Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

(PRAKERIN)
……………………………………

PT. GEOSERVICES
( GEOLOGICAL & LABORATORY SERVICES DIVISION)

Disusun Oleh :
WINDA
……………….

SMK MIGAS CICURUG


KOMPETENSI KEAHLIAN: 1. Teknik Produksi Migas (TPP)
2. Teknik Pemboran Migas (TPM)
Alamat : Jl. Ciutara RT.01/01 Desa Nyangkowek Kec. Cicurug Kab. Sukabumi Telp.(0266) 731420,
Email: smkmigassmi@ymail.com

2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)

DI PT.GEOSERVICES

Diajukan sebagai salah satu syarat mengikuti


Uji Kompetensi

Disusun Oleh :

WINDA

Disahkan Pada Tanggal : .............................................

Pembimbing Kepala SMK MIGAS

Marcus Trimudi Hartono IPAH SARIPAH,S.Pd.I

KATA PENGANTAR

ii
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang sampai
saat ini masih memberikan nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan Praktek Kerja Industri dengan judul
‘………………………………’ dengan baik sebagaimana mestinya. Praktek Kerja
Industri yang telah saya lakukan merupakan salah satu syarat dalam kurikulum
pendidikan SMK MIGAS CICURUG
Praktek Kerja Industri yang dilakukan bertujuan untuk menentukan Sifat Fisik Batuan
Selain itu juga mendekatkan hubungan dunia Sekolah Menengah Kejuruan dengan
dunia industri.
Selama melaksanakan Praktek Kerja Industri di PT. GEOSEVICES Jakarta Selatan,
banyak bantuan dan bimbingan yang saya dapatkan. Dan pada kesempatan ini saya
selaku penyusun mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat untuk kita semua.
2. Kepada orang tua yang sudah membantu doa dan bantuan yang tak terhingga
baik dari segi moral maupun material.
3. Bapak M. Trimudi Hartono BE, selaku pembimbing di PT. Geoservices.
4. Bapak Daniel Tampubolon, selaku pembimbing di PT. Geoservices.
5. Bapak Ade Sukardi, selaku pembimbing di PT. Geoservices.
6. Bapak Sukrisialiadi Hari Pramono, selaku pembimbing di PT. Geoservices.
7. Bapak Wahyudi Surahman, selaku pembimbing di PT. Geoservices.
8. HRD dan seluruh karyawan di PT.Geoservices
9. Ibu Ipah Saripah.S.Pd.I selaku Kepala SMK MIGAS CICURUG

10. Teman – teman kelas XI Pemboran 2017/2018 yang telah menjadi partner saya
dan berjuang bersama dalam melaksanakan Praktek Kerja Industri
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna serta masih banyak
kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sangat saya
harapkan. Semoga laporan Praktek Kerja Industri ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

iii
Jakarta, … September 2019.

WINDA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i

iv
HALAMAN PENGESAHAN OLEH PIHAK INSTANSI DAN SEKOLAH... ii

KATA PENGANTAR............................................................................................ iii

DAFTAR ISI........................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

1.1 LatarBelakang.................................................................................................. 1

1.2 Judul.................................................................................................................. 2

1.3 Tujuan.............................................................................................................. 2

1.3.1 Tujuan umum…..…………………………........................................... 2

1.3.2 Tujuan khusus……..……….................................................................. 2

1.4 Manfat………………………………………………...................................... 3

1.5 Waktu dan tempat…………………………………....................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………..................... 4

2.1.Analisa core..................................................................................................... 4

2.2.Pengertian batuan inti (core) …………………............................................ 4

2.3.Pengambilan core dilokasi sumur................................................................. 5

2.4.Jenis core simple di laboratorium................................................................ 7

2.5.Tahapan-tahapan sebelum analisa core…………………………………... 8

2.6.Analisa rutin core…………………………………….................................. 18

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 32

3.1 Orientasi lapangan......................................................................................... 32

3.2 Metode wawancara........................................................................................ 32

3.3 Study Literature............................................................................................ 32

v
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................ 33

4.1 Sejarah dan latar belakang persuhaan....................................................... 33

4.2 Divisi divisi.................................................................................................... 35

4.3 Geological & Laboratory services Division PT.Geosevices...................... 35

BAB V PEMBAHASAN.................................................................................... 37

5.1 Tahapan tahapan sebelum analisa core..................................................... 37

5.2 Pengukuran data dasar sample ................................................................. 42

5.3 Pengukuran porositas menggunakan helium porosimeter ..................... 43

5.3.1 Langkah kerja .................................................................................... 43

5.4 Pengukuran permeabilitas dan porositas menggunakan autometed

permeameter-porosimeter................................................................................ 45

5.5 Perhitungan porositas grain density dan saturasi .................................. 52

5.6 perhitungan permeabilitas ....................................................................... 53

BAB IV PENUTUP........................................................................................... 55

Kesimpulan ....................................................................................................... 55

Lampiran……………………………………………………………………... 59

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisa inti batuan dalam teknik perminyakan pada penerapannya di

lapangan diawali dengan coring. Coring merupakan kegiatan atau usaha untuk

mendapatkan contoh batuan dari formasi bawah permukaan. Analisa inti batuan

adalah tahapan analisa setelah contoh formasi dibawah permukaan (core)

diperoleh. Sifat fisik batuan dan fluida  reservoir sangat penting untuk perhitungan

cadangan dan perencenaan produksi sehingga di dapat kan efisiensi setinggi

mungkin.

Tujuan dari analisa inti batuan adalah untuk menentukan secara langsung

informasi tentang sifat-sifat fisik batuan yang ditembus selama pemboran. Untuk

eksplorasi dapat digunakan untuk mengevaluasi kemungkinan dapat

diproduksikan hidrokarbon dari suatu sumur, sedangkan tahap eksploitasi dari

suatu reservoir dapat digunakan untuk pegangan melaksanakan well completion.

Selain itu data inti batuan ini juga berguna sebagai bahan pembanding dan

kalibrasi dari metode logging.

Permintaan service coring dari pihak company, biasanya didiskusikan

ataupun diberitahukan kepada kita sebelum pengeboran suatu sumur dimulai.

Dengan demikian kita akan mendapatkan informasi mengenai program waktu

1
coring, jumlah interval coring maupun kedalamannya dari batuan inti yang akan

diambil.

1.2. Judul
yang diambil dalam kerja praktek ini adalah ANALISA CORE RUTIN
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Kegiatan praktik kerja industri ini maksud agar para siswa dapat
mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dibangku sekolah dan padukan realita yang
ada serta selanjutnya dapat bermanfaat bagi khalayak umum, sehingga dapat
meningkatkan kualitas kerjasama antara tempat PRAKERIN dan pihak sekolah
1.3.2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui tahapan analisa core rutin.

b) Mengetahui proses kerja di laboratorium dan mengetahui alat yang

digunakan.

c) Mengetahui cara menentukan permeabilitas dan porositas batuan sesuai

dengan dimensi aslinya.

d) Memahami cara menentukan nilai Saturasi dengan metode penjenuhan.

Mengetahui apakah dalam suatu sample memiliki kandungan minyak

atau tidak.

1.4. Manfaat

Hasil dari pelaksanaan PRAKERIN ini diharapkan dapat memberi manfaat


sebagai sarana untuk menambah pengetahuan tentang core, serta menumbuh
kembangkan etos kerja yang baik dan sebagai wawasan bagaimana menempatkan diri
yang baik dalam lingkungan dunia usaha / dunia industri.

2
1.5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu dan tempat pelaksanaan prakerin ini adalah :
Waktu : 14 Januari s/d 22 Februari 2019
Tempat : PT. GEOSERVICES GEOLOGICAL & LABORATORY SERVICES DIVISON

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Analisa Core

Analisa core adalah meneliti contoh batuan yang diambil dari sumur pemboran.

Pada umumnya core diambil pada kedalaman tertentu, data core merupakan data

yang paling dipercaya untuk mengetahui kondisi bawah permukaan.

2.2 Pengertian Batuan Inti (Core)

Batuan Inti (core) adalah sample batuan yang didapat dari dalam bumi,

yang diambil dari zona yang dianggap berpotensi mengandung hidrokarbon atau

biasa kita sebut reservoir. Tujuan dari pengambilan core dari bawah permukaan

adalah :

1. Untuk analisa reservoir dengan mendeskripsikan aspek sedimentologi dan

mempelajari struktur sehingga menghasilkan suatu model reservoir geologi

yang digunakan untuk simulasi reservoir.

2. Menetapkan keberadaan dari hidrokarbon.

3. Mengetahui nilai-nilai basic properties dari suatu batuan (porositas,

permeabilitas, saturasi, dan grain density) dan menentukan area perubahan

sifat-sifat fisik batuan dan faktor yang mempengaruhi kualitas reservoir.

4. Menentukan kapasitas penyimpanan (storage capacity) dan kapasitas aliran

pada formasi yang berperan sebagai reservoir.

Memprediksi dari produksi gas, minyak dan air untuk reserve estimates dan

permodelan reservoir.

4
2.3 Pengambilan Core di Lokasi Sumur

Pengambilan inti batuan jenis konvensional di lokasi, dilakukan bersamaan

dengan kegiatan pemboran sedangkan pengambilan jenis side wall di lakukan

setelah pemboran selesai.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan core,

yaitu:

1. Kontruksi dari peralatannya, meliputi core barrel, core catcher dan core bit

2. Kondisi formasi, meliputi jenis batuan formasi dan kondisi sumur

3. Teknik operasi coring meliputi jenis lumpur yang di pakai, proses coring dan

core handling

Adapun langkah-langkah yang biasanya dilakukan saat melakukan

pengambilan core di lapangan adalah

1. Core engineer melakukan coring sesuai kedalaman yang telah di tentukan

geologist, driller engineer dan petroleum engineer.

2. Lalu core engineer melakukan coring di kedalaman tersebut

3. Setelah pelaksaan coring, perlatan coring di Tarik ke permukaan, core tubing di

laydown di permukaan

4. Core+barrel di lepas dari tubing

5. Setelah itu core di potong per 3 feet atau 1 meter

6. Lalu di resin, untuk melindungi kondisi core agar tetap seperti dalam reservoir,

sifat saturasinya serta melindungi dalam perjalanan menuju laboratorium untuk

di analisa.

5
7. Barulah di bawa ke laboratorium untuk di analisa.

Terdapat beberapa jenis metode pengambilan core dan fluidanya, ukuran

dan kondisi setiap core akan berbeda untuk setiap metode. Pemilihan metode

harus di sesuaikan dengan ketersediaan alat, karakteristiuk dari suatu formasi yang

akan di ambil core dan sasaran dalam pengukuran core itu sendiri.

Dalam pengambilan core hanya terdapat 2 metode, yaitu

1. Sidewall, yaitu pengambilan core dilakukan saat pemboran sudah selesai

dilakukan. Terdapat 2 jenis teknik, yaitu

 Percussion yaitu dengan cara menembakkan ke dinding formasi

 Rotary yaitu dengan cara mengebor ke dinding formasi

2. Conventional, yaitu dilakukan pada saat pemboran berlangsung.

Di dalam rangkaian tubing terdapat beberapa bahan untuk membungkus

core, yaitu

 Rubber sleeve liner,

 Plastic Sleeve (PVC) Liner,

 Fiberglass Barrel,

 Alumunium Liner.

Pada saat di atas permukaan, perlu di lakukan resin, yaitu untuk

melindungi core agar tetap sama dengan kondisi di bawah permukaan (agar

tidak merubah sifat fisik batuan) dan untuk melindungi saat transportasi dari

lapangan ke laboratorium. Jenis-jenisnya yaitu:

6
 Resin busa

 Resin keras

 Sponge Core,

 Pressure Core dan

 Gel Core.

Jenis fluida saat melakukan coring ada

 wáter base mud (fresh wáter, salt wáter),

 Oil base (lease crude, diésel, mineral oil) dan

 Synthetic (vegetable oil, olefins).

Pemilihan fluida pemboran ini sangat berpengaruh dalam kualitas core saat di

analisa. Agar tidak terjadi kesulitan dalam menganalisa. Terutama pada sifat saturasi

dan wetabilitas.

2.4 Jenis Core Sample di Laboratorium

Sejatinya jenis core sample di laboratorium terbagi menjadi 3 buah core

sample, yaitu:

1. Core Plug sample adalah plug sample yang diambil dengan mengebor

conventional core. Dimana core yang di analisa, di bor sejajar dengan arah

perlapisan (horizontal plug sample) atau vertical plug sample yang diambil /

dibor tegak lurus dengan arah perlapisan, berbentuk silindris dengan ukuran

diametenya 1.0 atau 1.5 Inch. Cara ini biasanya dilakukan untuk batuan

formasi yang homogen.

7
2. Side-Wall Core merupakan core sample yang diambil pada dinding lubang

sumur/formasi. Datanya dipakai untuk pengecekan litologi batuan dan

kandungan fluidanya.

3. Full Diameter Core yaitu core yang dianalisa diameternya sesuai seperti

aslinya dan panjangnya sekitar 8 inch, analisa ini pada batuan heterogen atau

terdapat rekahan atau rongga.

2.5 Tahapan-Tahapan sebelum Analisa Core

Pada proses analisa di laboratorium core terdapat beberapa langkah yaitu :

1. Labelling, Membuat daftar identitas batuan sesuai kedalaman (conventional

core)

2. Spectral Gamma Ray adalah kegiatan yang pertama kali dilakukan sebelum

pengukuran sifat-sifat batuan lainnya, tujuannya untuk menentukan kandungan

radioaktif, seperti Uranium (U), Kalium/Potasium (K) dan Thorium (Th), dari

alat ini akan dihasilkan berupa log (chart).

Dari pembacaan chart log dapat diketahui jenis dari batuan tersebut.

Jika memiliki radiasi gamma ray yang tinggi maka termasuk jenis batuan

shale/clay, jika radiasinya sedang maka termasuk jenis sandstone dan jika

radiasinya rendah maka termasuk jenis limestone. Untuk mendeteksi radiasi

sinar gamma dipakai alat spectral core gamma

Cara kerja alat spectral core gamma ray :

a. Pertama-tama kita siapkan sampel whole core yang akan diukur kandungan

radioaktifnya.

8
b. Kemudian kita mempersiapkan alat spectral core gamma ray.

c. Alat Spectral Gamma Ray terlebih dahulu dikalibrasi, dan terhubung

langsung dengan komputer.

d. Setelah alat siap digunakan, letakan whole core di alat spectral core gamma

ray.

e. Kemudian alat dijalankan dan kandungan radiasi alamiah sinar gamma pada

batuan akan terdeteksi oleh alat spectral core gamma ray.

f. Alat telah terhubung dengan komputer yang akan memproses data yang

didapat. Data yang didapat berupa log gamma (total gamma).

g. Setelah itu log gamma di analisa dimana letak zona prospek.

Gambar 2.1 Alat Gamma Ray


(Sumber: Lab PT. Geoservices)

9
3. CT SCAN

CT-Scan adalah alat yang menggunakan media X-ray untuk

mendeteksi batuan, prinsip kerjanya hampir sama saja dengan scanner dirumah

sakit

Tujuan dilaksanakan CT-Scan:

a. Untuk dokumentasi wellsite data tanpa membuka core dari tube dan

merusaknya.

b. Membantu routine core untuk menentukan posisi plug dan arahnya.

c. Untuk mengetahui laminasi bedding (perlapisan) dan butiran.

d. Untuk mengetahui bila ada lubang atau fracture atau retakan pada batuan.

e. Sebagai acuan data pada routin core.

Proses Kerja:

a. Siapkan plug atau core full diameter kemudian diletakkan diatas alat CT-

Scan, secara otomatis alat akan merekam data secara langsung ke

komputer.

b. Dari hasil tersebut kita dapat mengetahui laminasi (perlapisan) butiran dan

arah aliran.

c. Full diameter diambil data dari sudut 0o – 90o , agar diketahui dan hasilnya

dirata-rata.

10
Dan berikut adalah data yang di hasilkan dari CT-Scan :

Gambar 2.2 CT-Scan Whole Core Pada Batuan Pasir


(Sumber: Lab PT. Geoservices)

4. Open core dari core barrel

Gambar 2.5 Alat Pendorong Core


(Sumber: Lab PT. Geoservices)

11
5. Lay out, di susun dan refitting. Sesuaikan from top to bottom, laminasi core

yang terbentuk di sesuaikan dengan susunan yang sesuai, agar saat di analisa

mendapatkan hasil yang akurat.

Gambar 2.6 Lay Out


(Sumber: Lab PT. Geoservices)

Tulis kode top and bottom berupa garis merah dan biru pada badan core secara

keseluruhan.

Gambar 2.7 Core Alumunium Barrel


(Sumber: Lab PT. Geoservices)

12
6. Photoraph, Foto keseluruhan badan core dengan mode white light dan UV

(ultra violet) light.

7. Plugging, pengambilan sampel dengan cara di bor pada titik sampel yang akan

di analisa rutin batuan, umumnya per 1 feet di ambil sample. Plugging adalah

proses pengambilan sampel dengan ukuran 1.0 atau 1.5inch dari full diameter

core. Pembuatan sample menjadi bentuk plug ini menggunakan mesin bor

diamond bit. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, lebih bagusnya jika

kita melakukan plugging, bagian sebelah kanan core terlebih dahulu di lakukan

plugging, agar misalkan pada suatu saat di minta 2 sample di satu kedalaman

(point), kita dapat melakukan horizontal dan vertikal plugging di satu point

kedalaman tersebut. Ada beberapa jenis media plugging yaitu:

a. Liquid Nitrogen, digunakan sebagai media pengambilan untuk core yang

mudah pecah (unconsolidated), dengan Nitrogen dapat berfungsi hingga

suhu -196oC dan bisa menjaga core agar tidak mudah pecah.

b. Air/brine, digunakan sebagai media plugging untuk core yang memiliki

litologi deeper limestone (sedikit mengandung clay), untuk sample yang

mengandung clay contain tinggi tidak direkomendasikan menggunakan air

karena akan menyebabkan swelling (pengembangan).

c. Minyak diesel (diesel oil), digunakan sebagai media plugging untuk core

yang memiliki litologi yang biasanya banyak mengandung clay apalagi jika

terdapat laminasi shale. Karena minyak tidak menyebabkan clay

mengembang (Swelling).

13
d. Udara dapat digunakan untuk media batuan shale yang memiliki kekerasan

dan kekompakan butiran.

Gambar 2.8 Alat Plugging


(Sumber: Lab PT. Geoservices)

8. Sample deanstark, berupa sample plug, dilakukan analisa untuk mencari nilai

saturasi air pada sampel tersebut. Sampel retort, sampel batuan dengan berat

100 gr yang di hancurkan untuk mencari nilai saturasi minyak.

9. Preserved core, yaitu core cadangan yang mungkin suatu saat klien kita ingin

menganalisa bagian zona tersebut di lain waktu, tanpa perlu kehilangan zona

kedalaman tertentu. Ini dapat merupakan saran dari bagian lab ataupun klien

meminta sendiri.

10. Slabbing, yaitu membelah core menjadi 2/3 dan 1/3 bagian. Yang merupakan

2/3 bagian untuk sampel analisa dan 1/3 bagian untuk kebutuhan display.

Untuk bagian display core dilakukan pemolesan agar core dapat

memperlihatkan pori-pori batuannya. Untuk batuan limestone di perlukan

14
pemberian cairan HCl, agar pori-prinya dapat terlihat. Untuk batuan Sandstone

tidak perlu di berikan HCl, karena pori-porinya sudah terlihat jelas.

Gambar 2.9 Alat Slabbing


(Sumber: Lab PT. Geoservices)

11. Foto lagi untuk core bagian 1/3. Mode UV (ultra violet) light dan white light.

12. Cleanning, setelah sampel di Plugging maka sampel harus di Cleanning untuk

di bersihkan dari kandungan miyak dan garam. Cleaning adalah proses

pencucian atau pembersihan core menggunakan larutan toluena dan methanol.

Toluena digunakan untuk membersihkan minyak yang terkandung pada plug

sample dan methanol digunakan untuk membersihkan garam yang terkandung

pada plug tersebut. Terdapat cuci panas dan cuci dingin. Jika cuci panas di

khususkan untuk batuan limestone, jika cuci dingin untuk batuan sandstone.

Alat yang digunakan adalah soxhlet extractor.

15
Gambar 2.10 Soxhlet Eextractor
(Sumber: Lab PT. Geoservices)

13. Drying, setelah proses pencucian selesai, sampel harus dikeringkan terlebih

dahulu dengan cara dimasukkan ke dalam oven. Terdapat dua macam oven

yaitu, Humidity oven dan Drying Oven atau convectional oven. Humidity Oven

yang biasanya di gunakan untuk mengeringkan sampel sand stone dengan

temperature 60°C dengan kelembaban udara sekitar 45% selama proses

pengeringan, sample ditimbang sekali sehari sampai diperoleh berat yang

konstan. Jika sudah diperoleh berat yang konstan berarti sampel sudah benar-

benar kering.

16
Gambar 2.11 Humidity Oven
(Sumber: Lab PT. Geoservices)

convectional oven (oven kering) biasanya digunakan untuk sampel

Limestone/batu gamping dengan temperature sekitar 1100C sampai benar-benar

kering, hal ini dilihat dari penimbangan yang dilakukan sehari dua kali sampai

menunjukan berat yang stabil.

17
Gambar 2.12 Drying Oven atau Convectional Oven
(Sumber: Lab PT. Geoservices)

2.6 Analisa Rutin Core

Analisa core rutin adalah analisa tahap awal yang dilakukan pada sampel

batuan yang di dapat dari bawah permukaan, diantaranya yaitu porositas,

permeabilitas, grain density dan saturasi fluida.

18
2.6.1 Porositas

Porositas adalah ukuran yang menunjukkan besar rongga suatu

batuan. Untuk menentukan porositas, ada beberapa alat yang

diperkenalkan, salah satunya yaitu porosimeter dimana untuk

menentukannya digunakan Metode Mercury Injection Pump, dengan

bahan yang digunakan Hg atau air raksa sebagai petunjuk. Selain itu juga

digunakan Metode Penimbangan, yang juga digunakan untuk mengukur

porositas efektif. Porositas juga dapat diketahui dengan melakukan analisa

inti batuan rutin.

Porositas adalah perbandingan volume rongga pori pori terhadap

volume total batuan, perbandingan ini biasanya di lakukan dengan persen.

Vp
φ= x 100 %
Vb
……………………....................(Persamaan 2.1)

Vb−Vg
φ= X 100 %
Vb

……………………………(Persamaan 2.2)

keterangan :

ø = porositas pori dalam %

Vp = volume pori , cm3

Vb = volume bulk, cm3

Vg = volume butiran, cm3

19
Porositas merupakan perbandingan antara ruang kosong dari suatu batuan

dengan volume batuan itu sendiri. Ruang kosong tersebut dapat merupakan

pori-pori yang saling berhubungan antara satu sama lain, tetapi dapat pula

merupakan rongga-rongga yang saling terpisah atau tersekat. Pengukuran

porositas batuan merupakan hal yang sangat penting karena akan

menentukan seberapa banyak hidrokarbon (gas atau minyak) yang ada di

dalam batuan. Nilai porositas sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor-

faktor antara lain sebagai berikut :

1. Keseragaman butiran : semakin seragam butir penyusun batuan maka

nilai porositasnya akan semakin besar, dilain pihak apabila ukuran

butiran tidak seragam maka butiran yang lebih kecil akan mengisi ruang

kosong diantara butiran yang lebih besar sehingga nilai porositas akan

turun.

2. Derajat sementasi : semakin tinggi derajat sementasi maka pori-pori

batuan yang tertutup semen akan semakin kecil, sehingga nilai porositas

akan semakin kecil pula.

3. Derajat kompaksi: semakin besar tekanan yang diberikan ketika proses

diagenesa batuan maka akan membuat ukuran pori-pori semakin kecil

dan akibatnya nilai porositas juga akan semakin kecil.

4. Derajat angularitas: pada umumnya batuan dengan butiran yang

memiliki roundness yang baik akan memiliki nilai porositas yang lebih

baik daripada batuan dengan bentuk yang melancip.

20
Porositas ini terbagi menjadi 2 macam porositas primer, sekunder.

Porositas bisa dikategorikan dalam beberapa kategori sebagai berikut :

1. Berdasarkan cara pembentukannya :

a. Porositas asli atau primer: menyatakan besaran porositas yang

terbentuk saat proses diagenesis batuan, contohnya yaitu porositas

intergranular.

b. Porositas sekunder: menyatakan besaran porositas yang terbentuk

setelah proses diagenesis batuan, contohnya yaitu karena

pelarutan pada batuan karbonat (vugs) atau akibat proses tektonik

(fracture porosity).

2. Berdasarkan kemampuan pori untuk dilewati hidrokarbon

a. Porositas Total: merupakan rasio dari jumlah total pori-pori

dibandingkan dengan volume bulknya.

b. Porositas Efektif: merupakan rasio dari pori-pori (ruang kosong)

yang saling berhubungan dibandingkan dengan volume bulknya.

3. Berdasarkan letak pori-porinya

a. Porositas intragranular: pori-pori terletak di dalam butiran itu

sendiri.

b. Porositas intergranular: pori-pori terletak diantara butiran

yang tidak tertutupi oleh semen.

21
A. Metode Penentuan Porositas

Porositas adalah perbandingan volume pori dengan volume

total batuan dan dapat dinyatakan dalam fraksi atau persen. Ada

beberapa metode untuk mengukur harga porositas dilaboratorium,

yaitu:

1. Porosimeter Boyle

Pada Metode Porosimeter Boyle (Boyle’s law porosimeter),

pori (Vp) ditentukan dengan mengukur volume butiran (Vg) dengan

persamaan berikut:

…………………..(Persamaan 2.3)

Keterangan :

Vg = volume butiran, cm 3

V1, = volume sel 1, cm3

V2 = volume sel 2, cm3

P1 = tekanan manometer pada kondisi 1, atm

P2 = tekanan manometer pada kondisi 2, atm

Setelah bulk voume batuan (Vb) diketahui, maka volume pori (Vp)

dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Vb -Vg
.......................................... (Persamaan 2.4)

22
Keterangan :

Vp = volume pori, cm 3

Vb = volume bbatuan, cm3

Vg = volume butiran, cm 3

Untuk mendapatkan harga bulk volume (Vb) dapat dilakukan

dengan :

a. Mengukur dimensi sample core untuk sampel batuan yang teratur.

b. Menggunakan piknometer Hg terkalibrasi untuk sampel batuan yang

tak beraturan.

2. Metode desaturasi

Dalam metode desaturasi, volume pori (Vp) diukur secara

gravimetri, yaitu dengan jalan menjenuhi core dengan fluida yang telah

diketahui berat jenisnya, kemudian core ditimbang, baik dalam keadaan

kering maupun dalam kondisi jenuh fluida. Volume pori (Vp) dihitung

dengan persamaan sebagai berikut:

.............................................(Persamaan 2.6)

Keterangan :

Ws = berat sample dalam keadaan jenuh fluida, gr3

Wd = berat sample dalamkeadaan kering, gr

= berat jenis fluida penjenuh pori, gr/cc

23
3. Skala Porositas

Penentuan porositas biasanya bersifat semi-kualitatif dan

dikelompokan dengan skala sebagaimana terlihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1

Skala porositas di lapangan

Skala porositas (%) Keterangan

0–5 Dapat diabaikan

5 - 10 Buruk

10 - 15 Cukup

15 - 20 Baik

20 - 25 Sangat baik

> 25 Istimewa

2.6.2. Permeabilitas

Permeabilitas adalah sifat dari pada batuan yang merupakan

kemampuan batuan tersebut untuk dapat mengalirkan fluida. Secara

kuantitatif besarnya permeabilitas suatu batuan ditentukan berdasarkan

rumus Darcy (untuk aliran laminar dan viscous). Secara langsung

24
hubungan antara harga permeabilitas dan porositas tidak dapat

dipastikan, bila korelasi dilakukan berdasarkan batuan yang bervariasi.

A. Faktor yang Mempengaruhi Permeabilitas

1. Bentuk dan Ukuran Batu

Jika batuan disusun oleh butiran yang besar, pipih dan seragam

dengan dimensi horizontal lebih panjang, maka permeabilitas

horizontal (Kh) akan lebih besar. Sedangkan permeabilitas vertical

(Kv) sedang - tinggi. Jika batuan yang disusun berbutir dominan

kasar, membulat dan seragam, maka permeabilitas akan lebih besar

dari kedua dimensinya. Permeabilitas buat reservoir secsara umum

lebih rendah, khusunya pada dimensi vertikalnya, jika butirannya

berupa pasir dan bentuknya tidak teratur. Sebagian besar reservoir

minyak seperti ini.

2. Sementasi

3. Permeabilitas dan porositas bauan sedimen sangat dipengaruhi

sementasi dan keberadaan semen pada pori batuan.

4. Retakan dan Pelarutan

Pada batuan pasir, retakan tidak dapat menyebabkan

permeabilitas sekunder, kecuali pada batuan pasir yang interbedded

dengan shale, limestone dan dolomite. Pada batuan karbonat,

proses pelarutan oleh larutan asam akan mempengaruhi pori – pori

25
primer batuan, bidang celah dan rekahan akan menambah

permeabilitas reservoir.

Tabel 2.2

Skala permeabilitas di Lapangan

Skala Permeabilitas Keterangan

(mD)

<5 Ketat

5 – 10 Cukup

10 – 100 Baik

100 – 1000 Baik sekali

2.5.3 Grain Density

Densitas batuan dari batuan berpori adalah perbandingan

antara berat terhadap volume butiran (rata-rata dari material

tersebut). Densitas spesifik adalah perbandingan antara densitas

material tersebut terhadap densitas air pada tekanan dan temperatur

yang normal, yaitu kurang lebih 103kg/m3. Besarnya Grain Density

pada setiap jenis batuan berbeda-beda, seperti yang terdapat pada

table dibawah ini.

26
Dalam teknik perminyakan dikenal istilah - istilah densitas

(berat jenis) sebagai berikut :

 Grain Density (GD), yaitu densitas batuan formasi tanpa adanya

fluida dalam batuan.

…………..Persamaan 2.12)

 Natural Density (ND) adalah perbandingan berat batuan yang segar (fresh

weight) dibanding volume totalnya.

................................(Persamaan 2.13)

 Bulk Density (BD) atau Saturated Density (SD) adalah densitas batuan dengan

adanya fluida (oil, water dan gas) di dalam batuan.

...........(Persamaan 2.14)

Dimana, SG adalah densitas fluida

.......(Persamaan 2.15)

Tabel 2.3

27
Typical Grain Density Values

Rock/ Clay Type Grain Density (gr/cc)

Halite 2.16

Sandstone 2.65

Kaolinite 2.62

Monlmorillonite 2.63

Quartz 2.65

Calcite 2.71

Illite 2.78

Glautonite 2.85

Dolomite 2.87

Anhydrite 2.96

Pyrite 5.01

2.5.4 Saturasi

Saturasi fluida merupakan perbandingan antara volume pori

batuan yang ditempati oleh satu fluida tertentu dengan volume pori

batuan, untuk menentukan ada dua metode yang dapat digunakan

yaitu metode distilasi dan metode retort. Adapun jenis- jenis dari

saturasi batuan reservoir yaitu:

1. Saturasi gas adalah volume pori yang diisi gas dibagi dengan

volume total yang dinyatakan dengan Sg.

2. Saturasi minyak adalah volume pori yang diisi minyak dibagi

dengan volume pori total yang dinyatakan dengan So.

28
3. Saturasi air adalah volume pori yang diisi air dibagi volume pori

total yang dinyatakan dengan Sw.

Persamaan untuk saturasi suatu fluida dapat dirumuskan

sebagai berikut :

........................................................................(persamaan 2.16)

.......................................................................(persamaan 2.17)

........................................................................(persamaan 2.18)

Dimana :
Vw = volume air, cc

Vp = Volume pori, cc

Vg = Volume gas, cc

Vo = Volume minyak, cc

Jika pori – pori batuan diisi oleh fluida minyak, gas, dan

air, maka berlaku hubungan :

.......................................................................(persamaan 2.19)

29
Jika diisi oleh minyak dan air saja, maka berlaku hubungan :

.......................................................................(persamaan 2.20)

Pemberian skala visual untuk saturasi fluida :


 So > 10%, Sw < 50%, adalah lapisan yang memproduksi minyak.

 So < 10%, Sw < 50%, adalah lapisan yang memproduksi gas.

 So < 10%, Sw > 50%, adalah lapisan yang memproduksi air.

Adapun metode-metode dalam pengukuran saturasi

 Metode penjenuhan (Retort Summation Method)

 Destilasi vakum (Vacuum Destillation Method)

 Metode Dean Stark

Salah satu metoda yang populer untuk menghitung

saturasi fluida adalah dengan Retort Method dan Dean Stark

Method. Prinsip dasar dari metode Dean Stark ini adalah dengan

memanaskan fresh core sample dengan menggunakan toluen,

sehingga air yang ada di dalam sample menguap dan kemudian

terkondensasi dan uap airnya tertampung pada glass penerima,

sedangkan minyak yang ada dalam sample akan larut oleh toluen.

Sedangkan prinsip Retort Method mencari kandungan air

dan minyak dengan memanaskan 100 gram core sample yang

dimasukkan ke dalam bom pada suhu 400oF kemudian air dicatat

30
sebagai Initial Water, selanjutnya suhu dinaikkan ke 1200°F untuk

memperoleh minyak yang dicatat sebagai Observed Oil.

Pada umumnya reservoir didalam tanah akan diisi oleh air

kecuali di dalam reservoir hidrokarbon. Dikatakan saturasi seratus

persen apabila reservoir tersebut tersebut diisi oleh satu fasa

sepenuhnya.

31
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam melaksanakan Kerja Praktek, siswa diharapkan mampu melakukan studi

kasus, yaitu mengangkat suatu kasus yang dijumpai di tempat pelaksanaan Kerja

Praktek menjadi suatu kajian sesuai dengan bidang keahlian yang ada, ataupun

melakukan pengamatan terhadap kerja suatu proses atau alat untuk kemudian dikaji

sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.

Untuk mendukung pelaksanaan kerja praktek dan kajian yang akan dilakukan,

maka dapat dilakukan beberapa metode pelaksanaan, antara lain :

3.1 Orientasi Lapangan

Dimana data yang diperoleh dari analisa secara langsung di lapangan

tentang analisa coring pemboran. Berdasarkan analisa itulah penulis mendapatkan

data–data yang akan menjadi sumber data dalam pembuatan laporan.

3.2 Metode Wawancara

Yaitu dengan cara bertanya ataupun berkonsultasi langsung dengan

pembimbing laboratorium maupun dengan operator yang bersangkutan untuk

mendapatkan data yang ada di tempat pelaksanaan kerja praktek.

3.3 Study Literature

Merupakan data yang diperoleh dari membaca hand book bahkan sumber-sumber lain

yang berhubungan dengan topik yang diambil, baik literatur dari perusahaan maupun

dari luar perusahaan.

32
BAB VI

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah dan Latar Belakang Perusahaan

PT. Geoservices adalah perusahaan terbatas (Ltd.) yang memiliki dasar

yang solid dengan keahlian mencakup semua aspek eksplorasi dan pengembangan

minyak, gas, batubara, mineral dan industri panas bumi Indonesia. Awalnya

menyediakan sampel lapangan dan analisis kimia untuk industri mineral. PT.

Geoservices telah melakukan diversifikasi layanan dan memperluas

pelanggannya.

Gambar 4.1
Logo Perusahaan

“EXCELLENT SERVICES WITH HIGH PROFESSIONAL

INTEGRITY” merupakan filosofi yang dimiliki. Untuk memberikan layanan yang

33
lebih baik di seluruh nusantara. PT. Geoservices terus memperluas operasinya dari

basis Bandung aslinya, didirikan pada tahun 1971. Perusahaan sekarang memiliki

kantor cabang di Jakarta serta lokasi penting lainnya, termasuk Samarinda

(Kalimantan Timur), Balikpapan (Kalimantan Timur), Banjarbaru (Kalimantan

Selatan) dan Pekanbaru (Riau).

PT. Geoservices dikenal karena keahlian dan kehandalan di semua

bidang kegiatan. Pertumbuhan ukuran dan reputasi perusahaan telah berakar

dalam keunggulan karyawannya. Landasan untuk keunggulan ini adalah

komitmen jangka panjang untuk pengembangan keterampilan dan pengetahuan,

termasuk pelatihan lepas pantai karyawan lokal dan interaksi dengan konsultan

asing yang pindah ke Indonesia untuk berbagai periode waktu.

Untuk memfasilitasi transfer teknologi PT. Geoservices masuk ke Joint

Venture atau perjanjian bantuan teknis dengan perusahaan berbasis asing yang

diakui sebagai pemimpin di bidang masing-masing. Kombinasi tenaga

berpengalaman, instrumentasi modern, pelatihan staf yang ekstensif dan prosedur

pengendalian kualitas yang ketat telah menjadikan PT. Geoservices diterima di

seluruh dunia. Dedikasi untuk mempertahankan standar tinggi di Indonesia

memastikan bahwa layanan perusahaan akan dinikmati dan diakui oleh

internasional untuk bertahun-tahun yang akan datang.

34
4.2 Divisi-Divisi

PT. Geoservices merupakan perusahaan besar yang memiliki banyak

divisi, diantaranya :

1. Consultancy

2. Geoassay Testing Laboratory

3. SAPD (Seismic Scan & Archive)

4. Coalbed Methane (CBM) Division

5. Environmental Laboratory

6. Geological & Laboratory Services Division

7. Geotechnical Laboratory

8. Heavy Equipment Rental & Services

4.3 Geological & Laboratory Services Division PT. Geoservices

Gambar 4.2
Logo PT. GEOSERVICES Geological & Laboratory Services Division

Divisi ini menyediakan layanan utama berupa analisa laboratorium

geologi & core untuk industri minyak & gas, coal bed methane, geothermal &

mineral.

35
Divisi ini menyediakan pengukuran dan pengamatan yang akurat,

didukung oleh kualitas kontrol, interpretasi dan pelaporan yang hati-hati. Proyek

ini dikerjakan di lapangan dan di laboratorium lokasi klien.

Pengalaman yang dimiliki divisi ini sudah mencakup seluruh wilayah di

Indonesia dan telah melakukan berbagai proyek bahkan di sebagian Negara lain

seperti Asia, Timur Tengah dan Afrika.

Layanan tersebut meliputi bidang-bidang utama berikut analisis dan

interpretasi :

1. Rock Description

2. Core Analysis

3. Stratigraphy

4. Petroleum Geochemistry & Fluids

5. Environmental

6. PVT Analysis

36
BAB V

PEMBAHASAN

Analisa core adalah meneliti contoh batuan yang diambil dari bawah permukaan.

Pada umumnya core diambil pada kedalaman tertentu yang prospektif, data core

merupakan data yang paling dipercaya untuk mengetahui kondisi bawah permukaan.

Tujuan dari analisa core, yaitu mengetahui informasi langsung tentang sifat-sifat fisik

metode batuan yang ditembus selama pemboran berlangsung.

Analisa serbuk bor (cutting) adalah merupakan sumber informasi dalam

menentukan tanda adanya minyak dan gas dan untuk deskripsi lithologi batuan. Dalam

analisa cutting ini, dibuat korelasi antara deskripsi sampel dengan kedalaman.

Penentuan daerah yang mengandung hidrokarbon memerlukan suatu data-data geologi

bawah permukaan secara tepat dan akurat. Salah satu metode untuk mendapatkan data

bawah permukaan tersebut melalui analisa cutting dan analisa logging. Pekerjaan

analisa cutting dilakukan dalam kerangka pekerjaan mud logging yang terutama untuk

mengidentifikasi saturasi hidrokarbon dan mengestimasi karakteristik batuan reservoir

5.1 Pengukuran Data Dasar Sample

Dalam keadaan suhu ruangan core tersebut diukur panjang diameter

dengan menggunakan jangka sorong, lalu ditimbang untuk mengetahui berat

sampel.

37
5.2 Pengukuran Porositas Menggunakan Helium Porosimeter

5.2.1 Langkah Kerja

A. Menentukan Berat Sampel

1. Menyiapkan sampel yang akan diukur.

2. Menimbang berat sampel menggunakan timbangan digital.

3. Mencatat berat sampel pada data sheet.

4. Melakukan langkah yang sama untuk sampel berikutnya.

B. Menentukan Panjang dan Diameter Sampel

1. Menyiapkan sampel

2. Mengukur panjangnya menggunakan calliper.

3. Mencatat hasil pengukuran panjang sampel pada data sheet.

4. Mengukur diameter sampel menggukan calliper.

5. Mencatat hasil pengkuran diameter pada data sheet.

5. Melakukan langkah yang sama untuk sampel berikutnya.

C. Kalibrasi Heise Gauge Porosimeter

1. Masukkan semua billet ke dalam chamber.

2. Menempatkan chamber pada tempatnya.

3. Melakukan kalibrasi terlebih dahulu dengan(tutup cell 2 untuk plug

core) menutup exhaust dan core holder, membuka supply, source

38
kemudian putar regulator hingga jarum menunjukkan ke angka 100

(pastikan benar di skala 100).

4. Membuka source valve dan kemudian supply valve.

5. Membuka core holder,lihat angka yang di tunjukan jarum, lihat

sampai angka menujukan angka yang stabil

6. Lalu catat nilai tersebut di komputer. Buka exhaust. Dan lakukan

langkah tersebut sampai 5 kali.

7. Setelah kalibrasi selesai, masukan data sampel ke komputer (panjang,

diameter, berat). Lalu sampel ke dalam chamber dengan banyaknya

billet yang dapat masuk ke dalam chamber.

8. Catat billet yang keluar. Masukkan ke dalam komputer.

9. Lakukan pengukuran sampel seperti kalibrasi alat, dengan mengisi

chamber dengan sampel yang akan di ukur. Lakukan berapa banyak

sampel yang akan di ukur.

39
Gambar 5.5 Helium Porosimeter
(Sumber: Lab PT. Geoservices)
5.3 Pengukuran Permeabilitas dan Porositas Menggunakan Automated

Permeameter-Porosimeter

A. Pengecekan Kebocoran Otomatis

1. Buka program

2. Untuk melakukan pengecekan kebocoran, tekan pada tombol ‘Leak Check’.

Software akan memunculkan dialog pada operator untuk menaruh solid steel

plug di dalam core holder. Lalu suatu jendela kerja akan muncul.

3. Setelah menekan ‘Yes’, sistem akan memeriksa garis aliran gas secara

sistematis. Jika tidak terdapat kebocoran yang terdeteksi, jendela kerja

lainnya akan memunculkan dialog bahwa pengecekan sudah komplit.

40
4. Jika kebocoran terdeteksi, operator akan diberitahu sekitar lokasi di mana

terjadi kebocoran. Pada saat ini, tes akan dibatalkan secara langsung atau

setelah kita menekan ‘Ok’, dan tes kebocoran akan di proses dengan

pengecekan.]

B. Kalibrasi Reference Volume

1. Untuk memulai pengacuan kalibrasi kalibrasi volume, tekan tombol

‘Reference Volume’.

2. Saat dimulai, operator akan diberitahu untuk memasukkan solid steel plug

ke dalam coleholder dan kemudian memberikan waktu apabila solid steel

plug tersebt belum dimasukkan.

3. Kemudian sistem tersebut akan menerapkan tekanan 1000 psi pada

coleholder dan 200 psi pada tekanan pori. Setelah periode stabilisasi, valve

1 akan tertutup dan sistem akan memantau stabilitas sesuai dengan

parameter set pada jendela konfigurasi.

4. Ketika tekanan sudah stabil, P1 akan direkam. Selanjutnya penyesuai

volume akan menarik kembali peningkatan volume dengan jumlah tertentu

yang telah diketahui. Ketika tekanan sudah stabil, P2 direkam dan volume

acuan akan akan dikalkulasi.

C. Mengukur Porositas dan Permeabilitas

1. Sebelum memulai suatu rangkaian pengukuran, acuan volume yang valid

harus dikalkulasi menggunakan kalibrasi ‘Reference Volume’

41
2. Saat volume acuan sedang dikalkulasi, klik pada Sampel dan pilih database

core atau buat yang baru. Catatan: Jika pengukuran porositas tidak

dikehendaki, nilai dari grain volume harus dimasukkan ke dalam bagian

Sample input sebelumnya untuk memulai test. Jika tidak, pengukuran

porositas akan diperlukan pada tes tahap pertma.

3. Saat database core sudah dipilih, tombol Porosity/Permeability pada jendela

utama akan aktif.

4. Tekan tombol Porosity/Permeability dan perangkat lunak tersebut akan

memulai tes rutin pengaturan valve. Pada saat yang sama, pemberitahuan

selanjutkan akan muncul untuk mengingatkan operator, core harus

dimasukkan untuk melanjutkan pengukuran.

5. Jika core belum dimasukkan ke dalam coreholder, klik ‘NO’ dan proses

akan diputus untuk memberikan kesempatan bagi operator untuk

memasukkan sampel.

6. Sselanjutnya, jendela ‘Test Information’ akan muncul dengan tampilan

database core yang ada di dalam coreholder saat itu. Soroti core sampel

yang akan diukur dan masuk ke pressure test dan tes yang diinginkan

(porositas dan/ atau permeabilitas) memiliki interval yang sama antara

pengukuran- pengukuran tersebut (minimal 30 detik)

7. Tekanan yang menekan dapat dimasukkan secara individu dengan

menggunakan tombol Quick Fill, tekanan maksimum dan minimum dapat

dibuat sespesifik mungkin dan program akan menambahkan secara tekanan

42
otomatis secara bersamaan dan menyeluruh dalam cangkupan yang spesifik.

Pada kasus lain, jumlah tekanan yang sebenarnya harus dimasukkan ke

dalam ‘appropriate field’

8. Setelah menjalankan tes tekanan yang spesifik, jendela kerja utama ajan

muncul.

9. Tombol merah kecil yang berada di dekat bagian atas layar merupakan

tombol ‘batal’ dan akan aktif selama tes rutin otomatis. Tombol itu dapat

digunakan kapan pun untuk tes rutin otomatis.

10. Ketika ‘ batal’ ditekan, valve 1 akan menutup dan semua tekanan pori akan

ditukar dengan udara.

11. Untuk memulai test, program akan secara otomatis menyetting dalam

tekanan dan kemudian tunggu waktu yang tepat sebelum mengawali tes

porositas yang pertama. Valve 1 akan membuka sistem tekanan pada

tekanan yang tepat pada jendela konfigurasi.

12. Setelah satu menit, valve 1 akan menutup dan sistem akan memonitor

stabilitas sesuai dengan parameter yang diset pada jendela konfigurasi. Pada

kasus core dengan permeabilitas yang rendah, boleh jadi penting untuk

membuka kembali valve 1 untuk melanjutkan penekanan pada core.

13. Ketika tekanan sudah stabil, tekanan pertama (P3) akan terekam. Lalu,

penyesuai volume akan menarik peningkatan volume yang telah diketahui

kembali ke semula, jumlahnya pasti. Ketika tekanan sudah stabil, tekanan

43
kedua (P4) akan terekam dan volume pori akan terkakulasi dan dapat dilihat

pada jendela informasi core.

14. Jika pengukuran permeabilitas diminta, sistem akan berpindah secara

langsung ke prosedur pengukuran permeabilitas menggunakan tekanan

pertama dari core dan reservoir nomer 2 pada tekanan pori awal. Setelah

satu menit, valve satu akan menutup dan sistem akan memonitor tekanan

untuk stabilitas. Valve 3 akan menutup dan akhirnya, valve 4 akan

membuka dan membiarkan tekanannya menghilang.

15. Sistem akan menentukan dengan cepat apabila tekanan merosot sebanding

dengan waktu, terlalu cepat, atau terlalu lambat. Jika penurunan terlihat

sebanding, maka permeabilitas akan segera dikalkulasi dan program akan

beralih ke tahap selanjutnya.

16. Jika penurunan dianggap terlalu cepat, maka core akan ditekan kembali

menggunakan reservoir 3 untuk meningkatkan volume gas yang digunakan.

Jika penurunan dianggap terlalu lambat, maka core akan ditekan kembali

hanya dengan menggunakan gas yang volumenya yang kecil.

17. Saat tes yang diminta untuk tekanan pertama telah komplit, program akan

secara otomatis mengatur untuk tekanan selanjutnya dan menjalankan tes

yang diminta. Saat pengukuran tes terakhir telah komplit, operator akan

diberitahukan untuk menyimpan data dalam job file. File- file ini kemudian

akan tersimpan dalam folder AP-608 jobs.

44
18. Selanjutnya, pemberitahuan lainnya akan muncul dan membiarka operator

untuk memilih antara penghilangan tekanan secara cepat atau lambat. Untuk

core dengan permeabilitas tinggi dan medium, penghilangan tekanan

biasanya digunakan penghilangan secara cepat. Untuk permeabilitas rendah

yang dijalankan dengan tekanan tinggi, penghilangan tekanan secara lambat

sangat dianjurkan untuk menghindari kerusakan core.

19. Untuk memilih slow ramp down, masukkan waktu yang diinginkan untuk

penghilangan tekanan dan klik ramp down.

20. Saat sistem sudah dihilangkan tekanannya, makan akan kembali ke keadaan

siap.

21. Hasil dari tes akan dapat dilihat pada jendela data core.

22. Untuk menjalankan pengukuran pada sampel yang lain, pilih Load/Unload

dari menu Pressure Intensifier, lalu keluarkan sampel, lalu masukkan sampel

selanjutnya.

45
Gambar 5.6

Automated Permebilitymeter and Porosimeter

46
5.5 Perhitungan Porositas,Grain Density dan Saturasi

5.1Contoh Hasil Perhitugan

RETORT CALCULATION PROGRAM


BV CORRECTION = 0,993
RETORT WEIGHT = 100 gms
Company : SMK MIGAS CICURUG
Well : SLINDER bv(swc)
Spl. Type : CONVENTIONAL CORE 100/bv(conv)
OIL GAS WATER
BV Corr. Gas Natural SSD
GD OIL POR, OIL, WATER,
SAMPLE BULK Weight, RETORT OBS OIL, WATER, BULK BULK BULK
injection, Density Calculation CORR. % % %
% % %
ID VOLUME g BV ml ml
ml ml
bv*cor fac wt/bv wt/bv+gv/bv ssd(por/1-por) ov/bv gv/bv wv/bv ob+gv+wb ob/por wb/por
Core - 1
l 08 13,11 13,02 30,57 0,90 2,35 2,42 2,65 100,0 0,00 0,00 7,30 0,0 6,9 7,3 14,2 0,0 51,4
110 11,89 11,81 27,50 0,80 2,33 2,40 2,63 100,0 0,00 0,00 7,30 0,0 6,8 7,3 14,1 0,0 51,9
112 12,69 12,60 29,11 1,10 2,31 2,40 2,66 100,0 0,00 0,00 7,30 0,0 8,7 7,3 16,0 0,0 45,5

46
5.2
Contoh Hasil Perhitungan Permeabilitas

Orifice W C L A BV 200 Ka=OWCL/200*A


108 1.5 146 60 5.003 11.258 55.761 29.2
110 2.5 155 60 5.022 11.252 56.264 51.9
112 7.5 121 60 4.931 11.252 55.121 119.3

5.3
Contoh Hasil Perhitungan Porositas

100
mesin
Diameter PV, cc GV, cc Berat, gram GD, grm/cc Porosity, %
3.786 7.487 48.274 127.810 2.65 13.4
3.785 7.748 48.516 128.430 2.65 13.8
3.785 7.588 47.533 125.460 2.64 13.8

47
5.4
Contoh Hasil Perhitungan

CLENT :PT.GEOSERVICES NAMA : DEZFA DWICAHYA KUSNANDAR

WELL: J-1P-32

RE: ROUTINE CORE ANALYSIS DATA FOR CONVENTIONAL CORE

Permeability
to Air Helium Porosity
[Ka] Grain
No Depth
Density
Description
at Ambient at Ambient Oil Water Gas

ID meter md % % pv % pv % pv g/cc
108 2148.90 29.2 13.4 0.0 51.4 48.6 2.648 Cgl sst, hd, v lt gry, m-gran, mod srt, subround, qtz
110 2149.90 51.9 13.8 0.0 51.9 48.1 2.65 Cgl sst, hd, v lt gry, m-gran, mod srt, subround, qtz
112 2150.70 119 13.8 0.0 44.5 55.5 2.64 Cgl sst, hd, v lt gry, m-gran, poor srt, subround, qtz

PT. GEOSERVICES
Geological & Laboratory Services Division

48
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari pelaksanaan kerja praktek yang telah dilakukan dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan core, yaitu:

 Kontruksi dari peralatannya, meliputi core barrel, core catcher dan core bit

 Kondisi formasi, meliputi jenis batuan formasi dan kondisi sumur

 Teknik operasi coring meliputi jenis lumpur yang di pakai, proses coring

dan core handling

2. Dalam pengambilan core hanya terdapat 2 metode, yaitu

 Sidewall, yaitu pengambilan core dilakukan saat pemboran sudah selesai

dilakukan. Terdapat 2 jenis teknik, yaitu

- Percussion yaitu dengan cara menembakkan ke dinding formasi

- Rotary yaitu dengan cara mengebor ke dinding formasi

 Conventional, yaitu dilakukan pada saat pemboran berlangsung.

Di dalam rangkaian tubing terdapat beberapa bahan untuk

membungkus core, yaitu

- Rubber sleeve liner,

- Plastic Sleeve (PVC) Liner,

- Fiberglass Barrel,

49
- Alumunium Liner.

3. Jenis core yang dianalisa di laboratorium dibedakan menjadi :

 Core plug dari conventional core, dimana core plug yang dianalisa dibor

sejajar dengan arah pelapisan (horizontal core) dan tegak lurus dengan arah

perlapisan untuk yang vertical plug, berbentuk silindris dengan ukuran

diameternya 1.0 atau 1.5 inchi dan panjangnya 2-3 inchi.

 Full Diameter sample dari conventional core, dimana diameter core yang

dianalisa sesuai dengan diameter aslinya dan panjangnya ± 6 inchi. Jenis

analisa ini dilakukan untuk jenis batuan formasi yang heterogen seperti

batuan conglomeratic dan batuan limestone yang mempunyai rekahan /

fracture atau lubang-lubang / vuggy.

 Side-wall Core, merupakan contoh batuan formasi yang berbentuk silindris

yang diambil dari sisi sumur pengeboran dengan cara penembakan

[percussion] atau dibor [rotary]. Biasanya side-wall core dilakukan apabila

gagal mendapatkan conventional core atau alasan biaya coring yang mahal.

4. Jenis sample core yang dipakai untuk analisa di laboratorium dibedakan

menjadi :

 Fresh sample yaitu contoh batuan inti yang dijaga keasliannya agar sifat-

sifatnya mendekati kondisi di reservoir.

 Restored sample yaitu contoh batuan inti yang telah mengalami pencucian

dan pengeringan di laboratorium, kemudian dikembalikan kekondisi

reservoir dengan mensaturasi dengan water & oil

50
5. Jika core sudah berada di atas permukaan sebaiknya dilakukan resin, yaitu

berguna untuk melindungi sifat dan kandungan batuan agar sama seperti di

bawah permukaan tempat dimana core tersebut di ambil dan untuk melindungi

saat transportasi menuju laboratorium untuk dianalisa

6. Pada saat di bawa ke laboratorium biasanya core akan di potong di lapangan per

1 meter atau per 3 feet

7. Adapun tahapan-tahapan di laboratorium sebelum di analisa core rutin, yaitu:

 Checklist kedalaman, menyamakan label pada barrel dan kenyataan

 Spectra Gamma Ray

 Open core dari barrel

 Lay out dan refitting core

 Tulis code top dan bottom

 Foto keseluruhan badan core, white dan UV light

 Plugging

 Slabbing

 Foto lagi 1/3 bagian core dengan white dan UV light

 Cleaning

 Drying

8. Analisa core rutin di laboratorium meliputi analisa untuk mendapatkan nilai

porositas, permeabilitas dan saturasi

9. Porositas yaitu ukuran ruang-ruang kosong dalam suatu batuan, atau

perbandingan suatu pori-pori dalam suatu batuan dengan volume total dari

51
batuan itu sendiri. Pada laboratorium untuk mengukur nilai porositas di gunakan

alat Heise Gauge Porosimeter (Helium Porosimeter) atau dengan secara otomatis

yaitu Automated Porosimeter & Permeameter.

10. Permeabilitas yaitu kemampuan suatu batuan untuk mengalirkan suatu fluida.

Atau pori-pori pada suatu batuan yang saling berhubungan. Untuk mengukur

nilai dari permeabilitas ini di laboratorium di gunakan alat Dual Cell

Permeameter dan untuk secara otomatis yaitu Automated Porosimeter &

Permeameter.

11. Grain Density (GD), yaitu densitas batuan formasi tanpa adanya fluida dalam

batuan.

12. Saturasi didefinisikan sebagai perbandingan antar volume pori-pori batuan yang

ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume pori-pori total pada suatu

batuan berpori. Di laboratorium untuk mengukur saturasi menggunakan alat

Retort dan Dean Stark

52
LAMPIRAN

53
54
55

Anda mungkin juga menyukai