Anda di halaman 1dari 16

PRESSURE BUILD-UP TEST

Pressure Build Up adalah suatu teknik pengujian transien tekanan yang paling
dikenal dan banyak diilakukan. Pada dasarnya pengujian ini dilakukan pertama-
tama dengan memproduksi sumur selama suatu selang waktu tertentu dengan laju
aliran yang tetap (konstan), kemudian menutup sumur tertsebut. Penutupan sumur
ini menyebabkan naiknya tekanan yang dicatat sebagai fungsi waktu (tekanan
yang dicatat ini biasanya adalah tekanan dasar sumur).
Dari data tekanan yang didapat kemudian dapat ditentukan permeabilitas
formasi, daerah pengurasan saat itu dan adanya kerusakan atau perbaikan formasi.
Dasar analisis PBU ini diajukan oleh Horner (1951), yang pada dasarnya adalah
memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu. Prinsip yang mendasari analisa ini
adalah yang dikenal dengan prinsip superposisi (superposition principle).
1. Prinsip Superposisi
Teori yang mendasari secara matematis menyatakan bahwa penjumlahan
dari solusi-solusi individu suatu persamaan differential linier berorde dua adalah
juga merupakan solusi dari persamaan tersebut. Misalkan suatu kasus dimana
sebuah sumur berproduksi dengan seri laju produksi tetap untuk setiap selang
waktu, dapat terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Sejarah Produksi Berdasarkan Laju Alir dan Tekanan Dasar


Alir Sumur dengan Fungsi Waktu 1)
Untuk menentukan tekanan lubang sumur (Pwf) pada tn sewaktu laju saat itu
qn, dapat dipakai prinsip superposisi dengan metode sebagai berikut:
q1 dianggap berproduksi selama tn
q2 dianggap berproduksi selama tn – t1
q3 dianggap berproduksi selama tn – t2
q4 dianggap berproduksi selama tn – t3
qn dianggap berproduksi selama tn – tn-1

2. Teori Pressure Build Up


Setelah mengetahui prinsip superposisi diatas, maka pressure build up akan
lebih mudah dimengerti. Gambar 2 di bawah ini memperlihatkan suatu sejarah
produksi suatu sumur. Mula-mula sumur diproduksi dengan laju tetap (q),
selama waktu (tp), kemudian sumur ditutup selama waktu .

Gambar 2. Laju Alir Ideal dan Sejarah Produksi Untuk PBU Test 1)

qB   1688ct rw  


2

Pi  Pws   70.6   
kh   k t p  t  
ln 2 s

 

 70.6
0  q B  ln  1688ct rw 2   2s 
    ................................................. (1)
kh   k.t  
Kemudian Persamaan 1 disusun menjadi:

qB  t p   t 
Pws  Pi  70.6 ln   ................................................................. (2)
kh   t 

Atau:

qB t p  t 
Pws  Pi  162 .6 log   ................................................................. (3)
kh  t 
Keterangan :
Pws = Tekanan dasar sumur (Psia)
Pi = Tekanan initial (Psia)
q = Laju alir fluida (Bbl/D)
μ = Viskositas fluida (cp)
B = Faktor volume formasi (RB/STB)
k = Permeabilitas (mD)
h = Tebal lapisan produktif (ft)

 t p  t 
  = Horner time (Hours)
 t 

Persamaan 3 memperlihatkan bahwa Pws, shut-in BHP, yang dicatat selama


t  t
penutupan sumur,apabila diplot terhadap log merupakan garis lurus
t
dengan kemiringan:

162.6qB
m ,psi/cycle ......................................................................... (4)
kh
Keterangan:
m = Slope atau kemiringan (Psia/cycle)
q = Laju alir fluida (Bbl/D)
μ = Viskositas fluida (cp)
B = Faktor volume formasi (RB/STB)
k = Permeabilitas (mD)
h = Tebal lapisan produktif (ft)
Gambar 3 pada halaman selanjutnya menjelaskan laju alir untuk ideal
pressure build up test. Jelas bahwa permeabilitas (k), dapat ditentukan dari slope
“m”, sedangkan apabila garis ini diekstrapolasikan ke harga “Horner Time”
sama dengan satu (equivalent dengan penutupan yang tidak terhingga lamanya),
maka tekanan pada saat ini teoritis sama dengan tekanan awal reservoir tersebut.

Gambar 3. Sejarah Laju Alir Untuk Ideal Pressure Build Up Test 1)

Sesaat sumur ditutup akan berlaku hubungan:

qB  1688ct rw 
2

wf  i  70.6 ln  2s 


kh  k.t p 

qB  1688ct rw 2 
= i  16206 log  0.869 s 
kh  k.t p 
  1688ct rw 2  
= i  mlog   0.869 s  .................................................... (5)
  k.t p 
 

Pada saat waktu penutupan = t , berlaku hubungan:


 
ws  i  m log t p  t / t ....................................................................... (6)

Jika Persamaan 5 dan persamaan 6 dikombinasikan, maka dapat dihitung


harga skin (s), sehingga menggunakan persamaan 7.

   wf   1688ct rw 2   t  t 
s  1.151 ws   1.151 log   1.151 log p  .................... (7)
    
 m   k t   t p 
Didalam industri perminyakan biasanya dipilih t = 1 jam sehingga Pws pada
Persamaan 7 menjadi P1jam. P1jam ini harus diambil pada garis lurus atau garis
 t p  t 
ekstrapolasinya. Kemudian faktor   dapat diabaikan sehingga:
 t 

 1 jam  wf  k 
s  1.151   log 
 m  
ct rw 2
3

.23 .............................................. (8)

Keterangan:
s = Faktor skin
P1jam = Tekanan pada waktu 1 jam (Psia)
Pwf = Tekanan alir dasar sumur (Psia)
Φ = Porositas (fraksi)
μ = Viskositas fluida (cp)
ct = Kompressibilitas total batuan (1/Psia)
rw = Jari-jari sumur (ft)
Skin yang negatif menunjukkan perbaikan (stimulated), biasanya ini terjadi
setelah dilakukan pengasaman (acidizing) atau perekahan (hydraulic fracturing).
Apabila skin berharga positif berarti ada kerusakan (damaged) yang pada
umumnya dikarenakan adanya filtrat lumpur pemboran yang meresap kedalam
formasi atau endapan lumpur (mud cake) disekeliling lubang bor pada formasi
produktif yang kita amati. Sedangkan adanya hambatan aliran yang terjadi pada
formasi produktif biasanya diterjemahkan kepada besarnya penurunan tekanan,
Ps yang ditentukan menggunakan persamaan:
Ps = 0.87 m s ............................................................................................... (9)
Keterangan:
Ps = Kehilangan tekanan akibat adanya skin
m = Slope
s = Faktor skin
Besarnya Productivity Index (PI) berdasarkan analisis pressure build up
ditentukan menggunakan persamaan 10.
q
PI   ................................................................................... (10)
P  Pwf  Ps

Keterangan:
PI = Productivity index (Bpd/Psia)
q = Laju alir (Bbl/D)
P* = Tekanan statik fluida (Psia)
Pwf = Tekanan alir fluida (Psia)
∆Ps = Kehilangan tekanan akibat adanya skin (Psia)

Sedangkan besarnya flow efficiency dapat ditentukan menggunakan

persamaan 11.
 P   Pwf  Ps 
FE     x100% .................................................................... (11)
 P  Pwf 
Keterangan:
FE = Flow efficiency
P* = Tekanan statik fluida (Psia)
Pwf = Tekanan alir dasar sumur (Psia)
∆Ps = Kehilangan tekanan akibat adanya skin (Psia)
Adapun untuk mengetahui besarnya radius of investigation (ri) dapat ditentukan
menggunakan persamaan 12.
kt
ri  0.03 , ft ....................................................................................... (12)
ct
Keterangan:
ri = Radius investigation (ft)
k = Permeabilitas (mD)
t = Waktu produksi (jam)
Φ = Porositas (fraksi)
μ = Viskositas fluida (cp)
Ct = Kompresibilitas batuan (1/Psia)
Untuk reservoir yang bersifat infinite acting, tekanan rata-rata reservoir ini
adalah P* = Pi = Pave.
a. Pressure Build Up Ideal
Seperti terlihat pada persamaan sebelumnya, plot antara Pws vs log
t p  t
merupakan garis lurus. Gambar 4 di bawah ini menunjukkan grafik
t
PBU untuk reservoir ideal tanpa adanya pengaruh awal dari wellbore storage.

Gambar 4. Pressure Build Up Untuk Reservoir Ideal 1)

b. Wellbore Storage
Efek dari wellbore storage akan mendominasi data awal dari suatu
pengujian sumur, dimana lama pengaruh wellbore storage sangat tergantung
kepada ukuran maupun konfigurasi lubang bornya. Rangkaian pengerjaan
analisis pressure build up dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Terlebih dahulu buat plot log ∆P = (Pws - Pwf) vs log ∆t.
2) Wellbore storage effect terlihat dengan adanya unit slope yang dibentuk
oleh data awal. Dari unit slope tersebut dapat diperkirakan wellbore
storage coefficient (Cs) di dalam satuan
qBt
Cs  ........................................................................................ (13)
24
Keterangan:
Cs = Konstanta wellbore storage (Bbl/D)
q = Laju alir (STB/Day)
B = Faktor volume formasi (RB/STB)
∆t = Waktu (Jam)
∆P = Tekanan (Psia)
Dimana ∆t dan ∆P tersebut berasal dari sembarang titik yang dipilih pada
unit slope.
3) Dari titik data yang mulai meninggalkan unit slope kemudian diukur 1 atau
1.5 log cycle. Data yang terletak diluar jarak tersebut adalah yang bebas
dari pengaruh wellbore storage.
4) Membuat Horner plot, (t + ∆t)/∆t vs Pws. Horner straight line dibentuk dari
titik-titik data yang bebas dari wellbore storage diatas. Kemudian
berdasarkan garis lurus yang terbentuk tersebut dianalisa harga-harganya
seperti k, P*, s, dan FE.

3. Karakteristik Kurva Pressure Build Up


Karakteristik kurva Pressure Buildup Test menggambarkan bagian-bagian
dari ulah tekanan. Gambar 5 di bawah ini menunjukkan grafik PBU sebenarnya.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa ulah tekanan dapat dibagi menjadi tiga
bagian yang meliputi:
1) Segmen Data Awal (Early Time)
2) Segmen Data Tengah (Middle Time)
3) Segmen Data Lanjut (Late Time)

Gambar 5. Grafik Pressure Build Up Test Sebenarnya 1)


a. Segmen Data Awal (Early Time)
Mula-mula sumur ditutup, tekanan memasuki segmen data awal, dimana
aliran didominasi oleh adanya pengaruh wellbore storage, skin dan phase
segregation (gas hump).
Bentuk kurva yang dihasilkan oleh bagian ini merupakan garis
melengkung pada kertas semilog, dimana mencerminkan penyimpangan garis
lurus akibat adanya kerusakan formasi disekitar lubang sumur atau adanya
pengaruh wellbore storage.

b. Segmen Waktu Pertengahan (Middle Time)


Dengan bertambahnya waktu, radius pengamatan akan semakin jauh
menjalar kedalam formasi. Setelah pengaruh data awal terlampaui maka
tekanan akan masuk kebagian waktu pertengahan. Pada saat inilah reservoir
bersifat infinite acting dimana garis lurus pada semilog terjadi. Dengan garis
lurus ini dapat ditentukan beberapa parameter reservoir yang penting, seperti:
kemiringan garis atau slope (m), permeabilitas effektif (k), storage capacity
(kh), faktor kerusakan formasi (s) dan tekanan rata-rata reservoir.

c. Segmen Waktu Lanjut (Late Time)


Bagian akhir dari suatu kurva setara tekanan adalah bagian waktu lanjut
(late times) ditunjukkan dengan berlangsungnya garis lurus semilog mencapai
batas akhir sumur yang diuji dan adanya penyimpangan kurva garis lurus. Hal
ini disebabkan karena respon tekanan sudah dipengaruhi oleh kondisi batas
reservoir dari sumur yang diuji atau pengaruh sumur-sumur produksi maupun
injeksi yang berada disekitar sumur yang diuji.
Periode ini merupakan selang waktu diantara periode transient dengan
awal periode semi steady state. Selang waktu ini adalah sangat sempit atau
kadang-kadang hampir tidak pernah terjadi.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Bentuk Kurva Tekanan


Pada kenyataannya kurva respon tekanan tidaklah ideal. Banyak faktor yang
mempengaruhi bentuk kurva tersebut. Adanya penyimpangan dari asumsi-
asumsi yang berbeda dari kondisi idealnya. Sebenarnya disinilah letak manfaat
dari asumsi-asumsi yang diberikan, karena terjadinya anomali kurva respon
tekanan yang terjadi akan memberikan gambaran adanya kelainan, faktor-faktor
tersebut antara lain adalah pengaruh wellbore storage, redistribusi fasa dalam
lubang bor maupun heterogenitas reservoir.

a. Pengaruh Wellbore Storage


Pengaruh dari wellbore storage akan mendominasi data awal dari suatu
pengujian sumur, dimana lamanya pengaruh wellbore storage ini tergantung
pada ukuran maupun konfigurasi lubang bor serta sifat–sifat fisik fluida
maupun batuan formasinya. Gambar 6 dibawah ini merupakan Grafik ∆P vs
∆t pada Kertas Log-log.

Gambar 6. Grafik ∆P vs ∆t Pada Kertas Log-Log 1)


Garis lurus dengan kemiringan 45º (slope = 1) pada data awal
menunjukkan adanya pengaruh wellbore storage. Dari garis ini, tentukan titik
awal penyimpangan dan ukur 1 - 1,5 cycle dari titik tersebut untuk
menentukan awal dari tekanan yang tidak dipengaruhi oleh wellbore storage
(end of wellbore storage).
Dengan diketahuinya wellbore storage yang terlihat dengan adanya unit
slope tersebut dapat diperkirakan wellbore storage coefficient (cs) dalam
satuan bbl/psi.
q  B  t
cs 
24  P ........................................................................................ (14)
Keterangan:
q = Laju produksi (Bbl/D)
B = Faktor volume formasi (RB/STB)
∆t = Waktu (jam)
∆P = Perbedaan tekanan (psi)
∆P dan ∆t berasal dari sembarang titik yang dipilih dari unit slope.

b. Redistribusi Fasa Dalam Lubang Bor (Gas Hump)


Fenomena redistibusi fasa dalam lubang bor terjadi ketika penutupan
sumur dipermukaan dimana gas, minyak dan air mengalir bersama-sama
didalam tubing. Karena adanya pengaruh gravitasi maka cairan akan bergerak
kebawah sedangkan gas akan bergerak naik ke permukaan. Oleh karena
cairan yang relatif tidak dapat bergerak serta gas tidak dapat berkembang
didalam sistem yang tertutup ini, redistribusi fasa ini akan menambah
kenaikkan tekanan pada lubang bor sehingga dapat mencapai keadaan yang
lebih tinggi dari tekanan formasinya sendiri dan menyebabkan terjadinya
hump disaat awal.

c. Heterogenitas Reservoir
Salah satu sifat heterogenitas reservoir yang mempengaruhi bentuk kurva
ulah tekanan untuk uji sumur adalah ketidakseragaman permeabilitas.
Pengecilan permeabilitas dapat disebabkan oleh penyumbatan dari scale atau
kotoran, maupun hydrasi clay dan swelling, sedangkan pembesaran
permeabilitas dapat dikarenakan oleh adanya stimulation pada sumur seperti
pengasaman ataupun hydraulic fracturing.

5. Analisis Pressure Build Up


Untuk menganalisa data hasil pengujian yang didasarkan pada teori
Pressure Build Up yang dikemukakan oleh Horner, digunakan asumsi - asumsi
sebagai berikut:
a. Sumur berproduksi pada laju aliran tetap dari pusat reservoir tak terbatas
dengan tekanan yang tetap pada batas luar reservoir.
b. Aliran fluida hanya satu fasa.
c. Kompressibilitas batuan dan viskositas fluida konstan pada interval tekanan
dan temperatur yang bervariasi.
d. Sumur ditutup pada muka batupasir dan tidak terjadi aliran flow after flow
kedalam lubang sumur.
e. Formasi mempunyai permeabilitas homogen dalam arah aliran.
Pressure build up test pada prinsipnya dilakukan dengan cara
memproduksikan sumur selama selang waktu tertentu dengan laju produksi yang
tetap, kemudian menutup sumur tersebut. Penutupan ini menyebabkan naiknya
tekanan yang dicatat sebagai fungsi waktu. Data tekanan yang diperoleh dari tes
tersebut dan data-data pendukung lainnya dikumpulkan dan kemudian dianalisa.
Analisis dengan metode Horner secara manual yaitu dengan cara memplot data
tekanan (Pws) pada saat penutupan sumur (shut in) vs Horner time ((tp + t ) /
t ), dari plotting ini didapatkan harga m, P1jam dan P*. Penggunaan metode
Horner secara manual dalam penerapannnya sering kali dijumpai kesulitan,
terutama bila data tekanan sebagian besar didominasi oleh efek wellbore storage
dan skin effect sehingga tidak dapat menginterpretasikan sifat reservoir yang
sebenarnya.
Tahapan–tahapan interpretasi Pressure Build Up Test dengan menggunakan
metode Horner adalah sebagai berikut:
a. Siapkan data – data pendukung, antara lain:
1) Kumulatif Produksi
2) Produksi Harian sebelum Test
3) Porositas
4) Kompressibilitas Batuan
5) Jari–jari Sumur
6) Faktor Volume Formasi
7) Viskositas fluida
8) Ketebalan Lapisan Produktif
b. Hitung berapa lama sumur telah diproduksikan dengan persamaan 15.
Np, kumulatif produksi
tp 
qo, produksi rerata terakhir sebelum tes ................................ (15)

c. Buat tabel data uji tekanan dasar sumur (Pws), waktu penutupan (dt), ((tp +
dt)/ dt), dan Pws – Pwf, dimana Pwf adalah tekanan dasar sumur pada waktu t =
0.
d. Plot antara ΔP = (Pws – Pwf) vs log t pada kertas log-log. Garis lurus dengan
kemiringan 45˚ (slope = 1) pada data awal menunjukkan adanya pengaruh
wellbore storage. Dari garis ini, tentukan titik awal penyimpangan dan ukur
1 – 1,5 cycle dari titik tersebut untuk menentukan awal dari tekanan yang tidak
terpengaruh oleh wellbore storage.
e. Pengaruh wellbore storage terlihat dengan adanya unit slope yang dibentuk
oleh data awal. Dari unit slope tersebut dapat diperkirakan wellbore storage
coefficient (cs) dalam satuan Bbl/Psia.
q  B  t
cs 
24  P ........................................................................................ (16)
f. Buatlah Horner plot antara log ((tp + dt)/ dt) vs Pws. Tarik garis lurus dimulai
dari data yang tidak dipengaruhi oleh wellbore storage. Tentukan sudut
kemiringan (m) dicari dengan membaca harga kenaikkan tekanan (ΔP) untuk
setiap satu log cycle. P* diperoleh dengan mengekstrapolasikan garis lurus
tersebut hingga mencapai harga waktu penutupan (dt) tak terhingga atau harga
((tp + dt)/ dt) = 1.
g. Hitung harga permeabilitas (k) dengan persamaan 17.
162,6  qo    Bo
ko 
mh ......................................................................... (17)
h. Baca Pws pada dt = 1 jam.
i. Hitung harga faktor skin dengan persamaan 18.

 P1jam  Pwf   k  
s  1,151   log   3,23
2 
 m      ct  rw    ...........................(18)
j. Hitung ri (radius of investigation) dengan persamaan 19.
1
 kt 
2

ri   
 948      c t  .................................................................... (19)
k. Hitung Flow Efficiency (FE) dengan persamaan 20.
( P *  PWF )  Pskin
FE 
( p *  PWF ) ...................................................................... (20)
l. Hitung Productivity Index (PI) dengan persamaan 21.
qo
PI 
P *  Pwf
........................................................................................ (21)

Referensi
1. Lee, John., “Well Testing”, Society of Petroleum Engineering of AIME, New
York, Dallas, 1982.

Anda mungkin juga menyukai