Anda di halaman 1dari 15

BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CITANDUY

DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR


KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Jl. Prof. Dr. Ir. H. Sutami No.1 Banjar Jawa Barat 46300(0265) 741051, 741219

SID DAERAH IRIGASI MANGANTI


KEWENAGAN PEMERINTAH PUSAT

IPDMIP ( Integrated Participatory Development and Management Irrigation Project).


PRINSIP
KONTEK KAJIAN SOSEK PARTISIPATORI
DALAM KEGIATAN SID
REHABILITASI DAERAH GENDER
IRIGASI MANGANTI PERSPEKTIF
KEWENANGAN
PEMERINTAH PUSAT LINGKUNGAN &
SOSIAL SAFEGUARD
PROSES PARTISIPATIF
DALAM PELAKSANAAN SID
LATAR BELAKANG
• Adanya hasil kesenjangan hasil capaian pembangunan antara
perempuan dan laki-laki dihampir segala bidang pembangunan
• Di bidang pengembangan pertanian maupun dalam pengelolaan air
irigasi terutama aplikasi teknologi pendayagunaan dan tidak kepada
perempuan, hal ini berarti aspek gender belum diperhitungkan.
• Dalam rangka memaksimalkan potensi SDM pedesaan, implementasi
di lapangan harus diwujudkan melalui pendekatan pengembangan
pertanian melalui kegiatan yang sensitife/ responsive gender
FAKTA
1. Lebih dari separuh tenaga kerja yang terlibat di pertaian adalah
wanita
2. Hanya 15% wanita bekerja sebagai penyuluh di pedesaan
3. Wanita tani hanya menerima 5% dari seluruh program penyuluh
4. Wanita cenderung bekerja lebih lama dari pada pria. Secara umum
dinegara berkembang wanita bekerja lebih dari 13 jam lebih lama
dari pria dalam seminggu.
5. Wanita biasanya menghabiskan seluruh penghasilannya untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga, sementara pria paling tidak
menggunakan sekitar 25% penghasilan untuk keperluan lain.
Ironi yang dihadapi oleh wanita tani
1. Keterbatasan akses dan control terhadap sumberdaya produktif pelayanann
2. Bekerja terlalu keras disatu sisi tetapi juga menganggur disisi lain
3. Korban ketidak setaraan dalam kesempatan kerja dan upah
4. Tidak di libatkan dalam pengambil keputusan baik dalam rumah tangga
maupun di kelompok.

Upaya peningkatan peran Gender dalam usaha tani


1. Meningkatakna kesetaraan dengan kaum pria dalam hal akses dan control
terhadap sumber daya produktif.
2. Meningkatkan partisipasi wanita didalam pengambilan keputusan pada setiap
tingkatan organisasi.
3. Mengurangi beban kerja wanita sekaligus meningkatkan kesempatan wanita
terhadap kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan
Oleh karana itu dalam mewujudkan upaya tersebut sangat diperlukannya
perencanaan yang responsife gender
DASAR HUKUM
• Ratifikasi Konvensi CEDAW tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
perempuan yang disahkan menjadi UU Nomor. : 7 Tahun 1984
• Inpres No. 9 Tahun 2000 yaitu Instruksi Presiden yang mengharuskan semua sector
pembangunan melaksanakan PUG.
• MDGS (Milenium Development Goal’s) tentang 8 prioritas pembangunan yang harus dicapai
2015 dimana salah satunya adalah PUG
• PERPRES No. 5 Tahun 2010: RPJMN 2010-2014
• Peraturan Menteri Keuangan 119 Thn 2009; 104 Thn 2010; No 93 Thn 2011; No. 112 Thn 2012
tentang ARG (Anggaran Responsif Gender)
• Kpts. Menteri Pertanian: No 2813/Kpts/01/60/6/2011 Tentang Pembentukan TIM
Pengarusutamaangender (PUG)
• Kpts. Sekertaris Jenderal: No:1559/Kpts/OT.160/06/2011 Selaku ketua TIM koordinasi PUG
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Peraturan Pemerintah (PP) No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Hidup
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat
Pernyataan Jaminan Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL)
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 05 Tahun 2012 tentang Jenis Kegiatan yang Diperlukan AMDAL
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Partisipasi Masyarakat dalam Proses Penilaian Lingkungan dan Izin Lingkungan
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 08 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan dan Izin Lingkungan yang
dikeluarkan
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 / PRT / M / 2008 tentang Jenis Rencana Bisnis dan / atau Kegiatan yang Bekerja dalam Pekerjaan Umum yang memerlukan
dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL).
• Peraturan Pemerintah (PP) No.6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman
• Keputusan Menteri Pertanian No.887 / Kpts / OT.210 / 9/1997 tentang Pengelolaan Hama
• UU No.2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Umum Tanah
• Peraturan Presiden No.71 Tahun 2012 tentang Pembebasan Lahan untuk Kepentingan Umum
• Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perubahan Perpres No.71 Tahun 2012 tentang Pembebasan Lahan untuk Kepentingan Umum
• Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial
• Peraturan Presiden No. 56 Tahun 2017 tentang Penanganan Dampak Sosial Masyarakat
• Peraturan Menteri Sosial No.10 Tahun 2014 tentang Konseling Sosial
• Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2015 tentang Penanganan Konflik Sosial
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No.52 tahun 2014 tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Adat dan Masyarakat Adat
• Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2010 Tentang Warisan Budaya
• Peraturan Presiden No.37 Tahun 2010 tentang Bendungan
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan No.27 / PRT / M / 2015 tentang Bendungan
Acuan untuk Lingkungan & Sosial Safeguard
• Untuk rehabilitasi dan peningkatan Daerah Irigasi yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat tidak memerlukan AMDAL karena
hampir dipastikan tidak membutuhkan pembebasan lahan.
Seandainya ada sifatnya sangat kecil dan hal tersebut cukup dengan
pendekatan Sumbangan Lahan Sukarela merupakan pendekatan
yang umum dilakukan di Indonesia untuk pengadaan lahan,
khususnya dalam program berbasis masyarakan. Namun untuk
peningkatan kapasitas bendung dan diharapkan membuat bendung
baru hampir dipastikan harus dengan AMDAL.
KEPEMILIKAN LAHAN DAN
PRODUKTIFITAS
70000

60000

Kecamatan
50000
Luas Tanam
40000 Produktifitas (Kw/Ha) MT1
Produktifitas (Kw/Ha) MT2
30000
Produksi Masa Tanam (Ton) MT1

20000 Produksi Masa Tanam (Ton) MT2


Produksi Masa Tanam (Ton) MT2
10000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000

1
Bantarsari

2
Gandrungmangu

3
Kawunganten

4
Kedungreja

5
6 Patimuan

Sidareja
7

Wanareja
8

Lakbok
9

Purwadadi
Luas Lahan
Luas Tanam
Produksi (Ton)
Kalkulasi Usaha Tani

Berdasarkan Hitungan : masih menguntungkan jika luas lahan minimal 1 ha

Sangat tidak menguntunkan jika pemilikan lahan kurang dari 1 ha, tetapi jika masa
tanam/panen 2 kali atau bahkan 3 kali maka masih menguntungkan

Di Daerah Irigasi Manganti mayoritas petani dengan kepemilikan lahan kurang dari 1 ha, artinya
jika masa tanam/panen dapat dipertahankan 2 kali dala setahun masih dapat memberi insentif
bagi para petani kecil
ANALISA GENDER
Fakta : di sector pertanian ternyata Perempuan ikut terlibat mulai Pembibitan,
Penanaman dan Panen sementara pekerjaan di dalam rumah (domestic) masih
didominasi oleh Perempuan, artinya terjadi peran ganda perempuan di sector
pertanian

Fakta : Mekanisasi pertanian 100% terjadi pada pengolahan lahan di DI Manganti,


tetapi juga sudah dimulai mekanisasi pada masa panen ini memang memabntu
evisiensi di ongkos produksi, tetapi peralatan mekanisasi pertanian rata rata hanya
mampu digunakan oleh petani Laki laki, artinya mekanisasi pertanian belum ramah
terhadap Perempuan.

Fakta : Pengurus Kelembagaan Petani di DI Manganti mayoritas masih didominasi


oleh petani Laki laki, ini akibat dari pandangan stereotype gender baha urusan
pertanian adalah urusan kaum lelaki

Anda mungkin juga menyukai