Anda di halaman 1dari 38

PEMILIHAN METODE PENYELESAIAN MASALAH

PRODUKSI SUMUR LAPANGAN SEMBERAH PHSS

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Oleh :

Muhammad Madani Syaifullah Basir

1801087

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN SEKOLAH

TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

BALIKPAPAN

2021
LEMBAR PENGESAHAN
PEMILIHAN METODE PENYELESAIAN MASALAH

PRODUKSI SUMUR LAPANGAN SEMBERAH PHSS

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Oleh :
Muhammad Madani Syaifullah Basir
1801087

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik
pada Jurusan Teknik Perminyakan Sekolah Tinggi Minyak Dan Gas Bumi
Balikpapan

Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing Pembimbing Kerja Praktik

Jan Friadi Sinaga, S.T.,M.T Ahmad Nizhom S.T.


NIDN: 1104128403

Mengetahui :

Ketua Program Studi

Abdi Suprayitno, S.T., M.Eng

NIDN : 1110096502

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia- Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penulisan Laporan
Kerja Praktik iniyang berjudul “Seleksi Kandidat Sumur Untuk Instalasi
Capillary String di Lapangan Samberah PHSS” dengan baik sebagai proses
pembelajaran serta pertanggung jawaban Mahasiswa STT MIGAS
BALIKPAPAN sebagai kelanjutan dari kegiatan Kerja Praktik. Tidak lupa
dalam kesempatan yang berbahagia ini, ucapan terima kasih dan
penghormatan yang mendalam penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Lukman S.T., M.T selaku Ketua STT Migas Balikpapan.

2. Bapak Abdi Suprayitno S.T., M.Eng selaku ketua jurusan S1.


Teknik Perminyakan STT Migas Balikpapan.
3. Ibu Dosen selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing Kerja Praktik, yang telah bersedia meluangkan
waktunya membimbing penulis untuk menyelesaikan
penyusunan laporan Kerja Praktik ini.
4. Bapak Ranu Susilo dan Suprinjoni selaku Training Section yang
telah memberi kesempatan dan kepercayaan untuk saya dapat
melaksanakan Kerja Praktik di Pertamina Hulu Sanga Sanga.
5. Bapak Ahmad Nizhom dan Bapak Ibrahim Kunto, selaku
Pembimbing Kerja Praktik.
6. Teman-teman yang selalu memberikan semangat dan bantuan
kepada saya dalam pengurusan Kerja Praktik maupun dalam
penulisan Laporan Kerja Praktik ini.

Semoga segala bantuan dan partisipasinya mendapat balasan dan


pahala yang berlimpah dari ALLAH SWT.
iii
Penulis meyakini sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini masih
terdapat banyak kekurangannya, sehingga kritik dan saran yang
membangun akan sangat berarti bagi penulis.

Akhirnya, semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan


semua pihak yang memerlukannya.

Ternate, Juni 2021

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii


KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 8
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 8
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek ............................................................. 8
1.3 Metode Evaluasi ......................................................................................... 9
1.4 Batasan Masalah ......................................................................................... 9
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 10
BAB II TINJAUAN UMUM LAPANGAN ..................................................... 11
2.1 Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) ....................................................... 11
2.2 Sejarah Lapangan Semberah ..................................................................... 13
2.3 Oprasi Produksi Semberah Field ............................................................... 14
2.3.1 Stasiun Pengumpul ................................................................................ 16
2.3.2 Semberah Plant ...................................................................................... 18
BAB III TEORI DASAR ................................................................................. 21
3.1 Fenomena Liquid Loading ........................................................................ 23
3.1.1 Multiphase Flow .................................................................................... 23
3.1.2 Terjadinya Liquid Loading .................................................................... 24
3.1.3 Mengenali Gejala Liquid Loading.......................................................... 25
3.1.4 Sumber Liquid ....................................................................................... 26
3.2 Proses Produksi ........................................................................................ 27
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................. 28
4.1. Konvensional........................................................................................... 28
4.1.1. Cyclic Well........................................................................................... 28

v
4.1.2. Blow Down .......................................................................................... 28
4.2 Non-Konvensional.................................................................................... 30
4.2.1. Well Head Compressor ......................................................................... 30
4.2.2. Gas Lift ................................................................................................ 30
4.2.3. Chemical Foaming ................................................................................ 32
4.3 Penanganan Masalah sumur ...................................................................... 33
4.3.1. Penentuan Kandidat Sumur ................................................................... 34
4.3.2. Identifikasi Liquid Loading................................................................... 35
BAB V KESIMPULAN.................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 38

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar II. 1 Peta Lokasi lapangan Semberah..................................................... 14

Gambar II. 2 Monobore Wells ............................................................................ 15

Gambar II. 3 Konvensional Wells ...................................................................... 16

Gambar II. 4 Diagram Alir Oil & Gas menuju Semberah Plant ........................... 17

Gambar II. 5 Semberah Oil Plant Facilities......................................................... 19

Gambar II. 6 Semberah Gas Plant Facilities ....................................................... 19

Gambar II. 7 Semberah Water Produce ............................................................. 20

Gambar III.1. Penurunan Tekanan Terhadap Waktu. ......................................... 22

Gambar III.2. Laju Produksi Yang Tidak Stabil.................................................. 26

Gambar IV. 1 Oil Yang Terbakar…….………………………………………………29

Gambar IV. 2 Air Yang Terbakar …….…………………………………………………29

Gambar IV. 2 Gas Yang Terbakar……………….………………………………………29

Gambar IV. 4 Wellhead Compressore...…………………………………………………30

Gambar IV. 5 Reaksi Chemical Dengan Liquid…………………………………………33

Gambar IV. 6 Langlah-Langkah Dalam Penanganan Permasalahan Produksi…….……34

Gambar IV. 7 Barton Chart……..…….…………………………………………………35

vi
i
BAB 1
PENDAHULUAN

Penyusunan laporan Kerja Praktik ini merupakan bagian dari prosespembelajaran serta
pertanggung jawaban mahasiswa STT MIGAS BALIKPAPAN sebagai kelanjutan dari
kegiatan Kerja Praktik tersebut. Dalam penyusunan laporan ini mahasiswa dapat
menjabarkan dan menjelaskan segala sesuatu yang mereka pelajari selama Kerja Praktik
baik teori maupun praktiknya.

1.1 Latar Belakang

Aplikasi ilmu yang dipelajari di perguruan tinggi diharapkan mempunyai asas


manfaat dan konsep penelitian yang diberikan oleh perusahaan diharapkan dapat
digunakan secara maksimal untuk menyerap ilmu dalam kegiatan praktek
pengaplikasian teori di lapangan.Adanya perbedaan pemahaman, konsep, proses
analisa dan penyajian data dengan apa yang dipelajari di lingkungan akademika di
duniapekerjaan memperlihatkan kita akan kemajuan teknologi yang digunakan
dalam industri perminyakan.

Pertamina Hulu Sanga-sanga merupakan perusahaan yang bergerak di bidang


eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi yang telah menggunakan teknologi
serta peralatan canggih untuk mendukung proses mengeksploitasi dan
mengeksplorasinya. Keahlian dan keterampilan operator pelaksana merupakan
prasyarat yang tidak bisa ditawar agar proses produksi dapat berjalan dengan aman,
efektif, efisien serta aman lingkungan.

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Kerja praktek merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa semester akhir
dalam menyelesaikan studi, pada program studi S1 Teknik Perminyakan. Maksud dari
kerja praktek ini adalah untuk mendapatkan pengalaman dalam dunia industri migas,
sehingga dapat memberikan gambaran nyata tentang dunia perminyakan. Selain itu
maksud dari kerja praktek ini adalah untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku
kuliah dalam praktek di lapangan.

8
Adapun tujuan dari kerja praktek ini adalah :

1. Mengetahui tinjauan secara umum Pertamina Hulu Sanga Sanga lapangan


Semberah.
2. Mengenal, mengetahui serta membandingkan tentang fungsi teknik geologi,
teknik reservoir, teknik pemboran, teknik produksi dan operasi produksi baik
secara teoritis yang didapat di dunia akademik dengan di lapangan dan secara
khusus tentang kegiatan production.
3. Mendapatkan pengalaman di dunia industri peminyakan dengan harapan dapat
lebih membantu kami memahami aspek-aspek di dunia akademis.

1.3 Metode Evaluasi


Penulis menyusun laporan ini dengan cara melakukan studi lapangan, diantaranya
interview mengenai teknologi komplesi yang dilakukan, system pengumpul fluida,
artificial lift, proses treatment, serta well intervention yang dilakukan. Kemudian
mengumpulkan data-data mengenai profil sumur yang nantinya akan digunakan untuk
welloptimization. Profil sumur tersebut sangat bermanfaat untuk menganalisa tindakan
apa yang cocok dilakukan guna meningkatkan laju alir sumur tersebut.

1.4 Batasan Masalah


Sebagian besar sumur-sumur yang ada dilapangan Semberah merupakan sumur
tua yang kemampuan pengangkatannya sudah sangat berkurang namunbahkan ada
yang sudah abandoned, tetapi ada pula yang masih stabil penurunannya. Sumur-sumur
yang telah berkurang kemampuannya ini perlu ditingkatkan kemampuannya yaitu
dengan mengaplikasikan artificial lift.

Laporan Kerja Praktik ini berjudul “Seleksi Kandidat Sumur untuk Instalasi
Capillary String di Lapangan Samberah PHSS” akan disusun dengan pokok
permasalahan yaitu mengoptimalkanperolehan produksi sumur dengan teknologi yang
digunakan hingga proses treatment hingga distribusi penjualannya.

9
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan Kertas Kerja Wajib ini, penulis membuat sistematika
penulisan sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan
Bab ini memuat tentang latar belakang penulis dalam memilih judul, tujuan
penulisan, metodologi penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan.

2. Bab II Orientasi Umum


Bab ini menjelaskan tentang sejarah perusahaan, tugas dan fungsi operasi
produksi berikut fasilitas produksinya. Kemudian keadaan geologi dari
perusahaan, dan perkembangan teknologi terbaru perusahaan.

3. Bab III Dasar Teori


Bab ini memberikan penjelasan mengenai konsep dasar perilaku aliran fluida
pada sumur gas. Seiring dengan waktu, laju produksi akan mengalami penurunan,
penjelasan mengenai penurunan laju produksi akan dijelaskan pada bab ini.
Kemudian pengenalan terhadap teknologi yang digunakan untuk mengatasi
masalah penurunan produksi juga akan dijelaskan pada bab ini yang merupakan
teori dasar pada penulisan Laporan Kerja Praktik.

4. Bab IV Pembahasan
Bab ini membahas keseluruhan kegiatan yang dilakukan selama Kerja
Praktik. Penjelasan secara teknis bagaimana mengatasi masalah produksi pada
sumur gas yang diawali dengan identifikasi penyebab permasalahan, kemudian
dilanjutkan dengan metode yang akan digunakan.

5. Bab V Kesimpulan
Bab ini berisikan kesimpulan dari pembahasan yang dijelaskan sebelumnya,
serta berhubungan langsung dengan maksud dan tujuan penulisan Laporan Kerja
Praktik.

10
BAB II

TINJAUAN UMUM LAPANGAN


2.1 Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS)

1. Sejarah Singkat Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS)

Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) adalah perusahaan yang baru saja
beroperasi di agustus 2018 ini, namun seluruh sumber daya manusia yang
menggerakkan roda bisnis dan kegiatan operasi wilayah sanga sanga sebaga wilayah
kerjanya, merupakan orang orang yang berpengalamansebagai perintis bisnis LNG
di indonesia bersama operator WK, sanga sanga sebelumnya. Dengan sumber daya
manusia yang dimiliki tersebut, menghantarkan PHSS menjadi produsen LNG
pertama di Indonesia di era Gross Split. PHSS melanjutkan pencapaian VICO sebagai
perusahaan yang dinamis, senantiasa berkembang, serta mengembangkan
semangatdan visi melalui tenaga kerja yang kompeten dan cerdas. Bersamaan dengan
kualitas tenaga kerja yang dimilikinya, PHSS berupaya untuk menjadi pelopor
dibidang HSE.

PHSS telah mengelola WK sanga sanga sejak Agustus 2018 dengan lokasi
wilayah kerja di Teluk Kutai yang terletak di Kalimantan Timur dan memiliki luas
wilayah sekitar 1.942 km persegi. Sepanjang beroperasi, WK sanga sangan telah
memproduksi gas lebih dari 12.6 TCF dan minyak sebanyak 0,4 Milyar barrel dari
lapangan lapangan produksi di Badak, Mutiara, Semberah, Nilam, Pamaguan,
Lampake, & Beras.

2. Sejarah Singkat Wilayah Kerja Sanga Sanga

Lebih dari 4 tahun lalu, suatu perusahaan minyak swasta berhasil membuat
penemuan tidak terduga. HUFFCO ( yang kemudian berubah menjadi VICO
Indonesia ) tengah mencari minyak di area Teluk Kutai di delta Sungai Mahakam,
Kalimantan Timur, dan melakukan pemboran sumur pertamanya, yang menemukan
hidrokarbon. Sumur tersebut tidak menghasilkan minyak sebagai mana yang di
harapkan, namun justru menyediakan cadangan gas bumi yang sangat besar. Kegiatan
eksplorasi tersebut dimulai tiga tahun sebelumnya ketika Roy M. Huffington,
pengusaha minyak dari Texas & General Arch Sproul, pebisnis dari Virginia
11
menandatangani KBH dengan Pertamina untuk mengeksplorasi 631.000 hektar
delta Sungai Mahakam, dengan tujuan untuk menemukan cadangan minyak. Mereka
memulai eksplorasi minyak di delta Sungai Mahakam dengan dukungan dari mitra
usaha PT Ultramart Indonesia, PT Union Texas East Kalimantan, dan PT Universe
Tankships. Pada bulan Februari 1972, mereka berhasil menemukan lapangan Badak
yang luas. Temuan tersebut merupakan salah satu capaian penting dalam sejarah
perkembangan industri energy di indonesia.

Sumber daya gas dilapangan badak terletak ditengah hutan Kalimantan


Timur yang jauh dari perdaban. Terlepas dari kondisi tersebut, Huffington dan
Sprouse bersama dengan Perusahaan Mobil Oil ( perusahaan yang menemukan
lapangan gas raksasa di Arun ) dan Direktur Utama Pertamina, Dr. Ibnu Sutowo,
tetap bertekad untuk mengolah gas bumi tersebut menjadi LNG untuk kemudian
dikirimkan melalui kapal khusus ke Jepang, Korea Selatan dan Taiwan. Pertamina,
dengan didukungoleh VICO dan mitra pekerjanya, melangsungkan kontrak dagang
LNG selama 20 tahun yang dimulai pada Desember 1973 dengan lima perusahaan
utikitas dan perusahaan besi asal Jepang, serta mndirikan pabrik pencairan di
Bontang, di pesisir Kalimantan Timur.
Pengiriman pertama gas LNG yang dihasilakn dari lapangan badak adalah
pengiriman kejepang pada Agustus 1977. Pengiriman tersebut hanya berjarak lima
setengah tahun sejak sumber daya gas bumi tersebut di temukan di Bontang. Hal
ini menjadikan bontang sebagai daerah penghasil LNG pertama di Indonesia yang
di komersialisasikan.
Sejak penemuan awalnya di tahun 1972, VICO Indonesia telah melakukan
lebih dari 1000 sumur. Cadangan migas yang ditemukan berada di lapangan Badak,
Nilam, Mutiara, Semberah, Pamaguan, Beras dan Lampak
3. Tinjauan Umum Perusahaan
PHSS berkomitmen untuk menunjukkan kinerja usaha yangberkualitas dan
bertanggung jawab sesuai dengan tata kelola Perusahaan, baik di dalam maupun di
luar lingkungan Perusahaan. Praktik tata kelola Perusahaan dapat membantu PHSS
dalam meraih nilai-nilai dasar Perusahaan, yakni peningkatan nilai para pemangku
kepentingan dalam jangka panjang.
PHSS bekerja dengan giat agar dapat menunjukkan citra perusahaan yang
disegani karena menjalankan usaha yang bertanggung jawab dan berperan sebagai
12
warga korporat yang baik. Hal ini berarti setiap insan PHSS harus senantiasa
berlaku sesuai dengan hokum, peraturan internal dan kebijakan bisnis, serta secara
aktif berkontribusi pada penciptaan budaya transparansi, akuntabilitas, dan
tanggung jawab dalam mengambil keputusan.
Prinsip-prinsip tersebut tidak hanya diterapkan secara internal oleh insan
PHSS saja, namun setiap insan PHSS juga harus mendorong mitra kerja dan
pemangku kepentingan untuk menerapkan standar etika perilaku yang sama
baiknya.

4. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan


a. Visi
Menjadi Perusahaan Minyak dan Gas Bumi Kelas
b. Misi
Melaksanakan pengelolaan asset dan portofolio usaha minyak dan gas
bumi secara efisien, efektif, professional dan berdaya laba tinggi, serta
memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan.

c. Tujuan Pendirian Perusahaan


Mengendalikan, mengelola asset dan mengelola kegiatan usahabisnis
hulu Pertamina di dalam negeri untuk wilayah kerja eks-terminasi yang
diserahkan oleh Pemerintah kepada PT Pertamina (Persero), kecuali
untuk wilayah kerja eks-terminasi yang sebelumnya sudah dikelola oleh
afiliasi PT Pertamina (Persero)

2.2 Sejarah Lapangan Semberah


Lapangan Semberah ditemukan pada Januari 1974 dan berlokasi di bagian
utara hampir di seluruh area kontrak. Semberah juga mengandung reservoir minyak
dan gas berlapis dengan kedalaman produksi mulai dati 1000 feet hingga 10000 feet.
Hingga saat ini mebih dari 141 sumur telah dibor di tahun 2019. Puncak produksi
terjadi pada 1995 yaitu 14700 BOPD dan pada tahun 2000 yaitu 180 MMSCFD.

13
Gambar II. 1 Peta Lokasi lapangan Semberah

(Central Area Operation)

2.3 Oprasi Produksi Semberah Field


Saat ini Semberah Field merupakan penyumbang produksi gas terbesar untuk PHSS
dengan 140 sumur (Active and Non-active) Sumur- sumur tersebut memilik jenis dan
kategori yang berbeda-beda, yaitu :

1. Non-Konvensional Monobore Wells

Teknologi Monobore Wells merupakan teknologi komplesi sumur terbaru


dari VICO Indonesia, dimana jenis sumur ini memiliki Production casing dengan
ukuran yang besar, biasanya menggunakan Casing dengan ukuran sekitar 4-1/2”.
Untuk sumur jenis ini tidak memiliki annulus, karena annulus antara casing dan
Tubing diisi oleh semen, sementasi ini berfungsi sebagai pengganti Packer pada
sumur konvensional

14
Gambar II. 2 Monobore Wells

(PHSS Completion Evolution)

Jadi penyemenan dilakukan sepanjang Annulus mulai dari Bottom hole


hingga permukaan. Sumur jenis ini memiliki rangkaian Tubing yang lebih simple,
karena tidak memerlukan Packer, SSD, maupun konektor- konektor lainnya. Namun
kelemahannya adalah String Tubing tidak dapat dicabut kembali karena menjadi
permanen akibat sementasi tersebut, maka diperlukan perhitungan yang tepat dalam
pengaplikasiannya.

2. Konvensional Wells
Sumur konvensional memiliki ukuran diameter Tubing yang lebih kecil
sekitar 2-7/8” dan 3-1/2”. Dengan rangkaian yang kompleks maka lebih
memakan waktu dan lebih sulit dalam perakitan rangkaiannya, karena harus
mengangkat dan menurunkan rangkaian jika ada perubahan rangkaian maupun
pemasangan Packer.

15
Gambar II. 3 Konvensional Wells

(PHSS Completion Evolution)

Pada rangkaian konvensional biaya yang dibutuhkan akan sedikit


lebih besar daripada sumur non-konvensional, resiko komponen yang
terjatuh juga besar karena rangkaian yang kompleks, maka harus dilakukan
Fishing job lagi dan jika fatal maka harus membelokkan arah pemboran
akibatnya kerugian yang dialami sangat besar.

2.3.1 Stasiun Pengumpul


Saat ini Semberah Central Plant mencakup 23 Ligature atau stasiunpengumpul,
meliputi Plant 13, Plant 14 dan Mini Satellite C-09. Untuk Mini Satellite C-09
jarang di aktifkan , namun sumur-sumur telah tercover dengan adanya ligatur C-09,
maka untuk mengurangi biaya mini Satellite C-09 jarang di aktifkan. Mini Satellite
C-09 dan Ligature dibuat guna mengumpulkan minyak dan gas dari setiap sumur,
yang mana nantinya akan dikirim menuju Plant 13 dengan merubah tekanan
menjadi lebihbesar agar mampu teralirkan sampai ke Plant 14.

Aliran fluida dari setiap sumur nantinya akan masuk ke Manifold Header
masing-masing Ligature dan Plant, nantinya akan dipisahkan menurut level

16
tekanannya. Saat ini karena umur Reservoir yang sudah tua maka tekanannya
tergolong VLP, LP dan masih terdapat sumur bertekanan MP. Aliran yang
bertekanan LP maupun MP nantinya akan langsung dikirim menuju Semberah
Plant 14 untuk di peroses.

Gambar II. 4Diagram Alir Oil & Gas menuju Semberah Plant

(Semberah Area Operation 2018)

Ligature dan Satellite juga merupakan proses pemisahan awal sebelum


menuju ke Semberah Central Plant. Jadi dari Header Manifold nantinya akan
menuju separator sesuai dengan level tekanannya, nantinya gas akan dipisahkan
dengan Liquid, setelah itu menuju Scrubber dan kemudian masuk ke Compressor
untuk diubah menjadi tekanan yang lebihtinggi, barulah gas bisa mengalir menuju
Samberah Plant.

17
2.3.2 Semberah Plant
Semua fluida dan Gas dari Ligature akan menuju SCP (Semberah Central Plant)
untuk melalui proses selanjutnya. Minyak dan gas akan dikirim ke Bontang dan
Tanjung Santan, beberapa fasilitas yang ada di SPC adalah sebagai berikut :

1. Oil Plant 3. Compressor 5. Generator


2. Gas Plant 4. Pollution Control 6. Tank Farm

SCP merupakan komponen yang paling penting dari semua fasilitas produksi
meliputi seluruh operasi yang ada di Semberah Central Area. Fluida produksi dari
setiap sumur akan menuju SCP melalui fasilitas Ligature dan Satellite. Kemudian gas
dan miyak diproses menggunakan Separator, pemanas, system pengering yang
menghasilkan Dry gas, minyak mentah, dan air sesuai dengan prosedur dan aturan
yang standar.

Gas diproses melalui Separator System menggunakan Production Separator


kemudian dikirim menuju Badak LNG, yang sebelumnya harus di ubah terlebih dahulu
menjadi tekanan HP (High Pressure) agar mampu mengalir hingga Badak LNG.
Produksi minyak mentah juga melalui beberapa proses meliputi proses pemisahan
maupun proses pemanasan menggunakan Production separator dan Heater Treater
kemudian didistribusikan ke Terminal Tanjung Santan melalui Badak.

Untuk air dari setiap proses pemisahan kemudian melalui system pemanasan
untuk dipisahkan dengan minyak yang masih tersisa, kemudian melalui Floatation unit
dan Settling system kemudian dikirim ke badak untuk diinjeksikan ke dalam sumur
mati.

18
Gambar II. 5 Semberah Oil Plant Facilities

(Central Area Operation 2018)

Gambar II. 6 Semberah Gas Plant Facilities

(Central Area Operation 2018)

19
Untuk fasilitas Treatment gas dilengkapi dengan, MP Production Compressor
dan Production Separator , LP Production Compressor dan Separator, Condensate
Surge Drum, Condensate Stabilizer, Glycol Contactor (Dehydration System).
Kemudian untuk Treatment minyak dilengkapi dengan, Slug Catcher, Production
Separator, Heater Treater, Degassing Boot, Slop Oil Tank, Crude Oil Tank.

Gambar II. 7 Semberah Water Produce

(Central Area Operation 2018)

Air dari setiap Separator akan diproses terlebih dahulu agar minyak maupun
gas yang masih tersisa dapat terlepaskan dari air untuk selanjutnya akan di Treatment
kembali. Fasilitas Produksi untuk air dilengkapi dengan Plate Skimmer, Break Drum,
Gun Barrels, Corrugate Plate Interceptor, API Separator, Gas Floatation Unit.
Karena dalam industry Perminyakan air tidak diinginkan atau bukan merupakan
tujuan utama, maka air akan diinjeksikan kedalam sumur yang sudah mati.

20
BAB III

TEORI DASAR

Hal yang umum dialami oleh suatu Reservoir adalah penurunan tekanan,
begitu pula dengan Reservoir gas, seiring bertambahnya waktu maka kemampuan
tekanannya akan menurun karena secara continuous dieksplorasi. Dengan
bertambahnya konsumsi bahan bakar di Dunia, menuntut para perusahaan-
perusahaan Oil & Gas untuk lebih menguras otak dan meningkatkan upaya dalam
mengoptimalkan eksplorasi dan pencarian cadangan baru Hydrocarbon. Namun
fakta lapangan belum memperlihatkan korelasi positif dalam hal ketersediaan
cadangan untuk beberapa waktu kedapan yang ditunjukkan dengan semakin
kecilnya prosantase pembukaan lapangan baru. Walau demikian keberadaan
lapangan tua tetap menjadi tumpuan harapan jangka menengah dalam
memenuhi kebutuhan konsumen. Karena tantangan yang begitu besar, maka
segala upaya-upaya yang objektif dilakukan guna mempertahankan standar
produksi yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Penurunan tekanan
yang terjadi secara signifikan mengurangi kemampuan sumur untuk berproduksi,
entah karena tekanan yang terlalu kecil ataupun karena tekanan Back pressure
yang harus dilawan sehingga mengurangi rate produksi.

Meskipun umur Reservoir sudah tua yang berbanding lurus dengan


menurunnya kemampuan tekanan, belum tentu sumur tersebut tidak ekonomis,
karena menurunnya tekanan bukan berarti cadangan telah habis, namun memang
kenyataannya dari masalah tersebut nantinya akan menurunkan Rate produksi.
Jika dari history sumurnya menunjukkan kestabilan produksi yang positif dan
cadangan yang diperkirakan masih bisa untuk diproduksikan maka sumur tersebut
masih dapat dioptimalkan.

21
Namun terkadang penurunan tekanan dapat terjadi secara tiba - tiba, bahkan
menunjukkan fluktuasi ketidakstabilan laju tekanan. Peristiwa ini wajar terjadi
pada sumur gas yang memiliki umur Reservoir yang sudah tua, dengan semakin
menurunnya tekanan Reservoir maka sebagian besar Liquid tidak dapat terangkat
ke permukaan, ini menjadi penghambat untuk gas yang akan diproduksikan.

Gambar III.1. Penurunan tekanan terhadap waktu.


(A Thesis Solution to Provent Liquid Loading).

Air merupakan masalah utama pada sumur gas, karena memang air tidak
ekonomis dan tidak kita inginkan dalam industry Perminyakan, serta pada sumur
gas air dapat menjadi penghambat bagi laju produksi gas. Seperti halnya gambar
diatas, menunjukkan hubungan kemampuan tekanan reservoir terhadap waktu,
jadi penurunan tekanannya berbanding lurus dengan bertambahnya waktu. Pada
umumnya sumur gas akan diproduksi pada laju produksi yang tetap hingga
mencapai batas optimumnya selama jangka waktu tertentu. Pada sumur gas yang
memproduksikan air atau Condensat kemungkinan laju optimumnya tidak akan
tercapai karena adanya Liquid Loading. Liquid Loading merupakan peristiwa

22
terakumulasinya cairan di dasar sumur sebagai akibat tidak mampunya laju dan
tekanan gas membawa butir-butir cairan ke permukaan. Cairan yang terakumulasi
ini memberikan Back Pressure ke lapisan produktif sehingga tekanan alir dasar
sumur meningkat. Hal ini menyebabkan laju produksi menurun karena Draw
Down didasar sumur kecil. Selain itu, akumulasi cairan didasar sumur
mengakibatkan Saturasi cairan meningkat dan Permeabilitas Effective gas akan
berkurang maka laju produksi juga akan menurun. Penurunan laju produksi
menyebabkan menurunnya kecepatan aliran gas sehingga kondisi Liquid Loading
semakin parah dan pada akhirnya sumur akan mati.

3.1 Fenomena Liquid Loading

Liquid loading adalah suatu akumulasi cairan dalam sumur gas sebagai
akibat dari penurunan kecepatan gas sehingga fasa gas tidak mampu men-
transportasikan droplet liquid ke permukaan dan menimbulkan back pressure
ke formasi.

Liquid loading mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap


produksi sumur gas, karena apabila akumulasi cairan ini sudah terjadi maka
cairan tersebut dapat mematikan sumur, tentunya akan berdampak pada
penurunan produksi gas (Ali, Ghalambor, Buyon Guo).

3.1.1 Multiphase Flow

Untuk mengetahui fenomena dan kelakuan dari Liquid Loading, terlebih


dahulu kita harus mengerti sifat dari Liquid maupun gas ketika bersama-
sama diproduksikan melalui String produksi menuju permukaan. Konsep ini
dinamakan “Multiphase Flow”. Pada dasarnya fenomena aliran
menandakan dimana lebih dari satu fasa aliran yang melewati media, dalam
kasus ini medianya merupakan String produksi. Multiphase flow biasanya

23
terbagi menjadi empat golongan utama, yaitu Mist Flow, Transition Flow,
Slug flow, Bubble Flow.

1. Mist Flow
Pada jenis aliran ini fasa gas merupakan fasa yang paling
dominan pada lubang sumur, Liquid hanya berupa embun-embun.
Dibagian dalam dinding pipa dilapisi oleh lapisan Liquid yang tipis
bergerak melalui pipa menuju permukaan. Pada jenis aliran ini Pressure
Gradient dapat dideterminasi dari dominasi gas

2. Transition Flow
Merupakan fase transisi antara Mist flow dengan Slug flow, jadi
liquid mulai mengisi atau mendominasi aliran didalam sumur. Karena
tekanan hidrostatiknya yang besar air sulit terangkat oleh gas, maka
semakin lama akan semakin terakumulasi hingga akan membentuk Slug
yang akan menghalangi aliran gas.

3. Slug Flow
Pada kondisi ini gas telah membentuk Slug didalam akumulasi
air. Slug disini menyerupai gumpalan didalam akumulasi Liquid.

4. Bubble Flow
Pada kondisi ini dinding pada pipa sumur hampir seluruhnya terisi
oleh liquid.

3.1.2 Terjadinya Liquid Loading

Gas dan liquid dapat diproduksikan ke permukaan jika kecepatan


tekanan gas cukup besar untuk mengangkat atau membawa liquid keatas.
Masalah biasanya terjadi karena kecepatan gas pada tubing menurun akibat
bertambahnya waktu. Dan laju alir liquid menurun selama produksi

24
berlangsung. Sebagai akibatnya, liquid mulai terakumulasi dilubang sumur
dan Slug mulai terbentuk di sumur, yang mana menambah presentase liquid
pada tubing selama produksi berlangsung. Tekanan lubang sumur
meningkat karena adanya akumulasi liquid dan produksi gas menurun
hingga aliran gas berhenti.

Dengan kata lain, liquid loading terjadi ketika kecepatan alir gas selama
di dalam tubing menurun dibawah laju kritis gas. Tekanan gas yang terus
menurun dengan bertambahnya waktu nantinya tidak cukup mampu
mengangkat air ataupun condensate ke permukaan, karena gaya
hidrostatiknya yang besar air akan jatuh kembali dan membentuk akumulasi
dilubang sumur. Produksi gas tidak stabil karena harus menembus kolom
liquid, seketika rate alirnya tinggi ketika dapat lolos dari kolom liquid
namun kembali turun ketika harus menembus kolom liquid kembali.

Beberapa sumber bisa diindikasikan sebagai penyebab masalah ini, bisa


jadi dipengaruhi oleh sumber dari liquid itu sendiri, mungkin dari Water
coning, Aquifer water, produksi air dari zona lain, ataupun kondensat.

3.1.3 Mengenali Gejala Liquid Loading

Terjadinya Liquid Loading pada sumur gas dapat dikenali dari beberapa
gejala. Jika kita dapat mengenali gejala ini, tentunya kita dapat
memperkirakan kapan terjadinya masalah ini maupun langkah- langkah
yang harus dilakukan sebagai penanganan Liquid Loading.

Menurut (James F. Lea., 2004) gejala liquid loading dapat di


indikasikan dari beberapa kejadian seperti berikut :

25
1. Penurunan laju produksi yang sangat tajam.

Gambar III.2. Laju produksi yang tidak stabil.


(A Thesis Solution to Provent Liquid Loading)

2. Adanya Liquid slug awal pada permukaan sumur.

3. Perubahan yang signifikan pada gradient pressure.

3.1.4 Sumber Liquid

Dalam industry perminyakan hanya sedikit saja sumur gas yang


memproduksikan gas dengan komposisi yang benar-benar murni Dry gas.
Ini artinya hampir disemua sumur gas pasti paling tidak mengandung liquid,
walaupun dalam jumlah yang kecil sekalipun. Liquid ini mungkin saja
berupa free water atau condensate. Terproduksinya liquid bersama dengan
gas mungkin bisa berasal dari beberapa sumber tergantung dari kondisi dan
tipe Reservoir dimana gas tersebut diproduksikan, apakah mungkin karena
adanya formasi Aquiferdibawah zona gas yang memper-mudah terjadinya
water coning, bisa saja karena adanya produksi air dari zona-zona yang lain
terutama pada tipe sumur open hole.

26
3.2 Proses Produksi

Teknik Produksi merupakan bagian dari bidang keahlian Teknik


Perminyakan. Teknik Produksi mempelajari tentang cara-cara mengangkat
fluida dari reservoir ke permukaan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
memproduksikan sumur adalah besarnya laju produksi (q), yang akan
diperoleh dengan menggunakan metode produksi tertentu dan merupakan
laju produksi yang optimum. Secara keseluruhan, yang mendasari Teknik
Produksi terdapat dua hal pokok, yaitu :

1. Aliran fluida dari formasi ke dasar sumur (melalui media berpori).

2. Aliran fluida dari dasar sumur ke permukaan (melalui media pipa).

Kedua poin tersebut, sangat berperan dalam hal perencanaan


sistem produksi suatu sumur. Untuk aliran fluida dari formasi ke
sumur melalui media berpori, dipengaruhi oleh sifat fisik batuan
reservoir di sekitar lubang bor dan gradient tekanan antara reservoir
dan lubang bor. Hal yang perlu diketahui untuk aliran fluida dari dasar
sumur sampai ke permukaan melalui media berpori adalah, besarnya
tekanan yang terjadi selama aliran tersebut. Besarnya tekanan
tersebut harus dihitung dengan metode yang sudah dikembangkan.
Secara umum metode produksi dapat dibagi menjadi duayaitu
sembur alam (natural flow) dan pengangkatan buatan (artificial lift).

27
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini yang dilakukan adalah menganalisis peningkatan produksi


gas dengan metode Instalasi Capillary String. Dengan Instalasi Capillary String
merupakan salah satu metode yang dapat digunakan ketika sumur terindikasi
memiliki masalah liquid loading. Liquid loading merupakan kondisi dimana gas tidak
dapat mengalir lagi ke permukaan karena adanya liquid yang menahannya dimana
tekanan hidrostatis dari liquid ini mampu menjebak (menahan) tekanan reservoir (gas)
yang akan keluar ke permukaan. Penanganan liquid loading di bagi menjadi 2, yaitu
dengan cara konvensional dan modern (Non-conventional).

4.1 KONVESIOANAL
Untuk upaya penanganan dengan metode konvensional, biasanya dilakukan
dengan caraBlow Down dan Cyclic Well. Sumur-sumur yang memiliki history
dengan tekanan yang besar, kemudian Intermitten, dan akumulasi liquid loading yang
tidak terlalu besar sangat efektif menggunakan metode konvensional. Dengan tidak
memerlukan biaya untuk operasionalnya, hanya menutup dan membuka sumur
maupun dengan memindahkan line ke lokasi Burn pit saja masalah ini sudah dapat
teratasi, tentu saja dengan kondisi sumur seperti yang dijelaskan tersebut.

4.1.1 Cyclic Well


Metode ini dilakukan dengan menutup-membuka sumur pada sumur
cyclic. Prosespenutupan sumur ini bertujuan agar mendapatkan build up
pressure yang cukup untuk mengalirkan gas dan liquid ke permukaan.

4.1.2 Blow Down


Proses ini dilakukan dengan membakar aliran fluida yang keluar dari sumur.
Diharapkan, dengan membuang fluida ke atmosfer ini perbedaan tekanan antara dasar
sumur dengan permukaan ( atmosfer itu sendiri ) cukup besar sehingga dapat
mengangkat liquid loaded yang menjebak gas tersebut.

28
Gambar IV 1. Oil yang terbakar

Gambar IV 2. Air yang terbakar

Gambar IV 3. Gas yang terbakar

29
4.2 NON-KONVENSIONAL

4.2.1 Well Head Compressor

Wellhead compressor merupakan sebuah kompresor yang ditempatkan di kepala


sumur dengan tujuan menambah laju alir sumur dengan cara menurunkan tekanan kepala
sumur.
Berbagai macam cara dilakukan untuk meningkatkan produksi gas, saat ini tidak hanya sumur
minyak yang dipasang artificial lift namun juga sumur gas.. Kompresor merupakan mesin
untuk memampatkan udara atau gas sehingga di lapangan migas kompresor sering digunakan
sebagai penambah tekanan gas agar aliran sampai ke peralatan proses. Pemasangan Wellhead
compressorpada sumur gas pada dasarnya adalah suatu usaha untuk menambah produksi gas.

Gambar IV 4. Wellhead Compressor


Hal ini tentunya tidak semua sumur akan dipasang Wellhead compressor, tetapi harus
dipilih sumur yang dapat memenuhi kriteria pemasangan Wellhead compressor, diantaranya
adalah cadangan tersisa, analisis data well test yang menunjukan efisiensi laju produksi yang
baik dan pertimbangan teknis lainnya

4.2.2 Gas Lift

Gas lift adalah suatu usaha pengangkatan fluida sumur dengan cara menginjeksikan
gasbertekanan tinggi (minimal 250 psi) sebagai media pengangkat ke dalam kolom fluida
melalui valve-valve yang dipasang pada tubing dengan kedalaman dan jarak tertentu.

Gas Lift disini berfungsi untuk menambah gas yang berasal dari formasi, sehingga
gradien kolom cairan turun dan tekanan aliran di depan titik injeksi turun (selisih tekanan
aliranyang dicapai terhadap BHP mengakibatkan adanya aliran fluida dari dasar sumur
menuju permukaan). Didalam continuous gas lift, terjadi proses percampuran gas ke dalam
kolom fluidasehingga terjadi penurunan tekanan pada titik injeksi.

30
Syarat-syarat suatu sumur yang harus dipenuhi agar dapat diterapkan metoda gas lift
antara lain :

 Tersedianya gas yang memadai untuk injeksi, baik dari reservoir itu
sendiri. maupun dari tempat lain.
 Fluid level masih tinggi.
 BHP yang tidak terlalu rendah.
 GLR tinggi.

Prinsip dasar pengangkatan pada gas lift adalah sebagi berikut :

 Penurunan gradien tekanan fluida di dalam tubing.


 Pengembangan gas yang diinjeksikan.
 Pendorongan oleh gas bertekanan tinggi yang diinjeksikan
 Ditinjau dari cara penginjeksian gas ke dalam sumur, injeksi gas dapat
dilakukandengan dua cara, yaitu:
1. Continuous Flow, disini gas diinjeksikan secara kontinyu dengan
lajutertentu selama pengangkatan fluida berlangsung.
2. Intermittent Flow, disini gas diinjeksikan secara terputus- putus
dengan laju besar secara berkala. Siklus injeksi diatur sesuai dengan
laju aliranfluida dari formasi ke sumur.

Kelebihan menggunakan Gas lift :

 Biaya awal untuk peralatan down hole sangat murah.


 Pemasangan peralatan dapat direncanakan untuk pengangkatan dari dekat
denganpermukaan hingga mendekati total kedalaman. Juga dapat
direncanakan untuk pengangkatan dari satu hingga beberapa ribu barrel per
hari.
 Laju produksi dapat dikontrol dari permukaan.
 Pasir yang ikut terproduksi tidak berpengaruh terhadap peralatan gas lift.
 Tidak dipengaruhi oleh kemiringan lubang.
 Peralatan yang bergerak tidak banyak sehingga tidak memerlukan
pemeliharaankhusus.
 Biaya operasi murah.
 Sangat ideal jika injeksi gas hanya sebagai suplemen dan gas formasi
jumlahnyacukup.
 Peralatan penting (Gas Compressor) dalam gas lift sistem di install di
permukaansehingga mudah untuk perawatan dan perbaikan, peralatan ini
juga dapat dipilih dengan bahan bakar gas/elektrik.

31
Beberapa kekurangan Gas lift yaitu:
 Memerlukan gas yang cukup.
 Bila gas yang digunakan bersifat korosif akan menambah biaya operasi.
 Tidak efisien untuk lapangan yang kecil jika peralatan compression diperlukan.
 Problem gas freezing dan hydrate.
 Problem safety untuk tekanan gas yang tinggi.

4.2.3 Chemical Foaming

Chemical foaming yang biasa digunakan adalah Surfactant. Dalam hal ini Chemical
digunakan untuk mengatasi masalah Liquid loading, prinsipnya dengan menurunkan berat
jenis sekaligus viskositas dari liquid yang ada tersebut. Caranya yaitu dengan menginjeksikan
suatu chemical ke dalam sumur (hingga top perforasi) melalui coiled tubing 3/4”. Dengan
bercampurnya chemical dengan air ini, akan terbentuk bubble pada air itu sendiri sehingga
berat jenisnya akan menurun. Injeksi Chemical ini bertujuan untuk mengeluarkan Liquid
yang menghalangi aliran gas dengan merubah liquid tadi menjadi gelembung-gelembung
udara sehingga beban gas akan menurun dan dapat naik ke permukaan melewati gelembung-
gelembung tersebut. Injeksi ini dilakukan dengan bantuan pipa yang berukuran kecil yaitu
sekitar
¾” yang dimasukkan kedalam tubing dan diujungnya terdapat Nozzel atau lubang sebagai
tempat keluarnya Surfactant. Dipermukaan rangkaian dilengkapi dengan Chemical tank,
Pump, Battery (Solar Cell), Marking Glass, Capillary tubing, Capillary hanger. Sebelum
mengaplikasikan Capillary String terlebih dahulu melakukan uji laboratorium untuk
mengetahui karakteristik dariliquid begitu pula dengan volume liquid yang akan dijadikan
patokan atau acuan untuk pemakaian jenis Surfactant yang tepat dan dapat bereaksi secara
maksimum dengan liquid, entahdari salinitas cairan, kemudian temperaturnya, dan seberapa
cepat reaksi untuk membentuk busa atau gelembung-gelembung. Kemudian diperlukan
perhitungan mengenai rasio volume antara Surfactant dan liquid yang tepat agar tercapainya
proses yang optimal. Berikut ini adalah kriteriasumur yang dapat diaplikasikan menggunakan
Capillary String :

 Cadangan yang masih ekonomis


 Jumlah liquid yang cukup banyak
 Tekanan rendah
 Merupakan sumur kritis

Proses injeksi Surfactant dijelaskan dalam beberapa poin berikut:

 Setelah menentukan jenis dan banyaknya Surfactant yang akan diinjeksikan, maka
Capillary string dapat di running hingga ujung nozzle berada dikedalaman kolom
liquid.
 Kemudian pompa akan menginjeksikan Chemical setiap beberapa menit sekali
tergantung dari waktu yang telah kita setting sebelumnya. Energy pompa berasal
daribaterai Solar cell
32
 Chemical turun melalui Capillary tubing menuju kolom liquid. Nantinya akan
keluarmelalui nozzle dan langsung bereaksi dengan liquid.
 Ketika bereaksi dengan liquid nantinya akan terbentuk busa yang sangat tebal,
seketika itu berat jenis dari liquid akan berkurang dan gas mulai mampu untuk naik ke
permukaan.
 Selanjutnya Chemical akan diinjeksikan secara kontinyu hingga nantinya rate
produksikembali stabil.

Gambar IV 5. Reaksi Chemical


dengan liquid
(VICO Capillary String Presentation)

Berikut ini adalah kekurangan dari penggunaan Capillary String :

 Adanya penyumbatan pada capillary tubing


 Adanya busa yang memperburuk proses pemisahan oil dan water
 Harus di cek secara berkala
 Energy baterai untuk mengoperasikan pompa yang berbeda saat malam hari dengan
sianghari, karena penggunaan solar cell.

4.3 PENANGANAN MASALAH SUMUR


Lapangan Semberah saat ini termasuk lapangan tua atau lapangan matang, karena
sudah lama dieksplorasi kemudian kondisi dan kemampuan Reservoir yang telah
menurun. kondisi tersebut langsung berdampak pada sumur-sumur gas maupun minyak
pada lapanganSemberah. Sudah sejak tahun 1974 lapangan semberah beroperasi, tentu
saja dengan kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan selama kurang lebih
45 Tahun berbanding lurus dengan penurunan laju produksi karena kemampuan
Reservoir menurun, cadangan yang mulai menipis mengharuskan Engineer berpikir
keras untuk memaksimalkan produksi pada zona pengurasan yang masih mengandung
minyak bumi, jika mungkin mencari zona-zona yang masih memiliki cadangan yang
ekonomis. Saat ini
33
telah dieksplorasi kurang lebih 141 sumur yang aktif maupun non-aktif, yang sebagian
besar System kompresi berada pada tekanan Very Low Pressure dengan tekanan suction
berkisar 25 psi, meskipun begitu masih ada sumur yang memiliki tekanan Medium
Pressure. Sebagian besar sumur-sumur PHSS merupakan sumur dengan tekanan yang
telahdeplesi atau tekanan yang menurun, ditandai dengan rate produksi yang terus
menurun bahkan ada beberapa sumur yang Intermittent. Kondisi ini ditandai dengan
kandungan liquid yang mendominasi gas produksi pada lubang bor, ini berakibat pada
aliran gas yang dibawah critical rate. Masalah-masalah ini khususnya di PHSS
Indonesia diatasi dengan beberapa teknologi modern sesuai dengan tujuan dan
penyebab menurunnya produksi di masing-masing sumur. Saat ini telah dikembangkan
teknologi Wellhead Compressor, Capillary String.
Nantinya akan dipilih teknologi mana yang akan digunakan untuk diaplikasikan pada
suatu sumur tertentu, berdasarkan dari keefektifan dan keekonomisan teknologi tersebut.
Bisa saja hanya dengan Shut in sumur atau Blow Down masalah tersebut sudah dapat
teratasi, oleh karena itu perlu dikaji gejala-gejala yang timbul sebelum menyimpulkan
masalah yang terjadi serta penanganannya
4.3.1 Penentuan Kandidat Sumur

Perlunya penentuan kandidat sumur guna mengetahui langkah selanjutnya


yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan produksi secara tepat dan efektif,
karena setiap permasalahan akan berbeda pula penanganannya. Berikut ini langkah-
langkah yangdapat dijadikan acuan dalam mengambil keputusan penanganan masalah
produksi gas.

Gambar IV 6. Langkah-langkah dalam penanganan permasalahan produksi (VICO


CapillaryString Presentation)

34
Dari gambar diatas dijelaskan bagaimana tahapan dalam menganalisa
problem produksi, dimulai dengan monitoring perilaku rate produksi gas,
bagaimana indikasi yang nampak pada chart apakah menunjukkan
ketidakstabilan produksi atau penurunan yang tajam pada pada chart,
kemudian dari besarnya tekanan melalui Bottom Hole Pressure Survey apakah
menunjukkan akumulasi liquid yang dominan. Apakah nantinya benar-benar
ada indikasi liquid loading atau tidak, maka perlu penanganan yang berbeda
jika penurunan produksi bukan karena liquid loading, mungkin saja ada factor
skin yang menjadi kendala bahkan mungkin saja tekanan yang memang benar-
benar depleted. Ini merupakan tahap awal yang menjadi patokan tindakan apa
yang akan diambil untuk penanganan selanjutnya.

4.3.2 Identifikasi Liquid Loading

Identifikasi Liquid loading dalam produksi sumur gas sangatlah penting,


karena ini merupakan masalah yang sering bahkan selalu ada dalam produksi
gas yang memilikigejala penurunan tekanan. Penentuan ada atau tidak
kandungan liquid nantinya dapat diperkirakan melalui pembacaan pada Barton
chart, RTWS, Pressure survey, atau denganperhitungan lainnya.

Gambar IV 7. Barton Chart

(VICO Capillary String Presentation

Penentuan liquid loading ini akan menjadi patokan untuk perlakuan


selanjutnya bagi penanganan masalah sumur, bisa saja masalah penurunan
produksi gas bukan karenaliquid loading melainkan hal-hal lain yang tidak
terduga, oleh karena itu ini merupakan tahap yang sangat penting sebagai dasar
tindakan selanjutnya

35
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan Kerja Praktik yang telah saya lakukan dilapangan Semberah

Pertamina Hulu Sanga-Sanga, saya mengetahui profil dari Perusahaan Pertamina Hulu

Sanga-Sanga dan kegiatan eksplorasi di Perusahaan ini. Secara umum mengetahui sejarah

Perusahaan dan lapangan-lapangan MIGAS milik perusahaan, kemudian keadaan geologi

regional, keadaan stratigrafi dan sedimentasi, kondisi reservoir yang berada di lapangan

ini. Selain itu dapat mengetahui alur produksi, kegiatan perawatan sumur dan pengalaman

mengenai kegiatan Well Intervention khususnya kegiatan yang berhubungan dengan

Treatment sumur yang dilakukan di Lapangan Semberah. Peralatan penunjang yang

modern dan teknologi yang terus berkembang serta tenaga kerja yang professional

menjadikan Pertamina Hulu Sanga-Sanga salah satu perusahaan yang sangat berpengaruh

dalam industry perminyakan Indonesia.

Lapangan Pertamina Hulu Sanga-Sanga merupakan mature field, artinya lapangan

ini merupakan lapangan tua yang telah lama berproduksi, sehingga kemampuan reservoir

akan terus melemah. Seiring dengan waktu penurunan tekanan reservoir pasti akan terjadi

disetiap sumur, yang pada awalnya masih Natural Flow seiring waktu tekanan menurun

dan air mulai mengintervensi, akhirnya gas membentuk Slug didalam liquid, kemudian

disaat kondisi makin parah hanya gelembung-gelembung gas saja didalam akumulasi

liquid, sampai akhirnya sumur akan mati. Masalah yang sering terjadi pada sumur gas

Lapangan Nilam adalah Liquid loading, yaitu kondisi dimana gas tidak dapat mengalir lagi

ke permukaan karena adanya liquid yang menahannya dimana tekanan hidrostatis dari

liquid ini mampu menjebak (menahan) tekanan reservoir (gas) yang akan keluar ke

permukaan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini

tergantung dari spesifikasi liquid yang menghalangi gas tersebut. Apakah nantinya akan

36
memperbesar kecepatan gas atau mengangkat liquid yang terakumulasi. Penanganan liquid

loading dibagi menjadi 2, yaitu dengan cara konvensional dan modern (Non-conventional).

Liquid yang menahan gas ini bisa dari beberapa sumber, diantaranya bisa dari

Aquifer Water, sumber aiar dari zona lain, water coning, maupun dari kondensat yang

terbentuk dari gas itu sendiri. Masalah-masalah ini khususnya di Pertamina Hulu Sanga-

Sanga diatasi dengan beberapa teknologi modern sesuai dengan tujuan dan penyebab

menurunnya produksi di masing-masing sumur. Saat ini telah dikembangkan teknologi

Wellhead Compressor, Permanen Coil Tubing dan Capillary String. Perlunya penentuan

kandidat sumur guna mengetahui langkah selanjutnya yang akan dilakukan dalam

mengatasi permasalahan produksi secara tepat dan efektif sangat penting dilakukan, karena

setiap permasalahan akan berbeda pula penanganannya. Ada tidaknya indikasi liquid

loading nantinya akan tetap dilakukan penanganan terhadap masalah penurunan produksi.

Karena factor lainnya tidak bisa diabaikan begitu saja, biasanya akan dilakukan Stimulasi

sumur atau Reperforasi dan dengan cara yang lainnya. Namun penanganan akan berbeda

ketika terdapat indikasi liquid loading. Penelitian tahap lanjut terhadap perilaku liquid

Loading perlu dilakukan guna penanganan yang tepat, karena ada beberapa teknologi yang

dapat diaplikasikan.

Penyebab masalah utama penurunan produksi sumur gas pastinya akan berbeda-

beda dan penanganan akan berbeda pula, namun harus cermat apabila hanya dengan

tindakan sederhana saja yang tidak membutuhkan biaya sudah dapat mengatasi masalah

tentunya tidak perlu terlalu terburu-buru mengaplikasikan teknologi Non-konvensional

yang membutuhkan biaya dalam operasionalnya.

37
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, Muhammad. “Perkiraan Liquid Loading Sumur Gas Melalui


Integrasi Sistem Reservoir, Sumur, dan Pipa Produksi” . 2010.
Tugas Akhir Institut Teknologi Bandung.

Amarullah, M. S. (2018). Penanggulangan Permasalahan Produksi Air


Dengan Adanya Liquid Loading Pada Sumur Gas Di Lapangan
Mawar. Jakarta: FTKE-Usakti.

Andrianata, S., & Susanto, A. (2015). A Comprehensive Downhole


Capillary Surfactant Injection Screening & Optimisation for
Liquid Loaded Gas Wells.

Anggriyani, M. (2016). Aplikasi Capillary String untuk injeksi surfaktan


dalam penanggulangan liquid loading pada sumur A1 dan A2 di
lapangan Y.

Cabral, P., Gierega, C. R., & Suriano, A. A. (2007). Production


Optimization Using the Capillary Technology in the Loma La Lata
Field.

38

Anda mungkin juga menyukai