SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan sarjana terapan Program Studi Teknologi Kimia Industri
Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Ujung Pandang
HALAMAN SAMPUL
1
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KERJA LAPANGAN
PT. KILANG PERTAMINA INTERNASIONAL
REFINERY UNIT V BALIKPAPAN
Mengetahui, Menyetujui,
Lead of Process Engineering RU V Pembimbing Kerja Praktik
Balikpapan
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan kegiatan dan
menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul ”Evaluasi Kinerja Unit Multi
Effect Seawater Desalination PT. Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit V
Balikpapan” sebagaimana yang diharapkan. Kegiatan kerja praktik dan laporan
tugas akhir ini dapat terlaksana dan terselesaikan tidak lepas dari bimbingan,
petunjuk dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak baik yang bersifat moral
maupun material. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat karunia-Nya kepada penulis
dalam melaksanakan dan menyelesaikan PKL.
2. Orang tua tercinta dan segenap keluarga yang selama ini telah membantu dalam
bentuk perhatian, bantuan, semangat, dan doa yang tidak henti-hentinya
mengalir demi kelancaran dan kesuksesan penulis dalam melaksanakan dan
menyelesaikan PKL.
3. Bapak Prof. Ir. Muhammad Anshar, M.Si.,Ph.D. selaku Direktur Politeknik
Negeri Ujung Pandang.
4. Bapak Drs. Herman Bangngalino, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
5. Ibu Fajriyati Mas’ud, S.T.P., M.Si. selaku Ketua Program Studi D4 Teknologi
Kimia Industri Politeknik Negeri Ujung Pandang.
6. Bapak Ir. Zulmanwardi, M.Si. dan Bapak Ir. Irwan Sofia selaku pembimbing
tugas akhir.
7. Bapak Fajri Kautsar selaku Lead of Process Engineering PT.Kilang Pertamina
Internasional RU V Balikpapan.
8. Bapak Muhammad Syahrial Akbar selaku pembimbing kerja praktik di Process
Engineering PT. Kilang Pertamina Internasional RU V Balikpapan. Penulis
mengucapkan banyak terimakasih atas bimbingan dan arahannya selama
melaksanakan kerja praktik.
3
9. Seluruh staff Process Engineering atas kesediaannya berbagi ilmu selama
penulis melakukan kerja praktik.
10. Seluruh operator di Ruang Kontrol Seawater Desalination PT. Kilang
Pertamina Internasional RU V Balikpapan.
11. Teman-teman seperjuangan kerja praktik yang telah membantu dalam proses
pembuatan laporan kerja praktik ini.
12. Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu per satu.
Segala saran dan kritik yang membangun sangatlah penulis harapkan dari
semua pihak karena penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Hal ini pun tidak lepas dari keterbatasan penulis sebagai manusia biasa.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak dan menjadi
acuan di masa yang akan datang. Atas perhatian dan kerja samanya penulis ucapkan
terima kasih.
Balikpapan, April 2023
Penulis
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
6
DAFTAR LAMPIRAN
7
DAFTAR ISI
8
BAB I PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya alamnya
baik di darat maupun dilaut. Salah satu contoh sumber daya alam yang terdapat di
Indonesia adalah minyak bumi dan gas alam. Minyak bumi dan gas alam merupakan
senyawa hidrokarbon. Minyak bumi adalah minyak yang berasal dari fosil hewan
dan tumbuhan yang telah terkubur beberapa juta tahun yang lalu dengan bentuk
cairan kental, berwarna coklat atau kehijauan yang mudah terbakar (Alkatiri, 2017).
Sedangkan gas alam adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri
dari metana CH4 (Nur, 2015). Minyak bumi dan gas alam merupakan sumber energi
utama yang dibutuhkan penduduk dunia. Sumber energi lain belum dapat
menggantikan peran minyak bumi sepenuhya sebagai sumber energi utama. Hal ini
mendorong perkembangan industri pengilangan minyak dan gas alam untuk
meningkatkan kegiatan eksplorasi, transportasi, dan proses pengolahan migas.
Salah satu industri pengilangan minyak dan gas di Indonesia adalah
PT. Pertamina (Persero). PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi
yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak
tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT. PERMINA. Pada tahun 1961
perusahaan ini berganti nama menjadi PN. PERMINA dan setelah merger dengan
PN.PERTAMIN di tahun 1968 namanya berubah menjadi PN. PERTAMINA.
Dengan bergulirnya Undang Undang No. 8 Tahun 1971 sebutan perusahaan
menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah
status hukumnya menjadi PT. Pertamina (Persero) pada tanggal 17 September 2003
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 pada
tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. PT. Pertamina (Persero)
didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17
September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat
Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Sesuai akta
pendiriannya, maksud dari Perusahaan Perseroan adalah untuk menyelenggarakan
usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di luar negeri serta
9
kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak
dan gas bumi tersebut (Gilang Kumala, 2012). Pertamina memiliki unit-unit operasi
yang tersebar di seluruh Indonesia yang meliputi beberapa operasi Eksplorasi dan
Produksi, 7 Refinery Unit, dan 8 Unit Pemasaran.
PT. Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit V Balikpapan
beroperasi 24 jam sehari selama 2 atau 3 tahun nonstop tergantung unit operasinya
dikarenakan adanya jadwal TA (Turn Around) atau Plant Stop untuk pengecekan
dan perbaikan. Oleh karena itu, pasokan air untuk kebutuhan kilang tidak boleh
terhenti sama sekali selama proses operasi.
Untuk mendukung berlangsungnya proses industri tersebut, maka
diperlukan unit utilities sebagai sarana penunjang berupa air, steam, udara dan
listrik. Namun, untuk memenuhi kebutuhan air di PT. Kilang Pertamina
Internasional (KPI) Refinery Unit V Balikpapan, maka perusahaan membuat unit
pengolahan air salah satunya adalah dengan membangun unit desalinasi untuk
menambah persediaan air dengan memanfaatkan air laut sebagai bahan bakunya
yang kemudian diolah sesuai dengan tingkat kebutuhan dan persyaratan-
persyaratan yang telah ditentukan seperti ; pH, conductivity, turbidity, kandungan
garam-garam mineral dan gas-gas terlarut dalam air.
Metode Unit Desalinasi yang digunakan oleh PT. Kilang Pertamina
Internasional (KPI) Refinery Unit V Balikpapan adalah metode distilasi
menggunakan Multi Stage Flash Desalination pada unit Sea Water Desalination I
dan Multi Effect Desalination pada unit Sea Water Desalination II. Prinsip yang
digunakan pada metode ini adalah penguapan air pada tekanan dibawah tekanan
atmosfer. Air laut yang mengandung garam disemprotkan ke dalam effect
sedangkan LLP Steam 3,5 bar sebagai media pemanas dialirkan kedalam tube, lalu
diuapkan dengan kondisi tekanan vacuum sehingga terbentuk uap air kemudian
dikondensasikan dan terbentuk menjadi air tawar yang kemudian dialirkan ke
tangki produk untuk diolah menjadi air demineralisasi.
Air yang telah sampai pada titik didihnya akan menguap dan keluar
melewati puncak evaporator, sedangkan air yang tidak menguap mengandung
konsentrasi mineral yang tinggi. Setyawan (2017) menyatakan bahwa perpindahan
panas dan perpindahan massa adalah dua proses dasar yang terjadi dalam proses
penguapan/evaporasi. Konsep perpindahan panas keseluruhan dipakai dalam
10
perlakuan sistem evaporator. Berdasarkan perpindahan panas tersebut, maka
efisiensi evaporator perlu diketahui karena kinerja alat di sebuah industri akan
semakin menurun seiring berjalannya waktu.
Evaluasi efisiensi evaporator didasarkan pada perhitungan neraca massa dan
neraca panas dari evaporator itu sendiri. Selain itu, perlu dilakukan perhitungan
kebutuhan steam untuk mengetahui jumlah optimum steam yang diinjeksi sebagai
evaluasi kinerja dari evaporator. Tujuan dari perhitungan efisiensi adalah untuk
mengetahui kelayakan evaporator di unit utilitas untuk tetap digunakan dalam
tahapan proses pengolahan air laut pada proses desalinasi.
11
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Mengetahui nilai massa inlet dan outlet pada Multi Effect Desalination
(MED) di New Seawater Desalination Plant PT. Kilang Pertamina
Internasional RU V.
2. Mengetahui nilai panas inlet dan outlet pada Multi Effect Desalination
(MED) di New Seawater Desalination Plant PT. Kilang Pertamina
Internasional RU V.
3. Mengetahui nilai efisiensi Multi Effect Desalination (MED) di New
Seawater Desalination Plant PT. Kilang Pertamina Internasional RU V.
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Industri
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
13
Gambar 2. 1 Areal Kilang RU V
Sumber : Pertamina.com 2020
14
Tabel 2. 1 Perkembangan Kilang Minyak PT. Pertamina (Persero) RU V
Waktu Peristiwa
1897-1922 Penemuan beberapa sumber minyak pada beberapa tempat di
Kalimantan Timur.
1922 CDU II dibangun oleh perusahaan minyak Bataafsche Petroleum
Maatsppij (BMP).
1946 Rehabilitasi CDU II akibat kerusakan saat perang dunia II.
1949 HVU I selesai dibangun oleh PT. Shell Indonesia, dengan desain
oleh Mc. Kee. Kapasitas pengolahan HVU I sebesar 12 MBSD.
Wax Plant dan CDU I berkapasitas produksi masing-masing 110
1950 ton per haridan 25 MBSD selesai dibangun. Pembangunan unit-
unit ini sama dengan HVU I.
1952 CDU II berkapasitas 25 MBSD selesai dibangun oleh PT. Shell
Indonesia, dengan desain oleh Alco.
1954 Modifikasi CDU III sehinggadicapai kapasitas produksi 10 MBSD.
Saat ini CDU III tidak dioperasikan lagi.
Untuk mengkonsolidasi industri perminyakan dan gas,
1968 manajemen, ekplorasi pemasaran, dan distribusi, PN Pertamin
dan PN Permina merger menjadi PN Pertamina.
15/09/1971 PN Pertamina diubah menjadi Pertamina.
15
Tabel 2. 1 Perkembangan Kilang Minyak PT. Pertamina (Persero) RU V
(Lanjutan)
1972 Modifikasi Wax Plant sehingga dicapai kapasitas produksi 175 ton
per hari.
04/1981 Kilang Balikpapan II mulai dibangun dengan hak paten desain
proses dari UOP Inc.
11/1983 Peresmian kilang Balikpapan II oleh Presiden RI pada saat itu.
Proses upgrading kilang Balikpapan I (CDU I, CDU II, dan HVU
05/12/1997 Itidak beroperasi lagi) & pembangunan CDU V dan HVU III
diresmikan oleh Presiden RI pada saat itu.
17/09/2003 Perubahan status Pertamina dari BUMN menjadi PT (Perseroan
Terbatas) menurut UU Migas No.22 Tahun 2001.
09/10/2008 PT. Pertamina (Persero) Unit Pengolahan V Balikpapan berubah
menjadi PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan.
Sumber : (Permatasari & Damayanti, 2018)
16
d. Loyal berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
e. Adaptif terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan ataupun
menghadapi perubahan
f. Kolaboratif membangun kerja sama yang sinergis
Sumber Daya Alam dan Unit Penyedia Air Kilang minyak PT. PT. Kilang
Pertamina Internasional (KPI) RU V Balikpapan memiliki unit utilitas yang
memanfaatkan sumber daya alam (air, minyak bumi dan gas alam) antara lain:
1. Air permukaan di Waduk Sungai Wain yang berlokasi 15 km utara Kilang
Balikpapan. Air dialirkan melalui 3 jalur perpipaan menuju Water Treatment
Plant (WTP) I Pancur.
2. Air bawah tanah berupa sumur bor (deep well) yang semula berjumlah 11 unit,
kini tinggal 1 unit yang beroperasi. Air dialirkan menuju WTP II.
3. Air laut yang diambil dari laut Teluk Balikpapan. Air laut di Kilang Balikpapan
digunakan untuk pendingin di unit- unit proses, fasilitas pemadam kebakaran
dan air umpan Sea Water Desalination (SWD).
4. Natural Gas yang diperoleh dari perusahaan pemasok gas alam PT. Chevron
Indonesia Company (CIC) digunakan untuk bahan bakar boiler.
5. Residue atau bottom product dari pengolahan minyak mintah digunakan untuk
bahan bakar boiler. Sumber daya alam tersebut digunakan untuk memenuhi
sarana- sarana utilitas yang berperan dalam penyediaan air dan listrik bagi
kebutuhan operasional kilang maupun perumahan. Air yang digunakan sebagai
utilitas pada kilang Pertamina RU V berupa air laut, air Sungai Wain, dan air
sumur (deep well).
17
digunakan sebagai air proses, air penunjang dan air untuk perumahan. Steam dapat
digunakan sebagai pemanas dan pembangkit tenaga listrik. Listrik digunakan untuk
operasional serta instrumentasi kilang. Bahan bakar digunakan sebagai pemanas
baik berupa boiler maupun heater dalam furnace. Udara digunakan sebagai udara
proses ataupun pendinginan. Gas inert digunakan sebagai gas operasional.
18
4. Air untuk pemadam kebakaran
5. Air untuk kebutuhan kantor dan kompleks perumahan Pertamina RU V.
19
caustic soda,
2. Sedimentasi dengan teknologi MTS (Multi Tray Sedimentation) dan
3. Filtrasi dengan menggunakan filter bed.
Produk air bersih dikirimkan ke kilang digunakan sebagai air utilitas dan pendingin
dan ke perumahan digunakan sebagai air kebutuhan rumah tangga.
Unit ini berfungsi untuk menambah persediaan air tawar dengan mengolah
air laut untuk selanjutnya diproses kembali di demineralized plant, kemudian siap
digunakan sebagai umpan reboiler bertekanan tinggi. Unit ini berfungsi untuk
menjaga persediaan air, agar selalu tersedia air yang cukup tanpa terpengaruh
musim kemarau yang sering mengakinatkan air tawar dari sumur/sungai berkurang.
Air yang diolah diambil dari Teluk Balikpapan yang berjarak 450 m dari unit ini
menggunakan pipa 84 inch yang sedalam 30 m dari permukaan laut.
SWD dibagi menjadi 2 bagian, yaitu SWD I dan SWD II. Proses yang
digunakan untuk mengolah air laut pada SWD I adalah multi stage flash distillation
(MSF) dan pada SWD II adalah multi effect distillation (MED) dengan produksi air
tawar masing-masing 300 m3 /jam dan 200 m3 /jam. Ukuran kinerja unit SWD
adalah banyaknya distilat yang dihasilkan per satuan steam pemanas yang
digunakan. Ukuran tersebut dikenal dengan GOR (Gain Output Ratio). Air laut
diuapkan secara bertahap dan uap yang terbentuk dikondensasi, kemudian dikirim
ke tangka penampung. Untuk menghindari terjadinya kerak dan busa, maka
digunakan bahan kimia anti kerak (antiscale) dan anti busa (antifoam). Bila dalam
periode tertentu kerak sudah banyak dan kapasitas produksi tidak efektif, maka
dapat dilakukan pembersihan secara kimia dengan asam (acid cleaning).
Pada SWD I, proses yang digunakan adalah proses multi stage flash
distillation, yaitu proses penguapan air laut dan mengkondensasikan uap air dengan
cara menukar panas dengan air laut umpan. Proses ini juga menggunakan prinsip
penurunan tekanan yang mengakibatkan turunnya titik didih air (prinsip Flash
Evaporation). Untuk itu, unit ini dilengkapi dengan ejector yang menghisap uap
20
yang tidak terkondensasi dan membuat tekanan vakum (0,02 kg/cm2 g pada stage
terakhir). Pada SWD I ini terdapat 6 stages effect.
Pada SWD II, proses yang digunakan adalah Multi Effect Distillation.
Proses ini 137 sebenarnya memiliki cara kerja yang sama dengan SWD I, tapi pada
SWD II tidak terdapat brine heater yang memanaskan air laut. Air laut dipanaskan
dan diuapkan oleh steam 3.5 bar yang mengalir di dalam tube. Steam ini berasal
dari exhaust steam yang keluar dari pompa-pompa turbin di kilang. Penguapan ini
juga ditunjang oleh kondisi tekanan yang vakum, sehingga jtitik didih air turun.
Jumlah effect evaporator pada SWD II ini adalah 5 buah.
Mula-mula, air laut di-spray-kan ke dalam masing-masing evaporator. Kemudian,
air laut dipanaskan dengan steam 3,5 bar. Uap yang dihasilkan dihisap oleh sistem
ejektor bercampur dengan steam yang digunakan dalam sistem ejektor tersebut.
Steam dan uap keluaran ejektor akan dikondensasikan sebagai produk air tawar,
sedangkan air laut yang tidak menguap (brine water), dibuang langsung ke laut.
Hasil dari SWD tidak boleh mengandung silika dan memiliki konduktivitas sebesar
10 𝜇s/cm.
21
2.2.4 Cooling Water System
22
2.2.5 Boiler
Terdapat 6 unit HHP Boiler, masing- masing dengan kapasitas desain 125
ton per jam. Untuk memenuhi kebutuhan steam HHS secara normal 430- 460 ton
per jam, maka boiler dilakukan pengaturan operasional secara optimal dan
mempertimbangkan faktor kehandalannya.
Steam yang diproduksi dengan tekanan 60 kg/cm2g untuk kebutuhan
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan kilang sebagai driver dan pemanas.
Sistem pengaturan boiler dengan menggunakan Distributed Control System (DCS).
23
TEKNOLOGI DESALINASI
Membran Termal
Elektrolisa Reverse
Osmosi
s
TVC
Multi Stage Multi Effect Vapor Compression
Desalination Desalination
MVC
Reverse Osmosis adalah pemisahan garam-garam yang ada dalam air laut
dengan melewatkan air laut melalui membran yang dapat di tembus (permeable
membran) atau penyaring yang merupakan media yang porous. Reverse osmosis
didasarkan pada perbedaan tekanan osmosis antara air dan bahan-bahan lain yang
terlarut. Air laut yang mengandung garam-garam yang terlarut dilewatkan melalui
membran, karena tekanan osmosis air, maka air akan menembus membran dan
24
terpisah dari garam-garam. Metode reverse osmosis dapat menghasilkan air dengan
kemurnian yang tinggi hingga 99%.
Namun, metode reverse osmosis memerlukan waktu yang lama untuk
menghasilkan air dengan kemurnian yang tinggi karena air harus melewati lubang-
lubang yang berukuran super kecil sehingga aliran airnya sangat kecil.
2.3.3 Distilasi
2.4 Evaporator
25
memiliki titik didih yang rendah dengan pelarut yang memiliki titik didih tinggi
sehingga pelarut yang memiliki titik didih rendah akan menguap dan hanya
menyisahkan larutan yang lebih pekat dan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi.
Proses evaporasi memiliki ketentuan, yaitu:
1. Pemekatan larutan didasarkan pada perbedaan titik didih antar zat-zatnya.
2. Titik didih cairan dipengaruhi oleh tekanan.
3. Dijalankan pada suhu yang lebih rendah dari titik didih normal.
4. Titik didih cairan yang mengandung zat yang tidak menguap akan tergantung
tekanan dan kadar zat tersebut.
5. Beda titik didih larutan dengan titik didih cairan murni disebut kenaikan titik
didih (boiling range).
26
Walaupun kedua tipe ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing,
namun kedua tipe ini sangat cocok digunakan untuk unit utilities pada PT. Kilang
Pertamina Internasional Refinery Unit V Balikpapan dalam menghasilkan air tawar.
27
bertemperatur paling rendah dihubungkan dengan ejector, dan final condensor,
jumlah tingkat atau jumlah effect yang dibutuhkan disesuaikan dengan kebutuhan
jumlah produk.
2.5 Multi Effect Sea Water Desalination PT. Kilang Pertamina Internasional
RU V Balikpapan
Prinsip kerja dari multi effect desalinasi adalah uap yang berasal dari
auxilary steam masuk ke dalam tube pada effect pertama untuk memanaskan air
laut. Air laut masuk ke dalam effect pertama dengan cara dispray ke tube yang berisi
uap. Saat itu juga uap yang ada didalam tube akan terkondensasi dan menghasilkan
distilat kemudian ditampung di tangki produk, di lain sisi temperatur air laut yang
dispray diluar tabung akan naik dan menguap karena tekanan yang dibawah tekanan
atmosfer. Uap yang terbentuk akan masuk ke effect selanjutnya. Di effect terakhir,
uap yang dihasilkan akan ditarik menggunakan ejector untuk masuk kedalam final
condensor, uap tersebut kontak dengan tube yang berisi air laut sehingga
menghasilkan distilat. Air laut yang tidak teruapkan ditampung untuk dibuang ke
laut.
28
2.5.3 Uraian Proses
Adapun uraian proses pada New Sea Water Desalination Plant, antara lain:
Pompa G-205 dan G-205B (hanya salah satu yang digunakan untuk cadangan
Ketika pompa yang salah satunya bermasalah), Memompa seawater melewati filter
yaitu strainer FA-201 dan FA-202 (prinsip kerja sama dengan pompa) kemudian
masuk ke final condensor. Sea water berfungsi sebagai pendingin yang masuk di
shell. Final condenser berfungsi mengkondensasikan uap destilat dari efek 1-5,
yang mana uap nya masuk di tube.
Sea water yang telah dipanaskan di E-202 dan E-203 masuk ke efek 1 (suhu
67,7 °C). untuk aliran ke 2 yang langsung masuk ke efek 2-5 (dispray dalam waktu
yang sama) Pressure pembacaan di efek 1 dan temperature. Uap yang tidak
terkondensasi di efek 5, uap yang keluar dari efek 5 ada dua ada sebagai destilat,
yang terecycle masuk ke K-201 terikut Bersama LLP steam 3,5 bara. Destilat
diukur conductivitasnya untuk memenuhi syarat feed voiler. Dan yang tidak
memenuhi akan dimasukkan ke alirah discharge yang bercampur dengan aliran
29
seawater dari final condenser menuju laut (SWD 2 300-90 conduktivitas pada tahun
2001).
30
(2) Perhitungan Neraca Panas
Pada evaporator yang beroperasi, berlaku pula prinsip kekekalan energi dimana
jumlah energi (kalor) yang masuk ke dalam evaporator sama dengan jumlah kalor
yang keluar dari evaporator. Berikut persamaan neraca panas pada kolom
evaporator:
Enthalpy Balance
Fhf+Shs = Dhd+Bhb+Shc (6)
Perpindahan Panas Permukaan
Q=UA(Ts-Tp)=S(hs-hc) (7)
31
BAB III METODE PENELITIAN
Waktu pelasanaan Kerja Praktek (KP) ini dilakukan pada tanggal 01 Maret-
31 April 2023 yang bertempat di PT. Kilang Pertamina Internasional Refinary Unit
(RU) V Balikpapan.
Alat yang digunakan sebagai objek kerja praktek di unit Kilang Pertamina
Internasional Refinary Unit (RU) V Balikpapan adalah Multi Effect Sea Water
Desalination.
Bahan atau sampel yang digunakan secara umum adalah seawater dan steam
sebagai pemanas.
Pada penulisan dan penyusunan tugas akhir ini, metode pengumpulan data
yang akan penulis ambil adalah dengan cara peninjauan atau pengamatan secara
langsung pada objek yang akan diteliti seperti Multi Effect Sea Water Desalination,
dan Control Room,pada PT. Kilang Pertamina Internasional Refinary Unit (RU) V
Balikpapan, untuk mendapatkan data yang akan diperlukan dalam kerja praktek ini.
Adapun data yang dikumpulkan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Data primer
Data ini diperoleh berdasarkan hasil peninjauan langsung pada objek, ruang
kontrol. Adapun data primer yaitu temperature, flow, tekanan inlet dan outlet
(seawater) multi effect, data logsheet PT. Kilang Pertamina Internasional Refinary
Unit (RU) V Balikpapan..
2. Data sekunder
Data ini diperoleh dari berbagai literatur yang berkaitan dengan judul tugas
akhir. Adapun data sekunder yaitu spesifikasi alat multi effect desalination.
32
3.4 Metode Analisis Data
Data-data yang akan diperoleh dari hasil analisa selama melakukan kerja
praktek selanjutnya akan diolah dengan melakukan perhitungan neraca massa dan
neraca panas, mengetahui jumlah kebutuhan steam, dan menghitung efisiensi multi
effect. Adapun tahap analisa data pada kerja prkatek ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan neraca massa dan neraca panas pada multi effect
2. Adapun data yang dibutuhkan untuk menghitung neraca massa dan neraca
panas multi effect adalah sebagai berikut:
a. Laju alir feed dan produk
b. Tekanan dan temperature steam
3. Menentukan kebutuhan steam (S) pada multi effect
Adapun data yang dibutuhkan untuk menghitung kebutuhan steam multi
effect adalah sebagai berikut:
a. Laju alir feed
b. Brine
c. Destilate
d. Steam
e. Entalphy (feed, destilate, brine, steam, kondensat)
33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Kerja praktek ini dilaksanakan pada tanggal 01 Maret - 06 April 2022 di Unit
Sea Water Desalination Kilang Pertamina Internasional RU (V) Balikpapan. Alat
yang digunakan pada kerja praktek ini yakni evaporator multi effect. Dalam
penulisan laporan tugas akhir ini metode pengumpulan data dilakukan dengan cara
pengamatan atau peninjauan langsung pada plant dan Control room. Perhitungan
neraca massa umtuk menetukan produk atas (vapour) dan produk bawah (brine)
Hasil perhitungan neraca massa total dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan hasil
perhitungan neraca massa komponen dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Hasil perhitungan neraca massa total evaporator multi effect
Neraca Massa Total
No Tanggal Feed (F) Distillate Vapor (D) Brine (B)
kg/s kg/s kg/s
1 13/3/23 137.3432 26.2415 111.1017
2 14/3/23 136.1484 25.2512 110.8972
3 15/3/23 137.0587 25.4713 111.5874
4 16/3/23 136.9449 25.0312 111.9137
5 17/3/23 136.6036 24.3710 112.2325
Tabel 4.2 Hasil perhitungan neraca massa komponen evaporator multi effect
Neraca Massa Komponen Solute
No Tanggal Fraksi Solute Feed Fraksi Solute Fraksi Solute
(F) Distillate Vapor (D) Brine (B)
1 13/3/23 0.0350 0 0.0433
2 14/3/23 0.0350 0 0.0430
3 15/3/23 0.0350 0 0.0430
4 16/3/23 0.0350 0 0.0428
5 17/3/23 0.0350 0 0.0426
34
Hasil perhitungan neraca panas untuk menentukan efisiensi dimulai dengan
menentukan heat inlet, heat outlet, dan heat loss. Hasil perhitungan neraca panas
dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil perhitungan neraca panas komponen evaporator multi effect
Enthalpy In Enthalpy Panas Steam Heat Heat Loss Efisiensi
No Tanggal
(kW) Out (kW) (kW) Economy Loss (%) (%)
1 13/03/23 60021.66 47283.43 33124.76 9.08 12738.23 21.22 78.78
2 14/03/23 59310.94 46831.91 32858.30 9.16 12479.03 21.04 78.96
3 15/03/23 58946.07 46269.78 32468.52 9.28 12676.29 21.50 78.50
4 16/03/23 58708.29 46796.05 32173.07 9.33 11912.24 20.29 79.71
5 17/03/23 58627.35 46702.69 32286.22 9.31 11924.67 20.34 79.66
4.2 Pembahasan
Evaporator merupakan salah satu peralatan utama pada unit desalinasi dimana
proses evaporasi dan kondensasi terjadi. Air umpan yang telah dipanaskan di brine
heater mengalami evaporasi dalam evaporator dimana uap yang terbentuk akan
disaring oleh demister untuk mencegah terbawanya kotoran sehingga kondensat
yang dihasilkan bebas kotoran.
Dalam multi effect evaporator, air laut disemprotkan ke bagian luar dari tabung
penukar panas yang diletakkan secara horizontal. Pada saat uap air yang lebih panas
yang terdapat dalam tabung berkondensasi dan menghasilkan air tawar, saat itu pula
menyebabkan air laut diluar tabung mendidih, dan menghasilkan uap air baru yang
kemudian mengalir ke tabung penukar panas berikutnya. Setiap effect mengurangi
tekanannya dibawah tekanan jenuh dari temperature brine.
Tugas khusus ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja alat desalinasi tipe
Multi Effect Desalination. Dalam mengevaluasi kinerja alat desalinasi terdapat
beberapa parameter yang digunakan yaitu laju alir umpan, distilat, dan brine, heat
input dan heat output evaporator. Untuk menentukan nilai efisiensi dari evaporator
terlebih dahulu dilakukan perhitungan neraca massa untuk mengetahui jumlah
distilat dan brine yang keluar dari evaporator. Diagram hubungan massa seawater,
distilat, dan brine ditunjukkan pada Gambar 4.1.
35
Neraca Massa
200
180 Feed 169.5 kg/s
160
140
Massa, kg/s
120
100
80
60
40
20
0
13/3/23 14/3/23 15/3/23 16/3/23 17/3/23
Tanggal
Berdasarkan gambar diagram di atas, laju alir feed, distilat, dan brine
cenderung hampir sama. Laju alir feed tertinggi adalah 137.3432 kg/s dengan
menghasilkan distilat sebesar 26.2415 kg/s. Laju alir brine dihitung dengan cara
laju alir feed dikurang laju alir distilat sehingga diperoleh laju alir brine 111.1017
kg/s. Akan tetapi, laju alir feed tersebut di bawah dari data desain yaitu 169.5 kg/s.
Penurunan flow air laut ini mengakibatkan hasil produksi menurun. Hal ini
disebabkan Tinggi endapan lumpur pada bagian intake mengakibatkan
penyumbatan pada filter sehingga debit air yang dihasilkan berkurang yang
mengakibatkan produksi air baku berkurang.
Berdasarkan perhitungan perbandingan data aktual dan data desain
evaporator multi effect diperoleh efisiensi 80%, penurunan efisiensi dapat
disebabkan level air laut pada dikanal Cooling Water Intake (CWI) surut, sehingga
feed pompa G–205 juga rendah, head pompa tinggi dan flow rendah. Selain itu,
dapat juga disebabkan oleh strainer 1 dan 2, hambatan di final kondensor akibat
adanya impuritis seawater yang tidak tersaring di strainer. Selanjutnya bisa terjadi
juga hambatan di nozzle tiap effect.
36
Selanjutnya, setelah perhitungan neraca massa data jumlah feed, distilat,
dan brine digunakan untuk menghitung neraca panas. Pada neraca panas dibutuhkan
juga data suhu dan tekanan untuk menentukan entalpi.
65000.00
Heat In Aktual
60000.00
55000.00
50000.00
45000.00
12 13 14 15 16 17 18
Tanggal
60000.00
55000.00
50000.00
45000.00
40000.00
35000.00
12 13 14 15 16 17 18
Tanggal
Gambar 4.3 Grafik perbandingan heat out aktual dengan heat in desain
Berdasarkan grafik perbandingan di atas dapat dilihat bahwa heat in aktual
terbesar adalah 60021.66 kW sedangkan data heat in desain adalah 67298 kW. Heat
out aktual terbesar adalah 47283.43 kW sedangkan data heat out adalah 68001 kW.
37
Efisiensi dihitung dengan prinsip jumlah panas yang termanfaatkan dibagi jumlah
panas yg disuplai, perhitungan efisiensi melibatkan panas sehingga
penyelesaiannya mengunakan metode neraca panas. Kualitas pemisahan sangat
dipengaruhi oleh steam yg diinjeksikan pada evaporator. Jumlah steam yang
disuplai rata-rata sebesar 14.822 kg/s, heat loss rata-rata sebesar 12346.09 kg/s
dengan %heat loss rata-rata sebesar 20.8%. Efisiensi panas yang dihitung rata-rata
adalah 79%.
Penurunan efisiensi evaporator ini dapat disebabkan karena evaporator yang
digunakan sudah cukup lama sehingga berpotensi membentuk kerak (fouling) di
dinding luar tube karena tingginya kandungan mineral pada air laut. Fouling yang
terbentuk akan menghambat laju perpindahan panas. Isolasi yang kurang baik pada
evaporator juga menyebabkan adanya panas yang hilang ke lingkungan. Selain itu
juga, dapat disebabkan oleh faktor kevakuman yang kurang sehingga penguapan
jadi tidak maksimal.
38
DAFTAR PUSTAKA
39
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1
Data Logsheet Akumulasi Control Room PT. Kilang Pertamina Balikpapan (KPI)
Refinary unit V Balikpapan
Maret
Nama Peralatan Unit Total
13 14 15 16 17
Evaporator Effect Press mbara 291,2 294,8 278,6 289,4 292,6 289,32
Final Condensor Pressure mbara 176,2 179,6 176 172,2 176,6 176,12
LLP Steam Pressure barg 2,26 2,16 2,12 2,21 2,1 2,17
MP Steam Pressure barg 14 14 14 14 14 14
Ejector K 2 1 Opening % 75 75 75 75 75 75
Evaporator Effect 1 Flowrate m3/h 92,4 90 90,4 89,8 89,8 90,48
Evaporator Effect 2 Flowrate m3/h 56,6 56 59,8 60,6 59,2 58,44
Evaporator Effect 3 Flowrate m3/h 89,8 88,2 87,2 86 86,8 87,6
Evaporator Effect 4 Flowrate m3/h 93 94,2 94,2 93,4 92,8 93,52
Evaporator Effect 5 Flowrate m3/h 115 114,2 113,8 113,8 113,4 114,04
Make up Water Flow m3/h 482,8 478,6 481,8 481,4 480,2 480,96
Distillate Flowrate m3/h 95,4 91,8 92,6 91 88,6 91,88
LLP Steam Flowrate ℃ 33 32,4 32,2 32 32 32,32
Brine Level Control manH2O 536,2 470,2 501 533,8 452,4 498,72
Distillate Level Control manH2O 678,4 668 661 695 721,6 684,8
LP Steam Temperature ℃ 134 133,8 132,4 132,8 133 133,2
MP Steam Temperature ℃ 235,2 234,2 236,6 235,4 238,2 235,92
Evaporator Effect 1 Steam
℃ 68 68 67,4 67,2 68 67,72
Temperature
Gain Output Ratio
1,9 1,84 2,06 1,8 1,8 1,88
Average/hour
Distillate Conductivity mSi/cm2 2,68 4,36 4,52 4,24 4,28 4,016
Data Logsheet Akumulasi Local PT. Kilang Pertamina Balikpapan (KPI) Refinary unit V
Balikpapan
Maret Total
Nama Peralatan Unit
13 14 15 16 17
S Water Disch Pressure Bar 2,4 2,64 2,6 2,6 2,6 2,57
Final Condensor Pressure Bara 53 53 57,8 53 53 54
Final Condensor Temp ℃ 0,9 0,9 0,9 0,7 0,7 0,8
Condensor E 202 In Press Bar 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Condensor E 202 Out Temp ℃ 45 45 45 45 45 45
Condensor E 203 Out Temp ℃ 44 44 44 44 44 44
Evaporator Effect 5 ℃
64 64 64 64 64 64
Flowrate
Evaporator Effect 1 Temp ℃ 61 61 61 61 61 61
Evaporator Effect 2 Temp ℃ 59 59 59 59 59 59
Evaporator Effect 4 Temp ℃ 56 56 56 58 58 56,8
Anti Scale Tank Level MM 936 974 810 810 810 868
Distillate P G 201 Disch
Bar 2 2 2 2 2 2
Press
Lampiran 2 Perhitungan
1. Neraca Massa pada multi effect evapotator
Perhitungan neraca massa pada multi effect evaporator tanggal 13 Maret 2023 :
Neraca Massa Total:
Feed (F) = Destilate (D) + Brine (B)
Data feed dan destilat diketahui dari logsheet control room.
• Penentuan Jumlah Brine
Feed (F) = Destilate (D) + Brine (B)
B=F–D
B = 137,1426 kg/s – 26.2297kg/s
B = 110.9129 kg/s
• Penentuan Neraca Massa Komponen Solute
F(Xf) = D(Xd) + B (Xb)
Xf (asumsi) = 3,50%
0.0350 (3,50%) = 110.9129kg/s (Xb)
Xb = 0.0433
H-203 H-202
H-201
FCV-202 G-205 B
E-203 E-202 E-201
FIC-202
AUT
FA-201
AUT
G-205
TCV-201
K-201 PCV-215
BAR XSV-201
PIC-217 TIC-201 FIC-210
PI-219 TI-213
FI-203 FI-204 FI-205 FI-206 FI-201
LIC-203 PCV-210
LIC-205
SERVICE WATER
XSV-209-5
AUT
G-203
G-202 BLOWDOWN
LCV-205
G-204
Lampiran 4 Dokumentasi
Pompa seawater
Penambahan Klorin
Strainer (penyaring)
Final Condensor
Kondensor Ejector
Hogging Ejector
Evaporator Multiple Effect Desalination
Pompa