Anda di halaman 1dari 40

Vn BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Umum
Sumber daya air merupakan karunia Tuhan yang tidak habis-habisnya sehingga
perlu disyukuri untuk dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan. Air merupakan pilar
penyangga kehidupan semua mahluk hidup yang perlu dioptimalkan penggunaannya
demi kehidupan dan kemakmuran semua mahluk hidup.

1.2 Latar Belakang


Bertitik tolak dari ketersedian air yang berlebih sehingga perlu ketersediaan
sumber daya air yang stabil dan dinamis serta bersifat unik.
Ketersediaan air dipengruhi oleh :
a. Iklim
b. Topografi
 Sistem sungai
c. Tata guna Lahan
 Kapasitas Infiltrasi
 Kapasitas Run Off
d. Geologi
 Kapasitas Recharge area
 Kapasitas Pekolasi
Kebutuhan dan sumber daya air juga dipengaruhi oleh hal diatas, seperti :
a. Penduduk
 Jumlah Penduduk
 Penyebaran penduduk
 Kepadatan Penduduk
b. Sumber Daya Manusia
 Pendidikan
 Keinginan
c. Sosial, Ekonomi dan Budaya
 Kebiasaan
 Lingkungan sosial
 Budaya Setempat
d. Ruang
 Lokasi
 Ketingian
1.3 Tujuan Perencanaan
Tujuan dari perencanaan Bendung ini adalah sbb:
a. Bertitik tolak dari latar belakang, adalah untuk dapat meningkatkan Intensitas tanam
pertahun dengan harapan produksi Pertanian meningkat sehingga dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya pada daerah irigasi tersebut.
b. Untuk meningkatkan elevasi muka air sungai sehingga arel Irigasi seluas 450 Ha
akan dapat terrlayani air Irigasinya.
Selain itu tujuan yang hendak dicapai dalam perencanaan Irigasi II ini adalah
agar nantinya mahasiswa dapat mengetahui tenteng langkah-langkah utama yang harus
dilalui dalam perencanaan Bangunan utama yang meliputi :
a. Tinggi air diatas mercu Bendung
b. Desain mercu Bendung
c. Desain Kolam Olak
d. Desain Apron
e. Desain Pintu Pembilas
f. Desain Pintu Pengambilan
g. Desain Bangunan-bangunan Pelengkap lainnya
BAB II
BENDUNG

2.1. Umum
Bendung adalah Bangunan pelimpah melintang sungai yang memberikan tinggi
muka air minimum kepada Bangunan pengambilan untuk keperluan irigasi. Bendung
merukan penghalang selama banjir dan dapat menyebabkan genangan luas didaerah hulu
bendung tersebut.
Secara umum Bendung berfungsi sebagai :
a. Meninggikan permukaan air
b. Pengendalian Banjir (Flood control)
c. Pengendalian aliran (Flow Control)
d. Pengendalian Sedimen (Sedimen Control)
e. Memperbaiki Geometri Sungai

2.2. Klasifikasi Bendung


Bendung diklasifikasikan kedalam beberapa katagori dilihat dari :
a. Penggunaan
Adalah sebagai :
 Penampung
 Diversion : Supply air Irigasi
 Detensi : Mengurangi Banjir
b. Hidraulika
 Over Flow DAM (bahan dari Beton)
 Non Over Flow DAM
c. Material
 Urugan Tanah
 Urugan batu
 Beton

2.3. Bagian-Bagian Bendung


Bagian –bagian bendung terdiri dari
1. Bangunan Pengelak
Adalah bagian utama dari Bendung yang benar-benar dibangun didalam air.
Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai kejaringan
Irigasi, dengan jalan menaikkan muka air disungai atau dengan memperlebar
pengambilan didasar sungai seperti pada Type bendung Saringan Bawah ( bottom
rock weir).
2. Bangunan Pengambilan
Adalah semua banguanan berupa pintu air. Air dibelokkan dari sungai melalui
banguan ini. Pertimbangan utama dalam merencanakan sebuah Bangunan
pengambilan adalah debit rencana dan pengelakan sedimen.
3. Bangunan Pembilas
Banguanan ini dibuat pada tubuh bendung tepat dihilir pengambilan guna mencegah
masuknya bahan sediment kasar kedalam jaringan saluran irigasi.
4. Kantong Lumpur
Berfungsi mengendapkan fraksi-fraksi sediment yang lebih besar dari fraksi pasir
halus (0,06-0,07) dan biasanya ditempatkan persis disebelah hilir pengambilan.
5. Pekerjaan pengaturan Sungai
Berfungsi untuk menjaga agar Bangunan utama tetap berfungsi dengan baik, terdiri
dari :
a. Pekerjaan Kreb, Matras Batu, pasangan batu kosong, dan atau dinding pengarah.
b. Tanggul banjir, untuk melindungi lahan yang berdekatan dengan genangan akibat
banjir.
c. Saringan Bongkah untuk melindungi pengambilan/ pembilas bawah agar bongkah
tidak menyumbat Bangunan selama banjir.
d. Tanggul penutup untuk menutup bagian sungai lama atau bila Bangunan
Pengelak dibuat dikapur, untuk mengelakkan sungai melalui Bangunan tersebut.
6. Bangunan Pelengkap
Bangunan akan ditambahkan Bangunan utama untuk keperluan :
a. Pengaturan debit dan muka air disungai maupun saluran
b. Pengoperasian pintu
c. Peralatan Komunikasi, tempat teduh serta perumhan untuk tenaga eksploitasi,
gudang dsan ruang kerja untuk kegiatan eksploitasi dan pemeliharaan
d. Jambatan diatas bendung, agar saluran bagian utama mudah dijangkau, atau agar
bagian-bagian itu terbuka untuk umum
e. Instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung dari hasil evaluasi ekonomi serta
kemungkinan hidrolik. Instalasi ini bisa dibangun didalam Bangunan pengelak
atau diujung kantong Lumpur atau diawal saluran.

2.4. Penelitian dan Pemilihan Tempat Kedudukan Bendung


Faktor-faktor yang berhubungan dengan penelitian dan pemilihan tempat
kedudukan bendung :
a. Topografi
Bangunan untuk Menentukan letak calon lokasi bendung (elevasi, dll)
b. Kondisi Geologi dan pondasi
Jenis pondasi akan Menentukan bentuk bendungan :
1. Solid Rock Foundation (nilai material sebagai penentu bendungan)
2. Gravel Foundation (timbunan tanah, batu, beton ringan)
3. Clay Foundation (timbunan tanah dengan perlakuan khusus)
4. Non Uniform Foundation (perlu perlakuan khusus)
c. Ketersediaan Material
d. Gempa bumi.
BAB III
DATA DAN ANALISA HIDROLOGI

Data-data yang dibutuhkan untuk perencanaan bendung dalam suatu jaringan irigasi
adalah :
1. Data Topografi
Yaitu peta yang meliputi seluruh Daerah Aliran Sungai. Peta situasi untuk letak
Bangunan utama, Gambar-gambar potongan memanjang dan melintang sungai baik
sebelah hulu maupun hilir dari kedudukan Bangunan utama.

2. Data Hidrologi
Data aliran sungai yang meliputi data banjir yang andal. Data ini harus mencakup
beberapa periode ulang, daerah hujan, type tanah dan Vegetasi yang terdapat didaerah
aliran.
Data-data yang diperlukan untuk perencanaan Bangunan utama adalah :
a. Data untuk menghitung berbagaiharga banjir rencana
b. Data untuk menilai debit rendah andalan (80%) dibutuhkan untuk menilai luas daerah
potensial yang dapat diairidari dsri sungai yang bersangkutan. Jika tidak tersedia data
mengenai muka air dan debit, maka debit rendah harus dihitung berdasarkan curah
hujan dan data limpasan air hujan dari daerah aliran sungai (DAS).
c. Neraca Air
Neraca Air (Water Balance) seluruh sungai dibuat guna mempertimbangkan
perubahan debit air akibat dibuatnya Bangunan utama.

3. Data Morfologi
Data-data fisik yang dibutuhkan dari sungai adalah:
a. Kandungan dan ukuran Sedimen
b. Type dan Ukuran Sedimen
c. Pembagian (distribusi) ukuran butur
d. Banyakna Sedimen dalm waktu tertentu
e. Pembagian Sedimen secara vertical dalam sungai.

4. Data Geologi
Meliputi :
a. Kondisi umum permukaan tanah daera yang bersangkutan
b. Kondiasi geologi lapangan
c. Kedalaman lapisan kerat
d. Sesar
e. Kelulusan (Permeabilitas) tanah
f. Gempa Bumi

5. Data Mekanika Tanah


Meliputi :
a. Bahan Pondasi
b. Bahan Konstruksi
c. Sumber bahan Timbunan
d. Batu untukpasangan batu kosong
e. Agregat untuk Beton
f. Batu pecah untuk pasangan batu
g. Kelulusan tanah
Untuk memperhitungkan gaya angkat (uplift) dan perembesan.
BAB IV
PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

4.1. Perhitungan Lengkung Debit Sungai


 Karakteristik Sungai
1. Lebar Dasar sungai (b) = 22 m
2. Kemiringan Dasar Sungai (I) = 0,0015
3. Koefesien Kekasaran Manning (n) = 0,042
4. Debit Banjir Rencana (Q100) = 37 m3/dt
5. Bentuk tebing sungai :

1 1

1 2.00
1

2.00 15.00 2.00

Perhitungan tinggi banjir rencana disungai menggunakan persamaan Manning :


1 2 / 3 1/ 2
V  .R .S
n
A = (b+z.a).h
A
R
V
Q=V.A

Dimana : Q = Debit aliran (m3/dt)


V = Kecepatan Aliran (m/dt)
P = Keliling basah (m)
R = Jari-jari Hidrolis (m)
b = Lebar Dasar sungai (m)
h = Tinggi air (m)
S = I = Kemiringan dasar sungai
Z = Kemiringan tebing

Untuk mencari harga h (tinggi air) dari sungai agar diperoleh Q rencana yang
mendekati harga Q100, maka harga h dicoba-coba sampai diperoleh nilai h yang
sebenarnya.
\
1 1 2,16
mm
1,5 1,5

2,16 m 22 m 2,16 m
m
Contoh penyelesaian :
Dicoba : h = 0,1 m
b = 22 m
I = 0,0015
n = 0,042
z = 1,5

 Luas penampang
A = (b+z.a).h
= (22+2.0,1). 0,1
= 2,22 m2

 Keliling basah
P  b  2h 1  z 2

P  22  2.0,1 1  1,5 2

= 22,36 m
 Jari-jari Hidrolis
A
R
V
= 2,22 / 22,36
= 0,099
 Kecepatan aliran
1 2 / 3 1/ 2
V  .R .S
n
1
V  .0,099 2 / 3.0,00151 / 2
0,042

= 0,197 m/dt

 Debit
Q=A.V
= 2,22 . 0,197
= 0,438 m3/dt
Untuk perhitungan selanjutnya (h = 0,2 ; h = 0,3 ; …) dapat dilihat dari tabel berikut :

engan cara yang sama, hasil perhitungan dapat ditabelkan seperti


berikut :
Keliling Jari-jari
Tinggi Air Luas basah Hidrolis Kecepatan Debit
h (m) A (m2) P (m) R (m) V (m/det) Q (m3/det)
0.2 4.460 22.721 0.196 0.311 1.389
0.4 9.040 23.442 0.386 0.489 4.416
0.6 13.740 24.163 0.569 0.633 8.696
0.8 18.560 24.884 0.746 0.758 14.076
1.0 23.500 25.606 0.918 0.871 20.465
1.2 28.560 26.327 1.085 0.974 27.805
1.4 33.740 27.048 1.247 1.069 36.054
1.6 39.040 27.769 1.406 1.157 45.179
1.8 44.460 28.490 1.561 1.241 55.159
2.0 50.000 29.211 1.712 1.320 65.975
2.2 55.660 29.932 1.860 1.394 77.614
2.4 61.440 30.653 2.004 1.466 90.067
2.6 67.340 31.374 2.146 1.534 103.324
2.8 73.360 32.096 2.286 1.600 117.381
3.0 79.500 32.817 2.423 1.663 132.235
3.2 85.760 33.538 2.557 1.724 147.882
3.4 92.140 34.259 2.690 1.783 164.322
3.6 98.640 34.980 2.820 1.841 181.554
3.8 105.260 35.701 2.948 1.896 199.579
4.0 112.000 36.422 3.075 1.950 218.398
4.2 118.860 37.143 3.200 2.002 238.014
4.4 125.840 37.864 3.323 2.054 258.428
4.6 132.940 38.586 3.445 2.104 279.644
4.8 140.160 39.307 3.566 2.152 301.666
5.0 147.500 40.028 3.685 2.200 324.496
5.2 154.960 40.749 3.803 2.247 348.138
5.4 162.540 41.470 3.919 2.292 372.598
5.6 170.240 42.191 4.035 2.337 397.880
5.8 178.060 42.912 4.149 2.381 423.988

Dari grafik diperoleh nilai h untuk Q = 370 m3/dt, yaitu : h = 5,4 m


Jadi tinggi muka air sungai sebelum dibendung adalah : 5,4 m
Sehingga elevasi muka air sebelum dibendung adalah :
= 20 + 5,4
= +25,4 m

4.2. Tinggi Air Diatas Mercu Bendung


 Perhitungan Elevasi Mercu Bendung
 Elevasi sawah tertinggi = +25
 Tinggi genangan air sawah = 0,14
 Kehilangan Tekanan :
o Dari saluran Tersier ke sawah = 0.10
o Dari saluran induk ke Tersier = 0.10
o Sepanjang saluran = 0.10
o Pada Bangunan ukur = 0.40
o Pada Bangunan pengambilan = 0.15
o Untuk eksploitasi = 0.15
Elevasi puncak mercu = +26.14

Sehingga Tinggi Mercu (P) = 26.14-20 = 6.14 m

 Perhitungan Lebar Bendung


Lebar maksimum bendung hendaknya tidak bole dari 1,2 kali lebar rata-rata
sungai pada ruas yang stabil (Standar Perencanaan Irigasi KP.02, hal.38).

 Lebar sungai = 2,16 + 22 + 2,16 = 26,32 m


 Lebar bendung = 1,2 * 26,32 = 31,584 m
Jadi lebar bendung (B) adalah : 31,584 m ≈ 32 m
 Lebar bendung adalah jarak tembok pangkal satu dengan tembok sisi lainnya
(B)
 lebar bendung sebenarnya adalah lebar bendung total yg telah dikurangi oleh
 tebal pilar dan pintu penguras (LI)
 Lebar efektif adalah lebar sebenarnya yg telah diperhitungkan dengan
koefisien
 pilar dan koefisien kontraksi (L)

Rumus pada KP 02 hal.37


L = LI-2(nKp+Ka)He
LI= B-b-t

Dimana :
L = lebar bendung effektif (m)
LI = lebar bendung sebenranya (m)
n = jumlah pilar
kp =koefisien kontraksi pilar
ka =koefisien kontraksi dinding samping
H =tinggi tekanan total diatas mercu bendung (m)
B = lebar bendung (m)
b =lebar pintu penguras (m)
t = jumlah tebal pintu penguras (m)

Berdasarkan Tabel 4.1. KP.02, hal 40, diperoleh :


 Koefesien Kontraksi pilar Kp = 0.10 (untuk Pilar ujung bulat)
 Koefesien kontraksi pangkal bendung Ka = 0,10
(Untuk pangkal tembok bulat dengan tembok hulu 90o kearah aliran dengan
0,5 He > r > 0,15 He
maka :
LI = B – b - t
= 32 – 3 – (2.1)
= 27 m

L = LI-2(nKp+Ka)He
= 27 – 2. (2.0,01 + 0,10). He
= 27 – 0,24 He

 Perhitungan Lebar Pintu Pembilas


Lebar Pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya 1/6 -1/10 dari Lebar
bersih Bendung (jarak antar pangkalnya) untuk sungai-sungai yang lebarnya
kurang dari 100 m.
 Lebar Pembilas + Tebal Pilar = 1/6 x 32 = 5,33 m ≈ 5 m
Diambil Pintu Pembilas 2 buah dengan lebar 1,5 m dan Tebal masing-masing pilar
1m
 Lebar Total = (1,5 x 2) + (1 x 2) = 5 m ….(ok)

4.3. Desain Mercu Bendung


+26,14

+20

Type lengkung Bendung :


 Dipakai Type Bulat
o Elevasi dasar Bendung = +20 m
o Elevasi puncak Mercu = +26,14 m
o Kemiringan punggung = 32 m

 Mencari Nilai He (tinggi air diatas Mercu)


Bangunan ini direncanakan denga memakai tipe bulat, sehingga debit yg
melimpah diatas mercu :
( KP 02 hal. 42 )
Q = Cd*2/3* 2 / 3g *Be*He1,5

Dengan :
Q = Debit rencana yg melewati bendung ( m3/det)
Cd = koefisien pengaliran
Be = lebar efektif bendung (m)
He = total energi diatas mercu (m)

Direncanakan dengan :
r = jari-jari mercu bendung, berkisar 0.3-0.7He
direncanakan dengan.4He
Cd = koefisien debit,
Direncanakan dengan Cd= 1.3
g = percepatab gravitasi, g = 9.8 m/det2

Diketahui dengan :
Q100 = 370 m3/det
Be = 27 - 0.240He
Maka :
Q = Cd*2/3* 2 / 3g *Be*He1,5
370 = 1.3*2/3* 2 / 3 * 9 .8 (27-0.24He)*He1.5
167,025 = 27 - 0.24 He 2.5
dengan Trial and Error, diperoleh
He = 3,441
Jadi tinggi energi air adalah 3,441 dari puncak mercu

Pengecekan nilai cd (KP 02 Hal 42)

Cd = C0*C1*C2

r = 0.5 He
= 0.5*3.441
= 1.721

p = ½*tinggi mercu bendung


=1/2*6.14
=3.07 m

He/r =3.441/1.721 = 2.0


P/He=3.07/3.441 = 0.892

Dari grafik gambar 4.5 KP 02 hal 44, diperoleh nilai Cd = 1.295

Lebar Efektif Bendung :


L=LI-2(nkp+ka)He
= 27 - 0.240He
= 27 - 0.24*3.441
= 26.174 m

 Menentukan Aliran Balik


Aliran balik adalah suatu aliranyang arahnya kehulu diakibatkan oleh adanya

bendung dibadan sungai. Aliran balik ini dapat dihitung panjangnya mulai dari

tubuh bendung sampai ke hulu.

Data-data yang ada :


- kemiringan dasar sungai : 0.0015
- kedalaman air banjir aoo th Sebelum di bendung : 5.4 m
- elevasi air Sebelum dibendung : 25.4 m
- tinggi ar banjir max 100 th Setelah pembendungan : 3.441

h = tinggi air max mercu + elevasi mercu – elevasi air banjir Sebelum di bendung
= 3.441+183.8- 25.4
= 4.181 m

Persamaan Panjang Aliran Balik :


(sumber : materi kuliah irigasi II)
x2 * I 2
-x*I+h-z = 0
4h

untuk menghitung panjang aliran balik, maka z=0


x 2 (0.0015) 2
- x (0.0015) + 4.181 = 0
4 * 4.181
1.345 x2 - 0.0015 x + 4.181 = 0
dengan rumus ABC, didapatkan nilai x :
x1 = 5668.922 m
x2 = 5483.494 m
jadi panjang alirannya adalah 5668.922 m
4.4. Desain Kolam Olak
Aliran air yang telah melewati Mercu Pelimpah mempunyai kecepatan yang
sangat tinggi, dengan kondisi aliran sangat kritis. Dalam kondisi ini dapat menimbulkan
kerusakan berupa penggerusan pada bagian Belakang pelimpah, sehingga menyebabkan
terganggunya kesetabilan dari bendung tersebut. Untuk menghindari hal itu upaya untuk
mengubah kondisi aliran superkritis menjadi subkritis yaitu dengan meredam energi
aliran tersebut, dengan mendesain Kolan Olak .

Tipe-tipe yang digunakan untuk meredam energi :


1. tipe loncatan (jump bazin)
2. tipe kolam olak (stilling bazin)
3. tipe bak pusaran (roller bucket)
Adapun tipe kolam ola Berdasarkan bilangan froude (Kp 04 hal 99) :
1. Untuk Fr1.7 tidak diperlukan kolam olak, pada saluran tanah bagian hilir harus
dilindungi dari bahaya erosi, saluran pasangan batu atau beton tidak memerlukan
perlindungan khusus.
2. Bila 1.7Fr2.5 maka kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara efektif.
Pada umumnya kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja dengan baik.
Untuk penurunan muka air Z1.5 m dapat dipakai bangunan terjun tegak.
3. Jika 2.5Fr4.5 maka akan timbul situasi yang paling sulit dalam memilih kolam
olak yg tepat. Loncatan air tidak berbentuk dengan baik dan menimbulkan
gelombang sampai jarak yang jauh disaluran. Digunakan blok yg berukuran besar
(Tipe IV).
4. Bila Fr4.5 ini merupakan kolam olak Tipe III ini yang dilengkapi blok depan dan
blok penghalang.

Data-data :
P = 3.80m
He= 4.26 m
Q = 150 m3/det
Br = 10.092 m

 Kecepatan Air Dihulu Bendung (v0) :


Q
v0 =  A = b(P+Hd)  Hd = He-v02/2g
A
Q
v0 = 2
b( P  He  (V0 / 2 g ))
370
= 32.(6.14  3.441  v 2 / 2 * 9.81)
0
370
= 2
306.592  1.633v 0
370 = v0 (306.592 – 1.633 v02)
370 = 306.592. vo – 1.633 vo3
Dengan Trial dan error diperoleh nilai V0= 1.217 m/det
Sehingga :
2
v 1.217 2
Ha = 0 = = 0.075 m
2g 2 * 9.81

Hd = He-Ha
= 3.441 - 0.075
= 3.365 m

Kecapatan air pada penampang 1 ( v1) :


Q 370 11 .563
v1 = = = m/dt
Bd1 42.5d 1 d1

Dari persamaan energi :


2
v
P+He = d1+ 1
2g
  11 .563  2 
 
 
 d1  
6.14 + 3.441 = d1+  2 * 9.81 
 
 
 

6.823
6.717 = d1+ 2
d1

Dengan Trial dan Error di dapat d1 = 0.885 m

370
v1 = = 13.065 m/det
32 * 0.885

2
v1 13.065 2
= = 8.709
2g 2 * 9.81

Menentukan Angka froude :


(Kp 02 hal 56 )

v1
Fr =
g * yu

13.065
=
9.81 * 0.885
= 4.436

Karena 2.4Fr4.5
Maka tipe kolam olak yg digunakan adalah Tipe IV

Kecepatan Tinggi loncatan Air (y2) ;


Berdasarkan KP 02 Hal 56, digunakan persamaan :
y2
= 0.5( 1  8 Fr 2 -1)
Y1
y2
=0.5( 1  8(4.436 2 ) -1)
0.921
y2 = 5.127 m
Kecepatan Air Pada Penampang 2 (v2) :
Q
v2 =
B * y2

370
=
32 * 5.127
= 2.255 m/det

2
v2 2.255 2
= =0.259
2 g 2 * 9.81

Persamaan energi Pada penampang 2 Adalah :


P+He = y2+v22/2g+ΔHf
2.255 2
6.14+3.441= 5.127 + + ΔHf
2.9,81

ΔHf = 1.779 m

Dimensi Kolam Olak Tipe IV :


Berdasarkan KP 04 Hal 102, Panjang Kolam Olak Adalah :
L=2yu( 1  8Fr 2 -1)

Dengan :
L = Panjang kolam olak (m)
yu = Kedalaman air pada kaki pelimpah (m)
Fr = Bilangan Froude

Sehingga:

L=2*0.885 ( 1  8( 4.436 2 -1)


= 20.508 m

Direncanakan dengan panjang kolam olak sebesar 21 m


Lebar blok=w=yu=0.885 m  1m
Jarak antar blok=2.5w=2.5*1=2.5  2.5 m
Jarak fraksi = 0.5*1 = 0.5 m

Elevasi dasar kolam olakan :


Berdasarkan keadaan Topografi, direncanakan :
2
v
elevasi dasar kolam olak = elevasi mercu +He- 1 -yu
2g
13.065 2
= 26.14 + 3.441 - - 0.885
2.9,81

= 20.872 m

4.5. Desain Apron


Panjang dan tebal apron dibelakang serta didepan bendung direncanakan
untuk menahan gaya Uplift pada kondisi serta mengurangi hydraulic.
Data-data :

- Elevasi air dihulu pada saat banjir = Elevasi bendung + Hd


= 26.14 + 3.365
= 29.505 m
- Elevasi air dihilir pada saat banjir :
= Elevasi Dasar kolam olak + y2 + V2/2.g
= 20 + 5.127 + 2.2552/2. 9,81
=25.386 m
- H banjir = 29,505 -25, 386 = 4.119 m
- Elevasi air normal dihulu = 26.14 m
- Elevasi lantai dasar = 20 m
- H Normal = 6.14 m

Harga minimum angka rembesan lane (CL) untuk berbagai jenis kondisi tanah :
- Pasir sangat halus/lanau = 8.5
- Pasir halus = 7.0
- Pasir sedang = 6.0
- Pasir kasar = 5.0
- Kerikil halus = 4.0
- Kerikil sedang = 3.5
- Kerikil kasar termasuk berangka = 3.0
- Bongkah dengan sedikit berangka dan kerikil = 2.5
- Lempung lunak = 2.0
- Lempung sedang = 3.0
- Lempung keras = 1.8
- Lempung sangat halus = 1.6

- Kondisi Tanah : Sandy Clay


Berdasarkan KP.02, hal 126, dengan kondisi tanah Dasar diketahui angka
rembesan Lane (CL) = 8,5
Lv  1 / 3.Lh
Cl  ………………(KP.02, hal 124)
H
dimana :
CL = Angka rembesan Lane
Lv = Jumlah panjang Vertikal
Lh = Jumlah Panjang Horizontal
∆H = Beda tinggimuka air
Dianggap jalur Vertikal memiliki daya tahan terhadap aliran 3 kali lebih kuat dari
jalur horizontal.

Dengan :
Lv = 3+1.5+1.5+1.5+0.7+0.8+(1.5 x 14) +3 +1 = 34 m
Lh = 2 + 5 +2 +2 + 2 + 2 + (1.5 x 14) = 36 m

maka :
Lv  1 / 3.Lh
Cl 
H
34  (1 / 3.36)
=
4.119
= 11.168 > 8.5 …………..(OK)

4.6. Desain Tinggi Jagaan


Tinggi jagaan pada bangunan pelimpah / bendung direncanakan untuk
menghindari adanya limpasan ombak, maupun benda - benda padat yang terapung pada
aliran. Tinggi jagaan adalah jarak vertikal dari muka air sampai keujung dinding.
Perhitungan untuk memperoleh tinggi jagaan digunakan rumus :

Fb =0.6 + 0.0037 . V . d1/3


dimana :
Fb =Tinggi jagaan (m)
v =Kecepatan aliran (m/dtk)
d =Kedalaman air (m)

 Tinggi Jagaan pada Upstream Bendung :


Kecepatan aliran pada upstream (vo) :
vo =1.217 m/det
d=hd=3.365 m

Fb=0.6*0.0037*1.217*3.3651/3
= 0.607 m  0.6 m
 Tinggi Jagaan pada Chute :
Kecepatan aliran pada chute (penampang 1) :
v1 = 1 m/det
d1=yu=0.885 m

Fb=0.6*0.0037*13.065*0.8851/3
= 0.646 m  0.6 m

 Desain Jagaan Pada Kolam Olakan :


Kecepatan aliran pada kolam olak (v2):
v2 =2.255 m/det
d1=y2 = 5.127 m

Fb = 0.6+0.0037*2.255*5.1271/3
= 0.614 m  0.6 m

4.7. Desain Pintu Pengambilan


Pintu pengambilan adalah pintu tempat masuknya air untuk dialirkan kesaluran
primer. Ukuran dari pintu harus sesuai dengan debit rencana untuk saluran irigasi

Berdasarkan KP 02 Hal. 84, diketahui persamaan :


Q  A.v
  .b.a 2. g . z

dimana :
Q = Debit rencana yang masuk untuk saluran irigasi
 = Koefisien debit (diambil 0,8)
b = Lebar bukaan
a = Tinggi bukaan
g = Percepatan gravitasi = 9,8 m/dtk2
z = Kehilangan tinggi energi pada bukaan diambil 0,2 m
Elevasi dasar bangunan pengambilan sebaiknya 0.2 m diatas muka kantong
dlm keadaan penuh guna mencegah pengendapan partikel sedimen didasar
pengambilan itu sendiri
(Petunjuk Teknis Perencanaan Irigasi, Hal.77)

data – data :
- Kebutuhan air tanam
- Luas daerah irigasi = 1.1 lt/det/Ha
- Luas daerah irigasi = 350 Ha
- Direncanakan dengan pintu pengambilan menggunakan pintu radial, dengan
keuntungan tidak ada gesekan yang harus diperhitungkan, sehingga =0.8
- Berdasarkan petunjuk teknis perencanaan irigasi hal 77. Bahwa elevasi dasar
bangunan pengambilan sebaiknya 0.2 m di atas muka kantong lumpur dalam
keadaan penuh guna mencegah pengendapan partikel sedimen di dasar pengambilan
itu sendiri sehingga kehilangan tinggi energi (z) diambil 0.2 m.
- Direncanakan dengan menggunakan 2 pintu dan lebar masing- masing pintu
direncanakan 1 m, karena dibuat 2 pintu maka harus ada pilar pemisah ditengahnya,
dan tebal pilar di rencanakan 1 m, maka :

Lebar bukaan =1+ 1 =2m


Lebar total pengambilan = 2+1
=3m
Maka debit yang dibutuhkan :
q*A
Qkebutuhan = 

dengan  effisiensi pengaliran


= 0.65 = 65 %

1.5 *11000
Sehingga : Qkebutuhan =
0.65
= 2307,692 l/det
= 2.308 m3/det

Berdasarkan KP 02 hal 84 :
" Kapasitas pengambilan sekurang- kurangnya 120 % dari kebutuhan pengambilan guna
menambah fleksibilitas agar dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi selama umur
pro yek ".

Maka : Qp = Qkebutuhan . 120 %


= 2.308*120%
= 2.769 m3/det

Qp =  *b*a* 2.g.z

2.769
a =
0.8 * 2 * 2 * 9.81 * 0.2
= 0.874 m  1,0 m
Jadi tinggi bersih bukaan pintu pengambilan = 1,0 m

4.8. Desain Pintu Pembilas


Air yang mengalir pada sungai yang akan dibangun bendung, banyak
mengandung/ membawa sedimen. Agar sedimen tersebut tidak memasuki intake maka
perlu diadakan pembilasan/penggelontoran. Dalam penggelontoran ini sedimen yang
mengendap dibuang ke sungai utama. Untuk melaksanakan pembilasan ini diperlukan
bangunan pembilas. Kecepatan recana yang diperlukan selama pembilasan dapat
diambil 3,0 m/dtk. (KP. 04, hal 134)dan besarnya kecepatan hendaknya selalu dibawah
kecepatan kritis(Vc < 3),karena kecepatan superkritis akan mengurangi effektifitas
proses pengambilan (KP. 02, hal.148).

Kedalaman kritis : Kecepatan kritis : Debit rencana tiap meter lebar :


q2 Q
hc = 3 vc= g * hc q=
g L

dengan :
Q = Debit banjir rencana yang masuk untuk saluran irigasi (m3/dt)
q = Debit rencana parameter lebar (m3/dt/m)
L = Lebar pintu penguras = 4,0 m
Vc = Kecepatan kritis (m/dt)
hc = Kedalaman kritis (m)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)

maka :
Q
q=
L
370
= = 123.33 m3/dt/m
3

q2
hc = 3
g

123.33 2
= 3 = 11.578 m
9.81

vc = g * hc

= 9.8 * 11 .578
= 10.652 m/det > 3,0 m/dt ……….(ok)

 Kecepatan pembilasan
V = 1.5*C* d

Dimana :
V = kecepatan aliran pada saat pembilasan (m/det)
C = koefisien, harganya material breksi tupa, C=2.5
d = diameter maksimum sedimen = 0.2
v = 1.5*2.5* 0.2

= 1.677 m/det

vc  v
10.868 m/det  1.677…………..(OK)

 Kemiringan Lantai Penguras


Untuk mempertahankan agar Vkritis tetap mempunyai nilai sebesar 11.374 m/dt,
maka kemiringan lantai penguras harus dihitung. Perhitungan dapat menggunakan
rumus Manning.
V = 1/n . R2/3 I1/2
dimana :
V =Kecepatan pada saat pembilasan (m/dtk)
n =Koefisien kekasaran Manning
R =Jari - jari hidrolis (m)
S =Kemiringan dasar saluran

Pada saat R = hc, maka V = Vc


Vc = 1/n. R2/3. I 1/2
 1  2/3 1/ 2
10.652 =  .11 .578 .I
 0.042 

I =  0.087  2
I = 0.00757

Jadi kemiringan lantai penguras = 0.00757


4.9. Desain Kantong Lumpur
Kantong lumpur adalah suatu bangunan pelengkap yang mempunyai fungsi
untuk mengendapkan lumpur yang masuk ke saluran. Kantong lumpur ditempatkan
dibelakang pintuintake kemudian hasil pembilasan lumpur dibuang melalui saluran
buang.
Langkah - langkah perencanaan berdasarkanPetunjuk Teknis Perencanaan
Irigasihal.60 adalah sebagai berikut :
1. Menentukan ukuran partike
2. Menentukan volume kantong lumpur yang diperlukan
3. Membuat perkiraan awal luas rata - rata permukaan kantong lumpur dengan rumus :

LB = Q/W

Dimana :
L =Panjang kantong (m)
B =Lebar rata - rata profil pembawa (m)
Q =Kebutuhan pengambilan rencana (m3/dtk)
W =Kecepatan endap partikel rencana (m/dtk)

Menentukan kemiringan energi dikantong lumpur selama eksploitasi normal.

Vn = Ks . Kn2/3 . Sn1/2
Qn = Vn . An

Dimana :
Vn =Kecepatan rata - rata selama eksploitasi (m/dtk)
Ks =Koefisien kekasaran
Rn =Jari - jari hidrolis
Sn =Kemiringan energi
An =Luas penampang basah
Qn =Kebutuhan pengambilan rencana (m3/dtk)
4. Menentukan kemiringan energi selama pembilasan dengan kolam dalam keadaan
kosong dengan rumus Strikler.
Vs =Ks . Rs2/3 . Ss1/2
Qs =Vs . As

Dimana :
Vs =Kecepatan rata - rata selama pembilasan (m/dtk)
Ks =Koefisien kekasaran
Rs =Jari - jari hidrolis
Ss =Kemiringan energi
An =Luas penampang basah
Qs =Debit untuk membilas
As =Luas penampang basah
5. Menentukan dimensi kantong lumpur
Perencanaan sebagai berikut :
1. Ukuran partikel rencana
Dimisalkan sample yang diambil pada kali sedimen rata - rata berukuran 70 m =
7 . 10-6 m Sedimen itu terangkut oleh aliran sungai sebagai sedimen layang.
2. Diasumsikan bahwa air yang dielakan mengandung 0.5% sedimen yang harus
diendapkan dalam kantong lumpur.

Volume kantong lumpur V bergantung pada jarak waktu pembilasan.


V = 0.0005 . Qn . T

Dimana :
Qn =Kebutuhan pengambilan rencana (m3/dtk)
T=Waktu pembilasan, direncanakan dengan melakukan pembilasan 1
minggu sekali =7 hari

V=0.0005 . 2,769 (7 . 24 . 3600)


= 837.345 m3 ≈ 838 m3

3. Luas rata - rata permukaan Kantong Lumpur


LB =Qn/W
Dari grafik hubungan antara kecepatan W dgn diameter butir partikel d, kecepatan
endap bisa diketahui (KP. 02 hal. 143).
Apabila :
Diameter partikel = d = 0,7 mm = 0,07 mm dan partikel berupa pasir alamiah,
sehingga faktor bentuk (fb) = 0,7 mm, maka berdasarkan grafik 7.4 hal. 143 pada
KP. 02,diperoleh kecepatan endap partikel :
W = 4 mm = 0.004 m

maka :
LB =Qn/W
= 2.769/0.004 = 692.25 m2
Karena L/B > 8, maka L/B = 8 L = 8*B
L . B = 692.25 m 2
= 8*5
= 40 m
8 B.B = 692.25
B2 = 86.531
B = 9.301  9m

4. Menentukan kemiringan energi (Sn)


Kecepatan aliran (Vn) diambil 0.4 m/dt, unutk mencegah timbulnya vegetasi dan
agar partikel-partikel yang lebih besar tidak langsung mengendap di hilir
pengambilan, maka :
Qn
Luas penampang basah (An) =
vn
2.769
= = 6.923 m2
0.4
Dengan harga B = 9 m, maka kedalaman air (hn) adalah :
An 6.923
hn =
B
=
9
= 0.769 m  0.8 m

Direncanakan kemiringan talud = 1 : 2, maka lebar dasar saluran bn :


bn =B - 2 (hn*2)
=9 - 2 (0.8*2)
= 5.8 m ≈ 6 m
Penampang melintang kantong lumpur pada saat penuh :

1
hn=0.8m
2
Hs=0.2m

bn=6 m

B=9 m


Keliling Basah (Pn) :
Pn=b+2h 1  m 2
= 6 +2*0.8 1  2 2
=9.578 m

 Jari-jari Hidrolis (Rn):


A
Rn=
P
6.923
=
9.578
=0.723 m
maka :
 Kecepatan :
Vn =Kn*Rn2/3*Sn1/2 dengan Kn diambil 45 m1/2/dt
0.4 =45*0.7232/3*Sn1/2
0.4
Sn1/2=
45 * 0.723
Sn = 0.000151
Sehingga kemiringan energi di Kantong Lunpur = 0.000151
5. Mnentukan Kemiringa Energi Selama Pembilasan (Ss)
Dalam penentuan Ss, Kantong Lumpur dalam keadaan kosong.
kecepatan aliran pada saat pembilasan (Vs) direncanakan sebesar 1,5 m/dt.

Debit Pembilasan (Qs)
Qs = 1,2. Qn
= 1,2 * 2,769
= 3.323 m3/dt

Luas Penampang basah (As)
Qs 3.323
As =   2.215.m 2
Vs 1.5

Lebar Dasar (bs) = bn = 6 m
As = bs. hs
As 2.215
hs =   0.369.m  0.4.m
bs 6

Keliling Penampang bsah saat Pembilasan (Ps) :
Ps = bs + 2. hs
= 6 + 2. 0,4
= 6,8 m

Jari-jari Hidrolis (Rs)
As 2.215
Rs =   0.326m
Ps 6.8
maka :

Vs = Ks. Rs2/3. Ss1/2
pada saat pembilsan, koefesien kekasaran diambil 40 m1/2/dt
Vs
Ss1/2 =
Ks.Rs 2 / 3
1.5
=
40 * 0.326
Ss = 0.013
Sehingga Kemiringan energi selama Pembilasan adalah ; 0,013
Pada saat pembilsan, harus diusahakan kecapatan Alirannya dalam
keadaan Sub Kritis (Fr<1), hal ini untuk menghindari terangkatny asaluran
akibat kecepatan aliran :
Vs 1.5
Fr =   0.758  1 ……….(ok)
g * hs 9.81 * 0.4

Panjang Send Trap :
Volume Send Trap yang diperlukan ;
V = 352 m3
Rumus volume Sand Trap :
V = (hs.bn.L) + ½ (L. Ss – L. Sn). bn. L
= (0.4*6L) + ½ (L. 0.013 – L .0.00015). 6L
352 = 2.4L + 0.0385.L2
dengan Trial and Error diperoleh :
L = 69.402 m ≈ 70 m

hn
Sn=0,000151

hs
Ss=0,013 h = (Ss. L-Sn. L)

L = 70 m

BAB V
ANALISA STABILITAS BENDUNG

5.1. Langkah-Langkah Perhitungan


Untuk mengetahui keamanan dari tubuh harus diadakan analisa Stabilitasnya. Dalam analisa
Bendung dilakukan kontrol teradap :
1. Guling
2. Geser
3. Daya dukung Tanah
Analisa Stabilitas Bendung ini ditentukan oleh Gaya-gaya yang bekerja di Bendung
meliputi :
1. Tekanan Air (w)
2. Beban mati / berat bangunan (G)
3. Tekanan Lumpur / sedimen (PL)
4. Tekanan Tanah (P)
5. Tekanan Up Lift (U)
Dan dalam perhitungannya, ditinjau dengan 2 keadaan, yaitu :
1. Keadaan Normal
2. Keadaan Ekstrem/Gempa

Rumus-rumus dalam analisa Stabilitas :


1. Stabilitas terhadap Guling
Berdasarkan KP.02, hal 122 :
a. Untuk keadaan Normal

 MT
SF   1.5
 Mg
b. Untuk keadaan Ekstrem / Gempa

 MT
SF   1.25
 Mg

dimana :
SF = Angka keamanan
 MT = Jumlah momen penahan
 Mg = Jumlah momen guling
c. Stabilitas tehadap Gesar

f . v  CA
SF 
H ]

- Keadaan normal : SF > 2.00


- Keadaan gempa : SF > 1.25

dimana :
SF = Angka keamanan
f= Koefisien geser : tg 
V = Jumlah gaya vertikal
C= Kohesi tubuh bendung = 0 (ton/m2)
= Sudut geser dalam tanah ( o )

d. Stabilitas terhadap daya dukung Tanah


Bila : M L L
e  
V 2 6

Maka : V  6e 
 max  1  L   
min A

Bila : M L L
e  
Y 2 6

Maka : 2 V
 max  
L 
3   e B
2 

Dimana :
e= Eksentrisitas akibat beban yang bekerja
M = SMt - SMg (ton)
V = Jumlah gaya - gaya vertikal
B= Lebar dasar pondasi (m)
A= Luas dasar pondasi (m2)
= Daya dukung yang diijinkan (t/m2)
Dasar Perhitungan pembebanan dapat diuraikan sbb:
1. Teakanan air (P)

Pd Ps Pw

a. Tekanan air Statis

Pw  1  w . H 2 Y1 H
2 3
dimana :
Pw = Tekanan air statis (ton)
w = Berat jenis air (ton/m3)
H = Kedalaman air (m)
Y = Jarak tekanan (Pw) dari dasar dalam (m)
b. Tekanan air Dinamis

Pd  1 .  w . H 2 . Kh Y 2 H
2 5
dimana :
Pd = Tekanan air dinamis (ton)
w = Berat jenis air (ton/m3)
Kh = Koefisien gempa horizontal (0.15)
H = Kedalaman air (m)
Y = Jarak tekanan (Pd) dari dasar (m)
c. Berat air sendiri :
W   w .V
dimana :
W = Berat air (ton)
w = Berat jenis air (ton/m3)
V = Volume air
2. Berat Sedimen (PL) :

Ps  1
2
 sat  1 Cs . H 2
dimana :
Ps = Tekanan sedimen
Cs = Koefisien tekanan tanah
H= Tinggi sedimen
sat = Berat jenis tanah jenuh air (ton/m3)
3. Berat Sendiri Bangunan (w)

W3

W2

W6

W4

W5

W1 W7

Wt = W1 + W2 + W3 + . . . . . . + Wn
Wn = b . V

dimana :
V = Volume bangunan (m3)
b = Berat jenis bahan bangunan
Wn = Berat sendiri

4. Perhitungan Tekanan Tanah :

Skretsa Tekanan Tanah

Pa  1 . t 2 . H . Ka W H
2
dimana :
Pa
Pa = Tekanan tanah (ton)
H= Tinggi tanah (m)
t = Berat jenis tanah (ton/m3)
Ka = Koefisien tekanan tanah aktif
= Sudut geser dalam tanah

5. Tekanan Up Lift

Pu  1 .  . H . A
2
dimana :
Pu = Tekanan Up Lipt
= Koefisien
H= Tinggi air
A= Luas penampang permeter lebar
6. Gaya akibat pengaruh Gempa :
a. Berat Sendiri
We = W . C

dimana :
We = Berat akibat gempa (ton)
W = Berat bahan (ton)

b. Tekanan Tanah :
Pa' = 1/2 . H . t . Ka'
dimana :
Pa' = Tekanan tanah akibat gempa (ton)
H= Tinggi tanah (m)
t = Berat isi tanah (ton/m3)
Ka' = Koefisien tanah pada kedalaman gempa

Cos     Cos      Cos      Cos 


2
Ka' 
Cos  Cos      Cos 2      Cos 
3

dimana :
= Sudut inklinasi material
= tg-1 K
K= Ch/(1 - CV)
CV = Koefisien gempa arah vertikal = 0
Ch = Koefisien gempa arah horizontal = 0.15
= Sudut geser dalam tanah
5.2. Perhitungan
Data-data yang diperoleh berdasarkan KP.02, dengan kondisi tanah Lempung
Berpasir adalah :

Rembesan Lane (CL) : 8,5

Sudut geser dalam (θ) : 200

Kohesi (C) : 1 t/m3

Γ pas. Batu kali : 2,2 t/m3

Koefesien geser (f) : 0,4

Berat volume tanah jenuh (γsat): 1,8 t/m3
1,72 m
G3

Berat Volume tanah (γt) : 1 t/m3
G6

4,42 m G4
G2 G8

G5

G10
G7

1,5 m
G1 G9
0,7 m
0,8 m

1 m 11m 2m 2m 2m
W7
W6
3,37m
W8

W9 W10

Pd W11
6,14 m
W2
W1
Ps Pw1

Pw3
W3
1,5 m
Pa2
0,7 m W4 W5 Pp2
0,8 m Pa1 Pp1
Pa3 A
1 m 11m 2m 2m 2m

Pu1

Pu2

Notasi Uraian Gaya (ton) Lengan (m) Momen (t.m)


G1 3x2x2,2x1 13.2 7 92.4
G2 4,42x1x2,2x1 9.724 7.5 72.93
Gbr. Gaya dan Tekanan
G3 1/2x1,75x1x2,2x1 1.925 Stabilitas
7.33 14.11025
 Kondisi
G4 Banjir, Sedimen penuh, keadaan
6,14x1x2,2xx1 13.508 Gempa 6.5 87.802
G5Vertikal
1. Gaya 5,5x2x2,2x1
dan Momen Tahan 24.2 5 121
G6 1/2x2x2x2,2x1 4.4 5.333 23.4652
G7 3,5x2x2,2x1 15.4 3 46.2
G8 1/2x2x2x2,2x1 4.4 3.333 14.6652
G9 3x2x2,2x1 13.2 1 13.2
G10 1/2x2x2x2,2x1 4.4 1.333 5.8652
W1 9,14x2x2,2x1 40.216 7 281.512
W2 1/2x6,14x6x2,2x1 40.524 4 162.096
W3 1,5x6x2,2x1 19.8 3 59.4
W4 0,7x2x2,2x1 3.08 3 9.24
W5 1,5x2x2,2x1 6.6 1 6.6
W6 3,37x2x2,2x1 14.828 7 103.796
W7 1/2x0.8x1,09x2,2x1 0.888 5.67 5.03496
W8 1,01x2,6x2,2x1 5.777 5.5 31.7735
W9 1/2x1,01x1,01x2,2x1 1.122 5.327 5.976894
W10 1/2x3,61x3,99x2,2x1 15.844 3.327 52.712988
W11 1/2x5,13x3,99x2,2x1 22.516 1.663 37.444108
TOTAL 275.552 1247.2243
2. Gaya Horizontal yang berkerja pada Bendung,
Dengan :
1  sin  1  sin 20 0
Ka =   0,49
1  sin  1  sin 20 0

1  sin  1  sin 20 0
Kp =   2,04
1  sin  1  sin 20 0
Gaya Horintal Dan Momen Guling dari Tubuh Bendung

Berat Koef Gaya Jarak Momen


(ton) Gempa (ton) (m) (t.m)
We1 40.216 0.15 6.0324 4.57 27.56807
We2 40.524 0.15 6.0786 5.047 30.67869
We3 19.8 0.15 2.97 2.25 6.6825
We4 3.08 0.15 0.462 1.15 0.5313

3. Tekanan Horizontal
Rumus yang digunakan :
Pw1 = γw*h*H
Pw2 = ½ γw*h*H
Ps = ½ (γsat-γ)*Cs*H2
Pd = ½ γw*H2*Ch
Pa = ½ γt*H2*Ka
Pw3 = ½ γw*H2
Pp = ½ γsat*H2*Kp

Notasi Uraian Gaya Jarak Momen


(ton) (m) (t.m)
Pw1 1*3.37*6.14 20.692 5.303 25.995
Pw2 (1/2)*1*3.37*6.14 10.346 5.047 15.393
Ps (1/2)*(2.258-1)*0.661*6.14^2 15.674 5.047 20.721
Pd (1/2)*1*6.14^2*0.15 2.827 5.000 7.827
Pa1 (1/2)*2.258*1.5^2*0.49 1.245 0.500 1.745
Pa2 (1/2)*2.258*0.7^2*0.49 0.271 1.033 1.304
Pa3 (1/2)*2.258*0.8^2*0.49 0.354 0.267 0.621
Pw3 (1/2)*1*5.13^2 13.158 4.710 17.868
Pp1 (1/2)*2.258*1.5^2*2.04 5.182 0.500 5.682
Pp2 (1/2)*2.258*1.5^2*2.04 5.182 0.500 5.682
Total 74.932 102.839
4. Gaya Up Lift
Pu1 = μ*H*A Hu1 = 16.176* ½ 8
= 0.6*3.37*8 = 64.704 tm
= 16.176 ton
Pu2 = ½ *μ*H*A Hu2 = 14.736*2/3*8
= ½ * 0.6*6.14*8 = 78.592 tm
= 14.736 ton

Maka didapatkan :
∑V = 275.553-14.736-16.176
= 244.621 ton
∑H = 16.533 + 74.931
= 91.464 ton
∑ Mt = 1247.236 tm
∑ Mg = 66.204 + 323.342 + 64.704 + 78.592
= 532.842 tm
∑ Ms = 1247.236 – 532.842
= 714.394 tm

5. Kontrol Stabilitas
1. Guling
 MT
SF   1.5
 Mg

1247.236
SF   1.5
532.842

= 2.340 > 1.5 ………(aman)

2. Geser

SF  f .
V  1.1
H
244.621
= 0 .4 x
91.464
= 2.674 > 1.1 ……………(aman)

3. Daya Dukung Tanah

M L L
e  
Y 2 6
; L/6 =1.33

714.394 8
e   1.33
244.621 2

= 1.425 > 1.33


Jadi :

2 V
 max  
L 
3   e B
2 

2 x 244.621
 max  
8 
3   1.425.8
2 

= 2.875 < 3 ………………………..(aman)

 Kondisi Normal, Sedimen Penuh, Gempa


1. Gaya Vertikal
Notasi Gaya Momen
(ton) (tm)
W1 40.216 281.512
W2 40.524 162.096
W3 19.8 59.4
W4 3.08 9.24
W5 6.6 6.6
∑ V = 110.22 t ∑ Mv = 518.848 tm

2. Gaya Horizantal
Notasi Gaya Momen
(ton) (tm)
We1 6.032 27.566
We2 6.079 30.681
We3 2.970 6.681
We4 0.462 0.531
We5 0.990 0.743
∑ H = 16.533 t ∑ MH = 66.204 tm
3. Tekanan Horizontal
Notasi Gaya Jarak Momen
(ton) (m) (tm)
Pw 20.692 5.047 104.433
Ps 15.674 5.047 79.107
Pd 2.827 5.0 14.135
Pa1 1.245 0.5 0.623
Pa2 0.271 1.033 0.28
Pa3 0.354 0.267 0.095
Pp1 5.182 0.2 2.591
Pp2 5.182. 0.5 2.591
∑ H = 51.405 ton ∑ MH = 203.855 tm
4. Gaya Up lift
Pu = ½ *μ*H*A Hu = 14.736*(2/3)*8
= ½ *0.6*6.14*8 = 78.592 tm
= 14.736 ton

Sehingga Didapatkan :
∑V = 110.22 – 14.736 = 95.484 ton
∑H = 16.533 + 51.405 = 67.938 ton
∑ Mt = 518.848
∑ Mg = 66.204 + 203.855 = 270.059 tm
∑ Ms = 518.848 – 270.059= 248.789 tm

5. Kontrol Stabilitas
1. Guling
 MT
SF   1.5
 Mg

518.848
SF   1.5
270.059

= 1.921 > 1.5 …………..(aman)

2. Geser

SF  f .
V  1.1
H
95.484
= 0.4 x  1.1
67.938
= 1.405 > 1.1 …………(aman)

3. Daya Dukung Tanah

M L L
e   ; L/6 =1.33
Y 2 6

248.789 8
e   1.33
95.484 2

= 1.39 > 1.33 ……………..(ok)

Jadi :
2 V
 max  
L 
3   e B
2 

2 x95.484
 max  
8 
3   1.398
2 
= 2.356 < 3 …………………..(aman)
GAMBAR APRON

d1(18  Fr )
n=
Vo 2 18
2g 0,885(18  4,436)
=
Hd ∆H 18
3,441 m He = 1,103 m ≈ 1 m

V 22
r=1,7 m V1 2g
Vo
6,140 m 1
1 Y2
V2 2m

Y1
n
1,5 m 1,5m
0,7 m
1,5m
0,8 m

2m 2m 2m 2m 2m 1,5m 1,5m 1,5m 1,5m 1,5m 1,5m 1,5m 1,5m 1,5m 1,5m 1,5m 1,5m 1,5m 1,5m

8m 21 m

Anda mungkin juga menyukai