Anda di halaman 1dari 22

TUGAS BENDUNG

Perencanaan Bendung

Disusun oleh :

Alifa Hanum Giswi


(1117020027)

3 Konstruksi Sipil 2
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2019
DATA PERENCANAAN BENDUNG
1. Lokasi Bendung : Maluku Utara
2. Debit Banjir Rencana (100 Tahunan) : 217 m³/det
3. Debit Banjir Rencana (2 Tahunan) : 41 m³/det
4. Debit Untuk Kebutuhan Air di Sawah : 16.8 m³/det
5. Posisi Intake di Sebelah : Kanan
6. Lebar Air Sungai (B) : 28 m
7. Kemiringan Dasar Sungai Rata-Rata : 0.029
8. Elevasi Dasar Sungai di Lokasi Bendung : + 146.2
9. Elevasi Muka Air di Bangunan Bagi Dekat Bendung : + 148.9
10. PIlar dari Beton, Tebal Pilar :1m
11. Material Tubuh Bendung : Batu Kali
12. Material Tanah dibawah Bendung : Pasir Campur Kerikil
PERHITUNGAN PERENCANAAN BENDUNG

1. Menentukan Elevasi Rencana Mercu Bendung

 Elevasi Tinggi Muka air di Bangunan Bagi Dekat Bendung : 148.9 m


 Hilang Tinggi Tekan pada saluran primer (asumsi) : 0.15 m
 Hilang Tinggi Tekan pada bangunan intake/pembilas (asumsi) : 0.2 m
 Hilang Tinggi Tekan pada alat ukur (asumsi) : 0.4 m
 Hilang Tinggi Tekan untuk eksploitasi/keamanan (asumsi) : 0.1 m
-------------- +
Total (M) : 149.75

Tinggi Mercu (P) = M – Elevasi dasar sungai di lokasi bendung (elevasi lantai muka)
= 149.75 – 146.2
= 3.55 m

2. Menentukan Tipe Mercu


Tipe Mercu yang digunakan dalam perencanaan ini adalah Mercu bulat tipe Bunchu
dengan 1 Radius dan Pilar Beton (t = 1 m), dengan rumus pengaliran, sbb :

𝐐 = 𝐦. 𝐛. 𝐝. √𝐠. 𝐝

(Soenarno Ir., Bendung Tetap)

Keterangan :
Q = Debit Banjir Rencana (m³/det)
m = Koefisien pengaliran, dengan persamaan
h 2
m = 1.49 − 0.018 (5 − r )
b = Lebar efektif mercu bendung (m)
d = 2/3.H
H = h + k = tinggi energi di udik bendung
h = tinggi air diatas mercu bendung (m)
k = tinggi kecepatan, dengan persamaan
4 1 2
k= . m2 . h3 . ( h+p)
27
p = tinggi mercu bendung diukur dari lantai muka bendung
r = jari-jari mercu bendung, yang diperoleh dengan pendekatan Kragten, yaitu :
H
= 3.8
r

3. Menentukan Lebar Bendung


Lebar Bendung diambil sama dengan lebar alur sungai = B = 28 meter
4. Menentukan Lebar Pintu Bilas

𝟏 𝟏
𝐛𝟐 + 𝐭 = ( 𝐬. 𝐝 ).𝐁
𝟔 𝟏𝟎

Keterangan :
b2 = lebar pilar (m)
t = tebal pilar (m)
B = lebar bendung (m)

Maka,
1
 b2 + 1 = . 28
7
b2 = 3 m → 2 pilar
 Persyaratan untuk lebar 1 pilar adalah 2.5 m, maka dibuat menjadi 2 pilar
dengan panjang masing-masing 1.5 m

5. Menentukan Jari-Jari Mercu


Jari-jari Mercu diperoleh dengan pendekatan Kragten, yaitu :
H/r = 3.8

Menggunakan Rumus Bunchu dengan :


m = 1.34
d = 2/3 x H
b = bn = B – n(t)
= 28 – 2(1)
= 26 m ( n : jumlah pilar = 2 ; pilar beton (t) = 1 )

Maka,
 Mencari nilai d
Q = m. b. d. √g. d
217 = 1.34 x 26 x d x √9.81 x d
217 2 2
(1.34 x 26) = (d x √9.81 x d)
6.228² = d² x 9.81 x d
3.95 = d³
d = 1.58
 Mencari nilai H
H = 3/2 x d
H = 3/2 x 1.58
= 2.37
 Mencari nilai r (Jari-Jari Mercu)
r = H/3.8
r = 2.37/3.8
= 0.62 m ≈ 1 m

6. Menentukan tinggi muka air di hulu bendung

Q desain (banjir) 100 tahunan = 217 m³/det


Q desain (normal) 2 tahunan = 41 m³/det

Menggunakan Rumus Bunchu

𝐐 = 𝐦 . 𝐁𝐞𝐟𝐟 . 𝐝 . √𝐠 . 𝐝 𝐁𝐞𝐟𝐟 = 𝐁𝐧 − 𝟐(𝐧. 𝐊𝐩 + 𝐊𝐚). 𝐇

Keterangan :
Beff = Lebar efektif mercu (m)
Bn = 26 m (lebar netto)
n = 2 pilar
H = tinggi energi di udik bendung = h + k
4 1 2
k= . m2 . h3 . ( h+p)
27
ℎ 2
m = 1.49 − 0.018 (5 − 𝑟 )
d = 2/3 H

Nilai Kp (koefisien kontraksi pilar) dan Ka (koefisien kontraksi pangkal bendung)


diperoleh dari Tabel Harga-Harga Koefisien Kontraksi
Kp = 0.01 (pilar berujung bulat)
Ka = 0.2 (tembok pangkal segi-empat dengan tembok udik pada 90° ke arah aliran

Perhitungan mencari h (hulu) :

 h(MAN) = 0.85 m
0.85 2
m = 1.49 − 0.018 (5 − ) = 1.18
1
4 1 2
k = 27 x 1.182 x 0.853 x (0.85+3.55) = 0.006582
H = 0.85 + 0.006582 = 0.858342
d = 2/3 x 0.858342 = 0.572228
Beff = 26 – 2(2 x 0.01 + 0.2)x0.858342 = 25.62233
Q(MAN) = 1.18 x 25.62233 x 0.572228 x √9.81 x 0.572228 = 41 m3 /dt

 h(MAB) = 2.32 m
2.32 2
m = 1.49 − 0.018 (5 − ) = 1.36
1
4 1 2
k = 27 x 1.362 x 2.323 x (2.32+3.55) = 0.098939
H = 2.32 + 0.098939 = 2.414621
d = 2/3 x 2.414621 = 1.609747
Beff = 26 – 2(2 x 0.01 + 0.2)x2.414621 = 24.93757
Q(MAN) = 1.36 x 24.93757 x 1.609747 x √9.81 x 1.609747 = 217 m3 /dt

h m k H d Beff Q
0.85176 1.18025794 0.006582 0.858342 0.572228 25.62233 41
2.315682 1.36029988 0.098939 2.414621 1.609747 24.93757 217

 Elevasi Muka Air Banjir di Hulu = Elevasi Mercu + h(banjir)


= + 149.75 + 2.32
= + 152. 06
 Elevasi GGE di hulu = Elevasi Muka Air Banjir + k
= + 152.06 + 0.1
= + 152.16

 Elevasi Muka Air Normal di Hulu = Elevasi Mercu + h(normal)


= + 149.75 + 0.852
= + 150.603

7. Menentukan tinggi muka air di hilir bendung

Q desain (banjir) 100 tahunan = 217 m³/det


Q desain (normal) 2 tahunan = 41 m³/det
Keterangan :
𝐐 = 𝐯. 𝐀
Lu = Keliling basah (m)
𝐀 = (𝐛 + 𝐦. 𝐡)𝐡 A = Luas penampang melintang (m²)
𝐯 = 𝐊𝐬𝐭 . 𝐑𝟐/𝟑 . 𝐒 𝟏/𝟐 R = Radius Hidrolik
v = Kecepatan rata-rata (m/s)
𝐀
𝐑= Q = Debit aliran (m³/det)
𝐋𝐮
Kst = Koefisien kekasaran permukaan saluran
𝐋𝐮 = 𝐛 + 𝟐𝐡 √𝟏 + 𝐦𝟐 (misal = 37)
S = Kemiringan dasar sungai rata-rata = 0.029
Perhitungan mencari h (hulu) :

 h(MAN) = 0.42 m
A = (28 + 0.5 x 0.42) x 0.42 = 11.82 m²
Lu = 28 + 2x0.42 √1 + (0.5)2 = 28.94 m
R = 11.82/28.94 = 0.408
v = 37 x 0.4082/3 x 0.0291/2 = 3.47 m/dt
Q(MAN) = 3.47 x 11.82 m² = 41 m³/dt

 h(MAB) = 1.149 m
A = (28 + 0.5 x 1.149) x 1.149 = 32.84 m²
Lu = 28 + 2x1.149 √1 + (0.5)2 = 30.57 m
R = 32.84/30.57 = 1.074
v = 37 x 1.0742/3 x 0.0291/2 = 6.608589 m/dt
Q(MAB) = 6.608589 x 32.84 m² = 217 m³/dt

h A lu R v Q
0.419001 11.8198182 28.93692 0.408468 3.468751 41
1.149136 32.8360568 30.56955 1.074143 6.608589 217
 Elevasi dasar sungai hilir = Elevasi Lantai Muka – (S.L)
= +146.2 – (0.029 x 60 m)
= + 144.46 (L = 60 m)
 Elevasi Muka Air Banjir di Hilir = Elevasi dasar sungai hilir + h(banjir)
= + 144.46 + 1.15
= + 145.61
v2
 Elevasi GGE di Hilir = Elevasi Muka Air Banjir di Hilir + 2.g
6.62
= + 145.62 + 2 x 9.81
= + 145.62 + 2.23
= + 147.84
 Elevasi Muka Air Normal di Hilir = Elevasi dasar sungai hilir + h(normal)
= + 144.46 + 0.42
= + 144.879

8. Menentukan bentuk dan dimensi ruang olakan (bangunan peredam energi)


Banguan Peredam Energi menggunakan Tipe Bak Tenggelam (cekung)

a) Menentukan Jari-jari minimum cekungan :

𝟑 𝐪 𝐐
𝐡𝐜 = √ 𝐪=
𝐠 𝐁𝐞𝐟𝐟

Keterangan :
hc = Kedalaman air kritis (m)
q = Debit perlebar satuan (m²/s.m)
g = Percepatan gravitasi (m/s² = 9.8)
Q = Debit Banjir 100 tahunan (m³/det) = 217 m³/det
Beff = Lebar efektif mercu (m) = 24.94 m

Q 217
 q= = = 8.7 m3 /det
Beff 24.94
3 q 3 8.7
 hc = √g = √9.8 = 1.976 m

Untuk mencari jari-jari minimum cekungan menggunakan grafik USBR, yaitu grafik
hubungan antara :
∆H Rmin
dengan
hc hc
 ∆H = Elevasi GGE hulu – Elevasi GGE hilir
= + 152.16 – (+ 147.84)
= 4.32 m
∆H 4.32
 = 1.976 = 2.19
hc
Rmin
 Dari Grafik USBR diperoleh nilai = 1.6
hc

1.6

 maka, Rmin = 1.6 x hc = 1.6 x 1.976 = 3.16 ≈ 3.2 m

b) Menentukan kedalaman air hilir :


Untuk menentukan kedalaman air hilir dapat melihat grafik hubungan antara :

Tmin ∆H
dengan
hc hc

∆H Tmin
 Dengan nilai = 2.19 maka, diperoleh dari grafik = 2.2
hc hc

2.2

 Tmin = 2.2 x hc = 2.2 x 1.976 = 4.35 ≈ 4.4 m

 Menentukan elevasi pudel = X + Elevasi Dasar Kolam Olakan


= X = ((1– Cos45°)R) + 141.21
= 0.937 + 141.21
= + 142.147
9. Menentukan kedalaman pondasi belakang bendung (pudel)
Perhitungan local scouring depth dimaksudkan untuk mencegah bahaya yang
diakibatkan oleh penggerusan yang terjadi pada kaki bendung bagian belakang

𝟏/𝟑 𝐐𝐝
𝐪𝟐 𝐪= 𝐟 = 𝟏. 𝟕𝟔 √𝐦. 𝐫
𝐑 = 𝟏. 𝟑𝟒 ( ) 𝐁𝐞𝐟𝐟
𝐟

Keterangan :
Qd = debit banjir rencana (m³/det)
mr = diameter butir material dasar rata-rata ≈ 0.25 mm

Untuk kedalaman harga kedalaman gerusan diambil 𝐓 = 𝟏. 𝟓 𝐑

 f = 1.76 √m. r  T = 1.5 x R = 1.5 x 5.92 = 8.8 m


f = 1.76 √0.25
f = 0.88
1
q2 3
 R = 1.34 ( f )
1
8.72 3
R = 1.34 ( )
0.88
R = 5.92

 Panjang kaki bendung bagian belakang = T – (Elevasi MAB – Elevasi Pudel)


= 8.8 – (+ 145.61 – 142.147)
= 5.337 ≈ 5.5 m
10. Menentukan panjang lantai muka
Dalam menentukan panjang lantai muka, harus memenuhi persyaratan dari teori lane
yaitu bahwa panjang creep line vertikal (Lv) 3 kali panjangnya creep line horizontal, dan
dalam bentuk persamaan, sebagai berikut :

𝐋𝐡
𝐋𝐯 + > 𝐇. 𝐂
𝟑

Keterangan :
Lv = Panjang creep line vertikal
Lh = panjang creep line horizontal
H = perbedaan tinggi elevasi muka air banjir/normal hulu dan hilir
C = harga minimum creep ratio = pasri kasar dan kerikil halus = 4.5

 Kondisi Muka Air Banjir


Panjang Lantai muka = 38 meter
Lv = 32.8825 meter
Lh = 50.8057 meter
H = 6.45 meter
Maka,
50.8057
32.8825 + > 6.45 x 4.5
3
49.817 > 29.025 (𝐎𝐊)
 Kondisi Muka Air Normal
Panjang Lantai muka = 38 meter
Lv = 32.8825 meter
Lh = 50.8057 meter
H = 5.724 meter
Maka,
50.8057
32.8825 + > 5.724 x 4.5
3
49.817 > 25.758 (𝐎𝐊)

dengan panjang lantai muka = 38 meter, panjang creep line sudah memenuhi
persyaratan dari persamaan teori lane.

11. Menentukan tebal lantai kolam olakan (dx)


Tebal lantai kolam olak dihitung dengan persamaan :

𝐃𝐱 ≥ 𝐒 . (𝐏𝐱 − 𝐖𝐱)/𝛄

Keterangan :
Dx = tebal lantai pada titik x (m)
Px = gaya angkat pada titik x (t/m³)
= Hx – ((Lx/L).∆H)
L = panjang creep line dari ujung hulu sampai ujung hilir bendung (m)
Lx = panjang creep line dari ujung hulu bendung sampai titik x
Wx = kedalaman air pada titik x (m)
γ = berat jenis bahan (t/m³) = batu kali = 2.2 (t/m³)
S = faktor keamanan (untuk kondisi normal = 1.5 dan untuk kondisi ekstrim = 1.25)

Perhitungan :
dx (Ruas Gamma Hasil (Ruas
∆H C S Hx Lv Lh L Lx Px Wx Ket
Kiri) BK Kanan)
MAB 6.45 4.5 1.5 1.8 12.65 32.9 50.81 83.69 73.35 6.997 2.2 4.4 1.77051329 OK
MAN 5.724 4.5 1.5 1.8 11.193 32.9 50.81 83.69 73.35 6.176 2.2 3.67 1.70936714 OK
Kritis 8.54 4.5 1.25 1.8 10.34 32.9 50.81 83.69 73.35 2.855 2.2 0 1.62211673 OK

Dx ≥ S . (Px − Wx)/γ
 Kondisi Muka Air Banjir
1.8 ≥ 1.77 (OK)

 Kondisi Muka Air Normal


1.8 ≥ 1.71 (OK)

 Kondisi Kritis
1.8 ≥ 1.62 (OK)
Dari ketiga kondisi (muka air banjir, muka air normal, dan kritis) dengan nilai dx = 1.8
meter semua memenuhi persamaan Dx ≥ S . (Px − Wx)/γ .
12. Kontrol Stabilitas Tubuh Bendung

Dengan menggunakan program Autocad, maka diperoleh :


Luas tubuh bendung = 64.0066 m²
Titik Berat (X,Y) tubuh bendung = (5.1875 , 1.0626)

A. Gaya – gaya yang bekerja pada tubuh bendung


 Berat Sendiri Bendung (G)
𝐆 = 𝐕 .𝛄 𝐌𝐨𝐦𝐞𝐧 = 𝐆𝐚𝐲𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 (𝐆) 𝐱 𝐋𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧

Keterangan :
V = Luas (m²) x Lebar (1 m)
γ = berat jenis (t/m³) = pasangan batu kali = 2.2 t/m³
d = lengan (jarak gaya terhadap titik guling) diperoleh dari Program Software
Autocad
Perhitungan :
t
G = 64.0066 m2 x 1 m x 2.2 = 140.81452 ton
m3
Momen Tahanan = G x d(lengan) = 140.81452 x 6.1589 = 867.263 tm

V gamma G d(lengan) MT Arah


64.0066 2.2 140.81452 6.1589 867.2625472 ↓

 Gaya Gempa (K)

𝐊 =𝐟𝐱𝐆 𝐟 = 𝐚𝐝/𝐠 𝐚𝐝 = 𝐧 (𝐙 𝐱 𝐚𝐜)𝒎

𝐌𝐨𝐦𝐞𝐧 = 𝐆𝐚𝐲𝐚 𝐆𝐞𝐦𝐩𝐚 (𝐊) 𝐱 𝐋𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧


Keterangan :
f = koefisien gempa
G = massa bangunan (t)
n,m = koefisien jenis tanah
Z = faktor gempa sesuai lokasi
Ac = percepatan dasar gempa (cm/dt²)
g = percepatan gravitasi (9.81 m/s²)

Perhitungan :
100
K = (168 x ) x 140.81452 = 24.1
9.81
Momen Guling = K x d(lengan) = 24.1 x 4.3526 = 104.952 tm

g n z ac m ad f K d(lengan) MG Arah
9.81 1.56 1.2 160 0.89 168 0.2 24.1 4.3526 104.952 →

 Tekanan lumpur

𝛄𝐬 𝐱 𝐡𝟐 𝟏 − 𝐬𝐢𝐧𝛗 𝟏
𝐖𝐒𝟏 = ( ) 𝐖𝐒𝟐 = ( 𝐱 𝐚 𝐱 𝐡) 𝛄𝐬
𝟐 𝟏 + 𝐬𝐢𝐧𝛗 𝟐

𝐌𝐨𝐦𝐞𝐧 = 𝐖𝐒 𝐱 𝐋𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧

Keterangan :
WS = Gaya tekan lumpur
γs = berat jenis lumpur (t) = 0.729
H = dalamnya lumpur = 3.55
ϕ = sudut gesekan (°) = 30°
Perhitungan :

0.729 x 3.552 1−sin 30°


WS1 = (1+sin 30°) = 1.53 ton
2
Momen Guling = WS1 x d (lengan) = 1.53 x 7.973 = 12.21 tm
WS1 Arah d(lengan) MG
1.53120375 → 7.973 12.208287
1
WS2 = 2 𝑥 1.775 𝑥 3.55 𝑥 0.729 = 2.297 𝑡
Momen Tahanan = WS1 x d (lengan) = 2.297 x 10.7544 = 24.7 tm
WS2 Arah d(lengan) MT
2.296805625 ↓ 10.7544 24.700766

 Gaya Hidrostatik

𝐖𝟏 = 𝛄. 𝐡𝟐. 𝐡𝟏 𝟏 𝐖𝟑 = (𝐚 + 𝐛). 𝐡𝟐. 𝛄


𝐖𝟐 = . 𝜸. 𝒉𝟏𝟐
𝟐

𝟏 𝐌𝐨𝐦𝐞𝐧 = 𝐖 𝐱 𝐋𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧
𝐖𝟒 = 𝐖𝟓 = . 𝜸. 𝒉𝟑𝟐
𝟐

Keterangan :
W = Gaya Hidrostatik (t)
γ = berat jenis air ( 1 t/m³ )
h1 = tinggi mercu (m)
h2 = perbedaan tinggi antara mercu dengan elevasi MAB/MAN hulu
h3 = Elevasi MAB/MAN hilir – Elevasi kolam olakan
Perhitungan :

 Kondisi Muka Air Banjir (MAB)

h1 3.55 m
h2 2.31 m
h3 4.4 m
a+b 2.8064 m
γ 1 t/m3

Contoh perhitungan pada W1


W1 = γ. h2. h1 = 1 x 2.31 x 3.55 = 8.2005 ton
Momen Guling = W1 x d(lengan) = 8.2005 x 8.565 = 70.237 tm

No W d(lengan) Arah M
1 8.2005 8.565 → 70.2372825
2 6.3013 7.973 → 50.23986625
3 6.4828 9.9432 ↓ 64.45961787
4 9.68 1.467 ↓ 14.20056
5 9.68 3.267 ← 31.62456
ΣMT 78.66017787
ΣMG 88.85258875

 Kondisi Muka Air Normal (MAN)

h1 3.55 m
h2 0.853 m
h3 3.669 m
a+b 2.8064 m
γ 1 t/m3

Contoh perhitungan pada W1


W1 = γ. h2. h1 = 1 x 0.853 x 3.55 = 3.0282 ton
Momen Guling = W1 x d(lengan) = 3.0282 x 8.565 = 25.94 tm

No WS d(lengan) Arah M
1 3.02815 8.565 → 25.9361
2 6.30125 7.973 → 50.23987
3 2.3938592 9.9414 ↓ 23.79831
4 6.7307805 1.223 ↓ 8.231745
5 6.7307805 3.023 ← 20.34715
ΣMT 32.03006
ΣMG 55.82882
 Gaya akibat Uplift Pressure (Gaya Angkat)
Rumus yang digunakan :
𝐋𝐱 𝐌𝐨𝐦𝐞𝐧 = 𝐋𝐮𝐚𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐩𝐞𝐬𝐢𝐮𝐦 . 𝐋𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧
𝐏𝐱 = 𝐇𝐱 − ( ) 𝒙 ∆𝑯
𝐋

Keterangan :

Px = gaya angkat pada titik X (ton)


L = panjang total bidang kontak bendung dengan tanah bawah (meter)
Lx = jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai X (meter)
∆H = beda tinggi energi (meter)
Hx = tinggi energi di hulu bendung (meter)

𝐏𝟏 + 𝐏𝟐
𝐋𝐮𝐚𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐩𝐞𝐬𝐢𝐮𝐦 𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫 𝐏𝟏 & 𝐏𝟐 = ( ) 𝐱 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢
Perhitungan : 𝟐

𝐡 𝟐. 𝐏𝟏 + 𝐏𝟐
𝐲 (𝐭𝐢𝐭𝐢𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭) = 𝐱( )
𝟑 𝐏𝟏 + 𝐏𝟐

Titik-Titik Px

 Kondisi Muka Air Banjir (MAB)


L = 83.6882 meter
∆H = Elevasi Muka Air Banjir Hulu – Elevasi Muka Air Banjir Hilir
= 6.45

Perhitungan :
Contoh Perhitungan pada P1 dan P2
Lx 52.1921
- P1 = Hx − ( L ) x ∆H = 6.86 − (83.6882) x 6.45 = 2.84 ton
- P2 = 5.14
2.84+5.14
- Luas = 2
x (54.6921 − 52.1921) = 9.978 m²
2.5 2 x 2.84+5.14
- y (titik berat) = 3
x 2.84+5.14
= 1.1296 m
- Momen Guling = Luas x d(lengan) = 9.978 x 4.42 = 30.867 tm
KONDISI MUKA AIR BANJIR (MAB)

Titik Hx Lx Px
1 6.86 52.1921 2.83746104
2 9.36 54.6921 5.14478155
3 9.36 55.6921 5.06770975
4 8.4543 56.7156 4.08312676
5 8.4543 57.6316 4.012529
6 9.0594 58.2367 4.57099285
7 9.0594 58.9758 4.51402909
8 10.5594 60.4758 5.89842139
9 10.5594 61.9758 5.7828137
10 12.0594 63.4758 7.167206
11 12.0594 64.9758 7.0515983
12 13.4594 66.3758 8.34369779
13 13.4594 68.3758 8.18955419
14 12.65 69.4282 7.29904383
15 12.65 71.9709 7.10307337

Titik Luas h y d(lengan) Arah M


1&2 9.977803 2.5 1.1296 4.4194 → 30.86713252
2&3 5.106246 1 0.4987 10.8476 ↑ 38.7733572
3&4 4.682941 1.0235 0.4934 10.1166 ↑ 29.28101948
4&5 3.70781 0.916 0.4567 9.413 ↑ 24.4311331
5&6 2.596945 0.6051 0.296 3.886 → 7.064208527
6&7 3.35737 0.7391 0.3688 8.5849 ↑ 20.17587915
7&8 7.809338 1.5 0.7168 2.806 → 15.33910142
8&9 8.760926 1.5 0.7475 7.4671 ↑ 45.79309902
9&10 9.712515 1.5 0.7233 1.313 → 8.926772326
10&11 10.6641 1.5 0.748 5.9666 ↑ 44.53990682
11&12 10.77671 1.4 0.6804 0.1239 →(dibawah O) 0.934663821
12&13 16.53325 2 0.9969 4.2176 ↑ 48.81145048
13&14 8.1501 1.0524 0.5161 2.8852 ↑ 12.60929724
14&15 18.31013 2.5427 1.2656 1.2771 ↑ 16.36870844
∑MT 0.934663821
∑MG 342.9810657

 Kondisi Muka Air Normal (MAN)


L = 83.6882 meter
∆H = Elevasi Muka Air Normal Hulu – Elevasi Muka Air Normal Hilir
= 5.724
Perhitungan :
Contoh Perhitungan pada P1 dan P2
Lx 52.1921
- P1 = Hx − ( L ) x ∆H = 5.403 − (83.6882) x 5.725 = 1.83 ton
- P2 = 4.16
1.83+4.16
- Luas = 2
x (54.6921 − 52.1921) = 7.494 m²
2.5 2 x 1.83+4.16
- y (titik berat) = 3
x 1.83+4.16
= 1.088 m
- Momen Guling = Luas x d(lengan) = 7.482 x 4.3779 = 22.967 tm
KONDISI MUKA AIR NORMAL (MAN)

Titik Hx Lx Ux
1 5.403 52.1921 1.83323054
2 7.903 54.6921 4.16223869
3 7.903 55.6921 4.09384195
4 6.9973 56.7156 3.11813789
5 6.9973 57.6316 3.05548648
6 7.6024 58.2367 3.61919961
7 7.6024 58.9758 3.56864758
8 9.1024 60.4758 4.96605247
9 9.1024 61.9758 4.86345736
10 10.6024 63.4758 6.26086225
11 10.6024 64.9758 6.15826714
12 12.0024 66.3758 7.46251171
13 12.0024 68.3758 7.32571823
14 11.193 69.4282 6.4443375
15 11.193 71.9709 6.27042511

Titik Luas h y d(lengan) Arah M


1&2 7.494337 2.5 1.0881 4.3779 → 22.96661917
2&3 4.12804 1 0.4986 10.8476 ↑ 31.34553115
3&4 3.690731 1.0235 0.4887 10.1186 ↑ 23.08159151
4&5 2.82752 0.916 0.4565 9.414 ↑ 18.63279104
5&6 2.019426 0.6051 0.294 3.884 → 5.49041616
6&7 2.656269 0.7391 0.3687 8.5849 ↑ 15.96266219
7&8 6.401025 1.5 0.7091 2.7991 → 12.54197643
8&9 7.372132 1.5 0.7474 7.4672 ↑ 38.53443082
9&10 8.34324 1.5 0.7186 1.3086 → 7.642574442
10&11 9.314347 1.5 0.7479 5.9666 ↑ 38.90248817
11&12 9.534545 1.4 0.6777 0.1323 →(dibawah O) 0.882994231
12&13 14.78823 2 0.9969 4.2176 ↑ 43.65958702
13&14 7.245803 1.0524 0.515 2.8852 ↑ 11.21022868
14&15 16.16491 2.5427 1.2656 1.2771 ↑ 14.45094768
∑MT 0.882994231
∑MG 284.4218445
 RESUME GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA TUBUH BENDUNG

KONDISI MAB (MUKA AIR BANJIR) KONDISI MAN (MUKA AIR NORMAL)
GAYA
V H MT MG V H MT MG
BERAT
140.81452 0 867.262547 0 140.8145 0 867.2625 0
SENDIRI
GEMPA 0 24.1124 0 104.9517976 0 24.11244 0 104.95
TEKANAN
2.2968056 1.5312 24.7007664 12.2082875 2.296806 1.531204 24.70077 12.208
LUMPUR

HIDROSTATIS 16.162784 4.82175 78.6601779 88.85258875 9.12464 2.59862 32.03006 55.829

UPLFIT
PRESSURE 55.491016 13.5239 0.93466382 342.9810657 47.73159 10.30644 0.882994 284.42
(70%)
TOTAL TANPA
159.27411 30.4654 970.623492 206.0126738 152.236 38.5487 923.9934 172.99
UP
TOTAL
214.76513 43.9893 971.558155 548.9937395 199.9676 38.5487 924.8764 457.41
DENGAN UP

B. Kontrol Stabilitas

 Kontrol terhadap guling

𝐌𝐭
≥ 𝟏. 𝟓
𝐌𝐠

Keterangan :
Mt = Momen tahanan (tm)
Mg = Momen guling (tm)

- Kondisi Muka Air Banjir (MAB)

970.623
 Tanpa Uplift = 206.0127 = 4.71 ≥ 1.5 (𝑶𝑲)
971.558
 Dengan Uplift = 548.994 = 1.77 ≥ 1.5 (𝑶𝑲)

- Kondisi Muka Air Normal (MAN)

923.9934
 Tanpa Uplift = 172.99
= 5.34 ≥ 1.5 (𝑶𝑲)
924.8764
 Dengan Uplift = 457.41
= 2.02 ≥ 1.5 (𝑶𝑲)

 Kontrol terhadap geser


∑𝐕 .𝐟
𝐅𝐊 = ≥ 𝟏. 𝟓
∑𝐇
Keterangan :
ΣV = jumlah gaya vertikal (t)
ΣH = jumlah gaya horizontal yang bekerja pada bangunan (t)
F = koefisien gesekan = 0.75

- Kondisi Muka Air Banjir (MAB)

159.274 𝑥 0.75
 Tanpa Uplift FK = 30.47
= 3.92 ≥ 1.5 (𝑶𝑲)
214.77 𝑥 0.75
 Dengan Uplift FK = 43.98
= 3.66 ≥ 1.5 (𝑶𝑲)

- Kondisi Muka Air Normal (MAN)

152.236 𝑥 0.75
 Tanpa Uplift FK = 38.55
= 2.96 ≥ 1.5 (𝑶𝑲)
199.97 𝑥 0.75
 Dengan Uplift FK = 38.55
= 3.89 ≥ 1.5 (𝑶𝑲)

 Kontrol eksentrisitas

𝐋 𝑴 𝑳
𝐞=( )−( )<( )
𝟐 ∑𝑽 𝟔

Keterangan :
M = resultan dari momen (tm) = M tahan – M guling
L = panjang telapak pondasi = 11.3552 m
ΣV = jumlah gaya vertikal (t)

- Kondisi Muka Air Banjir (MAB)

11.3552 (970.6235−206.0127) 11.3552


 Tanpa Uplift =( )− <( )
2 159.274 6
= 0.877 < 1.893 (𝑶𝑲)

11.3552 (971.558−548.994) 11.3552


 Dengan Uplift = ( 2
)− 214.538
<( 6
)
= 3.71 > 1.893 (𝑵𝑶𝑻 𝑶𝑲)

Solusi : memperkecil dimensi tubuh bendung sehingga gaya arah vertikal dan
eksentrisitas berkurang dengan syarat kontrol terhadap guling dan geser aman.

- Kondisi Muka Air Normal (MAN)

11.3552 (923.9934−172.99) 11.3552


 Tanpa Uplift =( 2
)− 152.236
<( 6
)
= 0.7444 < 1.89 (𝑶𝑲)

11.3552 (924.8764−457.41) 11.3552


 Dengan Uplift = ( 2
)− 199.9676
<( 6
)
= 3.34 > 1.89 (𝑵𝑶𝑻 𝑶𝑲)
Solusi : memperkecil dimensi tubuh bendung sehingga gaya arah vertikal dan
eksentrisitas berkurang dengan syarat kontrol terhadap guling dan geser aman.

 Kontrol terhadap daya dukung tanah


∑𝑽 𝟔𝒙𝒆
𝛔 𝐦𝐚𝐤𝐬 = (𝟏 ± ) ≤ 𝝈 𝑰𝒋𝒊𝒏
𝑳 𝑳
Keterangan :
σ = Daya dukung tanah (t/m²)
σ ijin = Daya dukung tanah ijin (t/m²) = 40 t/m²
ΣV = jumlah gaya vertikal (t)
L = panjang telapak pondasi = 11.3552 m
e = eksentrisitas

- Kondisi Muka Air Banjir (MAB)

159.274 6 𝑥 (0.877)
 σ maks = 11.3552
(1 + 11.3552
) ≤ 40 𝑡/𝑚²
σ maks = 20.53 < 40 (𝑶𝑲)

159.274 6 𝑥 (0.877)
 σ maks = 11.3552
(1 − 11.3552
) > 0 𝑡/𝑚²
σ maks = 7.53 > 0 (𝑶𝑲)

- Kondisi Muka Air Normal (MAN)

152.236 6 𝑥 (0.744)
 σ maks = 11.3552
(1 + 11.3552
) ≤ 40 𝑡/𝑚²
σ maks = 18.68 < 40 (𝑶𝑲)

199.785 6 𝑥 (0.744)
 σ maks = 11.3552
(1 − 11.3552
) > 0 𝑡/𝑚²
σ maks = 8.13 > 0 (𝑶𝑲)

Anda mungkin juga menyukai