PROSES PERENCANAAN
3.1 Pendahuluan
Proses perencanaan Bendungan Teritip Kota Balikpapan dilakukan oleh konsultan perencana
dan pelaksanaannya diawasi oleh konsultan pengawas, dimana pihak yang terlibat dalam
proyek ini sebagai konsultan adalah PT.teknika Cipta Konsultan dan PT. Mettana
Engineering Consultant sebagai suatu join operation. Proses perencanaan fisik bendungan
meliputi berbagai komponen diantaranya:
Jumlah Kepadatan
Kecamatan Luas Wilayah
Penduduk Penduduk
Balikpapan Timur 132,12 km2 50.156 Jiwa 379 jiwa
Balikpapan Selatan 47,95 km2 188.317 jiwa 3927 jiwa
Balikpapan Tengah 11,07 km2 114.548 jiwa 10.347 jiwa
balikpapan Utara 132,17 km2 101.539 jiwa 768 jiwa
Balikpapan Timur 179,95 km2 85.904 jiwa 477 jiwa
Total 503,31 km2 540.464 jiwa
3.2.2 Data Hidrologi
Data hidrologi adalah data esensial yang diperlukan dalam perencanaan bendungan, karena
air yang akan ditampung dalam waduk berasal dari hujan yang terjadi pada DAS Bendungan
Teritip. Tinggi hujan yang turun akan menentukan volume tampungan waduk, ketersediaan
air, debit banjir, elevasi muka air normal, serta elevasi crest dam berdasarkan PMF. Di sekitar
lokasi Bendungan Teritip terdapat 3 stasiun hujan yaitu Stasiun hujan Waduk Manggar,
stasiun hujan Samboja dan stasiun hujan Sepinggan. Untuk perhitungan hidrologi pada
bendungan Teritip digunakan data hujan sepanjang 30 tahun dari stasiun hujan Sepinggan.
Data yang digunakan dalam perencanaan Bendungan Teritip hanya menguanakan data yang
berasal dari stasiun Sepinggan saja dengan pertimbangan bahwa data pada stasiun Spinggan
adalah yang paling lengkap, sementara data dari dua stasiun lainnya hanya digunakan sebagai
pembanding dan koreksi saja
Lapisan endapan permukaan (Recent Deposit) terdiri dari top soil, endapan
rawa/sungai (alluvial clay) dan endapan lempung lanauan serta pasir.
Batuan Dasar berupa Batu Lempung.
3.2.7 Data Karakteristik DAS
DAS Teritip merupakan DAS kecil yang berbatasan dengan: sebelah utara DAS Selokapi,
sebelah barat DAS Manggar, sebelah selatan DAS Ajiraden dan DAS Teritip Tengah, sebelah
timur Selat Makasar. Jaringan sungai Teritip membentuk pola denditrik (cabang pohon)
menyatu di hilir dengan alur cenderung lurus. Aliran pada lokasi bendungan bertipe perenial,
ada aliran sepanjang tahun, tetapi karena DPS-nya kecil dan pada perbukitan rendah maka
aliran dasarnya hanya kecil. Pada bagian hulu yaitu daerah perbukitan terdapat hutan
sekunder, ladang, kebun campuran, pekarangan dan pemukiman. Sedangkan lahan yang
basah yaitu yang di dekat sungai ada yang berupa rawa-rawa atau semak belukar. Kondisi
bagian hilir yaitu pada dataran pantai yang kering, lahannya dimanfaatkan untuk ladang,
kebun campuran, pekarangan dan pemukiman. Sedangkan lahan basahnya sebenarnya
dialokasikan untuk sawah tetapi kebanyakan telah tertutup semak belukar atau menjadi rawa.
Berdasarkan laporan DED Teritip diperoleh Data teknis DAS Teritip:
Bendungan Teritip merupakan jenis bendungan dengan tipe bendungan urugan homogen.
Bendungan urugandigolongkan homogen apabila bahan yang membentuk tubuh bendungan
tersebut terdiri dari tanah yang hampir sejenis dan gradasinya hampir seragam (Sosrodarsono,
1977; 11). Bendungan tipe urugan homogen ini masih dapat diklasifikasikan lagi menjadi dua
macam yaitu bendungan urugan tanah dan bendungan urugan pasir kerikil. Dalam hal ini
bendungan teritip merupakan bendungan homogen urugan tanah liat dengan saluran drainase
horizontal. Terdapat beberapa keuntungan dan kerugian dari pemilihan bendungan dengan
tipe urugan homogen diantaranya:
1. Keuntungan
Karena bahan bangunannya seragam maka cara pemadatannya juga sama jadi
relatif mudah
Untuk bendungan yang relatif tidak tinggi , pada umumnya biaya konstruksi
lebih murah.
2. Kerugian
Sifat tanah dan tanah liat sangat dipengaruhi oleh kadar air . Apabila kadar air
terlalu tinggi maka tanah akan menjadi terlalu lunak, sementara bila tanah
terlalu kering maka tanah akan menjadi sangat keras dan sulit dapadatkan.
Oleh karena itu selama proses pengerjaan perlu diperhatikan kadar air dari
tanah yang ada
Pada musim hujan pekerjaan sering terhenti karena kadar air yang menjadi
terlalu tinggi.
Pemilihan tipe bendungan pada konstruksi Bendungan teritip dengan tipe homogen
berdasarkan pertimbangan bahwa ketersedian material yang ada di sekitar lokasi borrow area
memungkinkan untuk dibuat bendungan homogen ketimbang zoned dam (bendungan dengan
inti), jika dibangun bendungan dengan inti maka biaya konstruksi akan lebih mahal karena
harus mendatangkan material dari tempat lain. Berikut adalah data mengenai tubuh
bendungan teritip.
Pada timbunan tubuh bendungan teritip terdapat 4 zona penyusun tubuh bendungan.
Masing-masing zona penyusun tubuh Bendungan Teritip akan dijelaskan sebagai berikut:
Pada spillway dengan tipe ambang tetap, ogee tanpa pintu peroses pelimpahan air
dilakukan dengan melimpahkan kelebihan air banjir melalui puncak (crest) spillway yang
terjadi apabila air banjir melebihi tampungan efektif waduk (melewati batas muka air
normal waduk). Pada bendungan teritip spillway atau bangunan pelimpah digunakan
setelah waduk beroperasi untuk melimpahkan banjir yang tidak tertampung. Dimensi
pelimpahnya direncanakan untuk dapat melimpaskan debit kala-ulang 1000 tahun (Q-
1000) tetapi juga harus dapat dilewati debit maksimum boleh jadi (PMF) tanpa
mengalami overtopping. Berikut adalah resume hasil penelusuran banjir melalui spillway
dengan metode reservoir routing untuk banjir dengan setiap kala ulang yang berbeda.
Dalam perencanaan debit outflow yang melewati crest spillway digunakan metode
reservoir routing dengan bentuk persamaan umum sebagai berikut:
I1 I2 O + O2
t + 1 t = S2 - S1
2 2
Dengan:
Untuk debit outflow (O) melalui pelimpah dihitung dengan menggunakan persamaan:
Q = C.L.H3/2
C = 2.2 – 0.0416 ( H / p )0.99
Dengan:
Q : Debit (m3/det)
C : Koefisien debit,
L : Panjang efektif pelimpah (m)
L = L1 – 2(n.Kp + Ka).H
Dengan :
L = Bentang efektif bendung pelimpah (m)
L’ = Bentang sebenarnya (m)
n = Jumlah pier diatas mercu bendung pelimpah
Kp = Koefisien konstruksi pier, diambil 0,03
Ka = Koefisien konstraksi tumpuan/abutment diambil 0,10
H = Tinggi total air limpasan di mercu bendung (m)
400
Q-Outflow
350 Q-Inflow
300
250
Q (m3/det)
200
150
100
50
0
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40
T (jam )
Bangunan pengelak (diversion) dipakai untuk mengelakkan aliran sungai agar pekerjaan
pembuatan bendungan dan bangunan pelengkapnya tidak terganggu oleh aliran sungai.
Dimensi pengelak untuk melindungi pembuatan bendungan utama direncanakan dengan
debit kala-ulang 25 tahun (Q-25), sedangkan untuk melindungi pembuatan cofferdam
direncanakan dengan debit tahunan (Q-2). Saluran pengelak direncanakan berbentuk
gorong-gorong (conduit) bujur sangkaryang terletak pada kaki tubuh bendungan saddle
dam. Berikut adalah data teknis untuk perencanaan bangunan pengelak:
Berdasar investigasi tanah, kondisi tanah pada fondasi bendungan adalah lempung yang
sebagiannya yaitu yang di dasar lembah adalah tanah lunak. Tanah alluvial dan koluvial
lempungan yang terdeposit dan hampir selalu terendam air akan menjadi tanah lunak
karena susunan butirannya longgar dan pori-porinya penuh dengan air. Bila mendapat
beban, tekanan yang terjadi sebagian besar diterima oleh air sehingga daya dukungnya
rendah. Dengan kondisi tanah yang bisa dikatakan kurang ideal untuk berdirinya sebuah
bendungan, maka pada lokasi bendungan dilakukan perbaikan daya dukung. Tanah lunak
dapat ditingkatkan kekuatannya bila diperpadat susunan butirannya dengan cara diberi
tekanan terbatas dan diberi jalan agar air keluar dari pori-porinya. Tetapi lapisan porus
yang menjadi jalan untuk mengeluarkan air dari tanah juga dapat menjadi jalan bocoran
sehingga tidak semua bagian dari fondasi bendungan dapat dipasangi saluran drainase.
Oleh karena itu harus diusahakan secara optimal agar dapat memberi jalan air untuk
mempercepat konsolidasi tetapi juga ada lapisan kedap air yang cukup untuk menahan
rembesan. Cara yang bisa dipakai untuk memperbaiki daya dukung tanah, antara lain:
1. Penggantian tanah
2. Percepatan konsolidasi
3. Beban-Imbangan (counter weight)
Pada Bendungan Teritip perencanaan untuk perbaikan pondasi digambarkan sebagai
berikut:
Keterangan :
1. Cut-off, berfungsi sebagai lapisan kedap air, pada bagian ini tidak bisa diberi saluran
drainase. Tanah bagian atas diganti untuk mengurangi ketebalan tanah lunak dan
menekan garis aliran agar lebih panjang. Dalam perencanaan yang berfungsi sebagai
cut-off adalah lapisan fondasi cofferdam.
2. Zona drainase horisontal, berfungsi untuk mengeluarkan air dari lapisan tanah lunak di
bawahnya sebagai upaya mempercepat konsolidasi. Setelah bendungan beroperasi,
zona ini juga berfungsi untuk menurunkan permukaan air yang merembes di dalam
tubuh bendungan. Pada zona ini lapisan yang digunakan untuk mengalirkan air secara
horizontal sebelum disalurkan ke toedrain adalah lapisan pasir, yang mana lapisan pasir
merupakan laisan permeabel yang memiliki nilai k (konduktivitas hidraulik) yang
cukup tinggi sehingga baik dalam mengalirkan air
3. Zona drainase vertikal, berfungsi untuk jalan keluarnya air dari lapisan tanah lunak
sebagai upaya lebih mempercepat konsolidasi. Pada drainase vertikal digunakan jenis
PVD (Prevabricated Vertical Drain) yang terbuat dari bahan geostekstil non-woven.
PVD dipasang sepanjang 10 meter ke dalam tanah dihitung dari permukaan pasir
horizontal drain (Elevasi dasar vertikal Drain berada pada EL+ 7 meter).
4. Timbunan cofferdam dan bendungan, pada proses konsolidasi berfungsi sebagai beban
yang akan memberi tekanan sehingga air dapat mengalir ke luar.
5. Drainase kaki, berfungsi untuk menyaring air agar butiran tanah tidak terbawa,
kemudian mengumpulkan dan mengalirkan air ke hilir.
6. Primary cofferdam hulu dan hilir, selain berfungsi untuk melindungi pekerjaan
bendungan dari aliran air juga berfungsi sebagai beban Imbangan (counter weight) agar
timbunan dapat stabil.