1. Pendahuluan
2. Pendekatan Masalah
3. Data Dasar
4. Lay-out Petak Tersier
5. Perencanaan Saluran
6. Boks Bagi
7. Perencanaan Bangunan-bangunan Pelengkap
8. Penyajian Hasil Perencanaan
1. Pendahuluan
1.1. Umum
1.2. Latar Belakang
1.3. Tujuan
1.4. Ruang Lingkup Kriteria Perencanaan
1.5. Penerapan dan Batasan
1.6. Peristilahan dan Tata Nama (Nomenklatur)
1.1. Umum
KP 05 Kriteria Perencanaan Petak Tersier = bagian dari
Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi.
Kriteria ditunjang dengan Gambar-gambar standar,
Persyaratan Teknis untuk Pengukuran dan Perencanaan,
dan Buku Petunjuk Perencanaan
1.2. Latar Belakang
Jaringan tersier sejatinya tanggung-jawab petani untuk
merencanakan, membangun, mengoperasikan, dan
memelihara melalui perkumpulan petani pemakai air (P3A)
Boks
Boks Kuarter
Tersier
d. Pengecekan di lapangan
Perlu pengecekan si lapangan semua masalah yang timbul
pada saat musim hujan dan musim kemarau.
e. Penggunaan bahasa
Dalam menjelaskan sesuatu kepada masyarakat tani, perlu
memakai bahasa yang bisa dicerna oleh petan apalagi
kalau mengemukakan masalah teknis atau gambar teknis.
(3) Pendekatan dalam tahap perencanaan
1. Sebelum mulai membuat perencanaan, telitilah semua
usulan dari para petani. Mintakan persetujuan mereka
2. Jelaskan semua konsekuensi yang akan timbul. Kalau
perlu diberi gambaran alternatip pembiayan.
Hal ini perlu dilakukan mengingat petani akan membiayai
saluran tersier dan kuaternya termasuk biaya OP-nya
nanti..
3. Jangan meninggalkan persoalan perencanaan untuk
diselesaikan dalam tahap pelaksanaan.
4. Usahakan menggunakan jaringan yang ada, jangan
mudah merubah jaringan yang sudah ada.
5. Sebelum pelaksanaan, pastikan semua masukan petani
telah terakomodasikan dalam rencana.
Lingkup:
1. Pendahuluan
2. Pendekatan Masalah
3. Data Dasar
4. Lay-out Petak Tersier
5. Perencanaan Saluran
6. Boks Bagi
7. Perencanaan Bangunan-bangunan Pelengkap
8. Penyajian Hasil Perencanaan
3. Data Dasar
3.1. Pendahuluan
3.2. Pemetaan Topografi
3.3. Gambar-gambar Perencanaan dan Pelaksanaan
Jaringan yang ada
3.4. Genangan dan Kekeringan yang Terjadi Secara
Teratur
3.5. Pembagian Air di Petak Tersier
3. Data Dasar
3.1. Pendahuluan
Untuk perencanaan diperlukan data-data dasar berikut:
- keadaan topografi
- gambar-gambar perencanaan atau purnalaksana (as built
drawings) jaringan utama
- kondisi hidrometereologi untuk menentukan kebutuhan air
irigasi dan pembuangan
- genangan atau kekeringan yang terjadi secara teratur
(regular)
- aspek-aspek operasi.
Keadaan topografi menentukan layout petak-petak irigasi.
Kebutuhan air irigasi menentukan kapasitas, dimensi
bangunan dan saluran.
Untuk jaringan yang sudah ada diperlukan gambar eksisting
dan gambar purnalaksana (as-built drawing)
3.2. Pemetaan Topografi
Untuk perencanaan detail jaringan irigasi tersier diperlukan
peta topografi yang secara akurat menunjukkan gambaran
muka tanah yang ada.
Peta-peta ini dapat diperoleh dari hasil-hasil pengukuran
topografi (metode terestris) atau dan foto udara (peta
ortofoto).
Peta-peta itu harus mencakup informasi berikut ini:
- garis-garis kontur
- batas-batas petak sawah (kalau ada: peta ortofoto)
- tata guna tanah
- saluran irigasi, pembuang dan jalan-jalan yang sudah ada
beserta bangunannya
- batas-batas administratif (desa, kampung)
- rawa-rawa dan kuburan
- bangunan.
Interval garis kontur tergantung dari kondisi medan.
Kondisi Medan Kemiringan Medan Skala Interval kontur
Sangat datar < 0,25 % 1 : 5.000 0,25 m
Datar 0,25 % - 1,0% 1 : 5.000 0,50 m
Bergelombang 1%-2% 1 : 5.000 0,50 m
Terjal >2% 1 : 5.000 1,00 m
Pembuang
kuarter
Pembuang tersier
Saluran Irigasi
Saluran
Pembuang
Kemiringan
maks. 4 : 1
Jarak antara Saluran irigasi dan Pembuang.
Pedoman penentuan trase saluran baru atau tambahan:
- Sedapat mungkin ikuti batas-batas sawah
- Rencanakan saluran irigasi berupa saluran penggung dan
saluran pembuang berupa saluran lembah
- Hidari persilangan saluran irigasi dan pembuang
- Saluran irigasi sedapat mungkin mengikuti medan
- Dibuat pada petak yang akan diairi (tidak liwat petak lain)
- Hundari pekerjaan tanah yang besar
- Batasi jumlah bangunan
4.7. Lay-out Jaringan Jalan
Di dalam layout petak tersier diperlukan jalan inspeksi
dan/atau jalan tani (farm road), untuk memasuki berbagai
tempat di jaringan irigasi
Jalan-jalan ini dihubungkan dengan jalan-jalan umum utama
dan jalan-jalan desa yang sudah ada. Jika mungkin, jaringan
jalan yang ada tetap dipakai dan diperbaiki.
Jalan tani dipakai untuk mencapai petak sawah untuk
mengangkut peralatan, benih, pupuk, dan hasil panen
Jalan tani direncanakan di sepanjang saluran kuarter.
OP jaringan irigasi tersier membutuhkan jalan inspeksi di
sepanjang saluran irigasi tersier sampai ke boks bagi paling
ujung. Jalan ini harus dapat dilalui oleh ulu-ulu P3A dan
pembantu-pembantunya. Alat transportasi mereka biasanya
sepeda atau sepeda motor.
Lebar jalan tani 1 – 1,5 m sedangkan jalan inspeksi tersier
1,5 – 2,0 m.
jalan inspeksi tersier kadangkala memerlukan gorong-gorong
dan jembatan
4.8. Lay out di berbagai tipe medan
Tipe Medan Kemiringan Medan
Medan Terjal > 2%
Medan Bergelombang 0,25% - 2%
Medan Berombak 0,25% - 2%, umumnya < 1%.
Di tempat – tepat tertentu
kemiringan lebih bear
Medan sangat datar Kurang dari 0,25%
Bangunan
sadap tersier
dg alat ukur
Q A 2 gz
Q = debit air m3/dt
μ = koefisien debit (0,6 - 0,7).
A = luas potongan melintang pipa, m2
g = percepatan gravitasi - 9,8
z = kehulangan tinggi energi (=b pada Gambar 5.1), m.
4). Karakteristik Saluran
setelah trase saluran ditetapkan, kapasitas rencana dan muka
air di saluran, potongan melintang dan memanjang sa1uran
dapat ditentukan.
Kecepatan aliran dan kemiringan saluran bergantung pada
situasi topografi, sifat-sifat tanah dan kapasitas yang diperlukan
Perhitungan kecepatan yang diizinkan diuraikan secara terinci
dalam Bagian KP - 03 Saluran
Setelah debit rencana ditentukan, dimensi saluran dapat
dihitung dengan rumus Strickler berikut
v = k R2/3 i 1/2
A Q = vA
R
P
A = (b+mh)h
P =b+2h m 2
1 Gambar 5.2 Parameter
Potongan melintang
Q = debit saluran, m3/dt
v = kecepatan aliran m/dt
A = potongan melintang m2
R = jari-jari hidrolis, m
P = keliling basah, m
b = lebar dasar, m
h = tinggi air, m
n = kedalaman - lebar
I = kemiringan saluran
k = koefisien kekasaran Strickler, m1/3/dt
m = kemiringan talut hor./vert.
Q = k A R 2/3 I 1/2
Dimana :
Q = kapasitas rencana, m3/dt
k = koefisien kekasaran Strickler, m1/3/dt
A = luas penampung basah, m2
R = jari-jari hidrolis, m
I = kemiringan muka air.
Batasan
Saluran Pembuang k b (m) Talud 1 : m V m/dt
Tersier 30 0,50 1/1,5/2 0,45-0,70
Kuarter 25 0,50 1/1,5 0,45-0,50
Lingkup:
1. Pendahuluan
2. Pendekatan Masalah
3. Data Dasar
4. Lay-out Petak Tersier
5. Perencanaan Saluran
6. Boks Bagi
7. Perencanaan Bangunan-bangunan Pelengkap
8. Penyajian Hasil Perencanaan
6. Boks Bagi
6.1. Umum
6.2. Ambang
6.3. Pintu
6.1. Umum
Boks bagi berfungsi untuk membagi air ke saluran kuarter
dan sawah
Boks bagi harus membagi air secara menerus, proporsional
dan secara rotasi
Pembagian air secara proporsional dapat dicapai jika lebar
bukaan proporsional dengan luas daerah yang akan diberi air
Elevasi ambang dan muka air di atas ambang harus sama
untuk semua bukaan pada boks.
Untuk pemberian air secara rotasi, disediakan pintu yang
dapat dibuka dan ditutup.
Jika mungkin, aliran di atas ambang moduler, yakni debitnya
tidak dipengaruhi oleh muka air hilir pada saluran. Untuk
kondisi aliran moduler, air irigasi dapat dengan mudah dibagi
dengan pemberian air secara terus-menerus.
6.2. Ambang
Debit Boks ambang lebar (Rumus yang disederhanakan)
Q = Cd 1.7 b h13/2 (m3/det)
Cd = koefisien debit = 0,85; b = lebar ambang (m)
H1 h1
h2
L
Boks dengan ambang lebar
Untuk daerah-daerah datar losses tidak boleh besar, boks
bisa dibuat tanpa ambang.
Para petani merasa bahwa debit akan berkurang dengan
adanya ambang, dan mereka akan membuang ambang itu.
Dalam hal ini boks dibuat seperti Gambar
z
h1
h2
Pintu sorong
juga Pembilas
Layout Boks Bagi Tersier dan Kuarter
Lingkup:
1. Pendahuluan
2. Pendekatan Masalah
3. Data Dasar
4. Lay-out Petak Tersier
5. Perencanaan Saluran
6. Boks Bagi
7. Perencanaan Bangunan-bangunan Pelengkap
8. Penyajian Hasil Perencanaan
7. Perencanaan Bangunan-bangunan Pelengkap
7.1 Gorong-gorong
7.2 Bangunan Terjun
7.3 Talang
7.4 Sipoh
7.5 Pasangan
7.6 Got Miring
7.7 Jalan
7.8 Bangunan Akhir
7.1 Gorong-gorong
Gorong-gorong berupa saluran tertutup, dengan peralihan
pada bagian masuk dan keluar.
Gorong-gorong dibuat mengikuti kemiringan saluran.
Gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka
selama bangunan tidak tenggelam.
Gorong-gorong dapat juga mengalir penuh bila lubang
keluar tenggelam atau jika air di hulu tinggi dan gorong-
gorong panjang
- Gorong-gorong pipa
Pipa Beton
Cintoh aliran Pasangan Batu
bebas. Kali
Umumnya
Pondasi Batu
aliran Kali/Beton
tenggelam
Aliran Bebas:
Minimum sama Muka jalan Muka air
dengan freeboard tertinggi
Di bawah
Muka air
tertinggi
Kehilangan tinggi tekanan gorong-gorong tenggelam
adalah jumlah kehilangan tinggi tekanan (KP 04):
+ pada bagian masuk (entrance loss),
+ gesekan sepanjang bangunan gorong-gorong (friction
loss)
+ pada bagian tikungan, kalau ada, (bech loss, if any)
+ pada bagian keluar (exit Loss)
L = C1 zhc 025
di mana :
C1 = 2,5 + 1,1 hc/z + 0,7 (hc/z)3
hc = (q2/g)1/3
q = Q/(0,8b1)
L = panjang kolam olak hilir, m
hc = kedalaman kritis, m
Q = debit rencana, m3/dt
B = lebar bukaan = 0,8 x lebar dasar saluran, m
z = tinggi terjunan, m
q = debit per satuan lebar, m3/dt.m¹
b1 = lebar dasar saluran, m.
H
H1
<2 H2 y2
n
Z 1
Bentuk drop standar
I
Pasangan Batu
pelindung (lining)
I
Pasangan Batu Kali
Potongan I - I
B
Perkerasan
jalan
Lining batu kali
b
Bentuk lain Bangunan Terjun (Drop Structure)
Pasangan Batu
pelindung
Pasangan Batu
kosong (bisa juga
bronjong) Pasangan Batu kosong (bisa
Bronjong juga bronjong)
Potongan Memanjang
Bagian skot balok untuk pembilasan
Potongan A – A
20
Potongan A – A
b L1 = 1,5 hd
L2 = 2,0 hd