Anda di halaman 1dari 99

BAB III

DESAIN HIDRAULIK BENDUNG TETAP

3.1 Soal

Lebar Palung Sungai = 35 m


Elevasi rata-rata disekitar Rencana Bendung = 60.18 m
Luas Daerah Irigasi (DI) yang akan diairi = 3118 hektar
Elevasi Lahan yang tertinggi yang akan di airi = 62.68 m
Elevasi muka Air hilir yang tertinggi pada Q100 = 63.80 m
Debit Desain Intake = 4.18 m³/dt
Debit banjir sungai rencana = 511 m³/dt

3.2 Perhitungan Hidraulik Bendumg


3.2.1 Perhitungan penentuan elevasi mercu bendung
Mercu bendung yang digunakan dalam desain ini adalah mercu bulat. Perhitungan penentuan
elevasi mercu bendung dengan memperhatikan faktor ketinggian elevasi sawah tertinggi yang
akan diairi.
Sawah yang akan diairi 62.68
Tinggi air di sawah 0.10
Kehilangan tekanan
- Dari Saluran tersier ke sawah 0.10
- Dari saluran sekunder ke hilir 0.10
- Dari saluran induk ke sekunder 0.10
- Akibat kemiringan saluran 0.15
- Akibat bangunan ukur 0.40
- Dari intake ke saluran induk/kantong sedimen 0.20
- Bangunan lain, antara lain kantong sedimen 0.25
Eksploitasi 0.10 +
Elevasi Mercu Bendung + 64.18

+ 64,57

+ 63,07

Gambar 3.1 Elevasi mercu bendung

3.2.2 Penentuan Panjang mercu bendung


Panjang mercu bendung ditentukan 1.2 kali lebar sunagai rata-rata.
Panjang Mercu Bendung Bb = 1.2 x 35
= 42 m

3.2.3 Penentuan Lebar Lubang dan pilar Pembilas


untuk sungai yang lebarnya kurang dari 100 meter, lebar bangunan pembilas diambil 1/10 kali lebar
bentang bendung.
Lebar Bangunan Pembilas = 0.1 x 35
= 3.5 m
Lebar satu lubang maksimal 2.50 meter untuk kemudahan operasi pintu dan jumlah lubang tidak
lebih dari tiga buah.
Pintu Pembilas dibuat 2 buah dengan lebar 1.75 meter dengan lebar pilar 1.00 meter.
jumlah pilar pembilas = 2 buah
3.2.4 Perhitungan panjang mercu bendung efektif
Panjang mercu bendung efektif dihitung dengan menggunakan rumus :
Be = Bb - 2 (n*Kp + Ka) H1
dimana :
Be = panjang mercu bendung efektif (m)
Bb = Panjang mercu bendung bruto (m)
n = Jumlah pilar pembilas
Kp = koefisien kontraksi pilar = 0.01
Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung = 0.10
H1 = tinggi energi (m)

Tabel 3.1 Harga-harga koefisien Ka dan Kp (sumber : KP 02 Perencanaan Hidrolis)

Panjang mercu bendung efektif :


Be = Bb - 2 (n*Kp + Ka) H1
= 42 - 2 ( 2 x 0.01 + 0.10
= 42 - 0.24 H1

3.2.5 Perhitungan Tinggi Energi di atas Mercu Bulat bendung ( H1 )


Persamaan yang digunakan sebagai berikut : ( sumber KP 02 Perencanaan Hidrolis )
Q = Cd ⅔ √ ⅔g b H11,5
di mana:
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit (Cd = C0.C1.C2)
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≅ 9,8)
b = panjang mercu, m
H1 = tinggi energi di atas mercu, m.
Koefisien debit Cd adalah hasil dari:
- C0 yang merupakan fungsi H1/r (lihat Gambar 3.2)
- C1 yang merupakan fungsi p/H1 (lihat Gambar 3.3), dan
- C2 yang merupakan fungsi p/H1 dan kemiringan muka hulu bendung (lihat Gambar 3.4)
Harga Cd di dapat dari grafik di bawah ini : sumber ( KP 02 " Perencanaan Hidrolis " )

gambar 3.2 Harga-harga koefisien Co untuk bendung ambang bulat sebagai fungsi perbandingan H1/r

gambar 3.3 Koefisien C1 sebagai fungsi perbandingan p/H1


Gambar 3.4 Harga-harga koefisien C2 untuk bendung mercu tipe Ogee dengan muka hulu
melengkung (menurut USBR, 1960)
Harga H1 saling berkaitan dengan koefisien debit Cd sedangkan persamaan aliran debit melalui
bendung berkaitan juga dengan h1 dan lebar efektifnya, maka untuk dapat menyelesaikan
persamaan tersebut diatas dilakukan dengan cara coba-coba sebagai berikut :

diketahui :
P = 3.000 m Q = 511 m³/dt
dicoba :
H1 = 2.850 m ( menurut penjelasan KP 02 nilai P = H1/2, maka nilai H1 = P x 2 )
r = 0.855 ( menurut KP 02 nilai r = 0.3 - 0.7 H1 untuk Bendung pasangan
batu ), r yang digunakan = 0.3 H1
Be = 42 - 0.24 H1
= 42 - 0.24 2.85 = 41.316 m ≈

Co = 1.580 ( dari grafik di atas ) H1/r = 3.33


C1 = 0.965 ( dari grafik di atas ) P/H1 = 1.05
C2 = 0.988 ( dari grafik di atas ) P/H1 = 1.05
jadi,
Cd = C0 x C1 x C2
Cd = 1.580 x 0.965 x 0.988
Cd = 1.506 ≈ 1.51

Rumus tinggi energi di atas mercu


Qr = Cd . ⅔ .√ ((⅔). g) . b . H11,5
Qr = 511.0 m³/detik ------> ……..OK Terhadap Q

3.2.6 Menghitung Tinggi Air Banjir di Atas Mercu ( h1 )

Diketahui :
P = 3.00 m ( Tinggi Mercu di atas Lantai Hulu Bendung )
Q = 511 m³/dt ( debit banjir Bendung )
H1 = 2.85 m ( Tinggi Energi di atas mercu Bendung )
r = 0.855 ( jari - jari mercu bendung )
Be = 41.32 m
Gambar 3.5 Bendung dengan mercu bulat

Gambar 3.7 Tekanan pada mercu bendung bulat sebagai fungsi perbandingan H1/r

h1 = H1 - V²/2.g
h1 = 2.85 - V²/2.g

Nilai Luas Penampang Basah didapatkan dengan cara coba - coba ( Trial & Error )
A = P + h1 x Be
= 3.00 + 2.850 x 41.32
= 241.722 m²
Vr = Q/A
= 2.114 m/s
jadi ,
h1 = 2.850 - V²/2.g
= 2.850 - 0.23
= 2.622 m

Untuk menghindari bahaya kavitasi lokal, tekanan minimum pada mercu bendung harus
dibatasi sampai – 4 m tekanan air jika mercu terbuat dari beton, untuk pasangan batu tekanan
subat mosfir sebaiknya dibatasi sampai –1 m tekanan air.

H1/r = 3.333333333
besar tekanan (( p / ᴨ.h1 )/ H1) = -0.1
jadi, -0.1 x 3.333 = -0.3333 < -1 ……OK AMAN

3.2.7 Menghitung kedalaman Aliran di hilir bendung


Diketahui :
Elevasi muka air Banjir di hilir = 63.80
Debit banjir Rencana = 511 m³/dt
Kemiringan sungai = 0.000447
Lebar rata-rata sungai = 35.00 m
K = Harga koefisien strickler = 45 m⅓/dt (harga K diambil dari KP 03 Saluran)
Bentuk sungai diasumsikan berpenampang persegi empat

Rumus yang digunakan sebagai berikut :

M.A.B.H
Q = K * R^⅔ * I^ ½ * A

A = b*h h

P = ( h *2 ) + b
45 m

R = A/ P Sketsa potongan melintang sungai

Perhitungan h diperoleh melalui trial & error ( secara coba - coba )


Tabel 3.2 Perhitungan Tinggi Air di Hilir Bendung

h B A P R V Q
I K
(m) (m) (m²) (m) (m) (m/dt) (m³/dt)
1.50 35.00 52.50 38.00 1.38 0.0004 45.00 1.18 61.97
2.00 35.00 70.00 39.00 1.79 0.0004 45.00 1.41 98.37
2.50 35.00 87.50 40.00 2.19 0.0004 45.00 1.60 140.30
3.00 35.00 105.00 41.00 2.56 0.0004 45.00 1.78 187.02
3.50 35.00 122.50 42.00 2.92 0.0004 45.00 1.94 237.95
4.00 35.00 140.00 43.00 3.26 0.0004 45.00 2.09 292.64
4.50 35.00 157.50 44.00 3.58 0.0004 45.00 2.23 350.69
5.00 35.00 175.00 45.00 3.89 0.0004 45.00 2.35 411.80
5.450 35.00 190.75 45.90 4.16 0.0004 45.00 2.46 469.17

Jadi tinggi air banjir di hilir bendung adalah h = 5.45 m


Elevasi dasar hilir bendung = elevasi muka air banjir hilir - h
= 63.80 - 5.45
= 58.35 m

Kontrol terhadap tinggi aliran banjir di atas mercu harus sama dengan tinggi aliran banjir di hulu dan hilir
dengan asumsi bahwa bentuk penampang sungai persegi.
h hilir / hulu = h di atas mercu + P mercu
5.450 = 2.622 + 3.00
5.450 = 5.622 ……….NOT OK
3.2.8 Resume Perhirungan Hidrolis Bendung
Elevasi Mercu Bendung ( P ) = 40.25
Elevasi Tinggi Aliran Banjir di atas mercu = 66.93
Panjang Efektif Mercu Bendung ( Be ) = 41.37 m
Lebar Pintu Pembilas = 2.50 m
lebar Pembilas = 2.00 m
Panjang Total Bendung = 45.87 m
Tinggi Muka Air Banjir di atas Mercu ( h1 ) = 2.570 m
Tinggi Energi di atas Mercu ( H1 ) = 2.850 m
Tinggi mercu ( P ) = 3.00 m
Jari-jari Mercu Bendung ( r ) = 0.855 m
Kemiringan Tubuh Bendung = 1:1

V²/2g= 0.16

h1 = 2.34 H1 = 2.50
1.75

0.70
P = 3.00 r = jari-jari
mercu

7.50

Gambar 3.8 Bentuk dan ukuran mercu bendung bulat

3.3 Perhitungan Kolam Olak


3.3.1 Menentukan Type Kolam Olak
Dalam perhitungan kolam olak ini direncanakan pada saat banjir dengan Q100. Untuk mengecek
apakah diperlukan kolam olak atau tidak maka perlu dicari nilai Fr ( Bilangan Froude ).
Rumus - rumus yang digunakan sebagai berikut : ( Sumber KP 02 "Perencanaan Hidrolis")
V1
Fr =
√g * yu

v1 = √2 * g ( 0.5 * H1 + Z )

yu = q / v1

q = Qb / Be

y2
= 1/2 * ( √( 1 + 8 * Fr² ) - 1 )
yu

dimana :
v1 = kecepatan awal loncatan, m/dt
g = percepatan grafitasi, m/dt²
H1 = tinggi energi di atas mercu, m
Z = tinggi jatuh aliran, m
q = debit per satuan lebar, m³/dt/m'
yu = kedalaman aliran di awal loncatan, m
y2 = kedalaman air di atas ambang ujung, m
Fr = Bilangan froude

Gambar 3.9 Metode perencanaan kolam loncat air

- Z = Elevasi Mercu Bendung ( P ) - Elevasi dasar hilir bendung


= 40.25 - 58.35
= -18.10 m

- Kecepatan awal loncatan aliran ( v1 ) :


v1 = √2 * g ( 0.5 * H1 + Z )
= #VALUE! m/dt
- Debit per satuan lebar ( q ) :
q = Qb / Be
= 12.37 m³/dt/m'
- kedalaman aliran di awal loncatan ( yu ) :
yu = q / v1
= #VALUE! m
- Bilangan Froude :
V1 ###
Fr = = = #VALUE!
√g * yu ###

- kedalaman aliran di atas ambang ujung ( y2 )


y2
= 1/2 * ( √( 1 + 8 * Fr² ) - 1 )
yu
y2 = #VALUE! m
Karena muka air di hilir lebih tinggi (y2) dari pada 2/3 H1, maka tidak diperlukan Peredam energi
(Sumber KP 02).
y2 = #VALUE! m
2/3 H1 = 1.90 m ###

karena nilai Fr = #VALUE! m , menurut penjelasan KP 02 1986 jika 2.5 < Fr < 4.5 dianjurkan
menggunakan kolam olak (energi) USBR tipe IV.
3.3.2 Menentukan dimensi Kolam Olak USBR tipe IV

Gambar 3.10 Dimensi Kolam Olak Type IV ( USBR, 1973 )

diketahui : yu = ### m
Untuk Panjang Kolam Olak USBR type IV dapat dihitung menggunakan Persamaan sebagai berikut :
- L = 2 * yu * ( √ (1 + 8 * Fr² ) - 1 )
= #VALUE! m

- Lebar blok muka ( > 2yu ) :


Lbm = #VALUE! m ≈ 2 m

- Ketinggian blok muka ( 2yu ) :


Kbm = #VALUE! m ≈ 1.9 m

- Lebar maks gerigi ( w = yu ) :


w = #VALUE! m ≈ 1.0 m

- Jarak Fraksi ( 2.5 w ) :


Jf = 2.5 m

- tinggi ambang ujung ( 1.25 yu ) :


Tau = #VALUE! m

V²/2g= 0.16 + 65.68


+ 64.93

h1 = 2.34 H1 = 2.50 Mercu Bendung


1.75
+ 63.18
M.A.B.H
V + 62.80
0.70
P = 3.00 r= 1
jari-jari 1
+ 60.18 mercu 5.72 V

2.00
2.06
+ 58.46
1.00
1.80
7.50
+ 57.46

3.00

5.38 17.64
1.75
+ 63.18
M.A.B.H
V + 62.80
0.70
P = 3.00 r= 1
jari-jari 1
+ 60.18 mercu V
5.72
2.00
2.06
+ 58.46
1.00
1.80
7.50
+ 57.46

3.00

5.38 17.64

Gambar 3.11 Bentuk dan ukuran peredam energi ( USBR tipe IV )

3.3.3 Kolam Olak Tipe MDO


Menimbang dengan digunakan USBR Tipe IV yang Mahal, maka dicoba gunakan Tipe MDO.
Untuk menentukan dimensi Kolam Olak Tipe MDO diperlukan data - data sebagai berikut :
- Kedalam Aliran di hilir bendung (h)
- Kecepatan awal loncat air (v1)
- Debit desain per satuan lebar (q)
- Perbedaan tinggi muka air di hulu dan hilir (z)
- Parameter energi (E)
setelah mendapat nilai E dapat dilanjutkan menggunakan grafik stailing Bazin Gigi ompong Tipe MDO
untuk mendapatkan Panjang Kolam Olak (L), tinggi Blok Ujung (a) dan Lebar Blok Ujung (b).

Grafik Stilling Basin Gigi Ompong Tipe MDO

3.00

40 a 50 m

Z
m.a
Ds
D2
2.00 L/Ds 2a
a
q
gz 3 a/D L

1.00
D/D2
0.80 Bp Riprap

0.60
Bn Endsill Bergigi Ompong
0.40

0.20

0
0 1.00 2.00 3.00
L / Ds , D/ D2 dan a / D
HIDROLIKA - DPMA

Gambar 3.12 grafik stailing Bazin Gigi ompong Tipe MDO

Pada perhitungan sebelumnya telah didapatkan hasil sebagai berikut :


h = 5.45 m
v1 = #VALUE! m/s
q = 12.37 m³/dt/m'
Untuk mendapatkan nilai perbedaan tinggi muka air di hulu dan hilir dapat digunakan persamaan sebagai
berikut :
z = Elevasi Muka air Banjir Hulu - Elevasi Muka Air Hilir ….(sumber KP 02)
= 66.93 - 63.80
= 3.13 m
Untuk Mendapat nilai parameter energi € dapat digunakan persamaan sebagai berikut :
E = q / ( g * z³ )^½ ….(sumber KP 02)
= 0.08

Dari Grafik MDO di dapat nilai sebagai berikut :


L/Ds = 1.20 ……………………..( Grafik MDO )
D/D2 = 1.20 ……………………..( Grafik MDO )

Panjang Kolam Olak (L) dan Kedalam Peredam Energi (D) :


L = h x L/Ds ….(sumber KP 02)
= 5.45 x 1.20
= 6.54 m
D = h x D/D2 ….(sumber KP 02)
= 5.45 x 1.20
= 6.54 m

Menentukan tinggi Blok Ujung (a) dan Lebar Blok Ujung (b)
a = 0.2 x h ….(sumber KP 02)
= 0.2 x 5.45
= 1.09 m
b = 2 x a ….(sumber KP 02)
= 2 x 1.09
= 2.18 m
V²/2g= 0.16 + 65.68
+ 64.93

h1 = 2.34 H1 = 2.50 Mercu Bendung


z = 2.71
1.75
+ 63.18 M.A.B.H
+ 62.80
V
0.70
P = 3.00 r=
jari-jari
+ 60.18 mercu V
1 h = 5.33
6.77 1 D =6.40

2.30
7.50
+ 57.48

+ 56.41 a = 1.07

3.00

6.43 6.40

Gambar 3.13 Bentuk dan ukuran peredam energi Tipe MDO

3.4 Perhitungan Desain Bangunan Pelengkap Bendung


3.4.1 Desain Hidrolik Bangunan Intake
Di dalam perhitungan debit yang melalui pintu pengambilan ( Intake ) bendung konvensional
ditetapkan hal - hal sebagai berikut :
Elevasi mercu bendung = 40.25
Luas daerah irigasi akan diairi ( A ) = 3118 ha
Kebutuhan air tanaman ( a ) = 1.340603 l/dt/ha
- Debit untuk untuk irigasi ( Q ) :
Q = A x a Qr = 4.18
= 3118 x 1.3406 a = 1.3406
= 4180 l/dt
- Debit untuk pengurasan kantong lumpur ( Qn ) :
Untuk keperluan - keperluan perencanaan, debit pembilasan diambila 120% sekurang - kurangnya
dari debit kebutuhan irigasi ( KP 02, 1986 ).
Qn = 1.2 x Q
= 1.2 x 4180
= 5016 l/dt = 5.016 m³/dt
- Lebar pintu pengambilan ( b ) = 1.50 m
- Jumlah pintu intake = 2.00 buah
- Koefisien kontraksi di pintu ( µ ) = 0.80
- Kehilangan energi pada bukaan ( z ) = 0.20 m
- Percepatan gravitasi ( g ) = 9.81 m/dt²

Besarnya Debit yang melalui pintu pengambilan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Qn = µ*b*a*√2*g*z
dimana ( h ) adalah tinggi bukaan pintu pengambilan maksimum.

Qn
a = = 1.06 m
µ*b*√2*g*z

dengan direncanakan kecepatan intake (v) = 1.5 m/dt


Q 5.016
bk = = 3.17 m
v*a = 1.50 x 1.06

kontrol jumlah pintu intake


bk 3.17
n = = = 2.11 buah ≈ 2.00
b 1.50
1.00 1.75 1.00 1.75 0.70

0.50

PINTU INTAKE

MERCU BENDUNG

+ 63.18 + 63.08
MAB
1.50 1.50
3.50
+ 60.18
PENUTUP PEMBILAS BAWAH

PEMBILAS PEMBILAS
BAWAH BAWAH

Gambar 3.12 Potongan memanjang dan geometri intake bendung


3.4.2 Perhitungan Desain Kantong Lumpur
Perencanaan dimensi kantong lumpur didasarkan atas kebutuhan untuk mengalirkan debi rencana dan
penampungan sediment dalam jangka waktu dan kapasitas tertentu, yaitu saluran pembawa diatas dan
kantong lumpur dibagian bawahnya.
- Perhitungan :
Q (Debit) = 1.2 x 4.18 = 5.016 m³/dt
m (kemiringan talud) = 1:1
Vn (kecepatan aliran) = 0.6 m/dt
Pada suhu 20°C dengan diameter (Ø) = 0.07 mm, maka kecepatan endap (w) =
(KP 02, hal.143)
Rumus :
Qn 5.016
An = = = 8.36 m²
An = = = 8.36 m²
Vn 0.6
karena Q = 5.016 m³/dt , dari tabel perbandinga b/h Ir.Imam Subarkah didapatkan b/h =
b = 3.5 h
(2b + 2h) * h ( 2 x 3,5 h + 2h) * h 7
An = = =
2 2 2
8.36 = 4.5 x h²
h = (8,36 / 4,5)²
h = 3.45 m ≈ 4.8 m
b = 3,5 x 4,8 = 16.8 m
Menghitung Keliling Basah (P), Jari-jari Hidrolis (R ), Kemiringan Hidrolis (In).
P = b + 2 h (1 + m²)^1/2 = 16,8 + 2 . 4,8 ( 2 )^1/2
= 30.38 m
An 8.36
R = = = 0.28 m
P 30.38
Vn = Ks . R^2/3 . In^1/2
Dimana Ks adalah koefisien kekasaran strikler, pasangan batu = 60
Vn² 0,6²
In = = = 0.0005586087
( Ks . R^2/3)² (60 . 0,65^2/3)²
Jadi dimensi saluran induk kantong lumpur :
Qn = 5.016 m³/dt ; hn = 4.8 m ;m =
Vn = 0.60 m/dt ;k = 60 ;w =
b = 16.8 m ; In = 0.000559
- Perhitungan Kemiringan Kantong Lumpur :
Direncanakan : Vs = 1.20 m/dt
Langkah perhitungan
As = (Qs/Vs) = 4.18 m²
hs = (As/b) = 0.25 m
Ps = (b+ 2.hs) = 17.30 m
Rs = (As/Ps) = 0.24 m
Vs = Ks . Rs^2/3 . Is^1/2
Vs² 1,2²
Is = = = 0.1049818571
( Ks . R^2/3)² (60 . 0,2416517549
Agar pengambilan dapat berjalan dengan baik, maka kecepatan aliran harus tetap subkritis atau Fr ≤ 1
Vs 1.20
Fr = = = 0.77 ≤ 1 ….OK
√g * hs 1.56

1.00

3.50
1

0.34
Gambar 3.13 Potongan melintang Kantong Lumpur

- Perhitungan Volume Kantong Lumpur


Karena tidak ada data pengukuran sediment, maka berdasarkan KP-02 dapat diambil besarnya sediment
yang harus diendapkan 0.5% dari volume air yang mengalir melalui kantong Lumpur. Dianjurkan pula
bahwa sebagian besar ( 60% - &0% ) dari pasir halus atau partikel dengan diameter 0.06 - 0.07 mm
terendapkan.
Volume = Qn . (0.5/1000) . T . 24 . 3600
= 5,016 . (0.5/1000) . 7 . 24 . 3600
= 1516.8384 m³
dimana T : periode waktu pembilasan satu minggu sekali ( 7 hari ).
- Perhitungan panjang kantong lumpur
hn L
:
w Vn
hn = 0.25 m³
Vn = 0.60 m/dt
w = 0.004 m/dt
sehingga Panjang Kantong Lumpur (L) :
Hn.Vn 0,34 x 0,6
L = = = 37.32 m
w 0.004

3.50

0.34
Is = 0.0351

51.18 m

Gambar 3.14 Potongan memanjang Kantong Lumpur


3.4.3 Perhitungan Desain Bangunan Pembilas
untuk sungai yang lebarnya kurang dari 100 meter, lebar bangunan pembilas diambil 1/10 kali lebar
bentang bendung.
Lebar Bangunan Pembilas = 0.1 x 35
= 3.5 m
Lebar satu lubang maksimal 2.50 meter untuk kemudahan operasi pintu dan jumlah lubang tidak
lebih dari tiga buah.
Pintu Pembilas dibuat 2 buah dengan lebar 1.75 meter dengan lebar pilar 1.00 meter.
jumlah pilar pembilas = 2 buah

Mercu Bendung

Pilar

Underslince
1.75
6.40
1.00
Mercu Bendung

Pilar

Underslince
1.75
6.40
1.00
4.50

1.75
0.50

1.50 1.50

Gambar 3.15 Bentuk Denah Pembilas Underslince Bendung


BAB III
DESAIN HIDRAULIK BENDUNG TETAP
) . H1
en Co untuk bendung ambang bulat sebagai fungsi perbandingan H1/r
( menurut penjelasan KP 02 nilai P = H1/2, maka nilai H1 = P x 2 )
( menurut KP 02 nilai r = 0.3 - 0.7 H1 untuk Bendung pasangan

41.32 m
(harga K diambil dari KP 03 Saluran)

M.A.B.H

45 m

anjir di atas mercu harus sama dengan tinggi aliran banjir di hulu dan hilir
, menurut penjelasan KP 02 1986 jika 2.5 < Fr < 4.5 dianjurkan
BR type IV dapat dihitung menggunakan Persamaan sebagai berikut :

Mercu Bendung

M.A.B.H
+ 62.80

5.72 V

2.00
2.06
+ 58.46
1.00
1.80
+ 57.46

3.00

17.64
M.A.B.H
+ 62.80

5.72 V

2.00
2.06
+ 58.46
1.00
1.80
+ 57.46

3.00

17.64

ilanjutkan menggunakan grafik stailing Bazin Gigi ompong Tipe MDO

Grafik Stilling Basin Gigi Ompong Tipe MDO

40 a 50 m

Z
m.a
Ds
D2
2a
a

D/D2
Bp Riprap

Bn Endsill Bergigi Ompong

2.00 3.00
/ Ds , D/ D2 dan a / D
HIDROLIKA - DPMA

daan tinggi muka air di hulu dan hilir dapat digunakan persamaan sebagai

….(sumber KP 02)

….(sumber KP 02)
….(sumber KP 02)

….(sumber KP 02)

….(sumber KP 02)

….(sumber KP 02)

m³/dt
l/dt/ha
buah …..OK

0.70

0.50

PINTU INTAKE

1.50 1.50
3.50

WAH

mpur didasarkan atas kebutuhan untuk mengalirkan debi rencana dan


angka waktu dan kapasitas tertentu, yaitu saluran pembawa diatas dan

0.004
, dari tabel perbandinga b/h Ir.Imam Subarkah didapatkan b/h =

h + 2h
2

1
0.004 m/dt

n dengan baik, maka kecepatan aliran harus tetap subkritis atau Fr ≤ 1

1.00

3.50

0.34
an sediment, maka berdasarkan KP-02 dapat diambil besarnya sediment
ri volume air yang mengalir melalui kantong Lumpur. Dianjurkan pula

3.50

0.34
Is = 0.0351

51.18 m
5.34

45

2.245

jangan di hapus OK
Coba-coba nilai Cd
1.5076332
5.57
m/dt
3.5

*h
2

0.65
0.34
janagan dihapus
Q h
61.97 1.50
98.37 2.00
140.30 2.50
187.02 3.00
237.95 3.50
4.00
4.50

469.17 5.45
BAB III
DESAIN HIDRAULIK BENDUNG TETAP

3.1 Soal

Lebar Palung Sungai = 35 m


Elevasi rata-rata disekitar Rencana Bendung = 60.18 m
Luas Daerah Irigasi (DI) yang akan diairi = 3118 hektar
Elevasi Lahan yang tertinggi yang akan di airi = 62.68 m
Elevasi muka Air hilir yang tertinggi pada Q100 = 63.80 m
Debit Desain Intake = 4.18 m³/dt
Debit banjir sungai rencana = 511 m³/dt

3.2 Perhitungan Hidraulik Bendumg


3.2.1 Perhitungan penentuan elevasi mercu bendung
Mercu bendung yang digunakan dalam desain ini adalah mercu bulat. Perhitungan penentuan
elevasi mercu bendung dengan memperhatikan faktor ketinggian elevasi sawah tertinggi yang
akan diairi.
Sawah yang akan diairi 62.68
Tinggi air di sawah 0.10
Kehilangan tekanan
- Dari Saluran tersier ke sawah 0.10
- Dari saluran sekunder ke hilir 0.10
- Dari saluran induk ke sekunder 0.10
- Akibat kemiringan saluran 0.15
- Akibat bangunan ukur 0.40
- Dari intake ke saluran induk/kantong sedimen 0.20
- Bangunan lain, antara lain kantong sedimen 0.25
Eksploitasi 0.10 +
Elevasi Mercu Bendung + 64.18

+ 64,57

+ 63,07

Gambar 3.1 Elevasi mercu bendung

3.2.2 Penentuan Panjang mercu bendung


Panjang mercu bendung ditentukan 1.2 kali lebar sunagai rata-rata.
Panjang Mercu Bendung Bb = 1.2 x 35
= 42 m

3.2.3 Penentuan Lebar Lubang dan pilar Pembilas


untuk sungai yang lebarnya kurang dari 100 meter, lebar bangunan pembilas diambil 1/10 kali lebar
bentang bendung.
Lebar Bangunan Pembilas = 0.1 x 35
= 3.5 m
Lebar satu lubang maksimal 2.50 meter untuk kemudahan operasi pintu dan jumlah lubang tidak
lebih dari tiga buah.
Pintu Pembilas dibuat 2 buah dengan lebar 1.75 meter dengan lebar pilar 1.00 meter.
jumlah pilar pembilas = 2 buah
3.2.4 Perhitungan panjang mercu bendung efektif
Panjang mercu bendung efektif dihitung dengan menggunakan rumus :
Be = Bb - 2 (n*Kp + Ka) H1
dimana :
Be = panjang mercu bendung efektif (m)
Bb = Panjang mercu bendung bruto (m)
n = Jumlah pilar pembilas
Kp = koefisien kontraksi pilar = 0.01
Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung = 0.10
H1 = tinggi energi (m)

Tabel 3.1 Harga-harga koefisien Ka dan Kp (sumber : KP 02 Perencanaan Hidrolis)

Panjang mercu bendung efektif :


Be = Bb - 2 (n*Kp + Ka) H1
= 42 - 2 ( 2 x 0.01 + 0.10
= 42 - 0.24 H1

3.2.5 Perhitungan Tinggi Energi di atas Mercu Bulat bendung ( H1 )


Persamaan yang digunakan sebagai berikut : ( sumber KP 02 Perencanaan Hidrolis )
Q = Cd ⅔ √ ⅔g b H11,5
di mana:
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit (Cd = C0.C1.C2)
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≅ 9,8)
b = panjang mercu, m
H1 = tinggi energi di atas mercu, m.
Koefisien debit Cd adalah hasil dari:
- C0 yang merupakan fungsi H1/r (lihat Gambar 3.2)
- C1 yang merupakan fungsi p/H1 (lihat Gambar 3.3), dan
- C2 yang merupakan fungsi p/H1 dan kemiringan muka hulu bendung (lihat Gambar 3.4)
Harga Cd di dapat dari grafik di bawah ini : sumber ( KP 02 " Perencanaan Hidrolis " )

gambar 3.2 Harga-harga koefisien Co untuk bendung ambang bulat sebagai fungsi perbandingan H1/r

gambar 3.3 Koefisien C1 sebagai fungsi perbandingan p/H1


Gambar 3.4 Harga-harga koefisien C2 untuk bendung mercu tipe Ogee dengan muka hulu
melengkung (menurut USBR, 1960)
Harga H1 saling berkaitan dengan koefisien debit Cd sedangkan persamaan aliran debit melalui
bendung berkaitan juga dengan h1 dan lebar efektifnya, maka untuk dapat menyelesaikan
persamaan tersebut diatas dilakukan dengan cara coba-coba sebagai berikut :

diketahui :
P = 3.000 m Q = 511 m³/dt
dicoba :
H1 = 2.850 m ( menurut penjelasan KP 02 nilai P = H1/2, maka nilai H1 = P x 2 )
r = 0.855 ( menurut KP 02 nilai r = 0.3 - 0.7 H1 untuk Bendung pasangan
batu ), r yang digunakan = 0.3 H1
Be = 42 - 0.24 H1
= 42 - 0.24 2.85 = 41.316 m ≈

Co = 1.580 ( dari grafik di atas ) H1/r = 3.33


C1 = 0.965 ( dari grafik di atas ) P/H1 = 1.05
C2 = 0.988 ( dari grafik di atas ) P/H1 = 1.05
jadi,
Cd = C0 x C1 x C2
Cd = 1.580 x 0.965 x 0.988
Cd = 1.506 ≈ 1.51

Rumus tinggi energi di atas mercu


Qr = Cd . ⅔ .√ ((⅔). g) . b . H11,5
Qr = 511.0 m³/detik ------> ……..OK Terhadap Q

3.2.6 Menghitung Tinggi Air Banjir di Atas Mercu ( h1 )

Diketahui :
P = 3.00 m ( Tinggi Mercu di atas Lantai Hulu Bendung )
Q = 511 m³/dt ( debit banjir Bendung )
H1 = 2.85 m ( Tinggi Energi di atas mercu Bendung )
r = 0.855 ( jari - jari mercu bendung )
Be = 41.32 m
Gambar 3.5 Bendung dengan mercu bulat

Gambar 3.7 Tekanan pada mercu bendung bulat sebagai fungsi perbandingan H1/r

h1 = H1 - V²/2.g
h1 = 2.85 - V²/2.g

Nilai Luas Penampang Basah didapatkan dengan cara coba - coba ( Trial & Error )
A = P + h1 x Be
= 3.00 + 2.850 x 41.32
= 241.722 m²
Vr = Q/A
= 2.114 m/s
jadi ,
h1 = 2.850 - V²/2.g
= 2.850 - 0.23
= 2.622 m

Untuk menghindari bahaya kavitasi lokal, tekanan minimum pada mercu bendung harus
dibatasi sampai – 4 m tekanan air jika mercu terbuat dari beton, untuk pasangan batu tekanan
subat mosfir sebaiknya dibatasi sampai –1 m tekanan air.

H1/r = 3.333333333
besar tekanan (( p / ᴨ.h1 )/ H1) = -0.1
jadi, -0.1 x 3.333 = -0.3333 < -1 ……OK AMAN

3.2.7 Menghitung kedalaman Aliran di hilir bendung


Diketahui :
Elevasi muka air Banjir di hilir = 63.80
Debit banjir Rencana = 511 m³/dt
Kemiringan sungai = 0.000447
Lebar rata-rata sungai = 35.00 m
K = Harga koefisien strickler = 45 m⅓/dt (harga K diambil dari KP 03 Saluran)
Bentuk sungai diasumsikan berpenampang persegi empat

Rumus yang digunakan sebagai berikut :

M.A.B.H
Q = K * R^⅔ * I^ ½ * A

A = b*h h

P = ( h *2 ) + b
45 m

R = A/ P Sketsa potongan melintang sungai

Perhitungan h diperoleh melalui trial & error ( secara coba - coba )


Tabel 3.2 Perhitungan Tinggi Air di Hilir Bendung

h B A P R V Q
I K
(m) (m) (m²) (m) (m) (m/dt) (m³/dt)
1.50 35.00 52.50 38.00 1.38 0.0004 45.00 1.18 61.97
2.00 35.00 70.00 39.00 1.79 0.0004 45.00 1.41 98.37
2.50 35.00 87.50 40.00 2.19 0.0004 45.00 1.60 140.30
3.00 35.00 105.00 41.00 2.56 0.0004 45.00 1.78 187.02
3.50 35.00 122.50 42.00 2.92 0.0004 45.00 1.94 237.95
4.00 35.00 140.00 43.00 3.26 0.0004 45.00 2.09 292.64
4.50 35.00 157.50 44.00 3.58 0.0004 45.00 2.23 350.69
5.00 35.00 175.00 45.00 3.89 0.0004 45.00 2.35 411.80
5.450 35.00 190.75 45.90 4.16 0.0004 45.00 2.46 469.17

Jadi tinggi air banjir di hilir bendung adalah h = 5.45 m


Elevasi dasar hilir bendung = elevasi muka air banjir hilir - h
= 63.80 - 5.45
= 58.35 m

Kontrol terhadap tinggi aliran banjir di atas mercu harus sama dengan tinggi aliran banjir di hulu dan hilir
dengan asumsi bahwa bentuk penampang sungai persegi.
h hilir / hulu = h di atas mercu + P mercu
5.450 = 2.622 + 3.00
5.450 = 5.622 ……….NOT OK
3.2.8 Resume Perhirungan Hidrolis Bendung
Elevasi Mercu Bendung ( P ) = 40.25
Elevasi Tinggi Aliran Banjir di atas mercu = 66.93
Panjang Efektif Mercu Bendung ( Be ) = 41.37 m
Lebar Pintu Pembilas = 2.50 m
lebar Pembilas = 2.00 m
Panjang Total Bendung = 45.87 m
Tinggi Muka Air Banjir di atas Mercu ( h1 ) = 2.570 m
Tinggi Energi di atas Mercu ( H1 ) = 2.850 m
Tinggi mercu ( P ) = 3.00 m
Jari-jari Mercu Bendung ( r ) = 0.855 m
Kemiringan Tubuh Bendung = 1:1

V²/2g= 0.16

h1 = 2.34 H1 = 2.50
1.75

0.70
P = 3.00 r = jari-jari
mercu

7.50

Gambar 3.8 Bentuk dan ukuran mercu bendung bulat

3.3 Perhitungan Kolam Olak


3.3.1 Menentukan Type Kolam Olak
Dalam perhitungan kolam olak ini direncanakan pada saat banjir dengan Q100. Untuk mengecek
apakah diperlukan kolam olak atau tidak maka perlu dicari nilai Fr ( Bilangan Froude ).
Rumus - rumus yang digunakan sebagai berikut : ( Sumber KP 02 "Perencanaan Hidrolis")
V1
Fr =
√g * yu

v1 = √2 * g ( 0.5 * H1 + Z )

yu = q / v1

q = Qb / Be

y2
= 1/2 * ( √( 1 + 8 * Fr² ) - 1 )
yu

dimana :
v1 = kecepatan awal loncatan, m/dt
g = percepatan grafitasi, m/dt²
H1 = tinggi energi di atas mercu, m
Z = tinggi jatuh aliran, m
q = debit per satuan lebar, m³/dt/m'
yu = kedalaman aliran di awal loncatan, m
y2 = kedalaman air di atas ambang ujung, m
Fr = Bilangan froude

Gambar 3.9 Metode perencanaan kolam loncat air

- Z = Elevasi Mercu Bendung ( P ) - Elevasi dasar hilir bendung


= 40.25 - 58.35
= -18.10 m

- Kecepatan awal loncatan aliran ( v1 ) :


v1 = √2 * g ( 0.5 * H1 + Z )
= #VALUE! m/dt
- Debit per satuan lebar ( q ) :
q = Qb / Be
= 12.37 m³/dt/m'
- kedalaman aliran di awal loncatan ( yu ) :
yu = q / v1
= #VALUE! m
- Bilangan Froude :
V1 ###
Fr = = = #VALUE!
√g * yu ###

- kedalaman aliran di atas ambang ujung ( y2 )


y2
= 1/2 * ( √( 1 + 8 * Fr² ) - 1 )
yu
y2 = #VALUE! m
Karena muka air di hilir lebih tinggi (y2) dari pada 2/3 H1, maka tidak diperlukan Peredam energi
(Sumber KP 02).
y2 = #VALUE! m
2/3 H1 = 1.90 m ###

karena nilai Fr = #VALUE! m , menurut penjelasan KP 02 1986 jika 2.5 < Fr < 4.5 dianjurkan
menggunakan kolam olak (energi) USBR tipe IV.
3.3.2 Menentukan dimensi Kolam Olak USBR tipe IV

Gambar 3.10 Dimensi Kolam Olak Type IV ( USBR, 1973 )

diketahui : yu = ### m
Untuk Panjang Kolam Olak USBR type IV dapat dihitung menggunakan Persamaan sebagai berikut :
- L = 2 * yu * ( √ (1 + 8 * Fr² ) - 1 )
= #VALUE! m

- Lebar blok muka ( > 2yu ) :


Lbm = #VALUE! m ≈ 2 m

- Ketinggian blok muka ( 2yu ) :


Kbm = #VALUE! m ≈ 1.9 m

- Lebar maks gerigi ( w = yu ) :


w = #VALUE! m ≈ 1.0 m

- Jarak Fraksi ( 2.5 w ) :


Jf = 2.5 m

- tinggi ambang ujung ( 1.25 yu ) :


Tau = #VALUE! m

V²/2g= 0.16 + 65.68


+ 64.93

h1 = 2.34 H1 = 2.50 Mercu Bendung


1.75
+ 63.18
M.A.B.H
V + 62.80
0.70
P = 3.00 r= 1
jari-jari 1
+ 60.18 mercu 5.72 V

2.00
2.06
+ 58.46
1.00
1.80
7.50
+ 57.46

3.00

5.38 17.64
1.75
+ 63.18
M.A.B.H
V + 62.80
0.70
P = 3.00 r= 1
jari-jari 1
+ 60.18 mercu V
5.72
2.00
2.06
+ 58.46
1.00
1.80
7.50
+ 57.46

3.00

5.38 17.64

Gambar 3.11 Bentuk dan ukuran peredam energi ( USBR tipe IV )

3.3.3 Kolam Olak Tipe MDO


Menimbang dengan digunakan USBR Tipe IV yang Mahal, maka dicoba gunakan Tipe MDO.
Untuk menentukan dimensi Kolam Olak Tipe MDO diperlukan data - data sebagai berikut :
- Kedalam Aliran di hilir bendung (h)
- Kecepatan awal loncat air (v1)
- Debit desain per satuan lebar (q)
- Perbedaan tinggi muka air di hulu dan hilir (z)
- Parameter energi (E)
setelah mendapat nilai E dapat dilanjutkan menggunakan grafik stailing Bazin Gigi ompong Tipe MDO
untuk mendapatkan Panjang Kolam Olak (L), tinggi Blok Ujung (a) dan Lebar Blok Ujung (b).

Grafik Stilling Basin Gigi Ompong Tipe MDO

3.00

40 a 50 m

Z
m.a
Ds
D2
2.00 L/Ds 2a
a
q
gz 3 a/D L

1.00
D/D2
0.80 Bp Riprap

0.60
Bn Endsill Bergigi Ompong
0.40

0.20

0
0 1.00 2.00 3.00
L / Ds , D/ D2 dan a / D
HIDROLIKA - DPMA

Gambar 3.12 grafik stailing Bazin Gigi ompong Tipe MDO

Pada perhitungan sebelumnya telah didapatkan hasil sebagai berikut :


h = 5.45 m
v1 = #VALUE! m/s
q = 12.37 m³/dt/m'
Untuk mendapatkan nilai perbedaan tinggi muka air di hulu dan hilir dapat digunakan persamaan sebagai
berikut :
z = Elevasi Muka air Banjir Hulu - Elevasi Muka Air Hilir ….(sumber KP 02)
= 66.93 - 63.80
= 3.13 m
Untuk Mendapat nilai parameter energi € dapat digunakan persamaan sebagai berikut :
E = q / ( g * z³ )^½ ….(sumber KP 02)
= 0.08

Dari Grafik MDO di dapat nilai sebagai berikut :


L/Ds = 1.20 ……………………..( Grafik MDO )
D/D2 = 1.20 ……………………..( Grafik MDO )

Panjang Kolam Olak (L) dan Kedalam Peredam Energi (D) :


L = h x L/Ds ….(sumber KP 02)
= 5.45 x 1.20
= 6.54 m
D = h x D/D2 ….(sumber KP 02)
= 5.45 x 1.20
= 6.54 m

Menentukan tinggi Blok Ujung (a) dan Lebar Blok Ujung (b)
a = 0.2 x h ….(sumber KP 02)
= 0.2 x 5.45
= 1.09 m
b = 2 x a ….(sumber KP 02)
= 2 x 1.09
= 2.18 m
V²/2g= 0.16 + 65.68
+ 64.93

h1 = 2.34 H1 = 2.50 Mercu Bendung


z = 2.71
1.75
+ 63.18 M.A.B.H
+ 62.80
V
0.70
P = 3.00 r=
jari-jari
+ 60.18 mercu V
1 h = 5.33
6.77 1 D =6.40

2.30
7.50
+ 57.48

+ 56.41 a = 1.07

3.00

6.43 6.40

Gambar 3.13 Bentuk dan ukuran peredam energi Tipe MDO

3.4 Perhitungan Desain Bangunan Pelengkap Bendung


3.4.1 Desain Hidrolik Bangunan Intake
Di dalam perhitungan debit yang melalui pintu pengambilan ( Intake ) bendung konvensional
ditetapkan hal - hal sebagai berikut :
Elevasi mercu bendung = 40.25
Luas daerah irigasi akan diairi ( A ) = 3118 ha
Kebutuhan air tanaman ( a ) = 1.340603 l/dt/ha
- Debit untuk untuk irigasi ( Q ) :
Q = A x a Qr = 4.18
= 3118 x 1.3406 a = 1.3406
= 4180 l/dt
- Debit untuk pengurasan kantong lumpur ( Qn ) :
Untuk keperluan - keperluan perencanaan, debit pembilasan diambila 120% sekurang - kurangnya
dari debit kebutuhan irigasi ( KP 02, 1986 ).
Qn = 1.2 x Q
= 1.2 x 4180
= 5016 l/dt = 5.016 m³/dt
- Lebar pintu pengambilan ( b ) = 1.50 m
- Jumlah pintu intake = 2.00 buah
- Koefisien kontraksi di pintu ( µ ) = 0.80
- Kehilangan energi pada bukaan ( z ) = 0.20 m
- Percepatan gravitasi ( g ) = 9.81 m/dt²

Besarnya Debit yang melalui pintu pengambilan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Qn = µ*b*a*√2*g*z
dimana ( h ) adalah tinggi bukaan pintu pengambilan maksimum.

Qn
a = = 1.06 m
µ*b*√2*g*z

dengan direncanakan kecepatan intake (v) = 1.5 m/dt


Q 5.016
bk = = 3.17 m
v*a = 1.50 x 1.06

kontrol jumlah pintu intake


bk 3.17
n = = = 2.11 buah ≈ 2.00
b 1.50
1.00 1.75 1.00 1.75 0.70

0.50

PINTU INTAKE

MERCU BENDUNG

+ 63.18 + 63.08
MAB
1.50 1.50
3.50
+ 60.18
PENUTUP PEMBILAS BAWAH

PEMBILAS PEMBILAS
BAWAH BAWAH

Gambar 3.12 Potongan memanjang dan geometri intake bendung


3.4.2 Perhitungan Desain Kantong Lumpur
Perencanaan dimensi kantong lumpur didasarkan atas kebutuhan untuk mengalirkan debi rencana dan
penampungan sediment dalam jangka waktu dan kapasitas tertentu, yaitu saluran pembawa diatas dan
kantong lumpur dibagian bawahnya.
- Perhitungan :
Q (Debit) = 1.2 x 4.18 = 5.016 m³/dt
m (kemiringan talud) = 1:1
Vn (kecepatan aliran) = 0.6 m/dt
Pada suhu 20°C dengan diameter (Ø) = 0.07 mm, maka kecepatan endap (w) =
(KP 02, hal.143)
Rumus :
Qn 5.016
An = = = 8.36 m²
An = = = 8.36 m²
Vn 0.6
karena Q = 5.016 m³/dt , dari tabel perbandinga b/h Ir.Imam Subarkah didapatkan b/h =
b = 3.5 h
(2b + 2h) * h ( 2 x 3,5 h + 2h) * h 7
An = = =
2 2 2
8.36 = 4.5 x h²
h = (8,36 / 4,5)²
h = 3.45 m ≈ 4.8 m
b = 3,5 x 4,8 = 16.8 m
Menghitung Keliling Basah (P), Jari-jari Hidrolis (R ), Kemiringan Hidrolis (In).
P = b + 2 h (1 + m²)^1/2 = 16,8 + 2 . 4,8 ( 2 )^1/2
= 30.38 m
An 8.36
R = = = 0.28 m
P 30.38
Vn = Ks . R^2/3 . In^1/2
Dimana Ks adalah koefisien kekasaran strikler, pasangan batu = 60
Vn² 0,6²
In = = = 0.0005586087
( Ks . R^2/3)² (60 . 0,65^2/3)²
Jadi dimensi saluran induk kantong lumpur :
Qn = 5.016 m³/dt ; hn = 4.8 m ;m =
Vn = 0.60 m/dt ;k = 60 ;w =
b = 16.8 m ; In = 0.000559
- Perhitungan Kemiringan Kantong Lumpur :
Direncanakan : Vs = 1.20 m/dt
Langkah perhitungan
As = (Qs/Vs) = 4.18 m²
hs = (As/b) = 0.25 m
Ps = (b+ 2.hs) = 17.30 m
Rs = (As/Ps) = 0.24 m
Vs = Ks . Rs^2/3 . Is^1/2
Vs² 1,2²
Is = = = 0.1049818571
( Ks . R^2/3)² (60 . 0,2416517549
Agar pengambilan dapat berjalan dengan baik, maka kecepatan aliran harus tetap subkritis atau Fr ≤ 1
Vs 1.20
Fr = = = 0.77 ≤ 1 ….OK
√g * hs 1.56

1.00

3.50
1

0.34
Gambar 3.13 Potongan melintang Kantong Lumpur

- Perhitungan Volume Kantong Lumpur


Karena tidak ada data pengukuran sediment, maka berdasarkan KP-02 dapat diambil besarnya sediment
yang harus diendapkan 0.5% dari volume air yang mengalir melalui kantong Lumpur. Dianjurkan pula
bahwa sebagian besar ( 60% - &0% ) dari pasir halus atau partikel dengan diameter 0.06 - 0.07 mm
terendapkan.
Volume = Qn . (0.5/1000) . T . 24 . 3600
= 5,016 . (0.5/1000) . 7 . 24 . 3600
= 1516.8384 m³
dimana T : periode waktu pembilasan satu minggu sekali ( 7 hari ).
- Perhitungan panjang kantong lumpur
hn L
:
w Vn
hn = 0.25 m³
Vn = 0.60 m/dt
w = 0.004 m/dt
sehingga Panjang Kantong Lumpur (L) :
Hn.Vn 0,34 x 0,6
L = = = 37.32 m
w 0.004

3.50

0.34
Is = 0.0351

51.18 m

Gambar 3.14 Potongan memanjang Kantong Lumpur


3.4.3 Perhitungan Desain Bangunan Pembilas
untuk sungai yang lebarnya kurang dari 100 meter, lebar bangunan pembilas diambil 1/10 kali lebar
bentang bendung.
Lebar Bangunan Pembilas = 0.1 x 35
= 3.5 m
Lebar satu lubang maksimal 2.50 meter untuk kemudahan operasi pintu dan jumlah lubang tidak
lebih dari tiga buah.
Pintu Pembilas dibuat 2 buah dengan lebar 1.75 meter dengan lebar pilar 1.00 meter.
jumlah pilar pembilas = 2 buah

Mercu Bendung

Pilar

Underslince
1.75
6.40
1.00
Mercu Bendung

Pilar

Underslince
1.75
6.40
1.00
4.50

1.75
0.50

1.50 1.50

Gambar 3.15 Bentuk Denah Pembilas Underslince Bendung


BAB III
DESAIN HIDRAULIK BENDUNG TETAP
) . H1
en Co untuk bendung ambang bulat sebagai fungsi perbandingan H1/r
( menurut penjelasan KP 02 nilai P = H1/2, maka nilai H1 = P x 2 )
( menurut KP 02 nilai r = 0.3 - 0.7 H1 untuk Bendung pasangan

41.32 m
(harga K diambil dari KP 03 Saluran)

M.A.B.H

45 m

anjir di atas mercu harus sama dengan tinggi aliran banjir di hulu dan hilir
, menurut penjelasan KP 02 1986 jika 2.5 < Fr < 4.5 dianjurkan
BR type IV dapat dihitung menggunakan Persamaan sebagai berikut :

Mercu Bendung

M.A.B.H
+ 62.80

5.72 V

2.00
2.06
+ 58.46
1.00
1.80
+ 57.46

3.00

17.64
M.A.B.H
+ 62.80

5.72 V

2.00
2.06
+ 58.46
1.00
1.80
+ 57.46

3.00

17.64

ilanjutkan menggunakan grafik stailing Bazin Gigi ompong Tipe MDO

Grafik Stilling Basin Gigi Ompong Tipe MDO

40 a 50 m

Z
m.a
Ds
D2
2a
a

D/D2
Bp Riprap

Bn Endsill Bergigi Ompong

2.00 3.00
/ Ds , D/ D2 dan a / D
HIDROLIKA - DPMA

daan tinggi muka air di hulu dan hilir dapat digunakan persamaan sebagai

….(sumber KP 02)

….(sumber KP 02)
….(sumber KP 02)

….(sumber KP 02)

….(sumber KP 02)

….(sumber KP 02)

m³/dt
l/dt/ha
buah …..OK

0.70

0.50

PINTU INTAKE

1.50 1.50
3.50

WAH

mpur didasarkan atas kebutuhan untuk mengalirkan debi rencana dan


angka waktu dan kapasitas tertentu, yaitu saluran pembawa diatas dan

0.004
, dari tabel perbandinga b/h Ir.Imam Subarkah didapatkan b/h =

h + 2h
2

1
0.004 m/dt

n dengan baik, maka kecepatan aliran harus tetap subkritis atau Fr ≤ 1

1.00

3.50

0.34
an sediment, maka berdasarkan KP-02 dapat diambil besarnya sediment
ri volume air yang mengalir melalui kantong Lumpur. Dianjurkan pula

3.50

0.34
Is = 0.0351

51.18 m
5.34

45

2.245

jangan di hapus OK
Coba-coba nilai Cd
1.5076332
5.57
m/dt
3.5

*h
2

0.65
0.34
janagan dihapus
Q h
61.97 1.50
98.37 2.00
140.30 2.50
187.02 3.00
237.95 3.50
4.00
4.50

469.17 5.45
Lengkung Debit
Data Diketahui no Hitungan
Lebar dasar sungai (B) : 5 1 Luas Penampang Basah A (m2)
Kemiringan Dasar (I) : 0.24 b × h + 1/2 × m1 ×h×h + 1/2 × m2×h×h
Koefisien Kekesaran Stickler (k) : 45 28
Debit Banjir Rencana (Qn) : 300 m3/dt 2 Keliling Penampang Basah P (m)
Gambar Sungai : Trapesium b + 2 × h × √m1 ×m1+1
Tinggi (h) : 4 13.944
Lebar dasar Atas (a) : 3 Jari Jari Hidrolis R (m)
Kemiringan : 0.5 A/P
2.008
4 Kecepatan V (m/det)
k × R^2/3 ×I^1/2
29.629

5 Debit Sungai Q (m3/det)


A × V
829.620

R^2/3 1.344
I^1/2 0.490
No Elevasi h A P R R^2/3 I^1/2
m m m2 m m m
1 100 0 0 5 0 0 0.490
2 200 0.25 1.281 5.559 0.230 0.018 0.490
3 300 0.5 2.625 6.118 0.429 0.061 0.490
4 400 0.75 4.031 6.677 0.604 0.122 0.490
5 500 1 5.500 7.236 0.760 0.193 0.490
6 600 1.25 7.031 7.795 0.902 0.271 0.490
7 700 1.5 8.625 8.354 1.032 0.355 0.490
8 800 1.75 10.281 8.913 1.153 0.444 0.490
9 900 2 12.000 9.472 1.267 0.535 0.490
10 1000 2.25 13.781 10.031 1.374 0.629 0.490

Q h Lengkung Debit
0 0
0.389 0.25 2.5
2.762 0.5
8.399 0.75 2
18.161 1
32.697 1.25 1.5
H (m)

52.545 1.5
78.186 1.75 1
110.078 2
148.668 2.25 0.5

0
0 50 100

Q (m3/det)
V Q Data
m/dt m3/dt B : 5
0.000 0.000 m : 0.5
0.304 0.389 I : 0.24
1.052 2.762 N : 0.04
2.083 8.399 K : 35
3.302 18.161
4.650 32.697 interpolasi nilai Qn untuk mendapatkan h dan elevasi
6.092 52.545 h : h1 + (Q2-Qn)/(Q2-Q1) x (h2-h1)
7.605 78.186 misal Q : 100
9.173 110.078 h : 1.829
10.788 148.668 elevasi : 831.6

kung Debit

100 150

(m3/det)
Perencanaan Elevasi mercu
Data
1 Elevasi Sawah yang akan diari + 1
2 Kedalaman Air di sawah 0
3 Kehilangan Tinggi energi di saluran dan boks tersier 0
4 Kehilangan Energi di bangunan sadap tersier 0
5 Variasi muka air 0
6 Panjang dan kemiringan saluran primer 0
7 Kehilangan Tinggi energi pada bangunan ukur jaringan primer 0
Elevasi muka air perlu + 1
kehilangan tinggi energi di pintu pengambilan 0
panjang dan kemiringan kantong lumpur 0
kehilangan tinggi di pintu pengambilan utama 0
tinggi cadangan untuk mercu 0
+ 1
Elevasi Rencana Mercu Bendung + 1

Penentuan Panjang Mercu


Bb = 1.2 x Lebar Sungai
18 m
Penentuan Lebar Lubang Dan pilar pembilas
untuk sungai dengan lebar < 100 m , lebar bangunan pembilas diambil 1/10 x lebar bentang bendung
Lebar Bangunan Pembilas = 0.1 x Lebar Sungai
1.5 m
Perhitungan Panjang Efektif Mercu
Be = Bb-2(n x Kp + Ka)H1
dimana :
Be = panjang mercu bendung efektif (m)
Bb = Panjang mercu bendung bruto (m)
n = Jumlah pilar pembilas = 2
Kp = koefisien kontraksi pilar = 0.01
Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung = 0.10
H1 = tinggi energi (m)
Be = 18 - 0.24 H1

Perhitungan Tinggi Energi di atas Mercu


Q = Cd^2/3√2/3gbH1^1,5
di mana: Koefisien debit Cd adalah hasil dari:
Q = debit, m3/dt C0 yang merupakan fungsi H1/r (lihat Gambar 3.2)
Cd = koefisien debit (Cd = C0.C1.C2) C1 yang merupakan fungsi p/H1 (lihat Gambar 3.3), dan
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≅ 9,8) C2 yang merupakan fungsi p/H1 dan kemiringan muka hulu bendung (lihat G
b = panjang mercu, m Harga Cd di dapat dari grafik di bawah ini : sumber ( KP 02 " Perencanaan H
H1 = tinggi energi di atas mercu, m.

diketahui
p = 3m
Q = 100 m3/det
dicoba
H1 = 6
r = 1.8

Be = 18 - 0.24 H1
18 - 0.24 6

Be = 16.56 m
Co = grafik H1/r = 3.333333
C1 = grafik P/H1 = 0.5 gambar 3.2 Harga-harga koefisien Co untuk bendung ambang bulat sebagai fu
C2 = grafik P/H1 = 0.5
jadi
Cd = C0 x C1 C2
0.833333

Tinggi Energi di atas mercu


Qr = Cd^2/3√2/3gbH1^1,5
88.22831 m3/dt
tidak
Hitung tinggi Air banjir di atas mercu h1
P = 3m
Q = 100 m3/dt
H1 = 6m
r = 1.8
Be = 16.56 m

h1 = H1 - V^2/2g
6 - V^2/2g
Penampang Basah gambar 3.3 Koefisien C1 sebagai fungsi perbandingan
A = P + h1 x Be
102.36 m2
Vr = Q/A
0.977 m/s
jadi
h1 = 6 - V^2/2g
6 - 4.677
h1 = 1.323 m

Untuk menghindari bahaya kavitasi lokal, tekanan minimum pada mercu bendung harus
dibatasi sampai – 4 m tekanan air jika mercu terbuat dari beton, untuk pasangan batu tekanan
subat mosfir sebaiknya dibatasi sampai –1 m tekanan air.
H1/r = 3.333333
besar tekanan ((p/∏.h1)/H1) = -0.1
jadi -0.1 x 3.333333 = -0.33333 < -1 ok…Aman
Lebar Dasar Sungai = 15 m
El. Rata rata disekitar bendung = 100 m
Luas Daerah Irigasi = 3228 ha
El. Sawah Tertinggi = 62 m
El. Muka air Hilir = 63 m
Debit Sungai Intake = 4 m3/dt
Debit Banjir Rencana = 100 m3/dt
Tinggi Mercu =
gan muka hulu bendung (lihat Gambar 3.4)
umber ( KP 02 " Perencanaan Hidrolis " )

endung ambang bulat sebagai fungsi perbandingan H1/r


C1 sebagai fungsi perbandingan p/H1

Anda mungkin juga menyukai