PENDAHULUAN
Kerja praktik adalah salah satu mata kuliah prasyarat dalam kurikulum
akademik di Program Studi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Kebumian
dan Energi dengan bobot akademis 1 sks yang wajib ditempuh oleh mahasiswa
Teknik Perminyakan Program Strata 1 (S1) di Universitas Trisakti Jakarta.
Melalui kerja praktik mahasiswa diharapkan tidak hanya mengerti tentang
pelaksanaan kerja secara teoritis, tetapi juga dapat mengerti aplikasinya di
lapangan. Kerja Praktik (KP) ini merupakan sebagian visualisasi dari mata kuliah
yang telah ditempuh seperti teknik pengeboran, teknik produksi, dan teknik
reservoir.
Pembangunan di Indonesia yang berlangsung begitu pesat di segala bidang
mengharuskan terlahirnya SDM yang berkompeten dan berkualitas, sehingga
kekayaan sumber daya alam (SDA) termasuk komoditas migas dapat dikelola
dengan baik. Minyak bumi dan gas merupakan sumber daya alam yang saat ini
menjadi tulang punggung bagi ketersediaan energi di dunia karena sebagian besar
aktivitas dan kebutuhan manusia membutuhkan energi tersebut. Perkembangan
ilmu dan teknologi dalam dunia Teknik Perminyakan yang semakin canggih
menuntut mahasiswa Teknik Perminyakan untuk memahami aplikasi dari teori-
teori yang telah dipelajari dan mengetahui perkembangan teknologi perminyakan
tersebut, khususnya yaitu: aspek reservoir, pengeboran, dan produksi , serta
dalam rangka peningkatan wawasan keilmuan perminyakan yang menunjang bagi
mahasiswa.
PT Medco E&P INDONESIA merupakan industri yang kami pilih untuk
melaksanakan kerja praktik. PT Medco E&P INDONESIA merupakan perusahaan
Indonesia yang telah mendunia dan berfokus pada kegiatan eksplorasi minyak dan
gas, pengembangan dan produksi, serta power generator yang berfokus pada
eksplorasi sumber daya baru, dan terus berupaya melakukan peningkatan dalam
1
bisnisnya. Beberapa kriteria yang kami pertimbangkan untuk memilih PT Medco
E&P INDONESIA sebagai tempat kerja praktik, antara lain
1.2 Tujuan
2
1.3 Pembatasan Masalah
Pada penelitian yang dilakukan, pembatasan masalah dibatasi pada :
3
BAB II
TINJAUAN UMUM LAPANGAN
4
Lahat, Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, dan Formasi Telisa.
Gambar 2.1
Cekungan Sumatra Selatan
5
batuan Paleozoikum dan Mesozoikum tengah dengan arah barat laut-tenggara,
yaitu pada arah lipatan dan sesar. Disamping itu juga terdapat sesar yang berarah
timurlaut-barat daya. Menurut Harsa (1975), kedua sesar yang mempunyai arah
yang berbeda tersebut mungkin disebabkan oleh deformasi memutar.
Tektonik berikutnya terjadi pada Kapur Akhir dan Tersier Awal. Selama
masa ini terbentuk sesar dan lekuk yang berarah utara-selatan. Orientasi ini kira-
kira sejajar dengan perkembangan transform fault yang terjadi. Sesar berarah
utara-selatan ini dapat dijumpai dalam Cekungan Sumatera Selatan.
Pada Tersier Awal, kegiatan sesar terhenti dan seluruh daerah mulai
menurun, disusul pengisian sedimen ke dalam lekuk secara bertahap, termasuk
penimbunan topografi basement. Beberapa sesar tua masih aktif selama proses
pengendapan tesebut. Masa tektonik yang terjadi pada Miosen Tengah
menyebabkan pangangkatan pegunungan Bukit Barisan. Selama pengangkatan
tersebut terjadi perlipatan dan pensesaran terutama di Cekungan Sumatera
Selatan. Gerakan tektonik pada masa tersebut menghasilkan lipatan yang berarah
timurlaut-baratdaya.
Gambar 2.2
Struktur Geologi Daerah Penelitian
6
Dalam masa tektonik Plio-Plistosen terjadi lagi pengangkatan Pegunungan Bukit
Barisan yang menghasilkan Sesar Semangko yang berkembang sepanjang
Pegunungan Bukit Barisan. Gerakan vertikal dari sesar tersebut menghasilkan
struktur miring terban sepanjang Pegunungan Bukit Barisan dimulai dari Pra-
Tersier sampai Tersier.
Namun, gerakan horizontal terjadi pada Plistosen Awal sampai sekarang,
dan mempengaruhi Cekungan Sumatera sehingga sesar-sesar baru yang hampir
sejajar dengan sesar Semangko berkembang di daerah ini.
7
BAB III
TEORI DASAR
Gambar 3.1
Komponen Aliran dalam Pipa
8
perbandingan antara laju produksi yang dihasilkan suatu sumur terhadap
perbedaan tekanan (drawdown) antara tekanan static (Ps) dengan tekanan pada
saat terjadi aliran (Pwf) di dasar sumur.
Gambar 3.2
Jenis Down Hole Completion
b. Tubing completion
1. Single completion
2. Commingle completion
9
Gambar 3.3
Commingle Completion
3. Multiple completion
4. Permanent completion
c. Wellhead completion
Gambar 3.4
Wellhead completion
10
2. Tahap Perforasi
Berikut gambar perforasi sumur dan bagian-bagian dari rangkaian pipa
produksinya
Gambar 3.5
Perforasi Sumur
3. Tahap Swabbing
a. Penurunan densitas cairan
b. Penurunan kolom cairan
4. Metode Produksi
Metode produksi dibagi menjadi sembur alami dan buatan. Metode sembur
buatan dilakukan ketika sumur tidak lagi mampu mengakirkan fluia reservoir
secara alami. Beberapa metode sembur buatan diantaranya adalah ESP, gas lift,
dan lainnya.
a. Gas Lift
1. Peralatan gas lift permukaan
c. Stasiun distribusi
11
d. Alat-alat kontrol
1. Choke kontrol
2. Regulator
a. Accumulation Chamber
b. Pinhole collar
e. Menghindari swabbing untuk high fluid well atau yang diliputi air.
12
1. Peralatan permukaan
a. Swcthboard
b. Junctoion Box
c. Transformer
d. Tubing head
e. Drum
b. Protector
c. Pompa
d. Gas separator
e. Kabel
f. Check valve
g. Bladeer valve
13
7. Wash tank
8. Storage tank
9. Skimmer
10. Water tank
1. Separator
Separator adalah suatu alat yang dipergunakan untuk memisahkan minyak
dari air atau gas. Menurut cara kerjanya separator di bedakan atas 2 tipe, yaitu : 2
phasa separator dan 3 phasa separator, sedangkan menurut konstruksinya,
separator dibedakan atas 3 tipe, yaitu horizontal separator, vertical separator,
dan spherical separator.
14
Flare stack merupakan suatu unit yang berfungsi untuk pembakaran gas
dari gas boot, gas mengalir dari atas gas boot kemudian masuk ke scrubber di sini
terjadi proses pemisahan jika masih terdapat kondensat di gas.kondensat harus
dipisahkan ini dikarenakan jika terbakar di flare akan membahayakan lingkungan
selain itu juga kondensat dapat di manfaatkan untuk cleaning peralatan.
6. Heater treater
Memanaskan minyak dalam bentuk emulsi agar mudah dipisahkan saat
berada di wash tank
7. Wash tank
Berfungsi memisahkan minyak dan air. Air yang secara gravity lebih berat
akan turun kebawah dan minyak yang lebih riang akan naik keatas kemudian
mengalir melewati spill over ke tangki berikutnya. Pada setiap wash tank, kolom
air panas akan selalu dijaga pada ketinggian tertentu, karena ia berguna untuk
mengikat partikel-partikel air yang masih terdapat dalam emulsi. Pada saat crude
oil tersebut bergerak melewati kolom air panas naik ke permukaan. Ketinggian
kolom air didalam wash tank akan dipengaruhi pemisahan air dan minyak.
Untuk menentukan tinggi kolom air yang baik didalam sebuah wash tank
agar menghasilkan water cut yang baik biasanya perlu dengan percobaan. Hal ini
dilakukan dengan cara merubah level water leg, yaitu untuk menaikkan water
leg, atau mengurangi spacer (o-ring) pada water leg untuk menaikkan water level,
atau mengurangi spacer untuk menurunkan water level didalam wash tank. Pada
beberapa lapangan penggunaan demulsifier kadang-kadang diperlukan untuk
membantu mempercepat proses pemisahan air dan minyak.
8. Storage tank
Tangki sementara sebelum minyak yang telah bersih dijual kepada pembeli
9. Skimmer
Tangki yang memisahkan air dari minyak yang masih terbawa oleh air yang
telah dipisahkan dari FWKO dan menampung air dari Produced Water saat terjadi
over flow
15
10. Water tank
Tangki yang menampung air terproduksi untuk penangan lebih lanjut seperti
untuk disposal, water flooding, dan pressure maintanance.
a. Surface equipment
Surface equipment adalah segala peralatan yang berada di atas permukaan sumur.
1. Rig
Rig adalah suatu alat berat yang digunakan untuk melakukan pengeboran
sumur minyak. Rig digunakan untuk mencabut dan memasukkan pipa-pipa dari
dan ke dalam sumur.
2. Pompa
Pompa adalah alat memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat yang
lain dengan tekanan rendah atau tinggi sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan
pompa biasanya dilakukan pada sirkulasi air, tes casing, tes BOP dan kill well.
Jenis-jenis pompa antara lain :
a. Pompa duplex
b. Pompa triplex
16
Pompa triplex digunakan untuk tekanan yang lebih tinggi dengan volume
pemompaan yang lebih kecil. Pompa triplex dilengkapi dengan tiga piston yang
bekerja sedemikian rupa sehingga memproduksi tekanan yang lebih tinggi
dibandingkan pompa duplex.
Merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menahan semburan liar akibat
tekanan reservoar yang tinggi dalam sumur. Blow out preventer equipment (BOP)
dipasang di atas flange bagian atas dari suatu sumur yang dilekatkan oleh
beberapa baut yang dikunci kuat untuk keselamatan jiwa, operasi dan hal-hal yang
tidak diinginkan.
b. Subsurface equipment
Packer adalah alat berupa karet yang digunakan untuk mengisolasi suatu
kedalaman tertentu dari lubang sumur. Packer berfungsi untuk :
4. Penyangga tubing.
3.2.2 Workover
Workover adalah semua pekerjaan yang dilakukan untuk memperbaiki
keadaan sumur agar produksi sumur tersebut semakin meningkat atau tetap dapat
dipertahankan termasuk diantaranya karakteristik sumur. Jenis-jenis pekerjaan
Workover dapat dikatagorikan sesuai penyebabnya, antara lain sebagai berikut
17
1. Stimulasi
2. Fracturing
b. Kerja ulang karena produksi air atau gas yang sangat berlebihan adalah :
2. Menutup salah satu lapisan yang dicurigai sebagai air atau gas
2. Stimulasi
3. Fracturing
18
sumber listrik, winch unit, dan tool box untuk keperluan operasional.
19
Untuk lebih jelasnya, berikut merupakan gambar slickline unit disertai
bagian-bagiannya
Gambar 3.6
Slickline Unit
3.4 Sonolog
Gelombang bunyi (acoustic) adalah gelombang mekanik yang merambat
dalam medium padat, cair maupun udara. Gelombang bunyi memiliki sifat-sifat
gelombang seperti refraksi, refeleksi, interferensi dan sifat gelombang lainnya.
Berapa energi yang direfraksikan dan yang direfleksikan saat gelombang bunyi
dirambatkan pada medium tergantung sifat-sifat mediumnya. Bentuk amplitudo
gelombang yang dipantulkan bisa memberikan informasi tentang medium yang
dilaluinya terutama sifat fisis medium dan kedalaman mediumnya diukur dari
sumber gelombang.
20
gelombang bunyi, beberapa operator dapat membuat interpretasi dari record
(catatan data).
System . Aplikasi dan interpretasi pengukuran yang dibuat dengan Well analyzer
dapat membantu menjawab sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan
produksi sumur.
21
Pada penelitian ini Sonolog Tes digunakan untuk menganalisa sumur
minyak melalui pengukuran kedalaman dan tekanan bawah permukaan (BHP)
sebagai data untuk analisa sumur. Hasil pengukuran diharapkan bisa digunakan
untuk penentuan efisiensi produksi sumur. Efisiensi produksi sumur juga bisa
ditentukan kecepatan gelombang bunyi di annulus gas, berapa ratarata berat jenis
gas di annulus dan apakah ada anomali di annulus di atas liquid level.
Prinsip kerja alat sonolog adalah gas gun dipicu untuk menimbulkan bunyi
yang kemudian merambat di annulus dan dipantulkan oleh permukaan cairan.
Pantulan (selama proses berlangsung bunyi direkam secara terus menerus) akan
diterima oleh mikrofon dan komputer akan menghitung waktu yang dipergunakan
bunyi untuk merambat dari permukaan, dipantulkan oleh permukaan cairan
sampai kembali ke permukaan. Jarak dari permukaan merupakan setengah kali
dari hasil kali kecepatan bunyi terhadap jarak antara welhead menuju permukaaan
cairan
Waktu telah diukur dan dicatat oleh komputer sehingga tinggal mencari
kecepatan bunyi. Kecepatan bunyi ditentukan oleh jenis dan kepadatan media. Di
annulus media yang mengisinya adalah gas hidrokarbon. Dengan data specific
gravity dari gas dan data tekanan pada casing dapat dihitung kecepatan bunyi di
annulus. Untuk menghitung tekanan di bawah permukaan ( bottom hole pressure)
yang merupakan jumlah dari tekanan yang ada pada casing dan tekanan fluida (
baik gas maupun liquid)
22
3.5 Electric Memory Recorder
23
3.5.2 Electric memory Recorder
Dalam pengujian sumur terdapat alat yang digunakan yang disebut dengan
EMR ( Electric Memory Recorder ). Alat tersebut digunakan untuk embaca
tekanan dan suhu yang dilakkukan dengan cara memasukkan rangkaian EMR tool
ke dalam sumur sampai mencapai total kedalaman dan kemudian alat akan
melakukan pembacaan harga tekanan dan suhu pada interval-interval kedalaman
tertentu pada selang waku perekaman yang ditentukan. Secara garis besar EMR
terdiri dari termomoter untuk pengukuran suhu dan pressure gauge untuk
mengukur tekanan
b. Stem/pemberat rangkaian
c. Knuckle Joint
d. EMR
3.6. Panametric
Panametrik merupakan salah satu alat yang dapat mengukur laju aliran
suatu fluida. Fluida yang dapat dibaca adalah fluida berupa fresh water maupun
saline water aliran ultrasonik ini menggunakan sepasang transduser, dengan setiap
transduser dapat mengirim dan menerima sinyal ultrasonik yang dialirkan melalui
fluida. Ketika fluida mengalir, waktu transit sinyal di arah downstream lebih
pendek dari pada arah upstream. Perbedaan antara waktu transit ini sebanding
dengan kecepatan aliran. Pengukur aliran mengukur perbedaan waktu ini dan
menggunakan parameter pipa yang telah terprogram untuk menentukan laju aliran
dan arah aliran.
24
Berikut terdapat gambar yang menjelaskan tentang teori pengukuran aliran
waktu transit
Gambar 3.7
25
Berikut merupakan peralatan flow meter kit yang digunakan pada
pengukuran aliran
Gambar 3.8
Program surveillance yang terencana dengan baik adalah salah satu kunci untuk
memahami kinerja reservoir dan mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan
ultimate recovery. Analisis surveillance, dapat dilakukan dengan beberapa metode
diantaranya analisis Hall Plot dan voidage replacement ratio (VRR). Analisis Hall
Plot merupakan analisis dengan menggunakan kurva yang dapat membantu untuk
menarik kesimpulan tentang kinerja injektivitas rata-rata. Analisis VRR
membantu mengidentifikasi bagian-bagian dari suatu bidang di mana lebih banyak
air harus disuntikkan untuk mencapai atau mempertahankan target VRR.
Kurva Hall Plot menganalisa aliran steady-state pada sebuah sumur injeksi.
Secara umum, kemiringan pada kurva Hall plot diartikan sebagai indikator dari
rata-rata injektivitas yang baik. Pada kondisi normal, plot adalah garis lurus.
Perbedaan trendline diplot menunjukkan perubahan kondisi injeksi, dari hasil
kurva tersebut dapat diketahui seberapa besar efek damage yang terdapat pada
26
sumur injeksi. Hall (pada tahun 1963) mempresentasikan teknik ini untuk
menginterpretasikan data sumur injeksi yang dikumpulkan secara rutin untuk
menarik kesimpulan mengenai efek skin didekat lubang bor dan kinerja
injektivitas rata-rata. Data yang diperlukan untuk analisis Hall Plot meliputi
tekanan injeksi bottom hole bulanan (rata-rata bulanan), tekanan reservoir rata-
rata, volume injeksi air bulanan dan injeksi harian pada bulan tersebut.
Metode Hall mengasumsikan injeksi dengan keadaan steady state sehingga laju
injeksi dapat dinyatakan sebagai:
k = permeability,
h = reservoir thickness
μ = fluid viscosity
rw = wellbore radius
S = skin
27
d. Aliran adalah kondisi steady state
e. Rasio mobilitas sama dengan 1
f. Selama waktu pengamatan, tekanan pada jarak yang sama dengan re adalah
konstan, dan jarak ini sendiri juga konstan
Pada titik ini, diasumsikan bahwa k, h, μ, re, rw dan S adalah konstan. Oleh
karena itu, Persamaan 1 menjadi:
dimana:
28
dimana:
Perubahan dalam kondisi injeksi dapat dicatat dari Hall Plot. Misalnya,
jika penyumbatan lubang bor (plugging) atau pembatasan lain untuk injeksi secara
bertahap terjadi, net effect akan meningkat secara bertahap dalam faktor skin, S.
Sebagai S meningkat, C menurun; dengan demikian, kemiringan Hall Plot
meningkat. Sebaliknya, jika S menurun (seperti halnya jika tekanan injeksi
melebihi tekanan fract, menyebabkan pertumbuhan fract di formasi), maka C
meningkat dan kemiringanmenurun. Lihat Gambar 1 untuk berbagai kondisi
sumur injeksi menurut Hall plot
29
Berikut adalah kurva Hall plot yang digunakan untuk analisis performa
sumur injeksi air
Gambar 3.9
Gambar 3.10
30
Jika Pwi dan Pavg dapat diasumsikan dalam nilai rata-rata perbulan maka
Dimana:
Δp = pwi - pavg
Δt = waktu penginjeksian
Jika setelah pengisian gas dapat diasumsikan bahwa Pavg tidak berubah
secara signifikan, maka menghitung sumbu y pada Hall plot sangat
disederhanakan dengan menjatuhkan Pavg. Ini karena jika Pavg konstan dan
diabaikan, Hall plot hanya bergeser pada sumbu y tanpa mengubah kemiringan
atau nilai penafsiran diagnostiknya. Di bawah kondisi ini, tekanan injeksi
bottomhole (Pwi) hanyalah tekanan injeksi kepala sumur ditambah gradien
hidrostatik frictional-loss term. Oleh karena, kedua istilah ini biasanya
31
diasumsikan konstan dan diabaikan, sisi kiri Persamaan 6 dapat dengan mudah
dikurangi menjadi integral dari tekanan injeksi kepala sumur, sebuah dataset yang
lebih siap tersedia.
Namun, Hall plot bukan satu-satunya alat yang sempurna, tetapi dapat,
dalam kondisi tertentu, memberikan wawasan yang masuk akal tentang perubahan
skin. Alat terbaik untuk mengukur kerusakan pada kerusakan skin lubang bor
adalah PBU test yang dirancang dengan baik, dilaksanakan dengan baik, dan
dianalisis sepenuhnya.
32
GOR = produced Gas Oil Ratio
Gambar 3.11
33
BAB IV
Tabel 4.1
Depth Temp.
Pressure Temperatr Press. Grad. Grad.
o o
ft BH-MD ft BH-TVD psig F psig/ft F/ft
0 0 121.48 86.95
34
Melalui data tersebut dibuat grafik hubungan antara tekanan, suhu, dan
kedalaman pada gambar 4.1
Gambar 4.1
Keseluruhan data yang diolah dari sumur-sumur yang terdapat pada lapangan
X dirangkum pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Bottom Hole
Measured Depth, ft
WHP,
Test type DATE
psig
Press, psig Temp, °F
KBMD KBTVD
35
SBHP 31-Mar-2005 3276 3276 496 1549 205
Seluruh data SBHP Test yang diperoleh dari semua sumur di Lapangan S
diplot terhadap waktu sehingga diperoleh profil tekanan reservoir pada lapangan
tersebut. Berikut adalah grafik hubungan antara tekanan reservoir terhadap waktu.
1600
1400
1200
1000
Pr
800
600
400
200
0
19-Apr-01 14-Jan-04 10-Oct-06 6-Jul-09 1-Apr-12 27-Dec-14 22-Sep-17 18-Jun-20
DATE
A1 A2 A3 B1 B3 B4 B5 B6 B7
C1 C2 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7
D9 D10 E1 E2 E3 F1 F2 F3 F4
F5 G1 G2 H1 Gambar 4.2 H2 H3 H4 I1 I2
36
Selain dilakukan analisis terhadap penurunan tekanan reservoir, dilakukan
pula analisis terhadap performa sumur - sumur (Well Performance Analysis) yang
ada di Lapangan S. Analisis dilakukan menggunakan metode Inflow Performance
Relationship (IPR). Data yang dibutuhkan adalah tekanan resesvoir, tekanan alir
dasar sumur, dan laju alir pada setiap sumur yang akan dianalisis. Untuk data
tekanan reservoir diperoleh dari SHBP Test, data tekanan alir dasar sumur
diperoleh dari FBHP Test maupun Traverse Survey pada sumur Gas Lift.
Sementara data laju alir diperoleh dari Separator Test. Analisis dilakukan setalah
membuat grafik Well Performance. Sumur yang mengindikasikan ada masalah
akan dianalisis melalui metode IPR. Berikut merupakan gafik Well Performance
pada sumur W-13.
Gambar 4.3
37
Performa Sumur W-13 memperlihatkan harga penurunan laju alir produksi
liquid yang signifikan. Oleh karena itu, dilakukan analisis dengan metode IPR
untuk analisis lebih lanjut. Berikut ini adalah data-data yang dibutuhkan untuk
analisis dengan IPR.
Tabel 4.3
Qo (BOPD
WELL DATE FBHP (psi) SBHP (psi) Ql (BFPD) WC (%)
)
Data yang test dari sumur W-13 digunakan untuk membuat kurva IPR
pada kondisi awal dan kondisi tes terbaru. Kurva IPR Sumur W-13 dapat dilihat
pada gambar 4.4
Gambar 4.4
38
Grafik IPR akan dianalisis untuk melihat kondisi dan juga solusi yang
mungkin dipilh pada sumur W-13. Berikut adalah data yang dipeoleh dari kurva
IIPR Sumur W-13
Tabel 4.4
39
Berikut merupakan mekanisme proses terjadinya water flooding
pada reservoir minyak
Gambar 4.5
Mekanisme Water Flood
Injeksi air ini sangat banyak digunakan, alasannya antara lain:
1. Mobilitas yang cukup rendah
2. Air mudah didapatkan
3. Pengadaan air cukup murah
4. Berat kolom air dalam sumur injeksi turut memberikan tekanan, sehingga
cukup banyak mengurangi tekanan injeksi yang perlu diberikan di
permukaan
5. Mudah tersebar ke daerah reservoir, sehingga efisiensi penyapuannya
cukup tinggi
6. Memiliki efisiensi pendesakan yang sangat baik
Penginjeksian air bertujuan untuk memberikan tambahan energi kedalam
reservoir. Pada proses pendesakan, air akan mendesak minyak mengikuti
jalur-jalur arus (stream line) yang dimulai dari sumur injeksi dan berakhir
pada sumur produksi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.5, yang
menunjukkan kedudukan partikel air yang membentuk batas air-minyak
sebelum breakthrough (a) dan sesudah breakthrough (b) pada sumur
produksi.
40
Melalui gambar di bawah dapat dibedakan kedudukan air sepanjang jalur
arus
Gambar 4.6
Kedudukan Air Sepanjang Jalur Arus
(a) sebelum dan (b) sesudah Tembus Air Pada Sumur Produksi
41
diambil dari tes panametrik dan data tekanan kepala sumur (Pwh) dari alat
pressure gauge digital, dan durasi injeksi. Nilai volume didapatkan dengan
mengalikan durasi injeksi dan laju alir injeksi. Setelah data yang dibutuhkan
terkumpul lalu dihitung nilai kumulatif tekanan dan kumulatif volumnya seperti
tabel 4.5. Akibat keterbatasan data, maka untuk memenuhi data yang dibutuhkan,
digunakan beberapa asumsi, apabila nilai tekanan kepala sumur dan durasi injeksi
kosong maka disamakan dengan data sebelumnya.
Tabel 4.5
Data Hall Plot
Setelah data terkumpul lalu buat kurva hall plot dengan menempatkan
kumulatif tekanan sebagai sumbu Y dan kumulatif volume sebagai sebagai sumbu
X seperti pada tabel 4.5 lalu untuk melihat performa injeksi pada sumur buat
grafik yang dapat menampilkan keadaan sumur dari mulai awal beroperasi
sebagai sumur injeksi sampai akhir sesuai dengan data yang tersedia, seperti
grafik pada gambar 4.6 lalu dilakukan analisa performa injeksi sesuai metode Hall
plot.
42
Berikut merupakan kurva Hall plot yang disertai contoh 3 sampel pada
kondisi yang berbeda
Gambar 4.6
Kurva Hall Plot Sumur B1, B2, B3
Untuk menganalisis kurva hall plot dan grafik performa injeksi diperlukan
beberapa data pendukung berupa rig report yang menampilkan secara rinci
kegiatan di lapangan dalam kurun waktu satu hari penuh. Data penting yang perlu
diperhatikan pada saat membaca rig report adalah melihat tanggal dan jenis
kegiatan yang dilakukan untuk dicocokkan dengan data tabel dan kurva hall plot
yang terkait. Apabila kurva Hall Plot menunjukkan adanya prilaku tidak normal
pada sumur, dapat dilihat kembali melalui rig report. Didalam rig report terdapat
beberapa informasi diantaranya hasil injectivity test seperti tabel 4.7 injectivity
test biasanya dilakukan setelah acidizing job untuk mengetahui efektifitas
kegiatan tersebut. Hasil test tersebut juga menjadi acuan dasar dalam
menganalisis kurva Hall Plot. Pada saat menganalisis kurva, untuk melihat
43
kelakuan normal sumur tersebut, di kurun waktu yang sama nilai rate air injeksi
aktual harus sebanding dengan nilai rate air injeksi pada saat tes.
Tabel 4.6
Data injectivity test
44
BAB V
PEMBAHASAN
Selain itu, di Stasiun X terdapat water treatment plant yang digunakan untuk
mengolah air sungai menjadi sumber air bersih bagi aktivitas harian. Dulunya, air
sungai diproses untuk diinjeksikn kembali ke dalam sumur guna meningkatkan
efek penyapuan di reservoir. Seiring meningkatnya harga water cut, maka hanya
air terproduksi saja yang diinjeksikan kembali. Skema surface facilities Stasiun X
dapat dilihat pada lampiran B.
45
Stasiun X juga mmiliki fasilitas laboratorium yang secar rutin melakukan
pengecekan terhadap sampel terkait harga water cut, salt content, dan specific
gravity, serta oil content pada air yang akan diinjeksikan. Sementara untuk air
bersih dilakukan turbidity dan spektrofotometer test. Beberapa tes lain, seperti
scale dan corossion test juga dilakukan.
Pada aktivitas pengambilan data melalui sonolog terdapat beberapa data yang
diambil seperti ketinggian fluid level, pump intake pressure, presentase liquid,
kedalaman formasi, tekanan ruang annulus, tekanan pada gas-liquid interface dan
data lainnya. Namun, data utama yang perlu dicatat adalah fluid level guna
mencegah terjadinya pump off pada pompa ESP bila fluid levelnya rendah. Hal ini
tentu akan mengurangi efisiensi pompa ESP.
Salah satu kegiatan well service yang dilakukan adalah slickline operation.
Namun, sebelumnya dilakuakan persiapan peralatan yang dibutuhkan di
46
workshop. Di ruangan tersebut merupakan tempat penyimpanan dan memperbaiki
alat-alat rusak. Beberapa peralatan yang terdapat di workshop diantaranya,
dummy, gas lift, lubricator, winch, side pocket mandrel, dan beberapa peralatan
lain terkait operasi menggunakan wireline. Di dalamnya juga terdapat ruangan
khusus yang digunakan untuk mengatur tekanan bukaan gas lift valve yang
digunakan saat proses unloading fluida dari dala sumur. Sumber gas yang
digunakan dalam proses pengaturan tekanan bukaan pada dome yang ada di dalam
gas lift berupa gas Nitrogen yang diletakkan dalam tabung khusus dan dengan
suhu ruangan tertentu.
Operasi slickline yang dilakukan pada hari tersebut adalah resetting gas lift
pada Sumur S, karena yang sebelumnya mengalami kebocoran pada valve nomor
2. kegiatan diawali dengan pencabutan gas lift yang telah bocor dari dalam sumur
dengan menggunakan kick over tool yang diturunkan melalui slickline. Aktivitas
berjalan lancar karena tidak ada kendala dalam pencabutan gas lift yang rusak,
maupun pemasangan yang baru.
Aktivitas dilanjutkan dengan melakukan tag bottom pada sumur injeksi air
yang tidak jauh posisinya. Sebelumnya, sumur mengalami masalah karena laju
alir air yang masuk menjadi mengecil. Jadi dilakukan pengecekan kedalaman
sekaligus pembersihan tubing melalui alat gauge cutter yang diturunkan
menggunakan slickline. Pengecekan kedalaman juga dilakukan unuk pengawasan
terhadap terjadinya sand build up pada dasar sumur. Penurunan laju alir sumur
diindikasikan akibat masalah teknis yang ada di dalam sumur itu sendiri.
47
Persiapan sebelum melakukan perforation adalah injeksi fluida komplesi
yang terdiri dari campuran air dan KCl. Selain itu, material untuk perforasi
dialirkan melalui coiled tubing yang diniliai lebih efisien kerena material dapat
disirkulasi secara kontinyu, tanpa mengeluarkan production string dari sumur.
Ditambah lagi, keakuratannya dalam penentuan titik kedalam juga lebih baik.
coiled tubing juga lebih awet karena lebih tahan collapse, burst, erosi, dan korosi,
serta dapat digulung. Setelah material pasir diinjeksikan untuk membuat perforasi,
pasir dibarkan untuk settling dalam beberapa jam sebelum dilakukan uji injectivity
test
48
bentuk gradien garis tekanan terhadap kedalaman yang bentuknya linier dengan
gradien liquid pada EOT sebesar 0.4237 psi/ft.
Selain itu, data yang diperoleh dari sumur-sumur lainnya umumnya normal,
yangmana harga tekanan dan temperatur akan meningkat seiring bertambahnya
kedalaman. Hanya saja, karena pola aliran tidak selalu normal yang mana gas
berada di atas minyak. Pola aliran dapat berbentuk slug atau yang lainnya. Hal ini
dapat dilihat dari harga gradien fluida yang cenderung terjadi berselang-seling
antara minyak dan gas menuju dasar sumur. Hal ini menggambarkan posisi gas
dalam aliran minyak tidak seluruhnyanya berada di atas minyak dan dapat
memiliki bentuk tertentu. Namun, untuk mengetahui pola alirannya memerlukan
studi lebih lanjut. Selain, pada beberapa sumur terdapat beberapa data temperatur
yang berharga negatif. Hal ini diakibatkan adanya kesalahan dalam perekaman
data oleh alat EMR.
Keseluruhan data yang diolah dari sumur-sumur yang terdapat pada lapangan
S dirangkum pada tabel 4.2 Seluruh data SBHP test yang diperoleh dari semua
sumur di Lapangan X diplot terhadap waktu sehingga diperoleh profil tekanan
reservoir pada lapangan tersebut. Grafik hubungan antara tekanan reservoir
terhadap waktu dapat dilihat pada gambar 4.2. Dalam kurun waktu 15 tahun,
Lapangan S memiliki tiga trend penurunan tekanan reservoir. Pada tahun 2009
hingga 2014 cederung memiliki harga penurunan tekanan paling tinggi.
Berdasarkan sejarah produksi pada lapangan tersebut, hal ini diakibatkan gas
diproduksikan dari lapangan tersebut. Hal ini membuat penurunan tekanan yang
cepat dan dapat menyebabka penurunan recovery factor karena tekanan pada
kolom gas yang mampu mengimbangi penurunan tekanan reservoir berkurang.
Oleh karena itu, pada tahu 2014 produksi gas berhenti diproduksikan untuk
menguangi penurunan tekanan reservoir.
49
terlebih dahulu. Sumur-sumur yang mengindikasikan ada masalah akan dianalisis
melalui metode IPR. Grafik well performance pada sumur W-13 dapat dilihat
pada gambar 4.3
Oleh karena itu, dilakukan analisis dengan metode IPR untuk analisis lebih
lanjut. Berdasarkan kurva IPR terhadap sumur W-13., terlihat adanya penurunan
laju alir maksimum yang sangat signifikan antara tes yang dilakukan di awal
produksi dan tes terakhir, yaitu sebesar 7236. 5 bfpd. Selain itu, productivity
indexnya juga mengalami penurunan sebesar 8 bfpd/psi. Besarnya penurunanlaju
alir maksimum sebesar 91% dari laju alir maksimum pada kondisi awal.
Penurunan laju alir yang signififikan biasanya mengindikasikan terjadi damage
pada formasi terkait.
Penurunan laju alir merupakan hal yang normal saat suatu sumur
diproduksikan seiring menurunnya tekanan reservoir. Hal ini digambarkan dengan
perbandingan bentuk kurva yang cenderung mirip pada tes pada kondisi awal an
terakhir. Namun, pada Sumur W-13 menunjukkan bentuk kurva yang berbeda.
Pada tes terakhir menunjukkan perubahan menjadi bentuk yang lebih curam, yang
menandakan penurunan laju alir tidak sebanding dengan penurunan tekanan
reservoirnya.
50
5.2.2 Analisis Air Injeksi
Untuk hasil pengolahan data water injection surveillance, dari data yang
didapatkan selama berada di lapangan diambil data tiga sumur yang mewakili tiga
kondisi sumur injeksi air yang berbeda, yaitu data dari sumur B1, B2, B3. Lalu
dinalisis mengunakan metode Hall plot.
Setelah itu dilakukan serangkaian perhitungan sehingga menghasilkan
data seperti tabel 4.6 pada data di tabel tersebut terlihat nilai rate injeksi (q)
sangat rendah, sebesar 10 sampai 40 bpd. apabila dibandingkan dengan rate saat
masa awal injeksi dengan kisaran nilai 4000 sampai 5000 bpd. Nilai tekanan
kepala sumur juga berkurang jauh dari kisaran nilai 2000 psi menurun menjadi
620 psi. setelah membuat kurva Hall plot untuk ketiga sumur di lapangan X
hasilnya dapat terlihat di gambar 4.4. setelah dianalisis, sumur B1 dianggap
normal sepanjang umur sumur karna bentuk trendline yang linier. Untuk
menganalisa lebih lanjut, data injectivity rate dari awal umur sumur sampai data
terakhir menunjukkan nilai yang sama di kisaran nilai 500 bpd, dan apabila
dibandingkan dengan data di rig report nilai rate dari injectivity test tidak terlalu
jauh dari nilai injectivity test aktual. Untuk sumur B2 data pada masa awal sumur
tidak lengkap, maka kurvanya hanya menunjukkan kondisi dari tengah umur
sampai ke akhir umur sumur. kurva Hall plot menunjukkan sumur dalam kondisi
damage.
Melihat rig report terdapat kebocoran tubing, setelah tubing diganti dan
dilakukan injectivity test, rate injeksi kembali naik signifikan dari 250 bpd
menjadi 3000 bpd dan nilai rate injeksi aktual sudah mendekati nilai injectivity
test, terlihat dari kurva Hall plot melandai menandakan dengan pressure yang
stabil volume air yang diinjeksikan ke formasi banyak tanpa ada hambatan. Untuk
kurva Hall plot pada sumur B3 dapat terlihat kondisi awal dari sumur tersebut
normal di rate injeksi 3000 bpd dan Pwh 1000 psi di tahun 2008 lalu mulai terjadi
damage, ditandai dengan kurva hall plot yang lurus vertikal berada dikisaran
volume 5.000.000 bbl setelah dilihat di data pada tabel 4.6 kisaran cumulative
volume tersebut rate turun drastis menjadi 100 bpd dan akhirnya mencapai 10-20
bpd dengan Pwh 620 psi ditengah 2016. Lalu pada tanggal 29 Agustus – 1
51
September 2016 rate-nya 0 bpd yang artinya terjadi shut in. Lalu setelah melihat
rig report sumur B3 pada tanggal 30 agustus 2016 sumur tersebut dilakukan
acidizing job dan dari data injectivity test pada tabel 4.6 menunjukkan dengan
tekanan sebesar 600 psi sumur tersebut dapat menginjeksikan air dengan rate
6624 bpd . Lalu pada tanggal 2 agustus 2016 rate kembali ada nilainya tetapi tetap
berkisar di 20-30 bpd dengan tekanan yang masih tetap di 620 psi. Baru di kisaran
bulan maret 2017 rate kembali normal di 3000-4000 bpd dengan Pwh 700 psi. Di
fase ini baru kurva Hall plot menunjukkan prilaku normal. Rate tidak langsung
naik setelah acidizing, kemungkinan dikarenakan apabila telah diketahui terdapat
penurunan rate yang signifikan, dilakukan pengecekan sumur, dan rate yang
menurun drastis mengindikasikan adanya kerusakan tubing berupa plugging
akibat scale di tubing atau adanya sand build up, untuk mengetahui lebih lanjut
bisa di cek di tag bottom dan dibersihkan scalenya dengan gauge cutter.
Apabila setelah pembersihan tersebut masih bermasalah dites untuk tau
apakah terdapat tubing bocor, lalu apabila telah ditemukan penyebabnya memang
terjadi plugging tersebut choke menuju sumur yang ada didekat manifold di
station akan dikecilkan, sehingga aliran air akan ke sumur injeksi lainnya. (agar
output ratenya sesuai rate awal di sumber pompa) dan agar voidage ratio tetap
seimbang.
Menurut rig report pertama-tama diketahui adanya tubing bocor dan
diganti, lalu dilihat dari rate tidak ada perubahan rate yang signifikan sehingga
dilakukan acidizing. Hal ini terjadi karena kemungkinan pumper lupa membuka
choke di manifold pusat yg dekat pompa sehingga saat di cek di panametrik
sumur ratenya tetap kecil, dan setelah choke tersebut dibuka ratenya langsung
naik signifkan sesuai keadaan normal tersebut, atau karena data panametrik
terbarunya belum diupdate
52
BAB VI
KESIMPULAN
1. Gas yang terproduksi dari lapangan X tidak lagi ekonomis untuk dijual
sebagai bahan bakar
4. Perlu adanya peningkatan keamanan pada fasilitas produksi pada tiap sumur
terkait masalah pencurian peralatan oleh penduduk sekitar.
9. Kurva IPR Sumur W-13 menunjkkan adanya penurunan laju alir maksimum
sebesar 7236.51 bfpd atau sebesar 91% laju alir semula dalam 13 tahun
terakhir.
53
10. Harga productivity index Sumur W-13 turun 8 bpd/psi atau sebesar 84%
11. Acidizimg dapat menjadi alternatif solusi terhadap turunnya laju alir, tetapi
perlu dilakukan PBU test untuk menentukan besarnya skin pada Sumur W-13
12. Kurva Hall Plot pada Sumur B2 menunjukkan perubahan trendline akibat
adanya penggantian tubing yang bocor sehingga gradiennya menjadi
melandai
13. Kurva Hall plot pada Sumur B3 menunjukkan adanya perubahan trendline
akibat adanya acidizing, tetapi terdapat ketidakcocokan data perubahan
trendline terhadap hasil rig report karena kemungkinan data rate injeksi dari
panametrik belum diinput dikembali tepat setalah acidizing.
54
DAFTAR PUSTAKA
55
DAFTAR SIMBOL
µ = Viskositas. cp
k = pemeabilitas, mD
S = Skin.
56
LAMPIRAN
SKEMA STASIUN X
57
Lampiran A
Skema Fasilitas Pemisah Stasiun X
Lampiran B
Skema Water Treatment Plant Stasiun X
58