Oleh :
1801087
BALIKPAPAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN
PEMILIHAN METODE PENYELESAIAN MASALAH
Oleh :
Muhammad Madani Syaifullah Basir
1801087
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik
pada Jurusan Teknik Perminyakan Sekolah Tinggi Minyak Dan Gas Bumi
Balikpapan
Disetujui oleh :
Mengetahui :
NIDN : 1110096502
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia- Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penulisan Laporan
Kerja Praktik iniyang berjudul “Seleksi Kandidat Sumur Untuk Instalasi
Capillary String di Lapangan Samberah PHSS” dengan baik sebagai proses
pembelajaran serta pertanggung jawaban Mahasiswa STT MIGAS
BALIKPAPAN sebagai kelanjutan dari kegiatan Kerja Praktik. Tidak lupa
dalam kesempatan yang berbahagia ini, ucapan terima kasih dan
penghormatan yang mendalam penulis sampaikan kepada:
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
4.1.2. Blow Down .......................................................................................... 28
4.2 Non-Konvensional.................................................................................... 30
4.2.1. Well Head Compressor ......................................................................... 30
4.2.2. Gas Lift ................................................................................................ 30
4.2.3. Chemical Foaming ................................................................................ 32
4.3 Penanganan Masalah sumur ...................................................................... 33
4.3.1. Penentuan Kandidat Sumur ................................................................... 34
4.3.2. Identifikasi Liquid Loading................................................................... 35
BAB V KESIMPULAN.................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 38
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar II. 4 Diagram Alir Oil & Gas menuju Semberah Plant ........................... 17
vi
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyusunan laporan Kerja Praktik ini merupakan bagian dari prosespembelajaran serta
pertanggung jawaban mahasiswa STT MIGAS BALIKPAPAN sebagai kelanjutan dari
kegiatan Kerja Praktik tersebut. Dalam penyusunan laporan ini mahasiswa dapat
menjabarkan dan menjelaskan segala sesuatu yang mereka pelajari selama Kerja Praktik
baik teori maupun praktiknya.
Kerja praktek merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa semester akhir
dalam menyelesaikan studi, pada program studi S1 Teknik Perminyakan. Maksud dari
kerja praktek ini adalah untuk mendapatkan pengalaman dalam dunia industri migas,
sehingga dapat memberikan gambaran nyata tentang dunia perminyakan. Selain itu
maksud dari kerja praktek ini adalah untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku
kuliah dalam praktek di lapangan.
8
Adapun tujuan dari kerja praktek ini adalah :
Laporan Kerja Praktik ini berjudul “Seleksi Kandidat Sumur untuk Instalasi
Capillary String di Lapangan Samberah PHSS” akan disusun dengan pokok
permasalahan yaitu mengoptimalkanperolehan produksi sumur dengan teknologi yang
digunakan hingga proses treatment hingga distribusi penjualannya.
9
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan Kertas Kerja Wajib ini, penulis membuat sistematika
penulisan sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Bab ini memuat tentang latar belakang penulis dalam memilih judul, tujuan
penulisan, metodologi penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan.
4. Bab IV Pembahasan
Bab ini membahas keseluruhan kegiatan yang dilakukan selama Kerja
Praktik. Penjelasan secara teknis bagaimana mengatasi masalah produksi pada
sumur gas yang diawali dengan identifikasi penyebab permasalahan, kemudian
dilanjutkan dengan metode yang akan digunakan.
5. Bab V Kesimpulan
Bab ini berisikan kesimpulan dari pembahasan yang dijelaskan sebelumnya,
serta berhubungan langsung dengan maksud dan tujuan penulisan Laporan Kerja
Praktik.
10
BAB II
Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) adalah perusahaan yang baru saja
beroperasi di agustus 2018 ini, namun seluruh sumber daya manusia yang
menggerakkan roda bisnis dan kegiatan operasi wilayah sanga sanga sebaga wilayah
kerjanya, merupakan orang orang yang berpengalamansebagai perintis bisnis LNG
di indonesia bersama operator WK, sanga sanga sebelumnya. Dengan sumber daya
manusia yang dimiliki tersebut, menghantarkan PHSS menjadi produsen LNG
pertama di Indonesia di era Gross Split. PHSS melanjutkan pencapaian VICO sebagai
perusahaan yang dinamis, senantiasa berkembang, serta mengembangkan
semangatdan visi melalui tenaga kerja yang kompeten dan cerdas. Bersamaan dengan
kualitas tenaga kerja yang dimilikinya, PHSS berupaya untuk menjadi pelopor
dibidang HSE.
PHSS telah mengelola WK sanga sanga sejak Agustus 2018 dengan lokasi
wilayah kerja di Teluk Kutai yang terletak di Kalimantan Timur dan memiliki luas
wilayah sekitar 1.942 km persegi. Sepanjang beroperasi, WK sanga sangan telah
memproduksi gas lebih dari 12.6 TCF dan minyak sebanyak 0,4 Milyar barrel dari
lapangan lapangan produksi di Badak, Mutiara, Semberah, Nilam, Pamaguan,
Lampake, & Beras.
Lebih dari 4 tahun lalu, suatu perusahaan minyak swasta berhasil membuat
penemuan tidak terduga. HUFFCO ( yang kemudian berubah menjadi VICO
Indonesia ) tengah mencari minyak di area Teluk Kutai di delta Sungai Mahakam,
Kalimantan Timur, dan melakukan pemboran sumur pertamanya, yang menemukan
hidrokarbon. Sumur tersebut tidak menghasilkan minyak sebagai mana yang di
harapkan, namun justru menyediakan cadangan gas bumi yang sangat besar. Kegiatan
eksplorasi tersebut dimulai tiga tahun sebelumnya ketika Roy M. Huffington,
pengusaha minyak dari Texas & General Arch Sproul, pebisnis dari Virginia
11
menandatangani KBH dengan Pertamina untuk mengeksplorasi 631.000 hektar
delta Sungai Mahakam, dengan tujuan untuk menemukan cadangan minyak. Mereka
memulai eksplorasi minyak di delta Sungai Mahakam dengan dukungan dari mitra
usaha PT Ultramart Indonesia, PT Union Texas East Kalimantan, dan PT Universe
Tankships. Pada bulan Februari 1972, mereka berhasil menemukan lapangan Badak
yang luas. Temuan tersebut merupakan salah satu capaian penting dalam sejarah
perkembangan industri energy di indonesia.
13
Gambar II. 1 Peta Lokasi lapangan Semberah
14
Gambar II. 2 Monobore Wells
2. Konvensional Wells
Sumur konvensional memiliki ukuran diameter Tubing yang lebih kecil
sekitar 2-7/8” dan 3-1/2”. Dengan rangkaian yang kompleks maka lebih
memakan waktu dan lebih sulit dalam perakitan rangkaiannya, karena harus
mengangkat dan menurunkan rangkaian jika ada perubahan rangkaian maupun
pemasangan Packer.
15
Gambar II. 3 Konvensional Wells
Aliran fluida dari setiap sumur nantinya akan masuk ke Manifold Header
masing-masing Ligature dan Plant, nantinya akan dipisahkan menurut level
16
tekanannya. Saat ini karena umur Reservoir yang sudah tua maka tekanannya
tergolong VLP, LP dan masih terdapat sumur bertekanan MP. Aliran yang
bertekanan LP maupun MP nantinya akan langsung dikirim menuju Semberah
Plant 14 untuk di peroses.
Gambar II. 4Diagram Alir Oil & Gas menuju Semberah Plant
17
2.3.2 Semberah Plant
Semua fluida dan Gas dari Ligature akan menuju SCP (Semberah Central Plant)
untuk melalui proses selanjutnya. Minyak dan gas akan dikirim ke Bontang dan
Tanjung Santan, beberapa fasilitas yang ada di SPC adalah sebagai berikut :
SCP merupakan komponen yang paling penting dari semua fasilitas produksi
meliputi seluruh operasi yang ada di Semberah Central Area. Fluida produksi dari
setiap sumur akan menuju SCP melalui fasilitas Ligature dan Satellite. Kemudian gas
dan miyak diproses menggunakan Separator, pemanas, system pengering yang
menghasilkan Dry gas, minyak mentah, dan air sesuai dengan prosedur dan aturan
yang standar.
Untuk air dari setiap proses pemisahan kemudian melalui system pemanasan
untuk dipisahkan dengan minyak yang masih tersisa, kemudian melalui Floatation unit
dan Settling system kemudian dikirim ke badak untuk diinjeksikan ke dalam sumur
mati.
18
Gambar II. 5 Semberah Oil Plant Facilities
19
Untuk fasilitas Treatment gas dilengkapi dengan, MP Production Compressor
dan Production Separator , LP Production Compressor dan Separator, Condensate
Surge Drum, Condensate Stabilizer, Glycol Contactor (Dehydration System).
Kemudian untuk Treatment minyak dilengkapi dengan, Slug Catcher, Production
Separator, Heater Treater, Degassing Boot, Slop Oil Tank, Crude Oil Tank.
Air dari setiap Separator akan diproses terlebih dahulu agar minyak maupun
gas yang masih tersisa dapat terlepaskan dari air untuk selanjutnya akan di Treatment
kembali. Fasilitas Produksi untuk air dilengkapi dengan Plate Skimmer, Break Drum,
Gun Barrels, Corrugate Plate Interceptor, API Separator, Gas Floatation Unit.
Karena dalam industry Perminyakan air tidak diinginkan atau bukan merupakan
tujuan utama, maka air akan diinjeksikan kedalam sumur yang sudah mati.
20
BAB III
TEORI DASAR
Hal yang umum dialami oleh suatu Reservoir adalah penurunan tekanan,
begitu pula dengan Reservoir gas, seiring bertambahnya waktu maka kemampuan
tekanannya akan menurun karena secara continuous dieksplorasi. Dengan
bertambahnya konsumsi bahan bakar di Dunia, menuntut para perusahaan-
perusahaan Oil & Gas untuk lebih menguras otak dan meningkatkan upaya dalam
mengoptimalkan eksplorasi dan pencarian cadangan baru Hydrocarbon. Namun
fakta lapangan belum memperlihatkan korelasi positif dalam hal ketersediaan
cadangan untuk beberapa waktu kedapan yang ditunjukkan dengan semakin
kecilnya prosantase pembukaan lapangan baru. Walau demikian keberadaan
lapangan tua tetap menjadi tumpuan harapan jangka menengah dalam
memenuhi kebutuhan konsumen. Karena tantangan yang begitu besar, maka
segala upaya-upaya yang objektif dilakukan guna mempertahankan standar
produksi yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Penurunan tekanan
yang terjadi secara signifikan mengurangi kemampuan sumur untuk berproduksi,
entah karena tekanan yang terlalu kecil ataupun karena tekanan Back pressure
yang harus dilawan sehingga mengurangi rate produksi.
21
Namun terkadang penurunan tekanan dapat terjadi secara tiba - tiba, bahkan
menunjukkan fluktuasi ketidakstabilan laju tekanan. Peristiwa ini wajar terjadi
pada sumur gas yang memiliki umur Reservoir yang sudah tua, dengan semakin
menurunnya tekanan Reservoir maka sebagian besar Liquid tidak dapat terangkat
ke permukaan, ini menjadi penghambat untuk gas yang akan diproduksikan.
Air merupakan masalah utama pada sumur gas, karena memang air tidak
ekonomis dan tidak kita inginkan dalam industry Perminyakan, serta pada sumur
gas air dapat menjadi penghambat bagi laju produksi gas. Seperti halnya gambar
diatas, menunjukkan hubungan kemampuan tekanan reservoir terhadap waktu,
jadi penurunan tekanannya berbanding lurus dengan bertambahnya waktu. Pada
umumnya sumur gas akan diproduksi pada laju produksi yang tetap hingga
mencapai batas optimumnya selama jangka waktu tertentu. Pada sumur gas yang
memproduksikan air atau Condensat kemungkinan laju optimumnya tidak akan
tercapai karena adanya Liquid Loading. Liquid Loading merupakan peristiwa
22
terakumulasinya cairan di dasar sumur sebagai akibat tidak mampunya laju dan
tekanan gas membawa butir-butir cairan ke permukaan. Cairan yang terakumulasi
ini memberikan Back Pressure ke lapisan produktif sehingga tekanan alir dasar
sumur meningkat. Hal ini menyebabkan laju produksi menurun karena Draw
Down didasar sumur kecil. Selain itu, akumulasi cairan didasar sumur
mengakibatkan Saturasi cairan meningkat dan Permeabilitas Effective gas akan
berkurang maka laju produksi juga akan menurun. Penurunan laju produksi
menyebabkan menurunnya kecepatan aliran gas sehingga kondisi Liquid Loading
semakin parah dan pada akhirnya sumur akan mati.
Liquid loading adalah suatu akumulasi cairan dalam sumur gas sebagai
akibat dari penurunan kecepatan gas sehingga fasa gas tidak mampu men-
transportasikan droplet liquid ke permukaan dan menimbulkan back pressure
ke formasi.
23
terbagi menjadi empat golongan utama, yaitu Mist Flow, Transition Flow,
Slug flow, Bubble Flow.
1. Mist Flow
Pada jenis aliran ini fasa gas merupakan fasa yang paling
dominan pada lubang sumur, Liquid hanya berupa embun-embun.
Dibagian dalam dinding pipa dilapisi oleh lapisan Liquid yang tipis
bergerak melalui pipa menuju permukaan. Pada jenis aliran ini Pressure
Gradient dapat dideterminasi dari dominasi gas
2. Transition Flow
Merupakan fase transisi antara Mist flow dengan Slug flow, jadi
liquid mulai mengisi atau mendominasi aliran didalam sumur. Karena
tekanan hidrostatiknya yang besar air sulit terangkat oleh gas, maka
semakin lama akan semakin terakumulasi hingga akan membentuk Slug
yang akan menghalangi aliran gas.
3. Slug Flow
Pada kondisi ini gas telah membentuk Slug didalam akumulasi
air. Slug disini menyerupai gumpalan didalam akumulasi Liquid.
4. Bubble Flow
Pada kondisi ini dinding pada pipa sumur hampir seluruhnya terisi
oleh liquid.
24
berlangsung. Sebagai akibatnya, liquid mulai terakumulasi dilubang sumur
dan Slug mulai terbentuk di sumur, yang mana menambah presentase liquid
pada tubing selama produksi berlangsung. Tekanan lubang sumur
meningkat karena adanya akumulasi liquid dan produksi gas menurun
hingga aliran gas berhenti.
Dengan kata lain, liquid loading terjadi ketika kecepatan alir gas selama
di dalam tubing menurun dibawah laju kritis gas. Tekanan gas yang terus
menurun dengan bertambahnya waktu nantinya tidak cukup mampu
mengangkat air ataupun condensate ke permukaan, karena gaya
hidrostatiknya yang besar air akan jatuh kembali dan membentuk akumulasi
dilubang sumur. Produksi gas tidak stabil karena harus menembus kolom
liquid, seketika rate alirnya tinggi ketika dapat lolos dari kolom liquid
namun kembali turun ketika harus menembus kolom liquid kembali.
Terjadinya Liquid Loading pada sumur gas dapat dikenali dari beberapa
gejala. Jika kita dapat mengenali gejala ini, tentunya kita dapat
memperkirakan kapan terjadinya masalah ini maupun langkah- langkah
yang harus dilakukan sebagai penanganan Liquid Loading.
25
1. Penurunan laju produksi yang sangat tajam.
26
3.2 Proses Produksi
27
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 KONVESIOANAL
Untuk upaya penanganan dengan metode konvensional, biasanya dilakukan
dengan caraBlow Down dan Cyclic Well. Sumur-sumur yang memiliki history
dengan tekanan yang besar, kemudian Intermitten, dan akumulasi liquid loading yang
tidak terlalu besar sangat efektif menggunakan metode konvensional. Dengan tidak
memerlukan biaya untuk operasionalnya, hanya menutup dan membuka sumur
maupun dengan memindahkan line ke lokasi Burn pit saja masalah ini sudah dapat
teratasi, tentu saja dengan kondisi sumur seperti yang dijelaskan tersebut.
28
Gambar IV 1. Oil yang terbakar
29
4.2 NON-KONVENSIONAL
Gas lift adalah suatu usaha pengangkatan fluida sumur dengan cara menginjeksikan
gasbertekanan tinggi (minimal 250 psi) sebagai media pengangkat ke dalam kolom fluida
melalui valve-valve yang dipasang pada tubing dengan kedalaman dan jarak tertentu.
Gas Lift disini berfungsi untuk menambah gas yang berasal dari formasi, sehingga
gradien kolom cairan turun dan tekanan aliran di depan titik injeksi turun (selisih tekanan
aliranyang dicapai terhadap BHP mengakibatkan adanya aliran fluida dari dasar sumur
menuju permukaan). Didalam continuous gas lift, terjadi proses percampuran gas ke dalam
kolom fluidasehingga terjadi penurunan tekanan pada titik injeksi.
30
Syarat-syarat suatu sumur yang harus dipenuhi agar dapat diterapkan metoda gas lift
antara lain :
Tersedianya gas yang memadai untuk injeksi, baik dari reservoir itu
sendiri. maupun dari tempat lain.
Fluid level masih tinggi.
BHP yang tidak terlalu rendah.
GLR tinggi.
31
Beberapa kekurangan Gas lift yaitu:
Memerlukan gas yang cukup.
Bila gas yang digunakan bersifat korosif akan menambah biaya operasi.
Tidak efisien untuk lapangan yang kecil jika peralatan compression diperlukan.
Problem gas freezing dan hydrate.
Problem safety untuk tekanan gas yang tinggi.
Chemical foaming yang biasa digunakan adalah Surfactant. Dalam hal ini Chemical
digunakan untuk mengatasi masalah Liquid loading, prinsipnya dengan menurunkan berat
jenis sekaligus viskositas dari liquid yang ada tersebut. Caranya yaitu dengan menginjeksikan
suatu chemical ke dalam sumur (hingga top perforasi) melalui coiled tubing 3/4”. Dengan
bercampurnya chemical dengan air ini, akan terbentuk bubble pada air itu sendiri sehingga
berat jenisnya akan menurun. Injeksi Chemical ini bertujuan untuk mengeluarkan Liquid
yang menghalangi aliran gas dengan merubah liquid tadi menjadi gelembung-gelembung
udara sehingga beban gas akan menurun dan dapat naik ke permukaan melewati gelembung-
gelembung tersebut. Injeksi ini dilakukan dengan bantuan pipa yang berukuran kecil yaitu
sekitar
¾” yang dimasukkan kedalam tubing dan diujungnya terdapat Nozzel atau lubang sebagai
tempat keluarnya Surfactant. Dipermukaan rangkaian dilengkapi dengan Chemical tank,
Pump, Battery (Solar Cell), Marking Glass, Capillary tubing, Capillary hanger. Sebelum
mengaplikasikan Capillary String terlebih dahulu melakukan uji laboratorium untuk
mengetahui karakteristik dariliquid begitu pula dengan volume liquid yang akan dijadikan
patokan atau acuan untuk pemakaian jenis Surfactant yang tepat dan dapat bereaksi secara
maksimum dengan liquid, entahdari salinitas cairan, kemudian temperaturnya, dan seberapa
cepat reaksi untuk membentuk busa atau gelembung-gelembung. Kemudian diperlukan
perhitungan mengenai rasio volume antara Surfactant dan liquid yang tepat agar tercapainya
proses yang optimal. Berikut ini adalah kriteriasumur yang dapat diaplikasikan menggunakan
Capillary String :
Setelah menentukan jenis dan banyaknya Surfactant yang akan diinjeksikan, maka
Capillary string dapat di running hingga ujung nozzle berada dikedalaman kolom
liquid.
Kemudian pompa akan menginjeksikan Chemical setiap beberapa menit sekali
tergantung dari waktu yang telah kita setting sebelumnya. Energy pompa berasal
daribaterai Solar cell
32
Chemical turun melalui Capillary tubing menuju kolom liquid. Nantinya akan
keluarmelalui nozzle dan langsung bereaksi dengan liquid.
Ketika bereaksi dengan liquid nantinya akan terbentuk busa yang sangat tebal,
seketika itu berat jenis dari liquid akan berkurang dan gas mulai mampu untuk naik ke
permukaan.
Selanjutnya Chemical akan diinjeksikan secara kontinyu hingga nantinya rate
produksikembali stabil.
34
Dari gambar diatas dijelaskan bagaimana tahapan dalam menganalisa
problem produksi, dimulai dengan monitoring perilaku rate produksi gas,
bagaimana indikasi yang nampak pada chart apakah menunjukkan
ketidakstabilan produksi atau penurunan yang tajam pada pada chart,
kemudian dari besarnya tekanan melalui Bottom Hole Pressure Survey apakah
menunjukkan akumulasi liquid yang dominan. Apakah nantinya benar-benar
ada indikasi liquid loading atau tidak, maka perlu penanganan yang berbeda
jika penurunan produksi bukan karena liquid loading, mungkin saja ada factor
skin yang menjadi kendala bahkan mungkin saja tekanan yang memang benar-
benar depleted. Ini merupakan tahap awal yang menjadi patokan tindakan apa
yang akan diambil untuk penanganan selanjutnya.
35
BAB V
KESIMPULAN
Pertamina Hulu Sanga-Sanga, saya mengetahui profil dari Perusahaan Pertamina Hulu
Sanga-Sanga dan kegiatan eksplorasi di Perusahaan ini. Secara umum mengetahui sejarah
regional, keadaan stratigrafi dan sedimentasi, kondisi reservoir yang berada di lapangan
ini. Selain itu dapat mengetahui alur produksi, kegiatan perawatan sumur dan pengalaman
modern dan teknologi yang terus berkembang serta tenaga kerja yang professional
menjadikan Pertamina Hulu Sanga-Sanga salah satu perusahaan yang sangat berpengaruh
ini merupakan lapangan tua yang telah lama berproduksi, sehingga kemampuan reservoir
akan terus melemah. Seiring dengan waktu penurunan tekanan reservoir pasti akan terjadi
disetiap sumur, yang pada awalnya masih Natural Flow seiring waktu tekanan menurun
dan air mulai mengintervensi, akhirnya gas membentuk Slug didalam liquid, kemudian
disaat kondisi makin parah hanya gelembung-gelembung gas saja didalam akumulasi
liquid, sampai akhirnya sumur akan mati. Masalah yang sering terjadi pada sumur gas
Lapangan Nilam adalah Liquid loading, yaitu kondisi dimana gas tidak dapat mengalir lagi
ke permukaan karena adanya liquid yang menahannya dimana tekanan hidrostatis dari
liquid ini mampu menjebak (menahan) tekanan reservoir (gas) yang akan keluar ke
permukaan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini
tergantung dari spesifikasi liquid yang menghalangi gas tersebut. Apakah nantinya akan
36
memperbesar kecepatan gas atau mengangkat liquid yang terakumulasi. Penanganan liquid
loading dibagi menjadi 2, yaitu dengan cara konvensional dan modern (Non-conventional).
Liquid yang menahan gas ini bisa dari beberapa sumber, diantaranya bisa dari
Aquifer Water, sumber aiar dari zona lain, water coning, maupun dari kondensat yang
terbentuk dari gas itu sendiri. Masalah-masalah ini khususnya di Pertamina Hulu Sanga-
Sanga diatasi dengan beberapa teknologi modern sesuai dengan tujuan dan penyebab
Wellhead Compressor, Permanen Coil Tubing dan Capillary String. Perlunya penentuan
kandidat sumur guna mengetahui langkah selanjutnya yang akan dilakukan dalam
mengatasi permasalahan produksi secara tepat dan efektif sangat penting dilakukan, karena
setiap permasalahan akan berbeda pula penanganannya. Ada tidaknya indikasi liquid
loading nantinya akan tetap dilakukan penanganan terhadap masalah penurunan produksi.
Karena factor lainnya tidak bisa diabaikan begitu saja, biasanya akan dilakukan Stimulasi
sumur atau Reperforasi dan dengan cara yang lainnya. Namun penanganan akan berbeda
ketika terdapat indikasi liquid loading. Penelitian tahap lanjut terhadap perilaku liquid
Loading perlu dilakukan guna penanganan yang tepat, karena ada beberapa teknologi yang
dapat diaplikasikan.
Penyebab masalah utama penurunan produksi sumur gas pastinya akan berbeda-
beda dan penanganan akan berbeda pula, namun harus cermat apabila hanya dengan
tindakan sederhana saja yang tidak membutuhkan biaya sudah dapat mengatasi masalah
37
DAFTAR PUSTAKA
38