BAB I
PENDAHULUAN
Kerja praktik adalah salah satu mata kuliah prasyarat dalam kurikulum
akademik di Program Studi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Kebumian
dan Energi dengan bobot akademis 1 sks yang wajib ditempuh oleh mahasiswa
Teknik Perminyakan Program Strata 1 (S1) di Universitas Trisakti Jakarta.
Melalui kerja praktik mahasiswa diharapkan tidak hanya mengerti tentang
pelaksanaan kerja secara teoritis, tetapi juga dapat mengerti aplikasinya di
lapangan. Kerja Praktik (KP) ini merupakan sebagian visualisasi dari mata kuliah
yang telah ditempuh seperti teknik pengeboran, teknik produksi, dan teknik
reservoir.
Pembangunan di Indonesia yang berlangsung begitu pesat di segala bidang
mengharuskan terlahirnya SDM yang berkompeten dan berkualitas, sehingga
kekayaan sumber daya alam (SDA) termasuk komoditas migas dapat dikelola
dengan baik. Minyak bumi dan gas merupakan sumber daya alam yang saat ini
menjadi tulang punggung bagi ketersediaan energi di dunia karena sebagian besar
aktivitas dan kebutuhan manusia membutuhkan energi tersebut. Perkembangan
ilmu dan teknologi dalam dunia Teknik Perminyakan yang semakin canggih
menuntut mahasiswa Teknik Perminyakan untuk memahami aplikasi dari teori-
teori yang telah dipelajari dan mengetahui perkembangan teknologi perminyakan
tersebut, khususnya yaitu: aspek reservoir, pengeboran, dan produksi , serta dalam
rangka peningkatan wawasan keilmuan perminyakan yang menunjang bagi
mahasiswa.
PT Medco E&P INDONESIA merupakan industri yang kami pilih untuk
melaksanakan kerja praktik. PT Medco E&P INDONESIA merupakan perusahaan
Indonesia yang telah mendunia dan berfokus pada kegiatan eksplorasi minyak dan
1
gas, pengembangan dan produksi, serta power generator yang berfokus pada
eksplorasi sumber daya baru, dan terus berupaya melakukan peningkatan dalam
2
bisnisnya. Beberapa kriteria yang kami pertimbangkan untuk memilih PT Medco
E&P INDONESIA sebagai tempat kerja praktik, antara lain
1. Industri yang dipilih melakukan pengolahan bahan mentah menjadi bahan jadi
atau setengah jadi.
2. Industri yang dipilih memiliki unit-unit proses dan operasi.
3. Industri yang dipilih memiliki unit-unit pengolahan air dan pembangkit tenaga
listrik.
Atas berbagai pertimbangan tersebut, kami menetapkan PT Medco E&P
INDONESIA sebagai lokasi kerja praktik.
1.2 Tujuan
4
Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, dan Formasi Telisa.
6
Berikut merupakan gambar peta stratigrafi Cekungn Sumatra Selatan
berdasarkan pengendapannya
Gambar 2.1
Cekungan Sumatra Selatan
Gambar 2.2
Struktur Geologi Daerah Penelitian
Dalam masa tektonik Plio-Plistosen terjadi lagi pengangkatan Pegunungan Bukit
Barisan yang menghasilkan Sesar Semangko yang berkembang sepanjang
Pegunungan Bukit Barisan. Gerakan vertikal dari sesar tersebut menghasilkan
struktur miring terban sepanjang Pegunungan Bukit Barisan dimulai dari Pra-
Tersier sampai Tersier.
Namun, gerakan horizontal terjadi pada Plistosen Awal sampai sekarang, dan
mempengaruhi Cekungan Sumatera sehingga sesar-sesar baru yang hampir sejajar
dengan sesar Semangko berkembang di daerah ini.
Gambar 3.1
Komponen Aliran dalam Pipa
Gambar 3.2
Jenis Down Hole Completion
b. Tubing completion
1. Single completion
2. Commingle completion
Gambar 3.3
Commingle Completion
3. Multiple completion
4. Permanent completion
c. Wellhead completion
Gambar 3.4
Wellhead completion
2. Tahap Perforasi
Berikut gambar perforasi sumur dan bagian-bagian dari rangkaian pipa
produksinya
Gambar 3.5
Perforasi Sumur
3. Tahap Swabbing
a. Penurunan densitas cairan
b. Penurunan kolom cairan
4. Metode Produksi
Metode produksi dibagi menjadi sembur alami dan buatan. Metode sembur
buatan dilakukan ketika sumur tidak lagi mampu mengakirkan fluia reservoir secara
alami. Beberapa metode sembur buatan diantaranya adalah ESP, gas lift, dan
lainnya.
a. Gas Lift
1. Peralatan gas lift permukaan
c. Stasiun distribusi
d. Alat-alat kontrol
1. Choke kontrol
2. Regulator
a. Accumulation Chamber
b. Pinhole collar
e. Menghindari swabbing untuk high fluid well atau yang diliputi air.
1. Peralatan permukaan
a. Swcthboard
b. Junctoion Box
c. Transformer
d. Tubing head
e. Drum
b. Protector
c. Pompa
d. Gas separator
e. Kabel
f. Check valve
g. Bladeer valve
1. Separator
Separator adalah suatu alat yang dipergunakan untuk memisahkan minyak
dari air atau gas. Menurut cara kerjanya separator di bedakan atas 2 tipe, yaitu : 2
phasa separator dan 3 phasa separator, sedangkan menurut konstruksinya,
separator dibedakan atas 3 tipe, yaitu horizontal separator, vertical separator, dan
spherical separator.
6. Heater treater
Memanaskan minyak dalam bentuk emulsi agar mudah dipisahkan saat
berada di wash tank
7. Wash tank
Berfungsi memisahkan minyak dan air. Air yang secara gravity lebih berat
akan turun kebawah dan minyak yang lebih riang akan naik keatas kemudian
mengalir melewati spill over ke tangki berikutnya. Pada setiap wash tank, kolom
air panas akan selalu dijaga pada ketinggian tertentu, karena ia berguna untuk
mengikat partikel-partikel air yang masih terdapat dalam emulsi. Pada saat crude
oil tersebut bergerak melewati kolom air panas naik ke permukaan. Ketinggian
kolom air didalam wash tank akan dipengaruhi pemisahan air dan minyak.
Untuk menentukan tinggi kolom air yang baik didalam sebuah wash tank
agar menghasilkan water cut yang baik biasanya perlu dengan percobaan. Hal ini
dilakukan dengan cara merubah level water leg, yaitu untuk menaikkan water leg,
atau mengurangi spacer (o-ring) pada water leg untuk menaikkan water level, atau
mengurangi spacer untuk menurunkan water level didalam wash tank. Pada
beberapa lapangan penggunaan demulsifier kadang-kadang diperlukan untuk
membantu mempercepat proses pemisahan air dan minyak.
8. Storage tank
Tangki sementara sebelum minyak yang telah bersih dijual kepada pembeli
9. Skimmer
Tangki yang memisahkan air dari minyak yang masih terbawa oleh air yang
telah dipisahkan dari FWKO dan menampung air dari Produced Water saat terjadi
over flow
10. Water tank
Tangki yang menampung air terproduksi untuk penangan lebih lanjut seperti
untuk disposal, water flooding, dan pressure maintanance.
a. Surface equipment
Surface equipment adalah segala peralatan yang berada di atas permukaan sumur.
1. Rig
Rig adalah suatu alat berat yang digunakan untuk melakukan pengeboran
sumur minyak. Rig digunakan untuk mencabut dan memasukkan pipa-pipa dari dan
ke dalam sumur.
2. Pompa
Pompa adalah alat memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat yang
lain dengan tekanan rendah atau tinggi sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan
pompa biasanya dilakukan pada sirkulasi air, tes casing, tes BOP dan kill well.
Jenis-jenis pompa antara lain :
a. Pompa duplex
Pompa ini termasuk jenis positive displacement pump atau reprocating
pump yang dilengkapi dua buah piston. Setiap piston mempunyai dua klep hisap
(suction valve) dan dua klep buang (discharge valve) karena itu disebut double
acting pump.
b. Pompa triplex
Pompa triplex digunakan untuk tekanan yang lebih tinggi dengan volume
pemompaan yang lebih kecil. Pompa triplex dilengkapi dengan tiga piston yang
bekerja sedemikian rupa sehingga memproduksi tekanan yang lebih tinggi
dibandingkan pompa duplex.
Merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menahan semburan liar akibat
tekanan reservoar yang tinggi dalam sumur. Blow out preventer equipment (BOP)
dipasang di atas flange bagian atas dari suatu sumur yang dilekatkan oleh beberapa
baut yang dikunci kuat untuk keselamatan jiwa, operasi dan hal-hal yang tidak
diinginkan.
b. Subsurface equipment
Packer adalah alat berupa karet yang digunakan untuk mengisolasi suatu
kedalaman tertentu dari lubang sumur. Packer berfungsi untuk :
4. Penyangga tubing.
1. Stimulasi
2. Fracturing
b. Kerja ulang karena produksi air atau gas yang sangat berlebihan adalah :
2. Menutup salah satu lapisan yang dicurigai sebagai air atau gas
2. Stimulasi
3. Fracturing
Gambar 3.6
Slickline Unit
3.4 Sonolog
Gelombang bunyi (acoustic) adalah gelombang mekanik yang merambat
dalam medium padat, cair maupun udara. Gelombang bunyi memiliki sifat-sifat
gelombang seperti refraksi, refeleksi, interferensi dan sifat gelombang lainnya.
Berapa energi yang direfraksikan dan yang direfleksikan saat gelombang bunyi
dirambatkan pada medium tergantung sifat-sifat mediumnya. Bentuk amplitudo
gelombang yang dipantulkan bisa memberikan informasi tentang medium yang
dilaluinya terutama sifat fisis medium dan kedalaman mediumnya diukur dari
sumber gelombang.
Prinsip kerja alat sonolog adalah gas gun dipicu untuk menimbulkan bunyi
yang kemudian merambat di annulus dan dipantulkan oleh permukaan cairan.
Pantulan (selama proses berlangsung bunyi direkam secara terus menerus) akan
diterima oleh mikrofon dan komputer akan menghitung waktu yang dipergunakan
bunyi untuk merambat dari permukaan, dipantulkan oleh permukaan cairan sampai
kembali ke permukaan. Jarak dari permukaan merupakan setengah kali dari hasil
kali kecepatan bunyi terhadap jarak antara welhead menuju permukaaan cairan
Waktu telah diukur dan dicatat oleh komputer sehingga tinggal mencari
kecepatan bunyi. Kecepatan bunyi ditentukan oleh jenis dan kepadatan media. Di
annulus media yang mengisinya adalah gas hidrokarbon. Dengan data specific
gravity dari gas dan data tekanan pada casing dapat dihitung kecepatan bunyi di
annulus. Untuk menghitung tekanan di bawah permukaan ( bottom hole pressure)
yang merupakan jumlah dari tekanan yang ada pada casing dan tekanan fluida (
baik gas maupun liquid)
Survei BHP adalah pengukuran tekanan dasar sumur dan temperatur sumur
dengan menggunakan alat memory gauge . Prinsip kerja dari survei BHP yaitu
melakukan pengukuran tekanan dan temperatur sumur sampai ke zona perendaman
dengan menurunkan alat electric memory recorder (EMR) ke dalam lubang sumur
dan mencatat data tekanan dan temperatur tiap per kedalaman lubang sumur. Untuk
menurunkan EMR ke dalam lubang sumur digunakan Wireline Unit dengan tipe
slickline . BHP Survey dalam operasinya terbagi menjadi dua yaitu static bottom
hole pressure survey dan flow bottom hole pressure survey.
Dalam pengujian sumur terdapat alat yang digunakan yang disebut dengan
EMR ( Electric Memory Recorder ). Alat tersebut digunakan untuk embaca tekanan
dan suhu yang dilakkukan dengan cara memasukkan rangkaian EMR tool ke dalam
sumur sampai mencapai total kedalaman dan kemudian alat akan melakukan
pembacaan harga tekanan dan suhu pada interval-interval kedalaman tertentu pada
selang waku perekaman yang ditentukan. Secara garis besar EMR terdiri dari
termomoter untuk pengukuran suhu dan pressure gauge untuk mengukur tekanan
b. Stem/pemberat rangkaian
c. Knuckle Joint
d. EMR
3.6. Panametric
Panametrik merupakan salah satu alat yang dapat mengukur laju aliran suatu
fluida. Fluida yang dapat dibaca adalah fluida berupa fresh water maupun saline
water aliran ultrasonik ini menggunakan sepasang transduser, dengan setiap
transduser dapat mengirim dan menerima sinyal ultrasonik yang dialirkan melalui
fluida. Ketika fluida mengalir, waktu transit sinyal di arah downstream lebih pendek
dari pada arah upstream. Perbedaan antara waktu transit ini sebanding dengan
kecepatan aliran. Pengukur aliran mengukur perbedaan waktu ini dan menggunakan
parameter pipa yang telah terprogram untuk menentukan laju aliran dan arah aliran.
Berikut terdapat gambar yang menjelaskan tentang teori pengukuran aliran
waktu transit
Gambar 3.7
Gambar 3.8
Program surveillance yang terencana dengan baik adalah salah satu kunci untuk
memahami kinerja reservoir dan mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan
ultimate recovery. Analisis surveillance, dapat dilakukan dengan beberapa metode
diantaranya analisis Hall Plot dan voidage replacement ratio (VRR). Analisis Hall
Plot merupakan analisis dengan menggunakan kurva yang dapat membantu untuk
menarik kesimpulan tentang kinerja injektivitas rata-rata. Analisis VRR membantu
mengidentifikasi bagian-bagian dari suatu bidang di mana lebih banyak air harus
disuntikkan untuk mencapai atau mempertahankan target VRR.
Kurva Hall Plot menganalisa aliran steady-state pada sebuah sumur injeksi. Secara
umum, kemiringan pada kurva Hall plot diartikan sebagai indikator dari rata-rata
injektivitas yang baik. Pada kondisi normal, plot adalah garis lurus. Perbedaan
trendline diplot menunjukkan perubahan kondisi injeksi, dari hasil kurva tersebut
dapat diketahui seberapa besar efek damage yang terdapat pada sumur injeksi. Hall
(pada tahun 1963) mempresentasikan teknik ini untuk menginterpretasikan data
sumur injeksi yang dikumpulkan secara rutin untuk menarik kesimpulan mengenai
efek skin didekat lubang bor dan kinerja injektivitas rata-rata. Data yang diperlukan
untuk analisis Hall Plot meliputi tekanan injeksi bottom hole bulanan (rata-rata
bulanan), tekanan reservoir rata-rata, volume injeksi air bulanan dan injeksi harian
pada bulan tersebut.
Metode Hall mengasumsikan injeksi dengan keadaan steady state sehingga laju
injeksi dapat dinyatakan sebagai:
k = permeability,
h = reservoir thickness
μ = fluid viscosity
rw = wellbore radius
S = skin
dimana:
dimana:
Perubahan dalam kondisi injeksi dapat dicatat dari Hall Plot. Misalnya, jika
penyumbatan lubang bor (plugging) atau pembatasan lain untuk injeksi secara
bertahap terjadi, net effect akan meningkat secara bertahap dalam faktor skin, S.
Sebagai S meningkat, C menurun; dengan demikian, kemiringan Hall Plot
meningkat. Sebaliknya, jika S menurun (seperti halnya jika tekanan injeksi
melebihi tekanan fract, menyebabkan pertumbuhan fract di formasi), maka C
meningkat dan kemiringanmenurun. Lihat Gambar 1 untuk berbagai kondisi sumur
injeksi menurut Hall plot
Berikut adalah kurva Hall plot yang digunakan untuk analisis performa
sumur injeksi air
Gambar 3.9
Gambar 3.10
Kurva Bottomhole Injection dan Tekanan Reservoir
Jika Pwi dan Pavg dapat diasumsikan dalam nilai rata-rata perbulan maka
Dimana:
Δp = pwi - pavg
Δt = waktu penginjeksian
Jika setelah pengisian gas dapat diasumsikan bahwa Pavg tidak berubah
secara signifikan, maka menghitung sumbu y pada Hall plot sangat disederhanakan
dengan menjatuhkan Pavg. Ini karena jika Pavg konstan dan diabaikan, Hall plot
hanya bergeser pada sumbu y tanpa mengubah kemiringan atau nilai penafsiran
diagnostiknya. Di bawah kondisi ini, tekanan injeksi bottomhole (Pwi) hanyalah
tekanan injeksi kepala sumur ditambah gradien hidrostatik frictional-loss term.
Oleh karena, kedua istilah ini biasanya diasumsikan konstan dan diabaikan, sisi kiri
Persamaan 6 dapat dengan mudah dikurangi menjadi integral dari tekanan injeksi
kepala sumur, sebuah dataset yang lebih siap tersedia.
Namun, Hall plot bukan satu-satunya alat yang sempurna, tetapi dapat,
dalam kondisi tertentu, memberikan wawasan yang masuk akal tentang perubahan
skin. Alat terbaik untuk mengukur kerusakan pada kerusakan skin lubang bor
adalah PBU test yang dirancang dengan baik, dilaksanakan dengan baik, dan
dianalisis sepenuhnya.
Gambar 3.11
Tabel 4.1
Depth Temp.
Pressure Temperatr Press. Grad. Grad.
o o
ft BH-MD ft BH-TVD psig F psig/ft F/ft
0 0 121.48 86.95
34
36
Melalui data tersebut dibuat grafik hubungan antara tekanan, suhu, dan
kedalaman pada gambar 4.1
Gambar 4.1
Keseluruhan data yang diolah dari sumur-sumur yang terdapat pada lapangan
X dirangkum pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Bottom Hole
Measured Depth, ft WHP,
Test type DATE
psig
Press, psig Temp, °F
KBMD KBTVD
SBHP 31-Mar-2005 3276 3276 496 1549 205
Seluruh data SBHP Test yang diperoleh dari semua sumur di Lapangan S
diplot terhadap waktu sehingga diperoleh profil tekanan reservoir pada lapangan
tersebut. Berikut adalah grafik hubungan antara tekanan reservoir terhadap waktu.
1600
1400
1200
1000
Pr
800
600
400
200
0
19-Apr-01 14-Jan-04 10-Oct-06 6-Jul-09 1-Apr-12 27-Dec-14 22-Sep-17 18-Jun-20
DATE
A1 A2 A3 B1 B3 B4 B5 B6 B7
C1 C2 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7
D9 D10 E1 E2 E3 F1 F2 F3 F4
F5 G1 G2 H1 Gambar 4.2 H2 H3 H4 I1 I2
Grafik Profil Tekanan Reservoir Lapangan S
Gambar 4.3
Tabel 4.3
Qo (BOPD
WELL DATE FBHP (psi) SBHP (psi) Ql (BFPD) WC (%)
)
Data yang test dari sumur W-13 digunakan untuk membuat kurva IPR pada
kondisi awal dan kondisi tes terbaru. Kurva IPR Sumur W-13 dapat dilihat pada
gambar 4.4
Gambar 4.4
Tabel 4.4
Gambar 4.5
Mekanisme Water Flood
Injeksi air ini sangat banyak digunakan, alasannya antara lain:
1. Mobilitas yang cukup rendah
2. Air mudah didapatkan
3. Pengadaan air cukup murah
4. Berat kolom air dalam sumur injeksi turut memberikan tekanan, sehingga
cukup banyak mengurangi tekanan injeksi yang perlu diberikan di
permukaan
5. Mudah tersebar ke daerah reservoir, sehingga efisiensi penyapuannya
cukup tinggi
6. Memiliki efisiensi pendesakan yang sangat baik
Penginjeksian air bertujuan untuk memberikan tambahan energi kedalam
reservoir. Pada proses pendesakan, air akan mendesak minyak mengikuti
jalur-jalur arus (stream line) yang dimulai dari sumur injeksi dan berakhir
pada sumur produksi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.5, yang
menunjukkan kedudukan partikel air yang membentuk batas air-minyak
sebelum breakthrough (a) dan sesudah breakthrough (b) pada sumur
produksi.
Melalui gambar di bawah dapat dibedakan kedudukan air sepanjang jalur
arus
Gambar 4.6
Kedudukan Air Sepanjang Jalur Arus
(a) sebelum dan (b) sesudah Tembus Air Pada Sumur Produksi
Tabel 4.5
Data Hall Plot
Setelah data terkumpul lalu buat kurva hall plot dengan menempatkan
kumulatif tekanan sebagai sumbu Y dan kumulatif volume sebagai sebagai sumbu
X seperti pada tabel 4.5 lalu untuk melihat performa injeksi pada sumur buat grafik
yang dapat menampilkan keadaan sumur dari mulai awal beroperasi sebagai sumur
injeksi sampai akhir sesuai dengan data yang tersedia, seperti grafik pada gambar
4.6 lalu dilakukan analisa performa injeksi sesuai metode Hall plot.
Berikut merupakan kurva Hall plot yang disertai contoh 3 sampel pada
kondisi yang berbeda
Gambar 4.6
Kurva Hall Plot Sumur B1, B2, B3
Untuk menganalisis kurva hall plot dan grafik performa injeksi diperlukan
beberapa data pendukung berupa rig report yang menampilkan secara rinci
kegiatan di lapangan dalam kurun waktu satu hari penuh. Data penting yang perlu
diperhatikan pada saat membaca rig report adalah melihat tanggal dan jenis
kegiatan yang dilakukan untuk dicocokkan dengan data tabel dan kurva hall plot
yang terkait. Apabila kurva Hall Plot menunjukkan adanya prilaku tidak normal
pada sumur, dapat dilihat kembali melalui rig report. Didalam rig report terdapat
beberapa informasi diantaranya hasil injectivity test seperti tabel 4.7 injectivity test
biasanya dilakukan setelah acidizing job untuk mengetahui efektifitas kegiatan
tersebut. Hasil test tersebut juga menjadi acuan dasar dalam menganalisis kurva
Hall Plot. Pada saat menganalisis kurva, untuk melihat kelakuan normal sumur
tersebut, di kurun waktu yang sama nilai rate air injeksi aktual harus sebanding
dengan nilai rate air injeksi pada saat tes.
Tabel 4.6
Data injectivity test
Selain itu, di Stasiun X terdapat water treatment plant yang digunakan untuk
mengolah air sungai menjadi sumber air bersih bagi aktivitas harian. Dulunya, air
sungai diproses untuk diinjeksikn kembali ke dalam sumur guna meningkatkan efek
penyapuan di reservoir. Seiring meningkatnya harga water cut, maka hanya air
terproduksi saja yang diinjeksikan kembali. Skema surface facilities Stasiun X
dapat dilihat pada lampiran B.
45
Stasiun X juga mmiliki fasilitas laboratorium yang secar rutin melakukan
pengecekan terhadap sampel terkait harga water cut, salt content, dan specific
gravity, serta oil content pada air yang akan diinjeksikan. Sementara untuk air
bersih dilakukan turbidity dan spektrofotometer test. Beberapa tes lain, seperti scale
dan corossion test juga dilakukan.
Pada aktivitas pengambilan data melalui sonolog terdapat beberapa data yang
diambil seperti ketinggian fluid level, pump intake pressure, presentase liquid,
kedalaman formasi, tekanan ruang annulus, tekanan pada gas-liquid interface dan
data lainnya. Namun, data utama yang perlu dicatat adalah fluid level guna
mencegah terjadinya pump off pada pompa ESP bila fluid levelnya rendah. Hal ini
tentu akan mengurangi efisiensi pompa ESP.
Salah satu kegiatan well service yang dilakukan adalah slickline operation.
Namun, sebelumnya dilakuakan persiapan peralatan yang dibutuhkan di workshop.
Di ruangan tersebut merupakan tempat penyimpanan dan memperbaiki alat-alat
rusak. Beberapa peralatan yang terdapat di workshop diantaranya, dummy, gas lift,
lubricator, winch, side pocket mandrel, dan beberapa peralatan lain terkait operasi
menggunakan wireline. Di dalamnya juga terdapat ruangan khusus yang digunakan
untuk mengatur tekanan bukaan gas lift valve yang digunakan saat proses unloading
fluida dari dala sumur. Sumber gas yang digunakan dalam proses pengaturan
tekanan bukaan pada dome yang ada di dalam gas lift berupa gas Nitrogen yang
diletakkan dalam tabung khusus dan dengan suhu ruangan tertentu.
Operasi slickline yang dilakukan pada hari tersebut adalah resetting gas lift
pada Sumur S, karena yang sebelumnya mengalami kebocoran pada valve nomor
2. kegiatan diawali dengan pencabutan gas lift yang telah bocor dari dalam sumur
dengan menggunakan kick over tool yang diturunkan melalui slickline. Aktivitas
berjalan lancar karena tidak ada kendala dalam pencabutan gas lift yang rusak,
maupun pemasangan yang baru.
Aktivitas dilanjutkan dengan melakukan tag bottom pada sumur injeksi air
yang tidak jauh posisinya. Sebelumnya, sumur mengalami masalah karena laju alir
air yang masuk menjadi mengecil. Jadi dilakukan pengecekan kedalaman sekaligus
pembersihan tubing melalui alat gauge cutter yang diturunkan menggunakan
slickline. Pengecekan kedalaman juga dilakukan unuk pengawasan terhadap
terjadinya sand build up pada dasar sumur. Penurunan laju alir sumur diindikasikan
akibat masalah teknis yang ada di dalam sumur itu sendiri.
Selain itu, data yang diperoleh dari sumur-sumur lainnya umumnya normal,
yangmana harga tekanan dan temperatur akan meningkat seiring bertambahnya
kedalaman. Hanya saja, karena pola aliran tidak selalu normal yang mana gas
berada di atas minyak. Pola aliran dapat berbentuk slug atau yang lainnya. Hal ini
dapat dilihat dari harga gradien fluida yang cenderung terjadi berselang-seling
antara minyak dan gas menuju dasar sumur. Hal ini menggambarkan posisi gas
dalam aliran minyak tidak seluruhnyanya berada di atas minyak dan dapat memiliki
bentuk tertentu. Namun, untuk mengetahui pola alirannya memerlukan studi lebih
lanjut. Selain, pada beberapa sumur terdapat beberapa data temperatur yang
berharga negatif. Hal ini diakibatkan adanya kesalahan dalam perekaman data oleh
alat EMR.
Keseluruhan data yang diolah dari sumur-sumur yang terdapat pada lapangan
S dirangkum pada tabel 4.2 Seluruh data SBHP test yang diperoleh dari semua
sumur di Lapangan X diplot terhadap waktu sehingga diperoleh profil tekanan
reservoir pada lapangan tersebut. Grafik hubungan antara tekanan reservoir
terhadap waktu dapat dilihat pada gambar 4.2. Dalam kurun waktu 15 tahun,
Lapangan S memiliki tiga trend penurunan tekanan reservoir. Pada tahun 2009
hingga 2014 cederung memiliki harga penurunan tekanan paling tinggi.
Berdasarkan sejarah produksi pada lapangan tersebut, hal ini diakibatkan gas
diproduksikan dari lapangan tersebut. Hal ini membuat penurunan tekanan yang
cepat dan dapat menyebabka penurunan recovery factor karena tekanan pada kolom
gas yang mampu mengimbangi penurunan tekanan reservoir berkurang. Oleh
karena itu, pada tahu 2014 produksi gas berhenti diproduksikan untuk menguangi
penurunan tekanan reservoir.
Oleh karena itu, dilakukan analisis dengan metode IPR untuk analisis lebih
lanjut. Berdasarkan kurva IPR terhadap sumur W-13., terlihat adanya penurunan
laju alir maksimum yang sangat signifikan antara tes yang dilakukan di awal
produksi dan tes terakhir, yaitu sebesar 7236. 5 bfpd. Selain itu, productivity
indexnya juga mengalami penurunan sebesar 8 bfpd/psi. Besarnya penurunanlaju
alir maksimum sebesar 91% dari laju alir maksimum pada kondisi awal. Penurunan
laju alir yang signififikan biasanya mengindikasikan terjadi damage pada formasi
terkait.
Penurunan laju alir merupakan hal yang normal saat suatu sumur diproduksikan
seiring menurunnya tekanan reservoir. Hal ini digambarkan dengan perbandingan
bentuk kurva yang cenderung mirip pada tes pada kondisi awal an terakhir. Namun,
pada Sumur W-13 menunjukkan bentuk kurva yang berbeda. Pada tes terakhir
menunjukkan perubahan menjadi bentuk yang lebih curam, yang menandakan
penurunan laju alir tidak sebanding dengan penurunan tekanan reservoirnya.
KESIMPULAN
1. Gas yang terproduksi dari lapangan X tidak lagi ekonomis untuk dijual sebagai
bahan bakar
2. Water Treatment di Station X tidak lagi mengolah air sungai untuk diinjeksikan
kembali ke sumur karena water cutnya yang telah tinggi
4. Perlu adanya peningkatan keamanan pada fasilitas produksi pada tiap sumur
terkait masalah pencurian peralatan oleh penduduk sekitar.
9. Kurva IPR Sumur W-13 menunjkkan adanya penurunan laju alir maksimum
sebesar 7236.51 bfpd atau sebesar 91% laju alir semula dalam 13 tahun
terakhir.
53
10. Harga productivity index Sumur W-13 turun 8 bpd/psi atau sebesar 84%
11. Acidizimg dapat menjadi alternatif solusi terhadap turunnya laju alir, tetapi
perlu dilakukan PBU test untuk menentukan besarnya skin pada Sumur W-13
12. Kurva Hall Plot pada Sumur B2 menunjukkan perubahan trendline akibat
adanya penggantian tubing yang bocor sehingga gradiennya menjadi melandai
13. Kurva Hall plot pada Sumur B3 menunjukkan adanya perubahan trendline
akibat adanya acidizing, tetapi terdapat ketidakcocokan data perubahan
trendline terhadap hasil rig report karena kemungkinan data rate injeksi dari
panametrik belum diinput dikembali tepat setalah acidizing.
[Type here]
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR SIMBOL
µ = Viskositas. cp
k = pemeabilitas, mD
S = Skin.
LAMPIRAN
SKEMA STASIUN X
[Type here]
Lampiran A
Skema Fasilitas Pemisah Stasiun X
Lampiran B
Skema Water Treatment Plant Stasiun X