Oleh :
Melia
061430401228
Mengetahui Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia Pembimbing,
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek di
PT. Pupuk Sriwidjaja. Adapun tugas khusus dalam Kerja Praktek di Pertamina RU-
III berjudul Evaluasi Kinerja Mole Sieve Adsorber di Nitrogen Plant Unit
Utilities Power Station II.
Laporan kerja praktek ini merupakan salah satu syarat kelulusan dari Mata
Kuliah Kerja Praktek Program Studi Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya.
Laporan kerja praktek ini disusun sebagai syarat kelulusan dari mata kuliah kerja
praktek yang merupakan salah satu rangkaian Tugas Akhir bagi mahasiswa
Program Studi Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya. Laporan ini didasarkan
pada orientasi dan tugas khusus selama pelaksanaan kerja praktek di Utilities Unit
PT. Pertamina pada tanggal 1 Juli 1 September 2016. Dengan ini penyusun
sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungan selama pelaksanakan kerja praktek ini. Terima kasih di
sampaiakn kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya.
2. Kedua orang Tua beserta seluruh keluarga yang telah memberikan semangat
dan dukungannya.
3. Bapak Dr. Ing. Ahmad Taqwa, M.T., selaku Direktur Politeknik Negeri
Sriwijaya.
4. Bapak Carlos RS, S.T., M.T., selaku Pembantu Direktur I Politeknik Negeri
Sriwijaya.
5. Bapak Adi Syakdani, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya.
6. Bapak Ahmad Zikri, S.T., M.T., selaku Sekretaris Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya.
7. Ibu Anerasari Meidinariasty, B.Eng., M.Si. selaku Dosen Pembimbing
Kerja Praktek.
8. General Manager PT. Pertamina (Persero) RU-III Plaju-Sungai Gerong.
i
9. Unit Manager HR PT. Pertamina (Persero) RU-III Plaju-Sungai Gerong.
10. Production Manager PT. Pertamina (Persero) RU-III Plaju-Sungai Gerong.
11. Officer HR. BP. RU III. PT. Pertamina (Persero)
12. Bapak Ikwan Rosadi, selaku Utilities Section Head PT. Pertamina (Persero)
RU-III Plaju-Sungai Gerong.
13. PPTL&U Senior Supervisor PT. Pertamina (Persero) RU-III Plaju-Sungai
Gerong.
14. Auxiliaries Senior Supervisor PT. Pertamina (Persero) RU-III Plaju-Sungai
Gerong.
15. Bapak Ibnu Muzammil, selaku penghubung Kerja Praktek di PT.Pertamina
(Persero) RU-III Plaju-Sungai Gerong.
16. Bapak Iskandar dan Bapak Djamhari Effendy, selaku pembimbing di PT.
Pertamina (Persero) RU-III Plaju-Sungai Gerong yang senantiasa
memberikan bimbingan, arahan dan bantuannya dalam penyelesaian
Laporan Kerja Praktek ini.
17. Bapak Darsid, Bapak Darmansyah, Bapak Fikri, Kak Tri Julianto, Kak
Akbar, dan Kak Jaya yang telah berbagi pengalaman dengan penulis.
18. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu selama kerja
praktek di PT. Pertamina.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sejarah PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju Sungai Gerong .............. 3
Tabel 2. Luas Wilayah Pertamina ........................................................................... 4
Tabel 3. Umpan Unit Primary Process .................................................................. 14
Tabel 4. Umpan Unit Secondary Process .............................................................. 14
Tabel 5. Sistem Pengelolaan Limbah .................................................................... 33
Tabel 6. Komposisi Udara Ambient...................................................................... 37
Tabel 7. Penggolongan Adsorben Berdasarkan Kemampuan Menyerap Air ....... 40
Tabel 8. Penggolongan Adsorben Berdasarkan Ukuran Pori................................ 44
Tabel 9. Penanganan Impurities ............................................................................ 44
Tabel 10. Extra Sample Laboratorium .................................................................. 55
Tabel 11. Data Operasional MS. Adsorber ........................................................... 56
Tabel 12. Nilai Efisiensi Adsorbsi dari Bulan Juli-Agustus ................................. 57
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
126,2 MBSD
3. Refinery Unit IV Cilacap, Jawa Tengah dengan kapasitas 348 MBSD
4. Refinery Unit V Balikpapan, Kalimantan Timur dengan kapasitas 260 MBSD
5. Refinery Unit VI Balongan, Jawa Barat dengan kapasitas 125 MBSD
6. Refinery Unit VII Kasim, Papua Barat dengan kapasitas 9,5 MBSD
Pada tahun 1973, kedua kilang ini mengalami proses integrasi. Kedua kilang
ini dikenal dengan sebutan Kilang Musi. Kilang ini berada di bawah pengawasan
PT. Pertamina RU III dan bertanggung jawab dalam pengadaan BBM (Bahan Bakar
Minyak) untuk wilayah Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung. Selain
proses integrasi tersebut, RU III telah melakukan beberapa modifikasi yang secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.
Untuk lebih jelasnya lokasi PT. Pertamina (Persero) RU III dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :
Unit-unit yang bergabung dalam Unit Produksi adalah CD & GP, CD & L,
Utilities, dan ITP (Instalasi Tangki dan Pengapalan). CD & GP dan CD & L
8
1.4 Pemasaran
13
14
2. Avtur
Avtur merupakan bahan bakar untuk pesawat turbin. Avtur berwarna kuning
muda. Avtur dihasilkan dari unit gas plant dengan kapsitas produksi 1,67
MBCD.
4. Kerosin
Kerosin atau yang bisa dikenal dengan sebutan minyak tanah merupakan bahan
bakar keperluan rumah tangga. Kerosin berwarna kuning muda.Kerosin
dihasilkan dari unit crude distiller. Kapasitas produksi kerosinpada refinery unit-
III adalah sebesar 14,33 MBCD.Kerosin merupakan hasil blending LKD dan
HKD.
18
8. Racing Fuel
Racing Fuel merupakan bahan bakar untuk kendaraan balap yang diproduksi
oleh PT.Pertamina. Racing Fuel memiliki bilangan oktan sangat tinggi yakni
100. Harga bahan bakar ini juga sangat mahal yakni mencapai Rp. 75.000 per
liter.
1. LPG
LPG atau Liquified Petroleum Gas merupakan bahan bakar yang biasa
digunakan untuk keperluan rumah tangga (kompor gas). LPG merupakan
campuran dari propaneee dan butane. LPG dihasilkan dari unit gas plant dengan
kapasitas produksi 3,75 MBCD.
19
2. SBPX, LAWS
SBPX dan low aromat white spirit (LAWS) merupakan produk pelarut yang
banyak digunakan di industri kimia, seperti industri cat. SBPX adalah produk
dari unit Stab C/A/B, sedangkan LAWS adalah produk dari unit GP.
3. LSWR
LSWR adalah bahan bakar yang biasa digunakan untuk industri kimia. LSWR
adalah produk dari RFCCU.
4. Musi Cool
Musi Cool merupakan produk yang dikembangkan dan hanya dihasilkan oleh
refinery unit-III. Musi Cool merupakan alternatif pengganti refrigerant, bersifat
ramah lingkungan yakni tidak merusak lapisan ozone. Refrigerant ini juga lebih
efisien dibanding refrigerant konvensional yakni dapat menghemat penggunaan
refrigeran sebesar 70%. Musi Cool terdiri dari tiga macam varian yakni
propaneee murni, isobutane murni, dan campuran propanee-isobutan. Jenis
musicool yang dipasarkan yakni MC-12 yang menggantikan R-12, MC-22 yang
menggantikan R-22, MC-134 yang menggantikan R-134, dan MC-600.
1. Film grade (PF), sebagai bahan baku plastik pembungkus makanan, pakaian,dll
2. Yarn grade (PY), sebagai bahan baku plastik filamen, seperti tali, jaring, karpet,
tekstil, dll.
3. Injection molding grade, sebagai bahan baku plastik untuk peralatan rumah
tangga, parts dari mesin, dll.
Non-standard grade, merupakan plastik yang tidak memenuhi spesifikasi
standar yang ditentukan.
20
- Listrik dari Gas Turbine Generator (GTG) dan steam turbine yang digunakan
untuk kebutuhan pabrik, perkantoran, perumahan, dan dijual ke PLN.
- Udara kempa (udara bertekanan) sebagai bahan Instrument air, plant air, dan
N2 Plant.
2. Seksi Pusat Pembangkit Tenaga Listrik dan Uap (PPTL&U) terdiri dari :
a. Package Boiler
b. WHRU (Waste Heat Recovery Unit)
c. Gas Turbin
21
d. Secure Power
e. Compressor
f. Nitrogen Plant
g. Air Plant
Gambar 7. Blok Diagram Unit Operasi Utilitas
22
23
agitator
talang
air jernih
mixing zone
sling
endapan floc
pengaduk scrapper
sludge
alum
10 - 20 m
Untuk lebih jelas, diagram alir sederhana dari unit Demineralization Plant
ditunjukkan pada gambar dibawah ini:
Treated water
Demin plant menggunakan resin penukar ion berupa polimer stirena dan
divinil benzena (DVB). Treated water dari clear well dilewatkan pada activated
carbon filter, air dapat digunakan sebagai air minum. Selanjutnya, air dilewatkan
pada cation exchanger, di mana terjadi pertukaran ion Na+, Ca2+, Mg2+ dengan H
dari resin sehingga menghasilkan air yang bersifat asam. Selanjutnya, air
dilewatkan pada anion exchanger, di mana terjadi pertukaran antara ion negatif
dengan ion OH dari resin. Sebagai tahap terakhir, air dilewatkan melalui mixed bed.
Reaksi yang terjadi pada ketiga penukar ion adalah:
Setelah digunakan berulang kali, penukar ion akan menjadi jenuh sehingga
perlu di regenerasi. Tujuan regenerasi dalah untuk menghilangkan ion garam yang
ada pada resin. Regenerasi penukar kation menggunakan larutan asam sulfat,
sedangkan regenerasi penukar anion menggunakan larutan caustic.
27
2.4.2 Unit Pusat Pembangkit Tenaga Listrik dan Uap (PPTL & U)
2.4.2.1 Boiler
Uap air merupakan gas yang timbul akibat perubahan fase cair menjadi uap
dengan cara pendidihan (boiling). Untuk melakukan proses pendidihan diperlukan
energi panas yang diperoleh dari sumber panas, misalnya dari pembakaran bahan
bakar (padat, cai, dan gas), tenaga listrik dan gas panas sebagai sisa proses kimia
serta tenaga nuklir.
Sudah puluhan lamanya manusia melakukan proses persebusan (boiling) air
menjadi uap air, tetapi baru dua abad ini ditemukan bagaimana cara
mempergunakan uap untuk kebutuhan yaitu dengan diciptakannya boiler. Boiler
28
menghasilkan uap dan uap yang dihasilkan ini dapat digunakan untuk
membangkitkan listrik, menggerakkan turbin, kompresor maupun turbin pompa,
juga sebagai pemanas dan sebagainya.
Boiler merupakan peralatan yang digunakan untuk memanaskan air sampai
menjadi uap pada tekanan dan temperatur yang dikehendaki melalui proses
pemindhan panas, dalam hal ini proses pembakaran bahan bakar baik dalam bentuk
cair, gas maupun padat (Iskandar,2005). Sistem boiler terdiri dari : sistem air
umpan, sistem steam, dan sistem bahan bakar. Sistem air umpan menyediakan air
untuk boiler secar otomatis sesuai dengan kebutuhan steam. Sistem steam
mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan
melaui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan steam
diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem
bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan
bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan
dalam sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada
sistem . Boiler terdiri dari dua komponen utama yaitu :(Nuchan,2008)
1. Dapur (furnace), sebagai alat untuk mengubah energi kimia menjadi energi
panas.
2. Alat penguap (evaporator) yang mengubah energi pembakaran (energi panas)
menjadi energi potensial uap.
Kedua komponen tersebut memungkinkan boiler untuk dapat digunakan dalam
proses. Komponen penunjang lainnya adalah :
1. Cerobong asap dengan sistem tarikan gas asapnya, memungkinkan dapur
berfungsi secara efektif.
2. Sistem perpipaan, seperti pipa api pada boiler pipa api, pipa air pada boiler
pipa air memungkinkna sistem penghantaran kalor yang efektif antara nyala
api atau gas panas dengan air boiler.
3. Sistem pemanas uap lanjut, sistem pemanas udara pembakaran serta sistem
pemansa air pengisi boiler berfungsi sebagai alat untuk menaikan efisiensi
boiler.
29
4. Steam drum, komponen ini merupakan tempat penampungan air panas dan
pembangkitan steam. Steam measih bersifat jenuh (saturated steam).
5. Economizer, komponen ini merupakan tempat ruangan pemanas yang
digunakan untuk memanaskan air dari air yang terkondensadi dari sistem
sebelumny maupun air umpan baru.
Selama beroperasi, nyala api burner (flame) tidak diperbolehkan mengenai
dinding tube atau dinding tahan api (fire brick). Jadi pemanasan yang terjadi adalah
pemanasan tidak langsung (radiasi), hal ini dapat dicapai dengan mengatur aliran
udara pembakaran yang masuk dan aliran gas hasil pembakaran.
Uap yang dihasilkan dipanaskna lagi melalui superheater untuk mendapatkan uap
kering yang disebut juga dengan Main Steam. Main Steam inilah yang merupakan
uap yang akan digunakan untuk keperluan proses suatu industri seperti penggerak
turbin, generator turbin, kompresor maupun turbin pompa, juga sebagai pemanas
ataupun fungsi fungsi lainnya.
Steam digunakan sebagai pemanas, penggerak (driver), dan pelucutan
oksigen secara fisika pada deaerator. Hingga saat ini, PT Pertamina UP-III memiliki
dua macam boiler yakni packed boiler yang menggunakan bahan bakar gas dan
Waste Heart Recovery Unit (WHRU) yang memanfaatkan panas gas cerobong.
Steam yang dihasilkan adalah steam bertekanan 42 kg/cm2g (high pressure atau HP)
dan steam bertekanan 15 kg/cm2g (medium pressure atau MP). Jenis pembangkit
steam yang terdapat dalam unit adalah:
1. Packed boiler berjumlah dua buah, masing-masing berkapasitas 50 ton/jam.
BFW berasal dari demin plaju, dengan produk HP steam. Pada Packed boiler ini,
terdapat 10 burner tip yang posisinya melingkar dan menggunakan bahan bakar
fuel gas, dengan tekanan bahan bakar 3,5 kg/cm2g.
2. Kettle boiler berjumlah sembilan buah, dengan kapasitas total 373 ton/jam. BFW
berasal dari WTP Plaju, dengan produk MP steam. Bahan bakar yang digunakan
adalah fuel oil.
3. WHRU berjumlah tiga buah, masing-masing berkapasitas 68 ton/jam. WHRU
memanfaatkan panas yang dihasilkan oleh turbin gas. Gas panas keluaran turbin
30
2.4.2.2 Compressor
Unit ini berfungsi untuk menghailkan umpan nitrogen plant, instrument air,
dan plant air dengan cara menekan udara. Unit ini menggunakan Compressor multi
tahap dan multi-shaft speed. Kompressor yang dimiliki unit udara kempa berjumlah
enam buah dengan kapasitas total produksinya adalah sebesar 26,100 Nm3/jam dan
tekanan operasi kurang lebih 8.5 kg/cm2g. Air plant menghasilkan tiga jenis udara
tekan untuk keperluan yang berbeda, yaitu antara lain:
1. Service air, yaitu udara yang digunakan untuk keperluan pembersihan peralatan
proses.
2. Instrument air, yaitu udara yang digunakan sebagai penggerak elemen
pengendali akhir, seperti untuk pengaturan bukaan kerangan. Udara instrumen
harus memilki kandungan uap air yang rendah sehingga sebelum digunakan,
udara harus dikeringkan terlebih dahulu dan uap air yang terkandung diabsorpsi
dengan menggunakan silika gel.
3. Umpan nitrogen plant, berupa service air.
2.4.2.4 N2 Plant
Unit ini berfungsi untuk menghasilkan nitrogen fasa cair dan gas dengan
umpan yang berasal dari udara bertekanan. Kapasitas desain Nitrogen Plant ini
adalah 336 Nm3/jam untuk nitrogen cair dan 1650 Nm3/jam untuk gas nitrogen.
Proses produksi nitrogen pada unit ini adalah dengan distilasi cryogenic untuk
memisahkan nitrogrn dari uadara. Kemurnian nitrogen yang dihasilkan mencapai
99,9 %.
Udara bertekanan dialirkan menuju refrigerant compressor, kemudian
didinginkan didalam air chiller menggunakan media freon yang telah didinginkan
terlebih dahulu dalam kondensor. Setelah itu, udara dingin dialirkan menuju air
separator unutk memisahkan kandungan air dalam udara. Udara dari air separator
dimasukkan ke unit MS absorber untuk menyingkirkan impurities yang masih
terdapat dalam udara, lalu dialirkan menuju unit pemisah yang bertemperatur
rendah. Udara didinginkan mendekati temperatur pencairan, lalu dialirkan ke
bawah nitrogen column untuk memisahkan nitrogen dan oksigen. Nitrogen murni
akan menjadi produk atas, sedangkan nitrogen yang mengandung oksigen cair akan
menjadi produk bawah. Proses pemisahan tersebut dilakukan pada tekanan 8,4
kg/cm2g dan temperatur -176C.
2. Limbah Gas
Fuel Gas dari pembakaran di furnace I, boiler
Buangan gas dari gas turbin
Flare
LPG Markapan Injection
Tangki Asam Asetat
3. Limbah Padat
Coke
Oil Sludge ex Tankage
Dissolved Air Flotation Sludge
Catalust spent
Separator sludge
direncanakan sejak awal dan sedini mungkin. Pengelolahan limbah cair terbagi
dalam l;
Pengelolahan limbah cair kilang minyak dapat dilakukan dengan system dan
dilihat pada Tabel 5. berikut.
Pemisahan minyak dan air atas dasar perbedaan kerapatan atau gravitasi
(physical treatment) untuk oil trap, API separator dan CPI Separator. Dikilang
Plaju/Sungai Gerong dikenal dengan nama Oil Catcher/Oil Separator. Sebelum
air buangan tersebut mengalir sewer existing dan selanjutnya dibuang kesungai
melalui oil cather, air buangan yang mengandung minyak dialirkan ke CPI
(Corrugated Plate Interceptor) yang sudah terpasang di CDU.
Pada CPI minyak yang terkandung di oil water tersebut dipisahkan oleh
skimmer, kemudian dialirkan ke oil sump. Minyak yang telah terpisah
dipompakan ke tangki slop oil untuk diolah kembali.
34
Reaksi : CO + O2 CO2
b. Slop secara fisik berbentuk cair, tetapi tidak mempunyai spesifikasi dan sifat
fisis yang tetap sehingga dapat dinilai sebagai minyak kotor, sehingga pada
batas-batas tertentu dapat diproses ulang.
BAB III
TUGAS KHUSUS
3.1 Judul
Evaluasi Kinerja Mole Sieve Adsorber di Nitrogen Plant Unit Utilities Power
Station II.
35
36
3.3 Tujuan
1. Untuk melakukan evaluasi kinerja MS. Adsorber dengan cara melakukan
perhitungan efisiensinya MS. Adsorber.
2. Menentukan faktor-faktor yang menjadi penyebab berkurangnya daya serap
MS. Adsorber selama proses adsorbsi.
3.4 Manfaat
1. Dapat menghitung nilai effisiensi MS. Adsorber di Nitrogen Plant Utilities
Unit PS II .
2. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab berkurangnya daya serap
MS. Adsorber selama proses adsorbsi.
pada kulit luarnya, maka campuran bervalensi tiga. Nitrogen murni adalah suatu
gas dwiatom tanpa warna, tidak reaktif pada suhu kamar, dan tidak berbau. Cairan
nitrogen sering disebut dengan Cryogen. Molekul nitrogen di udara tidak reaktif,
tetapi secara biologi dapat diubah secara perlahan-lahan, bermanfaat bagi beberapa
organisme hidup, khususnya bakteri tertentu. Kemampuan untuk meng-
kombinasikan nitrogen adalah kunci dari industri kimia modern.
Di dalam komposisi umum pada udara, kandungan nitrogen merupakan
terbesar dengan 4/5 bagian di dalam udara. Berikut merupakan komposisi yang
utama di dalam udara :
Nitrogen : Mempunyai 4/5 bagian dari udara dengan prosentase 78,11%
volume dan mempunyai titik didih (boiling point) -196C atau -321F
didalam tekanan atmospheric.
Oksigen : Mempunyai 1/5 bagian dari udara dengan prosentase 20,96%
volume dan mempunyai titik didih (boiling point) -183C atau -297F
didalam tekanan atmospheric.
Argon : Mempunyai 1/100 bagian dari udara dengan prosentase 0,93%
volume dan mempunyai titik didih (boiling point) -186C atau -303F
didalam tekanan atmospheric.
Kandungan udara yang lainnya merupakan gas-gas yang jarang ditemui dan
dianggap sebagai impurities, antara lain Neon, Helium, Krypton, Carbon dioksida,
Hydrokarbon (Acetylene, dll) gas-gas tersebut sangat kecil kandungannya di dalam
udara. Tabel di bawah ini menjelaskan tentang komposisi udara ambient.
1. Adsorbsi Fisik
Adsorbsi fisik adalah adsorbsi yang terjadi akibat gaya interaksi tarik-
menarik antara molekul adsorben dengan molekul adsorbat. Adsorbsi ini
melibatkan gaya-gaya Van der Wals (sebagai kondensasi uap). Jenis ini cocok
untuk proses adsorbsi yang membutuhkan proses regenerasi karena zat yang
teradsorbsi tidak larut dalam adsorben tapi hanya sampai permukaan saja.
2. Adsorbsi Kimia
Adsorbsi kimia adalah adsorbsi yang terjadi akibat interaksi kimia antara
molekul adsorben dengan molekul adsorbat. Proses ini pada umumnya
menurunkan kapasitas dari adsorben karena gaya adhesinya yang kuat
sehingga proses ini tidak reversibel.
39
3.6.4 Adsorben
Adsorben adalah suatu senyawa yang dapat menyerap/mengikat zat lain yang
diinginkan. Adsorbat adalah zat atau senyawa yang terserap hanya pada permukan
luar dari pori-pori. Kebanyakan zat pengadsorbsi atau adsorben adalah bahan-bahan
yang sangat berpori, dan adsorbsi berlangsung terutama pada dinding-dinding pori
atau pada daerah tertentu di dalam partikel itu. Karena pori-pori adsorben biasanya
sangat kecil maka luas permukaan dalamnya menjadi beberapa kali lebih besar dari
permukaan luar. Adsorben yang telah jenuh dapat diregenerasi agar dapat
digunakan kembali untuk proses adsorbsi.
Suatu adsorben dipandang sebagai suatu adsorben yang baik untuk adsorbsi
dilihat dari sisi waktu. Lama operasi terbagi menjadi dua, yaitu waktu penyerapan
hingga komposisi diinginkan dan waktu regenerasi adsorben. Makin cepat dua
variabel tersebut, berarti makin baik unjuk kerja adsorben tersebut.
Adsorben Organik
Adsorben organik adalah adsorben yang berasal dari bahan-bahan yang
mengandung pati. Adsorben ini sudah mulai digunakan sejak tahun 1979
untuk mengeringkan berbagai macam senyawa. Beberapa tumbuhan yang
biasa digunakan untuk adsorben diantaranya adalah singkong, jagung, dan
gandum. Kelemahan dari adsorben ini adalah sangat bergantung pada
kualitas tumbuhan yang akan dijadikan adsorben.
Adsorben Anorganik
Adsorben anorganik mulai dipakai pada awal abad ke-20. Dalam
perkembangannya, pemakaian dan jenis dari adsorben ini semakin banyak
dipakai orang. Penggunaan adsorben ini dipilih karena berasal dari bahan-
bahan non pangan, sehingga tidak terpengaruh oleh ketersediaan pangan dan
kualitasnya cenderung sama.
Contoh adsorben anorganik antara lain :
a. Molecular sieve
Molecular sieve adalah adsorben pertama yang digunakan secara
komersial. Senyawa ini merupakan unit material dari logam alumino silikat
yang terhubung secara tiga dimensi dengan kristal silika dan alumina
tetrahedral. Adsorben ini memiliki pori-pori kecil / halus dimana ukurannya
sudah sangat terstandarisasi dan seragam. Pori-pori tersebut dapat dengan
41
b. Silica Gel
Silica Gel ini merupakan senyawa buatan yang komposisi kimianya
sebagian besar SiO2 . Ciri-ciri adsorben ini yaitu keras, berisi butir kecil,
sangat berpori, mudah diregenerasi, dan efisiensinya tinggi. Terbuat dari
presipitasi gel dengan ditambahkan asam dari larutan sodium silikat dan
biasa digunakan untuk dehidrasi dalam fasa uap. Gambar silica gel dapat
dilihat pada gambar 13.
43
c. Ceramic Ball
Keramik bola juga dikenal sebagai komponen pendukung yang
sangat penting dalam proses pengolahan gas dan industri petrokimia.
Keramik bola juga dikenal sebagai inert ball dan media katalis dukungan.
Hal ini umumnya digunakan untuk mendukung katalis dan produk adsorben.
Fungsi utamanya adalah untuk bertindak sebagai packing material pada saat
yang sama untuk mencegah terobosan impurities. Keramik bola memiliki
ukuran yang berbeda, antara lain 1 ", 3 / 4", ", " dan 1 / 8 ". Ukuran
diatur lapis demi lapis di bagian atas dan bawah disesuaikan dengan ukuran
yang berbeda bola keramik. Metode ini sama halnya seperti sistem pasir
filter untuk pemurnian air. Gambar di bawah ini merupakan contoh ceramic
ball.
pada pemisahan pelarut dari lembaran polimer selain itu dapat pula sebagian zat
cair sebagian di luar dan sebagian di dalam.
Umpan pengering mungkin berupa zat cair di mana zat padat melayang
sebagai partikel, atau dapat pula berbentuk larutan. Hasil pengeringan ada yang
tahan terhadap penanganan mekanik kasar dan berada dalam lingkungan yang
sangat panas, ada pula yang memerlukan penanganan hati-hati pada suhu rendah
atau sedang. Perbedaan pengering terutama terletak dalam hal cara memindahkan
zat padat di dalam zona pengering dan dalam proses perpindahan kalornya.
Dalam operasi pengeringan pada sistem udara-air ada beberapa definisi yang
lazim digunakan. Perhitungan teknis biasanya didasarkan pada satuan massa gas
bebas uap. Uap yang dimaksud adalah bentuk gas dari komponen yang juga terdapat
dalam fasa cair. Sedangkan gas adalah komponen yang hanya terdapat dalam
bentuk gas. Adsorben yang bersenyawa polimer dapat diregenerasi/dikeringkan
pada temperatur rendah. Metode regenerasi yang bisa digunakan adalah dengan
udara, N2, gelombang mikro, maupun dengan temperatur vakum. Salah satu metode
yang digunakan adalah metode tanpa memindahkan adsorben. Kukus dan gas inert
panas dilewatkan ke dalam kolom adsorpsi untuk melucuti pengotor pada adsorben.
3.6.8 Defrosting
Defrosting merupakan bagian dari proses keseluruhan separator unit seperti
pemanasan (heating), defrosting, dan pengeringan dengan menggunakan udara
ambient dengan temperatur 23oC 32oC atau udara panas .
Yang dimaksud dengan defrosting ini adalah pemanasan kedalam cold box
untuk menghilangkan impurities (seperti air, CO2 ). Impurities ini jika dalam
temperatur rendah akan membeku di dinding-dinding tube dan hal ini akan
menghalangi aliran dan proses perpindahan panas, yang akhirnya
mempengaruhi kemampuan cold box.
Defrosting dilakukan dengan cara mengalirkan waste gas dari outlet
reactivation heater ke defrosting line kemudian dialirkan kedalam cold box
exchanger. Pemanasan ini dilakukan secara bertahap dengan tujuan untuk
menghindari kejutan/shock terhadap peralatan-peralatan. Bila pencairan
47
juga berfungsi sebagai menahan mole sieve supaya tidak terikut ke cold box.
MS. Strainer memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Flow Rate : 8000 Nm3 / hr
Press Drop : 1,4 kg / cm2
Design Press : 9,9 kg / cm2
Design Temperature : 0 - 40 oC
Hydro Test Press : 14,9 kg / cm2
Design Code : ASME SEC VIII DIV-1
: Vertical Cylindrical Vessel
: 600ID x 1430TL x 9t
tanpa adanya pemanasan dari heater dengan kata lain heater dalam posisi
Off. Kurangnya waktu pendinginan mole sieve berakibat masih panasnya
udara yang keluar dari adsorber yang menyebabkan kurang baiknya kerja
cold box exchanger dan akibat selanjutnya kurang baiknya mutu /
kemurnian produk nitrogen.
4. Pressurizing (Pengaturan tekanan)
Mengisi vessel yang telah diregenerasi dengan udara dari chiller sampai
dengan tekanan operasi MS. Adsorber.
Untuk melihat aliran flow pada MS. Adsorber ini dapat dilihat pada gambar
16 berikut ini.
Ps
1. H2O content inlet MS. Adsorber = 0,622 x
PtPs
2. H2O yang teradsorbsi = Flowrate x (H2O content inlet - H2O content outlet)
2 yang teradsorbsi
3. Effisiensi = x 100%
2 content inlet
3.7.3 Data
Pengambilan data hanya dapat dilakukan sekali dalam 1 minggu sekali oleh
bagian laboraturium maka berikut merupakan data dari tanggal 14 Juli 2016 sampai
18 Agustus 2016 selanjutnya akan diambil perhitungan efisiensi adsorbsi adsorben.
3.8 Pembahasan
Adsorbsi adalah proses dimana komponen-komponen gas teradsorpsi pada
suatu padatan tertentu (adsorben) karena daya tarik komponen pada permukaan
adsorben. Dengan cara ini, komponen-komponen dari suatu larutan, baik itu dari
larutan gas ataupun cairan, bisa dipisahkan satu sama lain.
Pemisahan dari suatu larutan tunggal antara cairan dan fasa yang diserap
membuat pemisahan larutan dari fasa cair dapat dilangsungkan. Fasa penyerap
disebut sebagai adsorben. Bahan yang banyak digunakan sebagai adsorben adalah
karbon aktif, molecular sieve dan silika gel. Pada Adsorber di Nitrogen Plant Unit
Utilities Power Station II digunakan molecular sieve sebagai adsorben. Molecular
sieve adalah suatu bahan kimia yang tidak beracun, bentuknya hampir sama seperti
butir-butir pasir berdiameter 1 4 mm, pada dasarnya molecular sieve adalah
komposisi dari Crystalized Hidroxyde, Sodium Aluminate dan Sodium Silicate.
94
92
90 89.65
88
87.38
86
3100 3150 3200 3250 3300 3350 3400 3450
Feed Flowrate (Nm3)
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa dalam periode waktu tersebut,
efisiensi adsorbsi sebuah sistem pastinya akan mengalami suatu kondisi yang tidak
sama didalam proses purifikasi udara. Dengan melihat grafik diatas, dapat diketahui
bahwa dalam hal operasi dari sebuah MS. Adsorber mengalami yang cenderung
menurun. Akan tetapi, setelah unit nitrogen plant defrosting, terjadi peningkatan
nilai efisiensi. Kemudian indikasi penurunan efisiensi dapat dilihat terjadi lagi.
Tentunya ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, baik faktor
dari dalam maupun dari luar.
Penyebab utama berkurangnya daya serap mole sieve selama proses adsorbsi
memiliki banyak faktor. Faktor-faktor penyebab ini antara lain :
2. Tekanan
Pengaruh tekanan terhadap efisiensi sangat berpengaruh karena jika
tekanan pada suatu mole sieve adsorber meningkat maka akan
menyebabkan penurunan pada laju alir masuk kedalam mole sieve adsorber
sehingga transfer massa antara uap air dengan mole sieve akan berjalan lebih
lama.
3. Panas
Selama beroperasi MS. Vessel di set pada 5oC agar kemampuan
penyerapannya cukup baik dan selama regenerasi temperatur Vessel akan
meningkat sampai diatas 200oC. Mole sieve menerima hal tersebut setiap 8
jam, akibatnya secara perlahan-lahan akan menyebabkan rusaknya struktur
mole sieve dalam jumlah yang cukup besar apalagi dioperasikan dalam
waktu yang cukup lama.
4. Hydrothermal
Seperti yang kita ketahui bahwa mole sieve menyerap air dalam
jumlah yang relatif, semakin banyak air yang diserap semakin banyak pula
panas yang dibutuhkan untuk menghilangkan air tersebut. Hal ini dapat
menyebabkan semakin cepatnya struktur mole sieve lapuk / rusak.
5. Persenyawaan Hydrocarbon
Akibat proses adsorbsi tentu memungkinkan adanya persenyawaan
tersebut. Apabila Persenyawaan Hydrocarbon berat yang masih melekat di
mole sieve dan disaat regenerasi tidak terbuang mengakibatkan pula
rusaknya mole sieve. Selain itu jika hal ini dibiarkan terus menerus tanpa
ada penanggulangan akan membahayakan unit selanjutnya yaitu cold box.
Proses pada cold box akan terganggu disebabkan adanya hydrocarbon yang
terakumulatif. Sumber persenyawaan hydrocarbon ini terbawa oleh udara
akan melewati proses kompresi udara, pendinginan udara dan purifikasi
udara. Pada proses terakhir yaitu pemisahan N2 dan O2, hal ini yang
nantinya akan berakibat pada kerusakan peralatan.
60
3.9 Kesimpulan
Sebuah kondisi operasi yang handal merupakan suatu indikator penting dalam
mengetahui maksimal atau tidaknya sistem untuk memproduksi produk, karena
akan sangat berpengaruh terhadap produk yang akan diproduksinya. Untuk itu
mengetahui suatu kinerja unit sangatlah penting, berdasarkan hasil pengamatan di
lapangan dan analisa yang dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya
adalah :
1. Faktor penyebab berkurangnya daya serap mole sieve selama proses adsorbsi
salah satunya adalah pengaruh laju alir. Laju alir yang sangat besar akan
membuat efisiensi dari mole sieve adsorber akan menurun. Hal tersebut
dikarenakan waktu kontak yang terjadi antara mole sieve dan uap air terlalu
singkat sehingga penyerapan terhadap uap air yang diperoleh sangat sedikit dan
hasil yang diinginkan tidak maksimal.
2. Selain laju alir masuk, tekanan juga sangat berpengaruh pada daya serap mole
sieve dan efisiensi dari mole sieve adsorber. Tekanan yang tinggi akan
menghambat kecepatan dari laju alir. Penurunan dari laju alir akan membuat
proses transfer massa antara uap air dan mole sieve berlangsung lebih lama.
3.10 Saran
Mengetahui kondisi operasi MS. Adsorber tentunya sangatlah penting, karena
dengan berawal dari situ hal-hal yang bersifat preventive dan improvement dapat
dilakukan. Tentunya dalam perjalanannya terdapat beberapa masalah yang harus
dihadapi, berdasarkan dari hal tersebut penulis mempunyai beberapa saran,
diantaranya :
61
1. Sample point waste gas yang berada di MS. Adsorber bagian atas hendaknya
dipindah ke bawah, karena akan mempermudah pengambilan extra sample waste
gas.
2. Pemeriksaan waste gas oleh laboraturium hendaknya dilakukan secara rutin,
seperti pada bagian udara MS. Adsorber, N2 line, dan dryer agar dapat
mempercepat monitoring performance cold box.
3. Pengadaan hydrocarbon analyzer, akan membantu memaksimalkan fungsi MS.
Adsorber untuk mencegah hydrocarbon masuk ke cold box Untuk mendeteksi
kandungan hydrocarbon diperlukannya sebuah alat yaitu hydrocarbon analyzer
yang diletakkan diluar MS Vessel, alat ini mengamati kandungan hydrocarbon
yang mengalir secara terus menerus dan untuk mendeteksi kandungan
hydrocarbon terakumulasi yang diizinkan tidak lebih dari 0,5 ppm. Penempatan
alat ini sebaiknya dipasang pada inlet chiller.
BAB IV
PENUTUP
62
63
Kidnay, Arthur J. And Parrish, William R., 2006. Fundamental of Natural Gas
Processing. CRC Press Taylor and Prancis Group.
Kobelco, Ltd, Operation and Maintenance Manual for Nitrogen Production Plant.
Pusat Aromatik Plaju. PT. Pertamina (Persero)
64
LAMPIRAN PENGESAHAN DATA
Mengetahui,
Pembimbing Kerja Praktek
Iskandar
65
66
Mengetahui,
Pembimbing Kerja Praktek
Iskandar
LAMPIRAN PERHITUNGAN
2
7,940 C 50 C
= 0,00889 kg/cm + (0,01251 - 0,00889) kg/cm2
100 C 50 C
98,0665 kPa
= 0,01102 kg/cm2 x
1 kg/cm2
y = Ps = 1,0806 kPa
67
68
= 3,1668 kg/hr
3,1668 kg/hr
= x 100%
9,9453 x 104 kg H2 O/m3 DA x Flowrate
3,1668 kg/hr
= x 100%
9,9453 x 104 kg H2 O/m3 DA x 3242,33 Nm3 /hr
3,1668 kg/hr
= x 100%
3,2246 kg/hr
= 98,21%
70
71