA) L = 390 m
(L = 213 m)

ACCESS ROAD
(L = 240 m)

BATAS ACCESS ROAD

ACCESS ROAD
(L = 835 m)

X Y
Bendungan
B-1 273305.41 9088054.27
B-2 273517.25 9088074.16
BM.TB5 273565.73 9088064.70
BM.TB6 273259.96 9088056.22 0 40 80 120 180 200 m
Cofferdam U SKALA
C-1 273453.84 9087960.03
C-2 273409.69 9088179.76
Pelimpah
S1 273561.95 9088024.33
S2 273556.17 9088041.39
S3 273539.78 9088076.38
S4 273519.55 9088247.32
Pengelak dan Pengambilan
P1 273479.91 9087813.60
P2 273486.32 9087832.54
P3 273492.73 9087851.49
P4 273484.47 9087972.51
P5 273455.26 9088201.34
P6 273424.42 9088234.20
Bak Penampung Air Bersih
BP 273411.53 9088353.42

final
KABUPATEN TABANAN & BULELENG No. DAS : 048
SKEMA TATA AIR DAS SABA
Tukad Saba

Luas DAS (A) = 141,701 km2


Panjang Sungai (L) = 36,02 km
D.I. Saba Hulu
D.I. Tinggar Sari
M.A. Pupuan
M.A. Subuk
D.I. Gebang
D.I. Batu Megaang
D.I. Bukit Pulu
D.I. Uma Jero
D.I. Titab
Tukad Jehe
D.I. Bengkel D.I. Pinjinan D.I. Kedis
Desa
Pejaten-Nyitdah
Kecamatan
M.A.Banjar Kelebutan IV
Kediri - Tabanan
Tukad Bakah
D.I. Tibumerta D.I. Asah Uma
D.I. Dukuh
Pembangunan Waduk Titab
Air Baku = 350 lt/dt

Tukad Ling
Irigasi = 1794,82 Ha
(D.I. Saba &
D.I. Puluran)
D.I. Lebah Semawa
D.I. Banyuatis Desa
D.I. Rawa Kalapaksa - Ringdikit
Kecamatan
Desa Seririt - Buleleng
Banyuatis - Kayuputih
Kecamatan
Banjar - Buleleng
Tukad Panas

Tukad Saba
D.I. Pelapuan D.I. Busungbiu Tunju D.I. Joanyar D.I. Patemon Kajanan D.I. Saba
Desa Desa Desa Desa
Kayuputih - Umejero Bengkel-Banyuatis-Kayuputih Busungbiu - Bestala Petemon - Ringdikit Desa
Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan D.I. Puluran Petemon - Kalapaksa
Banjar-Busungbiu-Buleleng Busungbiu-Banjar - Buleleng Busungbiu-Seriritr - Buleleng Seririt - Buleleng Kecamatan
Seririt - Buleleng
LAUT BALI
Saluran Sekunder Umadesa, L = 851.00 m

241.00 532.00 78.00

705.08 1.36 146.70 305.57 466.85 m 134.94 m


2984.52 m

SALURAN TERSIER TEGAL INTARAN, L=3415.00 m


568.56 m
PELABUHAN GILIMANUK
Proyeksi Keb. Th. 2034 : 20.00 lt/dt
Existing : 0 lt/dt
DESA GILIMANUK
Suplay SPAM Titab : 20.00 lt/dt
Proyeksi Keb. Th. 2034 : 6.63 lt/dt
Existing
Suplay SPAM Titab
: 4.00 lt/dt
: 25.00 lt/dt
SKEMA SISTEM PELAYANAN
Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 1812 SR
PENGEMBANGAN AIR MINUM (SPAM) BURANA
DESA TANGGUWISIA
Resv. Gilimanuk Eksisting
DESA MELAYA Proyeksi Keb. Th. 2034 : 5.88 lt/dt
Cap = 300 m3 Proyeksi Keb. Th. 2034 : 7.75 lt/dt Existing : 1.26 lt/dt
Elv. = +3.176 m Existing : 0 lt/dt Suplay SPAM Titab : 4.00 lt/dt
Suplay SPAM Titab : 5.00 lt/dt DP CELUKAN BAWANG
Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 290 SR DESA KALIANGET
Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 362 SR Proyeksi Keb. Th. 2034 : 10 lt/dt
Proyeksi Keb. Th. 2034 : 12.68 lt/dt
Existing : 0 lt/dt
DESA SULANYAH Existing : 2.19 lt/dt
Suplay SPAM Titab : 10.30 lt/dt
DESA SUMBER KLAMPOK Proyeksi Keb. Th. 2034 : 6.98 lt/dt Suplay SPAM Titab : 10.00 lt/dt
Proyeksi Keb. Th. 2034 : 10.21 lt/dt Existing : 2.97 lt/dt Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 725 SR
Existing : 0 lt/dt DESA PEMUTERAN DESA PENYABANGAN Suplay SPAM Titab : 4.5 lt/dt
DESA TUKAD SUMAGA
Suplay SPAM Titab : 3.00 lt/dt Proyeksi Keb. Th. 2034 : 30.53 lt/dt Proyeksi Keb. Th. 2034 : 18.91 lt/dt Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 326 SR
Proyeksi Keb. Th. 2034 : 18.26 lt/dt
Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 217 SR Existing : 0 lt/dt Existing : 1.49 lt/dt DESA JOANYAR
Existing : 0 lt/dt
Suplay SPAM Titab : 7.7 lt/dt Suplay SPAM Titab : 5.50 lt/dt DESA SERIRIT Proyeksi Keb. Th. 2034 : 8.39 lt/dt
DESA BANJAR PENGULON Suplay SPAM Titab : 7.5 lt/dt
Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 558 SR Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 399 SR Proyeksi Keb. Th. 2034 : 23.31 lt/dt Existing : 0 lt/dt
Proyeksi Keb. Th. 2034 : 11.55 lt/dt Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 543 SR
DESA SUMBERKIMA DESA GEROKGAK Existing : 8.08 lt/dt Suplay SPAM Titab : 5.00 lt/dt
DESA MUSI Proyeksi Keb. Th. 2034 : 21.97 lt/dt Existing : 0.78 lt/dt DESA PANGKUNG PARUK DESA BANJAR ASEM
Proyeksi Keb. Th. 2034 : 28.33 lt/dt Suplay SPAM Titab : 15.5 lt/dt Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 363 SR
Proyeksi Keb. Th. 2034 : 10.93 lt/dt Existing : 2.09 lt/dt Suplay SPAM Titab : 2.90 lt/dt Proyeksi Keb. Th. 2034 : 19.36 lt/dt Proyeksi Keb. Th. 2034 : 14.64 lt/dt
Existing : 0 lt/dt DESA BANYUPOH Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 1123 SR
Existing : 1.01 lt/dt Suplay SPAM Titab : 6.90 lt/dt Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 210 SR Existing : 0 lt/dt
Suplay SPAM Titab : 8.00 lt/dt Existing : 3.59 lt/dt
Proyeksi Keb. Th. 2034 : 15.68 lt/dt
Suplay SPAM Titab : 2.90 lt/dt Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 500 SR Suplay SPAM Titab : 9.5 lt/dt Suplay SPAM Titab : 4.30 lt/dt DESA BUBUNAN
Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 580 SR Existing : 0.72 lt/dt
Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 210 SR Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 688 SR Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 311 SR Proyeksi Keb. Th. 2034 : 12.03 lt/dt
Suplay SPAM Titab : 3.8 lt/dt
DESA PATAS DESA CELUKAN BAWANG DESA TEMUKUS
DESA PEJARAKAN Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 275 SR Existing : 4.07 lt/dt
Proyeksi Keb. Th. 2034 : 14.92 lt/dt
DESA KALISADA
DESA SANGGALANGIT Proyeksi Keb. Th. 2034 : 17.33 lt/dt DESA UMA ANYAR Suplay SPAM Titab : 8.00 lt/dt Proyeksi Keb. Th. 2034 : 19.53 lt/dt
Proyeksi Keb. Th. 2034 : 32.83 lt/dt Proyeksi Keb. Th. 2034 : 8.66 lt/dt
Proyeksi Keb. Th. 2034 : 15.92 lt/dt Existing : 0.99 lt/dt Existing : 0.38 lt/dt Proyeksi Keb. Th. 2034 : 5.29 lt/dt Existing : 1.75 lt/dt
Existing : 0.69 lt/dt Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 580 SR
Existing : 0.74 lt/dt
Existing : 1.56 lt/dt Suplay SPAM Titab : 6.00 lt/dt Suplay SPAM Titab : 4.80 lt/dt Existing : 2.64 lt/dt Suplay SPAM Titab : 18.00 lt/dt
Suplay SPAM Titab : 9.00 lt/dt Suplay SPAM Titab : 6.00 lt/dt
Suplay SPAM Titab : 4.50 lt/dt Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 435 SR Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 348 SR Suplay SPAM Titab : 2.70 lt/dt Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 1304 SR
Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 652 SR Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 434 SR
Pot. Layn Suplay SPAM Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 197 SR DESA PATEMON
Pipa GIP Pipa GIPTitab : 326 SR Pipa GIP Pipa GIP
Pipa PVC S-10 ID 393.6 mm/ OD ID 393.6 mm/ OD ID 393.6 mm/ OD ID 393.6 mm/ OD Pipa GIP Proyeksi Keb. Th. 2034 : 20.66 lt/dt DESA DENCARIK
ID 361.8 mm/ OD 400 mm 406.4 mm 406.4 mm 406.4 mm 406.4 mm ID 438 mm/ OD 457.0 mm Existing : 3.65 lt/dt Proyeksi Keb. Th. 2034 : 13.44 lt/dt
P=22296 m Elv. +9.34 m P=8717 m Elv. = + 3.43m P=14996 m Elv. = + 15.39 m P=5770 m Elv. = + 4.24 m P=6878 m Elv. = + 19.69 m P=4400 m Elv. +14.56 m Suplay SPAM Titab : 6.00 lt/dt Existing : 2.01 lt/dt
Q = 50.00 Lt/dt Q = 73.00 Lt/dt Q = 84.50 Lt/dt Q = 115.00 Lt/dt Q = 133.00 Lt/dt Q = 153.00 Lt/dt Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 435 SR Suplay SPAM Titab : 12.00 lt/dt

P= 195 m
Q = 23.00Lt/dt
Pipa PVC S-10

Pipa PVC S-10

Pipa PVC S-10

Pipa PVC S-10


Q = 30.50 Lt/dt
ID 321.2 mm/

ID 321.2 mm/

ID 321.2 mm/

Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 870 SR


Q = 18.00 Lt/dt

ID 321.2 mm/
Q = 20.00 Lt/dt
OD 355 mm

OD 355 mm

OD 355 mm
Pipa PVC S-10

OD 355 mm
P=1468 m
ID 361.8 mm/
P=1650 m

P=1650 m
ID 207.8 mm/ OD 225 mm

P=2150 M
OD 400 mm
Q = 11.5 L/dt

TAPPING PEJARAKAN
JDB Gravitasi
JDB Gravitasi

P=950 m
Pipa PVC S-12.5

PENAMBAHAN DESA LOKAPAKSA DESA TAMPEKAN


L = 950 m

POMPA BOSTER
JDB Gravitasi

JDB Gravitasi

Proyeksi Keb. Th. 2034 : 34.14 lt/dt Proyeksi Keb. Th. 2034 : 2.13 lt/dt
Q= 50 L/Dt, H = 25 M
Existing : 2.65 lt/dt Existing : 0 lt/dt
Resv. Pejarakan Resv. Pangkung Paruk

ID 438 mm/ OD 457.0 mm


Resv. Gerokgak Resv.Celukan Bawang Suplay SPAM Titab : 12.00 lt/dt Suplay SPAM Titab : 2.00 lt/dt
Cap = 400 m3 Cap = 400 m3
Cap = 600 m3

Q = 153.00 Lt/dt
Cap = 350 m3 Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 869 SR Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 145 SR
Elv. = +45.25 m Elv. = +70 m

P= 3950 m
Tapping Distribusi
Elv. = +60 m

Pipa GIP
Pemuteran Elv. = +60 m Sistem Pompa
Sistem Pompa DESA KALIASEM

JDB Gravitasi
Elv. = +45.00 m Sistem Pompa Q = 4 Lt/dt
Q = 3 Lt/dt Proyeksi Keb. Th. 2034 : 24.63 lt/dt
Q = 6 Lt/dt H = 145 m
H = 145 m Resv. Tanggu Wisia
H = 60 m Existing : 1.59 lt/dt

JDB Gravitasi
Cap = 1350 m3
OD 114.3 mm
ID 105.3 mm/

Suplay SPAM Titab : 23.00 lt/dt

OD 114.3 mm
ID 105.3 mm/
Resv. Tegal
P = 1200 m

ID 155.1 mm/
OD 165.1 mm

P = 2182 m
Elv. =+108.47 m
Pipa GIP

P = 1550 m

Pipa GIP
Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 1667 SR
Pipa GIP

Q = 53 Lt/dt
JDB Gravitasi

JDB Gravitasi

JDB Gravitasi
Cap = 1000 m3
Elv. = +112.669 m

Q = 77 Lt/dt
JDB Gravitasi
DESA BANJAR
Proyeksi Keb. Th. 2034 : 29.84 lt/dt
Resv. Pangkung Paruk Atas Existing : 6.76 lt/dt
Resv. Pejarakan Atas Resv. Gerokgak Atas
Cap = 55 m3
Cap = 100 m3 Elv.+148.54 Pipa PVC S-10
Cap = 150 m3 Suplay SPAM Titab : 15.00 lt/dt
Elv. = +96.662 m Elv. = +184.577 m Pipa GIP ID 321.2 mm/
Elv. = +108.673 m ID 438 mm/ OD 457.0 mm Resv. Lokapaksa OD 355 mm Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 1087 SR
P= 2430 m Cap = 400 m3 P= 1380 m
Q = 175.00 Lt/dt Elv. = +127 m DESA BANJAR TEGEHE
Proyeksi Keb. Th. 2034 : 7.15 lt/dt
Resv. Induk bawah IPA BAWAH Q = 22.00 Lt/dt

Pipa PVC S-10


ID 361.8 mm/
Existing : 0 lt/dt

OD 400 mm

Q = 130 Lt/dt
Cap = 3600 m3 Cap.185 l/dt

P=915 m
Suplay SPAM Titab : 7.00 lt/dt
Elv. = + 244.00 m Elv. 244.00 m Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 507 SR
Pipa GIP
Sistem Pompa Pipa GIP
ID 438 mm/ OD 457.0 mm
Q = 10 Lt/dt ID 489 mm/
H = 100 m
P= 850 m Resv. Busungbiu

OD 165.1 mm
ID 155.1 mm/
OD 508.0 mm

L = 2475 m
Cap = 3200 m3

Pipa GIP
IPA TITAB ATAS P=570 m
Elv.+185 Elv.
+265.696 Cap.165 l/dt Elv. =177 m
DESA UNGGAHAN
Pipa GIP Elv. 185 m Sistem Pompa
Proyeksi Keb. Th. 2034 : 10.71 lt/dt ID 438 mm/ OD 457.0 mm Q = 35 Lt/dt DESA RINGDIKIT
Existing : 0 lt/dt P= 1250 m H = 170 m Proyeksi Keb. Th. 2034 : 12.62 lt/dt

Q = 185 Lt/dt
JDB Gravitasi
Pipa GIP
Suplay SPAM Titab : 4.00 lt/dt ID 393.6 mm/ Existing : 2.00 lt/dt

Q = 165 Lt/dt
Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 290 SR OD 406.4 mm Suplay SPAM Titab : 9.00 lt/dt
P= 5410 m
Resv. Ularan Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 652 SR
DESA ULARAN Cap = 175 m3

ID 342.8 mm/ OD 355.6 mm


Proyeksi Keb. Th. 2034 : 6.77 l/dt Elv. = + 261.873 m DESA BESTALA
Sistem Pompa

Q = 35 Lt/dt
Existing : 0 lt/dt Proyeksi Keb. Th. 2034 : 3.54 lt/dt

P= 5585 m
Pipa GIP
Suplay SPAM Titab : 6.00 lt/dt 2Q =185 Lt/dt Existing : 0 lt/dt
Pipa GIP
Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 435 SR Debit Air Baku H = 200 m ID 438 mm/ Suplay SPAM Titab : 2.00 lt/dt
Q = 350 Lt/dt OD 457.0 mm Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 145 SR
P= 1000 m
Bak Intake dan
Rumah Pompa Sistem Pompa DESA RANGDU
Proyeksi Keb. Th. 2034 : 2.85 lt/dt
Cap = 2600 m3 2Q = 165 Lt/dt
Existing : 1.42 lt/dt
Elv. +97.800 H = 125 m
Suplay SPAM Titab : 1.00 lt/dt
KETERANGAN : Pipa GIP
Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 72 SR
= Prasedimentasi ID 438 mm/ OD 457.0 mm Resv. Bengkel
P= 300 m
Cap = 750 m3
= Reservoir DESA MAYONG
Elv. = 313.945 m
Proyeksi Keb. Th. 2034 : 11.48 lt/dt

Q = 5 Lt/dt
= IPA Sistem Pompa Existing : 0 lt/dt
= Pressure Reducing Valves (PRV) Q = 5 Lt/dt Suplay SPAM Titab : 11.00 lt/dt
H = 150 m
= Pompa Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 797 SR

ID 155.1 mm/ OD 165.1mm


Ø = Diameter Pipa OD
= Reduser Pipa OD
= Gate Valve DESA KEKERAN

L = 2475 m
Pipa GIP
= End Cap Proyeksi Keb. Th. 2034 : 7.01 lt/dt
= Tekanan Energi Relatif Existing : 245 lt/dt
Elv. Suplay SPAM Titab : 2.00 lt/dt
= Pipa JDU GIP ID 489 mm/ OD 508.0 mm +206.00
Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 145 SR
= Pipa JDU GIP ID 438 mm/ OD 457.0 mm DESA TELAGA

JDB Gravitasi
Proyeksi Keb. Th. 2034 : 3.95 lt/dt
= Pipa JDU GIP ID 393.6 mm/ OD 406.4 mm Existing : 0 lt/dt
DESA BUSUNGBIU
Proyeksi Keb. Th. 2034 : 25.78 lt/dt
= Pipa JDU PVC S-10 ID 361.8 mm/ OD 400 mm Suplay SPAM Titab : 3.74 lt/dt
Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 267 SR
Resv. Subuk Existing : 13.06 lt/dt
= Pipa JDU PVC S-10 ID 321.2 mm/ OD 355 mm Cap = 100 m3 Suplay SPAM Titab : 3.00 lt/dt
= Pipa JDU GIP ID 342.8 mm/ OD 355.6 mm DESA TITAB
Elv. =+329.77 m Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 217 SR
= Pipa JDB GIP ID 155.1 mm/ OD 165.1 mm Proyeksi Keb. Th. 2034 : 3.33 lt/dt
Existing : 0 lt/dt
= Pipa JDB GIP ID 105.3 mm/ OD 114.3 mm
Suplay SPAM Titab : 3.26 lt/dt
= Pipa TRANSMISI GIP ID 438 mm/ OD 457.0 mm Pot. Layn Suplay SPAM Titab : 233 SR
= Pipa TRANSMISI GIP ID 393.6 mm/ OD 406.4 mm
SKEMA SISTEM
PENGEMBANGAN AIR MINUM (SPAM) BURANA
Resv. Gilimanuk Eksisting
Cap = 300 m3
Elv. = +3.176 m
Pipa PVC S-10 Pipa GIP Pipa GIP Pipa GIP Pipa GIP Pipa GIP
ID 361.8 mm/ OD 400 mm ID 393.6 mm/ OD 406.4 mm ID 393.6 mm/ OD 406.4 mm ID 393.6 mm/ OD 406.4 mm ID 393.6 mm/ OD 406.4 mm ID 438 mm/ OD 457.0 mm
P=22296 m P=8717 m P=14996 m P=5770 m P=6878 m P=4400 m
Pipa GIP Pipa GIP Pipa GIP Pipa GIP
Pipa PVC S-10 ID 393.6 mm/ OD ID 393.6 mm/ OD ID 393.6 mm/ OD ID 393.6 mm/ OD Pipa GIP
ID 361.8 mm/ OD 400 mm 406.4 mm 406.4 mm 406.4 mm 406.4 mm ID 438 mm/ OD 457.0 mm
P=22296 m Elv. +9.34 m P=8717 m Elv. = + 3.43m P=14996 m Elv. = + 15.39 m P=5770 m Elv. = + 4.24 m P=6878 m Elv. = + 19.69 m P=4400 m Elv. +14.56 m
Q = 50.00 Lt/dt Q = 73.00 Lt/dt Q = 84.50 Lt/dt Q = 115.00 Lt/dt Q = 133.00 Lt/dt Q = 153.00 Lt/dt

P= 195 m
Q = 23.00Lt/dt
Pipa PVC S-10

Pipa PVC S-10

Pipa PVC S-10

Pipa PVC S-10


Q = 30.50 Lt/dt
ID 321.2 mm/

ID 321.2 mm/

ID 321.2 mm/
Q = 18.00 Lt/dt

ID 321.2 mm/
Q = 20.00 Lt/dt
OD 355 mm

OD 355 mm

OD 355 mm
Pipa PVC S-10

OD 355 mm
P=1468 m
ID 361.8 mm/
P=1650 m

P=1650 m
ID 207.8 mm/ OD 225 mm

P=2150 M
OD 400 mm
Q = 11.5 L/dt

TAPPING PEJARAKAN

JDB Gravitasi
JDB Gravitasi

P=950 m
Pipa PVC S-12.5

PENAMBAHAN
L = 950 m

POMPA BOSTER
JDB Gravitasi

JDB Gravitasi

Q= 50 L/Dt, H = 25 M
Resv. Pejarakan Resv. Pangkung Paruk

ID 438 mm/ OD 457.0 mm


Resv. Gerokgak Resv.Celukan Bawang
Cap = 400 m3 Cap = 400 m3
Cap = 600 m3

Q = 153.00 Lt/dt
Cap = 350 m3 Elv. = +70 m
Elv. = +45.25 m

P= 3950 m
Tapping Distribusi
Elv. = +60 m

Pipa GIP
Pemuteran Elv. = +60 m Sistem Pompa
Sistem Pompa

JDB Gravitasi
Elv. = +45.00 m Sistem Pompa Q = 4 Lt/dt
Q = 3 Lt/dt
Q = 6 Lt/dt H = 145 m
H = 145 m Resv. Tanggu Wisia
H = 60 m

JDB Gravitasi
Cap = 1350 m3
OD 114.3 mm
ID 105.3 mm/

OD 114.3 mm
ID 105.3 mm/
Resv. Tegal
P = 1200 m

ID 155.1 mm/
OD 165.1 mm

P = 2182 m
Elv. =+108.47 m
Pipa GIP

P = 1550 m

Pipa GIP
Pipa GIP

Q = 53 Lt/dt
JDB Gravitasi

JDB Gravitasi

JDB Gravitasi
Cap = 1000 m3
Elv. = +112.669 m

Q = 77 Lt/dt

Pipa PVC S-10


ID 321.2 mm/
JDB Gravitasi

OD 355 mm
P= 1450 m
Resv. Pangkung Paruk Atas
Resv. Pejarakan Atas Resv. Gerokgak Atas
Cap = 55 m3
Cap = 100 m3 Elv.+148.54 Pipa PVC S-10
Cap = 150 m3 Elv. = +184.577 m Pipa GIP ID 321.2 mm/
Elv. = +96.662 m Resv. Lokapaksa
Elv. = +108.673 m ID 438 mm/ OD 457.0 mm OD 355 mm
P= 2430 m Cap = 400 m3 P= 1380 m
Q = 175.00 Lt/dt Elv. = +127 m

ID 361.8 mm/ OD 400 mm

ID 361.8 mm/ OD 400 mm


Resv. Induk bawah IPA BAWAH Q = 22.00 Lt/dt

Pipa PVC S-10

Pipa PVC S-10


Q = 130 Lt/dt
Cap = 3600 m3 Cap.185 l/dt

P=915 m

P=915 m
Elv. = + 244.00 m Elv. 244.00 m
Pipa GIP
Sistem Pompa
ID 438 mm/ OD 457.0 mm
Q = 10 Lt/dt
H = 100 m
P= 850 m Resv. Busungbiu

OD 165.1 mm
ID 155.1 mm/

L = 2475 m
Cap = 3200 m3

Pipa GIP
Elv.+185 Elv. IPA TITAB ATAS
+265.696 Cap.165 l/dt Elv. =177 m
Pipa GIP Elv. 185 m Sistem Pompa
ID 438 mm/ OD 457.0 mm Q = 35 Lt/dt
P= 1250 m H = 170 m

Q = 185 Lt/dt
JDB Gravitasi
Pipa GIP
ID 393.6 mm/

Q = 165 Lt/dt
OD 406.4 mm
P= 5410 m
Resv. Ularan

ID 342.8 mm/ OD 355.6 mm


Cap = 175 m3

ID 342.8 mm/ OD 355.6 mm


Elv. = + 261.873 m
Sistem Pompa

P= 5585 m
Pipa GIP
Q = 35 Lt/dt
P= 5585 m
Pipa GIP
2Q =185 Lt/dt
Pipa GIP
Debit Air Baku H = 200 m ID 438 mm/
Q = 350 Lt/dt OD 457.0 mm
P= 1000 m
Bak Intake dan
Rumah Pompa Sistem Pompa
Cap = 2600 m3 2Q = 165 Lt/dt
Elv. +97.800 H = 125 m
KETERANGAN : Pipa GIP
= Prasedimentasi ID 438 mm/ OD 457.0 mm Resv. Bengkel
P= 300 m
Cap = 750 m3
= Reservoir Elv. = 313.945 m

Q = 5 Lt/dt
= IPA Sistem Pompa
= Pressure Reducing Valves (PRV) Q = 5 Lt/dt
H = 150 m
= Pompa

ID 155.1 mm/ OD 165.1mm

ID 155.1 mm/ OD 165.1mm


Ø = Diameter Pipa OD
= Reduser Pipa OD
= Gate Valve

L = 2475 m

L = 2475 m
Pipa GIP

Pipa GIP
= End Cap
= Tekanan Energi Relatif
Elv.
= Pipa JDU GIP ID 489 mm/ OD 508.0 mm +206.00
= Pipa JDU GIP ID 438 mm/ OD 457.0 mm

JDB Gravitasi
= Pipa JDU GIP ID 393.6 mm/ OD 406.4 mm
= Pipa JDU PVC S-10 ID 361.8 mm/ OD 400 mm
Resv. Subuk
= Pipa JDU PVC S-10 ID 321.2 mm/ OD 355 mm Cap = 100 m3
= Pipa JDU GIP ID 342.8 mm/ OD 355.6 mm Elv. =+329.77 m
= Pipa JDB GIP ID 155.1 mm/ OD 165.1 mm
= Pipa JDB GIP ID 105.3 mm/ OD 114.3 mm
= Pipa TRANSMISI GIP ID 438 mm/ OD 457.0 mm
= Pipa TRANSMISI GIP ID 393.6 mm/ OD 406.4 mm
TESIS

ANALISIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR


DAS TUKAD SABA DENGAN DIBANGUNNYA WADUK TITAB
DI KABUPATEN BULELENG

LAMPIRAN B
DATA DAN HASIL PERHITUNGAN HIDROLOGI

113
Data Curah Hujan 15 Harian Sta. Munduk

Unit: mm/hari

NO Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Jan 35 183 218 172 149 283 0 0 0 133


0 200 196 74 317 201 0 1 0 212
2 Feb 135 293 285 198 307 310 0 2 0 447
197 333 344 221 134 145 0 0 0 154
3 Mar 197 265 153 239 114 307 0 0 0 153
274 253 52 173 222 259 0 1 0 349
4 Apr 189 145 253 308 238 309 0 0 0 341
38 110 152 109 126 127 0 0 0 106
5 Mei 10 125 147 178 226 76 0 1 41 47
85 84 332 89 9 45 0 0 33 131
6 Jun 102 29 37 58 10 4 0 0 14 119
12 28 0 2 62 0 0 0 0 182
7 Jul 2 12 18 126 0 3 0 5 0 127
10 18 39 57 8 0 0 0 0 135
8 Agust 0 2 2 57 0 0 0 0 3 39
8 2 0 98 0 0 7 7 0 8
9 Sep 7 2 0 190 2 0 2 2 0 28
0 2 0 143 0 0 0 0 2 137
10 Okt 10 58 12 47 0 64 10 11 64 266
64 64 82 243 47 22 70 67 38 226
11 Nop 251 210 38 191 182 73 91 85 170 80
3 175 82 238 186 268 95 73 101 263
12 Des 266 198 57 483 68 338 192 142 236 209
205 293 150 234 237 281 278 257 79 270
CH Max (m3/dtk) 274 333 344 483 317 338 278 257 236 447
Data Curah Hujan 15 Harian Sta. Bongancina

Unit: mm/hari

NO Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Jan 76 167 153 192 133 104 243 53 144 72


82 231 153 255 184 140 218 153 123 112
2 Feb 2 167 172 172 173 165 189 50 82 191
11 171 156 157 66 119 199 53 81 129
3 Mar 221 130 136 226 127 191 228 50 114 125
194 200 101 175 83 99 102 31 112 98
4 Apr 164 164 235 181 94 230 68 40 160 102
116 198 184 181 101 161 51 56 46 15
5 Mei 63 164 220 144 47 119 77 57 15 135
211 162 189 132 64 18 173 25 9 51
6 Jun 118 11 34 25 3 0 40 2 10 65
28 8 0 8 36 16 102 1 0 181
7 Jul 39 31 4 40 60 3 93 20 0 43
56 39 44 39 1 29 170 11 11 70
8 Agust 3 1 1 0 0 0 0 19 3 27
1 0 1 0 0 3 0 7 0 27
9 Sep 0 6 15 0 13 0 1 0 0 21
0 10 38 0 23 0 0 0 0 23
10 Okt 18 17 70 0 8 37 1 27 18 133
193 52 105 0 148 41 207 6 0 132
11 Nop 241 126 109 185 113 112 167 203 70 49
131 166 82 185 53 99 168 180 52 189
12 Des 280 271 142 288 31 192 458 0 106 124
291 369 251 385 204 294 383 0 71 160
CH Max (m3/dtk) 291 369 251 385 204 294 458 203 160 191
Data Curah Hujan 15 Harian Sta. Pedawa

Unit: mm/hari

NO Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Jan 68 337 111 0 317 297 373 245 192 102


16 359 141 361 213 275 452 248 350 232
2 Feb 39 250 211 308 280 343 184 118 361 445
55 198 145 169 243 327 0 118 114 201
3 Mar 42 172 50 293 141 107 0 146 217 167
0 141 59 158 214 148 0 109 127 270
4 Apr 0 141 56 33 270 109 0 95 193 399
0 131 58 212 221 85 0 175 319 154
5 Mei 0 62 0 261 298 59 0 44 47 129
0 66 0 194 18 66 0 43 0 164
6 Jun 0 13 0 42 15 0 0 0 56 197
0 22 0 49 27 0 0 21 0 249
7 Jul 0 0 0 36 36 0 108 34 0 132
0 0 0 39 17 0 40 0 0 95
8 Agust 0 0 0 0 0 0 0 0 0 66
0 0 0 36 27 0 0 0 0 0
9 Sep 0 29 0 30 30 0 0 0 0 0
0 31 0 180 46 13 0 0 0 0
10 Okt 0 74 0 111 18 76 0 0 0 385
17 75 0 216 32 61 103 30 86 199
11 Nop 174 212 0 191 162 72 143 92 75 267
57 220 0 199 155 125 180 289 156 175
12 Des 373 310 0 245 263 28 322 50 363 363
178 200 0 177 167 74 137 255 92 421
CH Max (m3/dtk) 373 359 211 361 317 343 452 289 363 445
Data Curah Hujan 15 Harian Sta. Pedawa

Unit: mm/hari

NO Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Jan 10 246 146 154 230 290 124 63 86 46


78 247 97 135 193 340 180 128 141 393
2 Feb 82 272 249 221 236 0 52 170 130 231
143 272 204 77 228 35 269 40 192 14
3 Mar 117 252 101 246 184 355 172 25 356 93
168 273 50 77 107 415 74 27 151 67
4 Apr 48 135 2 110 97 80 111 31 51 95
100 123 189 180 146 75 67 14 164 46
5 Mei 3 78 86 181 115 0 53 28 25 41
61 99 179 169 7 0 96 6 10 42
6 Jun 50 51 0 46 8 0 171 0 70 9
38 46 0 14 10 0 63 10 0 148
7 Jul 0 9 0 130 0 0 62 2 0 0
0 17 0 54 0 0 13 0 0 43
8 Agust 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13
0 0 0 100 0 0 6 0 0 0
9 Sep 0 0 0 92 0 0 0 0 0 21
0 0 42 186 0 0 0 0 0 45
10 Okt 0 0 0 71 0 3 0 0 0 45
4 0 64 86 15 1 0 0 0 40
11 Nop 264 24 15 82 145 18 68 0 0 132
3 0 17 105 65 36 91 0 0 22
12 Des 215 92 12 290 20 72 143 7 27 132
190 103 48 103 85 125 171 17 106 291
CH Max (m3/dtk) 264 273 249 290 236 415 269 170 356 393
Data Curah Hujan 15 Harian Rata-rata Tukad Saba
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
NO Rata-rata
Tahun 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 2007 47 44 64 102 144 159 100 64 19 89 68 20 10 17 1 2 2 0 7 70 233 49 284 216 1,807
2 2008 233 260 246 244 205 217 146 140 107 103 26 26 13 19 1 1 9 11 37 48 143 140 218 241 2,832
3 2009 157 147 229 212 110 65 137 146 113 175 18 0 6 21 1 0 4 20 21 63 40 45 53 112 1,892
4 2010 129 206 225 156 251 146 158 170 191 146 43 18 83 47 14 59 78 127 57 136 162 182 326 225 3,336
5 2011 207 227 249 168 142 156 175 148 171 25 9 34 24 6 0 7 11 17 7 61 151 115 95 173 2,376
6 2012 244 239 205 156 240 230 182 112 63 32 1 4 2 7 0 1 0 3 45 31 69 132 157 194 2,348
7 2013 185 213 106 117 100 44 45 30 33 67 53 41 66 56 0 3 1 0 3 95 117 133 279 242 2,027
8 2014 90 132 85 53 55 42 41 61 32 19 0 8 15 3 5 3 1 0 9 26 95 135 50 132 1,092
9 2015 106 153 143 97 172 98 101 132 32 13 37 0 0 3 1 0 0 1 20 31 79 77 183 87 1,565
10 2016 88 237 328 124 135 196 234 80 88 97 97 190 76 86 36 9 18 51 207 149 132 162 207 285 3,313

Perhitungan Ranking Data Curah Hujan 15 Harian Rata-rata Tukad Saba untuk menentukan Curah Hujan Efektif

Hujan Tahunan Ranking Hujan


No Hujan (p) Hujan (p)
Tahun Tahun
mm mm
1 2007 1807 2014 1092
2 2008 2832 2015 1565
3 2009 1892 2007 1807
4 2010 3336 2009 1892
5 2011 2376 2013 2027
6 2012 2348 2012 2348
7 2013 2027 2011 2376
8 2014 1092 2008 2832
9 2015 1565 2016 3313
10 2016 3313 2010 3336
Hasil Perhitungan Curah Hujan Efektif Padi dan Palawija

Setengah Curah Hujan CH Efektif CH Efektif


No.
Bulanan Rata-rata (mm) Padi Palawija
1 JAN I 47 2.20 1.57
2 JAN I 44 1.92 1.37
3 FEB I 64 3.00 2.15
4 FEB II 102 4.74 3.38
5 MAR I 144 6.73 4.81
6 MAR II 159 6.95 4.96
7 APR I 100 4.67 3.34
8 APR II 64 2.96 2.12
9 MEI I 19 0.89 0.63
10 MEI II 89 3.90 2.79
11 JUN I 68 3.15 2.25
12 JUN II 20 0.91 0.65
13 JUL I 10 0.48 0.34
45 JUL II 17 0.72 0.52
15 AUGT I 1 0.04 0.03
16 AUGT II 2 0.09 0.07
17 SEPT I 2 0.06 0.06
18 SEPT II 0 0.00 0.00
19 OKT I 7 0.33 0.23
20 OKT II 70 3.04 2.17
21 NOV I 233 10.85 7.75
22 NOV II 49 2.26 1.62
23 DES I 284 13.23 9.45
24 DDES II 216 9.45 6.75

Data Temperatur Rata-rata Bulanan Sta. Singaraja


Tahun Jan Feb M ar Apr M ei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2007 12.47849 14.82143 13.64444 4.716667 11.81935 11.99667 13.848387 12.322581 11.676667 12.112903 12.67556 10.37204
2008 26.4 26.5 26.7 26.9 26.8 26.8 - 26.1 26.4 26.5 26.3 26.5
2009 26.5 26.8 26.5 26.7 26.5 26.5 - - - - 27.5 28.5
2010 - - - - - - - - - - - -
2011 23.2 23.0 23.0 23.8 22.8 22.5 21.7 19.7 21.0 - 22.3 21.8
2012 21.3 21.2 21.3 20.2 19.2 19.8 18.0 16.5 17.5 21.0 20.8 20.7
2013 28.2 28.1 28.1 28.3 29.0 28.9 28.0 28.3 28.4 29.5 29.1 28.1
2014 - 31.5 31.3 31.5 32.4 31.4 31.4 31.4 31.6 31.9 32.5 32.2
2015 25.7 24.4 24.4 24.4 23.7 23.2 22.2 21.8 22.5 23.2 24.8 26.3
2016 29.6 28.6 29.2 25.6 26.0 24.5 24.6 24.9 25.4 24.9 25.7 25.3
Rata-rata 24.2 25.0 24.9 23.6 24.2 24.0 22.8 22.6 23.1 24.2 24.6 24.4
Data Kelembaban Relatif Rata-rata Bulanan Sta. Singaraja
Tahun Jan Feb M ar Apr M ei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2007 88 81 95 95 95 95 95 95 95 92 95 95
2008 76 77 74 76 69 70 - 77 66 70 72 68
2009 72.0 72.0 70.0 71.0 66.0 66.0 - - - - 65.0 74.0
2010 - - - - - - - - - - - -
2011 70.0 76.0 75.0 73.0 70.0 69.0 72.0 67.0 68.0 - 73.0 75.0
2012 78.0 77.0 79.0 76.0 71.0 70.0 71.0 70.0 69.0 73.0 76.0 81.0
2013 - - - - 77.0 76.0 - - - - 79.0 77.0
2014 - 86.0 86.0 83.0 72.0 84.0 83.0 77.0 82.0 87.0 77.0 79.0
2015 94.2 95.0 95.0 95.0 95.0 95.0 95.0 95.0 94.7 95.0 95.0 94.8
2016 94.5 94.5 94.8 94.6 94.5 94.8 95.0 95.0 95.0 91.8 94.9 95.0
Rata-rata 81.8 82.3 83.6 82.9 78.8 80.0 85.2 82.3 81.4 84.8 80.8 82.1

Data Lama Penyinaran Rata-rata Bulanan Sta. Singaraja


Tahun Jan Feb M ar Apr M ei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2007 44.19 27.43 6.24 0.00 0.00 8.89 18.10 49.26 59.64 49.71 35.63 51.00
2008 23.76 23.76 23.76 23.76 23.76 23.76 23.76 23.76 23.76 23.76 23.76 23.76
2009 - - - - - - - - - - - -
2010 - - - - - - - - - - - -
2011 52.00 38.00 43.00 51.00 63.00 63.00 57.00 72.00 68.00 56.00 57.00 43.00
2012 40.00 44.00 33.00 53.00 68.00 71.00 53.00 65.00 72.00 48.00 37.00 33.00
2013 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2014 - - - - - 61.00 63.00 55.00 - 59.00 - -
2015 - 14.0 46.0 62.0 59.0 - - - - - - 28.0
2016 - 14.0 46.0 30.3 31.3 31.39 33.24 33.21 35.80 35.16 32.07 22.4
Rata-rata (%)
32.0 23.0 28.3 31.4 35.0 37.0 35.4 42.6 43.2 38.8 30.9 28.7
Rata-rata (jam)
3.8 2.8 3.4 3.8 4.2 4.4 4.3 5.1 5.2 4.7 3.7 3.4

Data Kecepatan Angin Rata-rata Bulanan Sta. Singaraja


Tahun Jan Feb M ar Apr M ei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2007 0.46 0.47 0.43 0.46 0.50 0.49 0.53 0.59 0.53 0.51 0.45 0.35
2008 0.30 0.27 0.19 0.17 0.23 0.20 - 0.35 0.35 0.33 0.21 0.40
2009 - - - 5.00 2.71 - 1.43 1.60 1.12 1.49 1.05 1.23
2010 1.33 - 1.33 1.78 1.11 2.21 1.47 1.17 - 2.21 1.75 -
2011 0.30 0.21 0.26 0.26 0.31 0.29 0.24 0.35 0.23 - 0.32 0.50
2012 0.29 0.23 0.19 0.09 0.00 0.00 0.00 0.01 0.06 0.05 0.05 0.03
2013 0.01 0.03 0.16 0.06 0.03 0.05 0.16 0.28 0.23 0.26 0.19 0.20
2014 - - - 5.00 2.71 - 1.43 1.60 1.12 1.49 1.05 1.23
2015 0.43 0.3 0.3 0.2 0.3 0.37 0.52 0.46 0.50 0.46 0.37 0.4
2016 0.32 0.3 0.3 0.4 0.4 0.36 0.38 0.38 0.41 0.41 0.37 0.3
Rata-rata 0.43 0.25 0.40 1.34 0.83 0.50 0.68 0.68 0.51 0.80 0.58 0.51
Rekapitulasi Debit Andalan 15 Harian Tukad Saba

No Tahun JAN I JAN II FEB I FEB II MAR I MAR II APR I APR II MEI I MEI II JUN I JUN II JUL I JUL II AUGS I AUGS II SEPT I SEPT II OKT I OKT II NOV I NOV II DES I DES II

1 2007 3.40 2.73 2.14 1.64 1.23 1.57 1.02 1.21 1.16 1.26 0.86 0.81 1.02 1.31 0.69 1.77 0.85 1.17 0.84 0.93 1.29 0.92 1.57 1.96
2 2008 2.97 2.89 1.58 1.82 1.78 1.40 1.10 0.98 1.01 1.17 0.68 0.66 0.60 1.53 1.00 1.48 1.13 1.51 0.86 0.96 0.64 0.88 1.38 1.55
3 2009 1.49 1.62 2.36 2.44 2.32 2.21 2.05 2.21 2.15 3.19 4.07 2.06 1.24 1.33 1.34 1.33 1.46 1.51 1.52 1.70 1.94 1.84 1.70 1.77
4 2010 1.60 2.01 1.72 1.56 1.73 2.17 3.06 3.04 2.41 2.36 2.39 2.50 2.09 2.13 1.98 1.90 1.76 1.62 1.52 1.50 1.89 1.70 1.68 2.49
5 2011 8.72 8.63 8.48 8.32 8.22 8.11 7.70 7.60 7.60 7.53 7.44 7.38 7.23 7.13 7.00 6.90 6.87 6.72 6.62 6.50 6.39 6.31 5.95 6.41
6 2012 8.29 8.23 8.40 7.74 7.81 7.60 7.65 7.59 2.38 2.25 2.49 2.63 3.00 1.32 1.29 1.45 2.24 2.04 2.22 2.16 1.22 1.36 5.50 6.05
7 2013 8.44 8.37 7.25 7.99 7.71 7.76 7.52 7.55 2.65 2.33 2.73 2.74 3.31 1.64 1.52 1.39 1.37 1.26 2.23 2.11 10.12 9.34 5.79 5.68
8 2014 8.49 8.92 7.63 8.30 7.75 7.40 7.46 7.18 2.67 2.30 2.61 2.86 3.50 2.02 5.47 4.85 2.20 3.70 2.07 2.14 4.88 3.93 6.05 5.97
9 2015 8.84 8.11 8.40 8.73 7.22 7.68 7.47 7.70 2.25 2.42 2.62 2.68 3.44 1.86 2.41 2.11 6.47 2.36 3.76 2.13 1.56 2.49 6.06 6.32
10 2016 0.09 0.31 0.65 0.41 0.34 0.38 0.43 0.46 0.41 0.37 0.38 0.45 0.39 0.44 0.35 0.26 0.24 0.20 0.36 0.26 0.18 0.33 0.44 0.54

Run Off Analysis

No Pr (%) JAN I JAN II FEB I FEB II MAR I MAR II APR I APR II MEI I MEI II JUN I JUN II JUL I JUL II AUGS I AUGS II SEPT I SEPT I O KT I O KT II NO V I NO V II DES I DES II
1 9 8.84 8.92 8.48 8.73 8.22 8.11 7.70 7.70 7.60 7.53 7.44 7.38 7.23 7.13 7.00 6.90 6.87 6.72 6.72 6.72 6.62 6.50 10.12 9.34
2 18 8.72 8.63 8.40 8.32 7.81 7.76 7.65 7.60 2.67 3.19 4.07 2.86 3.50 2.13 5.47 4.85 6.47 3.70 3.70 3.70 3.76 2.16 6.39 6.31
3 27 8.49 8.37 8.40 8.30 7.75 7.68 7.52 7.59 2.65 2.42 2.73 2.74 3.44 2.02 2.41 2.11 2.24 2.36 2.36 2.36 2.23 2.14 4.88 3.93
4 36 8.44 8.23 7.63 7.99 7.71 7.60 7.47 7.55 2.41 2.36 2.62 2.68 3.31 1.86 1.98 1.90 2.20 2.04 2.04 2.04 2.22 2.13 1.94 2.49
5 45 8.29 8.11 7.25 7.74 7.22 7.40 7.46 7.18 2.38 2.33 2.61 2.63 3.00 1.64 1.52 1.77 1.76 1.62 1.62 1.62 2.07 2.11 1.89 1.84
6 55 3.40 2.89 2.36 2.44 2.32 2.21 3.06 3.04 2.25 2.30 2.49 2.50 2.09 1.53 1.34 1.48 1.46 1.51 1.51 1.51 1.52 1.70 1.56 1.70
7 64 2.97 2.73 2.14 1.82 1.78 2.17 2.05 2.21 2.15 2.25 2.39 2.06 1.24 1.33 1.29 1.45 1.37 1.51 1.51 1.51 1.52 1.50 1.29 1.36
8 73 1.60 2.01 1.72 1.64 1.73 1.57 1.10 1.21 1.16 1.26 0.86 0.81 1.02 1.32 1.00 1.39 1.13 1.26 1.26 1.26 0.86 0.96 1.22 0.92
9 82 1.49 1.62 1.58 1.56 1.23 1.40 1.02 0.98 1.01 1.17 0.68 0.66 0.60 1.31 0.69 1.33 0.85 1.17 1.17 1.17 0.84 0.93 0.64 0.88
10 91 0.09 0.31 0.65 0.41 0.34 0.38 0.43 0.46 0.41 0.37 0.38 0.45 0.39 0.44 0.35 0.26 0.24 0.20 0.20 0.20 0.36 0.26 0.18 0.33
Rekapitulasi Debit Andalan untuk Q90% dan Q80%

Q 90% Q 80%
No. Bulan
(m 3 /dt) (m 3 /dt)
1 JAN I 1.49 1.60
2 JAN II 1.62 2.01
3 FEB I 1.58 1.72
4 FEB II 1.56 1.64
5 MAR I 1.23 1.73
6 MAR II 1.40 1.57
7 APR I 1.02 1.10
8 APR II 0.98 1.21
9 MEI I 1.01 1.16
10 MEI II 1.17 1.26
11 JUN I 0.68 0.86
12 JUN II 0.66 0.81
13 JUL I 0.60 1.02
14 JUL II 1.31 1.32
15 AUGS I 0.69 1.00
16 AUGS II 1.33 1.39
17 SEPT I 0.85 1.13
18 SEPT I 1.17 1.26
19 OKT I 1.17 1.26
20 OKT II 1.17 1.26
21 NOV I 0.84 0.86
22 NOV II 0.93 0.96
23 DES I 0.64 1.22
24 DES II 0.88 0.92
Ave rage 1.08 1.26
Maximum 1.62 2.01
Minimum 0.60 0.81
Proyeksi Kebutuhan Air Baku Kecamatan Seririt
Tahun
No Uraian Satuan
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
A. Kebutuhan Domestik
1 Jumlah Penduduk Jiwa 67995 68491 68991 69495 70002 70513 71028 71546 72068 72595 73124 73658 74196 74738
2 Cakupan Pelayanan % 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 59
3 Populasi Dilayani Jiwa 31841 32848 33750 34664 35589 36526 37474 38435 39407 40392 41388 42398 43419 44454
4 Konsumsi Domestik Jiwa 21154 22083 22906 23741 24586 25443 26310 27190 28080 28982 29895 30821 31757 32707
- SR lt/org/hr 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 105 105 105 105
- HU/TA lt/org/hr 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
5 Ratio 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR % 74 75 76 77 78 78 79 80 80 81 82 82 83 83
- HU/TA % 26 25 24 23 22 22 21 20 20 19 18 18 17 17
6 Jumlah Konsumen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR Jiwa 15654 16583 17406 18241 19086 19943 20810 21690 22580 23482 24395 25321 26257 27207
- HU/TA Jiwa 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500
7 Jumlah SL Rumah Tangga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR Unit 2609 2764 2901 3040 3181 3324 3468 3615 3763 3914 4066 4220 4376 4535
- HU/TA Unit 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55
B. Kebutuhan Non Domestik Perhitungan dihitung berdasarkan rasio per tahun antara kebutuhan Non Domestik terhadap Domestik
C. Kebutuhan
- Kebutuhan Domestik lt/det 20.028 21.103 22.056 23.022 24.000 24.992 25.995 27.014 28.044 29.088 31.556 32.682 33.819 34.974
- Kebutuhan Non Domestik lt/det 10.118 10.766 11.363 11.976 12.604 13.250 13.912 14.593 15.289 16.004 17.520 18.308 19.114 19.942
D. Kehilangan Air Dari Produksi % 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
E. Faktor Hari Maksimum 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150
F. Faktor Jam Puncak 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560
G. Total Kebutuhan
Produksi Sumber (PDAM) lt/det 19.20
1 Rata-Rata lt/det 16.975 19.043 20.902 22.797 24.725 26.691 28.689 30.728 32.800 34.910 39.691 41.988 44.320 46.698
2 Kebutuhan Maksimum lt/det 19.521 21.900 24.037 26.217 28.434 30.694 32.993 35.337 37.720 40.147 45.645 48.286 50.968 53.703
3 Kebutuhan Jam Puncak lt/det 26.480 29.708 32.607 35.564 38.572 41.638 44.755 47.935 51.168 54.460 61.919 65.501 69.139 72.850
Tahun
No Uraian Satuan
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
A. Kebutuhan Domestik
1 Jumlah Penduduk Jiwa 75283 75833 76386 76944 77506 78071 78641 79215 79794 80376 80963 81554 82149 82749
2 Cakupan Pelayanan % 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73
3 Populasi Dilayani Jiwa 45501 46561 47635 48721 49821 50934 52061 53201 54355 55524 56706 57903 59115 60341
4 Konsumsi Domestik Jiwa 33668 34642 35629 36627 37639 38663 39700 40750 41813 42890 43980 45084 46202 47334
- SR lt/org/hr 105 105 105 105 105 105 110 110 110 110 110 110 110 110
- HU/TA lt/org/hr 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
5 Ratio 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR % 84 84 85 85 85 86 86 87 87 87 87 88 88 88
- HU/TA % 16 16 15 15 15 14 14 13 13 13 13 12 12 12
6 Jumlah Konsumen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR Jiwa 28168 29142 30129 31127 32139 33163 34200 35250 36313 37390 38480 39584 40702 41834
- HU/TA Jiwa 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500
7 Jumlah SL Rumah Tangga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR Unit 4695 4857 5022 5188 5357 5527 5700 5875 6052 6232 6413 6597 6784 6972
- HU/TA Unit 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55
B. Kebutuhan Non Domestik Perhitungan dihitung berdasarkan rasio per tahun antara kebutuhan Non Domestik terhadap Domestik
C. Kebutuhan
- Kebutuhan Domestik lt/det 36.142 37.325 38.525 39.738 40.968 42.212 45.451 46.788 48.142 49.513 50.900 52.306 53.729 55.171
- Kebutuhan Non Domestik lt/det 20.788 21.656 22.544 23.453 24.383 25.335 27.507 28.550 29.616 30.707 31.822 32.963 34.128 35.320
D. Kehilangan Air Dari Produksi % 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
E. Faktor Hari Maksimum 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150
F. Faktor Jam Puncak 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560
G. Total Kebutuhan
Produksi Sumber (PDAM) lt/det 19.20
1 Rata-Rata lt/det 49.116 51.577 54.083 56.628 59.221 61.856 68.350 71.205 74.109 77.064 80.067 83.122 86.229 89.388
2 Kebutuhan Maksimum lt/det 56.483 59.314 62.195 65.123 68.104 71.135 78.602 81.886 85.226 88.623 92.077 95.591 99.164 102.796
3 Kebutuhan Jam Puncak lt/det 76.621 80.460 84.369 88.340 92.385 96.496 106.625 111.080 115.610 120.220 124.905 129.671 134.517 139.445
Tahun
No Uraian Satuan
2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041 2042 2043
A. Kebutuhan Domestik
1 Jumlah Penduduk Jiwa 83353 83962 84575 85192 85814 86440 87071 87707 88347 88992 89642 90296 90955
2 Cakupan Pelayanan % 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 83 84 85
3 Populasi Dilayani Jiwa 61581 62837 64107 65393 66694 68011 69344 70692 72056 73436 74833 76246 77676
4 Konsumsi Domestik Jiwa 48479 49639 50813 52002 53205 54424 55658 56906 58169 59448 60743 62053 63379
- SR lt/org/hr 110 110 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 125
- HU/TA lt/org/hr 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
5 Ratio 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR % 89 89 89 89 90 90 90 90 91 91 91 91 91
- HU/TA % 11 11 11 11 10 10 10 10 9 9 9 9 9
6 Jumlah Konsumen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR Jiwa 42979 44139 45313 46502 47705 48924 50158 51406 52669 53948 55243 56553 57879
- HU/TA Jiwa 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500
7 Jumlah SL Rumah Tangga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR Unit 7163 7357 7552 7750 7951 8154 8360 8568 8778 8991 9207 9426 9647
- HU/TA Unit 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55
B. Kebutuhan Non Domestik Perhitungan dihitung berdasarkan rasio per tahun antara kebutuhan Non Domestik terhadap Domestik
C. Kebutuhan
- Kebutuhan Domestik lt/det 56.628 58.105 64.844 66.496 68.167 69.860 71.574 73.307 75.061 76.838 78.636 80.456 85.647
- Kebutuhan Non Domestik lt/det 36.536 37.779 42.485 43.900 45.344 46.819 48.326 49.862 51.431 53.032 54.667 56.334 60.397
D. Kehilangan Air Dari Produksi % 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
E. Faktor Hari Maksimum 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150
F. Faktor Jam Puncak 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560
G. Total Kebutuhan
Produksi Sumber (PDAM) lt/det 19.20
1 Rata-Rata lt/det 92.597 95.861 109.596 113.275 117.012 120.815 124.679 128.603 132.590 136.644 140.764 144.947 156.052
2 Kebutuhan Maksimum lt/det 106.487 110.241 126.035 130.266 134.564 138.937 143.381 147.894 152.479 157.140 161.878 166.690 179.460
3 Kebutuhan Jam Puncak lt/det 144.451 149.544 170.969 176.708 182.539 188.471 194.499 200.621 206.841 213.164 219.591 226.118 243.442
Proyeksi Kebutuhan Air Baku Kecamatan Busung Biu
Tahun
No Uraian Satuan
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
A. Kebutuhan Domestik
1 Jumlah Penduduk Jiwa 42916 42968 43019 43071 43122 43174 43226 43278 43330 43382 43434 43486 43538 43590
2 Cakupan Pelayanan % 80 80 80 80 80 81 81 81 81 81 81 81 81 81
3 Populasi Dilayani Jiwa 34193 34417 34501 34586 34670 34755 34840 34925 35011 35096 35181 35267 35353 35439
4 Konsumsi Domestik Jiwa 20830 20956 20942 20928 20912 20897 20881 20864 20847 20829 20810 20791 20771 20751
- SR lt/org/hr 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 105 105 105 105
- HU/TA lt/org/hr 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
5 Ratio 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR % 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88
- HU/TA % 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
6 Jumlah Konsumen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR Jiwa 18330 18456 18442 18428 18412 18397 18381 18364 18347 18329 18310 18291 18271 18251
- HU/TA Jiwa 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500
7 Jumlah SL Rumah Tangga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR Unit 3055 3076 3074 3071 3069 3066 3064 3061 3058 3055 3052 3049 3045 3042
- HU/TA Unit 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
B. Kebutuhan Non Domestik Perhitungan dihitung berdasarkan rasio per tahun antara kebutuhan Non Domestik terhadap Domestik
C. Kebutuhan
- Kebutuhan Domestik lt/det 22.083 22.229 22.213 22.197 22.178 22.161 22.142 22.123 22.103 22.082 23.120 23.097 23.072 23.048
- Kebutuhan Non Domestik lt/det 14.985 15.110 15.126 15.142 15.156 15.170 15.184 15.197 15.210 15.223 15.966 15.977 15.988 15.999
D. Kehilangan Air Dari Produksi % 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
E. Faktor Hari Maksimum 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150
F. Faktor Jam Puncak 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560
G. Total Kebutuhan
Produksi Sumber (PDAM) lt/det 18.00
1 Rata-Rata lt/det 26.482 26.808 26.807 26.806 26.801 26.798 26.792 26.784 26.776 26.766 28.902 28.889 28.873 28.857
2 Kebutuhan Maksimum lt/det 30.454 30.829 30.828 30.827 30.821 30.817 30.811 30.802 30.793 30.781 33.238 33.222 33.204 33.185
3 Kebutuhan Jam Puncak lt/det 41.312 41.820 41.819 41.818 41.809 41.804 41.796 41.783 41.771 41.754 45.088 45.067 45.042 45.016
Tahun
No Uraian Satuan
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
A. Kebutuhan Domestik
1 Jumlah Penduduk Jiwa 43643 43695 43748 43800 43853 43905 43958 44011 44064 44116 44169 44222 44275 44329
2 Cakupan Pelayanan % 81 82 82 82 82 82 82 82 82 82 82 83 83 83
3 Populasi Dilayani Jiwa 35525 35612 35698 35785 35871 35958 36046 36133 36220 36308 36396 36483 36571 36660
4 Konsumsi Domestik Jiwa 20730 20709 20686 20663 20639 20615 20591 20565 20538 20512 20485 20456 20427 20398
- SR lt/org/hr 105 105 105 105 105 105 110 110 110 110 110 110 110 110
- HU/TA lt/org/hr 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
5 Ratio 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR % 88 88 88 88 88 88 88 88 87 87 86 86 85 85
- HU/TA % 12 12 12 12 12 12 12 12 13 13 14 14 15 15
6 Jumlah Konsumen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR Jiwa 18230 18209 18186 18163 18139 18115 18091 18065 17938 17812 17685 17556 17427 17298
- HU/TA Jiwa 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2600 2700 2800 2900 3000 3100
7 Jumlah SL Rumah Tangga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR Unit 3038 3035 3031 3027 3023 3019 3015 3011 2990 2969 2948 2926 2905 2883
- HU/TA Unit 25 25 25 25 25 25 25 25 26 27 28 29 30 31
B. Kebutuhan Non Domestik Perhitungan dihitung berdasarkan rasio per tahun antara kebutuhan Non Domestik terhadap Domestik
C. Kebutuhan
- Kebutuhan Domestik lt/det 23.023 22.997 22.969 22.941 22.912 22.883 23.901 23.867 23.741 23.615 23.488 23.358 23.229 23.099
- Kebutuhan Non Domestik lt/det 16.009 16.019 16.027 16.035 16.042 16.049 16.792 16.797 16.736 16.676 16.614 16.551 16.487 16.423
D. Kehilangan Air Dari Produksi % 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
E. Faktor Hari Maksimum 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150
F. Faktor Jam Puncak 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560
G. Total Kebutuhan
Produksi Sumber (PDAM) lt/det 18.00
1 Rata-Rata lt/det 28.838 28.819 28.795 28.771 28.745 28.718 30.831 30.797 30.572 30.349 30.123 29.891 29.659 29.426
2 Kebutuhan Maksimum lt/det 33.164 33.142 33.115 33.087 33.057 33.026 35.455 35.417 35.158 34.901 34.641 34.375 34.108 33.840
3 Kebutuhan Jam Puncak lt/det 44.987 44.958 44.921 44.883 44.842 44.801 48.096 48.044 47.692 47.344 46.991 46.630 46.268 45.905
No Uraian Satuan
2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041 2042 2043
A. Kebutuhan Domestik
1 Jumlah Penduduk Jiwa 44382 44435 44488 44542 44595 44649 44702 44756 44810 44863 44917 44971 45025
2 Cakupan Pelayanan % 83 83 83 83 83 83 83 84 84 84 84 84 84
3 Populasi Dilayani Jiwa 36748 36837 36925 37014 37103 37192 37282 37371 37461 37551 37641 37731 37821
4 Konsumsi Domestik Jiwa 20367 20336 20304 20272 20239 20205 20171 20135 20099 20062 20024 19985 19945
- SR lt/org/hr 110 110 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 125
- HU/TA lt/org/hr 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
5 Ratio 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR % 84 84 83 83 82 82 81 81 80 80 79 78 78
- HU/TA % 16 16 17 17 18 18 19 19 20 20 21 22 22
6 Jumlah Konsumen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR Jiwa 17167 17036 16904 16772 16639 16505 16371 16235 16099 15962 15824 15685 15545
- HU/TA Jiwa 3200 3300 3400 3500 3600 3700 3800 3900 4000 4100 4200 4300 4400
7 Jumlah SL Rumah Tangga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR Unit 2861 2839 2817 2795 2773 2751 2729 2706 2683 2660 2637 2614 2591
- HU/TA Unit 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
B. Kebutuhan Non Domestik Perhitungan dihitung berdasarkan rasio per tahun antara kebutuhan Non Domestik terhadap Domestik
C. Kebutuhan
- Kebutuhan Domestik lt/det 22.967 22.835 24.658 24.510 24.360 24.208 24.057 23.903 23.749 23.593 23.436 23.278 24.018
- Kebutuhan Non Domestik lt/det 16.356 16.290 17.620 17.543 17.465 17.385 17.306 17.223 17.141 17.057 16.971 16.885 17.450
D. Kehilangan Air Dari Produksi % 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
E. Faktor Hari Maksimum 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150
F. Faktor Jam Puncak 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560
G. Total Kebutuhan
Produksi Sumber (PDAM) lt/det 18.00
1 Rata-Rata lt/det 29.188 28.950 32.734 32.463 32.190 31.913 31.635 31.351 31.067 30.780 30.489 30.195 31.761
2 Kebutuhan Maksimum lt/det 33.567 33.292 37.644 37.333 37.018 36.699 36.380 36.054 35.727 35.397 35.062 34.724 36.526
3 Kebutuhan Jam Puncak lt/det 45.534 45.162 51.065 50.643 50.216 49.784 49.351 48.908 48.465 48.017 47.563 47.104 49.548
Proyeksi Kebutuhan Air Baku Kecamatan Banjar
Tahun
No Uraian Satuan
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
A. Kebutuhan Domestik
1 Jumlah Penduduk Jiwa 69162 69702 70246 70794 71346 71902 72463 73028 73598 74172 74750 75334 75921 76513
2 Cakupan Pelayanan % 9 10 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
3 Populasi Dilayani Jiwa 6559 7314 8081 8859 9649 10451 11265 12090 12928 13779 14641 15517 16405 17306
4 Konsumsi Domestik Jiwa 3948 4684 5432 6191 6962 7744 8538 9343 10161 10992 11834 12690 13557 14437
- SR lt/org/hr 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 105 105 105 105
- HU/TA lt/org/hr 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
5 Ratio 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR % 62 68 72 76 78 81 82 84 85 86 87 88 89 90
- HU/TA % 38 32 28 24 22 19 18 16 15 14 13 12 11 10
6 Jumlah Konsumen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR Jiwa 2448 3184 3932 4691 5462 6244 7038 7843 8661 9492 10334 11190 12057 12937
- HU/TA Jiwa 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500
7 Jumlah SL Rumah Tangga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR Unit 408 531 655 782 910 1041 1173 1307 1444 1582 1722 1865 2010 2156
- HU/TA Unit 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
B. Kebutuhan Non Domestik Perhitungan dihitung berdasarkan rasio per tahun antara kebutuhan Non Domestik terhadap Domestik
C. Kebutuhan
- Kebutuhan Domestik lt/det 3.354 4.206 5.072 5.950 6.843 7.748 8.667 9.598 10.545 11.507 13.080 14.120 15.173 16.243
- Kebutuhan Non Domestik lt/det 1.723 2.193 2.684 3.195 3.728 4.281 4.857 5.454 6.074 6.718 7.738 8.463 9.213 9.989
D. Kehilangan Air Dari Produksi % 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
E. Faktor Hari Maksimum 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150
F. Faktor Jam Puncak 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560
G. Total Kebutuhan
Produksi Sumber (PDAM) lt/det 19.20
1 Rata-Rata lt/det 1.452 3.039 4.667 6.335 8.044 9.795 11.588 13.422 15.303 17.229 20.341 22.460 24.624 26.838
2 Kebutuhan Maksimum lt/det 1.670 3.495 5.367 7.285 9.251 11.264 13.326 15.436 17.598 19.814 23.392 25.829 28.317 30.864
3 Kebutuhan Jam Puncak lt/det 2.265 4.740 7.280 9.882 12.549 15.280 18.077 20.939 23.872 26.878 31.731 35.037 38.413 41.868
Tahun
No Uraian Satuan
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
A. Kebutuhan Domestik
1 Jumlah Penduduk Jiwa 77110 77712 78318 78929 79544 80165 80790 81420 82055 82695 83340 83990 84645 85306
2 Cakupan Pelayanan % 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
3 Populasi Dilayani Jiwa 18220 19147 20088 21042 22009 22991 23987 24996 26020 27059 28112 29180 30262 31360
4 Konsumsi Domestik Jiwa 15330 16236 17156 18089 19034 19994 20968 21955 22957 23974 25004 26049 27108 28183
- SR lt/org/hr 105 105 105 105 105 105 110 110 110 110 110 110 110 110
- HU/TA lt/org/hr 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
5 Ratio 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR % 90 91 91 92 92 92 92 92 92 92 92 92 92 91
- HU/TA % 10 9 9 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 9
6 Jumlah Konsumen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR Jiwa 13830 14736 15656 16589 17534 18394 19268 20155 21057 21974 22904 23849 24808 25783
- HU/TA Jiwa 1500 1500 1500 1500 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200 2300 2400
7 Jumlah SL Rumah Tangga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR Unit 2305 2456 2609 2765 2922 3066 3211 3359 3510 3662 3817 3975 4135 4297
- HU/TA Unit 15 15 15 15 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
B. Kebutuhan Non Domestik Perhitungan dihitung berdasarkan rasio per tahun antara kebutuhan Non Domestik terhadap Domestik
C. Kebutuhan
- Kebutuhan Domestik lt/det 17.328 18.429 19.547 20.681 21.830 22.909 25.121 26.285 27.468 28.671 29.889 31.127 32.383 33.659
- Kebutuhan Non Domestik lt/det 10.792 11.621 12.479 13.364 14.276 15.161 16.821 17.805 18.821 19.868 20.946 22.056 23.199 24.375
D. Kehilangan Air Dari Produksi % 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
E. Faktor Hari Maksimum 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150
F. Faktor Jam Puncak 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560
G. Total Kebutuhan
Produksi Sumber (PDAM) lt/det 19.20
1 Rata-Rata lt/det 29.104 31.420 33.791 36.214 38.687 41.045 45.691 48.269 50.907 53.607 56.363 59.180 62.058 65.001
2 Kebutuhan Maksimum lt/det 33.469 36.133 38.860 41.646 44.490 47.201 52.544 55.509 58.543 61.648 64.817 68.057 71.367 74.751
3 Kebutuhan Jam Puncak lt/det 45.402 49.016 52.714 56.494 60.352 64.030 71.277 75.299 79.415 83.627 87.926 92.321 96.810 101.402
Tahun
No Uraian Satuan
2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041 2042 2043
A. Kebutuhan Domestik
1 Jumlah Penduduk Jiwa 85971 86642 87317 87999 88685 89377 90074 90776 91484 92198 92917 93642 94372
2 Cakupan Pelayanan % 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
3 Populasi Dilayani Jiwa 32474 33602 34747 35907 37083 38275 39484 40709 41951 43209 44485 45778 47089
4 Konsumsi Domestik Jiwa 29274 30379 31500 32636 33788 34956 36141 37342 38559 39792 41043 42311 43597
- SR lt/org/hr 110 110 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 125
- HU/TA lt/org/hr 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
5 Ratio 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR % 91 91 91 91 91 91 91 91 91 91 91 91 92
- HU/TA % 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 8
6 Jumlah Konsumen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR Jiwa 26774 27779 28800 29836 30888 31956 33041 34142 35259 36392 37543 38711 39897
- HU/TA Jiwa 2500 2600 2700 2800 2900 3000 3100 3200 3300 3400 3500 3600 3700
7 Jumlah SL Rumah Tangga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- SR Unit 4462 4630 4800 4973 5148 5326 5507 5690 5877 6065 6257 6452 6650
- HU/TA Unit 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
B. Kebutuhan Non Domestik Perhitungan dihitung berdasarkan rasio per tahun antara kebutuhan Non Domestik terhadap Domestik
C. Kebutuhan
- Kebutuhan Domestik lt/det 34.955 36.270 40.938 42.411 43.907 45.425 46.967 48.531 50.117 51.725 53.358 55.015 59.006
- Kebutuhan Non Domestik lt/det 25.587 26.832 30.604 32.037 33.509 35.022 36.577 38.174 39.812 41.493 43.220 44.991 48.715
D. Kehilangan Air Dari Produksi % 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
E. Faktor Hari Maksimum 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150 1.150
F. Faktor Jam Puncak 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560
G. Total Kebutuhan
Produksi Sumber (PDAM) lt/det 19.2
1 Rata-Rata lt/det 68.011 71.082 81.210 84.697 88.259 91.897 95.612 99.405 103.274 107.222 111.253 115.367 124.625
2 Kebutuhan Maksimum lt/det 78.212 81.744 93.392 97.402 101.498 105.681 109.954 114.316 118.766 123.305 127.941 132.672 143.319
3 Kebutuhan Jam Puncak lt/det 106.097 110.887 126.688 132.128 137.685 143.359 149.155 155.072 161.108 167.266 173.555 179.973 194.415
Perhitungan Air Irigasi DI Saba (awal Januari)

NO Bulan NOPEMBER DESEMBER JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
satuan I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 POLA TANAM LP
PADI PALAWIJA II
PALAWIJA I
LP

2 Jumlah hari 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16
3 Evapotranspirasi Potensial Eto mm/hari 4.20 4.20 4.04 4.04 4.36 4.36 3.96 3.96 3.60 3.60 3.02 3.02 3.03 3.03 3.02 3.02 2.77 2.77 3.65 3.65 4.38 4.38 4.44 4.44
4 Kebutuhan Air Penyiapan Lahan KAPLH mm/hari 6.10 6.10
5 Hujan Efektif Padi Re1 mm/hari 10.9 2.3 13.2 9.5 2.2 1.9 3.0 4.7 6.7 6.9 4.7 3.0 0.9 3.9 3.2 0.9 0.5 0.7 0.0 0.1 0.1 0.0 0.3 3.0
6 Hujan Efektif Palawija Re2 mm/hari 7.8 1.6 9.5 6.8 1.6 1.4 2.1 3.4 4.8 5.0 3.3 2.1 0.6 2.8 2.3 0.7 0.3 0.5 0.0 0.1 0.1 0.0 0.2 2.2
7 Penggantian Lapisan Air WLR mm/hari 3.3 3.3
8 Koefisien Tanaman Padi Kc1 0.87 0.90 1.10 1.10 1.10 1.10 1.05 1.00
9 Koefisien Tanaman Palawija Kc2 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48 0.25 0.30
10 Perkolasi P mm/hari 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 Kebutuhan Air Konsumtif Padi Etc1 mm/hari 3.797 3.564 4.356 3.957 3.957 3.319 3.168 3.027
12 Kebutuhan Air Konsumtif Palawija Etc2 mm/hari 3.251 4.216 4.186 3.984 2.073 0.000 0.756 0.907 2.147 2.785 3.775 3.592 2.082 1.110 1.332
13 Kebutuhan Air Irigasi untuk Padi NFR1 mm/hari 9.973 2.560 1.619 2.526 0.000 3.947 2.205 4.140 0.000 1.673 0.000
14 Kebutuhan Air Irigasi untuk Palawija NFR2 mm/hari 0.000 4.599 0.000 0.000 8.598 0.506 2.257 3.806 4.269 5.750 5.526 4.024 2.877 1.160
15 Efisiensi Irigasi EI % 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
16 Kebutuhan Air di Intake NFR mm/hari 0.00 9.11 0.00 0.00 17.03 19.75 5.07 3.21 5.00 0.00 7.82 4.37 8.20 0.00 1.00 4.47 7.54 8.46 11.39 10.94 7.97 0.00 9.01 2.30
17 Kebutuhan Air di Intake NFR lt/dt/ha 0.00 0.79 0.00 0.00 1.47 1.71 0.44 0.28 0.43 0.00 0.68 0.38 0.71 0.00 0.09 0.39 0.65 0.73 0.98 0.95 0.69 0.00 0.78 0.20
18 Kebutuhan Air Irigasi NFR lt/dt 0.00 16485.92 0.00 0.00 30818.60 38131.60 9175.43 5804.38 9053.35 0.00 14145.62 7902.78 14839.91 0.00 1813.60 8090.49 13640.99 16321.84 20609.34 21127.77 14423.03 0.00 16308.34 4434.97
Total Kebutuhan Air Irigasi dalam Setahun (lt/dt) 263127.95

Perhitungan Air Irigasi DI Saba pertengahan Januari

NO Bulan NOPEMBER DESEMBER JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
satuan I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 POLA TANAM LP
PALAWIJA I PADI I PALAWIJA II
v LP
ANGGUR

2 Jumlah hari 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16
3 Evapotranspirasi Potensial Eto mm/hari 4.20 4.20 4.04 4.04 4.36 4.36 3.96 3.96 3.60 3.60 3.02 3.02 3.03 3.03 3.02 3.02 2.77 2.77 3.65 3.65 4.38 4.38 4.44 4.44
4 Kebutuhan Air Penyiapan Lahan KAPLH mm/hari 6.10 5.96
5 Hujan Efektif Padi Re1 mm/hari 10.85 2.26 13.23 9.45 2.20 1.92 3.00 4.74 6.73 6.95 4.67 2.96 0.89 3.90 3.15 0.91 0.48 0.72 0.04 0.09 0.08 0.00 0.33 3.04
6 Hujan Efektif Palawija Re2 mm/hari 7.75 1.62 9.45 6.75 1.57 1.37 2.15 3.38 4.81 4.96 3.34 2.12 0.63 2.79 2.25 0.65 0.34 0.52 0.03 0.07 0.06 0.00 0.23 2.17
7 Penggantian Lapisan Air WLR mm/hari 3.30 3.30
8 Koefisien Tanaman Padi Kc1 0.87 0.90 1.10 1.10 1.10 1.10 1.05 1.00
9 Koefisien Tanaman Palawija Kc2 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48 0.25
10 Perkolasi P mm/hari 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 Kebutuhan Air Konsumtif Padi Etc1 mm/hari 3.45 3.56 3.96 3.96 3.32 3.32 3.18 3.03
12 Kebutuhan Air Konsumtif Palawija Etc2 mm/hari 1.24 3.25 4.06 4.19 4.30 2.07 0.76 0.82 2.15 3.67 3.77 4.32 2.08 1.11
13 Kebutuhan Air Irigasi untuk Padi NFR1 mm/hari 8.40 0.83 2.53 0.00 3.95 2.36 4.29 1.12 0.00
14 Kebutuhan Air Irigasi untuk Palawija NFR2 mm/hari 0.00 3.63 0.00 0.00 4.73 8.80 2.11 2.48 3.63 5.64 5.71 6.26 4.08 0.94
15 Efisiensi Irigasi EI % 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
16 Kebutuhan Air di Intake NFR mm/hari 0.00 7.20 0.00 0.00 9.37 17.42 16.63 1.64 5.00 0.00 7.82 4.67 8.50 2.22 0.00 4.17 4.90 7.19 11.17 11.31 12.40 8.09 0.00 1.86
17 Kebutuhan Air di Intake NFR lt/dt/ha 0.00 0.62 0.00 0.00 0.81 1.51 1.44 0.14 0.43 0.00 0.68 0.40 0.73 0.19 0.00 0.36 0.42 0.62 0.97 0.98 1.07 0.70 0.00 0.16
18 Kebutuhan Air Irigasi NFR lt/dt 0.00 13027.47 0.00 0.00 16948.23 33636.84 30097.02 2965.55 9053.35 0.00 14145.62 8443.53 15382.38 4290.45 0.00 7548.55 8873.84 13885.30 20217.15 21824.98 22436.39 14632.11 0.00 3586.28
Total Kebutuhan Air Irigasi dalam Setahun (lt/dt) 260995.0
Perhitungan Air Irigasi DI Saba awal Februari

NO Bulan NOPEMBER DESEMBER JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
satuan I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 POLA TANAM LP
PALAWIJA I PADI PALAWIJA II
v LP

2 Jumlah hari 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16
3 Evapotranspirasi Potensial Eto mm/hari 4.20 4.20 4.04 4.04 4.36 4.36 3.96 3.96 3.60 3.60 3.02 3.02 3.03 3.03 3.02 3.02 2.77 2.77 3.65 3.65 4.38 4.38 4.44 4.44
4 Kebutuhan Air Penyiapan Lahan KAPLH mm/hari 5.96 5.96
5 Hujan Efektif Padi Re1 mm/hari 10.85 2.26 13.23 9.45 2.20 1.92 3.00 4.74 6.73 6.95 4.67 2.96 0.89 3.90 3.15 0.91 0.48 0.72 0.04 0.09 0.08 0.00 0.33 3.04
6 Hujan Efektif Palawija Re2 mm/hari 7.75 1.62 9.45 6.75 1.57 1.37 2.15 3.38 4.81 4.96 3.34 2.12 0.63 2.79 2.25 0.65 0.34 0.52 0.03 0.07 0.06 0.00 0.23 2.17
7 Penggantian Lapisan Air WLR mm/hari 3.30 3.30
8 Koefisien Tanaman Padi Kc1 0.87 0.90 1.10 1.10 1.10 1.10 1.05 1.00 0
9 Koefisien Tanaman Palawija Kc2 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48
10 Perkolasi P mm/hari 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 Kebutuhan Air Konsumtif Padi Etc1 mm/hari 3.45 3.24 3.96 3.32 3.32 3.33 3.18 3.02 0.00
12 Kebutuhan Air Konsumtif Palawija Etc2 mm/hari 1.05 1.24 3.13 4.06 4.52 4.30 1.88 0.69 0.82 2.83 3.67 4.54 4.32 2.11
13 Kebutuhan Air Irigasi untuk Padi NFR1 mm/hari 0.00 0.08 4.95 6.66 1.81 0.00 3.95 2.36 4.44 1.27 1.87 1.09
14 Kebutuhan Air Irigasi untuk Palawija NFR2 mm/hari 0.00 1.62 0.00 0.00 4.95 4.93 7.69 2.35 2.30 4.80 5.60 6.48 6.32 3.88 0.00
15 Efisiensi Irigasi EI % 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
16 Kebutuhan Air di Intake NFR mm/hari 0.00 3.21 0.00 0.00 9.80 9.92 25.04 13.20 3.58 0.00 7.82 4.67 8.80 2.52 3.71 2.16 4.66 4.56 9.51 11.09 12.83 12.51 7.68 0.00
17 Kebutuhan Air di Intake NFR lt/dt/ha 0.00 0.28 0.00 0.00 0.85 0.86 2.16 1.14 0.31 0.00 0.68 0.40 0.76 0.22 0.32 0.19 0.40 0.39 0.82 0.96 1.11 1.08 0.66 0.00
18 Kebutuhan Air Irigasi NFR lt/dt 0.00 5809.83 0.00 0.00 17730.46 19149.43 45315.03 23887.14 6474.27 0.00 14145.62 8443.53 15924.85 4869.08 6716.77 3906.93 8426.92 8800.34 17210.43 21406.66 23222.02 22645.48 13890.92 0.00
Total Kebutuhan Air Irigasi dalam Setahun (lt/dt) 287975.7

Perhitungan Air Irigasi DI Saba pertengahan Februari

NO Bulan NOPEMBER DESEMBER JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
satuan I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 POLA TANAM LP
PALAWIJA I PADI I PALAWIJA II
v LP
ANGGUR

2 Jumlah hari 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16
3 Evapotranspirasi Potensial Eto mm/hari 4.20 4.20 4.04 4.04 4.36 4.36 3.96 3.96 3.60 3.60 3.02 3.02 3.03 3.03 3.02 3.02 2.77 2.77 3.65 3.65 4.38 4.38 4.44 4.44
4 Kebutuhan Air Penyiapan Lahan KAPLH mm/hari 5.96 5.83
5 Hujan Efektif Padi Re1 mm/hari 10.85 2.26 13.23 9.45 2.20 1.92 3.00 4.74 6.73 6.95 4.67 2.96 0.89 3.90 3.15 0.91 0.48 0.72 0.04 0.09 0.08 0.00 0.33 3.04
6 Hujan Efektif Palawija Re2 mm/hari 7.75 1.62 9.45 6.75 1.57 1.37 2.15 3.38 4.81 4.96 3.34 2.12 0.63 2.79 2.25 0.65 0.34 0.52 0.03 0.07 0.06 0.00 0.23 2.17
7 Penggantian Lapisan Air WLR mm/hari 3.30 3.30
8 Koefisien Tanaman Padi Kc1 0.87 0.90 1.10 1.10 1.10 1.10 1.05 1.00 0.00
9 Koefisien Tanaman Palawija Kc2 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48
10 Perkolasi P mm/hari 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 Kebutuhan Air Konsumtif Padi Etc1 mm/hari 3.13 3.24 3.32 3.32 3.33 3.33 3.18 3.02 0.00
12 Kebutuhan Air Konsumtif Palawija Etc2 mm/hari 1.05 1.19 3.13 4.39 4.52 3.90 1.88 0.69 1.08 2.83 4.41 4.54 4.37 2.11
13 Kebutuhan Air Irigasi untuk Padi NFR1 mm/hari 7.53 0.00 3.95 2.36 4.44 1.42 2.03 4.11 1.52 0.00
14 Kebutuhan Air Irigasi untuk Palawija NFR2 mm/hari 0.00 1.43 0.00 0.00 4.82 5.15 3.75 6.45 2.18 3.05 4.76 6.35 6.54 6.14 1.94
15 Efisiensi Irigasi EI % 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
16 Kebutuhan Air di Intake NFR mm/hari 0.00 2.84 0.00 0.00 9.54 10.19 7.44 12.78 14.91 0.00 7.82 4.67 8.80 2.82 4.01 8.15 3.01 4.31 6.04 9.43 12.57 12.95 12.16 3.84
17 Kebutuhan Air di Intake NFR lt/dt/ha 0.00 0.25 0.00 0.00 0.82 0.88 0.64 1.10 1.29 0.00 0.68 0.40 0.76 0.24 0.35 0.70 0.26 0.37 0.52 0.81 1.09 1.12 1.05 0.33
18 Kebutuhan Air Irigasi NFR lt/dt 0.00 5133.18 0.00 0.00 17261.12 19676.16 13458.49 23131.28 26991.29 0.00 14145.62 8443.53 15924.85 5447.71 7258.70 14745.69 5454.17 8323.62 10935.53 18199.48 22750.64 23431.10 22006.44 7405.36
Total Kebutuhan Air Irigasi dalam Setahun (lt/dt) 290124.0
Perhitungan Air Irigasi DI Saba awal Maret

NO Bulan NOPEMBER DESEMBER JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
satuan I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 POLA TANAM LP
PALAWIJA I PADI PALAWIJA II
v LP
ANGGUR

2 Jumlah hari 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16
3 Evapotranspirasi Potensial Eto mm/hari 4.20 4.20 4.04 4.04 4.36 4.36 3.96 3.96 3.60 3.60 3.02 3.02 3.03 3.03 3.02 3.02 2.77 2.77 3.65 3.65 4.38 4.38 4.44 4.44
4 Kebutuhan Air Penyiapan Lahan KAPLH mm/hari 5.83 5.83
5 Hujan Efektif Padi Re1 mm/hari 10.85 2.26 13.23 9.45 2.20 1.92 3.00 4.74 6.73 6.95 4.67 2.96 0.89 3.90 3.15 0.91 0.48 0.72 0.04 0.09 0.08 0.00 0.33 3.04
6 Hujan Efektif Palawija Re2 mm/hari 7.75 1.62 9.45 6.75 1.57 1.37 2.15 3.38 4.81 4.96 3.34 2.12 0.63 2.79 2.25 0.65 0.34 0.52 0.03 0.07 0.06 0.00 0.23 2.17
7 Penggantian Lapisan Air WLR mm/hari 3.30 3.30
8 Koefisien Tanaman Padi Kc1 0.87 0.90 1.10 1.10 1.10 1.10 1.05 1.00 0.00
9 Koefisien Tanaman Palawija Kc2 0.48 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99
10 Perkolasi P mm/hari 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 Kebutuhan Air Konsumtif Padi Etc1 mm/hari 3.13 2.72 3.32 3.33 3.33 3.33 3.18 2.77 0.00
12 Kebutuhan Air Konsumtif Palawija Etc2 mm/hari 1.99 1.01 1.19 3.38 4.39 4.10 3.90 1.71 0.91 1.08 3.40 4.41 4.59 4.40
13 Kebutuhan Air Irigasi untuk Padi NFR1 mm/hari 4.02 3.34 2.36 4.44 1.42 2.18 4.27 4.29 1.28
14 Kebutuhan Air Irigasi untuk Palawija NFR2 mm/hari 0.00 0.38 0.00 0.00 3.81 5.02 3.95 2.52 8.03 2.89 3.01 5.34 6.41 6.36 4.22
15 Efisiensi Irigasi EI % 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
16 Kebutuhan Air di Intake NFR mm/hari 0.00 0.76 0.00 0.00 7.55 9.93 7.83 4.99 15.91 7.96 6.62 4.67 8.80 2.82 4.31 8.45 8.50 2.53 5.72 5.96 10.57 12.69 12.60 8.36
17 Kebutuhan Air di Intake NFR lt/dt/ha 0.00 0.07 0.00 0.00 0.65 0.86 0.68 0.43 1.37 0.69 0.57 0.40 0.76 0.24 0.37 0.73 0.73 0.22 0.49 0.51 0.91 1.10 1.09 0.72
18 Kebutuhan Air Irigasi NFR lt/dt 0.00 1374.00 0.00 0.00 13662.86 19175.53 14168.19 9022.86 28791.49 15356.99 11982.63 8443.53 15924.85 5447.71 7800.64 15287.63 15385.73 4886.65 10347.25 11506.25 19136.77 22959.73 22802.08 16146.79
Total Kebutuhan Air Irigasi dalam Setahun (lt/dt) 289610.2

Perhitungan Air Irigasi DI Saba pertengahan Maret

NO Bulan NOPEMBER DESEMBER JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
satuan I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 POLA TANAM LP
PALAWIJA I PADI I PALAWIJA II
v LP

2 Jumlah hari 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16
3 Evapotranspirasi Potensial Eto mm/hari 4.20 4.20 4.04 4.04 4.36 4.36 3.96 3.96 3.60 3.60 3.02 3.02 3.03 3.03 3.02 3.02 2.77 2.77 3.65 3.65 4.38 4.38 4.44 4.44
4 Kebutuhan Air Penyiapan Lahan KAPLH mm/hari 5.83 5.94
5 Hujan Efektif Padi Re1 mm/hari 10.85 2.26 13.23 9.45 2.20 1.92 3.00 4.74 6.73 6.95 4.67 2.96 0.89 3.90 3.15 0.91 0.48 0.72 0.04 0.09 0.08 0.00 0.33 3.04
6 Hujan Efektif Palawija Re2 mm/hari 7.75 1.62 9.45 6.75 1.57 1.37 2.15 3.38 4.81 4.96 3.34 2.12 0.63 2.79 2.25 0.65 0.34 0.52 0.03 0.07 0.06 0.00 0.23 2.17
7 Penggantian Lapisan Air WLR mm/hari 3.30 3.30
8 Koefisien Tanaman Padi Kc1 0.87 0.90 1.10 1.10 1.10 1.10 1.05 1.00 0.00
9 Koefisien Tanaman Palawija Kc2 0.99 0.48 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04
10 Perkolasi P mm/hari 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 Kebutuhan Air Konsumtif Padi Etc1 mm/hari 2.63 2.72 3.33 3.33 3.33 3.33 2.91 2.77 0.00
12 Kebutuhan Air Konsumtif Palawija Etc2 mm/hari 4.13 1.99 0.00 1.01 1.29 3.38 3.98 4.10 3.54 1.71 0.91 1.29 3.40 4.46 4.59
13 Kebutuhan Air Irigasi untuk Padi NFR1 mm/hari 9.20 1.75 4.44 1.42 2.18 4.42 4.43 4.05 1.97
14 Kebutuhan Air Irigasi untuk Palawija NFR2 mm/hari 0.00 2.38 0.00 0.00 1.72 4.01 3.83 2.72 4.04 4.58 2.85 3.23 5.40 6.23 4.42
15 Efisiensi Irigasi EI % 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
16 Kebutuhan Air di Intake NFR mm/hari 0.00 4.71 0.00 0.00 3.40 7.95 7.59 5.38 7.99 9.07 18.21 3.47 8.80 2.82 4.31 8.75 8.78 8.02 3.89 5.64 6.41 10.69 12.34 8.76
17 Kebutuhan Air di Intake NFR lt/dt/ha 0.00 0.41 0.00 0.00 0.29 0.69 0.66 0.46 0.69 0.78 1.57 0.30 0.76 0.24 0.37 0.76 0.76 0.69 0.34 0.49 0.55 0.92 1.07 0.76
18 Kebutuhan Air Irigasi NFR lt/dt 0.00 8516.45 0.00 0.00 6153.44 15337.38 13742.37 9732.57 14464.27 17510.59 32964.15 6280.54 15924.85 5447.71 7800.64 15829.57 15882.31 15480.32 7043.23 10878.76 11594.78 19345.86 22324.70 16910.60
Total Kebutuhan Air Irigasi dalam Setahun (lt/dt) 289165.1
Perhitungan Air Irigasi DI Puluran (awal Januari)

NO Bulan NOPEMBER DESEMBER JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
satuan I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 POLA TANAM LP
PADI PADI II
PALAWIJA II
PALAWIJA I
LP
ANGGUR

2 Jumlah hari 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16
3 Evapotranspirasi Potensial Eto mm/hari 4.20 4.20 4.04 4.04 4.36 4.36 3.96 3.96 3.60 3.60 3.02 3.02 3.03 3.03 3.02 3.02 2.77 2.77 3.65 3.65 4.38 4.38 4.44 4.44
4 Kebutuhan Air Penyiapan Lahan KAPLH mm/hari 6.10 6.10
5 Hujan Efektif Padi Re1 mm/hari 10.9 2.3 13.2 9.5 2.2 1.9 3.0 4.7 6.7 6.9 4.7 3.0 0.9 3.9 3.2 0.9 0.5 0.7 0.0 0.1 0.1 0.0 0.3 3.0
6 Hujan Efektif Palawija Re2 mm/hari 7.8 1.6 9.5 6.8 1.6 1.4 2.1 3.4 4.8 5.0 3.3 2.1 0.6 2.8 2.3 0.7 0.3 0.5 0.0 0.1 0.1 0.0 0.2 2.2
7 Penggantian Lapisan Air WLR mm/hari 3.3 3.3
8 Koefisien Tanaman Padi Kc1 0.87 0.90 1.12 1.27 1.27 1.18 1.05 1.00
9 Koefisien Tanaman Palawija Kc2 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48 0.25 0.30
10 Perkolasi P mm/hari 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 Kebutuhan Air Konsumtif Padi Etc1 mm/hari 3.797 3.564 4.435 4.569 4.569 3.560 3.168 3.027
12 Kebutuhan Air Konsumtif Palawija Etc2 mm/hari 3.251 4.216 4.186 3.984 2.073 0.000 0.756 0.907 2.147 2.785 3.775 3.592 2.082 1.110 1.332
13 Kebutuhan Air Irigasi untuk Padi NFR1 mm/hari 9.973 2.560 1.699 3.137 0.000 4.188 2.205 4.140 0.000 1.673 0.000
14 Kebutuhan Air Irigasi untuk Palawija NFR2 mm/hari 0.000 4.599 0.000 0.000 8.598 0.506 2.257 3.806 4.269 5.750 5.526 4.024 2.877 1.160
15 Efisiensi Irigasi EI % 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
16 Kebutuhan Air di Intake NFR mm/hari 0.00 9.11 0.00 0.00 17.03 19.75 5.07 3.36 6.21 0.00 8.29 4.37 8.20 0.00 1.00 4.47 7.54 8.46 11.39 10.94 7.97 0.00 9.01 2.30
17 Kebutuhan Air di Intake NFR lt/dt/ha 0.00 0.79 0.00 0.00 1.47 1.71 0.44 0.29 0.54 0.00 0.72 0.38 0.71 0.00 0.09 0.39 0.65 0.73 0.98 0.95 0.69 0.00 0.78 0.20
18 Kebutuhan Air Irigasi NFR lt/dt 0.00 4703.75 0.00 0.00 8793.15 10879.69 2617.93 1737.10 3208.58 0.00 4282.88 2254.82 4234.12 0.00 517.46 2308.37 3892.04 4656.94 5880.24 6028.16 4115.17 0.00 4653.08 1265.38
Total Kebutuhan Air Irigasi dalam Setahun (lt/dt) 76028.8

Perhitungan Air Irigasi DI Puluran pertengahan Januari

NO Bulan NOPEMBER DESEMBER JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
satuan I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 POLA TANAM LP
PALAWIJA I PADI I PALAWIJA II
v LP
ANGGUR ANGGUR

2 Jumlah hari 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16
3 Evapotranspirasi Potensial Eto mm/hari 4.20 4.20 4.04 4.04 4.36 4.36 3.96 3.96 3.60 3.60 3.02 3.02 3.03 3.03 3.02 3.02 2.77 2.77 3.65 3.65 4.38 4.38 4.44 4.44
4 Kebutuhan Air Penyiapan Lahan KAPLH mm/hari 6.10 5.96
5 Hujan Efektif Padi Re1 mm/hari 10.85 2.26 13.23 9.45 2.20 1.92 3.00 4.74 6.73 6.95 4.67 2.96 0.89 3.90 3.15 0.91 0.48 0.72 0.04 0.09 0.08 0.00 0.33 3.04
6 Hujan Efektif Palawija Re2 mm/hari 7.75 1.62 9.45 6.75 1.57 1.37 2.15 3.38 4.81 4.96 3.34 2.12 0.63 2.79 2.25 0.65 0.34 0.52 0.03 0.07 0.06 0.00 0.23 2.17
7 Penggantian Lapisan Air WLR mm/hari 3.30 3.30
8 Koefisien Tanaman Padi Kc1 0.87 0.90 1.12 1.27 1.27 1.18 1.05 1.00
9 Koefisien Tanaman Palawija Kc2 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48 0.25
10 Perkolasi P mm/hari 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 Kebutuhan Air Konsumtif Padi Etc1 mm/hari 3.45 3.56 4.03 4.57 3.83 3.56 3.18 3.03
12 Kebutuhan Air Konsumtif Palawija Etc2 mm/hari 1.24 3.25 4.06 4.19 4.30 2.07 0.76 0.82 2.15 3.67 3.77 4.32 2.08 1.11
13 Kebutuhan Air Irigasi untuk Padi NFR1 mm/hari 8.40 0.83 2.60 0.00 4.46 2.60 4.29 1.12 0.00
14 Kebutuhan Air Irigasi untuk Palawija NFR2 mm/hari 0.00 3.63 0.00 0.00 4.73 8.80 2.11 2.48 3.63 5.64 5.71 6.26 4.08 0.94
15 Efisiensi Irigasi EI % 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
16 Kebutuhan Air di Intake NFR mm/hari 0.00 7.20 0.00 0.00 9.37 17.42 16.63 1.64 5.15 0.00 8.83 5.14 8.50 2.22 0.00 4.17 4.90 7.19 11.17 11.31 12.40 8.09 0.00 1.86
17 Kebutuhan Air di Intake NFR lt/dt/ha 0.00 0.62 0.00 0.00 0.81 1.51 1.44 0.14 0.44 0.00 0.76 0.44 0.73 0.19 0.00 0.36 0.42 0.62 0.97 0.98 1.07 0.70 0.00 0.16
18 Kebutuhan Air Irigasi NFR lt/dt 0.00 3716.99 0.00 0.00 4835.66 9597.24 8587.26 846.13 2656.68 0.00 4560.59 2655.96 4388.89 1224.15 0.00 2153.75 2531.88 3961.74 5768.35 6227.09 6401.54 4174.83 0.00 1023.24
Total Kebutuhan Air Irigasi dalam Setahun (lt/dt) 75312.0
Perhitungan Air Irigasi DI Puluran awal Februari

NO Bulan NOPEMBER DESEMBER JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
satuan I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 POLA TANAM LP
PALAWIJA I PADI I PALAWIJA II
v LP
ANGGUR

2 Jumlah hari 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16
3 Evapotranspirasi Potensial Eto mm/hari 4.20 4.20 4.04 4.04 4.36 4.36 3.96 3.96 3.60 3.60 3.02 3.02 3.03 3.03 3.02 3.02 2.77 2.77 3.65 3.65 4.38 4.38 4.44 4.44
4 Kebutuhan Air Penyiapan Lahan KAPLH mm/hari 5.96 5.96
5 Hujan Efektif Padi Re1 mm/hari 10.85 2.26 13.23 9.45 2.20 1.92 3.00 4.74 6.73 6.95 4.67 2.96 0.89 3.90 3.15 0.91 0.48 0.72 0.04 0.09 0.08 0.00 0.33 3.04
6 Hujan Efektif Palawija Re2 mm/hari 7.75 1.62 9.45 6.75 1.57 1.37 2.15 3.38 4.81 4.96 3.34 2.12 0.63 2.79 2.25 0.65 0.34 0.52 0.03 0.07 0.06 0.00 0.23 2.17
7 Penggantian Lapisan Air WLR mm/hari 3.30 3.30
8 Koefisien Tanaman Padi Kc1 0.87 0.90 1.12 1.27 1.27 1.18 1.05 1.00 0
9 Koefisien Tanaman Palawija Kc2 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48
10 Perkolasi P mm/hari 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 Kebutuhan Air Konsumtif Padi Etc1 mm/hari 3.45 3.24 4.03 3.83 3.83 3.57 3.18 3.02 0.00
12 Kebutuhan Air Konsumtif Palawija Etc2 mm/hari 1.05 1.24 3.13 4.06 4.52 4.30 1.88 0.69 0.82 2.83 3.67 4.54 4.32 2.11
13 Kebutuhan Air Irigasi untuk Padi NFR1 mm/hari 0.00 0.08 4.95 6.66 1.81 0.00 4.46 2.87 4.69 1.27 1.87 1.09
14 Kebutuhan Air Irigasi untuk Palawija NFR2 mm/hari 0.00 1.62 0.00 0.00 4.95 4.93 7.69 2.35 2.30 4.80 5.60 6.48 6.32 3.88 0.00
15 Efisiensi Irigasi EI % 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
16 Kebutuhan Air di Intake NFR mm/hari 0.00 3.21 0.00 0.00 9.80 9.92 25.04 13.20 3.58 0.00 8.83 5.68 9.28 2.52 3.71 2.16 4.66 4.56 9.51 11.09 12.83 12.51 7.68 0.00
17 Kebutuhan Air di Intake NFR lt/dt/ha 0.00 0.28 0.00 0.00 0.85 0.86 2.16 1.14 0.31 0.00 0.76 0.49 0.80 0.22 0.32 0.19 0.40 0.39 0.82 0.96 1.11 1.08 0.66 0.00
18 Kebutuhan Air Irigasi NFR lt/dt 0.00 1657.66 0.00 0.00 5058.84 5463.70 12929.26 6815.46 1847.24 0.00 4560.59 2933.67 4791.31 1389.24 1916.42 1114.72 2404.36 2510.91 4910.47 6107.73 6625.69 6461.19 3963.35 0.00
Total Kebutuhan Air Irigasi dalam Setahun (lt/dt) 83461.8

Perhitungan Air Irigasi DI Puluran pertengahan Februari

NO Bulan NOPEMBER DESEMBER JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
satuan I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 POLA TANAM LP
PALAWIJA I PADI I PALAWIJA II
v LP
ANGGUR

2 Jumlah hari 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16
3 Evapotranspirasi Potensial Eto mm/hari 4.20 4.20 4.04 4.04 4.36 4.36 3.96 3.96 3.60 3.60 3.02 3.02 3.03 3.03 3.02 3.02 2.77 2.77 3.65 3.65 4.38 4.38 4.44 4.44
4 Kebutuhan Air Penyiapan Lahan KAPLH mm/hari 5.96 5.83
5 Hujan Efektif Padi Re1 mm/hari 10.85 2.26 13.23 9.45 2.20 1.92 3.00 4.74 6.73 6.95 4.67 2.96 0.89 3.90 3.15 0.91 0.48 0.72 0.04 0.09 0.08 0.00 0.33 3.04
6 Hujan Efektif Palawija Re2 mm/hari 7.75 1.62 9.45 6.75 1.57 1.37 2.15 3.38 4.81 4.96 3.34 2.12 0.63 2.79 2.25 0.65 0.34 0.52 0.03 0.07 0.06 0.00 0.23 2.17
7 Penggantian Lapisan Air WLR mm/hari 3.30 3.30
8 Koefisien Tanaman Padi Kc1 0.87 0.90 1.12 1.27 1.27 1.18 1.05 1.00 0.00
9 Koefisien Tanaman Palawija Kc2 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48
10 Perkolasi P mm/hari 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 Kebutuhan Air Konsumtif Padi Etc1 mm/hari 3.13 3.24 3.38 3.83 3.84 3.57 3.18 3.02 0.00
12 Kebutuhan Air Konsumtif Palawija Etc2 mm/hari 1.05 1.19 3.13 4.39 4.52 3.90 1.88 0.69 1.08 2.83 4.41 4.54 4.37 2.11
13 Kebutuhan Air Irigasi untuk Padi NFR1 mm/hari 7.53 0.00 4.01 2.87 4.96 1.67 2.03 4.11 1.52 0.00
14 Kebutuhan Air Irigasi untuk Palawija NFR2 mm/hari 0.00 1.43 0.00 0.00 4.82 5.15 3.75 6.45 2.18 3.05 4.76 6.35 6.54 6.14 1.94
15 Efisiensi Irigasi EI % 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
16 Kebutuhan Air di Intake NFR mm/hari 0.00 2.84 0.00 0.00 9.54 10.19 7.44 12.78 14.91 0.00 7.94 5.68 9.82 3.30 4.01 8.15 3.01 4.31 6.04 9.43 12.57 12.95 12.16 3.84
17 Kebutuhan Air di Intake NFR lt/dt/ha 0.00 0.25 0.00 0.00 0.82 0.88 0.64 1.10 1.29 0.00 0.69 0.49 0.85 0.29 0.35 0.70 0.26 0.37 0.52 0.81 1.09 1.12 1.05 0.33
18 Kebutuhan Air Irigasi NFR lt/dt 0.00 1464.60 0.00 0.00 4924.93 5613.99 3839.97 6599.80 7701.14 0.00 4097.73 2933.67 5069.91 1818.49 2071.05 4207.23 1556.18 2374.89 3120.12 5192.67 6491.20 6685.35 6278.87 2112.89
Total Kebutuhan Air Irigasi dalam Setahun (lt/dt) 84154.7
Perhitungan Air Irigasi DI Puluran awal Maret

NO Bulan NOPEMBER DESEMBER JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
satuan I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 POLA TANAM LP
PALAWIJA I PADI PALAWIJA II
v LP
ANGGUR

2 Jumlah hari 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16
3 Evapotranspirasi Potensial Eto mm/hari 4.20 4.20 4.04 4.04 4.36 4.36 3.96 3.96 3.60 3.60 3.02 3.02 3.03 3.03 3.02 3.02 2.77 2.77 3.65 3.65 4.38 4.38 4.44 4.44
4 Kebutuhan Air Penyiapan Lahan KAPLH mm/hari 5.83 5.83
5 Hujan Efektif Padi Re1 mm/hari 10.85 2.26 13.23 9.45 2.20 1.92 3.00 4.74 6.73 6.95 4.67 2.96 0.89 3.90 3.15 0.91 0.48 0.72 0.04 0.09 0.08 0.00 0.33 3.04
6 Hujan Efektif Palawija Re2 mm/hari 7.75 1.62 9.45 6.75 1.57 1.37 2.15 3.38 4.81 4.96 3.34 2.12 0.63 2.79 2.25 0.65 0.34 0.52 0.03 0.07 0.06 0.00 0.23 2.17
7 Penggantian Lapisan Air WLR mm/hari 3.30 3.30
8 Koefisien Tanaman Padi Kc1 0.87 0.90 1.12 1.27 1.27 1.18 1.05 1.00 0.00
9 Koefisien Tanaman Palawija Kc2 0.48 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99
10 Perkolasi P mm/hari 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 Kebutuhan Air Konsumtif Padi Etc1 mm/hari 3.13 2.72 3.38 3.84 3.84 3.57 3.18 2.77 0.00
12 Kebutuhan Air Konsumtif Palawija Etc2 mm/hari 1.99 1.01 1.19 3.38 4.39 4.10 3.90 1.71 0.91 1.08 3.40 4.41 4.59 4.40
13 Kebutuhan Air Irigasi untuk Padi NFR1 mm/hari 4.02 3.34 2.42 4.96 1.94 2.42 4.27 4.29 1.28
14 Kebutuhan Air Irigasi untuk Palawija NFR2 mm/hari 0.00 0.00 3.81 5.02 3.95 2.52 8.03 2.89 3.01 5.34 6.41 6.36 4.22
15 Efisiensi Irigasi EI % 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
16 Kebutuhan Air di Intake NFR mm/hari 0.00 0.00 0.00 0.00 7.55 9.93 7.83 4.99 15.91 7.96 6.62 4.79 9.82 3.84 4.79 8.45 8.50 2.53 5.72 5.96 10.57 12.69 12.60 8.36
17 Kebutuhan Air di Intake NFR lt/dt/ha 0.00 0.00 0.00 0.00 0.65 0.86 0.68 0.43 1.37 0.69 0.57 0.41 0.85 0.33 0.41 0.73 0.73 0.22 0.49 0.51 0.91 1.10 1.09 0.72
18 Kebutuhan Air Irigasi NFR lt/dt 0.00 0.00 0.00 0.00 3898.28 5471.15 4042.46 2574.40 8214.77 4381.65 3418.88 2470.82 5069.91 2115.66 2473.08 4361.86 4389.85 1394.26 2952.27 3282.96 5460.09 6550.86 6505.88 4606.99
Total Kebutuhan Air Irigasi dalam Setahun (lt/dt) 83636.0

Perhitungan Air Irigasi DI Puluran pertengahan Maret

NO Bulan NOPEMBER DESEMBER JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
satuan I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 POLA TANAM LP
PALAWIJA I PADI I PALAWIJA II
v LP

2 Jumlah hari 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16 15 16 15 15 15 16
3 Evapotranspirasi Potensial Eto mm/hari 4.20 4.20 4.04 4.04 4.36 4.36 3.96 3.96 3.60 3.60 3.02 3.02 3.03 3.03 3.02 3.02 2.77 2.77 3.65 3.65 4.38 4.38 4.44 4.44
4 Kebutuhan Air Penyiapan Lahan KAPLH mm/hari 5.83 5.94
5 Hujan Efektif Padi Re1 mm/hari 10.85 2.26 13.23 9.45 2.20 1.92 3.00 4.74 6.73 6.95 4.67 2.96 0.89 3.90 3.15 0.91 0.48 0.72 0.04 0.09 0.08 0.00 0.33 3.04
6 Hujan Efektif Palawija Re2 mm/hari 7.75 1.62 9.45 6.75 1.57 1.37 2.15 3.38 4.81 4.96 3.34 2.12 0.63 2.79 2.25 0.65 0.34 0.52 0.03 0.07 0.06 0.00 0.23 2.17
7 Penggantian Lapisan Air WLR mm/hari 3.30 3.30
8 Koefisien Tanaman Padi Kc1 0.87 0.90 1.12 1.27 1.27 1.18 1.05 1.00 0.00
9 Koefisien Tanaman Palawija Kc2 0.99 0.48 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04 0.99 0.48 0.25 0.30 0.78 1.01 1.04
10 Perkolasi P mm/hari 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 Kebutuhan Air Konsumtif Padi Etc1 mm/hari 2.63 2.72 3.39 3.84 3.84 3.57 2.91 2.77 0.00
12 Kebutuhan Air Konsumtif Palawija Etc2 mm/hari 4.13 1.99 0.00 1.01 1.29 3.38 3.98 4.10 3.54 1.71 0.91 1.29 3.40 4.46 4.59
13 Kebutuhan Air Irigasi untuk Padi NFR1 mm/hari 9.20 1.75 4.50 1.94 2.69 4.66 4.43 4.05 1.97
14 Kebutuhan Air Irigasi untuk Palawija NFR2 mm/hari 0.00 2.38 0.00 0.00 1.72 4.01 3.83 2.72 4.04 4.58 2.85 3.23 5.40 6.23 4.42
15 Efisiensi Irigasi EI % 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
16 Kebutuhan Air di Intake NFR mm/hari 0.00 4.71 0.00 0.00 3.40 7.95 7.59 5.38 7.99 9.07 18.21 3.47 8.92 3.84 5.33 9.23 8.78 8.02 3.89 5.64 6.41 10.69 12.34 8.76
17 Kebutuhan Air di Intake NFR lt/dt/ha 0.00 0.41 0.00 0.00 0.29 0.69 0.66 0.46 0.69 0.78 1.57 0.30 0.77 0.33 0.46 0.80 0.76 0.69 0.34 0.49 0.55 0.92 1.07 0.76
18 Kebutuhan Air Irigasi NFR lt/dt 0.00 2429.91 0.00 0.00 1755.70 4376.05 3920.96 2776.89 4126.94 4996.11 9405.31 1791.96 4605.58 2115.66 2751.40 4763.88 4531.53 4416.83 2009.57 3103.92 3308.22 5519.75 6369.67 4824.92
Total Kebutuhan Air Irigasi dalam Setahun (lt/dt) 83900.8
Rekapitulasi Kebutuhan Air Irigasi D.I Saba dan D.I Puluran
SABA PULURAN
BULAN HARI
1-Jan 16-Jan 1-Feb 16-Feb 1-Mar 16-Mar 1-Jan 16-Jan 1-Feb 16-Feb 1-Mar 16-Mar

l/det/ha 10 6 m3 l/det/ha 10 6 m3 l/det/ha 10 6 m3 l/det/ha 10 6 m3 l/det/ha 10 6 m3 l/det/ha 10 6 m3 l/det/ha 10 6 m3 l/det/ha 10 6 m3 l/det/ha 10 6 m3 l/det/ha 10 6 m3 l/det/ha 10 6 m3 l/det/ha 10 6 m3

NOPEMBER 15 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
15 0.79 1.42 0.62 1.13 0.28 0.50 0.25 0.44 0.00 0.00 0.00 0.00 0.79 0.41 0.62 0.32 0.28 0.14 0.25 0.13 0.00 0.00 0.00 0.00
DESEMBER 15 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
JANUARI 15 1.47 2.66 0.81 1.46 0.85 1.53 0.82 1.49 0.65 1.18 0.07 0.13 1.47 0.76 0.81 0.42 0.85 0.44 0.82 0.43 0.65 0.34 0.07 0.04
16 1.71 3.29 1.51 2.91 0.86 1.65 0.88 1.70 0.86 1.66 0.11 0.21 1.71 0.94 1.51 0.83 0.86 0.47 0.88 0.49 0.86 0.47 0.11 0.06
PEBRUARI 15 0.44 0.79 1.46 2.64 2.16 3.92 0.64 1.16 0.68 1.22 0.00 0.00 0.44 0.23 1.46 0.75 2.16 1.12 0.64 0.33 0.68 0.35 0.00 0.00
13 0.29 0.46 0.29 0.46 1.16 1.82 1.10 1.73 0.43 0.68 0.00 0.00 0.29 0.13 0.29 0.13 1.16 0.52 1.10 0.49 0.43 0.19 0.00 0.00
MARET 15 0.54 0.97 0.54 0.97 0.44 0.80 1.31 2.37 1.37 2.49 0.08 0.15 0.54 0.28 0.54 0.28 0.44 0.23 1.31 0.67 1.37 0.71 0.08 0.04
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.71 1.36 0.49 0.95 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.71 0.39 0.49 0.27
APRIL 15 0.72 1.30 0.72 1.30 0.76 1.38 0.76 1.38 0.69 1.24 1.59 2.88 0.72 0.37 0.72 0.37 0.76 0.39 0.76 0.39 0.69 0.35 1.59 0.82
15 0.38 0.68 0.38 0.68 0.44 0.80 0.49 0.89 0.49 0.89 0.41 0.75 0.38 0.19 0.38 0.19 0.44 0.23 0.49 0.25 0.49 0.25 0.41 0.21
MEI 15 0.71 1.28 0.71 1.28 0.73 1.33 0.80 1.45 0.85 1.54 0.85 1.54 0.71 0.37 0.71 0.37 0.73 0.38 0.80 0.41 0.85 0.44 0.85 0.44
16 0.69 1.34 0.00 0.00 0.19 0.37 0.22 0.42 0.29 0.55 0.33 0.64 0.69 0.38 0.00 0.00 0.19 0.11 0.22 0.12 0.29 0.16 0.33 0.18
JUNI 15 0.82 1.49 1.27 2.30 0.00 0.00 0.32 0.58 0.35 0.63 0.41 0.75 0.82 0.42 1.27 0.66 0.00 0.00 0.32 0.17 0.35 0.18 0.41 0.21
15 0.65 1.18 1.67 3.02 1.65 2.99 0.19 0.34 0.70 1.27 0.73 1.32 0.65 0.34 1.67 0.86 1.65 0.85 0.19 0.10 0.70 0.36 0.73 0.38
JULI 15 0.79 1.43 0.79 1.43 1.69 3.06 1.68 3.03 0.26 0.47 0.73 1.33 0.79 0.41 0.79 0.41 1.69 0.87 1.68 0.87 0.26 0.13 0.73 0.38
16 1.39 2.67 1.39 2.67 1.31 2.54 2.21 4.27 2.20 4.24 0.78 1.51 1.39 0.76 1.39 0.76 1.31 0.72 2.21 1.22 2.20 1.21 0.78 0.43
AGUSTUS 15 1.13 2.04 1.13 2.04 1.13 2.04 1.04 1.87 1.95 3.53 1.93 3.50 1.13 0.58 1.13 0.58 1.13 0.58 1.04 0.53 1.95 1.01 1.93 1.00
16 1.63 3.14 1.63 3.14 1.68 3.25 1.68 3.25 1.59 3.07 2.51 4.84 1.63 0.90 1.63 0.90 1.68 0.93 1.68 0.93 1.59 0.88 2.51 1.38
SEPTEMBER 15 1.12 2.02 1.12 2.02 1.21 2.20 1.28 2.32 1.28 2.32 1.17 2.11 1.12 0.58 1.12 0.58 1.21 0.63 1.28 0.66 1.28 0.66 1.17 0.60
15 1.09 1.98 1.09 1.98 1.13 2.04 1.23 2.22 1.29 2.34 1.29 2.34 1.09 0.56 1.09 0.56 1.13 0.58 1.23 0.63 1.29 0.67 1.29 0.67
OKTOBER 15 0.29 0.52 0.29 0.52 1.05 1.89 1.08 1.96 1.18 2.14 1.25 2.26 0.29 0.15 0.29 0.15 1.05 0.54 1.08 0.56 1.18 0.61 1.25 0.65
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Volume/TH/Ha
30.67 31.95 34.13 32.88 32.82 27.22 8.75 9.12 9.74 9.38 9.37 7.76
(10 6 m3)

Maximum (lt/dt/ha) 1.71 1.67 2.16 2.21 2.20 2.51 1.71 1.67 2.16 2.21 2.20 2.51

Rerata (lt/dt/ha) 0.69 0.72 0.78 0.75 0.74 0.61 0.69 0.72 0.78 0.75 0.74 0.61
TESIS

ANALISIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR


DAS TUKAD SABA DENGAN DIBANGUNNYA WADUK TITAB
DI KABUPATEN BULELENG

LAMPIRAN C
HASIL SIMULASI RIBASIM

114
SKENARIO 1

Nilai inflow dan outflow hasil simulasi RIBASIM

PTT1
Inflow Outflow
Keterangan Debit Total Debit Total
Persenta Persentas
Rerata Debit Rerata Debit
se % e%
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 84.9 - - -
DI Lebah Semawa 0.00 0.04 0.10 0.01 0.13 0.30
DI Rawa 0.01 0.06 0.10 0.02 0.20 0.50
DI Saba 0.51 5.06 11.50 1.69 16.86 38.30
DI Puluran 0.15 1.48 3.40 0.49 4.92 11.20
Laut - - - 2.19 21.87 49.7
Total 4.41 43.99 100 4.4 43.98 100

PTT2
Inflow Outflow
Keterangan Debit Total Debit Total
Persenta Persentas
Rerata Debit Rerata Debit
se % e%
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 85.1 - - -
DI Lebah Semawa 0 0.04 0.1 0.01 0.13 0.3
DI Rawa 0.01 0.06 0.1 0.02 0.19 0.4
DI Saba 0.5 4.99 11.4 1.66 16.64 37.9
DI Puluran 0.15 1.46 3.3 0.49 4.87 11.1
Laut - - - 2.21 22.07 50.3
Total 4.4 43.9 100 4.39 43.9 100
PTT3
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persenta Persentas
Rerata Debit Rerata Debit
se % e%
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 85.3 - - -
DI Lebah Semawa 0 0.04 0.1 0.01 0.13 0.3
DI Rawa 0.01 0.05 0.1 0.02 0.18 0.4
DI Saba 0.49 4.91 11.2 1.64 16.38 37.4
DI Puluran 0.14 1.44 3.3 0.48 4.79 10.9
Laut - - - 2.23 22.32 51
Total 4.38 43.79 100 4.38 43.8 100

PTT4
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persenta Persentas
Rerata Debit Rerata Debit
se % e%
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 84.8 - - -
DI Lebah Semawa 0 0.04 0.1 0.01 0.14 0.3
DI Rawa 0.01 0.06 0.1 0.02 0.21 0.5
DI Saba 0.51 5.11 11.6 1.7 17.03 38.6
DI Puluran 0.15 1.49 3.4 0.5 4.96 11.3
Laut - - - 2.17 21.72 49.3
Total 4.41 44.05 100 4.4 44.06 100
PTT5
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persenta Persentas
Rerata Debit Rerata Debit
se % e%
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 85.6 - - -
DI Lebah Semawa 0 0.04 0.1 0.01 0.13 0.3
DI Rawa 0.01 0.05 0.1 0.02 0.17 0.4
DI Saba 0.48 4.77 10.9 1.59 15.89 36.4
DI Puluran 0.14 1.41 3.2 0.47 4.7 10.8
Laut - - - 2.27 22.73 52.1
Total 4.37 43.62 99.9 4.36 43.62 100

PTT6
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persenta Persentas
Rerata Debit Rerata Debit
se % e%
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 85 - - -
DI Lebah Semawa 0 0.04 0.1 0.1 0.13 0.3
DI Rawa 0.01 0.05 0.1 0.2 0.17 0.4
DI Saba 0.5 5.04 11.5 1.68 16.79 38.2
DI Puluran 0.15 1.48 3.4 0.49 4.95 11.3
Laut - - - 2.19 21.92 49.9
Total 4.4 43.96 100.1 4.66 43.96 100.1
SKENARIO 2

Nilai inflow dan outflow hasil simulasi RIBASIM


PTT1
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persent Persent
Rerata Debit Rerata Debit
ase % ase %
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 72.50 - - -
DI Lebah Semawa 0.01 0.08 0.20 0.01 0.13 0.30
DI Rawa 0.02 0.21 0.40 0.03 0.35 0.70
DI Saba 1.05 10.52 20.40 1.75 17.53 34.00
DI Puluran 0.34 3.40 6.60 0.57 5.66 11.00
Evaporasi Waduk Titab - - - 0.02 0.23 0.50
Rembesan Waduk Titab - - - 0.00 0.00 0.00
Perubahan
- - - 0.00 0.01 0.00
Penyimpanan Waduk
Laut - - - 2.76 27.64 53.60
Total 5.16 51.56 100.1 5.14 51.55 100.1

PTT2
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persent Persent
Rerata Debit Rerata Debit
ase % ase %
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 72.60 - - -
DI Lebah Semawa 0.01 0.08 0.20 0.01 0.13 0.30
DI Rawa 0.02 0.21 0.40 0.04 0.36 0.70
DI Saba 1.04 10.40 20.20 1.73 17.34 33.70
DI Puluran 0.34 3.41 6.60 0.57 5.68 11.00
Evaporasi Waduk Titab - - - 0.02 0.24 0.50
Rembesan Waduk Titab - - - 0.00 0.00 0.00
Perubahan Penyimpanan
- - - 0.01 0.08 0.20
Waduk Titab
Laut - - - 2.76 27.63 53.70
Total 5.15 51.45 100 5.14 51.46 100.1
PTT3
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persent Persent
Rerata Debit Rerata Debit
ase % ase %
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 73.10 - - -
DI Lebah Semawa 0.01 0.08 0.20 0.01 0.13 0.30
DI Rawa 0.02 0.21 0.40 0.04 0.35 0.70
DI Saba 1.02 10.22 20.00 1.70 17.03 33.30
DI Puluran 0.33 3.26 6.40 0.54 5.43 10.60
- - - 0.02 0.23 0.50
Evaporasi Waduk Titab
Rembesan Waduk Titab - - - 0.00 0.00 0.00
Perubahan
- - - 0.00 0.02 0.00
Penyimpanan Waduk
Laut - - - 2.79 27.92 54.60
Total 5.12 51.12 100.1 5.1 51.11 100

PTT4
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persent Persent
Rerata Debit Rerata Debit
ase % ase %
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 71.90 - - -
DI Lebah Semawa 0.01 0.08 0.20 0.01 0.14 0.30
DI Rawa 0.02 0.22 0.40 0.04 0.37 0.70
DI Saba 1.07 10.71 20.60 1.79 17.85 34.40
DI Puluran 0.36 3.60 6.90 0.60 5.99 11.50
- - - 0.02 0.21 0.40
Evaporasi Waduk Titab
Rembesan Waduk Titab - - - 0.00 0.00 0.00
Perubahan Penyimpanan
- - - 0.01 0.00 0.00
Waduk Titab
Laut - - - 2.74 27.40 52.70
Total 5.2 51.96 100 5.21 51.96 100
PTT5
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persent Persent
Rerata Debit Rerata Debit
ase % ase %
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 73.00 - - -
DI Lebah Semawa 0.01 0.08 0.20 0.01 0.13 0.30
DI Rawa 0.02 0.21 0.40 0.04 0.35 0.70
DI Saba 1.01 10.09 19.70 1.68 16.82 32.90
DI Puluran 0.34 3.41 6.70 0.57 5.69 11.10
Evaporasi Waduk Titab - - - 0.02 0.22 0.40
Rembesan Waduk Titab - - - 0.00 0.00 0.00
Perubahan
Penyimpanan Waduk - - - 0.00 0.00 0.00
Titab
Laut - - - 2.79 27.94 54.60
Total 5.12 51.14 100 5.11 51.15 100

PTT6
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persent Persent
Rerata Debit Rerata Debit
ase % ase %
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 72.50 - - -
DI Lebah Semawa 0.01 0.08 0.20 0.01 0.14 0.30
DI Rawa 0.02 0.22 0.40 0.04 0.37 0.70
DI Saba 1.03 10.32 20.00 1.72 17.21 33.40
DI Puluran 0.35 3.54 6.90 0.59 5.91 11.50
Evaporasi Waduk Titab - - - 0.02 0.22 0.40
Rembesan Waduk Titab - - - 0.00 0.00 0.00

Perubahan Penyimpanan - - - 0.00 0.00 0.00


Waduk Titab
Laut - - - 2.77 27.69 53.70
Total 5.15 51.51 100 5.15 51.54 100
SKENARIO 3

Nilai inflow dan outflow hasil simulasi RIBASIM

PTT1
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persent Persenta
Rerata Debit Rerata Debit
ase % se %
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 70.30 - - -
DI Lebah Semawa 0.01 0.08 0.10 0.01 0.13 0.20
DI Rawa 0.02 0.21 0.40 0.03 0.35 0.70
DI Saba 1.02 10.24 19.30 1.71 17.07 32.10
DI Puluran 0.34 3.37 6.30 0.56 5.61 10.60
Water Supply 0.19 1.92 3.60 0.32 3.19 6.00
Evaporasi Waduk Titab - - - 0.02 0.22 0.40
Rembesan Waduk Titab - - - 0.00 0.00 0.00
Perubahan Penyimpanan
- - - 0.00 0.00 0.00
Waduk Titab
Laut - - - 2.66 26.59 50.00
Total 5.32 53.17 100 5.31 53.16 100

PTT2
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persent Persent
Rerata Debit Rerata Debit
ase % ase %
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 70.30 - - -
DI Lebah Semawa 0.01 0.08 0.20 0.01 0.13 0.30
DI Rawa 0.02 0.21 0.40 0.04 0.36 0.70
DI Saba 1.02 10.18 19.20 1.70 16.97 31.90
DI Puluran 0.34 3.37 6.30 0.56 5.61 10.60
Water Supply 0.19 1.94 3.60 0.32 3.23 6.10
Evaporasi Waduk Titab - - - 0.02 0.24 0.40
Rembesan Waduk Titab - - - 0.00 0.00 0.00
Perubahan
- - - 0.01 0.08 0.10
Penyimpanan Waduk
Laut - - - 2.65 26.52 49.90
Total 5.32 53.13 100 5.31 53.14 100
PTT3
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persent Persenta
Rerata Debit Rerata Debit
ase % se %
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 70.80 - - -
DI Lebah Semawa 0.01 0.08 0.10 0.01 0.13 0.20
DI Rawa 0.02 0.21 0.40 0.04 0.35 0.70
DI Saba 1.00 9.98 18.90 1.66 16.64 31.60
DI Puluran 0.32 3.19 6.10 0.53 5.32 10.10
Water Supply 0.19 1.91 3.60 0.32 3.18 6.00
Evaporasi Waduk Titab - - - 0.02 0.22 0.40
Rembesan Waduk Titab - - - 0.00 0.00 0.00

Perubahan Penyimpanan - - - 0.00 0.01 0.00


Waduk Titab
Laut - - - 2.69 26.87 51.00
Total 5.28 52.72 99.9 5.27 52.72 100

PTT4
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persent Persent
Rerata Debit Rerata Debit
ase % ase %
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 69.90 - - -
DI Lebah Semawa 0.01 0.08 0.20 0.01 0.13 0.30
DI Rawa 0.02 0.22 0.40 0.03 0.35 0.70
DI Saba 1.04 10.43 19.50 1.74 17.38 32.50
DI Puluran 0.35 3.53 6.60 0.59 5.89 11.00
Water Supply 0.18 1.78 3.30 0.30 2.97 5.60
Evaporasi Waduk Titab - - - 0.02 0.20 0.40
Rembesan Waduk Titab - - - 0.00 0.00 0.00
Perubahan
Penyimpanan Waduk - - - 0.00 0.00 0.00
Titab
Laut - - - 2.64 26.45 49.50
Total 5.34 53.39 99.9 5.33 53.37 100
PTT5
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persent Persenta
Rerata Debit Rerata Debit
ase % se %
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 71.10 - - -
DI Lebah Semawa 0.01 0.08 0.20 0.01 0.13 0.30
DI Rawa 0.02 0.21 0.40 0.04 0.35 0.70
DI Saba 0.98 9.81 18.70 1.64 16.36 31.10
DI Puluran 0.34 3.36 6.40 0.56 5.61 10.70
Water Supply 0.17 1.73 3.30 0.29 2.89 5.50
Evaporasi Waduk Titab - - - 0.02 0.21 0.40
Rembesan Waduk Titab - - - 0.00 0.00 0.00

Perubahan Penyimpanan - - - 0.00 0.00 0.00


Waduk Titab
Laut - - - 2.70 27.01 51.40
Total 5.26 52.54 100.1 5.26 52.56 100.1

PTT6
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persent Persent
Rerata Debit Rerata Debit
ase % ase %
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 70.40 - - -
DI Lebah Semawa 0.01 0.08 0.10 0.01 0.14 0.30
DI Rawa 0.02 0.22 0.40 0.04 0.37 0.70
DI Saba 1.00 10.03 18.90 1.67 16.72 31.50
DI Puluran 0.35 3.51 6.60 0.58 5.85 11.00
Water Supply 0.19 1.87 3.50 0.31 3.12 5.90
Evaporasi Waduk Titab - - - 0.02 0.21 0.40
Rembesan Waduk Titab - - - 0.00 0.00 0.00
Perubahan
Penyimpanan Waduk - - - 0.00 0.00 0.00
Titab
Laut - - - 2.67 26.67 50.30
Total 5.31 53.06 99.9 5.3 53.08 100.1
SKENARIO 4

Nilai inflow dan outflow hasil simulasi RIBASIM

PTT1
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persentas Persentas
Rerata Debit Rerata Debit
e% e%
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 70.60 - - -
DI Lebah Semawa 0.01 0.08 0.10 0.01 0.13 0.20
DI Rawa 0.02 0.21 0.40 0.03 0.35 0.70
DI Saba 1.03 10.34 19.50 1.72 17.23 32.50
DI Puluran 0.34 3.39 6.40 0.56 5.65 10.70
Water Supply 0.16 1.60 3.00 0.26 2.63 5.00
Evaporasi Waduk Titab - - - 0.02 0.22 0.40
Rembesan Waduk Titab - - - 0.00 0.00 0.00
Perubahan
- - - 0.00 0.00 0.00
Penyimpanan Waduk
Laut - - - 2.67 26.74 50.50
Total 5.3 52.97 100 5.27 52.95 100

PTT2
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persentas Persentas
Rerata Debit Rerata Debit
e% e%
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 70.60 - - -
DI Lebah Semawa 0.01 0.08 0.10 0.01 0.13 0.30
DI Rawa 0.02 0.21 0.40 0.04 0.36 0.70
DI Saba 1.02 10.24 19.40 1.71 17.06 32.30
DI Puluran 0.34 3.40 6.40 0.57 5.67 10.70
Water Supply 0.16 1.60 3.00 0.27 2.66 5.00
Evaporasi Waduk Titab - - - 0.02 0.23 0.40
Rembesan Waduk Titab - - - 0.00 0.00 0.00
Perubahan
- - - 0.01 0.08 0.10
Penyimpanan Waduk
Laut - - - 2.67 26.69 50.50
Total 5.29 52.88 99.9 5.3 52.88 100
PTT3
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persentas Persentas
Rerata Debit Rerata Debit
e% e%
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 71.10 - - -
DI Lebah Semawa 0.01 0.08 0.20 0.01 0.13 0.20
DI Rawa 0.02 0.21 0.40 0.04 0.35 0.70
DI Saba 1.01 10.07 19.20 1.68 16.78 32.00
DI Puluran 0.32 3.23 6.10 0.54 5.38 10.20
Water Supply 0.16 1.57 3.00 0.26 2.61 5.00
Evaporasi Waduk Titab - - - 0.02 0.22 0.40
Rembesan Waduk Titab - - - 0.00 0.00 0.00

Perubahan
- - - 0.00 0.01 0.00
Penyimpanan Waduk
Titab
Laut - - - 2.70 27.03 51.50
Total 5.26 52.51 100 5.25 52.51 100

PTT4
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persentas Persentas
Rerata Debit Rerata Debit
e% e%
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 70.30 - - -
DI Lebah Semawa 0.01 0.08 0.10 0.01 0.14 0.30
DI Rawa 0.02 0.22 0.40 0.04 0.37 0.70
DI Saba 1.05 10.53 19.80 1.76 17.56 33.00
DI Puluran 0.36 3.58 6.70 0.60 5.96 11.20
Water Supply 0.14 1.37 2.60 0.23 2.28 4.30
Evaporasi Waduk Titab - - - 0.02 0.20 0.40
Rembesan Waduk Titab - - - 0.00 0.00 0.00

Perubahan
- - - 0.00 0.00 0.00
Penyimpanan Waduk
Titab
Laut - - - 2.66 26.63 50.10
Total 5.32 53.13 99.9 5.32 53.14 100
PTT5
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persentas Persentas
Rerata Debit Rerata Debit
e% e%
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 71.90 - - -
DI Lebah Semawa 0.01 0.08 0.20 0.01 0.13 0.30
DI Rawa 0.02 0.21 0.40 0.04 0.35 0.70
DI Saba 1.00 10.02 19.30 1.67 16.71 32.20
DI Puluran 0.34 3.41 6.60 0.57 5.68 10.90
Water Supply 0.09 0.88 1.70 0.15 1.47 2.80
Evaporasi Waduk Titab - - - 0.02 0.22 0.40
Rembesan Waduk Titab - - - 0.00 0.00 0.00

Perubahan
- - - 0.00 0.04 0.10
Penyimpanan Waduk
Titab
Laut - - - 2.73 27.35 52.60
Total 5.2 51.95 100.1 5.19 51.95 100

PTT6
Inflow Outflow
Debit Total Debit Total
Keterangan Persentas Persentas
Rerata Debit Rerata Debit
e% e%
m3/s m3/s m3/s m3/s
DAS Saba 3.74 37.35 83.90 - - -
DI Lebah Semawa 0.00 0.04 0.10 0.01 0.14 0.30
DI Rawa 0.01 0.11 0.40 0.04 0.37 0.80
DI Saba 0.51 5.09 11.40 1.70 16.98 38.20
DI Puluran 0.15 1.48 3.30 0.49 4.94 11.10
Water Supply 0.04 0.43 1.00 0.14 1.42 3.20
Evaporasi Waduk Titab - - - 0.02 0.22 0.50
Rembesan Waduk Titab - - - 0.00 0.00 0.00

Perubahan
- - - 0.00 0.00 0.00
Penyimpanan Waduk
Titab
Laut - - - 2.04 20.44 45.90
Total 4.45 44.5 100.1 4.44 44.51 100

Anda mungkin juga menyukai