Anda di halaman 1dari 17

BAB III

PROSES PERENCANAAN

3.1 Pendahuluan

Proses perencanaan Bendungan Teritip Kota Balikpapan dilakukan oleh konsultan perencana
dan pelaksanaannya diawasi oleh konsultan pengawas, dimana pihak yang terlibat dalam
proyek ini sebagai konsultan adalah PT.teknika Cipta Konsultan dan PT. Mettana
Engineering Consultant sebagai suatu join operation. Proses perencanaan fisik bendungan
meliputi berbagai komponen diantaranya:

1. Perencanaan Daerah Aliran Sungai


2. Perencanaan Volume Tampungan Waduk
3. Perencanaan Tubuh Bendungan
4. Perencanaan Bangunan Pelengkap (Intake,Pelimpah, pengelak)
5. Pemasangan Instrumentasi

Dalam proses perencanaannya dilakukan pengumpulan data-data teknis untuk menunjang


proses desain komponen-komponen bendungan tersebut, data-data teknis yang diperoleh
selama pelaksanaan kerja praktek akan dijelaskan selanjutnya.

3.2 Data Kondisi Umum Wilayah Teritip

3.2.1 Data Kependudukan

Data kependudukan diperlukan dalam perencanaan untuk mengetahui jumlah


masyarakat yang dapat dilayani dan mengetahui kelayakan waduk untuk dapat
memenuhi keperluan air baku bagi masyarakat. Data kependudukan yang digunakan
adalah data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014 sebagai berikut:

Tabel 3.1, Data Kependudukan

Jumlah Kepadatan
Kecamatan Luas Wilayah
Penduduk Penduduk
Balikpapan Timur 132,12 km2 50.156 Jiwa 379 jiwa
Balikpapan Selatan 47,95 km2 188.317 jiwa 3927 jiwa
Balikpapan Tengah 11,07 km2 114.548 jiwa 10.347 jiwa
balikpapan Utara 132,17 km2 101.539 jiwa 768 jiwa
Balikpapan Timur 179,95 km2 85.904 jiwa 477 jiwa
Total 503,31 km2 540.464 jiwa
3.2.2 Data Hidrologi

Data hidrologi adalah data esensial yang diperlukan dalam perencanaan bendungan, karena
air yang akan ditampung dalam waduk berasal dari hujan yang terjadi pada DAS Bendungan
Teritip. Tinggi hujan yang turun akan menentukan volume tampungan waduk, ketersediaan
air, debit banjir, elevasi muka air normal, serta elevasi crest dam berdasarkan PMF. Di sekitar
lokasi Bendungan Teritip terdapat 3 stasiun hujan yaitu Stasiun hujan Waduk Manggar,
stasiun hujan Samboja dan stasiun hujan Sepinggan. Untuk perhitungan hidrologi pada
bendungan Teritip digunakan data hujan sepanjang 30 tahun dari stasiun hujan Sepinggan.
Data yang digunakan dalam perencanaan Bendungan Teritip hanya menguanakan data yang
berasal dari stasiun Sepinggan saja dengan pertimbangan bahwa data pada stasiun Spinggan
adalah yang paling lengkap, sementara data dari dua stasiun lainnya hanya digunakan sebagai
pembanding dan koreksi saja

Tabel 3.2, Data Hujan Stasiun Spinggan Setelah Koreksi


Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
1975 149 209 306 210 234 223 250 263 313 403 201 269
1976 295 234 399 205 276 173 225 137 133 220 239 119
1977 126 306 118 233 293 191 129 375 37 399 254 184
1978 283 205 161 231 100 244 306 121 250 40 151 336
1979 290 214 188 173 286 585 222 121 250 40 151 336
1980 245 239 157 212 338 349 100 361 65 200 221 206
1981 193 122 99 202 324 380 393 23 265 140 169 343
1982 445 296 167 331 252 169 36 9 107 161 204 88
1983 57 35 24 39 193 357 547 167 290 325 140 209
1984 209 294 395 300 292 489 317 254 276 394 213 123
1985 175 117 286 202 175 171 153 205 97 95 328 255
1986 208 218 345 243 180 133 220 127 146 425 298 180
1987 215 277 138 170 239 111 250 587 107 129 191 205
1988 404 232 306 225 199 441 422 499 299 277 245 281
1989 110 281 157 211 54 282 279 153 291 172 244 265
1990 273 63 255 225 105 163 113 132 112 139 54 406
1991 178 263 334 278 328 325 98 42 128 34 90 268
1992 101 58 60 122 147 239 219 126 142 164 150 108
1993 125 285 217 263 324 185 269 73 147 353 166 191
1994 261 102 340 361 295 308 125 0 0 108 75 151
1995 177 159 282 399 226 145 337 385 138 231 259 276
1996 256 309 192 87 175 192 139 316 271 159 326 216
1997 110 137 115 113 174 72 109 0 9 116 63 122
1998 110 132 123 210 280 121 127 160 127 216 232 234
1999 202 205 197 102 171 146 114 125 162 184 346 242
2000 282 212 196 266 118 270 156 51 183 206 352 197
2001 161 70 156 407 119 30 31 79 106 81 113 28
2002 193 63 130 10 74 80 117 292 36 8 127 283
2003 315 108 342 307 544 251 173 173 154 166 105 189
2004 237 177 366 98 189 112 216 2 141 68 219 165
2005 162 163 216 141 199 52 136 15 39 - - -
3.2.3 Keadaan Topografi
Dari hasil survey yang telah dilakukan diperoleh keterangan mengenai kondisi topografi kota
balikpapan sebagai berikut:
 Keadaan geografis kota balikpapan 85% merupakan daerah perbukitan dengan
kemiringan 15-40% dan daerah datar 15% dengan kemiringan 0.4%
 Elavasi Kota Balikpapan berada pada ketinggian 0 s.d 100 meter di atas permukaan
laut
 Struktur tanah di Kota Balikpapan terdiri atas tanah podsolik merah kuning, tanah
alluvial, dan pasir kwarsa
 Topografi DAS Teritip sendiri bagian hulu berupa perbukitan rendah, puncak bukit
tertinggi terdapat pada elevasi sekitar +84 msl, sedangkan pada bagian hilir berupa
dataran pantai. DAS berbentuk menyerupai daun dengan panjang 8 km dengan lebar
3 km, bagian lebar berada di bagian hulu.

3.2.5 Kondisi Iklim


Berikut adalah keterangan mengenai kondisi iklim di Kota Balikpapan:
a. Balikpapan beriklim Tropis
b. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei s.d Bulan Oktober sedangkan musim
hujan terjadi pada bulan November s.d bulan April, diselingi peralihan pada bulan
tertentu
c. Suhu udara kota Balikpapan secara umum berkisar antara 200C sampai dengan
34.40C.
d. Sebagai daerah beriklim tropis Balikpapan memiliki kelembaban rata-rata 85% s.d
89%.
e. Kecepatan angin sampai dengan 8.00 knot

3.2.6 Geologi Regional DAS


Formasi geologi regional Kota Balikpapan dan sekitarnya terdiri dari Meosin Atas dan
Alluvial Undak Terumbu Koral. Sedangkan formasi lapisan geologi pada DAS Teritip
berupa:

 Lapisan endapan permukaan (Recent Deposit) terdiri dari top soil, endapan
rawa/sungai (alluvial clay) dan endapan lempung lanauan serta pasir.
 Batuan Dasar berupa Batu Lempung.
3.2.7 Data Karakteristik DAS

DAS Teritip merupakan DAS kecil yang berbatasan dengan: sebelah utara DAS Selokapi,
sebelah barat DAS Manggar, sebelah selatan DAS Ajiraden dan DAS Teritip Tengah, sebelah
timur Selat Makasar. Jaringan sungai Teritip membentuk pola denditrik (cabang pohon)
menyatu di hilir dengan alur cenderung lurus. Aliran pada lokasi bendungan bertipe perenial,
ada aliran sepanjang tahun, tetapi karena DPS-nya kecil dan pada perbukitan rendah maka
aliran dasarnya hanya kecil. Pada bagian hulu yaitu daerah perbukitan terdapat hutan
sekunder, ladang, kebun campuran, pekarangan dan pemukiman. Sedangkan lahan yang
basah yaitu yang di dekat sungai ada yang berupa rawa-rawa atau semak belukar. Kondisi
bagian hilir yaitu pada dataran pantai yang kering, lahannya dimanfaatkan untuk ladang,
kebun campuran, pekarangan dan pemukiman. Sedangkan lahan basahnya sebenarnya
dialokasikan untuk sawah tetapi kebanyakan telah tertutup semak belukar atau menjadi rawa.
Berdasarkan laporan DED Teritip diperoleh Data teknis DAS Teritip:

 Luas = 12,98 km2


 Keliling = 19,09 km
 Panjang sungai = 8,78 km
 Kemiringan = 0,96 %

Gambar 2.1, Daerah Aliran Sungai Teritip


3.3 Perencanaan Struktur Bendungan

3.3.1 Tipe Bendungan Teritip

Bendungan Teritip merupakan jenis bendungan dengan tipe bendungan urugan homogen.
Bendungan urugandigolongkan homogen apabila bahan yang membentuk tubuh bendungan
tersebut terdiri dari tanah yang hampir sejenis dan gradasinya hampir seragam (Sosrodarsono,
1977; 11). Bendungan tipe urugan homogen ini masih dapat diklasifikasikan lagi menjadi dua
macam yaitu bendungan urugan tanah dan bendungan urugan pasir kerikil. Dalam hal ini
bendungan teritip merupakan bendungan homogen urugan tanah liat dengan saluran drainase
horizontal. Terdapat beberapa keuntungan dan kerugian dari pemilihan bendungan dengan
tipe urugan homogen diantaranya:

1. Keuntungan
 Karena bahan bangunannya seragam maka cara pemadatannya juga sama jadi
relatif mudah
 Untuk bendungan yang relatif tidak tinggi , pada umumnya biaya konstruksi
lebih murah.
2. Kerugian
 Sifat tanah dan tanah liat sangat dipengaruhi oleh kadar air . Apabila kadar air
terlalu tinggi maka tanah akan menjadi terlalu lunak, sementara bila tanah
terlalu kering maka tanah akan menjadi sangat keras dan sulit dapadatkan.
Oleh karena itu selama proses pengerjaan perlu diperhatikan kadar air dari
tanah yang ada
 Pada musim hujan pekerjaan sering terhenti karena kadar air yang menjadi
terlalu tinggi.

Pemilihan tipe bendungan pada konstruksi Bendungan teritip dengan tipe homogen
berdasarkan pertimbangan bahwa ketersedian material yang ada di sekitar lokasi borrow area
memungkinkan untuk dibuat bendungan homogen ketimbang zoned dam (bendungan dengan
inti), jika dibangun bendungan dengan inti maka biaya konstruksi akan lebih mahal karena
harus mendatangkan material dari tempat lain. Berikut adalah data mengenai tubuh
bendungan teritip.

- Tipe Bendungan : Bendungan Urugan Tanah Homogen dengan Drainase


Horizontal
- Tinggi Bendungan : 10.5 meter
- Panjang Puncak Total : ±650 meter
- Kemerengan lereng hulu : 1:6
- Kemerengan Lereng Hilir : 1:6
- Lebar Puncak : 7.0 meter
- Elevasi puncak bendungan : EL. 24.5 meter
- Elevasi Muka Air Normal : EL. 21.5 meter
- Elevasi Muka Air Banjir : EL.22.67 meter
- Muka Air Rendah : EL. 18 meter
- Elevasi PMF : EL. 23.66 meter

Gamba2.2, Potongan Melintang Bendungan

Pada timbunan tubuh bendungan teritip terdapat 4 zona penyusun tubuh bendungan.
Masing-masing zona penyusun tubuh Bendungan Teritip akan dijelaskan sebagai berikut:

 Lapisan Pasangan Batu (Rip-Rap)


Lapisan bagian ini berguna untukmenjaga stabilitas lereng tubuh bendungan
sebelah hilir agar tidak rusak akibat naik-turunnya air (water drawdown) ataupun
gempuran gelombang yang mungkin terjadi akibat angin di hulu waduk. Material
untuk timbunan hand placed rip-rap beton adalah merupakan concrete precast
dengan mutu beton K 175 .
 Lapisan Timbunan Tanah Kedap Air
Timbunan tanah kedap air merupakan timbunan utama penyusun tubuh
bendungan terutama pada tipe bendungan urugan tanah homogen. Spesifikasi
yang digunakan sebagai material timbunan ini adalah:
a. Ukuran butir maksimum 5 mm
b. Prosentase berat butiran yang lolos saringan no. 200 (0,074 mm) antara 40%
sampai dengan 75 %.
c. Prosentase berat butiran yang tertahan saringan no. 4 (4.75 mm) kurang dari
10%
d. Kadar air material selama dan sesudah pemadatan antara minus 1% dibawah
kadar
air optimum sampai plus 3% diatas kadar air optimum.
e. Plasticity Index (PI) antara 20% sampai 45%
f. Tidak mengandung akar-akar tanaman, tonggak-tonggak kayu, humus dan
kotoran lain.
g. Dry density lapangan harus lebih besar atau sama dengan 95% dry density dari
test
pemadatan standard (Standard Compaction Test)
h. Koefisien permeabilitas lebih kecil dari 3x 10-5 cm/detik setelah dipadatkan
i. Lolos uji pinhole
j. Tidak mengadung mineralogi yang susut air
 Lapisan Filter (Pasir dan Batu)
Lapisan ini adalah lapisan yang berfungsi sebagai horizontal drain untuk
meneruskan air dari rembesan pada tubuh bendungan ataupun dari vertikal drain
menuju pada toe drain sebagai saluran pengumpul akhir. Spesifikasi material yang
digunakan dalam lapisan filter adalah
a. Ukuran butir maksimum 50 mm
b. Prosentase berat butiran yang lolos saringan no. 200 (ukuran saringan 0,074
mm) kurang dari 5 %.
c. Prosentase berat butiran yang tertahan saringan no. 4 (ukuran saringan 4.75
mm) kurang dari 50%
d. Kadar air material selama dan sesudah pemadatan menurut petunjuk Direksi.
e. Tidak mengandung akar-akar tanaman, tonggak-tonggak kayu, humus dan
kotoran lainnya.
f. Relative Density minimal 70%
g. Koefisien permeabilitas lebih besar dari 1x 10-3 cm/detik.

3.3.2 Perencanaan bangunan Pelengkap


3.3.2.1 Bangunan Pelimpah (Spillway)

Spillway atau bangunan pelimpah merupakan bangunan pelengkap bendungan yang


berguna untuk mengalirkan debit banjir yang masuk ke dalam waduk agar tidak
membahayakan struktur tubuh bendungan. Ada 3 bagian penting dari bangunan pelimpah
(Spillway), yaitu :

a. Saluran Pengarah dan Pengatur


Bagian ini berguna dalam mengatur dan mengarahkan aliran air agar memiliki debit
yang besar namun tetap dengan kecepatan yang kecil. Kapasitas debit air bergantung
pada bentuk ambang. Terdapat 3 bentuk ambang secara umum, yaitu : ambang bebas,
ambang berbentuk bendung pelimpah, dan ambang berbentuk bendung pelimpah
menggantung.
b. Saluran Pengangkut Debit Air
Saluran pengangkut air ini berfungsi uruk membawa air limpasan dari puncak ambang
ke hilir bendungan. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa kecepatan aliran yang
melewati saluran ini dijaga sebisa mungkin kecil (aliran dalam keadaan sub-kritis),
karena apabila aliran dalam keadaan superkritis dikhawatirkan terjadi peristiwa
kavitasi (keadaan ketika air mengalir terlepas dari dasar saluran yang menyebabkan
terjadinya turbulensi dan dasar saluran seolah-olah mendapat tarikan ke atas dan
rusak).
c. Bangunan peredam energi
Bangunan peredam energi digunakan untuk menghilangkan atau setidaknya
mengurangi energi air agar tidak menimbulkan gerusan atau perusakan akibat energi
air di bagian hilir.

Dalam pelaksanaan pekerjaan Bendungan Teritip berikut adalah informasi mengenai


jenis bangunan pelimpah (spillway) yang digunakan:

 TipePelimpah : Ambang Tetap, Ogee


 Elevasi Mercu Pelimpah : El. 21. 5 meter
 LebarPelimpah : 20.0 meter
 Tipe Kolam Olak : USBR Type III
 Panjang Kolam Olak : 9.0 meter
 Puncak Outflow Q 1000 : 55.13 m3/s
 Puncak Outflow PMF : 135.94 m3/s
 Elevasi Muka air Max PMF: 23.66 meter
 Elevasi Muka Air Q 1000 : 22. 87 meter

Pada spillway dengan tipe ambang tetap, ogee tanpa pintu peroses pelimpahan air
dilakukan dengan melimpahkan kelebihan air banjir melalui puncak (crest) spillway yang
terjadi apabila air banjir melebihi tampungan efektif waduk (melewati batas muka air
normal waduk). Pada bendungan teritip spillway atau bangunan pelimpah digunakan
setelah waduk beroperasi untuk melimpahkan banjir yang tidak tertampung. Dimensi
pelimpahnya direncanakan untuk dapat melimpaskan debit kala-ulang 1000 tahun (Q-
1000) tetapi juga harus dapat dilewati debit maksimum boleh jadi (PMF) tanpa
mengalami overtopping. Berikut adalah resume hasil penelusuran banjir melalui spillway
dengan metode reservoir routing untuk banjir dengan setiap kala ulang yang berbeda.

Dalam perencanaan debit outflow yang melewati crest spillway digunakan metode
reservoir routing dengan bentuk persamaan umum sebagai berikut:

 I1  I2   O + O2 
 t +  1 t = S2 - S1
 2   2 

Dengan:

S1 = tampungan waduk pada permulaan waktu t


S2 = tampungan waduk pada waktu t
I1 = Inflow ke waduk pada permulaan waktu t
I2 = Inflow ke waduk pada waktu t
O1 = Outflow melalui pelimpah pada permulaan waktu t
O2 = Outflow melalui pelimpah pada waktu t

Untuk debit outflow (O) melalui pelimpah dihitung dengan menggunakan persamaan:

Q = C.L.H3/2
C = 2.2 – 0.0416 ( H / p )0.99
Dengan:

Q : Debit (m3/det)
C : Koefisien debit,
L : Panjang efektif pelimpah (m)
L = L1 – 2(n.Kp + Ka).H
Dengan :
L = Bentang efektif bendung pelimpah (m)
L’ = Bentang sebenarnya (m)
n = Jumlah pier diatas mercu bendung pelimpah
Kp = Koefisien konstruksi pier, diambil 0,03
Ka = Koefisien konstraksi tumpuan/abutment diambil 0,10
H = Tinggi total air limpasan di mercu bendung (m)

H : Beda elevasi muka air waduk dan elevasi mercu (m)


p : Tinggi mercu pelimpah dari apron (m)
Dari hasil penelusuran aliran melalui spillway diperoleh hasil sebagai berikut:

Routing Spillway Q-PMF

400
Q-Outflow

350 Q-Inflow

300

250
Q (m3/det)

200

150

100

50

0
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40
T (jam )

Gambar, Hidrograf Inflow & Outflow PMF


Tabel, Penelusuran Banjir PMF
t I (I1+I2)/2 (I1+I2)*dt/2 S-Q1dt/2 S+Q2dt/2 Elevasi Q S
3 3 3 3 3 3 3
(Jam) (m /dt) (m /dt) (ribu m ) (ribu m ) (ribu m ) (m) (m /dt) (m )
1 3.83 21.70 3.83 2,610,899
2 3.83 3.83 13.77 2604.01 2617.78 21.70 3.82 2,610,907
3 33.79 18.81 67.71 2604.03 2671.74 21.74 5.33 2,662,136
4 60.69 47.24 170.06 2652.53 2822.59 21.88 10.22 2,804,200
5 137.61 99.15 356.93 2785.81 3142.74 22.15 22.72 3,101,847
6 378.67 258.14 929.31 3060.95 3990.26 22.78 62.70 3,877,400
7 271.85 325.26 1170.94 3764.54 4935.48 23.39 111.75 4,734,322
8 181.87 226.86 816.69 4533.17 5349.86 23.63 133.71 5,109,181
9 108.73 145.30 523.08 4868.50 5391.58 23.65 135.93 5,146,908
10 67.80 88.26 317.74 4902.24 5219.98 23.56 126.82 4,991,710
11 47.23 57.51 207.04 4763.44 4970.48 23.41 113.60 4,765,992
12 34.84 41.03 147.72 4561.51 4709.23 23.25 99.83 4,529,535
13 23.32 29.08 104.69 4349.84 4454.53 23.09 86.51 4,298,807
14 15.96 19.64 70.70 4143.08 4213.78 22.93 74.07 4,080,456
15 11.57 13.76 49.54 3947.13 3996.67 22.79 63.02 3,883,228
16 8.82 10.19 36.69 3769.78 3806.47 22.65 53.53 3,710,112
17 7.06 7.94 28.58 3613.75 3642.34 22.53 45.52 3,560,395
18 5.93 6.50 23.39 3478.45 3501.84 22.43 38.83 3,431,938
19 5.19 5.56 20.01 3362.04 3382.05 22.34 33.28 3,322,141
20 4.71 4.95 17.82 3262.24 3280.06 22.26 28.68 3,228,427
21 4.40 4.56 16.40 3176.80 3193.20 22.19 24.88 3,148,417
22 4.20 4.30 15.48 3103.64 3119.11 22.13 21.72 3,080,012
23 4.07 4.13 14.88 3040.91 3055.79 22.08 19.10 3,021,399
24 3.98 4.02 14.49 2987.01 3001.50 22.03 16.92 2,971,044
25 3.89 3.94 14.18 2940.59 2954.76 21.99 15.09 2,927,598
26 3.87 3.88 13.98 2900.43 2914.41 21.96 13.55 2,890,010
27 3.85 3.86 13.90 2865.61 2879.52 21.93 12.26 2,857,451
28 3.84 3.85 13.85 2835.39 2849.24 21.90 11.16 2,829,152
29 3.84 3.84 13.82 2809.06 2822.88 21.88 10.23 2,804,476
30 3.83 3.83 13.79 2786.07 2799.86 21.86 9.43 2,782,887
31 3.83 3.83 13.78 2765.92 2779.69 21.84 8.74 2,763,952
32 3.83 3.83 13.77 2748.21 2761.98 21.82 8.15 2,747,307
33 3.83 3.83 13.77 2732.63 2746.40 21.81 7.64 2,732,639
34 3.83 3.83 13.77 2718.88 2732.65 21.80 7.20 2,719,686
35 3.83 3.83 13.77 2706.72 2720.49 21.79 6.82 2,708,222
36 3.83 3.83 13.77 2695.95 2709.72 21.78 6.48 2,698,056
Tabel .. Resume Penelurusan banjir lewat Spillway (Debit Puncak Masing-Masing Periode
Ulang)
Inflow max Outflow max H max Level MA
Tr 3 3
Jam ke m /det Jam ke m /det m max.(m)

1 4 29.95 7 8.69 0.34 21.84


2 4 42.60 7 11.50 0.41 21.91
5 4 60.86 7 15.96 0.51 22.01
10 5 73.81 8 19.87 0.59 22.09
25 5 91.23 8 25.60 0.70 22.20
50 6 104.97 9 30.40 0.79 22.29
100 6 119.26 9 35.57 0.87 22.37
1000 6 171.55 9 55.13 1.17 22.67
PMF 6 378.67 9 135.94 2.16 23.66

Gambar, Tampak Samping Spillway

Gambar, Tampak Atas Bangunan Pelimpah


Pada konstruksi tubuh spillway direncanakan menggunakan beton dengan kualitas k-225.
Sementara untuk mengatasi kebocoran di sela-sela smbungan atau pasangan beton
digunakan waterstop, Pada bagian atas bangunan pelimpah juga dibangun jembatan yang
digunakan untuk melakukan inspeksi. Pemilihan kolam olak ditentukan menggunakan
USBR Type III, pemilihan kolam olak dengan tipe ini cocok untuk meredam aliran
dengan tekanan hidrostatis relatif rendah dan debit yang relatif kecil (q<18.5 m3/s/m,
V<18 m/s, dan Fr>4.5) (Sosrodarsono, 1977). Proses peredaman energi pada kolam olak
USBR tipe III dibantu dengan adanya buffle block yang dipasang di bagian hulu dan hilir
kolam dan karena gesekan antara partikel air dalam kolam olak. Jumlah buffle block
yang dipasang di hulu kolam olak sejumlah 15 buah sementara di hilir berjumlah 14
buah. Berikut adalah gambar rencana buffle block di kolam olak Bendungan Teritip.

Gambar,Buffle Block Hulu Kolam Olak Bendungan Teritip

Gambar, Buffle Block Kolam Olak Bagian Hilir


3.3.2.2 Bangunan Pengelak

Bangunan pengelak (diversion) dipakai untuk mengelakkan aliran sungai agar pekerjaan
pembuatan bendungan dan bangunan pelengkapnya tidak terganggu oleh aliran sungai.
Dimensi pengelak untuk melindungi pembuatan bendungan utama direncanakan dengan
debit kala-ulang 25 tahun (Q-25), sedangkan untuk melindungi pembuatan cofferdam
direncanakan dengan debit tahunan (Q-2). Saluran pengelak direncanakan berbentuk
gorong-gorong (conduit) bujur sangkaryang terletak pada kaki tubuh bendungan saddle
dam. Berikut adalah data teknis untuk perencanaan bangunan pengelak:

 Tipe Pengelak : Konduit


 Dimensi Konduit : 3m x 3 m (2 buah)
 Elevasi Inlet : El 15 meter
 Elevasi Outlet : El 14 meter
 Debit Rencana Inflow : 91.23 m3/s (Q 25 tahun)
 Kapasitas Outflow : 63.17 m3/s
 Elevasi Banjir Q-25 : El. 17.97 meter

Gambar, Contoh Segmen Bangunan Pengelak


Gambar, Detail Box Culvert (Gorong-Gorong)

3.4 Perencanaan Perbaikan Pondasi Bendungan

Berdasar investigasi tanah, kondisi tanah pada fondasi bendungan adalah lempung yang
sebagiannya yaitu yang di dasar lembah adalah tanah lunak. Tanah alluvial dan koluvial
lempungan yang terdeposit dan hampir selalu terendam air akan menjadi tanah lunak
karena susunan butirannya longgar dan pori-porinya penuh dengan air. Bila mendapat
beban, tekanan yang terjadi sebagian besar diterima oleh air sehingga daya dukungnya
rendah. Dengan kondisi tanah yang bisa dikatakan kurang ideal untuk berdirinya sebuah
bendungan, maka pada lokasi bendungan dilakukan perbaikan daya dukung. Tanah lunak
dapat ditingkatkan kekuatannya bila diperpadat susunan butirannya dengan cara diberi
tekanan terbatas dan diberi jalan agar air keluar dari pori-porinya. Tetapi lapisan porus
yang menjadi jalan untuk mengeluarkan air dari tanah juga dapat menjadi jalan bocoran
sehingga tidak semua bagian dari fondasi bendungan dapat dipasangi saluran drainase.
Oleh karena itu harus diusahakan secara optimal agar dapat memberi jalan air untuk
mempercepat konsolidasi tetapi juga ada lapisan kedap air yang cukup untuk menahan
rembesan. Cara yang bisa dipakai untuk memperbaiki daya dukung tanah, antara lain:

1. Penggantian tanah
2. Percepatan konsolidasi
3. Beban-Imbangan (counter weight)
Pada Bendungan Teritip perencanaan untuk perbaikan pondasi digambarkan sebagai
berikut:

Gambar, Perencanaan Perbaikan Pondasi

Keterangan :

1. Cut-off, berfungsi sebagai lapisan kedap air, pada bagian ini tidak bisa diberi saluran
drainase. Tanah bagian atas diganti untuk mengurangi ketebalan tanah lunak dan
menekan garis aliran agar lebih panjang. Dalam perencanaan yang berfungsi sebagai
cut-off adalah lapisan fondasi cofferdam.
2. Zona drainase horisontal, berfungsi untuk mengeluarkan air dari lapisan tanah lunak di
bawahnya sebagai upaya mempercepat konsolidasi. Setelah bendungan beroperasi,
zona ini juga berfungsi untuk menurunkan permukaan air yang merembes di dalam
tubuh bendungan. Pada zona ini lapisan yang digunakan untuk mengalirkan air secara
horizontal sebelum disalurkan ke toedrain adalah lapisan pasir, yang mana lapisan pasir
merupakan laisan permeabel yang memiliki nilai k (konduktivitas hidraulik) yang
cukup tinggi sehingga baik dalam mengalirkan air
3. Zona drainase vertikal, berfungsi untuk jalan keluarnya air dari lapisan tanah lunak
sebagai upaya lebih mempercepat konsolidasi. Pada drainase vertikal digunakan jenis
PVD (Prevabricated Vertical Drain) yang terbuat dari bahan geostekstil non-woven.
PVD dipasang sepanjang 10 meter ke dalam tanah dihitung dari permukaan pasir
horizontal drain (Elevasi dasar vertikal Drain berada pada EL+ 7 meter).
4. Timbunan cofferdam dan bendungan, pada proses konsolidasi berfungsi sebagai beban
yang akan memberi tekanan sehingga air dapat mengalir ke luar.
5. Drainase kaki, berfungsi untuk menyaring air agar butiran tanah tidak terbawa,
kemudian mengumpulkan dan mengalirkan air ke hilir.
6. Primary cofferdam hulu dan hilir, selain berfungsi untuk melindungi pekerjaan
bendungan dari aliran air juga berfungsi sebagai beban Imbangan (counter weight) agar
timbunan dapat stabil.

Anda mungkin juga menyukai