Anda di halaman 1dari 49

EVALUASI KINERJA UNIT MULTI EFFECT SEAWATER DESALINATION

PT. KILANG PERTAMINA INTERNASIONAL


REFINERY UNIT V BALIKPAPAN

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan sarjana terapan Program Studi Teknologi Kimia Industri
Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Ujung Pandang

AYU LESTARI 43219005


VIRA RESKY 43219024

HALAMAN SAMPUL

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2023

1
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KERJA LAPANGAN
PT. KILANG PERTAMINA INTERNASIONAL
REFINERY UNIT V BALIKPAPAN

Judul : Evaluasi Kinerja Unit Multi Effect Seawater Desalination PT.


Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit V Balikpapan
Periode : 01 Maret - 06 April 2023
Nama Mahasiswa :
1. Ayu Lestari (432 19 005)
2. Vira Resky (432 19 024)
Program Studi : Teknologi Kimia Industri
Jurusan : Teknik Kimia

Balikpapan, April 2023

Mengetahui, Menyetujui,
Lead of Process Engineering RU V Pembimbing Kerja Praktik
Balikpapan

Fajri Kautsar Muhammad Syahrial Akbar

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan kegiatan dan
menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul ”Evaluasi Kinerja Unit Multi
Effect Seawater Desalination PT. Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit V
Balikpapan” sebagaimana yang diharapkan. Kegiatan kerja praktik dan laporan
tugas akhir ini dapat terlaksana dan terselesaikan tidak lepas dari bimbingan,
petunjuk dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak baik yang bersifat moral
maupun material. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat karunia-Nya kepada penulis
dalam melaksanakan dan menyelesaikan PKL.
2. Orang tua tercinta dan segenap keluarga yang selama ini telah membantu dalam
bentuk perhatian, bantuan, semangat, dan doa yang tidak henti-hentinya
mengalir demi kelancaran dan kesuksesan penulis dalam melaksanakan dan
menyelesaikan PKL.
3. Bapak Prof. Ir. Muhammad Anshar, M.Si.,Ph.D. selaku Direktur Politeknik
Negeri Ujung Pandang.
4. Bapak Drs. Herman Bangngalino, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
5. Ibu Fajriyati Mas’ud, S.T.P., M.Si. selaku Ketua Program Studi D4 Teknologi
Kimia Industri Politeknik Negeri Ujung Pandang.
6. Bapak Ir. Zulmanwardi, M.Si. dan Bapak Ir. Irwan Sofia selaku pembimbing
tugas akhir.
7. Bapak Fajri Kautsar selaku Lead of Process Engineering PT.Kilang Pertamina
Internasional RU V Balikpapan.
8. Bapak Muhammad Syahrial Akbar selaku pembimbing kerja praktik di Process
Engineering PT. Kilang Pertamina Internasional RU V Balikpapan. Penulis
mengucapkan banyak terimakasih atas bimbingan dan arahannya selama
melaksanakan kerja praktik.

3
9. Seluruh staff Process Engineering atas kesediaannya berbagi ilmu selama
penulis melakukan kerja praktik.
10. Seluruh operator di Ruang Kontrol Seawater Desalination PT. Kilang
Pertamina Internasional RU V Balikpapan.
11. Teman-teman seperjuangan kerja praktik yang telah membantu dalam proses
pembuatan laporan kerja praktik ini.
12. Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu per satu.

Segala saran dan kritik yang membangun sangatlah penulis harapkan dari
semua pihak karena penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Hal ini pun tidak lepas dari keterbatasan penulis sebagai manusia biasa.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak dan menjadi
acuan di masa yang akan datang. Atas perhatian dan kerja samanya penulis ucapkan
terima kasih.
Balikpapan, April 2023

Penulis

4
DAFTAR TABEL

5
DAFTAR GAMBAR

6
DAFTAR LAMPIRAN

7
DAFTAR ISI

8
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya alamnya
baik di darat maupun dilaut. Salah satu contoh sumber daya alam yang terdapat di
Indonesia adalah minyak bumi dan gas alam. Minyak bumi dan gas alam merupakan
senyawa hidrokarbon. Minyak bumi adalah minyak yang berasal dari fosil hewan
dan tumbuhan yang telah terkubur beberapa juta tahun yang lalu dengan bentuk
cairan kental, berwarna coklat atau kehijauan yang mudah terbakar (Alkatiri, 2017).
Sedangkan gas alam adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri
dari metana CH4 (Nur, 2015). Minyak bumi dan gas alam merupakan sumber energi
utama yang dibutuhkan penduduk dunia. Sumber energi lain belum dapat
menggantikan peran minyak bumi sepenuhya sebagai sumber energi utama. Hal ini
mendorong perkembangan industri pengilangan minyak dan gas alam untuk
meningkatkan kegiatan eksplorasi, transportasi, dan proses pengolahan migas.
Salah satu industri pengilangan minyak dan gas di Indonesia adalah
PT. Pertamina (Persero). PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi
yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak
tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT. PERMINA. Pada tahun 1961
perusahaan ini berganti nama menjadi PN. PERMINA dan setelah merger dengan
PN.PERTAMIN di tahun 1968 namanya berubah menjadi PN. PERTAMINA.
Dengan bergulirnya Undang Undang No. 8 Tahun 1971 sebutan perusahaan
menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah
status hukumnya menjadi PT. Pertamina (Persero) pada tanggal 17 September 2003
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 pada
tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. PT. Pertamina (Persero)
didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17
September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat
Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Sesuai akta
pendiriannya, maksud dari Perusahaan Perseroan adalah untuk menyelenggarakan
usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di luar negeri serta

9
kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak
dan gas bumi tersebut (Gilang Kumala, 2012). Pertamina memiliki unit-unit operasi
yang tersebar di seluruh Indonesia yang meliputi beberapa operasi Eksplorasi dan
Produksi, 7 Refinery Unit, dan 8 Unit Pemasaran.
PT. Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit V Balikpapan
beroperasi 24 jam sehari selama 2 atau 3 tahun nonstop tergantung unit operasinya
dikarenakan adanya jadwal TA (Turn Around) atau Plant Stop untuk pengecekan
dan perbaikan. Oleh karena itu, pasokan air untuk kebutuhan kilang tidak boleh
terhenti sama sekali selama proses operasi.
Untuk mendukung berlangsungnya proses industri tersebut, maka
diperlukan unit utilities sebagai sarana penunjang berupa air, steam, udara dan
listrik. Namun, untuk memenuhi kebutuhan air di PT. Kilang Pertamina
Internasional (KPI) Refinery Unit V Balikpapan, maka perusahaan membuat unit
pengolahan air salah satunya adalah dengan membangun unit desalinasi untuk
menambah persediaan air dengan memanfaatkan air laut sebagai bahan bakunya
yang kemudian diolah sesuai dengan tingkat kebutuhan dan persyaratan-
persyaratan yang telah ditentukan seperti ; pH, conductivity, turbidity, kandungan
garam-garam mineral dan gas-gas terlarut dalam air.
Metode Unit Desalinasi yang digunakan oleh PT. Kilang Pertamina
Internasional (KPI) Refinery Unit V Balikpapan adalah metode distilasi
menggunakan Multi Stage Flash Desalination pada unit Sea Water Desalination I
dan Multi Effect Desalination pada unit Sea Water Desalination II. Prinsip yang
digunakan pada metode ini adalah penguapan air pada tekanan dibawah tekanan
atmosfer. Air laut yang mengandung garam disemprotkan ke dalam effect
sedangkan LLP Steam 3,5 bar sebagai media pemanas dialirkan kedalam tube, lalu
diuapkan dengan kondisi tekanan vacuum sehingga terbentuk uap air kemudian
dikondensasikan dan terbentuk menjadi air tawar yang kemudian dialirkan ke
tangki produk untuk diolah menjadi air demineralisasi.
Air yang telah sampai pada titik didihnya akan menguap dan keluar
melewati puncak evaporator, sedangkan air yang tidak menguap mengandung
konsentrasi mineral yang tinggi. Setyawan (2017) menyatakan bahwa perpindahan
panas dan perpindahan massa adalah dua proses dasar yang terjadi dalam proses
penguapan/evaporasi. Konsep perpindahan panas keseluruhan dipakai dalam

10
perlakuan sistem evaporator. Berdasarkan perpindahan panas tersebut, maka
efisiensi evaporator perlu diketahui karena kinerja alat di sebuah industri akan
semakin menurun seiring berjalannya waktu.
Evaluasi efisiensi evaporator didasarkan pada perhitungan neraca massa dan
neraca panas dari evaporator itu sendiri. Selain itu, perlu dilakukan perhitungan
kebutuhan steam untuk mengetahui jumlah optimum steam yang diinjeksi sebagai
evaluasi kinerja dari evaporator. Tujuan dari perhitungan efisiensi adalah untuk
mengetahui kelayakan evaporator di unit utilitas untuk tetap digunakan dalam
tahapan proses pengolahan air laut pada proses desalinasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Berapa nilai massa inlet dan outlet pada Multi Effect Desalination (MED)
di New Seawater Desalination Plant PT. Kilang Pertamina Internasional
RU V?
2. Berapa nilai panas inlet dan outlet pada Multi Effect Desalination (MED)
di New Seawater Desalination Plant PT. Kilang Pertamina Internasional
RU V?
3. Berapa nilai efisiensi Multi Effect Desalination (MED) di New Seawater
Desalination Plant PT. Kilang Pertamina Internasional RU V?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

New Seawater Desalination Plant di PT. Kilang Pertamina


Internasional RU V menggunakan evaporator tipe Multi Effect Desalination.
Evaporator tersebut memiliki lima efek yang memisahkan air laut dari
kandungan mineralnya. Massa umpan pada efek satu dan produk pada efek
lima dapat dihitung menggunakan neraca massa, kebutuhan steam yang dapat
dihitung menggunakan neraca energi, dan efiensi alat.

11
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui nilai massa inlet dan outlet pada Multi Effect Desalination
(MED) di New Seawater Desalination Plant PT. Kilang Pertamina
Internasional RU V.
2. Mengetahui nilai panas inlet dan outlet pada Multi Effect Desalination
(MED) di New Seawater Desalination Plant PT. Kilang Pertamina
Internasional RU V.
3. Mengetahui nilai efisiensi Multi Effect Desalination (MED) di New
Seawater Desalination Plant PT. Kilang Pertamina Internasional RU V.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

a. Dapat mengimplementasikan bidang ilmu dan mengembangkan


pengetahuan mahasiswa.
b. Menambah ilmu pengetahuan mengenai proses pengolahan air laut
pada unit utilitas.
c. Mengetahui massa bahan yang masuk dan keluar, kebutuhan steam,
dan nilai efisiensi dari Multi Effect Desalination (MED) di Unit New
Seawater Desalination Plant PT. Kilang Pertamina Internasional
RU V.

2. Bagi Industri

a. Mendapatkan alternatif solusi-solusi dari beberapa permasalahan


industri di PT. Kilang Pertamina Internasional RU V.
b. Menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan atau
shutdown pada alat evaporator di Unit Seawater Desalination Plant
PT. Kilang Pertamina Internasional RU V.

12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum PT. Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit


(RU) V Balikpapan

Kilang RU V Balikpapan adalah kilang yang dikhususkan untuk memenuhi


kebutuhan BBM di Indonesia bagian timur. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan, produksi BBM dari kilang PT. Kilang Pertamina Internasional (KPI)
RU V Balikpapan juga didistribusikan ke daerah-daerah lain yang juga
membutuhkan terutama di Pulau Jawa. Teluk Balikpapan dikenal sebagai kawasan
kilang dengan pasokan minyak mentah yang cukup banyak dari kawasan
sekitarnya, dengan lokasi yang strategis untuk pendistribusian hasil produksi
terutama ke kawasan Indonesia bagian timur, tersedianya sarana pelabuhan untuk
kepentingan distribusi minyak mentah dan hasil produksi.

2.1.1 Sejarah Singkat

Kilang minyak PT. Pertamina (Persero) RU V terletak di kota Balikpapan


provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di tepi teluk Balikpapan berdiri tahun 1922.
Memiliki luas area sekitar 889 Ha yang terdiri atas luas area kilang sebesar 339.2
Ha dan area sarana dan prasarana umum sebesar 549.8 Ha. Lokasi kilang
Balikpapan yang berdekatan dengan laut mempermudah transportasi produk dan
bahan baku keluar maupun menuju kilang. Selain itu, sumber air laut yang
melimpah dimanfaatkan sebagai air proses ataupun utilitas dalam proses di kilang
(Permatasari & Damayanti, 2018). Adapun areal kilang PT. Pertamina (Persero)
RU V Balikpapan dapat dilihat seperti pada Gambar 2.1.

13
Gambar 2. 1 Areal Kilang RU V
Sumber : Pertamina.com 2020

Pendirian kilang minyak Pertamina RU V Balikpapan dilatar belakangi


ditemukannya sumber minyak mentah (crude oil) di daerah Sanga-sanga pada tahun
1897. Menyusul kemudian ditemukan sumber-sumber minyak lain di Tarakan
(1899), Samboja (1911) dan Bunyu (1922). Kemudian pada tahun 1922 mulai
dibangun kilang di Balikpapan yang kemudian disebut sebagai Kilang Balikpapan
I. Setelah mengalami kerusakan berat dalam masa perang Dunia II (1940-1945)
perbaikan dan rehabilitasi mulai dilakukan tahun 1948, kemudian secara berturut-
turut dibangun Crude Distillation Unit V (CDU V), Heavy Vacuum Unit II (HVU
II), Wax Plant, serta unit-unit yang termasuk dalam proyek pembangunan Kilang
Balikpapan II yaitu Hydroskimming Complex (HSC) dan Hydrocracking Complex
(HCC) (Permatasari & Damayanti, 2018). Secara kronologis, perkembangan
Kilang Minyak Pertamina RU V Balikpapan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

14
Tabel 2. 1 Perkembangan Kilang Minyak PT. Pertamina (Persero) RU V

Waktu Peristiwa
1897-1922 Penemuan beberapa sumber minyak pada beberapa tempat di
Kalimantan Timur.
1922 CDU II dibangun oleh perusahaan minyak Bataafsche Petroleum
Maatsppij (BMP).
1946 Rehabilitasi CDU II akibat kerusakan saat perang dunia II.
1949 HVU I selesai dibangun oleh PT. Shell Indonesia, dengan desain
oleh Mc. Kee. Kapasitas pengolahan HVU I sebesar 12 MBSD.
Wax Plant dan CDU I berkapasitas produksi masing-masing 110
1950 ton per haridan 25 MBSD selesai dibangun. Pembangunan unit-
unit ini sama dengan HVU I.
1952 CDU II berkapasitas 25 MBSD selesai dibangun oleh PT. Shell
Indonesia, dengan desain oleh Alco.
1954 Modifikasi CDU III sehinggadicapai kapasitas produksi 10 MBSD.
Saat ini CDU III tidak dioperasikan lagi.
Untuk mengkonsolidasi industri perminyakan dan gas,
1968 manajemen, ekplorasi pemasaran, dan distribusi, PN Pertamin
dan PN Permina merger menjadi PN Pertamina.
15/09/1971 PN Pertamina diubah menjadi Pertamina.

15
Tabel 2. 1 Perkembangan Kilang Minyak PT. Pertamina (Persero) RU V
(Lanjutan)

1972 Modifikasi Wax Plant sehingga dicapai kapasitas produksi 175 ton
per hari.
04/1981 Kilang Balikpapan II mulai dibangun dengan hak paten desain
proses dari UOP Inc.
11/1983 Peresmian kilang Balikpapan II oleh Presiden RI pada saat itu.
Proses upgrading kilang Balikpapan I (CDU I, CDU II, dan HVU
05/12/1997 Itidak beroperasi lagi) & pembangunan CDU V dan HVU III
diresmikan oleh Presiden RI pada saat itu.
17/09/2003 Perubahan status Pertamina dari BUMN menjadi PT (Perseroan
Terbatas) menurut UU Migas No.22 Tahun 2001.
09/10/2008 PT. Pertamina (Persero) Unit Pengolahan V Balikpapan berubah
menjadi PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan.
Sumber : (Permatasari & Damayanti, 2018)

2.1.2 Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan

Setiap perusahaan memiliki identitas masing-masing sesuai dengan tujuan


didirikannya perusahaan. Adapun identitas dari PT.PERTAMINA (Persero) adalah
sebagai berikut :
1. Visi
Menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia.
2. Misi
Menjalankan usaha minyak, gas serta energi baru dan terbarukan secara 5
terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.
3. Tata Nilai Perusahaan
Dalam mencapai visi dan misinya, PERTAMINA berkomitmen untuk menerapkan
tata nilai sebagai berikut :
a. Harmonis saling peduli dan menghargai perbedaan
b. Kompeten terus belajar dan mengembangkan kapabilitas
c. Amanah memegang teguh kepercayaan yang diberikan

16
d. Loyal berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
e. Adaptif terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan ataupun
menghadapi perubahan
f. Kolaboratif membangun kerja sama yang sinergis

2.1.3 Bagian-Bagian dari Fungsi Produksi

Sumber Daya Alam dan Unit Penyedia Air Kilang minyak PT. PT. Kilang
Pertamina Internasional (KPI) RU V Balikpapan memiliki unit utilitas yang
memanfaatkan sumber daya alam (air, minyak bumi dan gas alam) antara lain:
1. Air permukaan di Waduk Sungai Wain yang berlokasi 15 km utara Kilang
Balikpapan. Air dialirkan melalui 3 jalur perpipaan menuju Water Treatment
Plant (WTP) I Pancur.
2. Air bawah tanah berupa sumur bor (deep well) yang semula berjumlah 11 unit,
kini tinggal 1 unit yang beroperasi. Air dialirkan menuju WTP II.
3. Air laut yang diambil dari laut Teluk Balikpapan. Air laut di Kilang Balikpapan
digunakan untuk pendingin di unit- unit proses, fasilitas pemadam kebakaran
dan air umpan Sea Water Desalination (SWD).
4. Natural Gas yang diperoleh dari perusahaan pemasok gas alam PT. Chevron
Indonesia Company (CIC) digunakan untuk bahan bakar boiler.
5. Residue atau bottom product dari pengolahan minyak mintah digunakan untuk
bahan bakar boiler. Sumber daya alam tersebut digunakan untuk memenuhi
sarana- sarana utilitas yang berperan dalam penyediaan air dan listrik bagi
kebutuhan operasional kilang maupun perumahan. Air yang digunakan sebagai
utilitas pada kilang Pertamina RU V berupa air laut, air Sungai Wain, dan air
sumur (deep well).

2.2 Unit Utilitas

Utilitas dari kilang PT. Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU V


Balikpapanmerupakan sarana penunjang berupa air, steam, listrik, udara dan gas
inert yang sangat penting untuk berlangsungnya proses produksi. Air dapat

17
digunakan sebagai air proses, air penunjang dan air untuk perumahan. Steam dapat
digunakan sebagai pemanas dan pembangkit tenaga listrik. Listrik digunakan untuk
operasional serta instrumentasi kilang. Bahan bakar digunakan sebagai pemanas
baik berupa boiler maupun heater dalam furnace. Udara digunakan sebagai udara
proses ataupun pendinginan. Gas inert digunakan sebagai gas operasional.

Kilang minyak PT. PT. Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU V


Balikpapanmemiliki unit utilitas yang memanfaatkan sumber daya alam (air,
minyak bumi dan gas alam) antara lain:
1. Air permukaan di Waduk Sungai Wain yang berlokasi 15 km utara
Kilang Balikpapan. Air dialirkan melalui 3 jalur perpipaan menuju
Water Treatment Plant (WTP) I Pancur.
2. Air bawah tanah berupa sumur bor (deep well) yang semula berjumlah
11 unit, kini tinggal 1 unit yang beroperasi. Air dialirkan menuju WTP
II.
3. Air laut yang diambil dari laut Teluk Balikpapan. Air laut di Kilang
Balikpapan digunakan untuk pendingin di unit- unit proses, fasilitas
pemadam kebakaran dan air umpan Sea Water Desalination (SWD).
4. Natural Gas yang diperoleh dari perusahaan pemasok gas alam PT.
Chevron Indonesia Company (CIC) digunakan untuk bahan bakar
boiler.
5. Residue atau bottom product dari pengolahan minyak mintah
digunakan untuk bahan bakar boiler.
Sumber daya alam tersebut digunakan untuk memenuhi sarana- sarana
utilitas yang berperan dalam penyediaan air dan listrik bagi kebutuhan
operasional kilang maupun perumahan.
Air yang digunakan sebagai utilitas pada kilang Pertamina RU V berupa air
laut, air Sungai Wain, dan air sumur (deep well). Air utilitas ini memiliki fungsi
diantaranya untuk keperluan sebagai berikut:
1. Pendingin pada unit proses dalam kilang
2. Umpan stream pada power plant
3. Pendingin pada power plant

18
4. Air untuk pemadam kebakaran
5. Air untuk kebutuhan kantor dan kompleks perumahan Pertamina RU V.

2.2.1 Water Treatment Plant

WTP di PT. Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU VBalikpapan terdiri


dari WTP I Pancur, WTP II Pancur dan WTP Gunung Empat. WTP Gunung Empat
didesain untuk mengolah air sumur dalam dan mulai dioperasikan tahun 1984.
Namun, karena sumur dalam in mengalami gangguan, WTP ini sekarang mengolah
air Wain. Air bersih yang dihasilkan digunakan untuk perumahan Gunung Empat
dan GATU (Gunung Air Terjun Utara).
a. Water Treatment Plant I – Pancur
Water Treatment Plant I (WTP I) - Pancur mengolah air yang berasal dari
Sungai Wain yang selanjutnya digunakan untuk perumahan dan ketel. Air bersih
yang dihasilkan unit ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di perumahan
Gunung Empat dan Gunung Air Terjun Utara (GATU). Kapasitas desain plant ini
100 m3/jam, sedangkan kapasitas saat ini adalah 70 m3/jam. Produksi untuk
perumahan sebanyak 500 m3/jam dan untuk air ketel sebanyak 100 m3/jam.
b. Water Treatment Plant II – Pancur
Water Treatment Plant II (WTP II) - Pancur mengolah air baku dari sumur bor
deep well, kemudian air olahannya digunakan sebagai utility water atau dominan
untuk kilang Balikpapan. Kapasitas produksi utility water ini sebesar 220 m3/jam.
c. Water Treatment Plant Gunung Empat
Terdapat 3 lokasi WTP 2 buah di Gunung Pancur dan 1 buah Gunung Empat.
Fasilitas ini berfungsi sebagai unit pengolahan air yang berasal dari air permukaan
Waduk Sungai Wain dan air bawah tanah sumur bor. Prinsip teknologi proses yang
dipergunakan adalah membersihkan kontaminan air berupa komponen tersuspensi
(misalnya virus/ bakteri pathogen), suspended solid (misalnya pasir, lumpur,
limbah dan minyak). Selain itu juga digunakan untuk memisahkan bahan- bahan
terlarut inorganic compound dan organic compound. Proses yang ada di fasilitas
disini adalah
1. Flokulasi dan koagulasi dengan bantuan coagulant (Al2(SO4)3 dan pengatur pH

19
caustic soda,
2. Sedimentasi dengan teknologi MTS (Multi Tray Sedimentation) dan
3. Filtrasi dengan menggunakan filter bed.
Produk air bersih dikirimkan ke kilang digunakan sebagai air utilitas dan pendingin
dan ke perumahan digunakan sebagai air kebutuhan rumah tangga.

2.2.2 Sea Water Desalination

Unit ini berfungsi untuk menambah persediaan air tawar dengan mengolah
air laut untuk selanjutnya diproses kembali di demineralized plant, kemudian siap
digunakan sebagai umpan reboiler bertekanan tinggi. Unit ini berfungsi untuk
menjaga persediaan air, agar selalu tersedia air yang cukup tanpa terpengaruh
musim kemarau yang sering mengakinatkan air tawar dari sumur/sungai berkurang.
Air yang diolah diambil dari Teluk Balikpapan yang berjarak 450 m dari unit ini
menggunakan pipa 84 inch yang sedalam 30 m dari permukaan laut.
SWD dibagi menjadi 2 bagian, yaitu SWD I dan SWD II. Proses yang
digunakan untuk mengolah air laut pada SWD I adalah multi stage flash distillation
(MSF) dan pada SWD II adalah multi effect distillation (MED) dengan produksi air
tawar masing-masing 300 m3 /jam dan 200 m3 /jam. Ukuran kinerja unit SWD
adalah banyaknya distilat yang dihasilkan per satuan steam pemanas yang
digunakan. Ukuran tersebut dikenal dengan GOR (Gain Output Ratio). Air laut
diuapkan secara bertahap dan uap yang terbentuk dikondensasi, kemudian dikirim
ke tangka penampung. Untuk menghindari terjadinya kerak dan busa, maka
digunakan bahan kimia anti kerak (antiscale) dan anti busa (antifoam). Bila dalam
periode tertentu kerak sudah banyak dan kapasitas produksi tidak efektif, maka
dapat dilakukan pembersihan secara kimia dengan asam (acid cleaning).
Pada SWD I, proses yang digunakan adalah proses multi stage flash
distillation, yaitu proses penguapan air laut dan mengkondensasikan uap air dengan
cara menukar panas dengan air laut umpan. Proses ini juga menggunakan prinsip
penurunan tekanan yang mengakibatkan turunnya titik didih air (prinsip Flash
Evaporation). Untuk itu, unit ini dilengkapi dengan ejector yang menghisap uap

20
yang tidak terkondensasi dan membuat tekanan vakum (0,02 kg/cm2 g pada stage
terakhir). Pada SWD I ini terdapat 6 stages effect.
Pada SWD II, proses yang digunakan adalah Multi Effect Distillation.
Proses ini 137 sebenarnya memiliki cara kerja yang sama dengan SWD I, tapi pada
SWD II tidak terdapat brine heater yang memanaskan air laut. Air laut dipanaskan
dan diuapkan oleh steam 3.5 bar yang mengalir di dalam tube. Steam ini berasal
dari exhaust steam yang keluar dari pompa-pompa turbin di kilang. Penguapan ini
juga ditunjang oleh kondisi tekanan yang vakum, sehingga jtitik didih air turun.
Jumlah effect evaporator pada SWD II ini adalah 5 buah.
Mula-mula, air laut di-spray-kan ke dalam masing-masing evaporator. Kemudian,
air laut dipanaskan dengan steam 3,5 bar. Uap yang dihasilkan dihisap oleh sistem
ejektor bercampur dengan steam yang digunakan dalam sistem ejektor tersebut.
Steam dan uap keluaran ejektor akan dikondensasikan sebagai produk air tawar,
sedangkan air laut yang tidak menguap (brine water), dibuang langsung ke laut.
Hasil dari SWD tidak boleh mengandung silika dan memiliki konduktivitas sebesar
10 𝜇s/cm.

2.2.3 Demineralization Plant

Plant ini berfungsi untuk pemurnian air dari kandungan garam-garam


mineral yang berasal dari WTP II Pancur dan air tawar hasil sea water desalination
plant melalui proses pertukaran ion. Demineralitazion Water Plant terdiri dari 5
buah train, dengan kapasitas tiap train 150 m3/jam. Air keluaran plant ini memiliki
kadar ion yang rendah sehingga dapat digunakan sebagai air umpan boiler
bertekanan tinggi dengan kadar ion yang rendah ini, maka kemungkinan terjadinya
korosi dan kerak pada boiler dan turbin dapat dihindari.
Unit demineralisasi ini menggunakan penukar ion sebanyak tiga unit
dengan pembagian sebagai berikut :
1. Satu unit cation exchanger
2. Satu unit anion exchanger
3. Satu unit mixed bed exchanger (campuran anion dan kation)

21
2.2.4 Cooling Water System

Media pendinginan yang digunakan dikilang RU V Balikpapan adalah udara


dan air. Sistem pendingin udara menggunakan finfan cooler, sedangkan sistem
pendingin air dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Sea Cooling Water
Air laut di kilang Balikpapan digunakan sebagai sumber air pendingin. Air
laut mampu mendinginkan suhu sampai dibawah 55℃. Air laut diambil dari Teluk
Balikpapan dengan menggunakan pipa beton berdiameter 84 inch. Ujung pipa
dilengkapi dengan screen untuk mencegah terbawanya benda-benda yang cukup
besar ke dalam aliran pipa. Pipa ini didesain untuk mengalirkan air laut sebanyak
1500 m3/jam.
Air laut ditampung dalam sea water intake basin yang dibagi menjadi empat
bagian. Masing-masing bagian dilengkapi dengan mechanically racked bar screen
dan travelling band screen. Kedua screen tersebut digunakan untuk menahan
kotoran-kotoran yang terbawa dalam aliran. Basin ini dilengkapi dengan portabel
sludge untuk memompa keluar lumpur yang mengendap pada dasar basin.
Kemudian air laut dialirkan dengan pompa sistem air pendingin utama, pompa
sistem air pendingin power plant, dan pompa sistem persediaan air pemadam
kebakaran.
2. Auxiliary Cooling Water (ACW)
Auxiliary Cooling Water (ACW) disimpan dalam expansion tank yang
diselimuti dengan gas nitrogen agar terbebas dari udara. Sebelum masuk ke supply
header, ACW dari expansion tank didinginkan dalam ACW cooler. Setelah ACW
digunakan untuk mendingin peralatan, ACW dikumpulkan dalam return header
dan didinginkan lagi sebelum digunakan kembali.
3. Tempered Cooling Water (TCW)
Tempered Cooling Water (TCW) digunakan untuk mendinginkan fluida
dengan pour point tinggi dan viskositas tinggi. Temperature TCW relative lebih
tinggi dibandingkan dengan sistem air pendingin lainnya, sehingga proses
pendingin fluida yang memiliki pour point dan viskositas tinggi dengan TCW dapat
berlangsung dengan baik dan tidak terjadi pembekuan.

22
2.2.5 Boiler

Terdapat 6 unit HHP Boiler, masing- masing dengan kapasitas desain 125
ton per jam. Untuk memenuhi kebutuhan steam HHS secara normal 430- 460 ton
per jam, maka boiler dilakukan pengaturan operasional secara optimal dan
mempertimbangkan faktor kehandalannya.
Steam yang diproduksi dengan tekanan 60 kg/cm2g untuk kebutuhan
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan kilang sebagai driver dan pemanas.
Sistem pengaturan boiler dengan menggunakan Distributed Control System (DCS).

2.3 Pengertian dan Klasifikasi Proses Desalinasi

Desalinasi adalah proses pengambilan garam dari larutan yang kadar


garamnya tinggi untuk mengubah air laut menjadi air tawar. Proses ini dilakukan
agar mendapatkan air tawar yang kemudian dipakai untuk berbagai macam
kebutuhan. Kadar garam ini sering disebut dengan salinitas. Salinitas dari tiap
perairan berbeda- beda tergantung dari jenis air pada perairan tersebut. Kadar
salinitas pada 3 jenis air, yaitu :
1. Air Tawar : 0 - 5 ppm
2. Air Payau : 5 - 30 ppm
3. Air Laut : 30 - 50 ppm
Unit desalinasi baik SWD I maupun SWD II pada PT. Kilang Pertamina
Internasional Refinery Unit V Balikpapan terletak di tepi teluk Balikpapan.
Berdasarkan kadar salinitas perairan Teluk Balikpapan tabel 2.2, air teluk
Balikpapan termasuk air laut yang memiliki kadar garam yang lebih tinggi daripada
air tawar dan air payau. Sehingga metode desalinasi air laut sangat cocok digunakan
agar mendapatkan air tawar untuk menambah persediaan air didalam kilang.
Metode desalinasi terbagi atas beberapa jenis, jenis-jenis metode desalinasi dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.

23
TEKNOLOGI DESALINASI

Membran Termal

Elektrolisa Reverse
Osmosi
s
TVC
Multi Stage Multi Effect Vapor Compression
Desalination Desalination
MVC

Gambar Klasifikasi Proses Desalinasi

2.3.1 Proses Elektrolisa

Elektrolisa adalah proses elektrokimia dimana adanya arus listrik akan


terjadi proses kimiawi garam-garam didalam air membentuk ion positif dari logam
dan ion negatif dari sisa asam. Ion positif akan menuju kutub negatif dari elektroda
dan ion negatif akan menuju kutub positif dari elektroda, sehingga garam-garam
akan dipisahkan dari air. Efektifitas dari proses elektrolisa tergantung dari :
1. Tingkat kelarutan garam didalam air
2. Beda potensial dari elektroda
3. Macam garam terlarut (kadar dan komposisinya)
4. Macam elektroda
5. Periode pembersihan (khususnya elektroda)

2.3.2 Reverse Osmosis

Reverse Osmosis adalah pemisahan garam-garam yang ada dalam air laut
dengan melewatkan air laut melalui membran yang dapat di tembus (permeable
membran) atau penyaring yang merupakan media yang porous. Reverse osmosis
didasarkan pada perbedaan tekanan osmosis antara air dan bahan-bahan lain yang
terlarut. Air laut yang mengandung garam-garam yang terlarut dilewatkan melalui
membran, karena tekanan osmosis air, maka air akan menembus membran dan

24
terpisah dari garam-garam. Metode reverse osmosis dapat menghasilkan air dengan
kemurnian yang tinggi hingga 99%.
Namun, metode reverse osmosis memerlukan waktu yang lama untuk
menghasilkan air dengan kemurnian yang tinggi karena air harus melewati lubang-
lubang yang berukuran super kecil sehingga aliran airnya sangat kecil.

2.3.3 Distilasi

Distilasi merupakan pemisahan larutan berdasarkan perbedaan titik didih


dari masing-masing komponen. Dua proses utama didalam distilasi, yaitu:
1. Pemanasan (dengan tujuan menguapkan)
2. Pendinginan (dengan tujuan mengembunkan)
Didalam operasi distilasi, jika air dipanaskan pada tekanan 1 atm, maka akan
mendidih pada 100℃, sedangkan daya larut garam-garam pada kondisi ini akan
meningkat. Berdasarkan perbedaan titik didih, apabila air laut diuapkan, air akan
menguap terlebih dahulu. Apabila air yang terbentuk diembunkan maka akan
didapatkan air tawar yang terbebas dari garam-garam. Penguapan dilakukan pada
suatu peralatan yang disebut evaporator dan pendinginan untuk menghasilkan
kondensat dilakukan pada condensor. Jika proses distilasi air laut ini dilakukan
pada tekanan dibawah tekanan atmosfer maka air akan lebih cepat menguap dan
titik didihnya kurang dari 100℃. Karena Temperatur penguapanya lebih rendah,
maka panas yang dibutuhkan untuk menaikan temperatur air umpan akan lebih
sedikit.
Ada 2 (dua) metode distilasi, antara lain:
1. Multi Effect (ME)
2. Multi Stage Flash (MSF)

2.4 Evaporator

Evaporator menurut Nelson (1968) evaporator merupakan alat untuk


mengevaporasi larutan dengan prinsip kerja yakni menambahkan kalor atau panas
yang bertujuan untuk memekatkan suatu larutan yang terdiri dari zat pelarut yang

25
memiliki titik didih yang rendah dengan pelarut yang memiliki titik didih tinggi
sehingga pelarut yang memiliki titik didih rendah akan menguap dan hanya
menyisahkan larutan yang lebih pekat dan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi.
Proses evaporasi memiliki ketentuan, yaitu:
1. Pemekatan larutan didasarkan pada perbedaan titik didih antar zat-zatnya.
2. Titik didih cairan dipengaruhi oleh tekanan.
3. Dijalankan pada suhu yang lebih rendah dari titik didih normal.
4. Titik didih cairan yang mengandung zat yang tidak menguap akan tergantung
tekanan dan kadar zat tersebut.
5. Beda titik didih larutan dengan titik didih cairan murni disebut kenaikan titik
didih (boiling range).

Proses berdasarkan flash evaporation PT. Kilang Pertamina Internasional


Refinery Unit V Balikpapan menggunakan tipe Multi Stage Flash Desalination
pada SWD I dan tipe Multi Effect Desalination pada SWD II. Pemilihan kedua tipe
ini dikarenakan sangat andal dan mudah dioperasikan, dapat beroperasi terus-
menerus selama 24 jam dengan pengawasan minimal, waktu produksi distilat yang
cepat dan menghasilkan air produk yang memiliki kemurnian tinggi sehingga sesuai
dengan spesifikasi air baku untuk proses selanjutnya. Air distilat yang dihasilkan
pada SWD I dan SWD II akan digunakan sebagai air umpan boiler. Namun,
sebelum itu distilat akan diolah terlebih dahulu pada unit demineralization untuk
menghilangkan beberapa dissolved solid agar sesuai dengan spesifikasi air umpan
boiler. Dengan kualitas air distilat yang dihasilkan pada SWD I dan SWD II yang
baik tentunya akan menurunkan kinerja dari unit demineralization untuk mengolah
air distilat sehingga resin ion exchange pada unit demineralization tidak mudah
jenuh.
Pemilihan kedua jenis ini juga didasarkan pada jumlah distilat yang
dihasilkan dan kandungan dissolved solid didalam distilat tersebut. Walaupun
distilat pada SWD II memiliki kadar konduktivitas yang lebih rendah daripada
SWD I, namun SWD II hanya dapat memproduksi distilat maksimal 200 m3 /jam,
berbeda dengan SWD I yang mampu menghasilkan distilat hingga 300 m3 /jam.

26
Walaupun kedua tipe ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing,
namun kedua tipe ini sangat cocok digunakan untuk unit utilities pada PT. Kilang
Pertamina Internasional Refinery Unit V Balikpapan dalam menghasilkan air tawar.

2.4.1 Multi Stage Flash (MSF)

Proses Distilasi Multi Stage Flash (MSF) bekerja berdasarkan fenomena


flash evaporation, yaitu air umpan yang dipanaskan dimasukan kedalam vessel
yang bertekanan rendah, sehingga air umpan akan mendidih dan menguap,
sehingga temperatur menurunkan temperatur air umpan.
Pemanasan awal terjadi karena adanya energi dari uapnya sendiri
sehingga dalam proses hanya diperlukan energi panas yang sedikit. Pemanasan
terjadi pada kondisi tekanan vakum yang berdampak pada kecepatan
pembentukan produk dan biaya operasi yang lebih kecil.

2.4.2 Multi Effect Desalination (MED)

Multi Effect Desalination (MED) adalah penyulingan proses yang sering


digunakan untuk air laut desalinasi yang terdiri dari beberapa tahapan atau “effect”.
Dalam setiap tahap air umpan (feed water) dipanaskan oleh uap didalam tube.
Sebagian akan menguap, dan uap ini mengalir ke dalam effect berikutnya. Air
umpan disemprotkan dari atas tube, sedangkan steam maupun vapour berada
didalam tube. Karena terjadi perpindahan panas didalam effect sehingga air umpan
akan berubah menjadi fase uap atau vapour yang akan masuk kedalam tube di effect
selanjutnya. Sedangkan steam atau vapour akan terkondensasi menjadi air tawar.
Metode multi effect berlangsung dalam beberapa tahap penguapan, yang
diatur secara seri. Dari effect pertama yang bertemperatur lebih tinggi dan effect
selanjutnya yang bertemperatur lebih rendah. Hanya pada effect penguapan pertama
yang menggunakan uap air bertekanan (Steam) sedangkan pada effect selanjutnya
penguapan terjadi karena pemanasan oleh vapour hasil penguapan sebelumnya.
Penguapan terjadi secara bertahap sesuai dengan jumlah effect. Tiap effect
tekananya diturunkan sampai dibawah tekanan uap jenuh, dan effect yang

27
bertemperatur paling rendah dihubungkan dengan ejector, dan final condensor,
jumlah tingkat atau jumlah effect yang dibutuhkan disesuaikan dengan kebutuhan
jumlah produk.

2.5 Multi Effect Sea Water Desalination PT. Kilang Pertamina Internasional
RU V Balikpapan

2.5.1 Spesikasi Alat


Tipe : Multi Effect
Diameter : 5.000 mm
Panjang : 3240 mm
Lebar : 780 mm
Berat : 174.220 kg
Tinggi : 5,25 m
Material : Titanium Tubes
Media : Seawater, Vapor, Distillate
Temperatur desain : 44 °C
Tekanan operasi : -1 – 0,6 bar

2.5.2 Prinsip Kerja Alat

Prinsip kerja dari multi effect desalinasi adalah uap yang berasal dari
auxilary steam masuk ke dalam tube pada effect pertama untuk memanaskan air
laut. Air laut masuk ke dalam effect pertama dengan cara dispray ke tube yang berisi
uap. Saat itu juga uap yang ada didalam tube akan terkondensasi dan menghasilkan
distilat kemudian ditampung di tangki produk, di lain sisi temperatur air laut yang
dispray diluar tabung akan naik dan menguap karena tekanan yang dibawah tekanan
atmosfer. Uap yang terbentuk akan masuk ke effect selanjutnya. Di effect terakhir,
uap yang dihasilkan akan ditarik menggunakan ejector untuk masuk kedalam final
condensor, uap tersebut kontak dengan tube yang berisi air laut sehingga
menghasilkan distilat. Air laut yang tidak teruapkan ditampung untuk dibuang ke
laut.

28
2.5.3 Uraian Proses

Adapun uraian proses pada New Sea Water Desalination Plant, antara lain:
Pompa G-205 dan G-205B (hanya salah satu yang digunakan untuk cadangan
Ketika pompa yang salah satunya bermasalah), Memompa seawater melewati filter
yaitu strainer FA-201 dan FA-202 (prinsip kerja sama dengan pompa) kemudian
masuk ke final condensor. Sea water berfungsi sebagai pendingin yang masuk di
shell. Final condenser berfungsi mengkondensasikan uap destilat dari efek 1-5,
yang mana uap nya masuk di tube.

Hogging H-201 berfungsi menghisap udara/uap untuk menurunkan tekanan


di final condenser. H-201 digunakan Ketika start-up karena kapasitasnya lebih
besar atau lebih kuat karena menghisap uap/udara. Udara/uap yang dihisap
langsung dibuang ke atmosfer melalui vent. H-201 dichange ke H-202 ketika
tekanan mencapai 0,2 bara, kemudian di supply MP steam ke H-202 yang mana
tekanannya lebih besar dari udara dan final condenser sehingga menghisap udara
dari E-201 menuju ke ejector E-202 masuk ke tube, sedangkan seawater masuk ke
shell. MP steam masuk pada suhu 237°C tekanan 14 barg disupply ke 3 hogging.
(2 stage ejector).

Seawater diteruskan masuk ke ejector E-203. Steam (bercampur dengan


udara dari E-201) masuk ke H-201 lalu diteruskan ke E-203. Kondensat dari E202
dan E-203 dibuang kelaut. Sedangkan uap dari E-203 langsung dibuang ke atmosfer
melalui vent. Vent berfungsi sebagai saluran pembuangan uap apabila ada
kelebihan steam dan terjadi kebuntuan di E-203.

Sea water yang telah dipanaskan di E-202 dan E-203 masuk ke efek 1 (suhu
67,7 °C). untuk aliran ke 2 yang langsung masuk ke efek 2-5 (dispray dalam waktu
yang sama) Pressure pembacaan di efek 1 dan temperature. Uap yang tidak
terkondensasi di efek 5, uap yang keluar dari efek 5 ada dua ada sebagai destilat,
yang terecycle masuk ke K-201 terikut Bersama LLP steam 3,5 bara. Destilat
diukur conductivitasnya untuk memenuhi syarat feed voiler. Dan yang tidak
memenuhi akan dimasukkan ke alirah discharge yang bercampur dengan aliran

29
seawater dari final condenser menuju laut (SWD 2 300-90 conduktivitas pada tahun
2001).

2.6 Rumus Dasar Perhitungan

1) Perhitungan Neraca Massa

Perhitungan neraca massa untuk sistem yang didefinisikan merupakan dasar


dari analisis karakteristik pemakaian energi. Perhitungan neraca massa pada
hakekatnya merupakan penerapan dari prinsip kekelan massa yang menyatakan
bahwa massa tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan.
Dalam perhitungan neraca massa anggapan yang digunakan antara lain:
a) Aliran material masukan dan keluaran system mendekati proses steady state.
b) Dianggap tidak terjadi akumulasi atau pengurangan (depletion) di dalam
demikian pula dianggap tidak ada kebocoran pipa-pipa.
c) Masukan injeksi zat-zat kimia dapat diabaikan.
d) Tidak terjadi kenaikan titik didih pada kondensat dan distilat.
e) Semua uap terkondensadikan dan distilat adalah air murni (0% solut).
f) Fraksi massa solut feed 3.5% (sumber: Engineering ToolBox).
g) Suhu seawater 33℃ (sumber: Operating Manual 5-effect MED-TVC
Desalination Plant).
h) Lima effect menjadi hitungan satu effect.
Adapun neraca massa untuk multi effect evaporator secara sederhana dapat
digambarkan sebagai berikut:
Massa masuk = Massa keluar (1)
Feed (F) = Destilate (D) + Brine (B) (2)
Neraca Massa Komponen Solute
F(Xf) = D(Xd) + B(Xb) (3)
The Distillate Vapour is Free of Solute
F(Xf) = B(Xb) (4)

30
(2) Perhitungan Neraca Panas

Pada evaporator yang beroperasi, berlaku pula prinsip kekekalan energi dimana
jumlah energi (kalor) yang masuk ke dalam evaporator sama dengan jumlah kalor
yang keluar dari evaporator. Berikut persamaan neraca panas pada kolom
evaporator:
Enthalpy Balance
Fhf+Shs = Dhd+Bhb+Shc (6)
Perpindahan Panas Permukaan
Q=UA(Ts-Tp)=S(hs-hc) (7)

31
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Waktu pelasanaan Kerja Praktek (KP) ini dilakukan pada tanggal 01 Maret-
31 April 2023 yang bertempat di PT. Kilang Pertamina Internasional Refinary Unit
(RU) V Balikpapan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan sebagai objek kerja praktek di unit Kilang Pertamina
Internasional Refinary Unit (RU) V Balikpapan adalah Multi Effect Sea Water
Desalination.
Bahan atau sampel yang digunakan secara umum adalah seawater dan steam
sebagai pemanas.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pada penulisan dan penyusunan tugas akhir ini, metode pengumpulan data
yang akan penulis ambil adalah dengan cara peninjauan atau pengamatan secara
langsung pada objek yang akan diteliti seperti Multi Effect Sea Water Desalination,
dan Control Room,pada PT. Kilang Pertamina Internasional Refinary Unit (RU) V
Balikpapan, untuk mendapatkan data yang akan diperlukan dalam kerja praktek ini.
Adapun data yang dikumpulkan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Data primer
Data ini diperoleh berdasarkan hasil peninjauan langsung pada objek, ruang
kontrol. Adapun data primer yaitu temperature, flow, tekanan inlet dan outlet
(seawater) multi effect, data logsheet PT. Kilang Pertamina Internasional Refinary
Unit (RU) V Balikpapan..
2. Data sekunder
Data ini diperoleh dari berbagai literatur yang berkaitan dengan judul tugas
akhir. Adapun data sekunder yaitu spesifikasi alat multi effect desalination.

32
3.4 Metode Analisis Data

Data-data yang akan diperoleh dari hasil analisa selama melakukan kerja
praktek selanjutnya akan diolah dengan melakukan perhitungan neraca massa dan
neraca panas, mengetahui jumlah kebutuhan steam, dan menghitung efisiensi multi
effect. Adapun tahap analisa data pada kerja prkatek ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan neraca massa dan neraca panas pada multi effect
2. Adapun data yang dibutuhkan untuk menghitung neraca massa dan neraca
panas multi effect adalah sebagai berikut:
a. Laju alir feed dan produk
b. Tekanan dan temperature steam
3. Menentukan kebutuhan steam (S) pada multi effect
Adapun data yang dibutuhkan untuk menghitung kebutuhan steam multi
effect adalah sebagai berikut:
a. Laju alir feed
b. Brine
c. Destilate
d. Steam
e. Entalphy (feed, destilate, brine, steam, kondensat)

33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Kerja praktek ini dilaksanakan pada tanggal 01 Maret - 06 April 2022 di Unit
Sea Water Desalination Kilang Pertamina Internasional RU (V) Balikpapan. Alat
yang digunakan pada kerja praktek ini yakni evaporator multi effect. Dalam
penulisan laporan tugas akhir ini metode pengumpulan data dilakukan dengan cara
pengamatan atau peninjauan langsung pada plant dan Control room. Perhitungan
neraca massa umtuk menetukan produk atas (vapour) dan produk bawah (brine)
Hasil perhitungan neraca massa total dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan hasil
perhitungan neraca massa komponen dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.1 Hasil perhitungan neraca massa total evaporator multi effect
Neraca Massa Total
No Tanggal Feed (F) Distillate Vapor (D) Brine (B)
kg/s kg/s kg/s
1 13/3/23 137.3432 26.2415 111.1017
2 14/3/23 136.1484 25.2512 110.8972
3 15/3/23 137.0587 25.4713 111.5874
4 16/3/23 136.9449 25.0312 111.9137
5 17/3/23 136.6036 24.3710 112.2325

Tabel 4.2 Hasil perhitungan neraca massa komponen evaporator multi effect
Neraca Massa Komponen Solute
No Tanggal Fraksi Solute Feed Fraksi Solute Fraksi Solute
(F) Distillate Vapor (D) Brine (B)
1 13/3/23 0.0350 0 0.0433
2 14/3/23 0.0350 0 0.0430
3 15/3/23 0.0350 0 0.0430
4 16/3/23 0.0350 0 0.0428
5 17/3/23 0.0350 0 0.0426

34
Hasil perhitungan neraca panas untuk menentukan efisiensi dimulai dengan
menentukan heat inlet, heat outlet, dan heat loss. Hasil perhitungan neraca panas
dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil perhitungan neraca panas komponen evaporator multi effect
Enthalpy In Enthalpy Panas Steam Heat Heat Loss Efisiensi
No Tanggal
(kW) Out (kW) (kW) Economy Loss (%) (%)
1 13/03/23 60021.66 47283.43 33124.76 9.08 12738.23 21.22 78.78
2 14/03/23 59310.94 46831.91 32858.30 9.16 12479.03 21.04 78.96
3 15/03/23 58946.07 46269.78 32468.52 9.28 12676.29 21.50 78.50
4 16/03/23 58708.29 46796.05 32173.07 9.33 11912.24 20.29 79.71
5 17/03/23 58627.35 46702.69 32286.22 9.31 11924.67 20.34 79.66

4.2 Pembahasan

Evaporator merupakan salah satu peralatan utama pada unit desalinasi dimana
proses evaporasi dan kondensasi terjadi. Air umpan yang telah dipanaskan di brine
heater mengalami evaporasi dalam evaporator dimana uap yang terbentuk akan
disaring oleh demister untuk mencegah terbawanya kotoran sehingga kondensat
yang dihasilkan bebas kotoran.
Dalam multi effect evaporator, air laut disemprotkan ke bagian luar dari tabung
penukar panas yang diletakkan secara horizontal. Pada saat uap air yang lebih panas
yang terdapat dalam tabung berkondensasi dan menghasilkan air tawar, saat itu pula
menyebabkan air laut diluar tabung mendidih, dan menghasilkan uap air baru yang
kemudian mengalir ke tabung penukar panas berikutnya. Setiap effect mengurangi
tekanannya dibawah tekanan jenuh dari temperature brine.
Tugas khusus ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja alat desalinasi tipe
Multi Effect Desalination. Dalam mengevaluasi kinerja alat desalinasi terdapat
beberapa parameter yang digunakan yaitu laju alir umpan, distilat, dan brine, heat
input dan heat output evaporator. Untuk menentukan nilai efisiensi dari evaporator
terlebih dahulu dilakukan perhitungan neraca massa untuk mengetahui jumlah
distilat dan brine yang keluar dari evaporator. Diagram hubungan massa seawater,
distilat, dan brine ditunjukkan pada Gambar 4.1.

35
Neraca Massa
200
180 Feed 169.5 kg/s
160
140
Massa, kg/s

120
100
80
60
40
20
0
13/3/23 14/3/23 15/3/23 16/3/23 17/3/23
Tanggal

Feed Distilat Brine

Gambar 4.1 Grafik hubungan massa feed, distilat, dan brine

Berdasarkan gambar diagram di atas, laju alir feed, distilat, dan brine
cenderung hampir sama. Laju alir feed tertinggi adalah 137.3432 kg/s dengan
menghasilkan distilat sebesar 26.2415 kg/s. Laju alir brine dihitung dengan cara
laju alir feed dikurang laju alir distilat sehingga diperoleh laju alir brine 111.1017
kg/s. Akan tetapi, laju alir feed tersebut di bawah dari data desain yaitu 169.5 kg/s.
Penurunan flow air laut ini mengakibatkan hasil produksi menurun. Hal ini
disebabkan Tinggi endapan lumpur pada bagian intake mengakibatkan
penyumbatan pada filter sehingga debit air yang dihasilkan berkurang yang
mengakibatkan produksi air baku berkurang.
Berdasarkan perhitungan perbandingan data aktual dan data desain
evaporator multi effect diperoleh efisiensi 80%, penurunan efisiensi dapat
disebabkan level air laut pada dikanal Cooling Water Intake (CWI) surut, sehingga
feed pompa G–205 juga rendah, head pompa tinggi dan flow rendah. Selain itu,
dapat juga disebabkan oleh strainer 1 dan 2, hambatan di final kondensor akibat
adanya impuritis seawater yang tidak tersaring di strainer. Selanjutnya bisa terjadi
juga hambatan di nozzle tiap effect.

36
Selanjutnya, setelah perhitungan neraca massa data jumlah feed, distilat,
dan brine digunakan untuk menghitung neraca panas. Pada neraca panas dibutuhkan
juga data suhu dan tekanan untuk menentukan entalpi.

Grafik Heat In Aktual dengan Heat In Desain


70000.00 67298 kW

65000.00
Heat In Aktual

60000.00

55000.00

50000.00

45000.00
12 13 14 15 16 17 18
Tanggal

Gambar 4.2 Grafik perbandingan heat in aktual dengan heat in desain

Grafik Heat In Aktual dengan Heat Out Desain


75000.00
70000.00 68001 kW
65000.00
Heat Out Aktual

60000.00
55000.00
50000.00
45000.00
40000.00
35000.00
12 13 14 15 16 17 18
Tanggal

Gambar 4.3 Grafik perbandingan heat out aktual dengan heat in desain
Berdasarkan grafik perbandingan di atas dapat dilihat bahwa heat in aktual
terbesar adalah 60021.66 kW sedangkan data heat in desain adalah 67298 kW. Heat
out aktual terbesar adalah 47283.43 kW sedangkan data heat out adalah 68001 kW.

37
Efisiensi dihitung dengan prinsip jumlah panas yang termanfaatkan dibagi jumlah
panas yg disuplai, perhitungan efisiensi melibatkan panas sehingga
penyelesaiannya mengunakan metode neraca panas. Kualitas pemisahan sangat
dipengaruhi oleh steam yg diinjeksikan pada evaporator. Jumlah steam yang
disuplai rata-rata sebesar 14.822 kg/s, heat loss rata-rata sebesar 12346.09 kg/s
dengan %heat loss rata-rata sebesar 20.8%. Efisiensi panas yang dihitung rata-rata
adalah 79%.
Penurunan efisiensi evaporator ini dapat disebabkan karena evaporator yang
digunakan sudah cukup lama sehingga berpotensi membentuk kerak (fouling) di
dinding luar tube karena tingginya kandungan mineral pada air laut. Fouling yang
terbentuk akan menghambat laju perpindahan panas. Isolasi yang kurang baik pada
evaporator juga menyebabkan adanya panas yang hilang ke lingkungan. Selain itu
juga, dapat disebabkan oleh faktor kevakuman yang kurang sehingga penguapan
jadi tidak maksimal.

38
DAFTAR PUSTAKA

Alkatiri, I. F. (2017). Biodegradasi hidrokarbon minyak bumi menggunakan isolat


kapang dari limbah minyak bumi. IAIN AMBON.
Engineering ToolBox, (2005). Seawater - Properties. [online] Tersedia di:
https://www.engineeringtoolbox.com/sea-water-properties-d_840.html
[Diakses 29 April 2023].
Gilang Kumala, M. (2012). Anaisis Pelaporan Penjualan BBM Di PT Pertamina
(Persero) Unit Pemasaran III Cabang Bandung.
H.T. El-Dessouky and H.M.Ettouney., (2002), “Fundamentals of Salt Water
Desalination”, Department of Chemical Engineering College of Engineering
and Petroleum Kuwait University, Kuwait, hal. 271-407.
Nur, M. (2015). Optimasi Blending Komponen LGO, Heavy Kero dan ADO
Pembentuk Solar dan Kerosene Sebagai Pertadex di PT. Pertamina di RU II
Dumai. Jurnal Teknik Industri: Jurnal Hasil Penelitian Dan Karya Ilmiah
Dalam Bidang Teknik Industri, 1(2), 126–131.
Permatasari, Y. P., & Damayanti, A. (2018). Laporan Kerja Praktek PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit V Balikpapan Kalimantan Timur.
https://docplayer.info/84036069-Laporan-kerja-praktek-pt-pertamina-
persero-refinery-unit-v-balikpapan-kalimantan-timur.html
Team Start Up. 2001. Operating Manual 5-effect MED-TVC Desalination Plant.
PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit V. Balikpapan, Kalimantan
Timur. Yunus A Cengel, A Practical approach, Heat Transfer Book, Second
Edition

39
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1
Data Logsheet Akumulasi Control Room PT. Kilang Pertamina Balikpapan (KPI)
Refinary unit V Balikpapan
Maret
Nama Peralatan Unit Total
13 14 15 16 17
Evaporator Effect Press mbara 291,2 294,8 278,6 289,4 292,6 289,32
Final Condensor Pressure mbara 176,2 179,6 176 172,2 176,6 176,12
LLP Steam Pressure barg 2,26 2,16 2,12 2,21 2,1 2,17
MP Steam Pressure barg 14 14 14 14 14 14
Ejector K 2 1 Opening % 75 75 75 75 75 75
Evaporator Effect 1 Flowrate m3/h 92,4 90 90,4 89,8 89,8 90,48
Evaporator Effect 2 Flowrate m3/h 56,6 56 59,8 60,6 59,2 58,44
Evaporator Effect 3 Flowrate m3/h 89,8 88,2 87,2 86 86,8 87,6
Evaporator Effect 4 Flowrate m3/h 93 94,2 94,2 93,4 92,8 93,52
Evaporator Effect 5 Flowrate m3/h 115 114,2 113,8 113,8 113,4 114,04
Make up Water Flow m3/h 482,8 478,6 481,8 481,4 480,2 480,96
Distillate Flowrate m3/h 95,4 91,8 92,6 91 88,6 91,88
LLP Steam Flowrate ℃ 33 32,4 32,2 32 32 32,32
Brine Level Control manH2O 536,2 470,2 501 533,8 452,4 498,72
Distillate Level Control manH2O 678,4 668 661 695 721,6 684,8
LP Steam Temperature ℃ 134 133,8 132,4 132,8 133 133,2
MP Steam Temperature ℃ 235,2 234,2 236,6 235,4 238,2 235,92
Evaporator Effect 1 Steam
℃ 68 68 67,4 67,2 68 67,72
Temperature
Gain Output Ratio
1,9 1,84 2,06 1,8 1,8 1,88
Average/hour
Distillate Conductivity mSi/cm2 2,68 4,36 4,52 4,24 4,28 4,016
Data Logsheet Akumulasi Local PT. Kilang Pertamina Balikpapan (KPI) Refinary unit V
Balikpapan
Maret Total
Nama Peralatan Unit
13 14 15 16 17
S Water Disch Pressure Bar 2,4 2,64 2,6 2,6 2,6 2,57
Final Condensor Pressure Bara 53 53 57,8 53 53 54
Final Condensor Temp ℃ 0,9 0,9 0,9 0,7 0,7 0,8
Condensor E 202 In Press Bar 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Condensor E 202 Out Temp ℃ 45 45 45 45 45 45
Condensor E 203 Out Temp ℃ 44 44 44 44 44 44
Evaporator Effect 5 ℃
64 64 64 64 64 64
Flowrate
Evaporator Effect 1 Temp ℃ 61 61 61 61 61 61
Evaporator Effect 2 Temp ℃ 59 59 59 59 59 59
Evaporator Effect 4 Temp ℃ 56 56 56 58 58 56,8
Anti Scale Tank Level MM 936 974 810 810 810 868
Distillate P G 201 Disch
Bar 2 2 2 2 2 2
Press
Lampiran 2 Perhitungan
1. Neraca Massa pada multi effect evapotator
Perhitungan neraca massa pada multi effect evaporator tanggal 13 Maret 2023 :
Neraca Massa Total:
Feed (F) = Destilate (D) + Brine (B)
Data feed dan destilat diketahui dari logsheet control room.
• Penentuan Jumlah Brine
Feed (F) = Destilate (D) + Brine (B)
B=F–D
B = 137,1426 kg/s – 26.2297kg/s
B = 110.9129 kg/s
• Penentuan Neraca Massa Komponen Solute
F(Xf) = D(Xd) + B (Xb)
Xf (asumsi) = 3,50%
0.0350 (3,50%) = 110.9129kg/s (Xb)
Xb = 0.0433

Tabel Hasil Perhitungan Neraca Massa


Neraca Massa Komponen
Neraca Massa Total
Solute
No Tanggal
Feed (F) Distillate Vapor (D) Brine (B) Fraksi Solute Brine (Xb)
kg/s kg/s kg/s
1 13/3/23 137.3432 26.2415 111.1017 0.0433
2 14/3/23 136.1484 25.2512 110.8972 0.0430
3 15/3/23 137.0587 25.4713 111.5874 0.0430
4 16/3/23 136.9449 25.0312 111.9137 0.0428
5 17/3/23 136.6036 24.3710 112.2325 0.0426
2. Neraca Panas pada multi effect evaporator
Perhitungan neraca panas pada multi effect evaporator tanggal 13 Maret 2023 :
• Enthalpy Balance
Enthalpy in = Enthalpy out
Fhf + SHs = DHd + Bhb + Shs
• Enthalpy In
Enthalpy in = Fhf + SHs
Enthalpy in = (137.34 kg/s × 138.2 kJ/kg) + (15.1342 kg/s × 2711.8 kJ/kg)
Enthalpy in = 60021.66 kJ/s
Enthalpy in = 60021.66 kW
• Enthalpy Out
Enthalpy out = DHd + Bhb + Shs
Enthalpy out = (26.2415 kg/s × 286.396 kJ/kg)
+ (111.196 kg/s × 286.448 kJ/kg)
+ (15.1342 kg/s × 523.06 kJ/kg)
Enthalpy out = 47283.43 kJ/s
Enthalpy out = 47283.43 kW
• Heat Loss
Enthalpy in − Enthalpy out
Heat loss = × 100%
Enthalpi in
60021.66 − 47283.43
Heat loss = × 100%
60021.66
Heat loss = 21.22%
• Efisiensi
Enthalpy in 60021.66 kW
Efisiensi = × 100% = = 78.78%
Enthalpi out 47283.43 kW
Tabel Hasil Perhitungan Neraca Massa
Enthalpy In Enthalpy Heat Heat Loss Efisiensi
No Tanggal
(kW) Out (kW) Loss (%) (%)
1 13/03/23 60021.66 47283.43 12738.23 21.22 78.78
2 14/03/23 59310.94 46831.91 12479.03 21.04 78.96
3 15/03/23 58946.07 46269.78 12676.29 21.50 78.50
4 16/03/23 58708.29 46796.05 11912.24 20.29 79.71
5 17/03/23 58627.35 46702.69 11924.67 20.34 79.66
Flow Diagram Proses Pengolahan Sea Water Desalination PT. Kilang Pertamina Internasional Refinary Unit V Balikpapan
OVERVIEW OF DESALINATION PLANT STARTUP SEQUENCE
XSV-203-2 SHUTDOWN SEQUENCE
XSV-204-2 XSV-205-2 EMERGENCY HAND TRIP

SEQ. STATUS WINDOW


XSV-212
RESET
XSV-206-2 PIC-215 FA-202

H-203 H-202
H-201
FCV-202 G-205 B
E-203 E-202 E-201
FIC-202
AUT
FA-201
AUT
G-205
TCV-201
K-201 PCV-215
BAR XSV-201
PIC-217 TIC-201 FIC-210
PI-219 TI-213
FI-203 FI-204 FI-205 FI-206 FI-201

LIC-203 PCV-210

LIC-205
SERVICE WATER

E-204-1 E-204-2 E-204-3 E-204-4 E-204-5 STORAGE TANK


G-201 AUT AI-202 XSV-208-5

LCV-203 FIC-208 BLOWDOWN

XSV-209-5

AUT
G-203
G-202 BLOWDOWN
LCV-205

G-204
Lampiran 4 Dokumentasi

Pompa seawater

Penambahan Klorin

Strainer (penyaring)
Final Condensor

Kondensor Ejector

Hogging Ejector
Evaporator Multiple Effect Desalination

Pompa

Pengambilan Data Logsheet

Anda mungkin juga menyukai