Disusun Oleh:
Nim : 181230000273
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan karunia serta
kemudahan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Besar untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Teknologi Sipil Wilayah Pantai. Shalawat dan
salam senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah SAW. semoga kita
mendapatkan syafa’atnya di hari akhir.
Tugas ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh dosen pengampu. Dalam usaha penyusunan tugas ini penyusun
banyak melalui halangan dan rintangan serta kesulitan yang penyusun hadapi.
Untuk menghadapi kesulitan tersebut, penyusun banyak mendapat bantuan baik
moral maupun material yang tidak ternilai harganya baik dalam bentuk
bimbingan, petunjuk maupun fasilitas yang sangat diperlukan.
Sehubungan dengan penyusunan ini, maka perkenankanlah penyusun
mengucap terima kasih kepada :
1. Bapak Taufiq Triwidodo, S.Pd, ST., MT. selaku dosen pengampu mata
kuliah Teknologi Sipil Wilayah Pantai yang telah membimbing dan
mengarahkan dalam penyusunan tugas besar ini.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan doa dan semangat moril
dalam penyusunan makalah ini.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu penyusun baik
materi maupun fasilitas dalam penyusunan makalah ini.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun penyusun
menyadari bahwa tugas besar ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari pihak manapun, demi perbaikan,
kelengkapan dan kesempurnaan tugas besar ini. Akhir kata, semoga tugas ini
dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.
HALAMAN JUDUL……………………...………………………………………..i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
LEMBAR ASISTENSI............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENGERTIAN PANTAI.........................................................................................1
1.1. Definisi Pantai...........................................................................................1
1.2. Potensi Pantai............................................................................................3
1.3. Permasalahan Pantai..................................................................................4
1.4. Karakteristik Pantai...................................................................................6
1.5. Contoh Soal dan Jawaban..........................................................................8
BAB II TEORI GELOMBANG............................................................................10
2.1. Pengertian dan Jenis-jenis Gelombang....................................................10
2.1.1. Pengertian Gelombang.....................................................................10
2.1.2. Jenis-jenis Gelombang..........................................................................11
2.2. Teori Gelombang.....................................................................................12
2.3. Contoh Soal dan Jawaban........................................................................13
BAB III PEMBANGKITAN DAN STATIK GELOMBANG..............................18
3.1. Angin.......................................................................................................18
3.2. Pembangkitan Gelombang......................................................................19
3.3. Gelombang Rencana................................................................................21
3.4. Gaya-Gaya Gelombang...........................................................................22
3.5. Soal dan Jawaban....................................................................................23
BAB IV..................................................................................................................25
DEFORMASI GELOMBANG..............................................................................25
4.1. Pengertian Deformasi Gelombang..........................................................25
4.2. Jenis-jenis Deformasi Gelombang...........................................................25
4.2.1. Refraksi Gelombang........................................................................25
PENGERTIAN PANTAI
Garis pantai adalah batas pertemuan yaitu antara bagian laut dan daratan
ketika terjadi air laut pasang tertinggi. Garis laut mampu berubah karena
adanya abrasi, yaitu pengikisan pantai sebab hantaman gelombang laut yang
menyebabkan berkurangnya areal daratan.
Didataran pantai ada proses rembesan air laut, pasang surut laut, dan
angin laut, sedangkan di perairan masih dipengaruhi oleh sifat tanah seperti
sedimentasi dan aliran air tawar.
Gambar 2.2. Salah Satu Potensi Pantai Lokasi Pantai Gua Manik
Jepara (24 Juni 2020)
Pemanfaatan sumber daya yang ada di laut tidak selalu dengan cara
mengambil sumberdaya yang dibutuhkan tersebut. Terdapat berbagai jenis
pemanfaatan sumberdaya dengan cara mengambil manfaat dari nilai-nilai dan
fungsi yang diberikan sumberdaya tanpa mengambil sumberdaya tersebut.
Pemanfaatan jenis itu dikenal dengan pemanfaatan non-ekstraktif. Berikut
beberapa contoh jenis-jenis pemanfaatan non-ekstraktif :
Pariwisata
Pendidikan non ekstrakti
Tempat acara sosial
Olah raga air
Penelitian non-ekstraktif
1.3. Permasalahan Pantai
Gambar 1.3. Abrasi yang terjadi Di Pulau Panjang (13 desember 2020)
1. Abrasi Pantai
2. Penebangan hutan mangrove
3. Pencemaran sampah anorganik
4. Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan (over exploitation)
5. Reklamasi pantai sembarangan
Gambar 1.4. Obsevasi Pantai Lemah Abang Jepara (18 September 2017)
Karakteristik pantai yang telah saya amati yaitu Pantai Lemah Abang yang
berada di desa Balong Beji Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara yaitu:
Memiliki banyak tebing tinggi di daerah sekitar pantai.
Pasir pada pantai tersebut berwarna hitam sehingga bias disebut juga pasir
besi.
Disekitar pantai terdapat tebing tebing dari tanah yang warnanya sangat
cerah.
Ekosistem pantai sendiri secara umum dapat dikatakan sebagai satu
ekosistem yang selaras. Ekosistem pantai yang baik dan juga sehat
mempunyai beberapa ciri sebagai berikut:
Memiliki garis pantai yang permanen dan juga terjaga dengan baik. Garis
pantai yang dimaksud adalah wilayah atau batasan antara daratan dengan
lautan. Ekosistem pantai yang baik adalah pantai yang mempunyai ciri
garis pantai yang terjaga dan juga permanen.
Terdapat ekosistem mangrove di sekitar pantai. Ekosistem pantai yang
baik adalah yang mempunyai ekosistem hutan magrove di kawasan pantai
tersebut. Ekosistem mangrove ini setidaknya berjumlah 30% dari jumlah
total luas pesisir. Prosentase yang demikian tersebut merupakan jumlah
yang ideal. Ekosistem hutan mangrove yag berada di wilayah pantai ini
mempunyai fungsi sebagai penahan ombak laut yang bisa mengikis pesisir
dari pantai tersebut (baca: abrasi pantai)
Terdapat pola usaha budidaya air payau. Salah satu ciri atau karakteristik
dari ekosistem pantai yang baik dan juga sehat ini adalah terdapat pola
usaha budidaya jenis air payau yang dilakukan dengan berpegang pada
wawasan atas lingkungan yang baik. Mengapa harus berwawasan pada
lingkungan yang baik? Hal ini karena pemafaatan lingkungan pantai tidak
boleh sembarangan karena berhubungan dengan beragam makhluk hidup
yang berada di sekitar pantai tersebut.
Pencemaran atas pantai bisa dikendalikan. Ekosistem pantai memang sulit
lepas dari yang namanya pencemaran. Namun pencemaran di lingkungan
ekosistem pantai yang baik dan juga sehat dapat diatasi atau dikendalikan
dengan mudah, baik secara ilmiah maupun dengan campur tangan
manusia.
Berperan sebagai rumah bagi aneka jenis makhluk hidup dan bisa menjadi
sumber kehidupan bagi manusia yang tinggal di sekitaran pantai tersebut.
Ekosistem pantai yang sehat adalah ekosistem pantai yang mempunyai
berbagai macam fungsi atau manfaat pantai. Beberapa manfaat yang
dipunyai oleh ekosistem pantai yang baik dan juga sehat adalah bisa
digunakan sebagai rumah bagi berbagai macam makhluk hidup dan juga
merupakan sumber penghidupan bagi manusia yang berada di sekitar
pantai tersebut.
1.5. Contoh Soal dan Jawaban
A. Apa yang dimaksud dengan pemanfaatan ekstraktif dan non ekstraktif
pada sumber daya perairan?
Jawab : Pengambilan manfaat dengan cara mengambil sumberdaya dikenal
dengan istilah pemanfaatan ekstraktif, sedangkan pengambilan
manfaat non-ekstraktif tidak dilakukan dengan mengambil
sumberdaya, tetapi memanfaatkan nilai-nilai dan fungsi yang
diberikan oleh sumberdaya tersebut.
Dimana:
Tidak ada asumsi diatas yang valid, tetapi dalam prakteknya, prediksi
dengan menggunakan model gelombang permukaan yang sederhana cukup.
Soal No. 2 :
Diketahui :
Gelombang laut dalam periode T = 10 detik dan tinggi Ho = 2 m
merambat menuju pantai dengan garis puncak gelombang sejajar dengan
garis kontur dasar laut.
Ditanyakan :
a. Hubungan antara tinggi gelombang pada suatu kedalaman dan tinggi
gelombang dilaut dalam?
b. Hitung tinggi gelombang pada kedalaman 5 m ?
c. Energi tiap satuan panjang gelombang ?
Penyelesaian ;
a. Hubungan antara H dan Ho.
Parameter gelombang didalam laut :
Lo = 1,56 T2 = 1,56 x 102 = 156 m
Mengingat garis puncak gelombang laut sejajar dengan garis kontur dasar
laut, maka tidak terjadi refraksi gelombang sehingga Ho = H’o.
Parameter H’o adalah tinggi gelombang laut dalam ekuivalen yaitu tinggi
gelombang di laut dalam apabila gelombang tidak mengalami refraksi.
Dari persamaan terdahulu :
0,5 . Eo . Lo = n . E . L …………………………………………………
(1)
Dengan masing – masing nilai berikut
Eo = 1/8 . ρ . g . H’o2 dan E = 1/8 . ρ . g . H2
Maka :
o,5 . Co . 1/8 . ρ . g . Ho2 = n . 1/8 . ρ . g . H2
( H / H’o )2 = ½ . 1/n . Co/C ……………………………………………
(2)
Subtitusikan, maka akan diperoleh ;
Dengan H / H’o atau Ks adalah koefesien pendangkalan ( Shoaling
Coefecient)
Nilai Ks atau H / H’o sebagai fungsi d/Lo dan d/L. diberikan dalam tabel
pada lampiran 1
b. Tinggi gelombang pada kedalaman d = 5 m
Dihitung nilai berikut ;
Dengan menggunakan tabel L-1 untuk nilai d/Lo = 0,032, nilai Ks atau
H/H’o adalah
H / H’o = Ks = 1,111
Maka tinggi gelombang pada kedalaman 5 m ;
H d = 5 = 1,111 .H’o = 1,111 . 2 = 2,222 m
c. Energi gelombang
P = ½ . 1/8 . ρ . H’o2 . Co
P = ½ . 1/8 . 1000 . 9,81. 22 . 15,6
P = 38,259 Nm/d permeter puncak gelombang
Soal No. 3 :
Direncanakan Pemecah Gelombang untuk pelindung pelabuhan buatan,
dengan lebar peraiaran pelabuhan = 1000 m. panjang perairan pelabuhan
= 125 m. tinggi gelombang laut = 6 m. tinggi gelombang perairan
( kolam ) = 0,60. Nilai L =1
Untuk menghitung besar / berat batu yang dipakai pada konstruksi
gelombang direncanakan sebagai berikut :
BJ air laut = 1,03 t / m3
Berat jenis batu = 2,7
Kemiringan pemecah gelombang pada sisi laut = 25 %
Nilai gelombang = 6 m
Koefesien untuk blok batuan = 9
Ditanya :
Berapa berat blok batuan yang digunakan untuk pemecah gelombang ?
Penyelesaian :
Menentukan Berat Blok Batuan untuk Pemecah Gelombang
Sr = 2,7
Tg α = 0,25 α = 14,036
( cos α – sin α )3 = ( cos 14,036 – sin 14,036 )3 = 0,3852
( Sr – 1 )3 = ( 2,7 – 1 )3 = 4,913
Jadi berat blok batuan yang digunakan untuk pemecah gelombang adalah
2676,44 Kg
Soal No.4 :
Dua balok kayu kecil A dan B terapung di permukaan danau. Jarak
keduanya adalah 150 cm. Ketika gelombang sinusoida menjalar pada
permukaan air, teramati bahwa pada saat t = 0 detik, balok A berada di
puncak sedangkan balok B berada di lembah. Keduanya dipisahkan satu
puncak gelombang. Pada saat t = 1 detik, balok A berada di titik
setimbang pertama kali dan sedang bergerak turun. Pernyataan yang
benar tentang gelombang pada permukaan air tersebut adalah…
Ditanya:
Pernyataan yang benar tentang gelombang pada permukaan air?
Diketahui:
Pembahasan:
a. Mencari panjang gelombang:
Ternyata, panjang gelombang air adalah 100 cm, bukan 200 cm. Jadi,
pilihan jawaban E salah.
b. Mencari periode:
c. Mencari frekuensi:
Soal No. 5 :
Suatu gelombang datang merambat menuju pantai membentur dinding
vertical. Elevasi dasar laut pada + 0,5 m, muka air diam pada elevasi +
6,5 m. Karakteristik gelombang = 2,5 m dan panjang gelombang = 36 m.
Berat jenis air laut = 1,03 t/m3. dibelakang dinding tersebut terdapat pula
air pada kedalaman yang sama.
Diketahui :
H = 2,5 m
h = H/2 = 2,5 / 2 = 1,25 m
d = 6,5 – 0,5 = 6 m
L = 3,6 m,
γ = 1,03 t / m3
Ditanyakan :
Hitung gaya – gaya yang bekerja pada dinding ( max dan min ) ?
Catatan ; menggunakan metode :
1. Menikim
2. Sain Flou
Penyelesaian ;
1. Menikim
Tekanan hidrostatis maksimum pada permukaan air :
P2 = γ .H = 1,03 . 2,5 = 2,575 t / m2
2. Sain Flow
Dari daftra lampiran X maka didapatkan :
Tanh ( 1,0472 ) = 0,7807
Coth ( 1,0472 ) = 1,2809
Sinh ( 1,0472 ) = 1,2494
Cosh ( 1,0472 ) = 1,2809
BAB III
PEMBANGKITAN DAN STATIK GELOMBANG
3.1. Angin
Sirkulasi udara yang kurang sejajar dengan permukaan bumi disebut
angin. Angin terjadi karena perbedaan tekanan udara, sehingga udara mengalir
dari tempat yang bertekanan tinggi menuju daerah yang bertekanan rendah.
Angin darat dan angin laut dihasilkan oleh perbedaan penyerapan panas
oleh permukaan tanah (daratan) dibandingkan dengan air (laut). Secara
popular diketahui bahwa daratan atau tanah cepat menjadi panas dan cepat
menjadi dingin sebaliknya air lebih lambat menjadi panas dan lebih lambat
menjadi dingin. Inilah yang dapat menerangkan bahwa pada siang hari
angin menghebus dari laut ke daratan yang disebut angin laut. Pada waktu
malam hari laut lebih panas dari daratan dan dengan demikian timbul angin
dari darat ke laut yang disebut angin darat. Angin-angin ini adalah angin
lokal dan akan timbul setiap hari.
H p=H [√ b
B
4
−0,027 √ D(1+
√ ]
b
B
)
Dengan:
Hp = tinggi gelombang di titik P di dalam pelabuhan (m)
H = tinggi gelombang di mulut pelabuhan (m)
b = lebar mulut
B = lebar kolam pelabuhan di titik P, yaitu panjang busur lingkaran dengan
jari-jari D dan pusat pada titik tengah mulut (m)
D = jarak dari mulut ke titik P
Persamaan tersebut tidak berlaku pada titik yang berjarak kurang dari
15 m dari mulut.
DEFORMASI GELOMBANG
a. Spilling
Dicirikan oleh buih dan turbulensi di puncak gelombang. Spilling
biasanya dimulai beberapa jarak dari pantai dan disebabkan jika
lapisan air di puncak bergerak lebih cepat dari pada gelombang
seluruhnya. Gelombang seperti ini dicirikan dengan kemiringan pantai
yang landai. Gelombang pecah terlihat di pantai selama badai, jika
gelombang curam dan pendek.
b. Plunging
Merupakan jenis gelombang yang paling menakjubkan. Bentuknya
yang klasik, banyak disukai oleh peselancar. Puncaknya menggulung
keatas dan terjun ke bawah, pengurangan energinya pada jarak yang
pendek. Plunging terjadi pada pantai yang relatif landai dan berkaitan
dengan swell yang panjang yang dibangkitkan oleh badai. Gelombang
badai yang dibangkitkan secara lokal jarang membentuk plunging
pada pantai yang landai, tetapi pada pantai yang curam hal itu terjadi.
c. Surging
Terjadi pada pantai yang sangat curam, dibentuk dari gelombang yang
rendah dengan perioda panjang, dan muka gelombang dan puncaknya
relatif tidak pecah seperti gelombang yang meluncur ke pantai.
d. Collapsing
Sama dengan plunging, kecuali pada puncak yang menggulung, muka
gelombang jatuh. Gelombang ini terjadi pada pantai dengan
kemiringan yang agak curam dan dibawah kondisi angin yang sedang.
B. Suatu gelombang merambat dari laut dalam dari pantai timur dengan
kontur dasar laut lurus dan sejajar dalam arah barat ke timur dengan
tinggi gelombang datang 2m dan periode gelombang (T) = 8dtk dan arah
gelombang adalah dari barat laut (α 1=45 ° ¿. Tentukan tinggi dan sudut
datang gelombang pada kedalaman 8m? Tentukan tinggi dan sudut
datang gelombang pada kedalaman 3m?
Penyelesaian :
L0=1,56 (T )2=1,56(8)2 =99,84 m
L0 99,84 m
C 0= = =12,48 m/ det
T 8 dtk
d 3 A1 d
= =0,03 tabel
L0 99,48 C1 L
L 42,05 m
c= = =5,26 m/dtk
T 8 dtk
Pada air datang gelombang pada kedalaman 3m adalah.
cos α 0 cos 45 °
Kr=
√ cosα
=
√
cos 17,34
=0,86
A1
Dalam tabel didapatkan nilai : n = 0,9388
C1
n0 = 0,5 (laut dalam)
n0 . L0 0,5(99,84 )
Ks=
√ n. L
=
√
0,9388(42,05)
=1,1245
Dengan tinggi gelombang datang pada kedalaman d = 3m
A1
Lihat tabel diperoleh dalam tabel nilai Ho = 2m
C1
Jadi, H = Ks . Kr. Ho
= (1,1245) . (0,86) . (2)
= 1,93 m
C. Kedalaman laut ± 50m , dibatasi oleh pantai yang panjang dalam arah
timur barat, kecepatan angin akibat badai 25m/det yang berasal dari barat
laut (α =45°), panjang fetch dalam arah dari timur ke barat ±200km.
Hitung Kenaikan muka air laut didalam pantai karena badai ?
Penyelesaian :
1. Panjang fetch arah dari timur ke barat pantai
Fy = F.sin 45°
= 200.sin 45°
= 141.000 m
2. Kecepatan angin badai dalam arah dari timur ke barat pantai
Vy = V. sin α
= 25. sin 45°
= 17,7m/det
3. Kenaikan elevasi muka air karena badai dapat dihitung
V2 −6 (17,7)2
∆ h=F . C . =( 141,000 ) . 3,5 . 10 .
( )
2. g . d 2. ( 9,8 ) .50
= 0,16 m
BAB V
Dengan ketentuan :
Keterangan :
F : Bilangan Formal
a. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide) merupakan tipe pasang surut
yaitu dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali air surut dengan
tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara
teratur. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pada jenis harian
ganda misalnya terdapat di perairan Selat Malaka sampai ke Laut
Andaman.
b. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide) merupakan tipe pasang surut
yang pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali
air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda.
Sedangkan jenis campuran condong ke harian tunggal (mixed tide,
prevailing diurnal) contohnya terdapat di pantai selatan Kalimantan dan
pantai utara Jawa Barat.
c. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing
diurnal) merupakan tipe pasang surut yang dalam satu hari terjadi satu kali
air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang surut rata-rata adalah 12
jam 24 menit. Jenis harian tunggal misalnya terdapat di perairan sekitar
selat Karimata, antara Sumatera dan Kalimantan.
d. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing
semi diurnal) merupakan tipe pasang surut yang dalam satu hari terjadi
dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya
berbeda. Pada pasang-surut campuran condong ke harian ganda (mixed
tide, prevailing semidiurnal) misalnya terjadi di sebagian besar perairan
Indonesia bagian timur.
dengan:
y(t) : kedudukan permukaan air laut hasil pengamatan
Z0 : kedudukan permukaan air laut rata-rata (MSL)
i : kecepatan sudut komponen pasut ke-i
t : waktu pengamatan
Hi : amplitudo komponen pasut ke-i
gi : fasa komponen pasut ke-i
i : indeks yang menyatakan komponen pasut, i = 1,2,..., n.
n : jumlah komponen pasut
Untuk memecahkan persamaan harmonik tersebut dapat digunakan
beberapa metode antara lain metode kuadrat terkecil.
Dalam analisis pasut dengan menggunakan metode kuadrat
terkecil, amplitudo dan fasa komponen dari persamaan harmonik pasut
dihitung berdasarkan data pengamatan terhadap kedudukan muka air
dalam jangka waktu tertentu, dengan menggunakan komponen yang
diketahui frekuensinya. Banyaknya komponen pasut yang dapat diuraikan
bergantung kepada panjangnya data, semakin panjang data pengamatan
maka komponen pasut yang dapat dihasilkan akan semakin banyak.
Sebagai contoh, jumlah dan pasangan komponen yang dihasilkan dari
pengamatan dengan lama 1 bulan akan berbeda dengan lama pengamatan
1 tahun.
Untuk mengetahui komponen yang dapat dilibatkan dalam analisis
pasut dari data pasut yang diamati pada interval dan panjang pengamatan
tertentu digunakan suatu metode yang dikenal dengan kriteria Rayleigh.
b. Konsep Dasar Kriteria Rayleigh
Kedudukan muka air laut sebagai respon dari fenomena pasut
terbentuk dari pengaruh astronomis dan non-astronomis.Bila diasumsikan
faktor non-astronomis tidak mempengaruhi fenomena pasut, maka
kedudukan muka air laut dapat dinyatakan sebagai superposisi dari
komponen astronomis, dan bila diuraikan memiliki bentuk seperti gambar
(2.3.a) yang merupakan fungsi dari tinggi gelombang terhadap waktu, atau
dikenal dengan domain waktu. Kemudian, bila dinyatakan dalam domain
frekuensi akan terlihat komponen yang membentuknya yang merupakan
fungsi dari kekuatan sinyal komponen (spektra) terhadap frekuensi
komponen tersebut.
Untuk memperoleh komponen pasut tersebut diperlukan
pengamatan terhadap kedudukan muka air laut dengan interval dan
panjang pengamatan tertentu, oleh karena itu akan dijelaskan pula
mengenai interval dan panjang pengamatan.
c. Interval dan Panjang Pengamatan
Data pasut dapat diamati dengan melakukan pengamatan pada
setiap interval waktu tertentu, misalnya 1, 2, atau 3 jam. Kemudian,
pengamatan dilakukan dengan panjang yang tertentu pula, seperti 15 hari,
1 bulan, 3 bulan, dan 1 tahun. Dengan mengamati pada interval yang
berbeda, akan memiliki konsekuensi tertentu.Desain panjang pengamatan
sangat berguna dalam menentukan karakteristik yang akan diperoleh dari
data, atau mempengaruhi jenis informasi yang dapat diperoleh dari suatu
data pengamatan. Pengamatan dengan interval sekecil mungkin pada
dasarnya bertujuan antara lain agar dapat mengamati komponen pasut
yang memiliki frekuensi kemunculan yang tinggi.Sebagai contoh,jikasuatu
komponen memiliki frekuensi kemunculan tiap 1 jam, tidak dapat teramati
bila pengamatan dilakukan memiliki interval pengamatan tiap 2 jam.
Selain itu pembahasan tentang pengaruh interval pengamatan erat
hubungannya dengan pengaruh aliasing [Lazuardy, 1995].
Dengan melakukan pengamatan pada interval t dan panjang
pengamatan T, akan dihasilkan sejumlah komponen yang memiliki
periode tertentu pula.Periode komponen terkait dengan frekuensi
komponen tersebut, yakni seberapa sering komponen tersebut
mempengaruhi kedudukan muka air laut. Sebagai contoh, komponen M2
mempengaruhi kedudukan muka air laut setiap 12.42 jam, sehingga M2
akan mengalami satu putaran penuh untuk setiap 12.42 jam, dan dapat
ditulis bahwa frekuensi M2 adalah 1 cycle/12.42 jam atau 0.08051529791
cycle/jam. Dengan cara yang sama, dapat diketahui frekuensi komponen
K1 adalah 1 cycle/23.93 jam atau 0.04178854994 cycle/jam.
Secara teoritis, jika pengamatan dilakukan dengan interval t dan
panjang pengamatan T maka akan diperoleh frekuensi minimum, frekuensi
maksimum, serta resolusi spektral dari komponen tersebut. Frekuensi
terbesar dari komponen yang dapat teramati adalah frekuensi NyquistfN,
yang didefinisikan sebagai berikut:
fN= 1/(2t)
Frekuensi komponen yang teramati tidak akan melebihi frekuensi
Nyquist tersebut. Jika dilakukan pengamatan pada interval setiap 1 jam,
maka frekuensi terbesar dari komponen pasut yang dihasilkan adalah fN =
0.5 cycle/jam.
Kemudian, periode terpanjang (maksimum) dari komponen yang dapat
diamati adalah komponen yang memiliki periode sama dengan panjang
pengamatan. Bila periode suatu komponen lebih kecil dari panjang
pengamatan dengan sendirinya akan teramati. Komponen yang memiliki
periode terbesar memiliki arti bahwa frekuensi kemunculan komponen
tersebut adalah paling kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa suatu
komponen akan dapat teramati bila memiliki frekuensi lebih besar atau
sama dengan frekuensi minimum f0, yang dinyatakan sebagai berikut:
f0 = 1/T
Oleh karena itu, dengan melakukan pengamatan data pasut yang dilakukan
selama panjang waktu T dan interval pengamatan t, akan diperoleh
komponen yang memiliki frekuensi lebih besar dari frekuensi
minimumnya dan lebih kecil dari frekuensi maksimumnya (Nyquist)
sebagai berikut:
f0 ≤ f ≤ fN
Selain kedua batas frekuensi tersebut, terdapat suatu batasan lain yakni
resolusi spektral yang didefinisikan sebagai berikut:
f12 . T = 1 atau . T = 2
Resolusi spektral tersebut menyatakan kemampuan untuk dapat
membedakan atau mengenali komponen yang teramati sesuai dengan
karakteristik data pengamatan yang dilakukan. Resolusi spektral tersebut
berhubungan dengan kriteria Rayleigh yang akan dijelaskan pada
pembahasan berikutnya.
d. Kriteria Rayleigh
2 buah komponen yang memiliki frekuensi berdekatan dapat
dibedakan menjadi 2 buah entitas yang berbeda bila memiliki selisih
frekuensi lebih kecil dari resolusi spektralnya, yang dinyatakan dengan
ekspresi matematis sebagai berikut:
|f1 – f2| ≥ 1/ T
dengan f1, f2 = frekuensi sinyal (komponen pasut), f = / 2 (cycle per
satuan waktu) T = panjang pengamatan dalam jam
Bila selisih frekuensi kedua komponen tersebut lebih kecil dari
resolusi spektralnya, maka kedua komponen tersebut tidak dapat
dibedakan.Oleh karena itu terdapat salah satu komponen yang tidak
semestinya teramati, sehingga perlu dilakukan pemisahan komponen.Agar
kedua komponen tersebut dapat dipisahkan, maka harus memperkecil nilai
resolusi spektral, yang berakibat bahwa panjang pengamatan T harus
diperbesar.
Dari persamaan (6) dapat diketahui lama waktu yang diperlukan
untuk memisahkan suatu komponen secara sempurna dengan frekuensi f1
dan f2:
1
T≥
f 1−f 2
Dari pasangan pembandingnya tersebut dikenal dengan istilah
periode sinodik Sebagai contoh, waktu yang diperlukan untuk memisahkan
komponen diurnal K1 dari komponen semidiurnal M2 adalah:
1
T=
fk 1−fM 2
1
= =32 jam
¿ 0.0417807462−0.0805114007∨cph
Pada spesies komponen pasut yang berbeda, seperti contoh di atas,
periode sinodik suatu komponen memiliki waktu yang singkat, namun
untuk spesies yang sama umumnya memerlukan waktu yang lebih lama.
Pada spesies semidiurnal, periode sinodik komponen S2 bila digunakan
pembanding M2, diperlukan data sepanjang:
1
T=
fM 2−fS 2
1
= =355 jam ≈ 15 hari
¿ 0.0805114007−0.0833333333∨cph
Sebelum pengolahan data pasut, terlebih dahulu dilakukan proses
penghalusan (smoothing) data pengamatan untuk menghilangkan noise.
Proses smoothing dilakukan secara grafis dengan membandingkan grafik
yang dihasilkan dari data pengamatan dengan grafik fungsi sinusoidal dari
model analisis harmonik pasut.Dalam analisis pasut dengan metode
kuadrat terkecil, panjang pengamatan data pasut akan mempengaruhi jenis
informasi yang dapat diperoleh. Jenis informasi yang dimaksud adalah
banyak dan jenis konstanta pasut yang dapat dihasilkan dari pengamatan
pasut. Semakin banyak konstanta pasut yang dihasilkan dari pengolahan
data pasut maka akan menghasilkan analisis pasut yang semakin teliti.
dengan t adalah waktu dalam satuan jam atau hari, h(t) = tinggi
muka laut pada waktu t, (h0+ h1t) = tinggi muka air rata-rata pada t
dengan h0 = tinggi muka air pada t=0dan h1 = trend/gradien perubahan
tinggi muka air persatuan waktu. Rk dan ϕk adalah amplitudo dan fasa
komponen harmonik ke-k, atau dikenal sebagai komponen pasut, ωk
adalah frekuensi harmonik pasut komponen ke-k.
f. Prinsip Metoda Least Square
Jika ht adalah data pengamatan tinggi muka air pada waktu t dan
h(t) adalah prediksi tinggi muka air, dalam metoda Least Squares
makakuadrat dari selisih antara pengamatan dan model harus minimal.
Oleh karena itu
n
dengan:
H0=h0, H1=h1, adalah parameter tren, sedangkan Rk= √𝐴𝑘2 +𝐵k2 , dan 𝜑𝑘
Bk
= 𝑡𝑎𝑛 −1 adalah komponen harmonik. Dalam hal ini Rk = fk Ak dan
Ak
𝜑𝑘= (Vk + uk);
Agar kuadrat selisih pengamatan dan model minimal,maka turunan
pertama persamaan (2) terhadap 𝐻0 , 𝐻1 , 𝐴𝑘 dan 𝐵𝑘harus bernilai nol.
g. Analisis Tren
Analisis ini dimaksudkan untuk mencari komponen tren yang
mungkin terdapat dalam data. Dalam analisis ini diasumsikan tren
memenuhi persamaan linier, meskipun dalam kenyataannya tidak selalu
demikian . Model yang digunakan adalah persamaan garis lurus sebagai
fun gsi waktu: 𝑇 𝑡 = (𝐻0 +𝐻1 𝑡) dengan 𝐻1 adalah gradient. Apabila nilai
gradien 𝐻1 nol, maka kita hanya mendapatkan nilai ratarata tinggi muka
air 𝐻0 .
h. Analisis Harmonik
Analisis harmonik dilakukan untuk memperoleh komponen
harmonik yang hadir dalam sinyal tinggi muka air.Jumlah komponen
harmonik yang dianalisis sangat tergantung pada kondisi lingkungan dan
dapat ditetapkan oleh analis sesuai keperluan.
i. Analisis Hasil Pengolahan
Setelah semua proses perhitungan menggunakan kedua metode
selesai dan didapatkan hasli prediksinya, maka akan dilaksanakan analisa
dengan membandingkan hasil perhitungan komponen pasut kedua metode.
Pada Metode Least Square yang menghasilkan lebih banyak komponen,
maka 9 komponen utama metode Admiralty yang akan menjadi patokan.
Prediksi pasut akan menggunakan skema pembuktian terbalik dengan cara
memprediksi pasut menggunakan komponen pasut hasil perhitungan
masing-masing metode di dua area yang berbeda. Hasil prediksi dan
analisa bukan digunakan untuk mencari kesalahan metode lain, tetapi
diharapkan apabila hasil perhitungan komponen pasut dan prediksi
menggunakan Metode Least Square akurat, dapat dipertimbangkan
menggunakan Metode Least Square sebagai metode alternatif pengolahan
data pasut terutama untuk data yang panjang (lebih dari 1 bulan) atau time
series yang panjang.
5.5. Soal dan Jawaban
A. Sebutkan pengertian pasang surut menurut Menurut pariwono !
Jawab: Menurut pariwono ( 1989), fenomena pasang surut diartikan
sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya
gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan
terhadap massa air dibumi.
B. Menurut Mann, KH. (1991) apa saja komponen dan tipe pasang surut ?
Jawab : Ada 3 kelompok komponen :
1. Komponen-komponen dengan periode panjang.
2. Komponen-komponen diurnal (satu kali pasang dan sekali
surut dalam satu hari)
3. Komponen-komponen semi diurnal (2 kali pasang dan 2 kali
surut dalam sendriri), dengan tinggi yang sama.
C. Apa yang dimaksud dengan metode admilarty ?
Jawab : Metode Admiralty ialah satu dari beberapa metode analisis
pasang surut yang banyak digunakan dalam perencanaan
bangunan pantai maupun dalam hal lain, dikarenakan
kelebihan yang dimiliki metode ini ialah dapat menganalisis
data pendek pasang surut selama 15 hari dan memberikan
konstanta-konstanta pasang surut untuk selanjutnya digunakan
dalam penentuan tipe pasang surut serta elevasi muka air laut
yang terjadi (Sangkop, 2015).
BAB VI
6.4. Tsunami
Tsunami adalah gelombang yang terjadi karena gempa bumi atau
letusan gunung api di laut. Gelombang yang terjadi bervariasi dari 0,5 meter
sampai 30 meter dan periode dari beberapa menit sampai sekitar satu jam.
Berbeda dengan gelombang (angin) yang hanya menggerakkan air laut
bagian atas, pada tsunami seluruh kolom air dari permukaan sampai dasar
bergerak dalam segala arah. Cepat rambat gelombang tsunami tergantung
pada kedalaman laut. Semakin besar kedalaman semakin besar kecepatan
rambatnya. Di lokasi pembentukan tsunami (daerah episentrum gempa)
tinggi gelombang tsunami diperkirakan antara 1,0 meter sampai 2,0 meter.
Selama penjalaran dari tengah laut (pusat terbentuknya tsunami) menuju
pantai, tinggi gelombang menjadi semakin besar karena pengaruh perubahan
kedalaman laut. Setelah sampai di pantai gelombang naik (run up) ke
daratan dengan kecepatan tinggi yang bisa menghancurkan kehidupan di
daerah pantai. Kembalinya air laut setelah mencapai puncak gelombang (run
down) bisa menyeret segala sesuatu kembali ke laut. Gelombang tsunami
dapat menimbulkan bencana di daerah yang sangat jauh dari pusat
terbentuknya. Sebagai contoh, gelombang tsunami yang disebabkan oleh
letusan Gunung Krakatau si Selat Sunda pada tahun 1883, pengaruhnya
menjalar sampai ke pantai timur Afrika. Bencana yang ditimbulkan adalah
36.000 jiwa tewas, terutama di pantai Sumatera dan Jawa yang berbatasan
dengan Selat Sunda (dalam Triatmodjo, 1999).
Najoan, T.F. (1995) membagi kepulauan Indonesia dalam empat
daerah (zona) rawan tsunami seperti ditunjukkan dalam gambar 2.16.
Terlihat bahwa daerah pantai yang rawan terhadap tsunami (zona 1, 2 dan 3)
dengan dengan daya hancur dari kecil sampai sangat besar cukup luas.
Gambar 6.4 Daerah rawan tsunami di indonesia
ARUS LAUT
Arus laut (sea current) dapat pula diartikan sebagai gerakan massa air
laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal (gerak ke atas)
maupun secara horizontal (gerakan ke samping). Contoh-contoh gerakan itu
seperti gaya coriolis, yaitu gaya yang membelok arah arus dari tenaga rotasi
bumi. Pembelokan itu akan mengarah ke kanan di belahan bumi utara dan
mangarah ke kiri di belahan bumi selatan. Gaya ini yang mengakibatkan
adanya aliran gyre yang searah jarum jam (ke kanan) pada belahan bumi utara
dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi selatan. Perubahan
arah arus dari pengaruh angin ke pengaruh gaya coriolis dikenal dengan spiral
ekman.( Pustekkom, 2005)
Arus laut adalah suatu pergerakan massa air secara vertikal serta
juga horizontal sehingga menuju suatu keseimbangannya, atau juga gerakan
air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan didunia. Arus itu juga
merupakan suatu gerakan mengalir suatu massa air yang disebabkan
karena tipuan angin atau juga perbedaan densitas ataupun pergerakan
gelombang panjang.
A. Teori Keynes
B. Teori Neoklasik
Teori ini menegaskan bahwa salah satu pertumbuhan ekonomi
adalah satu proses yang gradual yang mana pada satu saat semua kegiatan
manusia terakumulasi. Dasar teori ini terletak pada kompenen produksi
yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan wilayah antara lain:
modal, tenaga kerja dan teknologi.
10.3. Reklamasi
10.3.1 Pengertian Reklamasi
Reklamasi berasal dari kosa kata dalam Bahasa Inggris, to
reclaim yang artinya memperbaiki sesuatu yang rusak. Secara
spesifik dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia Departemen
Pendidikan Nasional, disebutkan arti reclaim sebagai menjadikan
tanah (from the sea). Masih dalam kamus yang sama, arti kata
reclamation diterjemahkan sebagai pekerjaan memperoleh tanah.
Ada beberapa sumber yang mendefinisikan arti dari reklamasi
yaitu sebagai berikut :
1. Menurut Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir (2005),
reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam
rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau
dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara
pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.
2. Peraturan Menteri Perhubungan No PM 52 Tahun 2011
menyebutkan bahwa, reklamasi adalah pekerjaan timbunan di
perairan atau pesisir yang mengubah garis pantai dan atau
kontur kedalaman perairan.
3. Berdasarkan Pedoman Pengembangan Reklamasi Pantai dan
Perencanaan Bangunan Pengamanannya (2004), reklamasi
pantai adalah meningkatkan sumberdaya lahan dari yang
kurang bermanfaat menjadi lebih bermanfaat ditinjau dari
sudut lingkungan, kebutuhan masyarakat dan nilai ekonomis.
4. Menurut Perencanaan Kota (2013), reklamasi sendiri
mempunyai pengertian yaitu usaha pengembangan daerah
yang tidak atau kurang produktif (seperti rawa, baik rawa
pasang surut maupun rawa pasang surut gambut maupun
pantai) menjadi daerah produktif (perkebunan, pertanian,
permukiman, perluasan pelabuhan) dengan jalan menurunkan
muka air genangan dengan membuat kanal – kanal, membuat
tanggul/ polder dan memompa air keluar maupun dengan
pengurugan.
5. Berdasarkan Modul Pedoman Perencanaan Tata Ruang
Kawasan Reklamasi (2007) adalah suatu pekerjaan/usaha
memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna
atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan
cara dikeringkan. Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-
rawa, di lepas pantai/di laut, di tengah sungai yang lebar,
ataupun di danau.
11.1.Dinding Pantai
Dinding pantai yang berada di pantai Lemah Abang Kecamatan
Kembang Kabupaten Jepara yaitu dengan tebing tebing yang tinggi. Di
daerah tersebut sebagian di batasi dengan dinding yang terbuat dari beton,
tetapi di bagian yang lain dibiarkan langsung tanda adanya pelindung dari
dinding beton. Di pantai tersebut hanya terdapat sedikit bangunan di sekitar
yaitu hanya terdapat sebuah rumah kecil yang di percaya warga sekitar
sebagai Petilasan Syech Siti Jenar, yang sering dikunjungi oleh masyarakat
sekitar maupun masyarakat dari luar.
11.2. Revetment
Revetment yaitu pemecah gelombang lepas pantai dan pemecah
gelombang sambung pantai. Revetment atau perkuatan lereng merupakan
bangunan yang ditempatkan pada suatu lereng yang berfungsi melindungi
suatu tebing alur pantai atau permukaan lereng dan secara kesuluruhan
berperan meningkatkan stabilitas alur pantai atau tubuh tanggul yang
dilindungi. Secara khusus, dinding pantai atau revetment juga dapat
didefinisikan sebagai bangunan yang memisahkan daratan dan perairan
pantai, yang terutama berfungsi sebagai dinding pelindung pantai terhadap
erosi dan limpasan gelombang (overtopping) ke darat. Daerah yang
dilindungi adalah daratan tepat di belakang bangunan. Permukaan bangunan
yang menghadap arah datangnya gelombang dapat berupa sisi vertikal atau
miring. Dinding pantai biasanya berbentuk dinding vertikal
sedangkan revetment mempunyai sisi miring.
Revetment ditempatkan di tebing pantai untuk menyerap energi air
yang masuk guna melindungi suatu tebing alur pantai atau permukaan
lereng tanggul terhadap erosi dan limpasan gelombang (overtopping) ke
darat.
11.3. Groin
Groin merupakan struktur pelindung pantai berfungsi untuk menahan
transpor sedimen sepanjang pantai. Salah satu fungsi yang sangat penting
dibangun groin yaitu untuk mengurangi atau menghentikan erosi yang
terjadi.
Bangunan pelindung pantai groin biasanya dibuat tegak lurus terhadap
garis pantai. Bahan dasar dari konstruksi groin umumnya adalah Kayu,
Baja, Beton dan Batu.
Untuk pengunaan groin yang efektif, harusnya dibuat dengan seri
bangunan yang terdiri dari beberapa groin dengan jarak yang sudah
ditentukan agar garis pantai terlihat bentuk yang signifikan. Karena apabila
penggunaan groin cuma ada satu maka groin tersebut tidak efektif.
A. Tipe-Tipe Groin
Ada 3 Tipe groin pada umumnya, diantaranya:
1. Tipe groin berbentuk huruf L
2. Tipe groin berbentuk huruf I
3. Tipe groin berbentuk huruf T
Tipe groin ini dibangun sesuai dengan kebutuhan pada pantai yang akan
dipasangkan groin.
B. Fungsi Groin Untuk Pantai
Menahan trasnpor sedimen sepanjang pantai
Memperbaiki garis pantai yang sudah tererosi
Mengurangi erosi yang terjadi pantai pantai
11.4. Jetty
Jetty adalah sebuah bangunan tegak lurus pantai yang diletakkan pada
kedua sisi muara sungai yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan
alur oleh sedimen pantai. Pada penggunaan muara sungai sebagai alur
pelayaran, pengendapan di muara dapat mengganggu lalu lintas kapal.
Untuk keperluan tersebut jetty harus panjang sampai ujungnya berada di
luar gelombang pecah. Dengan jetty panjang pengiriman sedimen.
Jetty juga dapat digunakan untuk mencegah pendangkalan di muara,
dalam kaitannya dengan pengendalian banjir. Sungai-sungai yang bermuara
pada pantai berpasir dengan gelombang cukup besar sering mengalami
penyumbatan muara oleh endapan pasir. Karena pengaruh gelombang dan
angin, endapan pasir terbentuk di muara.
Pengiriman sedimen sepanjang pantai juga sangat berpengaruh
terhadap pembentukkan endapan tersebut. Pasir yang melintas di depan
muara akan terdorong oleh gelombang masuk ke muara dan kemudian
diendapkan. Endapan yang sangat besar dapat menyebabkan tersumbatnya
muara sungai. Penutupan tersebut terjadi pada musim kemarau dimana debit
sungai kecil sehingga tidak mampu mengerosi endapan. Penutupan muara
tersebut dapat menyebabkan terjadinya banjir di daerah sebelah hulu muara.
Pada musim penghujan air banjir dapat mengerosi endapan sehingga sedikit
demi sedikit muara sungai terbuka kembali. Selama proses penutupan dan
pembukaan kembali tersebut biasanya disertai dengan membeloknya muara
sungai dalam arah yang sama dengan arah pengiriman sedimen sepanjang
pantai. Jetty dapat digunakan untuk menanggulangi masalah tersebut.
Mengingat fungsinya hanya untuk penanggulangan banjir, maka dapat
digunakan salah satu dari bangunan berikut, yaitu jetty panjang, jetty sedang
atau jetty pendek. Jetty panjang apabila ujungnya berada di luar gelombang
pecah. Tipe ini efektif untuk menghalangi masuknya sedimen ke muara,
tetapi biaya kontruksi sangat mahal, sehingga kalau fungsinya hanya untuk
penanggulangan banjir pemakaian jetty tersebut tidak ekonomis. Kecuali
apabila daerah yang harus dilindungi terhadap banjir sangat penting. Jetty
sedang, dimana ujungnya berada antara muka air surut dan lokasi
gelombang pecah, dapat menahan sebagian pengiriman sedimen sepanjang
pantai. Alur diujung jetty masih memungkinkan terjadinya endapan pasir.
Pada jetty pendek, kaki ujung bangunan berada pada muka air surut. Fungsi
utama bangunan ini adalah menahan berbeloknya muara sungai dan
mengkonsentrasikan aliran ada alur yang telah ditetapkan untuk bisa
mengerosi endapan, sehingga pada awal musim psnghujan dimana debit
besar (banjir) belum terjadi.
Luas V H Lengan MV MH
Gaya
(m²) (ton) (ton) (m) (ton m) (ton m)
1 12,607 33,42 14,54 485,93
2 3,075 8,22 11,74 96,5
3 3,075 8,22 11,74 96,5
4 16,85 44,65 8,26 368,81
5 0,5625 1,48 4,03 5,96
6 1,5225 4,03 2,52 10,16
7 0,5625 1,48 1 1,48
8 16,234 -16,721 5,28 -88,39
Rs 2,76 2,13
Rm 0,674 1,23
jumlah 84,76 3,439 976,95 3,36
Keterangan
v = gaya vertical akibat berat sendiri ( v x luas x ɣ batu )
H = gaya hidrostatis
MV = momen vertical ( MV = V x lengan )
MU = momen horizontal
d. Control stabilitas guling
Ʃmv 976,95
stabilitas guling = >2= > 2 = 290,76 > 2 oke!
Ʃmh 3,36
e. Stabilitas geser
Ʃv x ϟs 84,76 x 0,4
Stabilitas geser = = 1,5 = > 1,5 = 9,86 > 1,5
Ʃv 2,349
oke!
f. Daya dukung tanah
Qmin dan Qmax < qa
Ʃmv − Ʃmh 976,95−3,36
E = B/2 - < B/6 = 18,64/2 - <
Ʃv 84,76
18,64/6
= -2,17 < 3,107
E = 3,107 – 2,17 = 0,937
Qut
Qa = = 13,25/2 = 6,63 t/m²
SF
Ʃv 6. e 6 x 0,937
Qmin = x(1- ) = 84,76/18,64 x ( 1- ) = 3,18
B B 18,64
t/m²
Qmin = 3,18 t/m² < 6,63 t/m² oke !
Ʃv 6 xe 6 x 0,937
Qmax = x(1+ ) = 84,76/18,64 x ( 1 + )
B B 18,64
= 5,92 t/m² < 6,63 t/m² oke!
g. Gambar diagram tekanan tanah dasar sesuai perhitungan
MUARA SUNGAI
13.2. Estuari
Estuari adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan
pencampuran antara air luat dan air tawar yang berasal dari sungai, sumber
air tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air tawar) dengan adanya
proses pencampuran maka wilayah estuaria sangat dipengaruhi oleh kadar
salinitas, dimana wilayah estuaria dibagi menjadi beberapa mintakat yaitu
Hyperhaline, Euhaline, Mixohaline, oligohaline, dan Limnetik (Air tawar).
Dengan ciri dan karakteristik tersebut estuaria memiliki banyak tipe yang
diklasifikasikan berdasarkan atas topografi, pengenceran air tawar dan
penguapan, geomorfologi, sirkulasi dan struktur dari sirkulasi, distribusi
salinitas, pola pencampuran air tawar dan air laut serta stratifikasinya. Dari
tipe tersebut ekosistem estuaria sangat dipengaruhi oleh kadar salinitas,
suhu, sedimen, gelombang, pasang surut, substrat, ketersediaan oksigen, dan
parameter kimia seperti limbah dan bahan polutan serta aktivitas biologi
dari organisme yang hidup di kawasan estuaria. Karena perairan estuary
mempunyai Salinitas yang lebih rendah dari lautan dan lebih tinggi dari air
tawar. Kisarannya antara 5 – 25 ppm
Wilayah estuaria merupakan pesisir semi tertutup (semi-enclosed coastal)
dengan badan air mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka (open
sea) dan kadar air laut terlarut dalam air tawar dari sungai (Bengen, 2002).
Di wilayah ini terjadi percampuran antara masa air laut dengan air tawar
dari daratan, sehingga air menjadi payau dengan salinitas berkisar antara 5 –
16,5 %. Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilkan suatu
komunitas yang khas, dengan lingkungan yang bervariasi (Supriharyono,
2000).
13.4. Delta
Delta yaitu tanah datar hasil pengendapan yang dibentuk oleh
sungai, muara sungai, dimana timbunan sediment tersebut mengakibatkan
propagradasi yang tidak teratur pada garis pantai (Coleman, 1968; Scott &
Fischer, 1969). Sungai akan mengendapkan bebannya di daratan jika tidak
mampu lagi mengangkutnya. Ini dapat terjadi pada lekuk lereng, sisi dalam
meander, pertemuan antara dua aliran sungai, dan pada perubahan graden.
Tetapi endapan juga terjadi jika sungai masuk ke dalam danau atau laut,
maka akan terbentuk delta.
Syarat – syarat untuk terbentuknya suatu delta, antara lain :
Ada sungai yang menuju ke laut atau danau
Lautnya dangkal
Gelombang atau arus laut yang ada sangat kecil
Tidak ada gerakan tektonik yang menyebabkan penurunan dasar laut
atau danau di tempat muara sungai tersebut
Arus pasang surut tidak kuat
Dari waktu ke waktu material batuan yang diendapkan di laut atau
danau cukup besar. Delta memperlihatkan banyak macamnya dalam bentuk
dan lekuk. Pada puncak delta, saluran sungai terbagi dalam beberapa cabang
– cabang yang menyebar dan disebut distribution yang melintang pada
permukaan delta melepaskan endapan pada ujung delta. Beberapa delta
mempunyai kenampakan seperti kipas alluvial, tetapi berbeda – beda satu
sama lain, perbedan tersebut yaitu :
Pengendapan pada delta disebabkan oleh pengurangan kecepatan aliran
yang masuk ke dalam air laut yang tetap (laut atau danau
Perluasan delta secara vertikal terbatas, air the base level merupakan
dari pertumbuhan ke atas.
Kemiringan permukaan delta dapat diketahui lebih datar daripada besar
kipas alluvial
BAB XIV
14.1. Mangrove
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang
tumbuh di air payau, dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini
tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan
akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari
gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat
dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran
yang mengakibatkan kurangnya abrasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi;
serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya
sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan
jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati
proses adaptasi dan evolusi,
Hutan bakau menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia,
terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit
di subtropika. Luas hutan bakau di Indonesia antara 2,5 hingga 4,5
juta hektar, merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3
juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk,
1997 dalam Noor dkk, 1999).
Luas bakau di Indonesia mencapai 25 persen dari total luas mangrove
di dunia. Namun sebagian kondisinya kritis. Di Indonesia, hutan mangrove
yang luas terdapat di sekitar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan
merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai
timur Sumatra dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di pantai
utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya
terhadap lahan. Di bagian timur Indonesia, di tepi Dangkalan Sahul, hutan
mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat daya Papua, terutama di
sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua mencapai luas 1,3 juta ha, sekitar
sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia.
Jenis tumbuhan hutan bakau ini berbeda-beda, karena bereaksi
terhadap variasi (perubahan) lingkungan fisik di atas, sehingga
memunculkan zona-zona vegetasi tertentu. Beberapa faktor lingkungan fisik
tersebut adalah sebagai berikut :
Jenis tanah
Bagian luar juga mengalami genangan air pasang yang paling lama
dibandingkan bagian yang lainnya; bahkan kadang-kadang terus menerus
terendam. Pada pihak lain, bagian-bagian di pedalaman hutan mungkin
hanya terendam air laut manakala terjadi pasang tertinggi sekali dua kali
dalam sebulan.
14.2. Sand Nourisment
A. Bangunan Pantai
B. Breakwater
C. Pelabuhan
D. Sea Dikes
E. Bulkhead
F. Beach Nourishment
Beach Nourishment merupakan usaha yang dilakukan untuk
mengembalikan keadaan patai yang tererosi agar keadaan pantai tetap
stabil. hal yang dilakukan adalah memindahkan sedimentasi pada pantai
ke daerah yang terjadi erosi. stabilissasi pantai juga dapat dilakukan
dengan menambahkan suplai pasir ke daerah yang terjadi erosi. Berikut
adalah contoh gambar Beach Noursihment.
H. Jacket Structure
J. Jack Up Rig
PENUTUP
15.3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan setiap bab yang telah dijelaskan pada
laporan ini dapat disimpulkan bahwa wawasan tentang pantai
terutama teknologi sipil di wilayah pantai cukup luas dan sangan
kompleks untuk dijabarkan sehingga suatu bangunan pelindung
pantai dapat terwujudkan.
15.3.2.Saran
Kajian tentang ilmu teknologi sipil wilayah pantai harus
terus dikembangkan dan dilakukan inovasi sehingga untuk
generasi penerus dapat melindungi pantai dari terpaan ombak dan
angin yang semakin hari semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.zonabmi.org/aplikasi/sedimentasi/sedimentasi-erosi-pantai.html https:
//wahyuancol.wordpress.com/2008/11/22/sedimen-pantai/ https://younggeomorph
ologys.wordpress.com/2010/04/01/tipe-%E2%80%93-tipe- pantai/ http://rinaldya
ulia.blogspot.com/2011/01/transpor-sedimen.html http://teknikpantaidanlingkunga
n.blogspot.com/2012/09/bab-1 pendahuluan-
a.html http://teknikkelautan.blogspot.com/2011/10/mekanismeproses-terjadinya-
littoral.html https://astutipage.wordpress.com/tag/pantai/