OLEH :
AHMAD KAMAL
R1C118067
BERAU
2023
i
HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah Semester IX Pada
Jurusan Teknik Geologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Universitas
Halu oleo
Mengetahui,
Menyetujui,
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
Laporan Magang ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini dibuat untuk melengkapi
persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat melaksanakan Magang di PT.MADHANI
TALATAH NUSANTARA, mulai dari 1 Novermber 2022 sampai 31 Januari 2023. Magang
ini merupakan salah satu program di Jurusan Teknik Geologi FITK-UHO. Tujuan dari
magang ini adalah agar mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui aplikasi nyata dari
hal-hal yang sifatnya teoritis yang diperoleh di perkuliahan serta menambah wawasan
mahasiswa tentang perindustrian khususnya di bidang pertambangan. Atas segala bantuan,
bimbingan, fasilitas, serta kesempatan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terimakasih
kepada Yth :
1. Allah SWT yang senantiasi menjadikan penulis selalu bersabar, bertawakal dan
berkerja keras serta kesehatan jasmani dan rohani.
2. Kedua orang tua dan saudara-saudaraku yang saya cintai atas doa restunya.
3. Ibu Dr. Hasria, S,Pd., M,Si. sebagai Ketua Jurusan Teknik Geologi Fakultas Ilmu
dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo.
4. Bapak direktur PT.Madhani Talatah Nusantara
5. Bapak Asdiwan,S.T. selaku Koordinator Lapangan
6. Bapak Masri, S.Si. M.T selaku dosen pengampuh mata kuliah Pemetaan Geologi
7. Bapak Dr. La Ode Ngkoimani, S.Pd., M.Si selaku dosen pengampuh mata kuliah
Metode Perhitungan Cadangan, Geologi Karst Dan wilayah Kepesisiran, dan
Geowisata
8. Bapak Bahdad, S.Si., M.Si. selaku dosen pengampuh mata kuliah Geopedologi
9. Ibu Dr. Hasria, S,Pd., M,Si selaku dosen pengampuh mata kuliah Bencana Alama
Geologi dan Mineral Industri
10. Bapak Dr. Tahir, S.Pd., M.Si. selaku dosen pengampuh mata kuliah Geomatika
11. Bapak Dr. Muliddin, S.Si., M.Si. selaku dosen pengampuh mata kuliah
Oseanografi
12. Senior-senior Section Teknikal PT. Madhani Talatah Nusantara yang telah
memberikan sumbangsi ilmu dan pemikiran selama kegitan magang
13. Seluruh karyawan PT. Madhani Talatah Nusantara IUP PT. Berau Coal dan
khususnya Crew Dril & Blast
iii
14. Teman-teman angkatan 2018 Teknik Geologi Universitas Halu Oleo yang selalu
setia mendukung dalam suka maupun duka.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................vii
C. Tujuan Magang............................................................................................... 2
D. Manfaat Magang............................................................................................. 2
B. Geologi Regional............................................................................................ 4
A. Mineral Industri
5. Bahan Galian Industri Yang Berkaitan Dengan Intrust Plutonik Batuan Asam
dan Ultrabasa..................................................................................................14
6. Bahan Galian Industri Yang Berkaitan Dengan Endapan Residu dan Endapan
Letakan...........................................................................................................15
B. Geowisata
1. Definisi Geowisata……….............................................................................17
2. Aktivitas Geowisata........................................................................................18
3. Tujuan Geowisata...........................................................................................19
4. Manfaat Geowisata.........................................................................................19
E. Geomatika……………………............................................................................36
1. Definisi Geomatika........................................................................................36
F. Geopedologi………………………....................................................................37
1. Pengertian Geopedologi...............................................................................37
vi
3. Jenis-jenis Tanah...........................................................................................38
G. Oseanografi…………………………………………..........................................42
1. Definisi Oseanografi…………………...........................................................42
BAB V PENUTUP...........................................................................................................45
1. Kesimpulan.....................................................................................................45
2. Saran...............................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................71
LAMPIRAN......................................................................................................72
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Magang
D. Manfaat Magang
1. Bagi Pihak Lain : Sebagai bahan referensi khususnya mahasiswa geologi yang berminat
melakukan magang di masa yang akan datang khususnya yang berkaitan dengan Batu
Bara, Drill & Blast, Peralatan tambang.
2. Bagi Penulis Bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta menambah
wawasan baik dari segi teori maupun aktual di lapangan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Geologi Regional
1. Fisiografi Regional
Daerah magang termasuk dalam cekungan Tarakan yaitu sub-cekungan Berau.
Berdasarkan posisi tektoniknya, Cekungan Tarakan dipisahkan oleh Cekungan Kutai di
sebelah selatan Cekungan Tarakan, oleh suatu busur atau ketinggian, yaitu Tinggian
Mangkalihat (Tinggi Mangkalihat). Di sebelah barat cekungan ini dibatasi oleh
Tinggian Sekatak – Berau, di sebelah utara dibatasi oleh Tinggian Semporna dan
Cekungan Tarakan bermuara ke timur dan tenggara hingga Selat Makassar. (Kartika,
2013)
Cekungan Tarakan merupakan cekungan sedimentasi yang merupakan cekungan
polihistori (Heriyanto, 1992). Lokasinya meliputi bagian darat Kalimantan dan pulau-
pulau kecil di sekitarnya serta bagian lepas pantai di sebelah timur. Sedimentasi di
Cekungan Tarakan dimulai pada Eosen Tengah, seiring dengan rifting Selat Makassar
yang memisahkan Sulawesi dari Kalimantan (Lentini dan Darman, 1996).
Secara umum geologi daerah penelitian terletak pada Formasi Lati yang terbentuk
pada masa Miosen Awal – Miosen Tengah yang merupakan satuan batuan pembawa
3
batubara yang tumpang tindih secara harmonis di atas Formasi Birang. Secara berurutan
Formasi Lati ditumpangkan secara tidak selaras oleh Formasi Labanan dan berjajar di
bawah Formasi Sinjin. Dengan lingkungan pengendapan delta, muara, dan laut dangkal,
yang terdiri dari fraksi klastik halus dan lapisan batubara, dengan ketebalan yang
bervariasi. Peta Geologi dapat dilihat pada Dari hasil observasi menunjukkan dominasi
batuan sedimen secara berurutan adalah batupasir dan batulempung. Lapisan batubara
tersebar luas dengan kecenderungan agak memanjang sejajar dengan gaya
pengendapan. Pemisahan juga terjadi karena sistem saluran”, yaitu hilangnya lapisan
pecahan halus atau batubara digantikan oleh lapisan batupasir dan tersapu oleh aktivitas
saluran berikutnya. Batuan sedimen berbutir halus urutan pengisian teluk lebih tipis
daripada di dataran delta yang lebih rendah (Horne, 1978).
2. Stratigrafi Regional
Secara regional, Sub Cekungan Berau merupakan bagian dari Cekungan Tarakan
di bagian selatan dan tersusun oleh batuan sedimen, batuan vulkanik dan batuan beku
dengan rentang umur dari Tersier sampai Kuarter ( et al., 2019). Formasi yang
menyusun stratigrafi Cekungan Berau terdiri dari 4 (empat) formasi utama. Urutan yang
paling tua adalah Formasi Birang (Formasi Glogigerina Marl), Formasi Lati (Formasi
Berau Coal), Formasi Labanan (Formasi Domaring) dan Formasi Sinjin
1. Formasi Birang Tersusun dari perselang - selingan antara napal,
batugamping, tufa hablur di bagian atas, serta perselang-selingan antara napal,
rijang, konglomerat, batu pasir kuarsa, dan batugamping di bagian bawah.
Formasi ini disebut juga Formasi Globigerina Marl berumur Oligosen – Miosen
dan diendapkan di lingkungan laut dangkal.
2. Formasi Latih Formasi Lati tersusun dari perselang-selingan antara
batupasir kwarsa, batulempung, batulanau dan batubara di bagian atas, dan
bersisipan dengan serpih pasiran dan batugamping di bagian bawah. Formasi ini
disebut juga Formasi Batubara Berau berumur Miosen Tengah dan diendapkan
pada lingkungan delta, estuarin dan laut dangkal.
3. Formasi Labanan Formasi Labanan tersusun dari perselingan
konglomerat, batupasir, batulanau, batulempung dan sisipan batugamping dan
batubara. Formasi ini disebut juga formasi Domaring berumur Miosen Akhir dan
4
terletak secara tidak selaras di atas Formasi Latih. Lingkungan pengendapannya
adalah fluviatil.
4. Sinjin Formasi ini tersusun dari perselingan tuf, aglomerat, tuf lapili,
lava andesit piroksen, tuf terkersikan, batulempung tufaan dan kaolin. Umurnya
diduga Pliosen dan terletak secara tidak selaras di atas Formasi Labanan.
5. Struktur Regional
Struktur geologi regional yang ada di sekitar Berau berupa lipatan, sesar normal,
sesar geser, dan kelurusan menunjukan arah utama baratlaut – tenggara dan baratdaya –
timurlaut, di daerah ini diduga telah terjadi empat kali tektonik (Sabdono, 2017).
Terjadi pada Akhir Kapur atau lebih tua.
1. Tektonik awal (Eosen Awal – Oligosen Tengah) Pada Awal Eosen di bagian
tengah dan barat terbentuk Formasi Sembakung dalam lingkungan laut dangkal,
diikuti pengendapan Formasi Tabalar di bagian tenggara, pada kala Eosen – Oligosen
dan diikuti tektonik kedua.
3. Tektonik ketiga (Miosen Akhir – Pliosen) Pada Miosen Akhir hingga Pliosen
terendapkan Formasi Labanan di baratdaya dan Formasi Domaring di bagian timur,
sedangkan di bagian utara terjadi Pengendapan Formasi Tabul, pada akhir Miosen
Akhir diikuti kegiatan gunungapi sehingga terbentuk Formasi Sinjin di daerah
baratdaya dan utara pada kala Pliosen 2.4.4 Tektonik keempat (Pliosen – Plistosen)
Dan selanjutnya diikuti pengendapan Formasi Sajau pada Plio – Plistosen. Pada Kala
Pliosen atau sesudah pengendapan Formasi Sajau dan Formasi yang lebih tua di
5
bawahnya terlipat, tersesarkan dan menghasilkan bentuk morfologi atau fisiografi
yang terlihat sekarang ini.
C. Definisi Batubara
Definisi batubara Definisi batubara harus ditinjau dari beberpa aspek, antara lain sifat
fisik, kejadian dan pemanfaatanya. Berikut definisi batubara untuk memberikan gambaran
secara umum dan luas dari beberapa peneliti. Batubara terbentuk dengan cara yang sangat
kompleks dan memerlukan waktu yang lama (puluhan hingga ratusan juta tahun) di bawah
pengaruh fisika, kimia ataupun keadaan geologi (Sukandarrumidi, 1995;(Himawanto, Dwi
Aries, 2007);(Prayitno Budi, 2009);(Pratama.D.A.P, 2015);(Pleret et al., 2011)
6
BAB III
PEMBAHASAN
A. MINERAL INDUSTRI
Mineral industri, seperti yang digunakan di sini adalah bahan bakar batuan non-
fosil, mineral, dan sendimen yang berguna dalam industri. Kita membagi mereka menjadi
dua kelompok yang luas, sebagian batuan besar dan mineral bijih. Sebagian besar batu
adalah mereka yang digunakan sebagai agregat, atau untuk produksi kapur, keramik,
portland, semen, atau sebagai produk digunakan dalam batubara yang menghasilkan
listrik untuk pengganti belerang. Ini sebagian besar batu atau sendimen termasuk batu
kapur, dolostone, tanah liat, serpih pasir, pasir dan kerikil. Mineral bijih adalah
konsentrasi mineral yang ditemukan dalam pembuluh darah atau di Malaysia
termasuk kalsit, Barit, bantalan feldspar pegmatit, kaseterit (timah), titanium oksida
(ilmenit dan rutil), dan berbagai mineral besi (bijih besi). Mineral lainnya, seperti REE
kaya penimbunan pasir (xenotim dan zircon), mungkin memiliki potensi komersial.
Mineral industri adalah bahan mineral non-logam yang diperlukan untuk
industri, seperti garam, komponen pupuk, belerang, asbes, mineral abrasif, dan sebagainya
Mineral industri juga mencakup semua mineral non-logam dan non bahan bakar.
7
Kelompok ini meliputi batu permata dan termasuk konstruksi agregat (bahan struktural).
Mereka terdiri dari batuan, mineral dan zat atau mineral lainnya secara alami terjadi dari
aliran limbah , dengan nilai ekonomi .
2. Klasifikasi Mineral Industri
Klasifikasi mineral indusrti telah dipublikasikan oleh para ahli, namun sampai saat
ini masih terus di diskusikan. Para ahli tersebut umumnya mengelompkan bahan galian
industry berdasarkan pemanfatannya, misalnya End-use and genesis (Bates,1960), By
unit price and bulk (Burnett, 1962), Unit value, place value, representative value (Fisher,
1969), Chemical and physical properties (Kline, 1970), Geologic occurrence and end-use
(Dunn, 1973), Geology of origin (Harben and Bates, 1984), Alphabetical (Harben and
Bates, 1990; Carr, 1994), dan Undang-Undang nomor 11 tahun 1967 mengenai ketentuan-
ketentuan pokok pertambangan dan Peraturan Pemerintah nomer 27 tahun 1980 tentang
penggolongan bahan galian, serta berdasarkan genesa dan asosiasi tipe batuan (Danisworo
dkk, 1993).
8
langka lainnya; berillium, korundum, zirkon, kristal kwarsa; kriolit, fluorpar, barit;
yodium, brom, khlor, belerang;
Golongan C (Golongan bahan galian yang tidak termasuk A dan B): nitrat-nitrat,
pospat-pospat, garam batu (halite); asbes, talk, mika, grafit, magnesit; yarosit, leusit,
tawas (alum), oker; batu permata, batu setengah permata; pasir kwarsa, kaolin, feldspar,
gips, bentonit; batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers
earth); marmer, batu tulis, batu kapur, dolomit, kalsit; granit, andesit, basal, trakhit,
tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral golongan a
amupun golongan b dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi
pertambangan.
Berdasarkan keterjadian dan asosiasi batuannya:
Mengacu pada Tushadi dkk. 1990 kelompok bahan galian ini dibagi menjadi
Subkelompok A: Bahan galian industri yang berkaitan dengan batu gamping dan
Subkelompok B: Bahan galian industri yang berkaitan dengan batuan sedimen
lainnya.
a) Subkelompok a
Batu gamping Dikenal batu gamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut
antara lain dari Coelenterata, Moluska dan Protozoa, Foraminifera dan
sebagainya, jenis batu gamping ini sering disebut sebagai batu gamping Koral karena
penyusun utamanya adalah Koral yang merupakan anggota dari Coelenterata. Batu
gamping ini merupakan pertumbuhan/perkembangan koloni Koral, oleh sebab itu
dilapangan tidak menunjukkan perlapisan yang baik dan belum banyak mengalami
pengotoran mineral lain. Seperti dijelaskan dimuka, secara geologi batu gamping
mungkin berubah menjadi dolomitan (MgO 2,2Vo - lO,9Vo) ata:u dolomit (MgO >
l9,9vo) karena pengaruh pelindian (leaching) atau peresapan unsur magnesium dari laut
kedalam batu gamping tersebut. Disamping itu dolomit juga diendapkan secara tersendiri
atau bersamaan dengan batu gamping. Ada hubungan yang erat antara batu gamping dan
dolomit seperti yang dikemukakan oleh Pettijohn (1949).
9
dolomitisasi yaitu proses penggantian Ca oleh unsur Mg. Berdasarkan atas jumlah
minerallunsur dolomit (Mg CO3) maka dibedakan.
Kalsit Merupakan mineral kalsium karbonat yang murni. Jenis mineral ini terjadi
karena penghabluran kembali larutan batu gamping akibat pengaruh air tanah/hujan.
Endapan kalsit diketemukan berupa pengisian rongga, tekanan dan kekar, sehingga
jumlahnya tidak banyak karena sifatnya setempat-setempat. Mempertimbangkan cara
terbentuknya dan sifat batu gamping klastik maupun batu gamping non klastik,
kemungkinan dijumpai endapan kalsit sangat besar didaerah batu gamping non
klastik. Kemungkinan akan menjadi bertambah besar tentang keberadaan endapan kalsit
apabila batu gamping non klastik mengalami proses perlipatan/tektonik sehingga
terbentuk rekahan dimana endapan kalsit berada. Oleh sebab itu pada umumnya
didapatkannya kalsit berkelompok mungkin dapat luas ataupun sempit penyebarannya.
Marmer Disebut pula sebagai marble, batu pualam, hasil proses metamorfose
kontak atau regional dari jenis batu gamping. Oleh sebab itu jenis dari marmer sangat
tergantung dari jenis batuan asal. Warna asli marmer adalah putih, tetapi terdapat warna
pengotor yang justru membuat marmer menjadi menarik. Mineral pengotor antara lain
grafit memberi warna hitam-coklat, pyrit, ilmenit memberi warna coklat- kemerahan.
Kadang-kadang didapatkan juga dalam jurnlah sedikit mineral lain yaitu dolomit, kuarsa,
mika, khlorit, plagioklas, epidote, diopsid, piroksen, tremolit, wolastonite, visuvianite,
forsterite, olivin, talk, brucit, serpentin dan periklas.
Oniks Endapan oniks mempunyai komposisi kimia CaCO-r terdiri dari mineral kalsit
yang berlapis dengan ketebalan dan pola yang bervariasi. Umumnya berwarna putih
kekuningan dan agak bening sehingga tembus pandang. Oniks terjadi pada rongga atau
tekanan batu gamping yang berasal dari larutan kalsium karbonat baik yang terjadi pada
temperatur panas atau dingin. Bila oniks ini terkena proses metamorfose maka akan
terbentuk oniks marmer. Seperti marmer, oniks tidak tahan terhadap larutan asam oleh
sebab itu disarankanjangan sampai terkena air hujan.
Fosfat Endapan fosfat di Indonesia terdapat dibeberapa gua di Indonesia dalam
berbagai bentuk dari butiran, bongkahan sampai bongkahan besar. Endapan fosfat guano
dengan komposisi kalsium fosfat terdapat sebagai endapan permukaan, endapan
gua dan endapan bawah permukaan. Secara garis besar proses pembentukan ketiga jenis
fosfat guano ini adalah sama yaitu merupakan hasil reaksi antara batu gamping dengan
10
kotoran burung dan kelelawar yang mengandung asam fosfat karena pengaruh air hujan
atau air tanah.
Rijang Rijang (sio2) terbentuk dari proses repracernent terhadap batu gamping
oleh silika organik atau anorganik. Rijang berbutir .ungu, halus (crypto crystalline)
umumnya berwarna kemerah-merahan (merah hati), kadang-kadang berwarna kehijauan
atau kehitaman, nilai kekerasan 7.
Gipsum Gipsum dengan rumus CaSO+2HzO mempunyai kekerasan 2 dan dipakai
sebagai salah satu standart kekerasan Mohs. Dilapangan gips didapatkan dalam
bentuk lembaran pipih, kristalin, serabut didaerah batu gamping, batu gamping dan
fumarole. Konsep utama terbentuknya gips adalah terdapatnya Ca*2 dan SOa-2, yang
tersebut terakhir dapat berasal dari belerang (S) atau pirit (FS2). Adanya kondisi reduksi
dari daerah sedimentasi yang bersifat karbonatan (misal pada batulempung) akan
menghasilkan gipsum yang berlembar pipih. Adanya fumarol dari daerah batuan yang
bersifat karbonatan akan menghasilkan gips kristal.
b) Subkelompok b
Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan batuan sedirnen lainnya. Yang
termasuk dalam jenis ini adalah:
Bentonit Bentonit adalah jenis lempung yang 807o lebih terdiri dari mineral
monmorilonite (Na. Ca) 0 :: (Al.Mg)rz Si+ Oro (OH)z n H:O' bersifat lunak
(kekerasan I pada skala Mohs, berat jenis antara l,J - 2,7, mudah pecah, terasa
berlernak. mempunyai sifat mengembang apabila kena air. Menurut Knight, 1896 nama
lain dari bentonit adalah Soap Clay, Taylorit, Bleaching clay, Fullers earth. Konfolensit,
Saponit, Smegmatit.
Ball clay dan Bond clay Ball clay adalah jenis lempung yang tersusun dari mineral
kaolinit = AlzSizOs(OH)a /anS bentuk kristalnya tidak sempurna (40- 60Vo), ilit
(18-337o), kuarsa (7-22Vo) dan mineral lain yang mengandung karbon (l- %o).
Apabila sifat-sifat fisik ball clay tersebut lebih rendah dari standart maka lempung
tersebut disebut bond clay. Ball clay dan bond clay umumnya bersifat sangat plastis
karena terdiri dari partikel sangat halus, mempunyai daya ikat dan daya alir yang sangat
baik.
Fire clay Merupakan bahan galian yang terdiri dari mineral kaolinit yang bentuk
kristalnya tidak sempurna (melorit = disordered kaolinit), ilite, kuarsa dan mineral
11
lempung lainnya, bersifat plastis, dilapangan tidak menunjukan perlapisan. Jenis
lempung ini tahan terhadap suhu tinggi (lebih dari 1600" C) tanpa terjadi pembentukan
masa gelas. Secara megaskopis sulit membedakan antara fire clay dan ball clay. Hal ini
dapat diketahui dengan metoda AAS dimana kaolinit merupakan komposisi utama.
Berbeda dengan ball clay dan bond clay, fire clay terbentuk akibat proses sortasi dan
sedimentasi yang telah lanjut sehingga didalamnya tidak memperlihatkan adanya
perlapisan, diendapkan pada lingkungan lakustrin ataupun delta yang umurrrnya
mengandung batubara.
Zeolit Tnolit merupakan senyawa alumino silikat hidrat terhidrasi dari logam alkali
dan alkali tanah (terutama Ca dan Na), dengan rumus umur Lm Alx Sig O2nH2O (L
= logam). Sifat umum dari zeolit adalah merupakan kristal yang agak lunak, berat jenis
2-2,4, warna putih coklat atau kebiru-biruan. Kristalnya berwujud dalam struktur
tiga dimensi yang tak terbatas dan mempunyai rongga-rongga yang berhubungan
dengan yang lain membentuk saluran kesegala arah dengan ukuran saluran tergantung
dari garis tengah logam alkali atau alkali tanah yang terdapat pada strukturnya
Diatomea Disebut pula sebagai tanah diatomea (diatomeus earth) atau kloseguhr.
Diatomea sebenarnya adalah sejenis ganggang, bersifat plankton, dimana jaringan
batangnya terdiri dari SiOz. Koloni diatomea akan berkembang baik apabila
ditempat itu terdapat batuan piroklasik/yang cukup banyak mengandung SiOz.
Diatomea mempunyai berat jenis rendah (+ 0,45) oleh sebab itu agar diatomea yang
mati dapat membentuk endapan maka pengaruh arus air harus kecil.
Yodium Yodium (iod.ine) merupakan unsur halogen yang terberat dan aktip
didapatkan pada tumbuhan laut dan mata airlsumber air garam (brine). Yodium sebagai
bahan galian berasosiasi dengan cekungan minyak bumi dan gas bumi ataupun ada
pada mata air garam. Yodium terdapat bersama dengan bromium. Secara garis
besar terjadinya yodium diawali sewaktu bitumenal batuan berubah menjadi minyak
bumi, maka larutan yodium dan bromium kedalam air yang menyertai minyak.
Mangan di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1854 didaerah
Karangnunggal, Tasikmalaya, Jawa Barat, tetapi pengusahaannya baru dimulai
menjelang akhir abad yang lalu. Meskipun tempat penemuan pertama di
Karangnunggal tetapi endapan yang diusahakan terlebih dahulu adalah yang
terdapat di Kliripan, Kulon Progo, Yogyakarta. Endapan bijih mangan dapat terbentuk
dengan berbagai cara yaitu karena proses hidrothermal yang dijumpai dalam bentuk
12
vein, metamorfik, sedimenter ataupun residu. Endapan mangan sedimenter merupakan
endapan bijih Mn yang banyak dijumpai dan mempunyai nilai eltonomis.
"Manganese oolites" dan "manganese shales" terbentuk di lingkungan laut. Pirolusit
yang merupakan salah satu anggota kelompok senyawa Mn, dapat pula terbentuk
karena proses pelapukan bijih sejenis yang kemudian membentuk endapan residu.
Feldspar merupakan kelompok mineral/mineral dengan komposisi alumunium
silikat, potasium (kalium), sodium. (natrium) kadang-kadang Kalsium. Feldspar
terjadi selama proses'kristalisasi magma baik melalui proses pneumatolytic ataupun
proses hidrothermal dalam urat pegmatik tetapi jarang terjadi karena proses kristalisasi
larutan magma pada suhu rendah. Feldspar merupakan mineral pembentuk batuan beku
terutama pada batuan beku dalam Qtlutonicroc,t) yang bersifat umum tetapi terdapat
pula pada batu4n erupsi ataupun metamorf.
Obsidian Merupakan "ienis batuan beku luar, hasil pembekuan magma yang kaya
silika. Pembekuan terjadi demikian cepat sefiingga mineral pembentuknya tidak
sempat mengkristal dengan baik dan kedudukan kristalnya tidak beraturan. Obsidian
kebanyakan bdrwarna putih keabu-abuan hingga hitam, kadang-kadang ada garis
merah kecoklatan dan hitam. Dijumpai pula obsidian yang berwarna kehijauan.
Perlit terbentuk karena pembekuan magma asam yang tiba-tiba dengan tekanan
yang tinggi dalam suasana basah. Komposisi utama adalah mineral silikat berbutir sangat
halus, terbangun oleh steroidasteroida kecil, ringan. Warnanya abu-abu muda hingga
abu-abu kehitaman. Perlit ini bila dipanaskan bertahap hingga mencapai suhu antara
950-1050' C, akan mencapai perkembangan isi yang tetap dan maksimum.
Pumice/batu apung, Pumice terjadi bila magma asam muncul ke permukaan dan
bersentuhan dengan udara luar secara tiba-tiba. Buih gelas alam dengan gas yang
terkandung didalamnya mempunyai kesempatan untuk keluar dan magma membeku
dengan tiba-tiba. Pumice umumnya terdapat sebagai fragmen yang terlemparkan pada
saat letusan gunung api dengan ukuran dari kerikil sampai bongkah.
Tras disebut pula sebagai pozolan, merupakan bahan galian yang cukup banyak
mengandung silika amorf yang dapat larut diair atau dalam larutan asam. Nama pozolan
diambil dari suatu desa Puzzuoli de Napel, Italia dimana bahan tersebut diketemukan.
Tras (alam) pada umumnya terbentuk dari batuan volkanik yang banyak
13
mengandung feldspar dan silika, antara lain breksi andesit, granit, rhyolit yang telah
mengalami pelapukan lanjut.
Belerang atau sulfur didapatkan dalam 2 bentuk yaitu sebagai senyawa sulfida dan
sebagai belerang alam. Sebagai senyawa sulfida didapatkan dalam bentuk galena-
PbS, chalkopirit-CuFeSz dan Pirit FeS. Kesemuanya terbentuk akibat proses
hidrothermal, kecuali yang tersebut terakhir dapat pula terjadi karena proses sedimenasi
dalam kondisi tertentu. Sedang belerang alam unsur tersebut berbentuk kristal bercampur
lumpur atau merupakan hasil sublimasi.
Andesit dan basalt Merupakan jenis batuan beku luar, merupakan hasil pembekuan
magma yang bersifat intermedier sampai basa dipermukaan bumi. Jenis batuan ini
bertekstur porfiritik afanitik, komposisi mineral utama jenis plagioklas, mineral mefik
adalah piroksen dan amfibol sedang mineral tambahan adalah apatit dan zirkon.
5. Bahan galian industrt yang berkaitan dengan intrust plutonik batuan asam dan
ultrabasa
Granit dan granodiorit Batuan ini terjadi dari proses pembekuan magma bersifat asam,
terbentuk jauh di dalam kulit bumi sehingga disebut sebagai batuan dalam.
Terbentuknya kira-kira 3-4 km dibawah permukaan bumi, bahkan sampai pada jarak
15-50 km di dalam bumi. Bentuk inrrusi dapat berupa batholit, lakolit maupun phacolit.
Karena membekunya jauh didalam kulit bumi, bentuk dan ukuran mineral
pembentuknya besar-besar dan mudah dibedakan antara mineral satu dengan
lainnya. Kenampakan demikian dikenal dengan istilah holokristalin, porfiritik.
Warna batuannya bermacam-macam tergantung dari jenis mineral penyusunnya
antara lain merah, coklat, abu-abu atau kombinasi diantaranya. Khusus untuk
granodiorit memperlihatkan ukuran butir kristal yang relatif kecil dibandingkan
dengan granit.
Alkalifeldspar Mineral ini terbentuk dari proses kristalisasi pada fase pembekuan
magma yang bersifat asam dengan kadar SiOz tinggi unsur alkalinya (K dan Na)
sehingga merupakan mineral utama pembentuk batuan dengan komposisi kimia K
Al2SiO8 - Na Alz SiO3 yang berwarna terang dengan kekerasan 6. Dijumpainya
mineral jenis ini berkaitan erat dengan daerah pembentukan granit pegmatit. Umumnya
mineral ini didapatkan dalam bentuk urat/vein atau tersebar sebagai komponen
utama dalam tubuh batuan granit pegmatit.
14
Bauksit merupakan kelornpok mineral aluminium hidroksida seperti
gibsirAl2Or3HzO; boehmit-AlzOrHzO; diaspor Al20jHzO. Mempunyai warna putih
atap kekuningan dalarn keadaan murni, nrerah atau coklat apabila terkontaminasi oleh
besi oksida atau bitumen. Bauksit relatif sangat lunak
(kekerasan l-3), relatif ringan dengan berat jenis 2,3-2,1; mudah patah tidak larut
dalam air dan tidak terbakar.
Kelompok mika (muskovit, plogopit dan biotit) terbentuk pada tahap akhir dari proses
pembekuan magma yang kekentalannya rendah dan bersifat asam. Kristal mika
berukuran lebar dan berlapis, relatif lunak (kekerasan 2-2,5) transparan dengan warna
bervariasi. Muscovit - KAl2 (AlSi3) Or0 (OH)2 berwarna putih, kuning kadang-kadang
coklat, bersifat fleksible dan elastis didapatkan pada batuan beku yang kaya silika dan
alumina (pegmatit dan granit) juga dalam batuan metamorf tingkat rendah-menengah-
tinggi antara lain greenschist dan ampibolit-facies.
Asbes adalah nama perdagangan dari mineral tertentu yang dapat dipisahkan
menjadi serabut-serabut dan tidak dapat dibakar. Mineral ini demikian panjang dan
halus sehingga dapat dipintal. Asbes teriadi karena proses metamorfose (proses
serpentinisasi) batuan yang bersifat basa atau ultra basa.
6. Bahan galian industri yang berkaitan dengan endapan residu dan endapan
letakan
Lempung Lempung scbetulnya merupakan istilah ukuran butir yang lcbih kecil dari
lr1256 mm (menurut ukuran Wcntworth). Apabila butir-butir tersebut sudah
kompak kemudian disebut batu lempung. Tanah liat dimanfaatkan untuk membuat bata
merah, genteng ataupun keramik. Persyaratan utama untuk genteng dan keramik
adalah tingkat pengkerutan harus sedikit mungkin, tidak mengandung bahan
organik yang rnenyebabkan genteng/keramik berpori. Dalam pernbuatan bata merah
masyarakat mencampur tanah liat dengan sekanr padi derrgarr tujuan bata merah
rnenjadi relatif ringan tetapi kuat tekannya rnenjadi berkuran. Dalam hal tanah liat
akan dimanfaatkan untuk bahan baku semen pofililnd harus memenuhi persyariltan
tertentu (Boque, 1974).
15
riolit, granodiorit. Endapan pasir kuarsa te{adi setelah melalui proses transportasi,
softasi dan sedimentasi.
Intan merupakan satu-satunya batu permata yang mempunyai formula yang terdiri
dari satu unsur yaitu karbon (C). Intan terbentuk bersamaan dengan pembekuan
batuan ultrabasa misal peridotit dan kimberlit. Kristalisasi intan pada kimberlite pipe
terbentuk pada kedalaman 60 mil (kurang lebih 95 km) atau lebih dalam dibawah
permukaan bumi dan pada temperatur 1 500 - 2.000' C.
Kaolin berasal dari kauling bahasa Cina yang berarti pegunungan tinggi. Ditempat ini
penambangan kaolin telah dilakukan sejak beberapa abad yang lalu. Kaolin
merupakan masa batuan yang tersusun dari mineral lempung dengan kandungan besi
yang renddh. Kaolin mempunyai komposisi hidros aluminium silikat (Al2O3 2SiO2
zHzO) dengan disertai beberapa material penyerta. Mineral yang termasuk dalam
kelompok kaolin adalah kaolinit, nakrit, dikrit dan haloisit dengan kaolinit sebagai
mineral utama.
Dalam pelaksanaan kegiatan inventarisasi dan eksplorasi serta kegunaannya, maka
bahan galian industri di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok,
yaitu:
Bahan Galian Industri Keramik Industri semen: batugamping. lempung, pasir
kuarsa, gips dan lain-lain. Industri gelas: pasir silika dolomit, batugamping dan lain-
lain. Industri keramik: kaolin, toseki, feldspar, pasir kuarsa dan lian-lain.
Bahan Galian Industri Bangunan Industri bahan bangunan: andesit, sirtu, tras, lempung
dan lain-lain. Industri ornamen: marmer, granit dan lain-lain.
Bahan Galian Industri Batumulia Industri kerajinan: Intan, jade, opal, agate, onyx,
kalsedon dan lain-lain. Industri perhiasan: Intan, rubi, safir, jade, krisopras, opal, topas,
peridot dll.
Bahan galian Industri lainnya Industri pupuk: fosfat, belerang, potash, zeolit dan
lain-lain, Industri kosmetik: talk, magnesit, batugamping, kaolin dan lain-lain. Industri
farmasi: batugamping, belerang, kaolin dan lain-lain. Industri kertas; gatugamping,
kaolin, dolomit, zeolit dan lain-lain. Industri kimia: fosfat, belerang, batugamping dan
lain-lain. Industri pertanian dan peternakan: dolomit. batugamping, fosfat,
zeolit, bemonit dan lain-lain.
B. GEOWISATA
16
Kerangka Berpikir
17
adanya informasi tersebut pengunjung sadar dan peduli agar dapat menjaga
keindahan lingkungan di sekitar objek geowisata.
4. Locally Beneficial (Bermanfaat Secara Lokal)
Adanya objek geowisata ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan
manfaat bagi masyarakat/komunitas lokal di sekitarnya baik dari segi ekonomi,
sosial, dan lainnya sehingga dapat membantu proses pembangunan di daerah tersebut
agar semakin meningkat. Objek geowisata juga dapat membantu sebagai media atau
sarana untuk mempromosian suatu wilayah.
5. Tourist Satisfaction (Kepuasan Pengunjung)
Adanya objek geowisata ini selain menambah wawasan diharapkan juga mampu
memberikan kepuasan lahir dan batin bagi pengunjung. Pengelolaan sarana dan
prasarana yang baik, kebersihan, keamanan, serta akses menuju lokasi yang mudah
sehingga membuat pengunjung merasa puas.
Aktivitas Geowisata
Ada berbagai jenis aktivitas yang bisa dilakukan pada objek geowisata antara lain:
1. Geo-site sightseeing: Berwisata menikmati keindahan dan keunikan landscape
bentukkan kebumian.
2. Geo-sport: Kegiatan olahraga berkaitan dengan topografi bumi. Ada banyak jenis
aktivitas olahraga yang bisa di lakukan seperti caving, surfing, cave tubing,
penjelajahan aliran sungai dan perbukitan kerucut kars
3. Geo-study: Pembelajaran di alam terbuka seperti fotografi geo-landscape,
kunjungan lapangan, observasi warisan budaya untuk keperluan geologi. Selain itu
juga dapat mengunjungi museum untuk mempelajari fosil dan bebatuan langka
yang dikoleksi.
4. Geo-konservasi dan Geo-pendidikan: Mengadakan program konservasi terhadap
potensi kebumian untuk keperluan edukasi atau pelestarian (berkelanjutan)
bertujuan untuk generasi di masa depan.
5. Geo-festival: Diadakan acara yang berkaitan dengan keberlangsungan sumber
daya geologi serta sebagai ajang promosi program konservasi. Pada kegiatan
seperti ini otomatis akan berdampak baik bagi pengenalan objek geowisata.
6. Health and Wellness geotourism: Berkaitan dengan fasilitas kesehatan atau
relaksasi berupa terapi spa, terapi batu, dan terapi lumpur. Memanfaatkan
sumberdaya geologi yang menunjang dalam ilmu kesehatan.
7. Fasilitas Geo-tours: Fasilitas disediakan bagi pemandu dan wisatawan seperti peta
geowisata dan papan informasi yang akan memudahkan kegiatan berwisata.
Tujuan Geowisata
18
4. Mensosialisasikan ilmu pengetahuan alam, pendidikan lingkungan dan pelestarian
alam.
5. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan baru tentang sumber geologi seperti
fosil, bebatuan, bentang alam, dan lain-lain serta budaya dan sejarah lokasi
setempat.
Manfaat Geowisata
19
C. BENCANA ALAM GEOLOGI
Kerangka Berpikir
1. Kekeringan
2. Longsor
Penyebab:
Upaya menyikapi:
21
Perlu meningkatkan pengetahuan karakteristik wilayah secara
fisik, pemahaman akan pentingnya area hijau untuk kestabilan lereng dan
resapan air tanah disaat curah hujan tinggi. Dan untuk menekan risiko
yang dapat diakibatkan longsor dan gerakan tanah perlu kita menghindari
daerah-daerah rawan longsor dan gerakan tanah, atau melakukan treatmen-
treatment untuk upaya mitigasi.
Banjir dan banjir bandang erat kaitannya dengan kapasitas area tangkapan
air di daerah hulu. Berkurangnya area hijau di daerah hulu akan
meningkatkan ancaman banjir, sementara itu minimnya vegetasi akan
meningkatkan potensi longsor di daerah hulu, sehingga jika terjadi longsor
di sekitar badan sungai akan mengakibatkan terbentuknya bendungan alam
yang akan menjadi “peluncur peluru” banjir bandang.
4. Gunung Meletus
22
KRB III : Terlanda awan panas, aliran lava, lontaran batu pijar dan hujan
abu
KRB II : Dapat terlanda awan panas dan lontaran material vulkanik dan
hujan abu.
5. Gempa bumi
6. Tsunami
Daerah tepi benua tersebut menjadi bagian yang tertekan akibat tabrakan
ini, sehingga pada waktunya, mungkin dalam siklus beberapa ratus tahun,
akan terjadi pelepasan energi pada zona yang tertekan ini. Nah, saat
pelepasan energi ini lah terjadi pelentingan tepi benua yang umum di
sebut Megathrust dan memicu perhamburan air laut dari dasar samudera
menyebabkan gelombang besar (riak raksasa) yang pada akhirnya
dihempaskan ke daerah. Pelentingan ini juga menyebabkan munculnya
24
karang-karang laut di permukaan (daratan bertambah akibat
pengangkatan).
Kerangka Berpikir
25
perhitungan cadangan mineral harus dapat dilakukan dengan derajat
kepercayaan yang dapat diterima dan dipertanggungjawabkan.
Perhitungan cadangan merupakan sebuah langkah kuantifikasi formal
terhadap suatu material yang keterdapatannya secara alamiah. Perhitungan
dilakukan dengan berbagai metode/prosedur yang didasarkan pada pertimbangan
empiris maupun teoritis. Volume, tonase, kadar, dan kuantitas mineral
merupakan atribut-atribut (variabel/parameter) umum yang diperhitungkan.
Perhitungan atribut tersebut harus optimal dalam arti takbias dan kesalahan acak
tidak melebihi kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan.
Metode perhitungan dapat berbeda untuk endapan yang akan ditambang
secara terbuka dengan endapan yang akan ditambang secara underground mine.
Metode perhitungan cadangan juga berbeda sesuai dengan tujuan penambangan,
maksudnya apakah jumlah cadangan yang diperoleh akan dipergunakan untuk
perencanaan tambang jangka panjang, jangka pendek atau untuk keperluan lain.
Perhitungan secara global diaplikasikan untuk memperoleh kadar rata-rata dan
tonase dari sebuah volume endapan yang sangat besar. Umumnya digunakan
untuk memperkirakan kontinuitas produksi tambang dalam kaitannya dengan
perencanaan jangka panjang. Perhitungan ini masih bersifat insitu karena hanya
berdasar pada faktor ekonomi yang masih bersifat umum. Hasil perhitungan
dalam tahapan ini umumnya dikategorikan sebagai sumberdaya dan masih
membutuhkan tambahan data eksplorasi.
Perhitungan secara lokal dilakukan baik pada tahapan studi kelayakan
maupun pada saat kegiatan penambangan sedang dilakukan. Hasil perhitungan
umumnya dipakai untuk perencanaan jangka pendek atau menengah dan
diklasifikasikan sebagai cadangan. Pengertian tentang sumberdaya dan
cadangan.
Perhitungan cadangan merupakan proses yang kompleks, karena itu
membutuhkan ahli-ahli yang profesional. Sebuah tim yang besar dibutuhkan
untuk proses ini, tidak hanya ahli eksplorasi, teknisi pertambangan dan ahli
metalurgi tetapi juga melibatkan ahli ekonomi mineral, keuangan dan lain
sebagainya.
Pada dasarnya, perhitungan cadangan merupakan pengetahuan mengenai
distribusi spasial kadar dan penentuan lokasi batuan mineral yang bernilai di atas
cutoff grade (cog). Apapun tujuan dari perhitungan cadangan, proses ini harus
dilakukan berdasarkan aturan-aturan yang terstruktur.
26
4. Evaluasi data umum seperti penggunakan ukuran kuantitatif (misalnya
histogram, kecendrungan, korelasi dan lain-lain)
5. Perhitungan sumberdaya secara global
6. Sumberdaya lokal Simulasi, dll
27
3. KONSEP DASAR PERHITUNGAN CADANGAN
1. BIJIH
Definisi bijih telah dipublikasikan oleh banyak pengarang buku
maupun lembaga. Taylor (1986) mendefinisikan bijih sebagai mineral
berharga yang dicari dan kemudian diekstrak dalam kegiatan
pertambangan dengan harapan (meskipun tidak selalu tercapai)
mendapatkan keuntungan untuk penambang maupun untuk komunitas
masyarakat. Sedangkan menurut Kamus Pertambangan Umum (PPPTM,
1997) bijih diartikan sebagai mineral yang mengandung satu logam
berharga atau lebih yang dapat diolah dan diambil logamnya secara
menguntungkan sesuai dengan kondisi teknologi dan ekonomi pada waktu
itu. Istilah bijih diaplikasikan pada mineralisasi batuan dalam tiga
pemahaman yaitu pemahaman geologi dan keilmuan (sains), kontrol
kualitas pada cadangan bijih, dan bagian termineralisasi pada front
tambang. Dalam perhitungan cadangan, pemahaman kedua sangat penting
dalam menunjukkan perbedaan yang jelas antara bijih dan waste
(overburden).
29
(gambar 2) Konsep konektivitas sebagai fungsi perubahan harga cog. Blok-blok
rencana penambangan emas yang dibuat berdasar 1.033 sampel di wilayah
northernBritish Columbia (Sinclair & Blackwell, 2005, h. 6).
Meskipun cog merupakan nilai yang diperoleh dari banyak faktor yang
kompleks, secara sederhana cog juga dapat diperoleh dengan formula yang
disederhanakan. Berikut adalah perhitungan cog secara sederhana (John, 1985;
dalam Sinclair & Blackwell, 2005):
3. KONTINUITAS
Istilah kontinuitas dalam endapan mineral diartikan menjadi dua yaitu
untuk mendeskripsikan bentuk fisik dari komponen geologi yang mengontrol
proses mineralisasi. Disamping itu istilah kontinuitas juga dapat diartikan
sebagai kemenerusan nilai kadar endapan. Tabel 1.1 memberikan definisi dan
contoh dari dua makna kontinuitas dalam pengertian endapan mineral,
sedangkan kontinuitas nilai akan diperdalam pada mata kuliah Geostatistik.
(gambar 3.1)
Gambar 3.2: Dilusi yang terjadi pada setiap tahapan proses pertambangan.
Dilusi dapat dibedakan menjadi dua yaitu dilusi internal dan eksternal. Dilusi
internal adalah apabila material kadar rendah terletak di dalam material kadar
tinggi, sedangkan dilusi eksternal adalah apabila material kadar rendah terpisah
31
dengan material kadar tinggi. Lebih jauh lagi, dilusi internal dapat dibagi menjadi
dua, pertama material kadar rendah mempunyai batas yang jelas dengan material
kadar tinggi (dilusi geometri) dan kedua material kadar rendah.
tidak mempunyai batas yang jelas dengan kadar tinggi (dilusi inheren). Dilusi
internal geometri hadir sebagai waste yang dibedakan dengan jelas di dalam
endapan bijih, misalnya barren dike yang menerobos zona bijih. Dilusi internal
inheren dapat terjadi karena bertambahnya ukuran blok yang digunakan untuk
memisahkan bijih terhadap waste.
5. VARIABEL TEREGIONAL
32
umumnya disertai dengan meningkatkan support. Hal ini diilustrasikan secara
numerik dan grafik seperti dalam Gambar 4.
33
(Gambar 5): Blok-blok yang dipergunakan untuk mengestimasi geometri
badan bijih, blok tersebut umumnya akan dipergunakan sebagai selective
mining unit (SMU).
34
8. Kesalahan manusia, misalnya plot data yang kurang tepat, penentuan
ketelitian desimal, dll.
8. POLA EKSPLORASI
Secara umum pola dasar eksplorasi adalah bekerja dari lokasi yang
sudah diketahui menuju lokasi yang belum diketahui. Akibat adanya faktor
mineralisasi dan kondisi topografi, maka bentuk pola-pola eksplorasi dapat
berbeda sesuai dengan kondisinya, antara lain:
35
Gambar 6: Pola eksplorasi bujursangkar (a), persegi panjang (b),
segitiga (c), dan rhombohedron (d).
Pola bujursangkar merupakan pola awal dalam eksplorasi dengan asumsi
bahwa penyebaran mineralisasi ke semua arah cederung sama. Apabila
informasi tentang penyebaran mineralisasi telah diperoleh dengan lebih detil
maka pola bujursangkar tersebut dapat berubah menjadi pola-pola lain sesuai
dengan kebutuhan untuk memperjelas geometri dan dimensi endapan bahan
galian.
9. GRID DENSITY
36
1. Suatu taksiran sumberdaya harus mencerminkan secara tepat kondisi
geologi dan karakter/sifat dari endapan bahan galian.
2. Selain itu harus sesuai dengan tujuan evaluasi. Suatu model
sumberdaya yang akan digunakan untuk perancangan tambang harus
konsisten dengan metode penambangan dan teknik perencanaan
tambang yang akan diterapkan.
3. Taksiran yang baik harus didasarkan pada data aktual yang diolah/
diperlakukan secara objektif. Keputusan dipakai-tidaknya suatu data
dalam penaksiran harus diambil dengan pedoman yang jelas dan
konsisten. Tidak boleh ada pembobotan data yang berbeda dan harus
dilakukan dengan dasar yang kuat.
37
5. GEOMATIKA
Kerangka Berpikir
6. GEOPEDOLOGI
Kerangka Berpikir
1. Pengertian Geopedologi
Geopedologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan
kondisi geologi dengan proses pembentukan tanah, morfologi tanah dan
klasifikasi tanah. Menurut ahli geologi tanah sebagai hasil pelapukan oleh
waktu yang mengikat batuan keras dan lambat laun akan terjadi
dekomposisi menjadi masa tanah yang kompak.
2. Proses Pembentukan Tanah
Pembentukan tanah merupakan proses kompleks dan seringkali
memakan waktu ribuan tahun. Tahap pertama dalam pembentukan tanah
adalah pelapukan batuan. Batuan semacam itu merupakan bahan induk
tanah. Tanah yang terbentuk secara langsung di atas bahan induknya
disebut tanah residu yang mempunyai komposisi sama seperti batua
induknya. Kadang-kadang angin dan air membawa partikel-partikel batuan
terlapuk jauh dari bahan induknya. Tanah yang terbentuk dari bahan yang
39
telah dipindahkan disebut tanah terpindah yang mungkin berbeda
komposisi dengan batuan di bawahnya.
Selama tanah terbentuk, tanah menghasilkan lapisan-lapisan yang
berbeda yang disebut horison. Horison-horison tanah berlainan warna,
tekstur, dan komposisinya. Tanah yang sedang terbentuk tidak mempunyai
horison-horison yang berbeda yang disebut tanah belum dewasa.Tanah
telah terbentuk dalam jangka waktu cukup lama mempunyai horison-
horison yang berbeda; tanah semacam itu disebut tanah dewasa.
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses
pembentukan tanah, antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi,
dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan dengan rumus sebagai
berikut:
T = f (i, o, b, t, w)
Keterangan:
T = tanah b = bahan induk i = iklim
w= waktu
f = faktor t = topografi o = organisme
3. Jenis-Jenis Tanah
40
Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organik seperti dari hutan
rawa atau rumput rawa, dengan ciri dan sifat: tidak terjadi deferensiasi
horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0.5 meter, warna coklat hingga
kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak
lekat-agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur
lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya
bersifat sangat asam (pH 4.0), kandungan unsur hara rendah.
2. Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan,
berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum
terbentuk struktur , konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH
bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya di
daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah
cekungan (depresi).
3. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon,
tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH
umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material
vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng
vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir
pantai.
4. Litosol
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan
induknya batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah
dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan
induk. Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir,
umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan
kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala
iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring
sampai curam.
5. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon,
kedalaman dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal,
konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat merah hingga
kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari
300 – 1000 meter, batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi
batuan beku intrusi.
6. Grumosol
41
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal,
tekstur lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan
gumpal hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat
lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak,
umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi
tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu
kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik bersifat basa.
Penyebarannya di daerah iklim sub humid atau sub arid, curah hujan
kurang dari 2500 mm/tahun.
7. Podsol
Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan profil, susunan
horizon terdiri dari horizon albic (A2) dan spodic (B2H) yang jelas,
tekstur lempung hingga pasir, struktur gumpal, konsistensi lekat,
kandungan pasir kuarsanya tinggi, sangat masam, kesuburan rendah,
kapasitas pertukaran kation sangat rendah, peka terhadap erosi, batuan
induk batuan pasir dengan kandungan kuarsanya tinggi, batuan
lempung dan tuf vulkan masam. Penyebaran di daerah beriklim basah,
curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun tanpa bulan kering, topografi
pegunungan. Daerahnya Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dan Irian
Jaya (Papua).
8. Andosol
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil,
solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam,
kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah,
konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang-
kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya
absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka
terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf
vulkanik.
4. Mineralogi Tanah
42
Ukuran mineral tanah sangat beragam mulai dari ukuran sangat
kasar sampai dengan ukuran yang sangat halus seperti mineral liat.
Mineral liat hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop elektron.
Sifat mineral liat ditentukan dari :
43
7. OSEANOGRAFI
Kerangka Berpikir
1. Definisi Oseanografi
Planet bumi yang kita huni ini lebih merupakan planet air, karena sebagian
besar yaitu 70,8 % dari luas muka bumi merupakan laut dan 29,2 % merupakan
daratan. Dari 510 juta km2 luas muka bumi, 361 juta km2 merupakan laut dan
daratan hanya 149 juta km2 . Cuaca dan iklim yang memungkinkan kita hidup di
planet ini dalam banyak hal sangat ditentukan oleh perkembangan kondisi di laut
dan udara di atasnya. Berbeda dengan daratan, seluruh laut di bumi ini merupakan
medium yang bergerak dinamis dan saling berkaitan satu dengan lainnya hingga
merupakan satu kesatuan yang sinambung.
Osean yang berarti lautan/samudra adalah subdivisi dari massa air yang
luas terletak diantara kontinen-kontinen. Bagian yang lebih kecil dari Osean
disebut Sea Dalam bahasa latin Oceanus, sedangkan dalam bahasa Yunani
Okeanus. Pada abad ke 13 istilah dalam bahasa Inggris biasa digunakan Sea of
Ocean dan Sea Ocean dan akhirnya pada tahun 1950 biasa disebut Ocean Sea.
44
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai ilmu yang
mempelajari lautan. Oceanography is the scientific study of the Ocean in all its
aspect. Beberapa penulis telah menggunakan istilah Oceanografi dengan istilah
lain yaitu Oceanology dan Thassography. Tetapi kemudian yang lebih popular
yaitu Oceanografi. Study yang sama dari danau dan air tawar adalah Limnology.
Danau, sungai, air tanah, uap air di atmosfer, samudera merupakan bagian besar
dari muka bumi yang dikenal sebagai Hidrosphere.
Dengan kata lain Oceanografi itu ialah Scientific study dan explorasi
lautan dan laut-laut serta semua aspek-aspeknya. Termasuk sedimen,batuan yang
membentuk dasar laut, interaksi antara laut dengan atmosfer, pergerakan air, serta
faktor-faktor tenaga yang menyebabkan adanya gerakan tersebut baik tenaga dari
dalam maupun tenaga dari luar, kehidupan organisma, susunan kimia air laut,
serta asal mula terjadinya lautan dan laut-laut purbakala.
Oleh karena itu oceanografi dikatakan sebagai suatu science mengenai laut
yang terdiri dari beberapa cabang ilmu pengetahuan seperti : geologi,
meteorology, biologi, kimia fisis, geofisika, geokimia, gerakan mekanis dan
aspek-aspek teoritis yang harus menggunakan ilmu pasti.
45
2. Geologi Oseanografi : ilmu geologi penting artinya bagi kita dalam
mempelajari asal terbentuknya lautan, termasuk di dalamnya penelitian
tentang lapisan kerak bumi, gunung berapi dan terjadinya gempa bumi.
3. Kimia Oseanografi : ilmu yang berhubungan dengan reaksi-reaksi kimia
yang terjadi di dalam dan di dasar laut dan juga menganalisa sifat-sifat dari
air laut itu sendiri.
4. Biologi Oseanografi : cabang ilmu oseanografi yang sering dinamakan
Biologi Laut yang mempelajari semua organisma yang hidup di lautan
termasuk binatang-binatang yang berukuran sangat kecil (plankton)
sampai yang berukuran besar dan tumbuh-tumbuhan air laut.
46
BAB IV
PENU
TUP
1. Kesimpulan
2. Informasi data untuk penelitian ini diperoleh dari pihak perusahaan PT.
Madhani Talatah Nusantara daerah Konsesi PT. Berau Coal dengan
data Koordinat lubang bor
2. Saran
47
DAFTAR PUSTAKA
48
LAMPIRAN
.Team Drill & Blast PT. MADHANI TALAH NUSANTARA IUP PT. BERAU COAL
49
Proses Charging bahan peledak, jenis AN
50
Proses Drilling lubang untuk peledekan
51
52