Anda di halaman 1dari 113

Lingkup:

1. Pendahuluan
2. Pendekatan Masalah
3. Data Dasar
4. Lay-out Petak Tersier
5. Perencanaan Saluran
6. Boks Bagi
7. Perencanaan Bangunan-bangunan Pelengkap
8. Penyajian Hasil Perencanaan
1. Pendahuluan
1.1. Umum
1.2. Latar Belakang
1.3. Tujuan
1.4. Ruang Lingkup Kriteria Perencanaan
1.5. Penerapan dan Batasan
1.6. Peristilahan dan Tata Nama (Nomenklatur)
1.1. Umum
KP 05 Kriteria Perencanaan Petak Tersier = bagian dari
Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi.
Kriteria ditunjang dengan Gambar-gambar standar,
Persyaratan Teknis untuk Pengukuran dan Perencanaan,
dan Buku Petunjuk Perencanaan
1.2. Latar Belakang
Jaringan tersier sejatinya tanggung-jawab petani untuk
merencanakan, membangun, mengoperasikan, dan
memelihara melalui perkumpulan petani pemakai air (P3A)

Pemerintah melalui pemerintah kabupaten/kota memberi-


kan bantuan teknik dan biaya, bila petani tidak mampu.

Pemerintah bertanggungjawab terhadap pintu sadap


tersier sampai 50 meter kehilir, sampai bangunan ukur.

Jika pemerintah membangun jaringan utama, peteni dgn


P3Anya perlu didorong untuk membangun jaringan tersier.

Pemerintah perlu memberikan pembinaan dan bantuan


dalam perencanaan, pelaksanaan, dan O&P jaringan
tersier.
1.2 Latar Belakang (lanjutan)
Pemerintah perlu memberikan pembinaan dan bantuan
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan O&P jaringan
tersier.

Bimbingan dan bantuan tersebut termasuk segi hukum


berupa sosialisasi Undang-undang dan peraturan
perundangan yang berlaku tentang Sumber Daya Air,
irigasi, kewenangan pemerintah bimbingan P3A

Tugas Kementerian PUPR “.............melakukan pembinaan


dalam operasi irigasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di
tingkat petak tersier, guna terselenggaranya pengelolaan
air secara tepat guna, berdaya guna, dan berhasil guna”.
Tugas bimbingan Kementerian PUPR berupa:
‘................memberikan petunjuk dan bantuan kepada P3A
dalam hal yang berhubungan dengan survei dan desain,
konstruksi serta operasi dan pemeliharaan jaringan tersier
dan jaringan tingkat usaha-tani lainnya”.
Tugas Departemen Dalam Negeri adalah memberikan
petunjuk-petunjuk kepada Pemerintah Daerah tentang
bimbingan dan pembentukkan Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A).

Tugas Departemen Pertanian adalah memberikan petunjuk


mengenai penggunaan air irigasi secara benar dan adil di
tingkat kuarter.
1.3 Tujuan
Agar pengelolaan air terlaksana dengan baik, dan O & P
dapat dilaksanakan oleh petani dengan mudah.
1.4 Penerapan dan Batasan
Kriteria ini dapat diterapkan pada sistem irigasi grafitasi
daerah datar sampai bergelombang/kemiringan sedang.
Pada daerah pegunungan, harus ada penyesuaian karena
saluran pemberi dapat juga difungsikan sebagai drainase.
Pada irigasi dengan pompa, perlu penyesuaian lay-out
dan kapasitas saluran karena harus sesuai dengan
kapasitas dan tata cara operasi pompa.
Pada irigasi pasang surut juga perlu penyesuaian lay-out
dan kapasitas saluran pemberi dan drainase.
1.5 Istilah dan Tata Nama (Nomenklatur)
+ Beberapa istilah:
Petak Tersier;
Petak dasar dari suatu jaringan irigasi, yang mendapat air
dari saluran induk/sekunder melalui bangunan sadap.
Petak Kuarter;
Petak kuarter merupakan bagian dari petak tersier, yang
mendapat air dari saluran tersier melalui bangunan
bagi/boks.
Petak subtersier;
Petak subtersier hanya diadakan bila suatu petak tersier
berada di dalam daerah administratif yang meliputi dua
desa atau lebih
Jaringan Tersier;
Jaringan tersier adalah jaringan saluran yang melayani
areal di dalam petak tersier. Jaringan tersier terdiri dari:
Saluran dan bangunan kuarter:
Saluran dan bangunan yang membawa air dari jaringan
bagi ke petak-petak sawah.
Saluran pembuang:
Saluran dan bangunan yang membuang kelebihan air dari
petak-petak sawah ke jaringan pembuang sekunder/utama.

+ Sistem Tata Nama


Boks tersier diberi kode T, diikuti dengan nomor urut
menurut arah jarum jam, mulai dan boks pertama di hilir
bangunan sadap tersier: T1, T2, dan seterusnya.
+ Sistem Tata Nama
Boks kuarter diberi kode K, diikuti dengan nomor urut
jarum jam, mulai dari boks kuarter pertama di hilir boks
nomor urut tertinggi K1, K2, dan seterusnya.
Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan
nama boks yang terletak di antara kedua boks, niisalnya
(T1 - T2), (T3 – K1).
Saluran pembuang tersier diberi kode dt1, dt2, juga
menurut arah jarum
jam.
Petak kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi,
diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum jam. Petak
rotasi diberi kode A, B, C dan seterusnya menurut arah
jarum jam.
Petak Kuarter

Boks
Boks Kuarter
Tersier

Saluran irigasi kuarter diberi nama sesuai dengan petak


kuarter yang dilayani tetapi dengan huruf kecil, misalnya
al, a2, dan seterusnya.
Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuai dengan
petak kuarter yang dibuang airnya, diawali dengan dk,
misalnya dka1, dka2 dan seterusnya.
Lingkup:
1. Pendahuluan
2. Pendekatan Masalah
3. Data Dasar
4. Lay-out Petak Tersier
5. Perencanaan Saluran
6. Boks Bagi
7. Perencanaan Bangunan-bangunan Pelengkap
8. Penyajian Hasil Perencanaan
2. Pendekatan Masalah
2.1. Pendahuluan
2.2. Kegiatan dan Prosedur Perencanaan
2.3. Kaitan dengan Tahap Pengembangan Jaringan Utama
2.4. Pertimbangan-pertimbangan Khusus
2. Pendekatan Masalah
2.1. Pendahuluan
Petak tersier merupakan basis suatu jaringan irigasi
yang menjadi tanggung jawab petani merencanakan,
membangun, dan meng-O&P kan melalui P3A.
Bagian jaringan tersier yang menjadi tanggung jawab
pemerintah adalah bangunan sadap tersier, saluran
tersier 50 m dari bangunan sadap tersier, boks tersier
dan kuarter.
Jika petani tidak mampu, pemerintah akan memberikan
bantuan teknis dan pembiayaan.
2.2. Kegiatan dan Prosedur Perencanaan
2.2.1. Kegiatan dan Prosedur Perencanaan
Pemerintah sesuai dengan kewenangannya mengadakan
sosialisasi pengembangan tersier/dorongan kepada petani
untuk membangun jaringan tersier.

Masalah-masalah penting yang harus dibahas dalam


sosialisasi /pemberian dorongan adalah:
a. program Pengembangan Petak Tersier (PPT)
b. keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dan PPT
c. perlunya PPT bagi para petani
d. perlunya keikutsertaan para petani dalam PPT
e. perlunya P3A
f. tugas-tugas P3A
g. kesediaan para petani untuk memberikan tanah tanpa
memperoleh ganti rugi untuk pengembangan tersier.
2.2.2. Pengumpulan Data dan Penyelidikan
Partama-tama yang harus dikumpulkan:
a. kondisi topografi dan menyusun program pengukuran
topografi yang diperlukan
b. fasilitas-fasilitas yang sudah ada, air yang tersedia
serta terjadinya genangan
c. aplikasi irigasi dan sistem pembagian air yang ada
sekarang
d. pengumpulan data hidrometereologi untuk menentukan
kebutuhan air irigasi dan pembuangan.
2.2.3. Lay-out Pendahuluan.
Layout pendahuluan menunjukkan batas-batas petak
tersier, daerah yang dapat diairi, dan trase saluran
Pertimbangan dalam penyusunan lay-out pendahuluan:
a. menunjukkan sistim saluran pembawa dan pembuang
secara jelas
b. pengaturan petak sawah dengan pertimbangan
kemungkinan pengolahan sawah dengan traktor tangan
c. disediakannya jalan inspeksi yang sekaligus berfungsi
sebagai jalan usaha tani
d. Penempatan jalur saluran pembawa dan pembuang
pada lokasi yang tepat/sesuai.
2.2.4. Pengecekan Lay-out Pendahuluan.
Pengecakan layout pendahuluan dilakukan dengan cara
sosialisasi dan penjelasan kepada para petani (P3A jika
sudah terbentuk) dan pejabat kelurahan/desa.
Gambar layout pendahuluan yang sudah dibuat ditunjuk-
kan dan dijelaskan kepada para petani.
Langkah selanjutnya adalah pengecakan bersama ke
lapangan.
Komentar, usul, keberatan para petani harus mendapat
perhatian dan harus dipertimbangkan/diakomodasikan
dalam penetapan lay-out definitif.
2.2.3. Pengecekan Lay-out Pendahuluan. lanjutan

Ketidak sepakatan dengan petani bisa berakibat ditundanya


pembangunan/pengembangan jaringan irigasi.

Pengecakan layout pendahuluan di lapangan juga harus


melibatkan instansi terkait/aparat desa.
Semua usulan, masukan, ketidaksetujuan petani harus
menjadi pertimbagan dalam menetapkan lay-out definitif.
Setelah pengecekan lapangan ini disetujui semua pihak,
barulah pengukuran detail dapat dilakukan.
Layout final kemudian dibuat setelah
2.2.5. Pengukuran Detail
Setelah secara umum layout dapat diterima, maka pengukuran
detail bisa dilakukan yang meliputi:
1) Pengukuran trase saluran
2) Pengukuran profil memanjang dan melintang saluran

Tata letak/layout dapat dirubah untuk menyesuaikan dengan


elevasi sawah.

Perubahan ini kembali harus dibahas bersama semua pihak


berkepentingan termasuk aparat desa/kepala desa.

Setelah disetujui dan dibuat secara tertulis, barulah layout final


dapat dibuat.
2.2.6. Perencanaan Detail
Berdasarkan layout akhir dan hasil-hasil pengukuran detail;
dimensi maupun elevasi saluran dan bangunan dapat
direncanakan dan digambar.
Perencanaan detail disajikan dalam sebuah buku
perencanaan. Buku ini memuat penjelasan mengenai:
1) Perencanaan dan perhitungan teknis
2) Gambar-gambar
3) Petunjuk operasi dan pemeliharaan
4) Perkiraan biaya dan kesepakatan pembagian
pembiayaan pemerintah dan petani.
Buku perencanaan ini diserahkan kepada P3A dan selesailah
tugas perencana walaupun dalam pelaksanaan, si perencana
mungkin masih diperlukan untuk penyesuaian.
2.2.7. Pelaksanaan
Umumnya waktu antara selesainya perencanaan dan
dimulainya pelaksanaan cukup lama, karenanya mungkin
telah terjadi perubahan kondisi lapangan.
Karenanya hasil perencanaan perlu dtinjau ulang (review)
Jika kondisi lapangan telah berubah, mungkin diperlukan
penyesuaian penyesuaian perencanaan. Untuk membuat
penyesuaian-penyesuaian harus diikuti prosedur yang sama
seperti selama tahap perencanaan.
Setelah pelaksanaan pekerjaan fisik selesai diadakan uji
pengaliran terhadap semua saluran dan bangunan air.
Jika terdapat kekurangan/tidak sesuai pada elevasi, dan
kapasitas (saluran/bangunan) harus dilakukan penyesuaian.
2.3. Kaitan dengan Pengembangan Jaringan Utama
Keterkaitan jaringan utama dan jaringan tersier adalah:
- lokasi bangunan sadap
- kapasitas bangunan sadap (ukuran petak tersier), dan
- muka air yang diperlukan di hulu bangunan sadap.
Tahap pengembangan jaringan utama dapat mempengaruhi
perencanaan jaringan tersier.
Tahap-tahap pengembangan berikut adalah penting:
- Perencanaan jaringan utama sedang berlangsung
- Perencanaan telah selesai tetapi belum dilaksanakan
- Jaringan utama sedang/telah dilaksanakan
Hasil terbaik akan didapat bila jaringan tersier didesign
bersamaan dengan jaringan utama, walaupun memerlukan
koordinasi yang seksama.
Kata bersamaan tersebut diartikan setelah rute saluran induk
dan sekunder ditetapkan dan elevasi sawah yang akan diairi
telah diketahui.
Hal tersebut akan memberikan kemudahan dalam
menetepkan lokasi bangunan sadap dan tinggi muka airnya.
Apabila perencanaan jaringan tersier dilaksanakan setelah
jaringan utama selesai, dapat terjadi perubahan ukuran petak,
lokasi bangunan sadap dan/atau tinggi muka air yang
diperlukan.
Perubahan tersebut dapat menyebabkkan rencana jaringan
utama perlu disesuaikan, atau jaringan tersier perlu dibuat
sesuai dengan jaringan utama yang tellah definitif.
2.4. Pertimbangan-pertimbangan Khusus
(1) Sikap terhadap pengembangan petak tersier
Petak tersier merupakan unit terkecil dan seluruh sistem
irigasi. Kalau petak tersier tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, maka kinerja seluruh sistem akan turun dibawah
standar kegunaan.
Karena itu sewaktu perencanaan jaringan utama, perlu
sekali kehati-hatian dalam menentukan bangunan sadap
terseir.
Elevasi sawah tertinggi perlu diketahui dengan akurat.

Pada petak tersier ada tiga kementerian yang terlibat yaitu


(1) Kem PUPR, (2) Kemendagri, (3) Kementan
(2) Pendekatan dalam tahap inventarisasi
a. Tahap Sosialisasi
Perlu penjelasan kepada petani dan aparat desa tentang
rencana pengembangan jaringan tersier dengan bahasa
yang dapar dicerna oleh petani
b. Tahap pengecekan lapangan
Gambar-gambar yang tersedia harus dicek kesesuaiannya
dengan kondisi lapangan.
c. Pengumpulan masalah
Kumpulkan dari petani masalah yang sering mereka hadapi
dan pemecahan yang mereka lakukan, termasuk masalah
di musim hujan dan musim kering.
(2) Pendekatan dalam tahap inventarisasi lanjutan

d. Pengecekan di lapangan
Perlu pengecekan si lapangan semua masalah yang timbul
pada saat musim hujan dan musim kemarau.
e. Penggunaan bahasa
Dalam menjelaskan sesuatu kepada masyarakat tani, perlu
memakai bahasa yang bisa dicerna oleh petan apalagi
kalau mengemukakan masalah teknis atau gambar teknis.
(3) Pendekatan dalam tahap perencanaan
1. Sebelum mulai membuat perencanaan, telitilah semua
usulan dari para petani. Mintakan persetujuan mereka
2. Jelaskan semua konsekuensi yang akan timbul. Kalau
perlu diberi gambaran alternatip pembiayan.
Hal ini perlu dilakukan mengingat petani akan membiayai
saluran tersier dan kuaternya termasuk biaya OP-nya
nanti..
3. Jangan meninggalkan persoalan perencanaan untuk
diselesaikan dalam tahap pelaksanaan.
4. Usahakan menggunakan jaringan yang ada, jangan
mudah merubah jaringan yang sudah ada.
5. Sebelum pelaksanaan, pastikan semua masukan petani
telah terakomodasikan dalam rencana.
Lingkup:
1. Pendahuluan
2. Pendekatan Masalah
3. Data Dasar
4. Lay-out Petak Tersier
5. Perencanaan Saluran
6. Boks Bagi
7. Perencanaan Bangunan-bangunan Pelengkap
8. Penyajian Hasil Perencanaan
3. Data Dasar
3.1. Pendahuluan
3.2. Pemetaan Topografi
3.3. Gambar-gambar Perencanaan dan Pelaksanaan
Jaringan yang ada
3.4. Genangan dan Kekeringan yang Terjadi Secara
Teratur
3.5. Pembagian Air di Petak Tersier
3. Data Dasar
3.1. Pendahuluan
Untuk perencanaan diperlukan data-data dasar berikut:
- keadaan topografi
- gambar-gambar perencanaan atau purnalaksana (as built
drawings) jaringan utama
- kondisi hidrometereologi untuk menentukan kebutuhan air
irigasi dan pembuangan
- genangan atau kekeringan yang terjadi secara teratur
(regular)
- aspek-aspek operasi.
Keadaan topografi menentukan layout petak-petak irigasi.
Kebutuhan air irigasi menentukan kapasitas, dimensi
bangunan dan saluran.
Untuk jaringan yang sudah ada diperlukan gambar eksisting
dan gambar purnalaksana (as-built drawing)
3.2. Pemetaan Topografi
Untuk perencanaan detail jaringan irigasi tersier diperlukan
peta topografi yang secara akurat menunjukkan gambaran
muka tanah yang ada.
Peta-peta ini dapat diperoleh dari hasil-hasil pengukuran
topografi (metode terestris) atau dan foto udara (peta
ortofoto).
Peta-peta itu harus mencakup informasi berikut ini:
- garis-garis kontur
- batas-batas petak sawah (kalau ada: peta ortofoto)
- tata guna tanah
- saluran irigasi, pembuang dan jalan-jalan yang sudah ada
beserta bangunannya
- batas-batas administratif (desa, kampung)
- rawa-rawa dan kuburan
- bangunan.
Interval garis kontur tergantung dari kondisi medan.
Kondisi Medan Kemiringan Medan Skala Interval kontur
Sangat datar < 0,25 % 1 : 5.000 0,25 m
Datar 0,25 % - 1,0% 1 : 5.000 0,50 m
Bergelombang 1%-2% 1 : 5.000 0,50 m
Terjal >2% 1 : 5.000 1,00 m

3.3. Gambar-gambar Perencanaan Eksisting dan Gambar


Purnalaksana Jaringan yang Ada
Untuk daerah yang sudah ada jaringan irigasi, gambar
rencana jaringan yang ada serta gambar purnaaksana
sangat diperlukan dalam perencanaan detail.
Untuk daerah yang sudah selesai pembangunan jaringan
utama, diperlukan juga gambar rencana jaringan yang
selesai dibangun serta gambar purnalaksana sangat
diperlukan dalam perencanaan detail.
3.4. Genangan yang terjadi di petak tersier
Jika pada suatu petak tersier sering mengalami genangan
maka rencana pengembangan harus mencakup pengeringan.
Penyebab genangan harus diketahui agar drainase yang
dirancang dapat menyelesaikan masalah.
3.5. Pembagian air di Petak Tersier
Ada tiga sistem pembagian air:
- Pengaliran secara terus menerus
- Rotasi Permanen
- Kombinasi antara pengaliran terus menerus dan rotasi
permanen
Sistem pengaliran secara terus-menerus (biasa dipakai)
memerlukan pembagian air yang proporsional, jadi besarnya
bukaan pada boks harus proporsional/sebanding dengan
luas daerah yang akan diairi.
Pada sistem rotasi permanen (permanent rotation), air
dibagi secara berselang ke petak-petak kuarter tertentu.
OP sistem ini lebih sulit dan biaya lebih tinggi, perlu pintu
sorong .
Namun baik diterapkan bila ketersediaan air di sumber < 60%
Sistem kombinasi memerlukan boks-boks bagi yang
memungkinkan pembagian air yang proporsional dan
memungkinkan pembagian air secara rotasi.

Sistem kombinasi ini memerlukan juga pintu sorong agar


dapat mengatur debit yang akan dibagi ke petak kuarter.
Lingkup:
1. Pendahuluan
2. Pendekatan Masalah
3. Data Dasar
4. Lay-out Petak Tersier
5. Perencanaan Saluran
6. Boks Bagi
7. Perencanaan Bangunan-bangunan Pelengkap
8. Penyajian Hasil Perencanaan
4. Lay Out Petak Tersier
4.1. Pendahuluan
4.2. Petak Tersier yang Ideal
4.3. Ukuran dan Bentuk Petak Tersier dan Kuarter
4.4. Batas Petak
4.5. Identifikasi Daerah-daerah yang Tak Diairi
4.6. Trase Saluran
4.7. Lay-out Jaringan Jalan
4.8. Lay-out Berbagai Tipe Medan
4.9. Kolam Ikan
4.10. Pencekan dan Penyelesaian Lay-out Pendahuluan
4. Lay Out Petak Tersier
4.1. Pendahuluan
Aspek yang perlu dipertimbangan dalam menentukan layout:
- luas petak tersier
- batas-batas petak tersier
- bentuk yang optimal
- kondisi medan
- jaringan irigasi yang ada
- operasi dan pemeliharaan jaringan.
Aspek lain yang harus diperhatikan adalah:
- Kemudahan OP (petani harus melaksanakan OP sendiri)
- Sesedikit mungkin memakai tanah untuk saluran dan
bangunan (tidak ada biaya pembebasan tanah)
4.2. Petak Tersier yang Ideal
Idealnya suatu petak tersier harus:
- Memiliki bangunan pengambilan sendiri
- Dapat membuang air kelebihan sendiri ke saluran drainase
- Punya akses masuk ke petak sawah
- Cukup akses jalan mengangkut hasil ke luar sawah
Untuk dapat mendukung hal tersebut perlu dipikirkan program
konsolidasi tanah walaupun mungkin banyak hambatan.
Saluran tersier

Saluran Kuarter Jalan tani

Pembuang
kuarter

Pembuang tersier

Petak Tersier yang Ideal.


4.3. Ukuran dan Bentuk Petak Tersier dan Kuarter
Luas petak tersier 50 – 100 ha
Luas petak kuarter 8 – 15 ha
Panjang saluran tersier < 1500 m
Panjang saluran kuarter < 500 m
Jarak antara sal. Kuarter dan pembuang < 300 m
Di daerah-daerah datar atau bergelombang, saluran kuarter
dapat membagi air ke kedua sisi. Dalam hal ini lebar
maksimum petak dibatasi sampai 400 m (2 x 200 m). Pada
tanah terjal, di mana saluran kuarter mengalirkan air ke satu
sisi saja, lebar maksimum diambil 300 m. Panjang maksimum
petak ditentukan oleh panjang saluran kuarter yang diizinkan
(500 m).
4.4. Batas Petak
Batas petak dibatasi oleh kondisi topografi, usahakan satu
petak tersier teletak dalam satu desa.
Hal ini untuk memudahkan OP
Jika petak tersier terletak di dalam lebih dari satu desa, bagi
petak tersier menjadi petak sub-tersier.
4.5. Identifikasi daerah yang tak diairi

Mungkin ada bagian yang tidak dapat diairi karena:

- Tanah tidak cocok untuk pertanian


- Muka tanah terlalu tinggi
- Tergenang air
- Tidak ada petani penggarap.
Batasan pengembangan sawah/petak tersier:

(i) Laju perkolasi lebih dari 10 mm/hari


(ii) Lapisan tanah atas tebalnya kurang dan 30 cm
(iii) Kemiringan tanah lebih dari 5% (tergantung pada tekstur
dan kedalaman lapisan tanah atas)
(iv) Pembuang jelek yang tak dapat dlperbaiki ditinjau dan
segi ekonomis
(v) Biaya pelaksanaan jaringan irigasi tersier terlampau tinggi.
4.6. Trase Saluran
Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yakni:
Daerah yang sudah diairi
Daerah yang belum diairi.
Untuk daerah yang sudah diairi, trase saluran sudah ada
walaupun mungkin perlu ditingkatkan.
Sedapat mungkin trase saluran mengikuti trase yang ada.
Jika daerah irigasi baru, ikuti kriteria umum di bawah ini:
1). Saluran Irigasi:
Saluran irigasi tersier adalah saluran pembawa yang
mengambil airnya dari bangunan sadap melalui petak tersier
sampai ke boks bagi terakhir
Boks tersier membagi air ke saluran tersier atau kuarter
berikutnya sedangkan boks kuarter memberikan airnya ke
saluran-saluran kuarter.
Saluran-saluran kuarter adalah saluran-saluran bagi, dimulai
dari boks bagi sampai ke saluran pembuang yang panjang
maksimum yang diizinkan adalah 500 m
Di daerah-daerah terjal saluran kuarter biasanya merupakan
saluran garis tinggi yang tidak memerlukan bangunan terjun.
Jika hal ini tidak mungkin, saluran kuarter bisa dibuat mengikuti
kemiringan medan, dengan menyediakan bangunan terjun
rendah yang sederhana.
Di tanah yang bergelombang, saluran kuarter dibuat mengikuti
kaki bukit atau berdampingan dengan saluran tersier.
Bangunan ditempatkan di ujung saluran kuarter yang bertemu
dengan saluran pembuang dan berfungsi untuk mencegah
agar debit kecil tidak terbuang pada ujung saluran.
Di daerah-daerah terjal, saluran kuarter dapat difungsikan
sebagai pembuang kuarter.
2). Saluran Pembuang
Jaringan pembuang tersier dipakai untuk:
- Mengeringkan sawah
- Membuang kelebihan air hujan
- Membuang kelebihan air irigasi
Saluran pembuang kuarter biasanya berupa saluran garis
tinggi pada medan terjal atau alur alamiah kecil pada
medan bergelombang
Saluran pembuang tersier menampung air dari saluran
kuarter yrng biasanya mengikuti kemiringan medan
(lembah)
Diusahakan agar saluran irigasi dan pembuang tidak
saling bersebelahan
Jarak antara saluran irigasi dan pembuang hendaknya cukup
jauh agar kemiringan hidrolis tidak kurang dari 4 : 1,

Saluran Irigasi
Saluran
Pembuang

Kemiringan
maks. 4 : 1
Jarak antara Saluran irigasi dan Pembuang.
Pedoman penentuan trase saluran baru atau tambahan:
- Sedapat mungkin ikuti batas-batas sawah
- Rencanakan saluran irigasi berupa saluran penggung dan
saluran pembuang berupa saluran lembah
- Hidari persilangan saluran irigasi dan pembuang
- Saluran irigasi sedapat mungkin mengikuti medan
- Dibuat pada petak yang akan diairi (tidak liwat petak lain)
- Hundari pekerjaan tanah yang besar
- Batasi jumlah bangunan
4.7. Lay-out Jaringan Jalan
Di dalam layout petak tersier diperlukan jalan inspeksi
dan/atau jalan tani (farm road), untuk memasuki berbagai
tempat di jaringan irigasi
Jalan-jalan ini dihubungkan dengan jalan-jalan umum utama
dan jalan-jalan desa yang sudah ada. Jika mungkin, jaringan
jalan yang ada tetap dipakai dan diperbaiki.
Jalan tani dipakai untuk mencapai petak sawah untuk
mengangkut peralatan, benih, pupuk, dan hasil panen
Jalan tani direncanakan di sepanjang saluran kuarter.
OP jaringan irigasi tersier membutuhkan jalan inspeksi di
sepanjang saluran irigasi tersier sampai ke boks bagi paling
ujung. Jalan ini harus dapat dilalui oleh ulu-ulu P3A dan
pembantu-pembantunya. Alat transportasi mereka biasanya
sepeda atau sepeda motor.
Lebar jalan tani 1 – 1,5 m sedangkan jalan inspeksi tersier
1,5 – 2,0 m.
jalan inspeksi tersier kadangkala memerlukan gorong-gorong
dan jembatan
4.8. Lay out di berbagai tipe medan
Tipe Medan Kemiringan Medan
Medan Terjal > 2%
Medan Bergelombang 0,25% - 2%
Medan Berombak 0,25% - 2%, umumnya < 1%.
Di tempat – tepat tertentu
kemiringan lebih bear
Medan sangat datar Kurang dari 0,25%

1). Lay out pada medan terjal


Daerah dengan medan terjal dan saluran tanah rawan terjadi
erosi, yang berakibat menurunnya kinerja saluran.
Dua skema layout yang cocok untuk keadaan medan terjal
ditunjukkan pada berikut ini:
Lingkup:
1. Pendahuluan
2. Pendekatan Masalah
3. Data Dasar
4. Lay-out Petak Tersier
5. Perencanaan Saluran
6. Boks Bagi
7. Perencanaan Bangunan-bangunan Pelengkap
8. Penyajian Hasil Perencanaan
5. Perencanaan Saluran
5.1. Pendahuluan
5.2. Saluran Irigasi
5.3. Saluran Pembuang
5.4. Boks Bagi
5.1. Pendahuluan
Bagi para petani, saluran-saluran sederhana ini sangat
penting karena dengan sarana inilah air irigasi dapat dibagi-
bagi ke sawah.
Perencanaan hendaknya didasarkan pada prinsip-prinsip
teknis yang andal, tetapi juga harus dapat memenuhi keinginan
yang diajukan para pemakai air.
Kapasitas saluran irigasi ditentukan oleh kebutuhan air irigasi.
Bila dipakai sistem rotasi kapasitas ini perlu disesuaikan.
Saluran pembuang berfungsi membuang kelebihan air dari
sawah dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk mencegah
terjadinya genangan dan kerusakan tanaman, serta mengatur
muka air tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Kapasitas saluran pembuang ditentukan dengan modulus
pembuang, yaitu jumlah kelebihan air yang akan dibuang per
satuan luas biasa dinyatakan dalam l/det/ha..
5.2. Saluran Irigsi

1) Kebutuhan air Irigasi


Debit rencana sebuah saluran dihitung dengan rumus umum
berikut:
NFR x A
Q1 
et
di mana:
Qt : debit rencana, 1/dt
NFR : kebutuhan bersih air di sawah, l/dt/ha
A : luas daerah yang diairi, ha
et : efisiensi irigasi di petak tersier.
Kebutuhan air di sawah untuk padi ditentukan oleh faktor-
faktor berikut:
1. Cara penyiapan lahan
2. Kebutuhan air untuk tanaman
3. Perkolasi dan rembesan
4. Pergantian lapisan Air
5. Hujan efektif
Ada berbagai harga yang dapat diterapkan untuk kelima
faktor di atas:
Uraian terinci mengenai kebutuhan air di sawah serta cara
perhitungannya diberikan dalam KP - 01 Perencanaan Irigasi,
Lampiran B/II.
Efesiensi irigasi di petak tersier et sangat tergantung dari
operasi, evaporasi, dan rembesan.
Kehilangan air di jaringan irigasi tersier dianggap 15 - 22,5%
antara bangunan sadap tersier dan sawah (et = 0,775 -0,85).
2). Kapasitas Rencana
Pada umumnya kebutuhan air selama penyiapan lahan
menentukan kapasitas rencana.
Besarnya kebutuhan ini dapat dihitung menurut KP - 01
Jaringan Irigasi, Lampiran B (II).
Debit Rencana:
(i) Untuk saluran kuarter, debit rencana untuk irigasi terus-
menerus adalah kebutuhan rencana air di pintu tersier
(l/dt.ha) kali luas petak kuarter. Debit rencana ini dipakai di
sepanjang saluran
(ii) Pada saluran tersier, debit rencana untuk irigasi terus-
menerus bagi semua ruas saluran tersier antara dua boks
bagi adalah kebutuhan air irigasi rencana di pintu tersier
(l/dt.ha) kali seluruh luas petak kuarter yang diairi.
3) Elevasi Muka Air
Setelah layout pendahuluan ditetapkan, dilakukan
pengukuran trase saluran, yang disertai dengan pengukuran
elevasi sawah.
Jika saluran-saluran yang sudah ada masih tetap akan
dipakai, maka elevasi tanggulnya juga harus diukur.
Beda elevasi antara sawah dengan elevasi air di jaringan
utama harus diketahui.
Melalui gambar rencana jaringan utama elevasi air di jaringan
utama dapat diketahui.
Untuk jaringan utama yang sudah ada elevasi tsb dapat
diperoleh dari gambar-gambar rencana dan gambar-gambar
purnalaksana (as-built drawings).
Jika gambar-gambar tersebut tidak tersedia, harus diadakan
pengukuran detail.
Elevasi sawah dan muka air di saluran primer/sekunder:
Saluran primer Saluran
Saluran tersier kuarter
/sekunder
Sawah
b

Bangunan
sadap tersier
dg alat ukur

Gambar 5.1. elevasi muka air bangunan sadap tersier

Kebutuhan tinggi muka air di saluran primer/sekuder


berdasarkan elevasi sawah”
P= A+a +b + n.c+ m.e +f+g +h+Z
P= A+a +b + n.c+ m.e +f+g +h+Z
P = muka air yang dibutuhkan jaringan utama di hulu bangunan sadap
tersier
A = elevasi sawah yang menentukan di petak tersier
a = kedalaman air di sawah (- 10 cm)
b = kehilangan tinggi energi dari saluran kuarter sampai sawah (- 10 cm)
c = kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter (5-15 cm/boks)
n = jumlah boks bagi kuarter pada saluran yang direncana
d = kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran tersier dan
kuarter (I x L cm)
e = kehilangan tinggi energi di boks bagi tersier (- 10 cm/boks)
m = jumlah boks tersier pada saluran yang direncana
f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong (- 5 cm per gorong-gorong)
z = kehilangan tinggi energi bangunan-bangunan tersier yang lain
g = kehilangan tinggi energi di pintu Romijn (- 2/3 H)
H= variasi tinggi muka air di jaringan utama di hulu bangunan sadap
tersier (- 0.10 h100 )
h100= kedalaman air rencana di saluran primer atau sekunder padà
bangunan sadap.
Muka air di sepanjang saluran kuarter sekurang-kurangnya
0,15 m di atas muka sawah.

Kehilangan tinggi energi dari saluran kuarter ke sawah:

Q  A 2 gz
Q = debit air m3/dt
μ = koefisien debit (0,6 - 0,7).
A = luas potongan melintang pipa, m2
g = percepatan gravitasi - 9,8
z = kehulangan tinggi energi (=b pada Gambar 5.1), m.
4). Karakteristik Saluran
setelah trase saluran ditetapkan, kapasitas rencana dan muka
air di saluran, potongan melintang dan memanjang sa1uran
dapat ditentukan.
Kecepatan aliran dan kemiringan saluran bergantung pada
situasi topografi, sifat-sifat tanah dan kapasitas yang diperlukan
Perhitungan kecepatan yang diizinkan diuraikan secara terinci
dalam Bagian KP - 03 Saluran
Setelah debit rencana ditentukan, dimensi saluran dapat
dihitung dengan rumus Strickler berikut
v = k R2/3 i 1/2
A Q = vA
R
P
A = (b+mh)h
P =b+2h m 2
1 Gambar 5.2 Parameter
Potongan melintang
Q = debit saluran, m3/dt
v = kecepatan aliran m/dt
A = potongan melintang m2
R = jari-jari hidrolis, m
P = keliling basah, m
b = lebar dasar, m
h = tinggi air, m
n = kedalaman - lebar
I = kemiringan saluran
k = koefisien kekasaran Strickler, m1/3/dt
m = kemiringan talut hor./vert.

Pada KP 05 (Lampiran) diberikan Grafik untuk menghitung


dimensi saluran (irigasi dan drainase) tersier dan kuarter
5). Saluran Kuarter
Jika saluran kuarter difungsikan juga sebagai saluran
pembuang, sebaiknya tetap didesign menggunakan kriteria
saluran kuarter.
Potongan melintang saluran direncanakan menurut grafik
perencanaan saluran dengan kombinasi pengaliran irigasi dan
aliran pembuang intern (lihat 5.3 dibawah), sebagai debit.
Tinggi jagaan (free board) minimum 15 cm, serta dasar
saluran dan muka air harus cukup tinggi untuk mengairi sawah
daerah bawah.
Kedalaman air yang hanya dipakai untuk irigasi saja dihitung
dengan rumus Strickler secara coba-coba (trial dan error).
Kriteria yang dapat dipakai:

- Kemiringan minimum saluran 1,00 m/km (0,001)


- Kemiringan minimum medan 2%
- Lebar tanggul 1,00 atau 1,50 m
- Kecepatan aliran rencana 0,50 m/dt
- Harga “k” Strickler = 30
- Kemiringan talut 1:1
5.3. Saluran Pembuang
Tanaman padi tumbuh dalam keadaan tergenang.
Tinggi genangan s/d 15 cm masih normal. Tidak dianjurkan
lebih dari 20 cm.
Air lebih dari 15 cm harus dibuang.
Genangan lebih dari 20 cm selama lebih dari 3 hari akan
mengakibatkan tanaman padi membusuk.

1). Modulus pembuang


Jumlah kelebihan air yang harus dibuang per satuan luas
per satuan waktu disebut modulus pembuang atau koefisien
pembuang dan ini bergantung pada:
Curah hujan, pemberian air, kebutuhan air untuk tanaman,
perkolasi, tinggi genangan yang sudah ada, luas daerah, dan
sumber kelebihan air lainnya.
5.3. Saluran Pembuang
Pembuang air permukaan untuk satuan luas dinyatakan
sebagai:
D(n) = R(n)T + n(IR - ET - P) - S
n = jumlah hari berturut-turut
D(n) = pengaliran air permukaan selama n hari, mm
R(n)T = curah hujan dalam n hari berturut-turut dengan
periode ulang T tahun, mm
IR = pemberian air irigasi, mm/hari
ET = evapotranspirasi, mm.hari
P = perkolasi, mm/hari
s = tambahan genangan, mm.
Komoonen-komponen Modulus Pembuang
a. Dataran rendah
- Irigasi IR = nol jika irigasi dihentikan, atau
- Irigasi IR = evapotranspirasi ET jika irigasi diteruskan.
- Kadang-kadang irigasi mungkin dihentikan ke sawah,
tetapi air dari jaringan irigasi utama dialirkan ke dalam
jaringan pembuang melalui petak tersier.
- Tampungan tambahan di sawah pada 150 mm lapisan
air maksimum, tampungan ∆S pada akhir hari-hari
berturutan n diambil maksimum 50 mm.
b. Daerah terjal
Seperti untuk kondisi Dataran rendah, tetapi perkolasi
P sama dengan 3 mm/hari.
Untuk modulus pembuang rencana, dipilih curah hujan 3 hari
dengan periode ulang 5 tahun.
Kemudian modulus pembuang tersebut adalah:
D(3) Grafik untuk
Dm  menghitung
3x864 Modulus
Pembuang.
Dengan
mengambil
harga-harga
untuk R, E, I
dan S,
modulus
pembuang
dapat
dihitung
Jika A ≤ 400 ha, pakai D(n) konstan
Jika A > 400 ha, Lihat KP 03
Jika tidak ada data pakai D(n) = 7 lt/dt/ha.
Debit drainase rencana dari petek tersier adalah:
Qd = f Dm A l/det
Qd = debit rencana, l/dt
f = faktor pengurangan (reduksi) daerah yang dibuang
airnya, (= satu untuk petak tersier)
Dm = modulus pembuang 1/dt.ha
A = luas daerah yang dibuang airnya, ha
Setelah kapasitas saluran pembuang Q di tentukan, dimensi
dapat dihitung dengan rumus Strickler

Q = k A R 2/3 I 1/2
Dimana :
Q = kapasitas rencana, m3/dt
k = koefisien kekasaran Strickler, m1/3/dt
A = luas penampung basah, m2
R = jari-jari hidrolis, m
I = kemiringan muka air.

Batasan
Saluran Pembuang k b (m) Talud 1 : m V m/dt
Tersier 30 0,50 1/1,5/2 0,45-0,70
Kuarter 25 0,50 1/1,5 0,45-0,50
Lingkup:
1. Pendahuluan
2. Pendekatan Masalah
3. Data Dasar
4. Lay-out Petak Tersier
5. Perencanaan Saluran
6. Boks Bagi
7. Perencanaan Bangunan-bangunan Pelengkap
8. Penyajian Hasil Perencanaan
6. Boks Bagi

6.1. Umum
6.2. Ambang
6.3. Pintu
6.1. Umum
Boks bagi berfungsi untuk membagi air ke saluran kuarter
dan sawah
Boks bagi harus membagi air secara menerus, proporsional
dan secara rotasi
Pembagian air secara proporsional dapat dicapai jika lebar
bukaan proporsional dengan luas daerah yang akan diberi air
Elevasi ambang dan muka air di atas ambang harus sama
untuk semua bukaan pada boks.
Untuk pemberian air secara rotasi, disediakan pintu yang
dapat dibuka dan ditutup.
Jika mungkin, aliran di atas ambang moduler, yakni debitnya
tidak dipengaruhi oleh muka air hilir pada saluran. Untuk
kondisi aliran moduler, air irigasi dapat dengan mudah dibagi
dengan pemberian air secara terus-menerus.
6.2. Ambang
Debit Boks ambang lebar (Rumus yang disederhanakan)
Q = Cd 1.7 b h13/2 (m3/det)
Cd = koefisien debit = 0,85; b = lebar ambang (m)

H1 h1
h2

L
Boks dengan ambang lebar
Untuk daerah-daerah datar losses tidak boleh besar, boks
bisa dibuat tanpa ambang.
Para petani merasa bahwa debit akan berkurang dengan
adanya ambang, dan mereka akan membuang ambang itu.
Dalam hal ini boks dibuat seperti Gambar

z
h1
h2

Penampang Boks Tanpa Ambang


Untuk debit yang melewati bukaan tipe ini, pendekatan rumus
bukaan ambang lebar dapat dipakai
6.4. Pintu
Untuk pemberian air secara rotasi, boks diberi pintu yang
dapat menutup seluruh atau sebagian bukaan secara
bergantian.

Pintu sorong
juga Pembilas
Layout Boks Bagi Tersier dan Kuarter
Lingkup:
1. Pendahuluan
2. Pendekatan Masalah
3. Data Dasar
4. Lay-out Petak Tersier
5. Perencanaan Saluran
6. Boks Bagi
7. Perencanaan Bangunan-bangunan Pelengkap
8. Penyajian Hasil Perencanaan
7. Perencanaan Bangunan-bangunan Pelengkap
7.1 Gorong-gorong
7.2 Bangunan Terjun
7.3 Talang
7.4 Sipoh
7.5 Pasangan
7.6 Got Miring
7.7 Jalan
7.8 Bangunan Akhir
7.1 Gorong-gorong
Gorong-gorong berupa saluran tertutup, dengan peralihan
pada bagian masuk dan keluar.
Gorong-gorong dibuat mengikuti kemiringan saluran.
Gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka
selama bangunan tidak tenggelam.
Gorong-gorong dapat juga mengalir penuh bila lubang
keluar tenggelam atau jika air di hulu tinggi dan gorong-
gorong panjang

Aliran bebas; dimensi besar, kehilangan tekanan kecil, barang


hanyut bisa liwat,
aliran tenggelam; dimensi kecil, kehilangan tekanan besar,
barang hanyut tak bisa liwat.
Gorong-gorong beton (bulat):

- Gorong-gorong pipa

Permukaan Jalan Sub Grade

Pipa Beton
Cintoh aliran Pasangan Batu
bebas. Kali
Umumnya
Pondasi Batu
aliran Kali/Beton
tenggelam
Aliran Bebas:
Minimum sama Muka jalan Muka air
dengan freeboard tertinggi

Muka jalan Muka air


Aliran tenggelam:
tertinggi

Di bawah
Muka air
tertinggi
Kehilangan tinggi tekanan gorong-gorong tenggelam
adalah jumlah kehilangan tinggi tekanan (KP 04):
+ pada bagian masuk (entrance loss),
+ gesekan sepanjang bangunan gorong-gorong (friction
loss)
+ pada bagian tikungan, kalau ada, (bech loss, if any)
+ pada bagian keluar (exit Loss)

Jika dipakai gorong-gorong pipa hal-hal berikut harus


mendapat perhatian khusus:
- Sambungan antar pipa
- tulangan
- penutup tanah
- kebocoran pada sambungan di tempat perlintasan
dengan saluran.
7.2 Bangunan Terjun
Bangunan terjun dipakai di tempat-tempat di mana
kemiringan medan lebih besar daripada kemiringan saluran.

Tinggi terjun yang diperlukan adalah:


Z = H hulu- H hilir – I x L
Z = tinggi terjun (m)
H hulu = elevasi muka air di hulu
H hilir = elevasi muka air di hilir
I = kemiringan saluran
L = panjang bagian saluran
Bangunan terjun yang umum dipakai pada saluran tersier
adalah tipe tegak, biasanya Z ≤ 1,00 m..
Panjang kolam olak sebagai fungsi tinggi terjun dan
kedalaman kritis, dihitung dengan rumus Etcheverry:
Panjang kolam olak rumus Etcheverry:

L = C1 zhc  025
di mana :
C1 = 2,5 + 1,1 hc/z + 0,7 (hc/z)3
hc = (q2/g)1/3
q = Q/(0,8b1)
L = panjang kolam olak hilir, m
hc = kedalaman kritis, m
Q = debit rencana, m3/dt
B = lebar bukaan = 0,8 x lebar dasar saluran, m
z = tinggi terjunan, m
q = debit per satuan lebar, m3/dt.m¹
b1 = lebar dasar saluran, m.

Tipe bangunan ini hanya digunakan untuk z /hc > t


Bangunan terjun tippe Tegak
Bangunan Terjun Miring; umum dipakai terutama bila
Z lebih dari 1,50 meter.

H
H1

<2 H2 y2
n
Z 1
Bentuk drop standar
I
Pasangan Batu
pelindung (lining)

I
Pasangan Batu Kali
Potongan I - I
B

Perkerasan
jalan
Lining batu kali

b
Bentuk lain Bangunan Terjun (Drop Structure)

Pasangan Batu
pelindung

Pasangan Batu
kosong (bisa juga
bronjong) Pasangan Batu kosong (bisa
Bronjong juga bronjong)

Kalau tidak terlalu tinggi, pakai batu-


batu besar
- Talang dan Flume
Talang atau flume adalah saluran buatan dari beton/baja yang
mengalir dengan permukaan bebas, melintasi cekungan,
saluran, sungai, jalan, atau sepanjang lereng bukit.

Bisa datu lobang


atau lebih
Bentuk lain dari Talang
7.4 Sipon
Sipon dipakai untuk mengalirkan air lewat bawah jalan,
melalui sungai atau saluran pembuang yang dalam. Aliran
dalam sipon mengikuti prinsip aliran dalam saluran tertutup
Kehilangan tinggi tekanan gorong-gorong tenggelam adalah
jumlah kehilangan tinggi tekanan (KP 04):
+ pada bagian masuk (entrance loss),
+ gesekan sepanjang bangunan gorong-gorong (friction loss)
+ pada bagian tikungan, kalau ada, (bech loss, if any)
+ pada bagian keluar (exit Loss)
Perencanaan hidrolis dan bangunan sipon dijelaskan pada
buku KP -04 Bangunan.
Sipon adalah bangunan pembawa melintasi sungai,
saluran, atau jalan yang elevasinya tdk mencukupi untuk
membuat gorong-gorong

Pelimpah (spillway) Kehilangan


MA sungai energi
MA hulu MA hilir

Saringan (trash rack)


7.8 Bangunan Akhir
Bangunan akhir dibuat di ujung saluran pembawa kuarter
untuk membuang kelebihan air.
Bangunan akhir berupa pelimpah yang disesuaikan dengan
muka air rencana.
Untuk membilas endapan, bangunan itu dilengkapi dengan
skot balok.
Sponing Skot Balok 5 x 5 cm.
Pasangan Batu Kosong 25 cm.

Potongan Memanjang
Bagian skot balok untuk pembilasan
Potongan A – A
20
Potongan A – A

b L1 = 1,5 hd
L2 = 2,0 hd

Bangunan Akhir pada Saluran Kuarter


Lingkup:
1. Pendahuluan
2. Pendekatan Masalah
3. Data Dasar
4. Lay-out Petak Tersier
5. Perencanaan Saluran
6. Boks Bagi
7. Perencanaan Bangunan-bangunan Pelengkap
8. Penyajian Hasil Perencanaan
8. Penyajian Hasil Perencanaan
8.1. Gambar
8.2. Nota Penjelasan
8.3. Buku Petunjuk E & P
8.1. Gambar
Gambar Skala
Situasi 1:5.000/1:2.000
Layout dengan skema peta 1:5.000/1:2.000
Trase slauran dan potongan H = 1:2.000
memanjang V = 1:100
Potongan melintang H = 1:50
Bangunan 1:100/1:50
Detail 1:20/1:10/1:5
Pada Gambar harus jelas tercantum:
- muka air di awal dan ujung potongan saluran;
- kemiringan dasar saluran, 0/00 (m/km);
- panjang ruas saluran, m;
- lebar dasar saluran, m;
- kedalaman air pada saluran, m;
Potongan memanjang saluran irigasi dan pembuang digambar
menurut standar penggambaran sesuai dengan KP - 07
Potongan melintang digambar untuk daerah berglombang
setap 100 m dengan skala 1:50. Bangunan digambar dengan
skala 1:50 dengan detail 1:20 dan 1:10.
Gambar-gambar bangunan meliputi:
- denah
- potongan memanjang dan melintang
- dimensi dan elevasi
- skala.
8.2. Nota Penjelasan
Setiap rencana petak tersier harus diberi nota penjelasan.
Isinya adalah penjelasan mengenai perencanaan petak tersier
yang berkenaan dengan:
- lokasi
- layout
- penggunaan dan perbaikan jaringan yang ada
- saluran dan bangunan yang baru
- jalan petani
- persediaan air dan sistem pembagiannya/rotasi
- dimensi dan elevasi saluran dan bangunan
- rincian volume dan biaya (bill of quantities).
- Pembagian pembiayaan antara petani dan pemerintah ( role
sharing ).
8.3 Buku Petunjuk O & P

Agar supaya jaringan irigasi mampu berfungsi sampai jangka


waktu yang lama, diperlukan panduan mengenai operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi. Semua petunjuk harus disajikan
dengan jelas agar mudah dimengerti oleh para petani
pemakai air.
Agar para pengelola irigasi mampu melaksanakan operasi
dan pemeliharaan dengan efektif dan efisien maka harus
dilakukan sesuai dengan peraturan yang perlaku (PP/Permen)
Sekian dan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai