Anda di halaman 1dari 60

PENINJAUAN LAPANGAN MINYAK DAN GAS

BERDASARKAN ASPEK RESERVOIR, ASPEK PEMBORAN,


ASPEK PRODUKSI DAN ASPEK PENUNJANG LAINNYA
PADA PT. PERTAMINA EP – BANYUBANG BLORA ENERGY

PROPOSAL KERJA PRAKTIK

DISUSUN OLEH :
1. PRADEKSA ANJAR SAPUTRA (113.190.071)
2. THOMAS VISSER DEDEANSYAH (113.190.050)
3. GHANI RIAN FIRMANSYAH (113.190.036)
4. ADAM RAKHA PANDYA (113.190.116)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL KERJA PRAKTIK

PENINJAUAN LAPANGAN MINYAK DAN GAS BERDASARKAN


ASPEK RESERVOIR, ASPEK PEMBORAN, ASPEK PRODUKSI DAN
ASPEK PENUNJANG LAINNYA PADA PT. PERTAMINA EP –
BANYUBANG BLORA ENERGY

Diajukan untuk memenuhi persyaratan kerja praktik guna melengkapi


kurikulum akademik di Program Studi S1 Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi
Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

DISUSUN OLEH :
1. PRADEKSA ANJAR SAPUTRA (113.190.071)
2. THOMAS VISSER DEDEANSYAH (113.190.050)
3. GHANI RIAN FIRMANSYAH (113.190.036)
4. ADAM RAKHA PANDYA (113.190.116)

TEMPAT DAN WAKTU KERJA PRAKTIK:


Tempat : PT. PERTAMINA EP – BANYUBANG BLORA ENERGY
Waktu : 1 Agustus 2022 - 28 Agustus 2022

Yogyakarta, 12 Februari 2022


Disetujui Oleh,
Koordinator Kerja Praktik

Damar Nandiwardhana, ST. MT.


NIP. 19900218 201903 1 011

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahlan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan proposal
kerja praktek ini.
Adapun maksud dan tujuan dari proposal ini untuk memenuhi persyaratan
kerja praktek guna melengkapi kurikulum di Program Studi S1 Teknik
Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta.
Proposal ini tidak dapat terselesaikan tanpa ada bantuan dari berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu, penyusun
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Boni Swadesi, S.T M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Perminyakan
UPN “Veteran” Yogyakarta
2. Maria Theresia Kristiati, S.T, M.T., selaku Sekretaris Jurusan Teknik
Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta.
3. Hariyadi, S.T, M.T., selaku Koordinator Program Studi S1 Teknik
Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta.
4. Damar Nandiwardhana, ST, MT., selaku Koordinator Kerja Praktek yang
telah memberikan masukan dan arahan dalam pembuatan proposal ini.
5. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan bantuan hingga
terselesaikannya proposal ini.
6. Semua pihak yang telah membantu baik moral maupun spiritual.
Penyusun menyadari bahwa proposal ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk penyempurnaan proposal ini.
Yogyakarta, 12 Februari 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
BAB I LATAR BELAKANG ......................................................................... 1
BAB II TUJUAN DAN MANFAAT ............................................................... 2
2.1. Tujuan ............................................................................................ 2
2.2. Manfaat .......................................................................................... 2
BAB III TINJAUAN LAPANGAN .................................................................. 3
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4
4.1. Aspek Reservoir ............................................................................. 4
4.2. Aspek Pemboran .......................................................................... 11
4.3. Aspek Produksi ............................................................................ 21
4.4. Aspek Penunjang Lainnya............................................................ 26
4.5. Aspek Lingkungan ....................................................................... 26
BAB V RENCANA KERJA PRAKTIK ...................................................... 28
5.1. Nama Kegiatan ............................................................................. 28
5.2. Tempat Pelaksanaan ..................................................................... 28
5.3. Waktu Pelaksanaan ...................................................................... 28
5.4. Peserta Kerja Praktek ................................................................... 29
BAB VI PEMBIMBING.................................................................................. 30
BAB VII PENUTUP .......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 32
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Petroleum system .......................................................................... 4


Gambar 4.2. Sistem Tenaga............................................................................... 12
Gambar 4.3. Sistem Pengangkatan .................................................................... 17
Gambar 4.4. Sistem Putar .................................................................................. 18
Gambar 4.5. Sistem Sirkulasi ............................................................................ 20
Gambar 4.6. Sistem Pencegah Semburan Liar .................................................. 20
Gambar 4.7. Diagram Proses Produksi Migas................................................... 26

v
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel V.1 Perencanaan Kegiatan Selama Kerja Praktek………………………...28

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran A. Curicculum Vitae .......................................................................... 33
Lampiran B. Transkrip Nilai .............................................................................. 38
Lampiran C. Jadwal Kuliah................................................................................ 43
Lampiran D. Kalender Akademik ...................................................................... 48

vii
BAB I
LATAR BELAKANG

Tujuan dari pendidikan sarjana teknik ialah dapat bekerja dalam bidang
perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan, terampil di bidang pekerjaan dan
mempunyai bekal yang cukup untuk melanjutkan studi pada jenjang yang lebih
tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu diadakan suatu kegiatan yang
membentuk mahasiswa teknik supaya mempunyai kompetensi teori dan aplikasi
lapangan yang memadai.
Kerja praktek merupakan salah satu mata kuliah wajib dengan bobot
akademik 2 sks pada Program Studi S1 Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi
Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Pekerjaan
yang sebenarnya pada dasarnya adalah menerapkan semua ilmu yang diperoleh dari
bangku perkuliahan dan kemudian menerapkannya di lapangan. Melalui kerja
praktek, mahasiswa memiliki kesempatan untuk belajar tentang lapangan kerja dan
melihat keselarasan antara ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dengan
penerapannya di dunia kerja. Selanjutnya melalui kerja praktek ini, mahasiswa
diharapkan dapat berkontribusi dalam menyelesaikan kasus-kasus yang muncul di
industri perminyakan.
Perkembangan ilmu dan teknologi dalam dunia Teknik Perminyakan yang semakin
canggih, menuntut mahasiswa Teknik Perminyakan untuk memahami aplikasi dari
teori-teori yang telah dipelajari dan mengetahui perkembangan teknologi
perminyakan tersebut, khususnya pada: Aspek Reservoir, Aspek Pemboran, Aspek
Produksi, dan perencanaan surface facilities di permukaan, serta dalam rangka
peningkatan wawasan keilmuan perminyakan yang menunjang bagi mahasiswa.

1
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT

2.1. Tujuan
• Untuk memenuhi persyaratan akademik Program Studi S1 Teknik
Perminyakan Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta.
• Untuk mengetahui secara langsung bentuk, fungsi maupun cara kerja
dari peralatan yang digunakan di lapangan migas PT. Banyubang
Banyubang Blora Energi Kerja Sama Operasi Pertamina EP.
• Untuk mendapat pengalaman kerja secara langsung dilapangan migas
PT. Banyubang Blora Energi Kerja Sama Operasi Pertamina EP.
• Untuk mempelajari dan memahami ilmu lebih lanjut di lapangan serta
membandingkan secara langsung terhadap teori – teori yang dipelajari
di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada dilapangan.
2.2. Manfaat
• Mampu mengetahui secara langsung semua aspek yang terkait dalam
eksplorasi maupun eksploitasi minyak bumi.
• Dapat memahami secara langsung bentuk, fungsi maupun cara kerja dari
peralatan yang digunakan dan menambah pengalaman kerja di
lapangan.
• Dapat mengaplikasikan teori dan konsep-konsep dalam perkuliahan
Teknik Reservoir, Teknik Pemboran, Teknik Produksi dan seluruh
praktikum yang telah diberikan.

2
BAB III
TINJAUAN LAPANGAN

Dalam pembuatan proposal kerja praktek ini, penulis berupaya untuk


membahas semua kegiatan proses yang terdapat di lapangan migas meliputi aspek
reservoir, aspek pemboran, produksi dan aspek pendukung lainnya serta aspek
lingkungan.
PT. Banyubang Blora Energi (BBE) merupakan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) yang melakukan Kerja Sama Operasi dengan Pertamina EP. Saat ini, PT.
BBE mengelola 2 Sumur workover, yaitu BNG-P3 dan BBE-01 di Wilyah Kerja
Pertambangan (WKP) Banyubang Desa Prantaan Kecamatan Bogorejo, Kabupaten
Blora, Jawa Tengah, Indonesia.
Pemboran pada sumur BNG-BBE1 merupakan pemboran pengembangan dari
struktur banyubang barat yang pernah diproduksikan oleh Pertamina. Berdasarkan
seismik pemboran sumur BNG-BBE1 akan menembus Formasi Wonocolo dan
Formasi Ngrayong. Jenis sumur yang dibuat yaitu sumur vertikal dengan
kedalaman 765 meter dengan menggunakan Rig TA#12/550 Hp

3
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

4.1. ASPEK RESERVOIR


Pada aspek reservoir meninjau mengenai petroleum system, karakteristik
batuan reservoir, sifat fisik minyak dan gas, dan mengenai evaluasi reservoir.
Aspek ini berperan dalam penentuan cadangan minyak dan gas.
4.1.1. Petroleum system
Petroleum system merupakan komponen yang harus dimiliki untuk
memungkinkan terakumulasinya minyak dan gas bumi. Komponen-komponen
tersebut harus dimiliki karena jika salah satu dari komponen tersebut tidak ada
maka minyak dan gas bumi tidak akan terakumulasi. Komponen penyusun
Reservoir sebagai syarat terakumulasinya Hidrokarbon yaitu: Wadah, Isi, dan
Kondisi. Petroleum system dapat kita lihat pada Gambar 4.1. di bawah ini

Gambar 4.1. Petroleum system


(Magoon, L.B., W.G. Dow, 1994)
Elemen pembentuk Petroleum system adalah sebagai berikut:
1. Source rock (Batuan Induk): Batuan yang kaya akan bahan organik.
Setelah mengalami proses pematangan maka bahan organik ini menjadi
fluida hidrokarbon.
2. Reservoir rock (Batuan Wadah): Batuan yang mampu menampung fluida
di pori-pori batuan tersebut, atau disebut dengan batuan reservoir.

4
5

3. Karakteristik batuan reservoir, batuan reservoir sebagian besar adalah


batuan sedimen meski tidak jarang dalam kondisi tertentu batuan beku
maupun batuan metamorf dapat pula menjadi batuan reservoir
hidrokarbon. Batuan sedimen yang umum dijumpai dilapangan sebagai
batuan reservoir adalah : batupasir, batuan karbonat, dan batuan shale.
Sifat fisik batuan, batuan fomasi yang dapat berpengaruh terhadap
pemboran diantaranya yang akan dibahas yaitu: densitas, porositas,
saturasi, hardness, permeabilitas, kompresibilitas, dan sifat abrasiveness-
nya.
4. Migration (Jalur Migrasi): proses berpindahnya hidrokarbon dari batuan
induk sampai terakumulasi pada suatu perangkap.
5. Trap (Perangkap): merupakan geometri atau facies batuan penyusun
reservoir dan penutup yang mampu menjebak hidrokarbon untuk
berkumpul dan tidak berpindah lagi sehingga minyak dapat terakumulasi.
Ada beberapa jenis perangkap yaitu:
a. Perangkap struktur, yaitu perangkap yang terjadi pada perubahan
bentuk dari batuan reservoir yang disebabkan oleh perlipatan,
patahan, retakan, atau gabungan ketiganya.
b. Perangkap stratigrafi, adalah perangkap akibat perubahan struktur dan
lithologi batuan reservoir yang dapat berupa lensa, pembajian,
ketidakselarasan, dan lain-lain.
c. Perangkap kombinasi, disebabkan oleh gejala stuktur dan stratigrafi
sekaligus.
6. Cap rock (Batuan Tudung): batuan atau lapisan yang menghalangi minyak
untuk bermigrasi lebih jauh, batuan ini bersifat impermeabel dengan
ukuran butir yang halus.
4.1.2. Karakteristik Batuan Reservoir
4.1.2.1. Porositas
Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan volume pori dengan
volume batuan total. Dapat di artikan sebagai volume total yang dapat ditempati
oleh fluida. Secara matematis porositas dapat dinyatakan sebagai :
6

Porositas dibagi menjadi dua, yaitu :


1. Berdasarkan hubungan antar pori :
a. Porositas absolut adalah persen volume pori-pori total terhadap
volume batuan total (bulk volume).
b. Porositas efektif adalah persen volume pori-pori yang saling
berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume).
2. Berdasarkan proses terbentuknya :
1. Porositas primer adalah porositas yang terjadi atau terbentuk
bersamaan saat proses sedimentasi berlangsung.
2. Porositas sekunder adalah porositas yang terjadi setelah proses
sedimentasi berlangsung. Porositas sekunder terbentuk bisa karena
pelarutan air tanah atau akibat rekahan (hydraulic fracturing).
4.1.2.2. Saturasi
Saturasi dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara volume fluida
yang mengisi pori-pori batuan terhadap volume pori-pori batuan.
4.1.2.3. Permeabilitas
Permeabilitas adalah kemampuan batuan untuk dapat dialiri fluida melalui
pori- pori yang saling berhubungan tanpa merusak partikel pembentuk batuan
tersebut. Permeabilitas dibagi menjadi tiga :
1. Permeabilitas Absolut adalah permeabilitas bila fluida yang mengalir
dalam media berpori hanya satu macam fluida.
2. Permebilitas Efektif adalah permeabilitas bila fluida yang mengalir dalam
media berpori lebih dari satu macam fluida.
3. Permebilitas Relatif adalah permeabilitas relatif adalah perbandingan
antara permeabilitas efektif dengan permeabilitas absolut.

4.1.2.4. Wetabilitas
Wetabilitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk dapat
dibasahi oleh fasa fluida atau kecenderungan dari suatu fluida untuk menyebar atau
melekat ke permukaan batuan.
7

Wetabilitas dipengaruhi oleh adanya gaya adhesi yang berupa gaya tarik
- menarik antar dua partikel yang berbeda, contohnya gaya tarik-menarik antara
batuan dan fluida. Pada batuan reservoir terdapat dua fluida pembasah yaitu oil wet
(minyak membasahi permukaan batuan) dan water wet (air membasahi permukaan
batuan).
4.1.2.5. Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler pada batuan berpori didefinisikan sebagai perbedaan
tekanan antar fluida yang membasahi batuan dengan fluida yang bersifat tidak
membasahi batuan. Hubungan imbibisi dan drainage :
1. Imbibisi merupakan Wetting phase meningkat, non-wetting phase
menurun. Terjadi saat produksi (water influx) dan saat melakukan water
flooding.
2. Drainage merupakan Non-wetting phase meningkat, wetting phase
menurun. Terjadi saat migrasi minyak & saat melakukan EOR (Enhanced
Oil Recovery) injeksi yang bukan air dan pada saat injeksi gas.
4.1.2.6. Kompresibilitas
Kompresibilitas adalah kemampuan batuan untuk diberi gaya tekan atau
perubahan bentuk batuan untuk menerima gaya tekan. Kompresibilitas dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu :
1. Tekanan Overburden adalahTekanan overburden adalah tekanan yang
diakibatkan oleh lapisan yang berada pada bagian atas batuan yang dapat
memberikan tekanan terhadap batuan itu sendiri.
2. Fluida Formasi adalah Fluida formasi dapat memberikan gaya tertentu
terhadap batuan. Hal tersebut juga terjadi pada saat fluida yang berada di
dalam formasi batuan diproduksi atau keluar dari formasi batuan tersebut,
akibat hal tersebut dapat mengakibatkan batuan tertekan oleh karena tidak
adanya fluida yang membantu batuan dalam menahan beban yang berada
pada bagian atas batuan.
8

4.1.3. Sifat Fisik Minyak


Fluida minyak bumi dijumpai dalam bentuk cair sehingga sesuai dengan
sifat cairan pada umumnya pada fasa cair jarak antara molekul-molekulnya relatif
lebih kecil daripada gas. Sifat fisik minyak antara lain:
4.1.3.1. Densitas Minyak
Densitas didefinisikan sebagai perbandingan berat massa suatu substansi
dengan volume dari unit tersebut. Sehingga densitas minyak merupakan
perbandingan antara berat minyak (lb) terhadap volume minyak (bbl).
4.1.3.2. Viskositas Minyak
Viskositas minyak didefinisikan sebagai ukuran ketahanan minyak
terhadap aliran atau dengan kata lain viskositas minyak adalah suatu ukuran tentang
besarnya keengganan minyak untuk mengalir.
4.1.3.3. Faktor Volume Formasi
Faktor volume formasi (Bo) minyak didefinisikan sebagai volume minyak
dalam barrel pada kondisi standar yang ditempati oleh satu STB minyak termasuk
gas terlarut atau dengan kata lain sebagai perbandingan antara volume minyak
termasuk gas yang terlarut pada kondisi reservoir dengan volume minyak pada
kondisi standar.
4.1.3.4. Kelarutan Gas dalam Minyak
Kelarutan gas (Rs) adalah banyaknya SCF gas yang terlarut dalam satu
STB minyak pada kondisi standar 14,7 psi dan 60oF, ketika minyak dan gas masih
berada dalam tekanan dan temperatur reservoir.
4.3.1.5. Kompresibilitas Minyak
Kompresibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume minyak akibat
adanya perubahan tekanan.
4.1.4. Sifat Fisik Gas
Gas bumi memiliki bentuk gas sehingga sesuai dengan sifat gas pada
umumnya pada fasa gas jarak antara molekul-molekuklnya lebih besar daripada
cairan. Sifat fisik gas antara lain :
9

4.1.4.1. Densitas Gas


Densitas gas adalah perbandingan rapatan gas tersebut dengan rapatan gas
standar. Kedua rapatan diukur pada tekanan dan temperatur yang sama.
4.1.4.2. Viskositas Gas
Viskositas merupaan ukuran tahanan gas terhadap aliran. Viskositas gas
hidrokarbon umumnya lebih rendah daripada viskositas gas non hidrokarbon.
4.1.4.3. Faktor Volume Formasi Gas
Faktor Volume Formasi gas (Bg) didefinisikan sebagai besarnya perbandingan
volume gas pada kondisi tekanan dan temperatur reservoir dengan volume gas pada
kondisi standar.
4.1.4.4. Kompresibilitas Gas
Kompresibilitas gas didefinisikan sebagai perubahan volume gas yang disebabkan
oleh adanya perubahan tekanan yang mempengaruhinya.
4.1.5. Evaluasi Reservoir
4.1.5.1. Mekanisme Pendorong Reservoir
Mekanisme pendorong adalah tenaga yang dimiliki oleh reservoir secara
alamiah yang digunakan untuk mendorong minyak selama produksi ke permukaan.
Tenaga alamiah ini meliputi:
a. Water drive
b. Solution gas drive
c. Combination drive.
d. Gas cap drive
e. Gravity drainage
4.1.5.2. Penentuan Isi Minyak Awal dan Cadangan
Ada beberapa metode perhitungan:
1. Metode Volumetrik
Penghitungan ini didasarkan pada peta struktur formasi dan peta
isopach yang didapat dari data log, core, dan drill-stem atau tes produksi.
Peta stuktur menunjukan kedalaman yang sama dari formasi, dan struktur
geologinya serta untuk menentukan titik nol dari peta isopach yang
menunjukan batas antara air-minyak. Peta isopach menunjukan ketebalan
10

yang sama dari formasi sehingga dapat menentukan luas areal dengan
ketebalan yang sama. Dari keduanya dapat menentukan volume bulk yang
produktif sebagai reservoir.
2. Metode Material Balance
Merupakan persamaan keseimbangan materi secara volumetris yang
menyatakan apabila volume reservoir konstan, maka jumlah aljabar dari
perubahan volume minyak, air, gas adalah sama dengan nol. Hal ini
berlaku dengan asumsi:
a. Tekanan dan perubahan tekanan pada batas minyak-air adalah sama
diseluruh bagian reservoir.
b. Saturasi fluida, permeabilitas relatif, dan porositas batuan adalah
seragam di seluruh bagian reservoir.
c. Tidak ada tudung gas terproduksi dari tudung gas.
d. Persamaan saturasi yang digunakan menganggap tidak terjadi
pemisahan fluida secara gravitasi.
e. Tidak ada gas bebas di akuifer.
Material Balance digunakan untuk memperkirakan kandungan
hidrokarbon awal, memperkirakan kinerja reservoir mendatang,
memperkirakan jumlah air yang merembes dari akuifer, menentukan
ukuran dari tudung gas. Aplikasi Material Balance perlu penyesuaian
dengan kondisi tekanan reservoir, yaitu P ≥ Pb (Undersaturated) atau P <
Pb (Saturated).
3. Metode Decline Curve
Sejarah produksi mencerminkan produktivitas formasi atau
karakteristik reservoir. Penurunan kurva produksi dipengaruhi oleh 3
faktor yaitu:
a. Laju alir awal atau laju laju aliran pada suatu waktu tertentu.
b. Bentuk kurva.
c. Laju (kecepatan) penurunan produksi.
Kurva penurunan produksi dibagi menjadi 3 jenis :
11

a. Kurva Eksponensial, plot laju produksi terhadap waktu atau


produksi kumulatif berupa garis lurus.
b. Penurunan Harmonik, plot laju produksi terhadap produksi
kumulatif berupa garis lurus.
c. Penurunan Hiperbolik, plot log laju produksi terhadap waktu dan
log laju produksi terhadap produksi kumulatif tidak merupakan
garis lurus.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas formasi,
dalam hal ini Productivity Index-nya (PI), yaitu:
a. Karakteristik batuan reservoir :
• Permeabilitas
• Saturasi
b. Karakteristik fluida reservoir :
• Kelarutan gas dalam minyak.
• Faktor volume formasi minyak.
• Viskositas.
• Drawdown
c. Ketebalan lapisan.
d. Mekanisme pendorong.
Satu lagi perkiraan reservoir yang harus diketahui, yaitu perkiraan
perilaku reservoir. Didefinisikan sebagai keadaan dari tingkah laku
reservoir yang dicirikan oleh adanya data tekanan, data produksi
(produksi minyak, gas, air), disamping itu perbandingan antara gas dengan
minyak (GOR), dan perbandingan antara air dengan minyak (WOR) serta
produksi kumulatif terhadap waktu. (Cole, F.W. 1961).
4.2. ASPEK PEMBORAN
4.2.1. Tujuan Pemboran
Operasi pemboran merupakan kegiatan yang terdiri dari beberapa tahapan
kegiatan. Sebelum operasi pemboran dapat dilaksanakan, pertama yang perlu
dilakukan adalah apa yang disebut dengan tahapan persiapan. Tahapan persiapan
ini pun terdiri dari persiapan tempat, pengiriman peralatan pada lokasi, sampai pada
12

persiapan akhir. Adapun tahapan pada operasi pemboran juga dibedakan


berdasarkan tujuannya, yaitu:
a. Pemboran eksplorasi, merupakan pemboran yang dilakukan untuk
membuktikan ada tidaknya hidrokarbon serta untuk mendapatkan data-
data bawah permukaan sebanyak mungkin.
b. Pemboran deliniasi, merupakan pemboran yang bertujuan untuk mencari
batas-batas penyebaran migas pada lapisan penghasilnya.
d. Pemboran pengembangan, merupakan pemboran yang akan difungsikan
sebagai sumur-sumur produksi.
e. Pemboran sumur-sumur sisipan (infill), merupakan pemboran yang
letaknya diantara sumur-sumur yang telah ada bertujuan untuk mengambil
hidrokarbon dari area yang tidak terambil oleh sumur-sumur sebelumnya
yang telah ada.
4.2.2.Komponen Pemboran
Sistem Tenaga dapat kita lihat pada Gambar 4.1. di bawah ini.

Gambar 4.2. Sistem Tenaga


(Sumber: Rudi Rubiandhini, Vol 1 2009)

Suatu proses pemboran memerlukan beberapa sistem untuk mendukung


pengoperasiannya. Adapun sistem-sistem nya terdiri dari :
4.2.2.1. Sistem Tenaga (Power System)
Sistem tenaga terdiri dari 2 komponen utama, yaitu:
13

1. Power Supply Equipment, yang dihasilkan oleh mesin-mesin besar yang


dikenal sebagai “Prime Mover” (Penggerak Utama).
2. Distribution (Transmission) Equipment, meneruskan tenaga yang
diperlukan untuk operasi pemboran dengan sistem transmisi mekanis atau
sistem transmisi listrik. Distribution Equipment ini terbagi menjadi dua,
yaitu :
a. Mechanical Power Transmission adalah tenaga yang dihasilkan oleh
mesin-mesin harus diteruskan secara mekanis. Proses transmisi ini
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
• Tenaga yang dihasilkan oleh prime mover harus dihubungkan
bersama-sama dengan mesin-mesin yang lain untuk mendapatkan
tenaga yang mencukupi. Hal ini dilakukan dengan Hydraulic
Coupling (Torque Converters), yang dihubungkan bersama-sama
(compounded).
• Tenaga ini kemudian diteruskan melalui elaborates procket dan
chain linking system (sistem rantai), yang secara fisik
mendistribusikan tenaga ke unit-unit yang memerlukan tenaga.
Sistem ini sekarang banyak digantikan dengan tenaga listrik
(susunan electrical power transmision).
b. Electric Power Transmission dimana pada sistem ini mesin diesel
memberikan tenaga mekanik dan diubah menjadi listrik oleh generator
listrik, yang dipasang didepan block. Generator menghasilkan arus
listrik, yang dialirkan melalui kabel ke suatu “Control Unit” (kontrol
kabinet). Dari control cabinet, tenaga listrik diteruskan melalui kabel
tambahan ke motor listrik yang langsung dihubungkan ke sistem
peralatan yang lain, seperti sistem angkat, rotary, sirkulasi,
penerangan, dan lain-lain.
4.2.2.2. Sistem Pengangkatan (Hoisting System)
Sistem pengangkat merupakan salah satu komponen peralatan pemboran
yang memberikan ruang kerja yang cukup untuk menaik-turunkan drill string dan
casing ke dalam lubang bor selama operasi pemboran berlangsung. Sistem ini
14

mengalami beban yang paling berat beban vertikal berasal dari beban menara, drill
string, casing string, tegangan dead line, tegangan fast line, serta tegangan dari
block-block. Sedangkan beban horizontal berasal dari tiupan angin dan drill pipe
yang disandarkan pada menara. Sistem pengangkatan terdiri dari dua sub komponen
utama, yaitu:
1. Supporting Structure (Rig)
Komponen rig yang digunakan untuk proses pemboran antara lain:
a. Substructure, Merupakan kontruksi kerangka baja yang dipasang
langsung di atas titik bor sehingga memberi ruang kerja peralatan dan
pekerjaan dibawah lantai bor. Ketinggian ditentukan jenis rig dan
BOP Stack.
b. Rig Floor, Merupakan tempat berdirinya menara yang berfungsi
menampung peralatan-peralatan pemboran yang kecil-kecil,
mendudukkan drawwork dan tempat bagi rough neck.
• Rotary table, Memutar rangkaian pipa bor.
• Rotary drive, Meneruskan daya dari drawwork ke rotary table.
• Driller console, Pusat instrumentasi dari rotary drilling rig.
• Mouse hole, Lubang dekat rotary table untuk menaruh drill pipe
saat menyambung dengan kelly dan pipa bor.
• Make up and break, Kunci yang digunakan untuk melepas atau
out tongs menyambung drill pipe dan drill collar.
• Rat hole, Lubang dekat kaki Menara untuk menempatkan kelly
saat round trip.
• Dog house, Rumah kecil untuk menyimpan alat-alat dan ruang
kerja bagi driller.
• Pipe ramp/ V ramp, Jembatan penghubung catwalk dengan rig
floor (sebagai lintasan pipa bor saat ditarik ke lantai bor).
• Catwalk, Jembatan pipe rack dengan pipe ramp untuk menyiapkan
pipa untuk ditarik ke lantai bor.
15

• Hydraulic cathead, Menyambung atau melepas drill pipe atau drill


collar untuk ditambahkan atau dikurangkan dari drill string pada
saat masuk atau keluar dari sumur bor.
2. Drilling Tower (Derrick atau Mast), Berfungsi untuk mendapatkan
ruang vertikal untuk menaik- turunkan pipa bor dan casing ke dalam
lubang bor pada saat operasi pemboran berlangsung, sehingga tinggi
dan kekuatannya harus disesuaikan dengan kebutuhan. Ada 2 tipe
Menara:
a. Tipe Standard: Jenis ini tidak dapat didirikan satu unit namun
harus bagian demi bagian, sehingga jika ingin dipindahkan harus
dilepas dahulu, kecuali untuk jarak yang dekat. Jenis ini juga
diguanakan untuk pemboran dalam dan membutuhkan area yang
luas.
b. Tipe Portable (Mast): Jenis menara ini dapat didirikan secara
penuh yang ditahan oleh telescoping dan tali yang ditambatkan
tersebar. Tipe ini lebih murah, mudah dan cepat untuk didirikan
atau diturunkan, tapi hanya untuk pemboran dangkal. Bagian-
bagian penting menara:
• Gine pole, Tiang berkaki dua atau tiga yang ada di puncak
menara. Berfungsi membantu menaikkan dan memasang
crown block pada rig standar.
• Water table, Lantai di puncak menara untuk mengetahui
menara sudah berdiri tegak atau belum.
• Cross brachin, Merupakan penguat menara berbentuk K atau
X.
• Tiang Menara, Empat tiang yang menahan beban vertikal dan
horizontal yang bentuknya segitiga sama kaki.
• Girt, Sabuk menara yang menjadi penguat menara.
• Monkey board, Tempat kerja derrick man dan menyandarkan
pipa saat round trip.
16

Adapun peralatan pengangkatan yang digunakan untuk mengoptimalkan


proses pemboran antara lain :
1. Drawwork, Merupakan sistem transmisi yang kompleks, yang
konstruksinya tergantung beban yang dilayani. Biasanya ditempatkan
dekat meja putar. Fungsinya:
• Meneruskan tenaga dari prime mover ke rangkaian pipa bor
selama pemboran.
• Meneruskan tenaga dari prime mover ke rotary drive.
• Meneruskan tenaga dari prime mover ke cathead.
Adapun bagian-bagian drawwork terdiri dari:
• Revolving drum, Drum yang digunakan untuk menggulung kabel
bor (drilling line).
• Breaking system, Rem utama dan rem pembantu secara hidrolik
atau listrik untuk memperlambat dan menghentikan kabel bor.
• Rotary drive, Meneruskan tenaga dari drawwork ke rotary table
• Cathead, Menyangkut atau menarik beban ringan pada rig floor
dan menyambung atau melepas sambungan pipa.
2. Drilling Line, Merupakan kawat baja yang dapat menarik atau
menahan beban yang diderita oleh hook. Untuk menghindari
kecelakaan akibat keausan maka dilakukan cut off program yang
dibuat berdasarkan kekuatan kabel terhadap tarikan dan dinyatakan
dengan ton line yang diderita kabel. Beban yang diterima drilling line
diantaranya round trip, running casing dan fishing job. Drilling Line
terdiri dari:
• Reeved “drilling line”, Kawat yang melewati crown block dan
traveling block.
• Dead line, Kawat diam yang ditambatkan pada substructure.
• Dead line anchor, Ditempatkan bersebrangan dengan drawwork,
diklem pada substructure.
• Storage or supply, Ditempatkan pada jarak dekat dengan rig.
17

3. Overhead Tools, Merupakan peralatan pada menara mulai dari atas


dan tengah menara. Over head tools terdiri dari atas :
• Crown block , Block diam pada puncak menara sebagai katrol.
• Traveling block, Block bergerak pada daerah bawah crown block.
• Hook , Berfungsi menggantungkan swivel selama operasi
pemboran berlangsung.
• 4Elevator, Klem penjepit untuk menurunkan atau menaikkan pipa
bor dari lubang bor.

Gambar 4.3. Sistem Pengangkatan


(Sumber: Rudi Rubiandhini, Vol 1 2009)

4.2.2.3 Sistem Pemutar (Rotating System)


Sistem pemutar terdiri dari tiga sub komponen utama, yaitu:
1. Peralatan Putar (Rotary Assembly)
• Meja Putar (Rotary Table) • Kelly Bushing
• Master Bushing • Rotary Slip
2. Rangkaian Pipa Bor (Drill String)
• Swivel • Drill Pipe
• Kelly • Drill Collar
3. Pahat (Bit)
• Roller Cone Bit • Diamond Bit
• Drag Bit
18

Gambar 4.4. Sistem Putar


(Sumber: Rudi Rubiandhini, Vol 1 2009)

4.2.2.4 Sistem Sirkulasi (Circulating System)


Sistem sirkulasi pada dasarnya terdiri dari empat komponen, yaitu:
1. Fluida Pemboran (Drilling Mud), terbagi menjadi 3 jenis:
• Water Based Mud • Air or Gas Based Mud
• Oil Based Mud
2. Tempat Persiapan (Preparation Area)
Peralatan yang digunakan untuk persiapan pembuatan lumpur
pemboran meliputi:
• Mud House • Bulk Storage Bins
• Steel Mud Pits/Tank • Water Tank
• Mixing Hopper • Reserve Pit
• Chemical Mixing Barrel
3. Peralatan Sirkulasi (Circulating Equipment)
Peralatan sirkulasi terdiri dari beberapa komponen alat, yaitu:
• Mud Pit • Rotary House
• Mud Pump • Pump Discharge and
• Stand Pipe Return Lines
19

4. Pengkondisian Lumpur (Conditioning Area)


Ditempatkan di dekat rig. Fungsi utama peralatan - peralatan ini
adalah untuk membersihkan lumpur bor dari serbuk bor (cutting) dan gas-
gas yang terikut, dua metode pokok untuk memisahkan cutting dan gas
dari dalam lumpur bor, yaitu :
a. Menggunakan prinsip gravitasi, dimana lumpur dialirkan melalui
shale shaker dan settling tanks.
b. Secara mekanik, dimana peralatan-peralatan khusus yang dipasang
pada mud pits dapat memisahkan lumpur dan gas.
Peralatan Conditioning area terdiri dari:
• Settling tanks, merupakan bak terbuat dari baja digunakan untuk
menampung lumpur bor selama conditioning.
• Reserve pits, merupakan kolam besar yang digunakan untuk
menampung cutting dari dalam lubang bor dan kadang-kadang
untuk menampung kelebihan lumpur bor.
• Mud-Gas separator, merupakan suatu peralatan yang memisahkan
gas yang terlarut dalam lumpur bor dalam jumlah yang besar.
• Shale shaker, merupakan peralatan yang memisahkan cutting yang
besar- besar dari lumpur bor.
• Desander, merupakan peralatan yang memisahkan butir-butir
pasir dari lumpur bor.
• Desilter, merupakan peralatan yang memisahkan partikel-partikel
cutting yang berukuran paling halus dari lumpur bor.
• Degasser, merupakan peralatan yang secara kontinyu memisahkan
gas terlarut dari lumpur bor.
20

Gambar 4.5. Sistem Sirkulasi


(Sumber: Rudi Rubiandhini, Vol 1 2009)

4.2.2.5 Sistem Pencegah Semburan Liar (Blowout Prevention System)

Gambar 4.6. Sistem Pencegah Semburan Liar


(Sumber: Rudi Rubiandhini, Vol 1 2009)
21

Rangkaian peralatan sistem pencegahan semburan liar (BOP System) terdiri dari:
1. Rangkaian BOP Stack
• Annular Preventer
• Ram Preventer (Pipe Ram dan Blind Rams)
• Drilling Spools
• Casing Head (Well Head)
2. Accumulator
3. Sistem Penunjang (Supporting System)
• Choke Manifold
• Kill Line
4.3. ASPEK PRODUKSI
Apabila sumur telah dibor untuk mencapai target yang ditentukan dan dari
tes produksi memperlihatkan hasil yang ekonomis untuk dikembangkan, maka
dilanjutkan dengan operasi penyelesaian sumur (well completion). Apabila volume
minyak atau gas di reservoir tidak ekonomis untuk dikembangkan, maka sumur
tersebut harus ditutup (plug) atau diabaikan (abandon).
Komplesi sumur meliputi bagian tahapan operasi produksi, yaitu:
1. Tahap pemasangan dan penyemenan pipa selubung produksi (production
casing).
2. Tahap perforasi dan atau pemasangan pipa liner.
3. Tahap penimbaan (swabbing) sumur.
4.3.1. Metoda Well Completion
Kriteria umum untuk klasifikasi metoda well completion didasarkan pada
beberapa faktor, yaitu:
1. Down hole completion atau formation completion, yaitu membuat
hubungan antar formasi produktif dengan tiga metoda, yaitu:
a. Open hole completion (komplesi sumur dengan formasi produktif
terbuka).
b. Cased hole completion atau perforated completion (komplesi sumur
dengan formasi produktif dipasang casing dan diperforasi)
22

c. Sand exclusion completion pada formasi batupasir (problem


kepasiran).
2. Tubing completion (komplesi pipa produksi) yaitu merencanakan
pemasangan atau pemilihan pipa produksi (tubing), yaitu meliputi metoda
natural flow dan artificial lift.
3. Well-head completion yaitu meliputi komplesi X-mastree, casing head,
dan tubing head.
4.3.2. Metode Produksi
1. Primary Recovery
a. Sembur alam (Natural Flow) adalah salah satu metode pengangkatan
minyak ke permukaan dengan menggunakan tenaga atau tekanan yang
berasal dari reservoir dimana sumur berada.
b. Sembur buatan (Artificial Lift) adalah metode pengangkatan fluida
sumur dengan cara mengintroduksi tenaga tambahan ke dalam sumur
(bukan ke dalam reservoir) dimana metoda ini diterapkan apabila
tenaga alami reservoir sudah tidak mampu lagi mendorong fluida ke
permukaan atau untuk maksud peningkatan produksi. Contoh: Pompa
(Electrical Submercible Pump (ESP), Sucker Rod Pump (SRP),
Progresive Cavity Pump (PCP), Hydraulic Pump, Jet Pump), Gas Lift
(Continous Gas Lift dan Intermittent Gas Lift) dan Chamber Lift.
2. Secondary Recovery merupakan metode implementasi setelah primary
recovery sudah menurun. Metode ini termasuk dalam injeksi air dan
pressure maintenance. Dimana tenaga tambahan diinjeksikan ke dalam
sistem reservoir oleh injeksi fluida (biasanya air dan gas). Tujuannya
adalah untuk menggantikan tekanan yang hilang di dalam reservoir
setelah primary recovery.
3. Tertiary Recovery merupakan metode implementasi setelah secondary
recovery yaitu tertiary recovery. Dimana Enhanced Oil Recovery (EOR)
termasuk kedalam metode ini. EOR adalah perolehan minyak yang berasal
dari salah satu atau beberapa metode pengurasan yang menggunakan
energi luar reservoir, berbagai cara yang dilakukan untuk meningkatkan
23

laju produksi dari suatu sumur, tanpa merusak formasi dari reservoir yang
ada, sehingga faktor perolehan dari sumur produksi tersebut meningkat.
Pada dasarnya metoda - metoda EOR meliputi injeksi tak tercampur,
injeksi tercampur, injeksi kimia, injeksi panas, dan injeksi mikroba.
4.3.3. Fasilitas Produksi Permukaan (Production Surface Facilities)
4.3.3.1. Peralatan Diatas Permukaan
1. Wellhead (Kepala Sumur)
Well head merupakan peralatan kontrol sumur di permukaan yang
terbuat dari besi baja membentuk suatu sistem seal/penyekat untuk
menahan semburan atau kebocoran cairan sumur ke permukaan yang
tersusun atas casing head (casing hanger) dan tubing head (tubing
hanger).
2. Silang Sembur (X-mastree)
Alat ini merupakan susunan kerangan (valve) yang berfungsi
sebagai pengaman dan pengatur aliran produksi di permukaan yang
dicirikan oleh jumlah sayap/lengan (wing) dimana choke atau bean
(jepitan) berada. Peralatan pada X-mastree terdiri dari:
• Master valve • Check valve
• Wing valve • Manometer tekanan dan
• Choke / bean / jepitan temperatur.
4.3.3.2. Peralatan Bawah Permukaan
Peralatan produksi di bawah permukaan sumur sembur alam terdiri dari:
1. Tubing dan Coupling.
Merupakan pipa alir vertikal yang ditempatkan di dalam casing produksi
yang berfungsi untuk mengalirkan fluida produksi sumur ke permukaan atau
mengalirkan fluida injeksi ke dalam sumur. Di samping itu, tubing dapat pula
digunakan dalam pekerjaan swabb, squeeze cementing, sirkulasi pembersihan
sumur, dan mengalirkan fluida serta material peretak hidraulis dan pengasaman.
2. Peralatan Perlengkapan Bawah Permukaan:
• Packer
• Landing nipple
24

• Flow Coupling dan Blast Joint


• Circulation device
• Safety Joint
• Gas Lift Mandrel
• Sub-Surface Safety Valve
• Flow Control dan Down Hole Choke
4.3.3.3. Sistem Pengumpul (Gathering) dan Block
Peralatan produksi berdasarkan sistem gathering dan block station adalah
merupakan pola atau sistem jaringan alat transportasi, fasilitas peralatan pemisah
fluida produksi dan fasilitas peralatan penampung fluida hasil pemisahan.
Berdasarkan pada jumlah, tata letak sumur dan letak tangki pengumpul serta
kondisi laju produksi sumur-sumurnya, gathering system dapat dibedakan atas
system radial dan system axial gathering system. Pada radial gathering system,
semua flowline menuju ke header dan langsung berhubungan dengan fasilitas
pemisah, sedangkan pada axial gathering system, beberapa kelompok sumur
mempunyai satu header yang kemudian dari tiap-tiap header akan dialirkan ke
pemisah - pemisah trunk line (jenis flowline yang mempunyai diameter relatif lebih
besar dari flowline biasa, yang berfungsi untuk menyatukan aliran dengan volume
besar).
Peralatan dari Sistem Pengumpul dan Block antara lain:
1. Fasilitas Transportasi
• Flowline
• Manifold Header
2. Fasilitas Pemisah (Separator)
a. Berdasarkan Bentuknya
• Vertikal
• Horizontal
• Spherical
b. Berdasarkan Tekanan Kerjanya
• Separator tekanan tinggi, dengan tekanan kerja > 16 KSC
25

• Separator tekanan menengah, dengan tekanan kerja 8 – 16 KSC


• Separator tekanan rendah, dengan tekanan kerja < 8 KSC
c. Berdasarkan Fasa yang Dipisahkan
• Separator 2 fasa: memisahkan gas dan liquid
• Separator 3 fasa: memisahkan minyak, air dan gas
• Treating Section
• Dehydrator
• Oil Catcher
• Gas Scrubber
• Wash Tank
• Free Water Knock Out (FWKO)
• Skim Tank atau Gun Barrell
• Heater Treater
• Skimmer
3. Fasilitas Penampung
• Tangki - tangki penampung (fixed roof dan floating roof)
• Barge (bila di lepas pantai)
4. Fasilitas Pengapalan
• Pompa-pompa, Loading System
• Single Bouy Mooring (SBM)
4.3.3.4. Flow Produksi Minyak di Permukaan
Flow produksi minyak di permukaan meliputi:
1. Pipa Produksi (Flow Line) dan Manifold
2. Stasiun Pengumpul (SP)
3. Stasiun Pengumpul Utama (SPU)
4. Pusat Pengumpul produksi (PPP)
5. Terminal / Sales Point (Metering) Produksi Minyak
6. Water Treatment & Water Injection Plan
7. Gas Conditioning & Treatening Plan
8. Compressor Station
26

9. Sales Point (Metering Gas)


Secara skematis skema produksi Minyak dan Gas di permukaan dapat
terlihat pada gambar berikut:

Gambar 4.7. Diagram Proses Produksi Migas


(Rudi Rubiandini, 2009)

4.4. ASPEK PENUNJANG LAINNYA


Fasilitas penunjang suatu lapangan migas sangat diperlukan didalam
operasi-operasi lapangan. Fasilitas ini mulai dari fasilitas pemboran, fasilitas
produksi, dan fasilitas-fasilitas lain, baik untuk operasi perawatan sumur,
penyelesaian sumur, dan logging sumur.
4.5. ASPEK LINGKUNGAN
Upaya-upaya untuk mencegah dampak negatif dari kegiatan eksplorasi
dan eksploitasi sudah mulai dilakukan sejak tahap perencanaan yakni dengan
melakukan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk
kegiatan yang berdampak penting, dan studi Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) untuk kegiatan yang tidak
berdampak penting, serta Pembuatan Standard Operating Procedure (SOP).
BAB V
RENCANA KERJA PRAKTIK

5.1. Nama Kegiatan


“PENINJAUAN LAPANGAN MINYAK DAN GAS BERDASARKAN
ASPEK RESERVOIR, ASPEK PEMBORAN, ASPEK PRODUKSI DAN
ASPEK PENUNJANG LAINNYA PADA PT. PERTAMINA EP –
BANYUBANG BLORA ENERGY”
5.2. Tempat Pelaksanaan
PT. Pertamina EP – Banyubang Blora Energy
5.3. Waktu Pelaksanaan
Diusulkan sekitar tanggal 1 Agustus 2022 – 28 Agustus 2022 Program Kerja
Praktek ini direncanakan berlangsung kurang lebih selama 4 (empat) minggu.
Adapun rencana kegiatannya adalah sebagai berikut:
Tabel V-1
Perencanaan Kegiatan Selama Kerja Praktek
Minggu ke-
NO Kegiatan
1 2 3 4
Orientasi Kantor
1 Latar Belakang Perusahaan
Safety Training
Observasi
2 Deskripsi Proses
Standar Prosedur Operasi
Pengumpulan Data dan Analisa Data
3
Diskusi
4 Evaluasi

28
29

5 Studi Literatur
6 Penyusunan Laporan dan Presentasi

5.4. Peserta Kerja Praktek


Peserta Kerja Praktek ditetapkan oleh Human Resources and People
Development PT. Banyubang Blora Energi. Maka dengan ini kami mengajukan
proposal untuk mengikuti Kerja Praktek sebanyak empat orang yang dilampirkan
pada Lampiran dan dengan identitas sebagai berikut:
1. Nama : Pradeksa Anjar Saputra
N.I.M : 113190071
Jurusan : Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral UPN
“Veteran” Yogyakarta
Alamat : Jl Sawojajar No 16 RT 02 RW 26 Pringgolayan Dabag
Condongcatur (Depan Balai Warga 26)
Telepon : 0882 2728 7623
Email : 113190071@student.upnyk.ac.id
2. Nama : Ghani Rian Firmansyah
N.I.M : 113190036
Jurusan : Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral UPN
“Veteran” Yogyakarta
Alamat : Perum APH Blok A No. 14, Caturtunggal, Depok,
Sleman, Yogyakarta
Telepon : 0877 4418 4173
Email : 113190036@student.upnyk.ac.id
30

3. Nama : Adam Rakha Pandya


N.I.M : 113190116
Jurusan : Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral UPN
“Veteran” Yogyakarta
Alamat : Jl. Liyas Narman, Jl. H. Rawit Jl. Cipto Mangunkusumo
No.46, RT.002/RW.004, Paninggilan Utara, Kec. Ciledug,
Kota Tangerang, Banten (15153)
Telepon : 085712817293
Email : 113190116@student.upnyk.ac.id

4. Nama : Thomas Visser Dedeansyah


N.I.M : 113190050
Jurusan : Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral UPN
“Veteran” Yogyakarta
Alamat : Kab Kebumen,Kec Ayah,Desa Candirenggo,RT/RW
02/04
Telepon : 081226126706
Email : 113190050@student.upnyk.ac.id
BAB VI
PEMBIMBING

Untuk pembimbing di lapangan diharapkan dapat disediakan oleh


perusahaan, sedangkan untuk pembimbing di kampus adalah salah Dosen pengajar
pada Program Studi S1 Teknik Perminyakan Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta.

30
BAB VII
PENUTUP

Demikianlah Proposal Kerja Praktek di Kerja Sama Operasi Pertamina EP


PT Banyubang Blora Energi. Kami susun sebagai bahan referensi umum atas kerja
praktek yang akan kami laksanakan.Besar harapan kami, Kerja Sama Operasi PT.
Pertamina EP - Banyubang Blora Energi, dapat membantu kami sebagai mahasiswa
Program Studi S1 Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta dalam
melaksanakan Kerja Praktek.
Kami menyadari bahwa kerja praktek ini tidak mampu kami wujudkan
sendiri mengingat berbagai keterbatasan kami sebagai mahasiswa. Dengan segala
kerendahan hati, kami sangat mengharapkan bantuan dan dukungan dari Kerja
Sama Operasi Pertamina EP PT Banyubang Blora Energi. Untuk melancarkan
kegiatan kerja praktek ini. Bantuan yang sangat kami harapkan dalam pelaksanaan
kerja praktek adalah:
• Bimbingan dan arahan oleh pembimbing selama Kerja Praktek.
• Kemudahan mengadakan penelitian atau mengambil data yang
diperlukan.
Atas segala perhatian dan bantuan Kerja Sama Operasi Pertamina EP PT
Banyubang Blora Energi kami mengucapkan terima kasih.

31
DAFTAR PUSTAKA

Alexon. “Pump and Rod Engineering of Oil Reservoir.” Trans, AIME of U.S
Industries, Inc.
Allen, T.O and Robert, A.P. 1982. “Production Engineering Operation. ” Gas
Consultant International Inc, Vol 1, Second Edition, Tulsa.
Cole, F.W. (1961). Reservoir Engineering Manual: Petroleum Geology of
Indonesia Basins. Texas: Gulf Publishing Company.
Magoon, L.B., W.G. Dow. (1994). The Petroleum system: The Petroleum system-
From Source to Trap. AAPG Memoir 60, p. 3– 24.
Rukmana, D., Kristanto, D. Aji, D.C. (2011). Teknik Reservoir: Teori dan Aplikasi.
ISBN 978-602-9485-05-9. Yogyakarta: Pohon Cahaya.
Santoso, A.P. (1998). Diklat Kuliah Teknik Produksi I. Yogyakarta: Jurusan Teknik
Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral. UPN “Veteran” Yogyakarta.
Rubiandini R.S, R. (2009). Teknik Pemboran. Vol 1 First Edition. Bandung: ITB

32
33

LAMPIRAN A
(Curiculum Vitae)
34
35
36
37
38

LAMPIRAN B
(Transkrip Nilai)
39
40
41
42
43

LAMPIRAN C
(Jadwal Kuliah)
44
45
46
47
48

LAMPIRAN D
(Kalender Akademik Kampus
2021/2022)
49
50

Anda mungkin juga menyukai