Oleh:
Rinaldy Surya Gumilar
15.420.410.1028
Disusun Oleh:
Rinaldy Surya Gumilar
15.420.410.1028
ii
LEMBAR PENGESAHAN
“ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP”
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA EP ASSET 3 TAMBUN FIELD
5 Februari – 4 Maret 2018
Laporan ini disusun sebagai syarat memenuhi kurikulum yang telah ditetapkan
untuk program strata satu (S-1) pada Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta TA.2017/2018.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kuasa dan
rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini. Maksud dan
tujuan dari penulisan laporan kerja praktik ini untuk memenuhi syarat kerja praktik.
Selain itu, penulisan laporan kerja praktik ini sebagai bukti hasil dari pelaksanaan
kerja praktik itu sendiri.
Laporan ini dibuat berdasarkan data yang diperoleh selama pelaksanaan kerja
praktik dan didukung oleh literatur lainnya sebagai referensi dan penunjang
penulisan laporan ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Ir. Bambang Irjanto, M.Ba selaku rektor Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.
2. Aisyah Indah Irmaya, S.T., M.T selaku kepala jurusan teknik perminyakan
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.
3. Sri Haryono, S.T., M.Eng selaku dosen pembimbing kerja praktik jurusan teknik
perminyakan Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.
4. Raja Navyndo Andalas Utara, S.T dan Rakhmadian Abdillah, S.T selaku
pembimbing lapangan kerja praktik yang telah membimbing dan memberikan
ilmu pengetahuan baik teori maupun aplikasi di lapangan selama kerja praktik.
5. Orangtua yang selalu memberikan dukungan moril dan materiil sehingga
laporan kerja praktik ini dapat diselesaikan.
Dalam penulisan laporan ini, tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan
maupun tata cara penulisan laporan, maka saran dan kritik yang membangun sangat
dibutuhkan guna menemukan refleksi peningkatan mutu dari laporan serupa dimasa
mendatang.
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
4
5
terdiri dari butiran hasil pelapukan pada batuan dasar oleh sistem
sungai, termasuk di dalam masa ini batuan yang terdiri dari endapan
klastika kasar (pasir, kerakal, konglomeratik) dan endapan halus
(carbonaceous shale).
2172 – 2175 m adalah jepitan 10 mm, Qoil: 600 Bopd dan Qgas: 0,05 Mmscfd
dengan kadar air 7 %.
Prospek lain adalah lapisan batugamping setara BRF. Lapisan ini pada
sumur RSG-01 ditemukan pada kedalaman 1808 m dan FSG-01 ditemukan
pada kedalaman 1819 mTVDSS. Hasil Uji produksi di RSG-01 pada interval
1821–1827 m (DST-2) adalah jepitan 13 mm, Qoil: 1100 Bopd dan Qgas: 0,76
Mmscfd dengan kadar air 2 %.
2.5.1. Kondisi Awal Reservoir
Kondisi awal reservoir pada Lapisan BRF Lapangan Tambun dapat
dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.1. Data Kondisi Awal Reservoir[5]
Parameter Nilai
Pi, Psi 2556.5
T, °F 248
1. Primary Recovery
Pada tahap ini, minyak mentah akan masuk ke dalam sumur produksi
dengan mengandalkan tekanan reservoir saja. Primary recovery dibedakan
menjadi:
a. Natural Flow Production
Tekanan reservoir masih mampu mendorong fluida (campuran
minyak mentah dan zat pengotor lain) untuk masuk ke sumur produksi
dan terus ke permukaan.
b. Artificial Lift Production
Tekanan reservoir hanya mampu mendorong minyak mentah sampai
ke sumur produksi. Transportasi minyak ke permukaan membutuhkan
alat bantu (artificial lift), seperti beam pumping unit, electrical
submersible pump (ESP), gas lift, dan hydraulic lift.
2. Secondary Recovery
Apabila tekanan reservoir sudah tidak mampu mendorong minyak ke
sumur produksi dan/atau ke permukaan sehingga perlu diberikan tekanan
tambahan. Tekanan tambahan yang diberikan bergantung pada kedalaman
sumur. Metode yang biasa digunakan antara lain:
16
17
3. Tertiary Recovery
Konsep tertiary recovery bertujuan untuk memobilisasi sisa minyak di
reservoir. Konsep ini dilakukan dengan menurunkan viskositas minyak atau
mengurangi gaya kapiler (tegangan permukaan) agar minyak semakin
mudah mengalir dan tersapu ke permukaan. Diperkirakan sekitar 60-70%
original oil in place (OOIP) dapat diangkat ke permukaan dengan metode
ini. Teknik ini terbagi ke dalam empat kategori, yaitu:
a. Thermal (hot water, steamflood, in-situ combustion)
b. Miscible gas (CO2, miscible solvent)
c. Chemical (surfactant, polymer, caustic)
d. Others (microbial, electrical, mechanical)
keterangan:
J : productivity index (Bbl/d/psi)
q : laju produksi (STB/d)
Ps : tekanan statik (psi)
Pwf : tekanan alir dasar sumur (psi)
Untuk menentukan harga PI secara langsung adalah sewaktu sumur
tersebut flowing. Kemudian dicatat harga Pwf dan q sumur tersebut.
Berdasarkan pengalamannya, Kermit E. Brown (1967) telah mencoba
memberikan batasan terhadap besarnya produktivitas sumur, yaitu sebagai
berikut:
1. PI rendah jika besarnya kurang dari 0,5
2. PI sedang jika besarnya berkisar antara 0,5 sampai 1,5
3. PI tinggi jika lebih dari 1,5
keterangan:
q : laju produksi (STB/d)
ko : permeabilitas efektif minyak (mD)
h : ketebalan formasi produktif, (ft)
Pe : tekanan formasi pada jarak re dari sumur (psi)
Pwf : tekanan alir dasar sumur (psi)
µo : viskositas minyak (cp)
Bo : faktor volume formasi (Bbl/STB)
re : jari–jari pengurasan sumur (ft)
rw : jari–jari sumur (ft)
Prosedur dalam membuat kurva IPR untuk aliran satu fasa adalah
sebagai berikut :
a. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi yaitu tekanan reservoir (Ps),
tekanan alir dasar sumur (Pwf), dan laju produksi (q).
b. Hitung indeks produktivitas (PI) dengan persamaan 3.1.
c. Pilih tekanan alir dasar sumur (Pwf) anggapan
d. Hitung laju aliran (qo) pada tiap harga Pwf tersebut dengan
menggunakan persamaan 3.3.
20
e. Plot qo terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah c dan d pada kertas
grafik kartesian, dengan qo sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu
tegak. Hasil plot ini akan membentuk garis yang linier seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.1 di bawah ini.
Sukarno. Asumsi yang digunakan metode ini adalah faktor skin sama
dengan nol, serta minyak, air dan gas berada pada satu lapisan dan mengalir
bersama-sama secara radial. Untuk menyatakan kadar air dalam laju
produksi total digunakan parameter “Water Cut (WC)”, yaitu perbandingan
laju produksi air dengan laju produksi total. Dimana harga water cut
dinyatakan dalam persen. Dalam perkembangan kinerja aliran tiga fasa dari
formasi produktif ke lubang sumur telah digunakan 7 kelompok data
hipotesis reservoir, yang mana untuk masing-masing kelompok dilakukan
perhitungan kurva IPR untuk lima harga water-cut berbeda, yaitu 20%, 40%,
60%, 80%, dan 90%.
Dalam metode Pudjo Sukarno laju produksi ditentukan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
𝑞𝑜 𝑃𝑤𝑓 𝑃𝑤𝑓 2
= 𝐴0 + 𝐴1 ( ) + 𝐴2 ( ) … … … … … … … … … (3.6)
𝑞𝑡𝑚𝑎𝑥 𝑃𝑟 𝑃𝑟
keterangan:
An (n = 0, 1 dan 2) adalah konstanta persamaan, yang harganya berbeda
untuk water cut yang berbeda.
An = Co + C1 (water cut) + C2 (water cut)2 .................................(3.7)
Cn (n = 0, 1, dan 2) untuk masing-masing harga An ditunjukkan dalam Tabel
3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1. Konstanta Cn untuk masing-Masing An [1]
An C0 C1 C2
A0 0.980321 -0.115661.10-1 0.179050.10-4
A1 -0.414360 0.392799.10-2 0.237075.10-3
A2 0.564870 0.762080.10-2 -0.202079.10-4
Artificial lift secara garis besar diklasifikasikan menjadi pompa dan gas
lift. Jenis artificial lift yang biasa digunakan diantaranya gas lift, electric
submersible pump, sucker rod pump, hydraulic lifting dan rod driven pump.
3.4.1. Gas Lift
Gas lift (GL) merupakan jenis artificial lift yang bekerja dengan
memanfaatkan gas yang diinjeksikan ke dalam sumur. Gas lift terbagi
menjadi dua yaitu gas lift standar yang terus-menerus dan gas lift
intermiten dengan atau tanpa plunger.
Gas lift (GL) memungkinkan mengalirnya fluida sumur dengan
meringankan kolom cairan (fluid column). Ini dapat dilakukan dengan
secara terus-menerus atau intermiten. Gas lift intermiten dapat
menggunakan sebuah plunger untuk meningkatkan efisiensi. Gas lift
dikendalikan dengan tingkat gas atau waktu siklus. Gambar 3.4
memperlihatkan peralatan gas lift baik di atas permukaan ataupun di
bawah permukaan.
a. Sangat fleksibel untuk kisaran laju alir (flow rate) yang luas
b. Sangat dapat diandalkan
c. Peningkatan OPEX (biaya operasi) yang rendah di lapangan dengan
pasokan gas yang tinggi
d. Sangat berguna untuk sumur yang sangat dalam dan terdeviasi
e. Bekerja baik dengan pasir entrained.
Sedangkan kekurangan yang dimiliki oleh gas lift antara lain sebagai
berikut:
a. Memerlukan ukuran casing dan tubing yang lebih besar dalam sumur
berproduksi rendah
b. Tidak dapat menciptakan aliran bhp yang rendah
c. Penggunaan energi yang relatif tidak efisien untuk sumur berproduksi
rendah
d. Biaya investasi (CAPEX) tinggi apabila infrastruktur gas lift
permukaan tidak tersedia.
3.4.2. Electric Submersible Pump
Electric submersible pump (ESP) merupakan pompa yang bekerja
menggunakan gaya sentrifugal. Aplikasi di lapangan, pompa ESP diatur
hingga terendam dalam fluid level di dalam sumur. Pompa ESP mampu
mengalirkan fluida sumur dengan menambahkan tekanan pada cairan
outflow (aliran keluar) tanpa menambahkan cairan. Pompa ESP juga
terkendali hingga derajat tertentu melalui kendali terhadap kecepatan.
Gambar 3.5 memperlihatkan peralatan electric submersible pump baik di
atas permukaan ataupun di bawah permukaan.
26
artificial lift juga memiliki kemampuan yang berbeda dalam menangani wax
mitigation, corrosion, efficiency dan lainnya sebagaimana ditunjukkan oleh
gambar 3.10. Adapun perbandingan mengenai kemampuan jenis artificial lift
berdasarkan laju produksi dan viskositas minyak ditunjukkan gambar 3.11.
Sedangkan gambar 3.12 menunjukkan perbandingan kinerja setiap jenis
artificial lift berdasarkan gas liquid ratio (GLR), parafin, scale, sand dan
sejenisnya.
Gambar 3.12. Lifting Selection Berdasarkan GLR, Sand, Scale dan Parafin[6]
permasalahan yang timbul disumur seperti gas oil ratio (GOR) tinggi atau
gassy, viscositas tinggi dan temperatur tinggi.
Electric submersible pump memiliki komponen utama yaitu motor
penggerak, seal section, intake/rotary gas separator, multy-stage centrifugal
pump, electric power cable, motor controller dan tranformator. Penambahan
miscellaneous komponen meliputi well head, cable band, check valve dan
drain valve. Peralatan yang sifatnya opsional adalah down hole monitoring
tekanan dan temperatur untuk mengetahui kondisi lubang sumur.
Electric submersible pump mempunyai sifat seperti pompa sentrifugal
bertingkat. Setiap tingkat (stage) terdiri dari impeller dan diffuser. Dalam
operasinya, fluida diarahkan ke dasar impeller dengan arah tegak. Gerak putar
diberikan pada cairan oleh sudu-sudu impeller. Gaya sentrifugal fluida
menyebabkan aliran radial sehingga fluida meninggalkan impeller dengan
kecepatan tinggi dan diarahkan kembali ke impeller berikutnya oleh diffuser.
Proses terus berjalan hingga mencapai impeller pada tingkatan terakhir.
Fluida produksi akan melewati impeller-impeller yang disusun berurutan dan
setiap tingkat akan meningkatkan tekanan (head). Head total yang terjadi
adalah jumlah masing-masing head yang terbentuk di setiap impeller.
ataupun untuk emulsi yang sangat kental. (viscous). Jika harus mengunakan
electric submersible pump agar dilengkapi dengan separator yang mampu
menangani gas dalam jumlah besar (mengunakan gas handler).
3. Temperatur Tinggi
Temperatur dasar sumur agar perlu pertimbangan terutama yang
memiliki temperatur antara 250°F sampai 300°F, karena keterbatasan daya
tahan motor dan kabel pompa terhadap temperatur tinggi menimbulkan
masalah.
4. Effisiensi Pompa
Effisiensi pompa berkisar antara 35 sd 60% tergantung dari kondisi
sumur. Pada umumnya makin besar ukuran pompa makin besar
effisiensinya, baik untuk produksi diatas 1000 B/D dan effisiensi berkurang
pada sumur dengan produksi dibawah 1000 B/D. Sumur dengan kapasitas
produksi minyak rendah (< 300 BPD) kurang baik bagi sistem karena
peralatan yang dibutuhkan menjadi kurang ekonomis.
5. Scale
Pembentukan bisa terjadi di peralatan electric submersible pump
dengan kecepatan pembentukan tergantung dari komponen unsur scale yang
ada. Agar usia pakai memenuhi penanganan scale diperlukan dengan
menginjeksikan scale imhibitor di down hole atau methode squeeze berkala
diformasi . Injeksi inhibitor terbatas hanya sampai di intake pompa sehingga
motor tidak terlindungi kecuali yang mengunakan shroud.
6. Fluida Viscous
Kemampuan menangani fluida viscous buruk bila telah mencapai 200
cp yang berakibat dengan peningkatan HP motor dan pengurangan Head
pompa.
c. Impeller
Impeller dikunci di poros pompa dan berputar sesuai RPM
motor. Perputaran impeller (gambar 3.27) menimbulkan gaya
centrifugal terhadap fluida produksi. Pemasangan impeller ESP
dibedakan menjadi dua yaitu fixed impeller dan floating impeller.
Fixed (compression) impeller dipasang mati di poros sedemikian
sehingga berada di clearence diffusser atas dan bawah. Diperlukan
thrust bearing untuk meredam gaya aksial yang timbul di poros.
Sedangkan floating impeller dipasang bebas bergerak aksial
(menggambang) di poros, gaya aksial cukup ditahan menggunakan
washer yang dipasang di diffuser.
4. Gas Separator
Untuk sumur yang gas oil ratio (GOR) tinggi, gas separator dapat
disambungkan pada pompa guna memperbaiki efisiensi pompa. Gas
separator ini sekaligus berfungsi sebagai intake pompa (tempat
masuknya fluida kedalam pompa) dan karena perbedaan density gas
dan minyak maka gas akan terpisah dari minyak.
Gas separator memiliki beberapa fungsi yang penting terhadap
kinerja ESP. Fungsi tersebut antara lain:
a. Mencegah menurunnya kapasitas head pompa
b. Mencegah kapitasi atau gas lock pada pompa terutama pada
kapasitas pompa yang besar.
c. Mencegah terjadinya fluktuasi beban motor
d. Mengurangi adanya kejutan tekanan (surging pressure)
Gas separator ada banyak jenis yang dikenal. Adapun jenis-jenis
gas separator yaitu sebagai berikut.
a. Reverse Flow Separator
Aliran dari sumur dipaksa berputar kebawah untuk memberi
kesempatan gelembung gas keluar dari cairan menuju ke luar
houshing. Kontruksi tidak ada bagian yang berputar dan digunakan
untuk sumur ESP yang memiliki kandungan gas rendah. Gambar
3.29 menunjukkan reverse flow separator.
DIFFUSER BY-PASS
PICKUP IMPELLER
5. Kabel
Kabel merupakan penghubung yang kritikal antara down hole
equipment dengan sumber tenaga listrik dipermukaan. Listrik
ditranmisiskan melalui kabel yang diikat di tubing, kabel harus
dikontruksi dengan kuat untuk mencegah kerusakan mekanis dan
secara fisik mampu menahan panas dari minyak dan gas disumur.
Kabel yang biasa digunakan pada electric submersible pump
terdiri atas beberapa komponen (gambar 3.33). Adapun komponen
kabel antara lain:
a. Conductor
b. Isolator
c. Jacket
d. Armor
6. Centralizer
Centralizer sering digunakan dirangkaian ESP untuk
menempatkan rangkaian berada lurus dilubang bor, terutama untuk
sumur miring perlengkapan ini sangat penting dipasang untuk
menjamin kerusakan dari luar dan pendinginan yang merata.
7. Check Valve
Check valve biasanya diletakkan satu joint di atas pompa. Check
valve berfungsi sebagai berikut:
a. Bila pompa berhenti bekerja (shut down), menahan fluida agar
tidak keluar dari tubing (turun ke pompa lagi) dan menahan
partikel-partikel pada agar tidak mengendap dalam pompa.
b. Menjaga tubing tetap penuh dengan fluida pada saat pompa
berhenti.
8. Bladeer Valve
Di pasang satu joint tubing di atas check valve berfungsi untuk
mengijinkan aliran fluida keluar pada waktu dilaksanakan pencabutan
pompa centrifugal.
BAB IV
PEMBAHASAN
METODE PRODUKSI
FUNGSI PERALATAN
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
SELESAI
54
55
4. Tubing Head
Tubing head pada electric submersible pump agak berbeda dengan tubing
head biasanya perbedaanya terutama terletak adanya kabel yang melalui tubing
head.
5. Well Head Sumur ESP
Well head adalah kepala sumur dilengkapi tubing hanger khusus yang
mempunyai lubang untuk cable pack off atau penetrator.
6. Drum
Drum merupakan alat yang dipakai sebagai tempat menggulung kabel
apabila pompa sedang dicabut
dari sumur kepermukaan. Prinsip kerja pompa yaitu fluida memasuki impeller
yang berputar secara tersentral, kemudian di arahkan secara tangential ke
diffuser yang statik, seterusnya fluida masuk ke impeller dan disfusser
berikutnya. Jumlah impeller akan menentukan head pompa.
4. Gas Separator
Untuk sumur yang gas oil ratio (GOR) tinggi, gas separator dapat
disambungkan pada pompa guna memperbaiki efisiensi pompa. Gas separator
ini sekaligus berfungsi sebagai intake pompa (tempat masuknya fluida kedalam
pompa) dan karena perbedaan density gas dan minyak maka gas akan terpisah
dari minyak
Gas separator ada banyak jenis yang dikenal. Adapun jenis-jenis gas
separator yaitu sebagai berikut
a. Reverse Flow Separator
b. Rotary Gas Separator
c. Vortex Gas Separator
d. Advanced Gas Handler
5. Kabel
Kabel merupakan penghubung yang kritikal antara down hole equipment
dengan sumber tenaga listrik dipermukaan
Kabel electric submersible pump yang biasa digunakan ada dua jenis yaitu
flat cable dan round cable. Pada jenis round cable bagian luar sarungnya
dibungkus lagi dengan karet (rubber jacket). Biasanya kabel jenis round ini
memiliki usia pakai yang lebih lama dibanding dengan jenis flat, tetapi perlu
ruang yang lebih besar, ukuran kabel biasanya dinyatakan dengan konduktornya.
Material konduktor biasanya tembaga namun bisa juga digunakan aluminium.
Tahanan konduktor berbanding langsung dengan panjangnya dan berbanding
terbalik dengan diameternya
6. Centralizer
Centralizer sering digunakan dirangkaian ESP untuk menempatkan
rangkaian berada lurus dilubang bor, terutama untuk sumur miring perlengkapan
59
ini sangat penting dipasang untuk menjamin kerusakan dari luar dan pendinginan
yang merata.
7. Check Valve
Check valve biasanya diletakkan satu joint di atas pompa. Check valve
berfungsi sebagai berikut:
a. Bila pompa berhenti bekerja (shut down), menahan fluida agar tidak keluar
dari tubing (turun ke pompa lagi) dan menahan partikel-partikel pada agar
tidak mengendap dalam pompa.
b. Menjaga tubing tetap penuh dengan fluida pada saat pompa berhenti.
8. Bladeer Valve
Di pasang satu joint tubing di atas check valve berfungsi untuk mengijinkan
aliran fluida keluar pada waktu dilaksanakan pencabutan pompa centrifugal.
BAB V
KESIMPULAN
60
DAFTAR PUSTAKA
61