MOMENTUM LINIER
LABORATORIUM FISIKA
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2020
MOMENTUM LINIER
A. Tujuan Percobaan
1. Memahami proses terjadinya tumbukkan
2. Menentukan kecepatan benda setelah terjadi tumbukkan
3. Memamahi dan menentukan selisih energi kinetik sebelum dan sesudah terjadi tumbukkan
C. Dasar Teori
Momentum linier (untuk selanjutnya disebut momentum) suatu benda didefinisikan
sebagai hasil kali massa dengan kecepatannya. Pada praktikum ini, akan dilakukan percobaan
dan analisis mengenai momentum linier.
1. Momentum
Momentum merupakan besaran vektor, sehingga penjumlahan momentum mengikuti
aturan penjumlahan vektor. Arah momentum sama dengan arah kecepatan, dan besar
momentum dapat ditentukan menggunakan persamaan 1.
p =mv …………………………………………………………………(1)
dimana:
p : momentum(kg.m/s
m : massa benda(kg)
v : kecepatan (m/s)
Berdasarkan persamaan 1, dapat diketahui sebuah hubungan antara momentum, massa
dan kecepatan benda. Semakin besar massa benda dan kecepatan yang dimiliki, maka nilai
momentum yang bekerja juga akan semakin besar. Analogi sederhananya adalah jika
sebuah mobil yang begerak dengan kecepatan tinggi mempunyai momentum yang lebih
besar dibandingkan dengan mobil yang lambat, dimana kedua mobil memiliki massa yang
sama. Sebuah truk yang berat akan mempunyai momentum yang lebih besar jika
dibandingkan dengan sebuah mobil kecil yang berjalan dengan kecepatan yang sama.
Semakin besar momentum yang dimiliki suatu benda, maka semakin sulit untuk
menghentikannya, dan semakin besar efek yang diakibatkannya jika diberhentikan dengan
tabrakkan atau tumbukan. Untuk merubah momentum suatu benda (baik untuk menaikkan
atau menurunkan sampai benda berhenti ataupun merubah arah geraknya) dibutuhkan
sebuah gaya.
Berkaitan dengan Hukum II Newton yang berkaitan dengan gerak suatu benda,
menyatakan bahwa kecepatan perubahan momentum suatu benda sama dengan gaya total
yang diberikan padanya. Pernyataan diatas dapat dirumuskan dengan persamaan 2.
…………………………………………………………..………(2)
Jika ∆p adalah hasil perubahan momentum yang terjadi selama selang waktu ∆t, maka
persamaan di atas dapat dinyatakan dalam persamaan 3.
……………………………. (3)
2. Impuls
Impuls (I) didefinisikan sebagai hasil kali gaya dengan selang waktu gaya itu bekerja
pada suatu benda. Impuls menyebabkan perubahan momentum, sehingga besar dan
arahnya sama dengan besar dan arah perubahan momentum. Persamaan 4 dapat digunakan
untuk menentukan besaran Impuls yang bekerja.
D. Data Percobaan
l = (90.1 ± 0.025 ) cm
Tabel 1. Data Percobaan
No m1 (g) m2 (g) m3 (g)
1. 199,5 202,7 63,8
2. 199,7 202,9 63,9
3. 199,5 202,8 63,9
4. 199,6 202,7 63,6
5. 199,5 202,7 63,7
Keterangan:
M1 : massa bola 1
V1 : kecepatan sebelum tumbukan bola 1
V’1 : kecepatan setelah tumbukan bola 1
M2 : massa bola 2
V2 : kecepatan sebelum tumbukan bola 2
V’2 : kecepatan setelah tumbukan bola 2
M3 : massa bola 3
V3 : kecepatan sebelum tumbukan bola 3
V’3 : kecepatan setelah tumbukan bola 3
𝛴𝑚 𝟎,𝟗𝟗𝟕𝟖
𝑚= = = 0,1996 𝑘𝑔
𝑛 5
𝛴(𝑚−𝑚)2 −𝟖
𝟑,𝟐𝟎 𝐱 𝟏𝟎
𝑆𝑚̄ = √ =√ 20 = 4,00 𝑥 10−5 = 0,00004 𝑘𝑔
𝑛(𝑛−1)
𝛴𝑚 𝟏,𝟎𝟏𝟑𝟖
𝑚= = = 0,2028 𝑘𝑔
𝑛 5
𝛴(𝑚−𝑚)2 𝟑,𝟐𝟎 𝒙 𝟏𝟎 −𝟖
𝑆𝑚̄ = √ =√ 20 = 4,00 𝑥 10−5 = 0,00004 𝑘𝑔
𝑛(𝑛−1)
𝛴𝑚 𝟎,𝟑𝟏𝟖𝟗
𝑚= = = 0,0638 𝑘𝑔
𝑛 5
𝛴(𝑚−𝑚)2 −𝟖
𝟔,𝟖𝟎 𝐱 𝟏𝟎
𝑆𝑚̄ = √ =√ 20 = 6,00 𝑥 10−5 = 0,00006 𝑘𝑔
𝑛(𝑛−1)
𝛴𝑣1 𝟑.𝟏𝟐𝟒
𝑣1 = = = 0,625 𝑚/𝑠
𝑣 5
𝛴𝑣2 −𝟐,𝟖𝟗𝟐
𝑣2 = = = −0,578 𝑚/𝑠
𝑣 5
𝛴𝑣′1 −𝟐,𝟏𝟏𝟏
𝑣′1 = = = −0.422 𝑚/𝑠
𝑣 5
𝛴𝑣′2 𝟐,𝟓𝟖𝟏
𝑣′2 = = = 0.516 𝑚/𝑠 (𝑣′2 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛)
𝑣 5
= 0,452 m/s
0,1996 0,625 0,0390 0,2028 -0,578 0,0339 -0,422 0,0178 0,516 0,0270
2 2 2 2
1 1
( 0,1996 𝑥 0,6252 ) + ( 0,2028 𝑥 (−0,5782 ))
2 2
1 1
= ( 0,1996 𝑥 (−0,4222 )) + ( 0,2028 𝑥 0,5162 )
2 2
0,0390 + 0,0339 = 0,0178 + 0,0270
0,0729 Joule = 0,0448 Joule
𝛴𝑣1 𝟑,𝟓𝟑𝟓
𝑣1 = = = 0,707 m/s
𝑣 5
𝛴𝑣3 −𝟑,𝟎𝟓𝟒
𝑣3 = = = -0.611 m/s
𝑣 5
𝛴𝑣′1 𝟏,𝟐𝟏𝟕
𝑣′1 = = = 0,243 𝑚/𝑠
𝑣 5
𝛴𝑣′3 𝟓,𝟏𝟗𝟖
𝑣′3 = = = 1,040 𝑚/𝑠 (𝑣′3 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛)
𝑣 5
0,1996 0,707 0,0499 0,0638 -0,611 0,0119 0,243 0,0059 1,040 0,0345
F. Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan analisis data yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pada percobaan pertama, setelah terjadi tumbukan, kecepatan terukur bola 1 adalah 0,422
m/s (berlawanan arah dengan bola 2) sedangkan bola 2 memiliki kecepatan terukur
sebesar 0,516 m/s.
2. Nilai kecepatan bola 2 setelah tumbukan (v2’) terhitung sebesar 0,452 m/s.
3. Ralat relatif pada percobaan pertama adalah 4,18%.
4. Ralat relatif terjadi akibat kesalahan ketika dilakukan percobaan, baik kesalahan acak
(random error) seperti ketelitian praktikan membaca hasil percobaan maupun kesalahan
sistematis (systematic error) seperti kalibrasi alat.
5. Energi kinetik sebelum tumbukan sebesar 0,0729 Joule. Sedangkan energi kinetik setelah
tumbukkan adalah 0,0448 Joule. Adapun, koefisien restitusinya adalah 0,780 (0 ≤ e ≤ 1).
6. Tumbukan yang terjadi adalah tumbukan lenting sebagian.
7. Pada percobaan kedua, setelah terjadi tumbukan, kecepatan terukur bola 1 adalah 0,243
m/s (searah dengan bola 3) sedangkan kecepatan terukur bola 3 sebesar 1,040 m/s.
8. Nilai kecepatan bola 3 setelah tumbukan (v3’) terhitung sebesar 0,840 m/s.
9. Ralat relatif pada percobaan kedua adalah 23,80%.
10. Energi kinetik sebelum tumbukan sebesar 0,0618 Joule. Sedangkan energi kinetik setelah
tumbukkan adalah 0,0404 Joule. Adapun, koefisien restitusinya adalah 0,605 (0 ≤ e ≤ 1).
11. Tumbukan yang terjadi adalah tumbukan lenting sebagian.
G. Daftar Pustaka
Tipler, Paul A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik – Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga.