Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Meningkatnya permintaan global akan energi merupakan tantangan industri


yang sedang kita hadapi saat ini. Teknologi, experience, dan komitmen dapat
menjadi kunci utama pemenuhan global energy demand dimasa yang akan datang.
Hal ini menghasilkan era dimana inovasi dan pengembangan teknologi terjadi
sangat pesat guna pemenuhan kebutuhan zaman. Mahasiswa sebagai penerus yang
akan melanjutkan tongkat estafet industri diharuskan memiliki skill,
profesionalisme, dan karakter agar mampu menjadi bagian dari solusi permasalahan
yang terjadi pada dunia industri, terutama pada industri Minyak dan Gas (Migas)
sebagai seorang mahasiswa Teknik Perminyakan. Industri Migas memiliki sistem
yang tidak sederhana dan memerlukan tinjauan secara langsung untuk pemahaman
secara lebih mendalam dan pendidikan secara teoritis di bangku kuliah tidaklah
cukup untuk memenuhi semua skill yang dibutuhkan mahasiswa dalam perjalanan
pendidikannya. Oleh sebab itu perlu adanya program yang dapat membantu
mahasiswa untuk melengkapi proses pendidikannya tidak hanya secara teoritis
namun juga secara praktikal dan aplikatif seperti program kerja praktek.
Kerja praktek merupakan aplikasi dari semua ilmu yang telah didapat pada
bangku kuliah dan kemudian diterapkan di lapangan pada kondisi nyata.
Diharapkan dengan kerja praktek tersebut mampu untuk memberikan sumbangan
pada kedua pihak, mahasiswa akan memperoleh ilmu dan pengalaman baru yang
dapat memberikan sumbangan pemikiran di dunia industri minyak dan gas
nantinya.
Atas dasar pemikiran tersebut dan juga karena teknologi yang digunakan
VICO dalam optimasi produksi, saya sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Minyak
dan Gas Bumi Balikpapan memilih VICO Indonesia Muara Badak sebagai tempat
Kerja Praktek.

1
1.2. Tujuan Umum

a. Memenuhi persyaratan kelulusan di Teknik Perminyakan STT MIGAS


Balikpapan
b. Mengkorelasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah dengan keadaan
langsung di lapangan.
1.3. Tujuan Khusus

a. Mengetahui permasalahan yang terjadi dalam peroduksi di sumur Gas


dan oil dan cara mengatasinya.
b. Mengetahui proses produksi dari well hingga pengiriman beserta
peralatan yang di gunakan.
c. Mengetahui sistem atau cara-cara produksi menggunakan bermacam
artificial lift
d. Mengetahui secara langsung kegiatan workover dan well intervention.

1.4. Manfaat Kerja Praktik


a. Menambah wawasan serta pengetahuan baru di bidang produksi dan
juga workover well intervention yang belum pernah didapat dibangku
kuliah.
b. Mendapat pengalaman baru dari observasi langsung di lapangan.
c. Mendapatkan gambaran umum terkait proses dan mekanisme yang
terjadi dalam industri Migas secara teori maupun praktek.

1.5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kerja praktek dilaksanakan dari tanggal 18 Mei sampai 12 Juni 2018 di


Northern Area Operations VICO Indonesia yang berlokasi di Jl. Cendrawasih Desa
Gas Alam Kecamatan Muarabadak, Kabupaten Kutai Kartanegara, provinsi
Kalimantan Timur.

1.6. Tabel Kegiatan


Terlampir

2
BAB II

PROFIL PT. VICO INDONESIA

2.1. Profil Perusahaan

VICO atau Virginia Indonesia Company, adalah salah satu perusahaan


Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang ditunjuk oleh BPMIGAS untuk
melakukan proses pengeboran minyak dan gas bumi.VICO Indonesia merupakan
perusahaan yang beroperasi pada Sanga-Sanga Production Sharing Contract (PSC)
yang berlokasi pada Kutai Basin, Kalimantan Timur dan menempati daerah seluas
1700 km2 selama lebih dari 40 tahun. Produksi utama yang dihasilkan VICO ialah
gas dan telah memproduksi lebih dari 12,6 TCF gas dan 0,4 milyar barrel liquid
dari lapangan Badak, Mutiara, Semberah, Nilam, Pamaguan, Lampake dan Beras.
VICO merupakan pelopor adanya LNG di Indonesia dan saat ini sangat berpotensi
untuk membawa era Coal Bed Methane (CBM) ke Indonesia.

VICO mengambil peran penting dalam industri Liquid Natural Gas (LNG)
Indonesia dengan pengembangan pada plant LNG di Bontang. VICO juga
menangani Gathering and Transportation Syatembagi Total, Chevron, Pertamina
dan PT. Badak dengan perjanjian yang disebut POMA atau Opeartion Maintenance
Agreement. Sebagai koordinator dan operator gas pada Pipeline Network Sytem
Kalimantan Timur, VICO bertanggung jawab atas lebih dari 1000 km pipa
transportasi untuk hampir 2 BCF gas per harinya.

2.2. Sejarah Perusahaan

VICO berdiri dengan nama awal HUFFCO Indonesia atau Huffington


Company Indonesia yang didirikan oleh pengusaha minyak asal Texas, Roy
Huffington dan pengusaha asal Virginia, General Arch Sproul. Lebih dari 40 tahun
yang lalu VICO Indonesia melakukan eksplorasi minyak pada Kutai Basin, delta
sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Namun ternyata tidak ditemukan lapangan
minyak seperti yang diharapkan melainkan cadangan natural gas raksasa. Kegiatan
eksplorasi diawali ketika Roy Huffington dan General Arch Sproul

3
menandatangani Production Sharing Contract (PSC) dengan Pertamina untuk
menangani 631.000 hektar delta sungai Mahakam. Dengan menggandeng
perusahaan Ultramar Indonesia Limited, Union Texas East Kalimantan Limited
dan Universe Tankships, Inc., mereka memulai kegiatan eksplorasi dan pada bulan
Februari 1972 HUFFCO menemukan daerah Badak, sebagai salah satu cadangan
minyak dan gas terbesar di Kalimantan-Timur.Semenjak penemuannya pada 1972,
VICO telah membor lebih dari 1000 sumur.

Cadangan gas pada lapangan Badak di Kalimantan Timur berjarak ribuan


mile dari pemasarannya sehingga Huffington dan Sproul bersama dengan Mobil
Oil Company dan Presiden-Direksi Pertamina melakukan liquefication pada
natural gas dan membawa hasil LNG ke Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.
Pertamina dengan dukungan dari HUFFCO, menandatangani 20-tahun kontrak
penjualan LNG pada bulan Desember 1973 dengan lima perusahaan energi Jepang
dan sebuah perusahaan baja Jepang dan mendirikan perusahaan kilang gas di
Bontang.Pengiriman LNG pertama yang diproduksi dari Badak dikirimkan ke
Jepang pada bulan Agustus, 1977 hanya 5,5 tahun setelah penemuan gas dan
merupakan rekor dunia saat itu.

VICO memperoleh kontrak untuk memproduksi Blok Sanga-Sanga PSC dan


sejumlah blok lainnya secara Joint Ventures yang terdiri dari BP East Kalimantan
Ltd.; Lasmo Sanga Sanga Ltd; BP Migas dan beberapa perusahaan migas lainnya.
VICO mengoperasikan 7 lapangan produksi minyak dan gas bumi di daratan
(onshore) Kalimantan Timur, Indonesia, dekat dengan Delta Mahakam. Lapangan
tersebut ialah Badak, Nilam, Pamaguan, Semberah, Mutiara, Beras, dan Lempake.
Produksi minyak dan gas bumi yang dihasilkan lapangan tersebut diproses di
empat stasiun produksi. Stasiun produksi pertama yang dibangun adalah Badak
(1972), diikuti Nilam (1982), Mutiara (1990) dan Semberah (1991). Gas yang
dihasilkan dari stasiun produksi disalurkan ke PT Badak NGL, sebuah pabrik
penghasil LNG (Liquid Natural Gas) dan LPG (Liquid Petroleum Gas) di Bontang,
dan pabrik pupuk serta pabrik metanol di Kawasan Industri Kalimantan Timur,
melalui jaringan pipa. LNG tersebut kemudian dijual ke konsumen di Jepang,
Taiwan, dan Korea Selatan. Sedangkan minyak dan kondensat (liquid/cairan) yang

4
dihasilkannya disalurkan melalui pipa ke terminal yang dioperasikan Chevron
Indonesia di Tanjung Santan untuk didistribusikan ke pembeli.

Pada dekade terakhir ini, oil dan gas industri diwarnai dengan merger dan
pegambil-alihan kepemilikan VICO. Perusahaan joint-venture yang tergabung
dalam Sanga-Sanga PSC adalah : BP p.l.c melalui "BP East Kalimantan Ltd."; Eni
SpA melalui "LASMO Sanga-Sanga Limited"; CPC melalui Opicoil Houston, Inc.;
dan Universe Gas and Oil Company Inc.Produksi VICO (data tahun 2004) sekitar
870 MMSCFD gas dan 30.000 barrel cairan (minyak dan kondensat) per
hari.Produksi VICO (data tahun 2007) sekitar 465 MMSCFDgas per hari.Pada
tanggal 7 Januari 2008, VICO berhasil membukukan rekor 25 juta jam kerja tanpa
kecelakaan.

2.3. Tinjauan Lapangan

VICO Indonesia beroperasi dalam Sanga Sanga Onshore Production Sharing


Contract (PSC) di Kalimantan Timur. Kontrak ini berawal pada bulan Agustus 1968
dan perpanjangan izin 20 tahun diberikan pada April 1990 yang berlaku sejak
Agustus 1998. Dibawah kontrak conventional ini, VICO bertanggung jawab atas
produksi gas dan minyak dari sumur-sumur pada 4 lapangan utama yaitu Badak,
Semberah, Nilam, dan Mutiara. Selain itu pada November 2009, VICO
menandatangani CBM Sanga Sanga PSC dengan izin kontrak selama 30 tahun.

2.3.1. Conventional

Vico bertanggung jawab atas produksi gas dan minyak bumi dari sumur-
sumur di empat lapangan utama yaitu Badak, Semberah, Nilam, dan Mutiara.
Minyak dan gas tersebut dikumpulkan dalam fasilitas satelit dan dialirkan ke
fasilitas central di setiap lapangan tempat hidrokarbon tersebut di proses. Gas yang
telah diproses akan dialirkan ke Badak Export Manifold (BEM) dan didistribusikan
melalui empat pipa pengeluaran utama ke plant LNG Bontang dan EK Industrial
Estate. Sedangkan minyak yang telah di proses untuk sementara disimpan sebelum
dialirkan ke Santa nil Export Terminal yang dioperasikan oleh Chevron. Pada tahun
2013, VICO memproduksi sekitar 340 MMSCFD gas dan 11500 BOEPD minyak
bumi.

5
2.3.1.1. Lapangan Badak

Lapangan Badak merupaka lapangan pertama yang ditemukan pada tahun


1972 di Kalimantan Timur. Lapangan ini terletak dekat dengan muara Sungai
Mahakam. Gas pada lapangan ini terdapat dalam serangkaian reservoir batu pasir
channel yang terdistribusi dalam interval vertikal beberapa ribu kaki dan
pengembangan lapangan ini membutuhkan pemboran banyak sumur untuk
menentukan volume dan potensi hidrokarbon untuk setiap reservoir. Lebih dari 255
sumur telah dibor pada lapangan Badak. Dalam eksplorasi area kontrak lebih jauh,
VICO menemukan lapangan Nilam dan lapangan reservoir lainnya pada bagian
Selatan lapangan Badak.
Seiring umur lapangan yang semakin tua, pengembangan reservoir
menjadi lebih kompleks dimana kita menghadapi tantangan dalam menemukan
minyak dan gas dari reservoir yang lebih kecil dengan permeabilitas yang lebih
rendah sehingga membutuhkan aplikasi dari teknologi baru seperti horizontal
drilling dan hydraulic fracturing. Lapangan Badak memiliki fasilitas pengumpulan
produksi gas, minyak, dan kondensat dari lapangan VICO yang disebut Badak
Central Facility. Gas kemudian akan disalurkan ke Plant LNG Bontang dan
pembeli domestik. Minyak dan kondensat dikumpulkan dalam dua tank
penyimpanan besar dan disalurkan ke Chevron yang mengoperasikan Terminal
Santan untuk dikapalkan ke pembeli.

2.3.1.2. Lapangan Nilam

Penemuan lapangan Nilam diawali dengan discovery well Nilam yang di


bor pada Juli 1974 dengan penemuan reservoir gas raksasa dengan hampir 1300
reservoir yang terpisah dan kurang lebih 180 lapisan. Lapangan ini memproduksi
sekitar 45% dari produksi gas VICO dari 354 sumur di Nilam dan 16 sumur di
Lampake (lapangan baru yang ditemukan pada 2002). Anak sungai Mahakam
mengalir melalui lapangan Nilam sehingga beberapa sumur hanya dapat diakses
menggunakan perahu.

6
2.3.1.3. Lapangan Semberah

Lapangan Semberah ditemukan pada Januari 1974 dan berlokasi di bagian


utara hampir di seluruh area kontrak. Semberah juga mengandung reservoir minyak
dan gas berlapis dengan kedalaman produksi mulai dati 1000 feet hingga 10000
feet. Hingga saat ini mebih dari 110 sumur telah dibor. Puncak produksi terjadi
pada 1995 yaitu 14700 BOPD dan pada tahun 2000 yaitu 180 MMSCFD.

2.3.1.4. Lapangan Mutiara

Lapangan Mutiara ditemukan pada 1974 yang terdiri dari tiga akumulasi
yang terletak pada bagian selatan area kontrak yaitu Mutiara, Beras, dan Pamaguan.
Mutiara merupakan lapangan yang terbesar yang berlokasi pada bagian selatan
sungai Mahakam. Lapangan Beras yang memiliki reservoir minyak terbesar VICO
berlokasi pada bangain selatan lapangan Mutiara. Sedangkan lapangan Pamaguan
berlokasi pada bagian utara lapangan Mutiara pada batang sungai Dondang. Hingga
saat ini sekitar 208 sumur telah dibor di Mutiara dan Beras dan 55 sumur di
Pamaguan. Produksi gas yang signifikan merupakan hasil dari peningkatan
aktivitas pemboran konvensional dengan 4 rig pada 2010, peningkatan menjadi 8
rig pada 2014 merupakan hasil dari strategi untuk memaksimalkan recovery
lapangan.

2.3.2. Unconventional

Coal Bed Methane adalah energi yang ramah lingkungan dan merupakan
salah satu sumber energi yang dijanjikan yang dapat memenuhi kebutuhan energi
masa depan. CBM PSC bagi VICO berlaku hingga 2039 dan menempati area yang
sama dengan PSC konvensional. Sejak penandatanganan PSC ini pada tahun 2009,
VICO memulai program appraisal pada tahun 2010 dan berhasil membuat program
kerja eksplorasi potensi CBM. Lapangan Mutiara menjadi target pertama yang
dipilih dalam program ini karena memiliki potensi secara teknis maupun
infrastruktur. Hingga saat ini terdapat 16 sumur baru CBM dan 2 sumur
konvensioanl yang dialihfungsikan menjadi sumur CBM pada tahun 2010. Dari 18
sumur tersebut, 16 diantaranya telah berada pada periode dewatering dan 9 sumur
telah memproduksi gas selama periode ini.

7
VICO turut membantu merealisasikan goal pemerintah untuk melaunching
gas CBM menjadi energi listrik pada April 2013 ketika VICO mengalirkan
produksi gas dari sumur CBM ke fasilitas pembangkit listrik di Mutiara. Hal ini
merupakan yang di Indonesia dimana fasilitas CBM diproduksi dan dijual dan juga
merupakan momen penting dalam pengeksplorasian potensi CBM di Indonesia.

2.4. Struktur Organisasi dan Management

Organisasi chart VICO Indonesia-badak field Kalimantan Timur yaitu


mengikuti organisasi bentuk staff dan garis yang dipimpin oleh seorang president,
yang di Bantu oleh seorang Vice President dan General Manager. Masing-masing
staff mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda namun mempunyai
tujuan yang sama yaitu demi kemajuan perusahaan. VICO Indonesia memiliki
management organisai yang dalam pelaksanaanya setiap departemen mendapatkan
pengawasan oleh pihak atasan dengan membagikan kegiatan atas ruang kerja
masing-masing sehingga menyelesaikan pekerjaan dengan efektif dan efesien.
Departemen-departemen yang terdapat di VICO Indonesia :
1. Divisi Badak Asset terdiri dari tiga departemen
 Production coordinating and transmission
 Badak HSE and Training
 Badak operation

2. Divisi Finance terdiri dari dua departemen


 Field Accounting
 Inform and Communication Technology

3. Divisi HR and Service terdiri dari 1 departement


 Field Human Resources

4. Divisi HSES and Op. Support Integrity terdiri dari 5 departemen


 External Relation and Community Development
 Field Heald

8
 Operation Suport Integrity
 Safety and environment

5. Divisi Mutiara asset terdiri dari 3 departemen


 Mutiara HSE and Training
 Mutiara Maintenance
 Mutiara Production

6. Divisi Nilam terdiri dari 3 departement


 Nilam Camp and Service
 Nilam HSE and Training
 Nilam Operation

7. Divisi Supply Chain Management terdiri dari 4 departement


 Construction
 Drilling and Workover
 Operation Support
 Support Project EngineerinG

2.5. Deskripsi Logo VICO INDONESIA

Gambar 1. Logo VICO Indonesia

9
Arti logo VICO INDONESIA :

Bentuk, susunan dan komposisi warna Merah, Hijau, dan Biru yang
proporsional pada sisi kiri dan kanan yang SIMETRIS dan MELENGKUNG
KEATAS menunjukkan KEHARMONISAN dan DINAMIS.
Bentuk Bola Dunia yang berada di tengah, berwarna Hijau muda dikelilingi
oleh logo berbentuk Huruf “V” mencerminkan standar Internasional yang ingin
diraih VICO dan dengan tolak ukur terhadap proses bisnis, bidang-bidang operasi
dan khususnya keselamatan kerja dan lingkungan. Bentuk ini juga menggambarkan
dua tangan yang sedang menopang dunia untuk memberikan perlindungan VICO
Indonesia terhadap planet ini serta komunitasnya.
Simbol “Tetesan” masih nampak namun lebih mencerminkan Gas, dengan
posisi yang terbalik dan transparan. Masih adanya penggambaran tetesan tersebut
menunjukan sejarah tentang prestasi-prestasi yang telah dicapai dan asal mula
VICO Indonesia. Tetapi, simbol ini sekarang menjadi transparan, terbalik dan lebih
mencerminkan gas sebagai produk utama, sumber pendapatan dan kemakmuran
untuk VICO dan pemerintah Indonesia.
Susunan dan posisi warna Merah (paling atas), Hijau (di tengah) dan Biru
(paling bawah) menunjukkan kandungan setiap reservoar dari semua lapangan
produksi VICO INDONESIA, dimana :
 Merah : Gas, sebagai produksi utama VICO.
 Hijau : Minyak, sebagai produksi sekunder VICO.
 Biru : Air, secara alamiah selalu ada disetiap Reservoir

Kata VICO Indonesia


VICO Indonesia memiliki arti tersendiri yang menggambarkan cara kerja
perusahaan itu sendiri, yakni :
1. Vision (Visi)
 Proactive (proaktif)
 Search for New Option (mencari peluang baru)
 Take from Action (mengambil langkah cepat dan tepat)
2. Integrity ( integritas)
 Open and Honest ( transparan dan kejujuran)

10
 Etnical (sikap/perilaku etis)
 Mutual respect and team work ( saling menghargai dan bekerja sama)
3. Commitment (komitmen)
 Trustworthy ( dipercaya)
 Reliable (diandalkan)
 Accountable ( bertanggung jawab)

2.5.1. Visi dan Misi Perusahaan


 Visi Perusahaan
Diakui secara internasional sebagai perusahaan energi yang dapat
diandalkan, dinamis dan kompetitif untuk meningkatkan kemakmuran para pekerja,
masyarakat baik itu masyarakat setempat dan masyarakat luas, pemegang saham
dan pemerintah Indonesia dengan tetap mempertahankan keunggulan di bidang
operasi dan HSE (Health Safety Environmet).

 Misi Perusahaan
VICO INDONESIA akan selalu mengembangkan, menghasilkan dan
mengirimkan gas dan minyak bumi dari Kab. Kutai Kartanegara Prop. Kalimantan
Timur dengan cara yang dapat diandalkan untuk kemakmuran bagi Indonesia dan
pemegang saham melalui:
1. Penerapan teknologi yang tepat guna dan standar HSE Internasional yang
tertinggi
2. Menciptakan lingkungan kerja yang terbaik bagi para professional untuk
mengembangkan potensinya secara maksimal
3. Meningkatkan kualitas hidup bagi semua pihak yang terkait termasuk
masyarakat disekitarnya.
4. Melaksanakan efektifitas biaya melalui perbaikan yang berkesinambungan
di segala proses bisnis.

11
2.5.2. Safety Golden Rules
 Think First
Setiap pekerja wajib memikirkan dengan seksama resiko pekerjaan
yang akan dilakukan dan wajib melakukan perencanaan yang terperinci
sebelum pekerjaan dimulai. Para pekerja juga wajib mengenakan
perlengkapan perlindungan kerja (PPE) dengan benar dan lengkap sehingga
pekerjaan dapat dilakukan dengan baik,aman,tepat waktu dan efisien.
 Stop Immediately
Setiap pekerja wajib menghentikan pekerjaanya yang dianggap dapat
membahayakan dirinya dan orang lain, keputusan ini akan didukung
sepenuhnya oleh pihak manager.
 Report Immediately
Setiap pekerja wajib melaporkan setiap kecelakaan atau hal-hal yang
mendekati kecelakaan. Melaporkan hal-hal berbahaya tersebut berarti
menyelamatkan jiwanya dan jiwa rekan-rekan kerjanya.

12
BAB III

DESKRIPSI UNIT

3.1. Tipe Komplesi

VICO memiliki dua tipe komplesi utama untuk memaksimalkan recovery


pada reservoir multilayer, yaitu coventional well dan monobore well.

3.1.1. Conventional Completion

Tipe komplesi konvensional ini terdiri dari single atau dual completion
maupun single atau dual selective completion yang menggunakan tubing 2-3/8
inch, 2-7/8 inch, maupun 3-1/2 inch. Dalam sebuah casing dapat dipasang dua
tubing (short string dan long string) untuk memungkinkan produksi pada zona yang
berbeda. Sedangkan dalam satu string, zona potensial diproduksikan secara terpisah
dengan memisahkan zona potensial tersebut dengan packer dan valve. Valve dapat
dibuka ketika zona ingin diproduksikan dan akan ditutup jika zona lain akan di
produksikan pada string yang sama.

Gambar 2. Dual Selective Completion

13
3.1.2. Monobore Completion

Monobore atau Dual Monobore merupakan tipe komplesi yang


menggunakan production casing atau tubing (sebagian besar aplikasi menggunakan
production casing 3.5 hingga 4.5 inch) yang langsung disemen. Tipe komplesi ini
tidak menggunakan packer (packerless) sehingga dapat megurangi biaya komplesi,
lebih fleksibel dalam mengakses dan mengisolasi zona potensial tanpa
menggunakan rig (operasi rigless), dan mampu mengurangi biaya dan pemasangan
aksesoris sumur seperti pada tipe komplesi konvensional. Tipe komplesi ini
terbukti dapat mengurangi biaya komplesi US$ 900.000 dibandingkan komplesi
konvensional. Metode alternatif lain digunakan untuk menyesuaikan tipe komplesi
ini seperti metode artificial lift PCTGL. Tipe komplesi ini akan memproduksi zona
mulai dari lapisan yang paling dalam hingga ke atas. Jika suatu zona sudah tidak
ekonomis untuk diproduksikan, maka pengisolasian zona dilakukan dengan
memasang plug.

Gambar 3. Dual Monobore Completion

14
3.2. Surface Facility
3.2.1. Well Head dan Flowline

Well head didesain untuk dapat memonitoring status sumur dan


memastikan sumur dalam keadaan aman serta melindungi dari aliran yang tidak
terkontrol. Well head juga dapat mengontrol aliran fluida (choking). Sedangkan
flowline ialah pipa yang mengalirkan fluida ke fasilitas poduksi selanjutnya.

Gambar 4. Well Head dan Flowline

Skema wellhead dan flowline untuk dual string ditunjukkan oleh Gambar 59.
Beberapa komponen yang terdapat dalam wellhead dan flowline ialah sebagai
berikut.

3.2.1.1 Christmas Tree

Christmas Tree merupakan media yang menghubungkan sumur dengan


flowline yang dapat mengontrol aliran dari sumur. Christmas Tree terdiri dari
berbagai valve, chocke, dan connection. Terdapat empat macam valve pada
christmas tree yaitu swab valve, wing valve, upper master valve, dan lower master
valve. Wing valve menghubungkan well dengan fasilitas produksi. Upper string
terhubung dengan wing valve sebelah kiri dan lower string terhubung dengan wing
valve sebelah kanan. Upper master valve dan lower master valve merupakan valve

15
utama yang mengalirkan fluida dari sumur ke well head. Dalam operasi normal
lower master valve akan terbuka dan upper master valve digunakan untuk mejaga
kondisi sumur tetap aman yang dapat menutup secara otomatis dengan hidraulik
atau pneumatic control system.

Gambar 5. Chrismast Tree

Jumlah valve dan lokasinya pada christmas tree tidak tetap disesuaikan dengan
kebutuhan produksi dan keamanan tiap lapangan. Untuk lapangan high pressure
biasanya membutuhkan dua atau bahkan tiga master valve.

3.2.1.2 Surface Savety Valve (SSV)

Surface Savety Valve (SSV) merupakan valve yang berfungsi menutup


sumur jika terdapat indikasi tekanan berlebih, kebocoran, maupun kerusaka pada
downstream. Peralatan yang mensupport SSV diantaranya pneumatic system dan
SSV control panel.

16
a. b.

c.

Gambar 6. a. SSV, b. Control Panel, c. Pneumatic System

SSV control panel memungkinkan untuk mengatur tekanan SV secara manual.


Indikasi yang telah disebutkan tersebut akan mengaktifkan sistem emergency shut-
down sehingga pasokan tenaganya akan hilang dan SSV akan menutup. SSV dapat
digerakkan secara hidraulic maupun pneumatic. Sistem hidraulic memanfaatkan
tenaga dari cairan seperti oli yang dikompres dengan tekanan tinggi untuk menutup
SSV. Sedangkan sistem penumatic menggunakan gas.

3.2.1.3 Choke

Choke merupakan bagian dari christmas tree yang memiliki bukaan yang
dapat diatur untuk mengontrol aliran dari sumur. Bukaan pada choke
mempengaruhi besarnya pressure drop yang dihasilkan. Untuk sumur yang
memiliki tekanan sangat tinggi, choke diatur memiliki bukaan yang kecil untuk

17
memperbesar pressure drop agar tekanan aliran tidak membahayakan fasilitas
lainnya. Choke terdiri dari dua jenis yaitu fixed choke dan adjustable choke.

a. b.

Gambar 7. a. Fixed Choke, b. Adjustable Choke

Adjustable choke memiliki bukaan yang dapat diatur sedangkan fixed choke
memiliki diameter bukaan yang tetap sehingga untuk mengganti besarnya diameter
perlu dilakukan pembongkaran choke.

3.2.1.4 Corrosion Coupon

Corosion coupon diletakkan dalam flowline untuk mengukur laju korosi


fluida dan gas. Berat lempeng ini ditimbang sebelum dimasukkan ke flowline dan
akan ditimbang setelah periode tertentu untuk mengukur massa lempengan yang
hilang dan menentukan laju korosi,

Gambar 8. Corrosion Coupon

18
3.2.1.5 Valve

Setelah melalui chrismas tree aliran akan masuk ke flowline dan dialirkan
ke manifold. Di sepanjang flowline terdapat berbagai komponen. Test valve
digunakan untuk mengalirkan aliran dari flowline ke well test unit. Gauge Root
Valve ialah valve yang memiliki slot untuk pamasangan pressure gauge dan
temperature gauge yang terhubung langsung ke sistem RTWS. Sedangkan check
valve ialah valve yang digunakan untuk menahan arus balik (back pressure)
sehingga aliran selalu mengarah dari sumur ke separator. Shut down valve ialah
valve yang digunakan untuk memberhentikan aliran ketika keadaan berbahaya
terdeteksi.

3.2.1.6 RTWS (Real Time Well Surveillance)

Perlu adanya monitoring terhadap produksi untuk mengetahui kenaikan


dan penurunan produksi dan penyebab kenaikan datau penurunan produksi tersebut
untu menentukan
treatment selanjutnya terhadap sumur. Untuk mengukur produksi digunakan
beberapa peralatan production test seperti accuflow dan VTU (untuk sumur
dominan liquid) serta flow meter dan barton test (untuk sumur dominan gas). Test
tersebut dilakukan berkala sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan untuk pengukuran
produksi secara real time digunakan RTWS. Real Time Well Surveillance (RTWS)
merupakan peralatan measurement yang digunakan untuk mengukur flow rate gas
secara real time dengan mengukur parameter static pressure, differential pressure,
dan temperatur. RTWS memiliki prinsip mirip dengan barton test. Barton memiliki
orifice plate yang merupakan plat besi dengan diameter tertentu yang digunakan
dalam pengukuran differential pressure pada fluida sebelum dan setelah melewati
plat ini untuk mendapatkan flowrate gas. Orifice plate ini dapat mengukur flowrate
gas secara real time.

19
Gambar 9. Orifice Plate

Barton dan RTWS ini cocok dengan tipe fluida gas dan satu fasa karena jika
terdapat liquid salam alira gas tersebut maka pada pembacaan temperatur akan
mengalami kenaikan karena heat capacity dari liquid lebih besar daripada gas.
Sedangkan pada pembacaan differential pressure, jika fluida bersih dari liquid
maka pembacaan differential pressure akan menunjukkan nilai yang stabil. Jika
terdapat kandungan liquid maka liquid akan memberikan hentakan pada orifice
plate dan akan tampak kenaikan tekanan.

3.2.2. Gathering System

Surface facility pada lapangan VICO dikelola mulai dari perencanaan dan
desain sistem untuk menghasilkan produksi yang optimum sesuai dengan kondisi
well dan permintaan produksi. Dari sumur fluida akan dialirkan ke satelit atau
langsung central plant sesuai
dengan jarak yang ditempuh. Untuk tiap wilayah (central, south dan north)
difasilitasi sistem plant berupa satelit yang kemudian akan dialirkan menuju central
plant. Hal ini dilakukan karena jika aliran langsung dialirkan ke central plant makan
pressure drop akibat friksi akan semakin besar dan aliran mungkin tidak dapat
sampai ke central plant karena lemahnya tekanan.

20
Gambar 10. Sitem Perpipaan VICO

3.2.2.1 Treatment Fluida

Satelit merupakan tempat akumulasi fluida dan didalamnya terjadi proses


separasi dan kompresi. Pemisahan biasanya dilakukan dalam dua tahap yaitu
pemisahan primer dan sekunder. Pada pemisahan primer dilakukan pemisahan
biasa tanpa treatment khusus yaitu menggunakan separator dengan prinsip gravitasi
hingga terjadi separasi antara 3 fluida utama yaitu oil, gas dan water. Dalam
pemisahan primer ini ketiga fluida tersebut tidak sepenuhnya terpisah karena proses
pemisahan yang sederhana sebagai contoh masih ditemui droplet liquid dalam gas.
Hal ini harus ditangani karena untuk kebutuhan kompresi dan permintaan pembeli,
gas harus bersih dari liquid atau tidak basah untuk menaikkan nilai jual. Selain itu
jika dalam proses kompresi ditemui droplet liquid maka akan merusak kompresor
itu sendiri. Ada kandungan air juga membahayakan pada peralatan downstream
dimana pada suhu rendah air dapat membentuk hidrat dan menyumbat pipa.
Separasi sekunder dilakukan untuk memisahkan komponen pengotor pada gas dan
oil seperti komponen C3 C4 C5 C6 dan sebagainya, pemisahan sand, dan
pemisahan sebagian kecil fluida yang terbawa dengan fluida lainnya seperti droplet
air pada gas. Karena jika tidak dipisahkan, komponen C3 dan seterusnya akan
berubah fasa menjadi liquid ketika dikompres dan jika liquid tersebut semakin

21
banyak maka akan memberikan efek yang negatif kepada kompresor seperti banyak
baling-baling atau menggerus dinding kompresor.

Gambar 11. Contoh Alur Pengolahan Fluida Produksi

Setelah dilakukan pemisahan primer dan sekunder dan terpisah dengan kadar
tertentu yang diizinkan, fluida tersebut di treatmen secara terpisah antara gas, oil,
dan water.

3.2.2.1.1 Gas Treatment

Terdapat beberapa sistem pressure pada well yaitu sistem Very Low
Pressure (VLP), Low Pressure (LP), Medium Pressure (MP), dan High Pressure
(HP). Sistem ini merupakan sistem manifold dimana terdapat rangkaian susunan
katup dan pipa yang menjadi menjadi pertemuan dari berbagai flowline dari
beberapa sumur. Ketika tekanan sumur rendah, maka valve pada sistem VLP akan
terbuka dan aliran masuk melalui pipa VLP. Aliran tidak akan bisa mengalir jika
sumur bertekanan rendah dialirkan pada sistem pressure yang tinggi. Range

22
pressure untuk masing – masing sistem pressure ialah sebagai berikut: VLP kurang
dari 100 psi, LP 150 psi, dan MP lebih dari 300 psi.
Aliran gas akan masuk ke separator sesuai dengan sistem tekanan yang
dimilikinya. Sebagai contoh sumur bertekanan rendah akan memasuki sistem
separator VLP. Dalam separator dilakukan pemisahan fasa gas dan liquid. Setelah
gas dipisahkan, gas akan dialirkan ke scrubber yaitu failitas pemisah kotoran,
partikel asing, atau liquid yang tidak diinginkan dari gas untuk melindungi
peralatan downstream. Setelah itu gas akan mengalami proses kompresi dengan
kompresor VLP. Sebelum mengalami kompresi harus dipastikan bahwa gas telah
bersih dari liquid sebab liquid dapat merusak peralatan kompresi gas. Proses
kompresi ini bertujuan mengkompres gas untuk memberikan tekanan agar gas
dapat ditransportasikan ke faslitas produksi selanjutnya maupun ke pembeli.
Setelah gas dari sistem VLP dikompres, gas telah memiliki tekanan yang cukup
untuk memasuki sistem MP yang telah mengalami sistem separasi pada separator
MP. Gas akan memasuki scrubber dan dikompres dengan MP compressor lalu
masuk ke sistem HP. Gas akan memasuki scrubber dan dikompres dengan HP
compressor lalu mengalami pengeringan gas dengan gas dehydration.

a. b.

Gambar 12. a. Scrubber, b. Compressor

Gas dehydration (contactor) merupakan vessel yang digunakan untuk


membersihkan gas dari kadungan air. Proses pengeringan gas ini menggunakan

23
TEG (Triethylene Glycol) untuk menghasilkan gas dengan kandungan air
maksimal 20 ppm pada dew point. Lean glycol akan dipompakan melalui inlet pada
bagian atas sedangkan wet gas akan dipompakan melalui inlet bagian bawah. Gas
akan mengalir ke gas outlet pada bagian atas dan selama pergerakan naiknya gas
akan bertemu dengan glycol yang mengalir ke bawah dan pada saat itulah gycol
menyerap kandungan air pada gas. Gycol yang sudah digunakan akan diproses
lebih lanjut untuk dapat digunakan kembali pada proses selajutnya. Pembersihan

glycol dari air menggunakan reboiler dan dipanaskan hingga 300oF dengan
menguapkan prinsip perbedaan titik didih.

Gambar 13. Gas Dehydration

Gambar 14. Pembersihan Glycol

24
3.2.2.1.2 Water Treatment

Untuk air yang terproduksi maupun hasil pemisahan pada separator gas
akan memasuki skimmer tank. Skimmer ada yang memiliki baffle plate yang
didesain agar droplet minyak dapat saling menumbuk pada baffle plate dan
terakumulasi pada bagian atas lalu terpisah dari air. Gas yang masih terkandung
dalam air akan terpisah melalui mist extractor yang akan dialirkan ke VLP gas
separator. Minyak akan dialirkan ke heater treater dan air akan memasuki break
drum. Selain dari skimmer air juga dapat berasal dari hasil pemisahan air dan water
pada heater treater dan memasuki break drum.

Gambar 15. Skimmer

Break drum merupakan vessel pelepas tekanan. Gas sisa yang terbebaskan dari air
pada break drum ini akan dialirkan ke burning pit sementara water akan diproses
lebih lanjut pada CPI. Corrugated Plate Interceptor merupakan fasilitas pemisah air
dan minyak yang menggunakan plat bergelombang agar droplet minyak dapat
saling menumbuk pada baffle plate dan terakumulasi pada bagian atas lalu terpisah
dari air. Lapisan minyak tumpah dan keluar melalui outlet minyak dan air dialirkan
ke Gas Flotation Unit (GFU) sedangkan kotoran dan sand akan terpisah pada bagian
bawah vessel.

25
Gambar 16. CPI

Gas Flotation Unit (GFU) merupakan fasilitas pemisah minyak dan air dengan
bantuan gas. Metode ini sering digunakan dan paling efektif untuk membersihkan
dan memisahkan minyak residu dan solid dari air produksi sebelum air tersebut
dibuang. Dengan gas flotation pemisahan minyak dari fasa air dapat menurunkan
retention time, dimana ini merupakan hal yang penting dalam proses pemisahan
fluida dengan jumlah yang besar. Pada dasarnya kerja dari gas flotation adalah
mempercepat pemisahan gravitasi antara droplet minyak atau padatan dari air
disposal. Menurut hukum stoke, persamaan pergerakan partikel minyak atau
padatan ke atas di dalam fasa air dapat dituliskan sebagai berikut:

Persamaan diatas menunjukkan bahwa kecepatan droplet minyak atau padatan akan
semakin cepat dengan membesarnya diameter droplet dan membesarnya perbedaan
densitas minyak dan air. Dengan adanya gelembung gas yang menempel pada
butiran atau droplet minyak akan mengurangi densitasnya dan memperbesar
diameter droplet. Maka metoda gas flotation, dalam hal ini, dapat untuk
mempercepat pemisahan minyak dan air. Disamping itu, air yang dipisahkan dapat
lebih bersih untuk memenuhi persyaratan pembuangan air. Gas flotation
memerlukan kondisi dengan tingkat turbulensi rendah agar gelembung gas dapat
menempel ke partikel, memerlukan desain yang tepat untuk mendapatkan ukuran
gelembung gas yang optimum, serta jumlah gas yang optimum yang dimasukkan
ke dalam fasa air agar tidak mengurangi effisiensi pemisahan. Setalh melalui GFU
air akan dialirkan ke API separator.

26
Gambar 17. Gas Flotation Unit

API separator merupakan alat pemisah air dan minyak dengan prinsip gravitasi.
Pada lapangan VICO bagian atas separator ini terbuka sehingga terhubung dengan
tekanan atmosfer yang dapat memicu lepasnya kandungan gas BTX (benzen,
toluene, dan xiluene) dari air. Minyak dari hasil pemisahan ini digabungkan dengan
minyak hasil pemisahan CPI
dan GFU yang kemuadian alirkan ke heater treater. Sedangkan air akan di treatment
lebih jauh dengan dapat meninjeksikannya kembali pada sumur injeksi pada
lapangan Nilam, Badak, dan Semberah atau ada pula yang langsung dibuang ke
alam dengan terlebih dahulu di treatment dengan fenol untuk mengurangi kadar
hidrokarbon yang terdapat pada water seperti yang dilakukan pada lapangan
Mutiara.

3.2.2.1.3 Oil Treatment

Minyak yang diperoleh dari berbagai sumur dibiarkan bercampur dan


tidak terdapat treatmen khusus. Hanya jika ditemui oil berat yang berbentuk gel
maka ditambahkan senyawa kimia bukan untuk memperpendek rantai hidrokarbon
namun hanya untuk merubah fasanya dari gel menjadi liquid agar lebih mudah
dialirkan. Minyak hasil produksi dari sumur akan dialirkan ke oil separator untuk
pemisahan. Setelah itu minyak akan dialirkan ke heater treater untuk diproses lebih
lanjut. Minyak hasil pemisahan dari water handling dan gas handling juga diproses
melalui heater treater.

27
Heater treater ialah fasilitas pemisah yang menambah panas pada
sistem fluida minyak dan air akan dapat memisahkan droplet emulsi yang lebih
kecil dimana proses pemisahan secara gravitasi tidak mampu memisahkannya.
Pada dasarnya pemisahan suatu emulsi sistem water-in-oil yaitu dengan cara
memberikan panas pada aliran minyak tersebut sehingga butiran butiran emulsi
tersebut pecah. Dengan menaikan temperature terhadap fluida yang tidak saling
melarut tersebut (immiscible fluid) akan mempercepat terjadinya benturan
(koalisi). Terjadinya koalisi droplet ini akan mengakibatkan membesarnya ukuran
droplet dan pengendapan (settling) droplet lebih cepat. Jika desain ini dilakukan
dengan baik maka air akan mengendap pada dasar treating vessel karena perbedaan
density.

Gambar 18. Heater Treater

Setelah memasuki heater treater oil akan dialirkan ke degassing boot dimana liquid
ditenpatkan pada low pressure sehingga sebagian besar gas keluar dari liquid. Oil
lalu akan disimpan pada stirage tank sebelum dijual.

3.3. Wireline Well Intervention


Dari setiap tahapan drilling, testing, completion dan produksi, prosedur dan
teknik kerja wireline selalu dipakai dengan ekstensif untuk mendukung kegiatan
work-over, data gathering serta kegiatan operasional lain yang dibutuhkan.
Kegiatan semacam itu termasuk menurunkan dan memanipulasi peralatan kedalam
sumur dengan tujuan – tujuan tertentu, baik selama sumur itu dalam keadaan
produktif atau pada akhir hidup produktifnya (well intervention).

28
Sejalan dengan perkembangan yang pesat dalam industry perminyakan itu
sendiri, teknik dan peralatan wireline modern pun turut berkembang dengan pesat
pula. Pada mulanya sekali, tali tambang dipergunakan sebagai suatu metode untuk
mengukur kedalaman sumur yang dibor, namun tambang ini belum cukup
memuaskan karena adanya kelemahan - kelemahan. Maka lahirlah ide untuk
menggantinya dengan cara mengulur dan menarik semacam alat ukur, terbuat pita
baja yang diberi skala dan pipih (gambar kanan), kedalam sumur dengan
menggunakan gulungan yang digerakkan dengan tangan manusia.
Semakin lama sumur-sumur yang digali (bor) semakin bertambah dalam,
tingkat kesulitan yang timbul bersamaan dengan teknik pengeboran inipun
berdatangan, hingga penggunaan teknik ini tidak aman dan tidak praktis lagi.
Pitapun kemudian digantikan dengan kawat circular (gambar kiri) atau disebut
dengan “measuring line”, yang mempunyai keistimewaan lebih dari sekedar alat
ukur, namun mampu menahan tekanan sumur, ketika melakukan survey pada sumur
yang bertekanan. Measuring line (selanjutnya kita pakai saja istilah “wire”), juga
diberi bertanda skala, dan “measuring wheel” yang dikalibrasi pun sudah
diperkenalkan. “Veeder Root” counter ini sangat mirip dengan yang kita pakai
dewasa ini. Wire ukuran lebih besar pun dibuat dan diperkenalkan untuk
memenuhi kebutuhan seperti untuk mengambil timbunan kotoran dalam sumur
(deposits, debris removal), instalasi dan pencabutan flow control devices. Wire
terbuat dari baja berkualitas pun terus berlanjut hingga menjadi wire modern seperti
dapati sekarang dengan panjang hingga 30,000 ft. dan berdaya tahan tegang sangat
tinggi. Downhole equipment pada dewasa inipun dirancang sesuai dengan daya dan
kemampuan yang diberikan pada wire.
Winch pun berkembang dari yang digerakkan dengan tangan (hal. 28,
gambar kiri bawah) atau dengan roda belakang mobil, hingga menjadi “Skid
Mounted” yang modern, Self-Contained Module, baik dengan tenaga elektrik,
mekanis atau hidrolis, bahkan sekalian diperlengkapi penuh dengan peralatan
wireline dan well head. Wireline biasa dirujuk dengan sejumlah sebutan seperti
Slickline & Wireline.

29
3.4. Wireline Unit
Wireline winch telah mengalami banyak pengembangan sejak mulai
digerakkan dengan tangan, diputar oleh sebuah pulley yang dipasang pada roda
belakang mobil pick-up dihubungkan dengan belt hingga sekarang, ada yang “Skid
Mounted” dan ada pula “Truck Mounted” wireline unit. Pengoperasian wireline
hari ini sangatlah pelik dan banyak tuntutannya dengan semakin bertambah
dalamnya sumur-sumur yang dikerjakan. Sejalan dengan meningkatnya tuntutan
itu, wireline unit modern pun berkembang dengan semakin meningkatnya tenaga
dengan kemudahan mobilisasi, sementara itu tetap tunduk pada ketentuan
keamanan dan keselamatan yang berlaku.
Peruntukan wireline wich adalah untuk menurunkan alat wireline kedalam
sumur dan atau membawanya atau mengambilnya kembali kepermukaan, pada
sumur yang memrlukan jasa pelayanannya. Wireline winch terdiri dari komponen-
komponen utama seperti:
• Reel Pack / Wireline Drum,
• Alat control,
• Power pack.
Reel Pack bisa terdiri dari single drum (S/D) atau double drum (D/D). Pada
D/D memberikan failitas untuk pemakaian dua ukuran wire 0.108” disatu drum dan
braided line 3/16 pada drum lainnya, ada juga dengan 0.108” disatu drum dan mono
conductor cable (electric line) 7/32” pada drum lainnya. Measuring Head sebagai
bagian dari drum disertakan disini dan dirancang sesuai dengan ukuran dan jenis
wire.
Power Pack sebagai penggerak tenaga hidrolik dibangkitkan oleh mesin
bertenaga diesel. Sebagian ada juga dengan tenaga listrik. (Kita akan diskusikan
secara khusus pada bagian tersendiri nanti tentang kedua power pack ini). Tenaga
hidrolik untuk mendukung reel pack yang terisi dengan wire yang sangat panjang,
haruslah memadai untuk menopang kegiatan jarring action, yang kadang berlama
lama. Konstruksinya harus kompak untuk pemakaian offshore, dan memenuhi
ketentuan untuk pemakaian daerah (zoning) berbahaya (hazardous area). Power
pack dan winch kadang dibangun dalam satu skid , disebut single atau one piece
unit, dan ada yang terpisah yang memerlukan hydraulic hose untuk

30
menghubungkannya. Terlepas dari bagaimana unit-unit itu dirancang, pada
dasarnya memiliki kesamaan yang lazim dalam hal alat controlnya. Beberapa
intrumentasi bisa ditambahkan demi kenyamanan pengoperasiannya, akan tetapi
tergantung pada tipe unit yang dipakai.
Alat control dan instrumen yang lazim:
• Drum brake (rem) - agar drum dapat stasioner atau ketika dipakai untuk
jarring.
• Tuas Pengarah (direction lever) - untuk memilh kearah mana putaran drum
yang dikehendaki.
• Gear Box (persnelling) - untuk memilih kecepatan putaran drum yang
dikehendaki (kebanyakannya 4 persnelling).
• Weight Indicator - untuk mengukur tegangan pada wire, dan terakhir
• Counter /Odometer - untuk mengetahui dimana keberadaan alat wireline
didalam sumur, atau kedalaman.
Wireline unit juga banyak yang dilengkapi dengan fasilitas “spool-off
device” untuk mengganti wire lama dengan yang baru, atau untuk menarik putusan
wire yang telah dapat terpancing keluar dari sumur. Alat ini digerakkan dengan
tenaga hidrolik.

31
BAB IV
TUGAS KHUSUS

4.1. Gambaran Umum Tugas Khusus

 Optimasi Produksi

Optimasi produksi merupakan cara-cara yang dilakukan untuk


meningkatkan produksi. Lapangan pada daerah operasional VICO telah mature
karena sudah berproduksi sekitar 30 tahun lebih. Kemampuan reservoir untuk
memproduksi minyak dan gas sudah mulai menurun, hal ini dikarenakan
turunnya tekanan reservoir maupun masalah masalah produksi. Agar produksi
minyak dan gas tidak mengalami decline secara cepat perlu suatu penanganan
maupun peralatan tambahan. Di VICO sendiri terdapat dua cara yaitu melalui
deliquification serta artificial lift.

 Workover & Well Intervention (WWI)

Tujuan utama dari workover dan well Intervention pada sumur minyak
atau gas adalah untuk melaksanakan program perawatan sumur, reparasi
sumur, pengambilan sample dan untuk mengoptimalkan produksi suatu sumur,
perbaikan sumur dll.

4.1.1. Gas Production Optimization (Deliquification)

Saat ini sebagian besar produksi gas lapangan VICO menemuin reservoir
yang sudah sangat depleted dengan tekanan bottom hole berkisar 2 sampai 3 ppg
sehingga tekanan permukaan yang sangat rendah dibutuhkan untuk dapat
memproduksikan reservoir. Banyak sumur yang mengalami masalah liquid loading
walaupun sistem kompresi Very Low Pressure (VLP) telah diterapkan. Liquid
loading berhubungan dengan velocity dari gas dan liquid dalam tubing yang
dipengaruhi oleh jumlah liquid yang terbawa bersama gas, ukuran tubing, tekanan
permukaan, dan rate produksi. Peristiwa liquid loading sering terjadi pada sumur

32
gas. Pada kondisi awal saat sumur masih mangalir secara natural, gas memiliki
kecepatan yang cukup untuk membawa liquid ke permukaan (mist flow pattern)
sehingga back pressure yang dihasilkan dari efek gravitasi kolom fluida sangat
kecil. Namun seiring penurunan tekanan reservoir karena produksi (depletion),
kecepatan alir gas juga menurun. Ketika kecepatan gas mencapai titik kritisnya
(kecepatan minimum gas agar mampu membawa droplet liquid) atau bahkan di
bawah titik kritisnya maka flow pattern mulai berubah menjadi annular atau slug
yang membuat droplet liquid mengalami fall back dan mulai terakumulasi pada
dasar sumur. Akumulasi liquid pada lubang sumur ini akan menaikkan tekanan
bottom hole dan membuat tekanan drawdown semakin kecil. Semakin banyak
akumulasi liquid pada sumur akan semakin menaikkan gradien tekanan pada sumur
dan dapat menurunkan atau bahkan menghentikan aliran gas dari reservoir ke
bottom hole.

Liquid loading dapat diidentifikasi melalui gradien tekanan yang lebih tinggi
pada daerah terakumulasinya kondensat (Gambar 19). Produksi gas akan terhenti
secara tiba-tiba saat tekanan hidrostatis dari liquid pada dasar sumur melebihi
tekanan formasi sehingga terjadi penurunan flowrate gas yang drastis. Setelah itu
tekanan reservoir akan terbuild up seperti sedang dishut-in dan jika tekanan
reservoir telah melebihi tekanan hidrostatik liquid maka akan terjadi kick dan gas
dapat terproduksi kembali. Selain itu peristiwa liquid load up juga dapat
diindikasikan dengan kecepatan alir gas di bawah kecepatan kritik (menurut
persamaan Turner dan Coelman).

33
Gambar 19. Grafik Pembacaan Gradient Tekanan

Gambar 20. Proses Liquid Loading

Dalam menangani masalah ini teknik Gas Well Deliquification digunakan


untuk mengangkat air dan kondensat yang terbentuk dalam lubang bor ketika

34
memproduksikan sumur gas. Deliquification dilakukan dengan beberapa prinsip
diantaranya mengurangi tekanan well head untuk mengurangi abandonment
pressure, meremove akumulasi liquid yang terbentuk pada dasar sumur, dan
memperkecil inside diameter tubing agar dapat menaikkan kecepatan alir gas untuk
mencegah peristiwa liquid load up. Teknik deliquification yang digunakan
diantaranya Well Reactivation, Capillary String, Well Head Compressor, Velocity
String, Cyclic Well dan Plunger Lift.

4.1.1.1 Well Head Compressor

Sistem kompresor VLP yang telah diterapkan sudah menurunkan tekanan


well head serendah mungkin namun belum cukup untuk reservoir yang sudah
sangat depleted. Well Head Compressor menjadi salah satu alternatif tambahan
untuk menurunkan tekanan well head untuk menjaga sumur tetap mengalir. Prinsip
dari metode ini ialah membuat tekanan well head serendah mungkin dengan
meletakkan sistem kompresi (yang memiliki suction pressure yang lebih rendah)
sedekat mungkin dengan well head sehingga dapat mengurangi abandonment
pressure. Konsiderasi dalam menggunakan metode ini ialah ukuran WHC yang
diusahakan seminimal mungkin untuk memudahkan pemindahannya antar sumur.
Tiap unit kompresor menangani 0.3 – 0.9 MMscf dengan total 20 MMscf.
Penambahan rate tiap sumur sebesar 0.2 – 0.4 MMscf gas dari reservoir dengan
tekanan 300 – 1000 psi.

Gambar 21. Well Head Compressor

35
4.1.1.2 Reactivation to Burning Pit

Reactivation to Burning Pit merupakan salah satu metode yang digunakan


untuk menurunkan tekanan well head dengan langsung membuka sumur ke tekanan
atmosfer. Gas yang keluar dari sumur kemudian di bakar agar tidak mencemari
lingkungan. Metode ini digunakan untuk reservoir yang sudah sangat depleted agar
sumur masih tetap dapat mengalir.

Gambar 22. Reactivation to Burning Pit


4.1.1.3 Cyclic Well

Cyclic well merupakan metode yang memproduksikan gas dari sumur


secara berkala. Dalam selang waktu tertentu sumur akan dimatikan untuk memicu
pressure build up sehingga sumur memiliki tekanan yang cukup tinggi untuk
menghasilkan flowrate yang tidak memicu liquid load-up.

4.1.1.4 Capillary Strings

Capillary String merupakan teknik yang menggunakan tubing 1/4 inch


yang dipasang di dalam sumur untuk memompakan foaming agent-liquid soap atau
surfactant. Di permukaan foaming agent ditempatkan dalam storage tank dan di
pompakan dengan chemical injection pump melalui capillary string ke dalam sumur
dan disemprotkan dengan nozzle. Chemical fluid tersebut akan bercampur dengan
produksi fluida dan membentuk emulsi antara gas dan liquid yang akan
menurunkan surface tension dan densitas fluida sehingga critical gas rate lebih
rendah dan memungkinkan sumur untuk memproduksi gas pada rate yang lebih

36
rendah. Capillary string merupakan coiled tubing 1/4 inch yang elastis. Injector
head digunakan untuk menaikkan dan menurunkan capillary string. Sedangkan
injector valve digunakan untuk mencegah backpressure sehingga foaming agent
tetap dapat mengalir keluar capillary string.

Gambar 23. Capillary String Equipment


Perlu dilakukan seleksi terhadap chemical agent yang akan diinjeksikan ke sumur.
Pemilihan jenis chemical tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

- Salinitas : semakin tinggi salinitas height dan halflife time foam akan berkurang.
- Temperatur : semakin tinggi temperatur foam height akan berkurang.
- Bacteria : efek dari chemical terhadap bacteria perlu diamati untuk mencegah
reaksi merugikan dalam reservoir.

Dalam memilih chemical perlu dilakukan uji lab kecocokan foaming agent terhadap
parameter tesebut agar didapatkan height dan half life time dari foam yang
optimum.

Hasil dari penerapan metode capillary string pada sumur dengan produksi rata-rata
0.85 MMscf dapat meningkatkan produksi hingga 2 MMscf. Namun masalah yang
dapat timbul dalam injeksi foaming agent ialah foam carryover serta treatment
terhadap emulsi yang terbentuk.

37
4.1.1.5 Plunger Lift

Plunger lift ialah metode untuk mengangkat fluida yang terakumulasi pada
dasar sumur dengan memanfaatkan energi dari sumur itu sendiri. Plunger lift
menggunakan plunger yang dapat bergerak naik turun dalam sumur untuk
membawa fluida ke permukaan. Surface equipment terdiri dari lubricator (rod dan
spring), plunger lift controller, magnetic sensor, dan solar panel sebagai power
suply. Sedangkan downhole equipment terdiri dari plunger dan bumper spring.

Dalam operasinya, terdapat dua periode yaitu periode shut in dan flow
(periode unload dan flow). Two-piece plunger digunakan untuk mengefisiensikan
operasi selama periode shut in yang dapat meminimalkan waktu plunger jatuh
melawan aliran. Periode shut in dimulai ketika silinder piston jatuh ke dasar sumur,
dimampatkan oleh ball dan membentuk seal. Dengan tekanan reservoir yang sudah
di build up saat periode shut in, ball dan silinder piston terangkat dengan liquid
pada bagian atas silinder dan diunload (periode unload). Sampai di permukaan rod
mendorong bola jatuh sehingga seal terbuka dan gas mengalir melalui plunger yang
masih tertahan oleh tekanan gas (periode flow). Periode ini akan berulang
tergantung pengaturan pada control valve. Proses unload liquid ini akan
mengurangi back pressure ke resevoir dan sumur akan lebih mudah
memproduksikan gas.

Gambar 24. Plunger Lift

38
Plunger lift sangat baik diterapkan pada sumur yang memliki inside
diameter yang memungkinkan plunger bergerak bebas pada sumur. Namun
sebagian sumur pada lapangan VICO tidak cocok dengan metode ini karena adanya
perubahan inside diameter karena aksesoris komplesi sehingga penerapan metode
ini terbatas hanya pada beberapa sumur.

4.1.1.6 Velocity String

Velocity string digunakan dengan memperkecil ukuran tubing untuk


menurunkan kecepatan kritik. Ukuran tubing diperkecil dengan menginstal coil
tubing 1.75 inch ke dalam sumur sehingga produksi melalui coil tubing maupun
anulus. Coil tubing tersebut biasanya menggunakan plug keramik untuk dapat tahan
terhadap tekanan aliran fluida pada sumur.

4.1.2. Oil Production Optimization

VICO Indonesia memproduksi sebagian besar gas pada lima lapangan


utama yaitu Badak, Nilam, Semberah, Mutiara, dan Pamaguan. Namun saat sudah
mulai dikembangkan produksi minyak dari lapangan yang potensial. Pada Gambar
87 terlihat produksi minyak ditemui pada lapangan Mutiara dan Pamaguan.
Pengembangan produksi minyak ini bertujuan memaksimalkan oil recovery dari
lapangan yang sudah ada. Penentuan pengembangan minyak ini didasarkan pada
dat reservoir dan produksi dengan melihat nilai IOIP yang besar (lebih dari 0.1
MMSTB) dan Recovery Factor yang masih kecil (RF sekitar 28%).

Gambar 25. Lapangan minyak dan Gas VICO Indonesia

39
Strategi pegembangan minyak di lapangan VICO difokuskan pada metode Rigless
(PCTGL dan drilling new well) dan New technology.

4.1.2.1 Permanent Coil Tubing Gas Lift (PCTGL)

Untuk memaksimalkan recovery, berbagai metode dilakukan untuk


memproduksi minyak. Kontribusi produksi minyak salah satunya didapatkan dari
produksi hasil perforasi baru zona minyak pada sumur yang telah ada maupun
membor sumur baru dengan operasi rigless. Sedangkan untuk memaksimalkan
produksi dilakukan pengangkatan buatan dengan Permanent Coil Tubing Gas Lift.
Permanent Coil Tubing Gas Lift merupakan metode injeksi gas lift melalui coil
tubing yang dipasang secara permanen untuk mengangkat minyak dalam lubang
sumur. Metode artificial lift ini menyesuaikan tipe komplesi monobore atau dual
monobore yang tidak cocok menggunakan gas lift secara konvensional karena tidak
memiliki side pocket mandrel atau gas lift valve serta tidak memiliki annulus untuk
menginjeksikan gas sehingga injeksi gas dilakukan menggunakan coil tubing.

Gambar 26. Aplikasi PCTGL

Rangkaian PCTGL ini terdiri dari coil tubing 1.5 inch dan BHA (CT connector,
nipple, check valve, centralizer dan nozzle). Coil tubing connector digunakan untuk
menghubungkan coil tubing dengan BHA, check valve digunakan untuk mencegah

40
backflow dari annulus ke coil tubing, centralizer digunakan untuk menjaga posisi
BHA tetap di tengah lubang sumur untuk efisiensi arlift, dan nozzle untuk
mensirkulasikan gas injeksi ke annulus (Gambar 89).

Gambar 27. BHA dari PTGL

Dalam menggunakan PCTGL, penentuan kedalaman injeksi dan tekanan injeksi


dilakukan seperti pada metode gas lift konvensional. Pada dasarnya PCTGL
menurunkan gradient tekanan fluida dengan injeksi gas dan semakin dalam injeksi
gas maka semakin mudah oil untuk terangkat. Semakin dalam injeksi maka
semakin besar pula tekanan yang dibutuhkan untuk mendorong gas melawan
tekanan formasi namun tekanan maksimum injeksi dibatasi oleh maximum casing
pressure. Perlu diingat bahwa di bawah titik injeksi, gradien tekanan fluida belum
berubah dan di atas titik injeksi gradien tekanan oil menjadi lebih kecil seiring
adanya gas yang diinjeksikan. Kedalaman injeksi minimal merupakan perpotongan
gradien tekanan fluida yang telah diinjeksi gas dengan gradien tekanan fluida
sebelum diinjeksi gas. Jika titik injeksi dilakukan terlalu dangkal maka tekanan
bottom hole dapat menyamai atau bahkan lebih dari tekanan reservoir yang justru
membuat tidak adanya drawdown pressure dan fluida tidak mengalir.

41
4.2. Workover & Well Intervention (WWI)

4.2.1. Pekerjaan Workover & Well Intervention


Hampir semua sumur minyak dan gas yang diproduksikan makin lama
menjadi makin tidak efisien disebabkan oleh beberapa sebab misalnya problema
mekanis dari suatu sumur atau karena adanya penurunan kemampuan daripada
reservoir minyak atau gas selama sumur diproduksikan. Untuk melakukan
pekerjaan workover dan well service agar dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien maka peralatan yang digunakan disesuaikan dengan kegunaannya.
Pada umumnya pekerjaan workover merupakan pekerjaan yang agak berat,
memerlukan biaya yang besar, menyertakan bagian servis yang lain serta waktu
yang agak lama. Pada dasarnya workover menggunkan rigless dalam menunjang
kegiatan workover, tapi pada VICO kegiatan workover sudah jarang dilakukan,
hanya kegiatan well intervention saja.
Pekerjaan well service atau well intervention biasanya suatu pekerjaan yang
rutin seperti mencabut peralatan dibawah tanah yang rusak, membersihkan kotoran
atau endapan didasar sumur, mengganti peralatan yang rusak dan menghidupkan
kembali sumur tersebut kegiatan ini tidak membutuhkan rig seperti pada workover,
biasanya kegiatan ini membutuhkan unit slickline, unit electric line, unit coiled
tubing, unit nitrogen dll.

4.2.2. Workover Well Intervention Unit


Workover Well Intervention pada VICO biasa dibagi menjadi 4 unit dengan
kegunaan masing masing, yaitu Slick Line Unit, Electric line unit, Coil Tubing
Unit, dan juga Nitrogen Unit.

4.2.2.1 Slickline
Slickline merupakan peralatan untuk melakukan intervensi terhadap sumur
yang menggunakan diameter kawat yang kecil. Dalam melakukan pekerjaannya
slick line tidak mampu berputar, hanya naik turun saja, dan slickline tidak
menghasilkan data real time. Maka dari itu pekerjaan dari slick line terbatas,namun
pekerjaan yang dilakukan dengan slick line unit merupakan pekerjaan dasar untuk

42
melakukan intervensi sumur yang lebih jauh atau sering disebut prework.

Gambar 28. Slickline Unit

4.2.2.1.1 Operasi – operasi slickline unit


1. Prework (Tubing Clear) Samberah - 107
Operasi ini merupakan salah satu operasi dasar karena selalu
dilakukan pada saat awal untuk melakukan intervensi lebih lanjut,
misalnya dalam perforasi. Tujuan dari operasi ini adalah agar alat
selanjutnya untuk melakukan intervensi sumur dapat benar – benar
melewati tubing (tidak ada restriksi) dan mencapai target kedalaman.
Alat yang digunakan untuk melakukan operasi ini adalah Gauge Cutter
atau Tubing Gauge yang berguna untuk mengetahui diameter aman
peralatan selanjutnya bisa diturunkan. Dan untuk memastikan panjang
rangkaian yang aman bisa melalui tubing kita menurunkan alat yaitu
riggid dummy.

2. BHP Survey Samberah - 107


BHP (Bottom Hole Pressure) survey adalah pengukuran tekanan
dasar sumur dan temperature sumur dengan menggunakan alat memory
gauge. Prinsip kerja dsri BHP survey yaitu melakukan pengukuran
tekanan dan temperature dengan menurunkan alat electric memory
recorder (EMR) ke dalam lubang sumur dan mencatat data tekanan dan
temperatur tiap per kedalaman lubang sumur.

43
a b

Gambar 29. a. EMR b. Hasil data BHP Survey

4.2.2.1.2 Bagian-bagian Slickline Unit


Peralatan slick line meliputi peralatan di permukaan dan bawah
permukaan. Peralatan slick line bisa dibagi menjadi beberapa perangkat utama
yaitu, power pack, winch, Pressure Control Equipment, dan tool string equipment.
Berikut penulis akan membahas mengenai bagian – bagian slick line unit.

1. Power Pack
Merupakan bagian yang memberikan tenaga dalam pengoperasian
alat – alat. Power pack menggunakan mesin diesel untuk memberikan
tenaga hidrolik dengan hydraullic oil dengan SGE 10 untuk memutarkan
drum pada slick line sehingga drum dapat berputar sehingga kawat dapat
ditarik dan diulur.

Gambar 30. Power Pack

44
2. Winch Slickline Unit
Komponen dasar dari winch adalah drum besar yang digunakan
sebagai gulungan kawat slick line. Drum ini dapat berputar karena
adanya tenaga dari power pack melalui gear box sehingga kawat dapat
masuk ke dalam sumur dan dapat ditarik kembali. Winch unit dilengkapi
dengan pengukur kedalaman dan pengukur beban sehingga operator
mengetahui beban pada kawat dan juga kedalaman yang ditempuh. Pada
pengukur kedalaman, kedalaman nol ditunjukkan saat alat yang paling
bawah berada tepat pada tubing hanger. Saat itu, operator membuat
penunjuk kedalaman menjadi nol. Fungsi indikator berat adalah untuk
menunjukkan beban yang dirasakan oleh kawat sehingga operator harus
menjaga agar beban yang dialami tidak melebihi kemampuan kawat.
Selain itu, dari indikator berat operator dapat mengetahui apakah ada
halangan atau gesekan pada lubang dan perubahan fluida yang dilewati
(permukaan gas/fluida). Jika saat masuk ke dalam sumur indikator berat
menunjukkan beban berkurang dari biasanya, dapat diperkirakan bahwa
ada halangan untuk masuk sehingga bebannya berkurang. Hal – hal yang
perlu diperhatikan adalah sudut antar kawat yang terbentuk pada hay
pulley harus 90°, karena sistem inidikalibrasi untuk sudut 90°. Jika tidak,
maka ketelitiannya berkurang.

Gambar 31. Winch slick line unit


3. Pressure Contol Equipment ( PCE )
Pressure control equipment merupakan hal yang sangat penting dalam
setiap unit operasi intervensi sumur. PCE adalah perlengkapan di
permukaan yang berfungsi untuk menjaga tekanan selama operasi
berlangsung. Saat PCE terpasang, swab valve pada christmast tree dibuka

45
sehingga tekanan ditahan oleh PCE. PCE pada slick line terdiri dari
stuffing box, lubricator, quick union, blow out preventer (BOP), dan tree
connection.

Gambar 32. Pressure Control Equipment slick line unit

 Stuffing box
Stuffing box terdiri dari bagian – bagian yang fungsi utamanya
adalah mencegah kebocoran fluida dengan menyekat daerah di sekitar
kawat. Pada bagian stuffing box terdapat plunger yang akan menekan
bottom gland secara otomatis sehingga packing akan terjepit dan
menutup stuffing box apabila line putus dan terpaksa keluar dari packing
sehingga jika ada fluida tidak bocor. Dengan adanya plunger ini, sumur
akan terisolasi sampai BOP atau swab valve tertutup untuk melindungi
sumur. Packing berada di tengah stuffing box. Packing berfungsi untuk
menggenggam kawat saat operasi berlangsung.

Gambar 33. Stuffing Box

46
 Lubricator

Lubricator merupakan batang – batang seperti pipa yang dirangkai


dibawah stuffing box. Panjang lubricator harus sesuai dengan panjang
rangkaian yang akan masuk ke dalam sumur. Selain itu diameternya pun
harus diperhatikan agar terdapat clearance yang cukup. Jika tidak tepat,
rangkaian alat di dalam dapat tertekan keluar akibat adanya tekanan besar
dari dalam sumur dan lubricator tidak dapat menangani. Tekanan kerja
lubricator harus sama atau lebih tinggi dari pipa dimana alat
dioperasikan. Dapat disimpulkan bahwa pemilihan lubricator ditentukan
oleh faktor – faktor seperti panjang peralatan, diameter alat, dan tekanan
kepala sumur.
Untuk pemasangan alat – alat yang akan dimasukkan ke sumur,
lubricator dilepas dari hubungannya dengan BOP. Terlebih dulu swab
valve pada christmast tree ditutup lalu tekanan di dalam lubricator
dibuang melalui bleed off valve. Setelah itu lubricator dibuka dan alat –
alat yang akan dioperasikan disambungkan dengan tool string dasar yang
berada di dalam lubricator. Setelah penyambungan selesai, lubricator
disambungkan lagi dan swab valve dibuka lagi untuk menyamakan
tekanan dalam lubricator dengan tekanan dalam sumur.

Gambar 34. Lubricator

 Quick union
Quick union merupakan alat penyambung rangkaian lubricator.
Quick union terdiri dari 3 bagian, yaitu box, pin, dan collar. Jika tekanan

47
masuk ke dalam lubricator, seal yang terdapat di pin akan ditekan ke arah
dinding boxnya agar bisa menahan tekanan.

Gambar 35. Quick Union

 Blow out preventer ( BOP )


BOP pada slickline adalah berupa rubber yang mana akan menahan
tekanan jika terjadi blow out terdiri dari inner dan outer. Mengencangkan
BOP dengan cara memutar bagian kanan dan kiri dan harus sesuai
banyaknya putaran antara kanan dan kiri, dilakukan secara manual
penutupan BOP tersebut.

Gambar 36. Blow Out Preventer


4. Slickline tool string
Tool string merupakan peralatan yang diturunkan ke dalam sumur,
String standard slickline terdiri dari rope socket, stem, jar, dan knuckle
joint kemudian running tool atau pulling tool dengan fungsi masing
masing.

48
Gambar 37. Susunan tool sring slick line

 Rope socket
Rope Socket merupakan tempat ikatan kawat slick line. Rope socket
kemudian disambungkan dengan alat – alat dibawahnya sehingga kawat
dapat menarik ataupun menurunkan alat ke dalam sumur. Badan rope
socket dilengkapi dengan external fishing neck agar mudah dipancing
bila kawat putus.

Gambar 38. Rope Socket

 Stem
Stem adalah alat yang digunakan untuk memberi berat pada tool
string agar dapat membantu sewaktu jarring serta memperberat alat untuk

49
terus meluncur ke dalam sumur. Pemilihan stem harus memperhatikan
berat yang diperlukan untuk memberi tumbukan.

Gambar 39. Stem

 Jar
Jar berfungsi memberikan efek sentakan pada suatu operasi yang
memerlukan tenaga hentak ke bawah atau ke atas (jar down & jar up).

Gambar 40. Jar

 Knuckle joint
Alat yang digunakan untuk memberikan fleksibilitas pada tool string
khususnya untuk sumur yang berdeviasi. Maksimal elevasi yang
memungkinkan adalah 15º. Knuckle joint biasanya dipasang setiap 5 ft.

50
Gambar 41. Knuckle Joint

 Running / pulling tool


Running tool merupakan alat yang digunakan untuk menempatkan
peralatan, misal lock mandrell, di dalam sumur. Pulling tool digunakan
untuk mencabut peralatan dari dalam sumur. Pada pulling tool, bagian
bawahnya dibuat agar dapat menarik alat yang akan dicabut. Alat yang
akan dicabut mempunyai fishing neck yang berbeda-beda sehingga
pulling tool yang tersedia pun berbeda macamnya. Fishing neck bertipe
external dan internal. Jika ingin menarik alat yang bertipe external
fishing neck dapat menggunakan pulling tool RB atau SB. Sedangkan
untuk tipe internal fishing neck dapat menggunakan pulling tool GS. Bila
dalam operasi pencabutan alat terjadi kemacetan dan tidak bisa ditarik,
pulling tool dapat dilepaskan dari fishing neck alat. Hal ini dikarenakan
setiap pulling tool telah didisain seperti ini. Mekanisme melepaskannya
dapat dengan jar down atau jar up.

Gambar 42. Pulling Tool

51
 Gauge Cutter ( GC )
Tool ini adalah yang pertama kali diturunkan saat well intervention.
Fungsi utama alat ini adalah untuk memastikan bahwa tubing bersih (
tidak ada restriksi ) sehingga alat yang akan digunakan untuk intervensi
sumur selanjutnya dapat masuk dan mencapai target kedalaman.

Gambar 43. Gauge Cutter

 Impression Block ( IB )
Merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui benda apa yang
ada di dalam sumur yang menghalangi alat untuk dapat masuk ke
kedalaman tertentu, atau menggambarkan bentuk dari alat yang terjatuh
atau stuck sehingga kita mengetahui plant untuk mengangkat fish
tersebut. Bagian bawah impression block terbuat dari timah sehingga
dapat mencetak bentuk dari benda yang ada di bawah. Saat operasi
fishing, alat ini diturunkan saat awal sehingga dapat diketahui alat yang
akan dicabut. Bisa juga untuk mengetahui level fluida karena permukaan
bawahnya yang datar.

Gambar 44. Impression Block

52
 Swaging

Merupakan alat yang berguna untuk memperbaiki tubing yang


collapse, dengan cara memberi hentakan agar memperbaiki tubing yang
collapse, berbentuk seperti pin boling.

Gambar 45. Swaging

 Riggid Dummy

Merupakan alat yang digunakan sebagai tubing clear yaitu dalam hal
panjang dan diameter. Sehingga alat selanjutnya yang akan dimasukkan
aman dari stuck, contohnya saja alat perforasi bisa diturunkan setelah
melakukan tubing clear menggunakan riggid dummy. Riggid dummy
ibarat duplikat bagi peralatan selanjutnya yang akan di turunkan.

Gambar 46. Riggid Dummy


4.2.2.2 Coiled Tubing Unit (CTU)
Coiled tubing merupakan alat intervensi sumur dengan string berupa pipa
bersambung yang fleksibel dan dapat digulung. Inner diameter dari coiled tubing
yang digunakan ada yang sama, ada yang berubah – ubah (tappered).

53
Gambar 47. Coiled Tubing Unit

4.2.2.2.1 Operasi- operasi CTU


1. Unload Flow Badak - 10
Suatu proses dimana pengangkatan liquid yang ada pada tubing
diangkat ke surface dengan bantuan Nitrogen yang diinjeksikan melalui
coiled tubing, tujuan dari program ini adalah untuk membersihkan tubing
dari liquid sehingga bisa selanjutnya melakuakan perforasi.
2. Squeeze Cementing
Penyemenan ini dilakukan bertujuan untuk mengisoalasi lubang
perforasi yang pernah ditembak karena sudah tidak produktif lagi
sehingga ditutup dan membuat lubang perforasi baru.
3. Acidizing
Acidizing adalah suatu proses pengasaman yang bertujuan antara
lain adalah untuk melarutkan matriks yang mengganggu permeabilitas
batauan, membuat rekahan baru pada formasi sehingga hidrocarbon bisa
mengalir ke sumur, dana juga sebagai perawatan sumur yaitu
menhilangkan scale ataupun parafin yang ada pada dinding sumur.
4. Perforasi
Perforasi adalah suatu upaya mengkoneksikan sumur dengan
formasi dengan cara menembakkan gun ke formasi hingga sumur dan
formasi saling terhubung. Biasanya perforasi dilakukan menggunkan
unit Electric line, tetapi pada horizontal well perforasi sering
menggunakan coiled tubing unit karena sifat coiled yang fleksibel
sehingga bisa menjangkau zona horizontal.

54
4.2.2.2.2 Bagian-bagian CTU
1. Winch Unit
Unit ini berfungsi untuk menarik ulur coiled tubing, terdapat control
room pada winch guna mengatur coiled tubing dan juga melihat
parameter parameter yang dicontrol.

Gambar 48. Winch Unit


2. Blow Out Preventer
Fungsi utama dari alat ini adalah untuk menjaga agar tidak terjadi
blow out, atau menutup sumur apabila terjadi blow out, menahan tekanan
dari sumur.

Gambar 49. Blow Out Preventer


3. Tool String
Merupakan peralatan peralatan yang paling awal dan dikoneksikan
dengan rangkaian coiled tubing, terdiri dari, check valve yaitu valve yang
dibuat satu arah sehingga tidak ada arus balik, hydrolic disconnect yaitu
alat yang terkoneksi dengan coiled tubing alat ini dapat melepas sewaktu
waktu jika dibutuhkan, strike bar untuk memberi gaya lurus pada

55
rangkaian, dan nozzle yang menghadap keatas guna tempat keluarnya
fluida yang diinjeksikan.

4.2.2.3 Nitrogen Unit


Nitrogen unit adalah suatu unit yang terdiri dari tanki nitrogen liquid,
converter, dan pompa yang biasanya digunakan untuk proses push down maupun
unload, mengapa menggunakan Nitrogen karena nitrogen tidak mudah terbakar,
aman, dan banyak terdapat di bumi.

Gambar 50. Nitrogen Unit


4.2.2.3.1 Operasi-operasi Nitogen Unit
1. Unload Badak - 10
Unload adalah suatau proses dimana pengangkatan liquid yang ada
pada tubing diangkat ke surface dengan Nitrogen, tujuan dari program
ini adalah untuk membersihkan tubing dari liquid sehingga bisa
selanjutnya melakuakan perforasi. Biasanya proses unload ini dibantu
oleh coiled tubing unit sebagai perantara nitrogen masuk ke zona yang
ditentukan.

4.2.2.3.2 Bagian-bagian Nitrogen Unit:


1. Tanki Nitrogen
Tanki berisi nitrogen liquid sebagai penampung nitrogen yang akan
diinjeksikan, pada tanki juga terdapat parameter perbedaan tekanan
sehingga kita dapat mengetahui berapa penggunaan nitrogen yang
terpakai untuk melaksanakan suatu program.

56
Gambar 51. Tangki Nitrogen
2. Converter
Converter adalah suatu alat perubahan fasa dimana nitrogen liquid
dari tangki dirubah menjadi gas. Converter ini berbentuk spiral.
3. Compressor
Compressor berguna untuk mendorong gas nitrogen masuk ke dalam
sumur melalui flow line.

Gambar 52. Compressor


4. Flow Line
Sebagai jalan gas nitrogen dari compressor menuju sumur. Sebelum
meakukan push down terlebih dahulu kita melakuka test untuk
mengetahui bahwa flow line yang dipasang tidak mengalami kebocoran.

4.2.2.4 Electric Line Unit (E-Line)


Electric line digunakan pada operasi intervensi sumur yang membutuhkan
data real time dan jika akan menggunakan alat yang membutuhkan arus agar dapat
bekerja, misal pada perforasi. Kawat electric line diameternya lebih besar
dibandingkan dengan slick line karena kawatnya terdiri dari lebih satu kawat
(armor) yang dianyam dan terdapat konduktor di dalamnya sehingga dapat
menghantarkan listrik.

57
Gambar 53. Electric Line Unit
4.2.2.4.1 Operasi-operasi E-Line
1. Perforasi Badak - 214
Tujuan dari perforasi adalah membuat komunikasi antara sumur
dengan formasi yang mengandung hidrokarbon sehingga gas atau
minyak dapat mengalir ke permukaan melalui lubang sumur. Perforasi
dapat dilakukan dengan kondisi sumur overbalance maupun
underbalance. Overbalance adalah kondisi dimana tekanan lubang sumur
(Pwellbore) lebih besar dibandingkan tekanan formasi (Pf), sedangkan
underbalance adalah kondisi dimana tekanan lubang sumur (Pwellbore)
lebih kecil dibandingkan tekanan formasi (Pf). Kondisi yang umumnya
diciptakan saat perforasi adalah kondisi underbalance karena mengacu
pada prinsip fluida yang mengalir dari tekanan lebih besar ke tekanan
lebih rendah, Pressure didapat dari Nitrogen yang diinjeksikan dan
menjaga tekanan sumur agar menghasilkan kondisi yang underbalance.
Pada wellservice, perforasi dikelompokan menjadi dua tipe yaitu initial
perforation dan additional perforation. Initial perforation adalah perforasi
saat awal, yaitu setelah sumur baru selesai komplesi, belum ada aliran
produksi sebelumnya. Additional perforation adalah perforasi yang
bertujuan untuk meningkatkan produksi sumur. Alat yang digunakan
dalam perforasi adalah gun. Terdiri dari stripped gun dan spiral atau
casing gun. Perbedaannya dari kedua jenis gun itu adalah jika stripped
gun hanya menembak ke satu arah sedangkan casing gun menembak ke
segala arah. Susunan tool string untuk melakukan perforasi yaitu rope
socket, weight bar, stabilizer, Magnetic Orienting Tool, Detonator, dan

58
stripped gun atau casing gun.

Gambar 54. Tool String Perforation

 Rope Socket
Merupakan suatu alat yang berfungsi menghubungkan kawat
Electric Line dengan tool string yang sedang di turunkan. Sama halnya
pada Slick Line Unit, hanya saja pada rope socket Electric Line terdapat
kabel kabel yang harus diatur agar dapat mengalirkan arus listrilk.
 Stabilizer
Fungsi alat ini adalah untuk menstabilkan rangkaian string, agar
sejajar tetap ditengah tengah dari lubang bor.

Gambar 55. Stabilizer

 Magnetic Orienting Tool


Alat ini berfungsi untuk membaca kandungan besi, alat ini berputar
sehingga akan menunjukkan grafik dibagian tertentu jika mengandung
besi maka grafik akan naik dan apabila tidak ada kandungan besi maka
grafik akan turun. Pada sumur VICO sering terdapat jenis komplesi dual
string, sehingga alat ini sangat penting agar menjaga ketika perforasi kita
tidak melakukan kesalahan arah dalam menembak gun.

59
Gambar 56. Magnetic Orienting Tool

 Detonator
Alat ini berfungsi sebagai sumber ledakan, arus listrik dari surface
sampai ke detonator dan detonator akan memberi ledakan hingga
mengalir ke rangkaian dibawahnya. Sebelum diturunkan detonator
dikalibrasi terlebih dahulu, dipastikan apakah alat ini berfungsi atau
tidak, sehingga apabila sudah diturunkan ke bawah tidak terjadi
kegagalan ledakan.

Gambar 57. Detonator

 Stripped Gun
Merupakan tempat yang berisi peledak, jadi alat inilah yang
memberi ledakan dan menembakan ke formasi hingga berlubang.
Stripped gun terdiri dari primacord yaitu sumbu< jadi sumbu ini
meneruskan sumber ledakan pada detonator menuju charge. Charge
ibarat peluru yang mengandung bahan peledak, aliran dari detonator
kemudian ke primacord kemudian meledakkan charge yang berisi
peledak yang akan menembus formasi.

60
Gambar 58. Stripped Gun

2. PBMS Badak - 214


Reservoir saturation analisi program ini bertujuan sebagai penilaian
formasi. Dengan alat bernama PBMS alat ini diturunkan ke sumur
dengan menggunakan unit E-line sehingga perekaman formasi dapat
dilihat secara real time. Alat ini akan membaca membaca Saturation
water dengan melihat dari Gamma Ray, Casing Collar Locator,
Temperature, Pressure, Porositas dll. Dengan menggunakan mode sigma
dengan satuan cu skala 60 - 0, gas skala 12 – 0, jadi pada mode ini alat
dapat membaca apakah itu gas atau liquid tetapi kelemahannya dia tidak
mengetahui liquid tersebut oil atau water. Power pada bagian bawah
untuk memberikan tenaga 14.000.000 elektron volt menyebarkan
minitron (yaitu tempat dari neutron) sehingga neutron terpancarkan.
Neutron hanya boleh diaktifkan ketika sudah pada zona yg ditentukan,
apabila diaktifkan dipermukaan dapat menyebabkan radiasi hingga jarak
70m. Metode IC mode ini biasanya dilakukan setelah mode sigma,
karena mode IC dapat membaca apakah liquid tersebut oil atau water,
dan mode sigma sebagai pembanding untuk mode IC.

Gambar 59. PBMS tool

61
4.2.2.4.2 Bagian-bagian E-Line
1. Power Pack dan Winch
Fungsi power pack dan winch pada electric line sama dengan slick
line. Power pack berfungsi sebagai pemberi tenaga untuk drum electric
line, dan pada winch terdapat drum electric line dan cabin untuk operator
dan engineer.

Gambar 60. Power Pack dan Winch

2. Pressure Control Equipment


Fungsi utama pressure control equipment setiap means sama, yaitu
untuk menjaga tekanan dari dalam sumur selama operasi berlangsung.
Namun rangkaian PCE pada setiap unit berbeda. Rangkaian PCE
biasanya terdiri dari stuffing box, lubricator, dan Blow Out Preventer.

Gambar 61. Pressure Control Equipment E-Line

62
BAB V
KESIMPULAN

1. VICO Indonesia yang sebelumnya dikenal dengan nama HUFFCO, yang


didirikan pada tahun 1958 oleh Roy M.Huffington. Nama HUFFCO sendiri
berasal dari singkatan Huffington Companies yang merupakan nama dari
pemilik perusahaan tersebut.
2. VICO Indonesia merupakan perusahaan penghasil minyak dan gas bumi
dengan sistem kontrak kerja dimana sebagian besar produksinya merupakan
gas alam.
3. Area produksi VICO Indonesia terbagi ke dalam empat tempat yaitu : Badak,
Semberah, Nilam, dan Mutiara.
4. Perkembangan sistem komplesi dari sistem konvensional ke sistem monobore
memberikan dampak yang signifikan. Monobore merupakan alternatif
komplesi yang saat ini banyak diaplikasikan pada lapangan VICO karena lebih
efektif dan ekonomis.
5. Optimasi produksi merupakan cara-cara yang dilakukan untuk
mengoptimalkan produksi sumur minyak dan gas melalui deliquification dan
juga pemasangan artificial lift.
6. Metode deliquification untuk mengatasi liquid loading yaitu dengan cara:
capillary string, plunger lift, well blowdown.
7. Capillary string menggunakan surfactant untuk membuat liquid dapat terangkat
ke permukaan.
8. Plunger lift menggunakan plunger dengan energy build sumur agar liquid dapat
terangkat kepermukaan.
9. Reactivation to Burning Pit merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk menurunkan tekanan well head dengan langsung membuka sumur ke
tekanan atmosfer.
10. Artificial lift merupakan peralatan tambahan bertujuan untuk membantu
produksi suatu sumur, yang digunakan antara lain: Well head compressor, dan
permanent coiled tubing gas lift.

63
11. Well Head Compressor bertujuan menurunkan tekanan pada well head
seminimal mungkin agar diferintial pressure meningkat, kemudian menaikkan
pressure outlet agar hidrokarbon tetap dapat mengalir hingga di plant.
12. Permanent Coiled Tubing Gas Lift dengan cara menginjeksikan gas bertekanan
tinggi melalui coiled tubing yang dipasang secara permanen agar densitas
minyak menurun sehingga minyak terangkat ke permukaan.
13. Pada kondisi lapangan yang sudah sangat depleted, deliquification dilakukan
untuk mengoptimalkan produksi terutama pada sumur gas. Sedangkan pada
sumur minyak dilakukan artificial lift dengan metode PCTGL yang terbukti
dapat meningkatkan rate produksi.
14. Well Service atau well intervention merupakan upaya upaya untuk merawat
sumur, memperbaiki, serta mengatasi masalah masalah yang ada.
15. Slick line merupakan suatu unit well service menggunakan tali baja untuk
menaikkan dan menurunkan peralatan service.
16. Coiled Tubing unit merupakan suatu unit well service dengan menggunakan
coiled tubing.
17. Nitrogen unit merupakan unit well service dimana dalam penggunaannya untuk
unload maupun push down dengan cara menginjeksikan Nitrogen ke dalam
sumur.
18. Electric Line merupakan suatu unit yang hampir sama dengan Slick Line,
perbedaannya adalah E-line memiliki arus listrik pada kawat baja yang
dirangkai dengan konduktor didalamnya, sehingga dapat memberikan
informasi bawah permukaan secara real time.

64

Anda mungkin juga menyukai