Nama : Cut Putri Andriani Mata Kuliah : Rekayasa Pipa Bawah laut
NRP : 04311640000017 Kelas :B
TUGAS 1 RESUME Dalam proses pipe laying terdapat beberapa kriteria untuk pemilihan metode pipe laying, antara lain : o Ukuran pipa o Kondisi dasar laut o Kedalaman air laut o Cuaca di lokasi o Kondisi tanah o Gelombang dan arus o Keberadaan kapal untuk menyuplai stok pipa o Lalu lintas laut o Aktivitas pencarian ikan o Biaya yang dibutuhkan Setelah mempertimbangkan kriteria diatas, maka bisa diketahui metode yang cocok digunakan dilokasi tempat pipe laying tersebut. Ada beberapa metode yang dapat digunkaan dalam pipe laying, antara lain : Lay Barge Pemasangan pipa dilakukan diatas barge. Ada beberapa jenis barge yang digunakan dalam metode ini yaitu Box hull lay vessel (Cb=1), ship shaped lay vessel (kapal yang dirancang khusus untuk pipe laying), dan semisubmersible. o S-Lay Metode ini digunakan untuk instalasi di perairan dangkal. Dapat dilihat pada Gambar 1, terdapat Stinger yang gunanya untuk membentuk overbend pada pipa dan pada saat pipa menyentuh seabed akan membentuk sagbend dimana overhend dan sagbend akan membentuk huruf “S” sehingga disebut metode S-Lay. Pada metode ini juga terdapat Tensioner dapat dilihat pada Gambar 1, yang gunanya untuk memastikan bahwa tegangan dari pipa tidak melebihi tegangan izin. Gambar 1. Sketsa Metode S-Lay o J-Lay Metode ini digunakan untuk instalasi pipa di perairan dalam. Dapat dilihat pada Gambar 2, tidak seperti metode S-Lay pada metode J-Lay tidak ada overbend karena tidak ada Stinger. Pada barge J-Lay terdapat Tower yang digunakan untuk memposisikan pipa dan tempat penyambungan pipa. Pada metode J-Lay juga dilengkapi juga Thrusters guna menjaga agar posisi kapal tidak bergeser. Gambar 2. Sketsa Metode J-Lay o Reel Barge Metode ini sama seperti metode J-Lay digunakan untuk instalasi pipa di perairan dalam. Metode Reel Barge merupakan instalasi pipa dengan cara menggulung pipa pada gulungan pipa yang berukuran sangat besar. Pada barge terdapat gulungan (reel) dapat dilihat pada Gambar 3, yang dipasang horizontal dan vertical dan dilengkapi dengan Chute untuk landasan pipa saat diulur agar tidak tertekuk saat proses instalasi. Gambar 3. Sketsa Metode Reel Barge o Pipe Towing Pada metode ini pipa akan dirakit di darat kemudian akan diberi akses menuju perairan melalui roller yang dibangun sepanjang pantai menuju surfzone. Setelah itu pipa tersebut siap ditarik ke laut dengan menggunakan barge/tow vessel. Pada saat pipa pertama ditarik ujung pipa yang ada didarat akan dilas dengan piapa berikutnya, sementara barge berpindah untuk menarik kembali. Pada metode ini dibagi menjadi beberapa jenis yaitu, Bottom Tow, off bottom tow, surface to, below surface tow. o Bottom Tow : Metode ini digunakan pada kondisi seabed berlumpur. Gambar 4. Sketsa Bottom Tow o Off Bottom Tow : Metode ini digunakan pada kondisi seabed berbatuan Gambar 5. Sketsa Off Bottom Tow o Surface Tow : Metode ini digunakan pada kondisi gelombang tenang. Gambar 6. Sketsa Surface Tow o Below Surface Tow : Metode ini digunakan pada kondisi gelombang tidak terlalu besar. Gambar 7. Sketsa Bottom Tow o Bottom Pull Metode ini untuk instalasi pipa yang akan melewati sungai dari daratan menuju tempat instalisinya atau sebaliknya. Ada beberapa pertimbangan – pertimbangan yang harus diperhatikan dalam penempatan pipa saat instalasi : 1. Terdapat ruang yang cukup 2. Adanya tempat peluncuran 3. Akses menuju lokasi 4. Alat untuk naik turun jangkar 5. Konsisi pantai (pasang surut) 6. Arus gelombang dan arah datangnya gelombang 7. Trenching and bacfilling 8. Dampah lingkungan Gambar 8. Layout Pipeline Pada proses instalasi terdapat pengecekan terhadap buckling menggunakan alat yang bernama Buckle Detector dimana alat ini terbuat dari alumunium yang dimasukkan ke dalam pipa yang telah disambung kemudian alat ini keluar dari pipa dan dilihat jika alumunium tersebut tetap bulat maka tidak terdapat buckling begitu sebaliknya. Pada proses penyambungan pipa menggunakan Cigarrete wrap. Dimana setelah disambung maka las-lasan akan dites NDT. NDT yang digunkan adalah X-ray, yang terdapat primitive loading shield yang berfungsi sebagai selubung untuk melindungi dari sinar-X. Pipe Lay instalation by onshore method : instalasi ini adalah awalan / cantolan pipa yang dibantu winch dan diletakkan didarat lalu dikubur. Pipe Lay instalation by shore method : instalasi awalan / catolan pipa bisa berada dan diletakan di kaki jacket atau platform. Jika tidak terdapat platform, maka instalasi pipelaying dapat menggunakan deadman anchor dimana dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 9. Sketsa Deadman Anchor Setelah melewati proses instalasi, pipeline perulu diberikan perlindungan agar pipa terlindungan dari segala ganggunan seperti : Jangkar yang tersangkut Benda jatuh Pengerukan Kapal yang karam Pernggerusan lapisan seabed Dari berbagai gangguan tersebut terdapat solusi yang ditawarkan seperti : Menambah ketebalan concrete/wall namun membutuhkan biaya yang sangat mahal Membuat selubung concrete Membuat backfilling & trenching Anchoring stability Trenching Method Sebuah parit yang dibuat agar pipeline dapat terlindungi. Ada banyak cara untuk melakukan metode ini seperti : Menggunakan mechanical dredger Dengan Jetting, prosesnya dialiri air dengan tekanan tinggi agar sedimen terangkat. Fluidization, sama seperti Jetting untuk daerah berlumpur. Plowing, dengan alat bajak khusus. Explosive, dengan ledakan untuk daerah yang berkarang namun cara ini jarang digunkan karena bisa merusak lingkungan. Pipeline Crossing : Penyilangan pada pipa Ada beberapa hambatan pad penyilangan pipa seperti : Adanya kabel Struktur bawah laut Bangkai kapal Baru karang Pembuangan limbah radioaktif Solusi dari penyilangan pada pipa seperti : Dapat merubah rute pipa Memberi penyangga (grout mattres, sand bag, dst) Desain Aspects Perbedaan antara line pipe, piping, dan pipe line, Line pipe adalah pipa yang baru keluar dari manufaktur setiap segmen pipa panjangnya bisa 12 m. Piping adalah sistem pipa dimana untuk distribusi dan transmisi, biasanya ukuran pipa relatif pendek dan beroperasi pada suatu plant. Sedangkan pipeline adalah sistem yang beroperasi di daerah yang berhubungan dengan third party. Pipeline System Gambar 10. Sketsa Pipeline System Flowline : tekanannya tinggi sekitar 200-400 bar, panjangnya kecil kurang dari 5 km, multiphase, ukuran ODnya kecil kurang dari 18 inch. Trunkline : tekanan sedang, multiphase, ukuran OD sedang 20-24 inch, panjangnya kurang dari 10 km. Export line : tenannya kecil, monophase, OD besar sekitar 24-42 inch Code, Standart, & Regulation Code adalah sekelompok aturan umum untuk desain, fabrikasi, instalasi, dan inspeksi yang diadopsi dan dijadikan undang – undang. Standard adalah dokumen Dari keempat komponen tersebut digunkan dalam upaya standarisasi. Standarisasi sendiri merupakan proses penerapan dan pengembangan dokumen teknis berdasarkan konsesus dari berbagai pihak yang meliputi perusahaan, pengguna, kelompok yang berkepentingan dan pemerintahan. Standarisasi sendiri mempunyai tujuan yaitu, mendapatkan agar sistem pipa aman tidak membahayakan, dapat menghemat biaya, mengurangi ketidaknyamanan dan meminimalisir ketidakcocokan saat pemilihan dan pemakaian material dll. Berikut ini adalah contog codes dan standard : API (Amarican Petrolium Institute Standards) o API 5L : spesifikasi line pipe o API 6D : pipe line values, end closure, connector, and swive o API 526, API 527, API 601, API 1104, API RP 6F, API RP 5L2, API RP 50, API RP 1102, API RP 1109, API RP 1110, API RP 1117, API RP 1130, API RP 1111 : Design, Construction, Operation & Maintenance Of Offshore Hydrocarbon Pipelines. ANSI (Amarican National Standards Institute) / ASME (Amarican Society of Mechanical Engineers) Perbedaan antara ANSI dan ASME adalah ANSI untuk produk, proses, sistem dan servis, dan untuk ASME lebih ke peralatan mekanik. Berikut ini codes dan standard dari masing masing yaitu : o ANSI B.31 for piping : ANSI B.31.1 (power piping), ANSI B31.2 (fuel gas piping), ANSI B31.3 (),ANSI B31.2, ANSI B31.2, ANSI B31.2