Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN AKHIR

KAJIAN EFEKTIVITAS SISTEM PROTEKSI KATODIK & COATING JALUR PIPA 20 PPP
MANUNGGUL TEST SPOOL PENAJAM UNIT BISNIS EP TANJUNG PT. PERTAMINA EP

Perjanjian Swa-Kelola No. :


004/EP5000/2012-SO

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


2012

Page 1 of 41
DAFTAR ISI

1 RINGKASAN EKSEKUTIF 2
2 PENDAHULUAN 4
2.1 Data Teknis 4
2.2 Korosi dan Teknik Pengendalian Korosi 4
2.2.1Metoda Proteksi Katodik 5
2.2.2Metoda Lapis Lindung (Coating) 8
3 TUJUAN 11
4 RUANG LINGKUP PEKERJAAN 11
5 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN 12
6 METODOLOGI 12
6.1 Pemeriksaan Lapangan 12
6.1.1Pipe Current Mapping (PCM) 12
6.1.2Pengukuran Potensial dan Closed Interval Potential Survey (CIPS) 14
6.1.3Direct Current Voltage Gradient ( DCVG ) 18
6.1.4Alternate Current Voltage Gradient (ACVG) 19
6.2 Analisa Data 20
6.3 Peralatan Yang Digunakan 20
6.4 Personnel 21
7 HASIL PEMERIKSAAN DAN ANALISA 22
7.1 Kondisi Umum Jalur Pipa 22
7.2 Pipe Current Mapping (PCM) 22
7.3 Pemeriksaan Sistem Proteksi Katodik dan fasilitasnya 25
7.3.1Inspeksi Transformer Rectifier dan Fasilitasnya 25
7.3.2Pengukuran potensial 28
7.4 Closed Interval Potential Survey (CIPS ) 29
7.5 DCVG (Direct Current Voltage Gradient) dan ACVG (Alternate Current Voltage Gradient) 31
7.6 Hasil Pengamatan 35
7.6.1Kondisi Marka Pipa 35
7.6.2Area yang Terindikasi Subur Bakteri 37
7.6.3Pipe Ekspos 38
8 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 39
8.1 Kesimpulan 39
8.2 Rekomendasi 40
9 DAFTAR PUSTAKA 41

Page 2 of 41
1 RINGKASAN EKSEKUTIF

Fakultas Teknik - Universitas Indonesia telah selesai melaksanakan pekerjaan Kajian Efektivitas
Sistem Proteksi Katodik & Coating Jalur Pipa 20 PPP Manunggul Test Spool Penajam Unit Bisnis
EP Tanjung PT. PERTAMINA EP. Pekerjaan tersebut adalah pemeriksaan jalur pipa minyak
sepanjang 236 km dengan menggunakan metode Pipe Current Mapping (PCM), Close Interval
Potential Survey (CIPS), dan Direct Current Voltage Gradient (DCVG). Untuk meningkatkan kualitas
hasil pemeriksaan terhadap variasi kondisi lapangan juga dilakukan pemeriksaan dengan metode
Alternate Current Voltage Gradient (ACVG).

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kinerja sistem proteksi katodik dan
coating, dalam rangka mendapatkan masukan PT. PERTAMINA EP khususnya UBEP Tanjung dalam
penentuan kebijakan untuk perbaikan atau pemeliharaan jalur pipa 20" sehingga dapat
meminimalisir terjadi kegagalan operasional yang berupa kebocoran pipa akibat dari serangan
korosi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dengan metode tersebut diketemukan kejadian-kejadian


penting sebagai berikut :
a. Dari hasil pemeriksaan PCM diketahui kedalaman rata-rata pipa adalah 100-150 cm dan
ditemukan 49 titik current drop yang mengindikasikan 31 titik coating defect, 17 titik
sacrificial anode, dan 2 titik metal contact.
b. Dari pemeriksaan CIPS diketahui bahwa secara umum sistem proteksi katodik yang
diterapkan saat ini tidak dapat memenuhi kebutuhan arus proteksi dan menjangkau semua
jalur pipa.
c. Area yang tidak terproteksi (potensial polarisasi (off) > - 850 mV vs CSE atau sisa polarisasi
< 100 mV) adalah area dengan kontur ketinggian lebih tinggi dibandingkan dengan area
sistem ICCP (KM 70-73, KM 93-97, dan KM 116-120), area yang pararel dengan pipa lain
(KM 216-231), dan pipa yang melintasi sungai (river crossing) atau jalan (road crossing).
d. Dari hasil pemeriksaan DCVG diketahui ada 25 lokasi coating defect dengan tingkat
kerusakan 5 titik kategori large, 16 titik kategori medium, dan 4 titik kategori small.
Sedangkan dari pemeriksaan ACVG ditemukan 10 lokasi coating defect dengan tingkat
kerusakan 1 titik kategori medium indication, 5 titik small indication dan 4 titik very small
indication.
e. Terjadi kerusakan anode sejumlah dua puluh sembilan (29) buah tersebar di sembilan (9)
lokasi dari dua belas (12) sistem ICCP.

Page 3 of 41
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan :
a. Marka pipa sudah terpasang sepanjang jalur pipa.
b. Area yang terindikasi subur bakteri adalah pada lokasi KM 40-41, 74-75, 76-77, 129-130 ,
134-135, 199-200, 221-223.
c. Sebagian jalur pipa mengalami ekspos.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut maka perlu dilakukan :


Perbaikan sistem proteksi katodik/re-engineering secara keseluruhan atau terintegrasi
untuk memproteksi seluruh jalur pipa sesuai dengan standard/code yang berlaku
Perbaikan coating pada bagian-bagian yang sudah mengalami kerusakan
Pengujian Sulphate Reducing Bacteria (SRB) counting test pada area yang terindikasi subur
bakteri
Pengurukan pada pipa ekspos/pengembalian ke design awal.

Detail hasil pemeriksaan/kajian dapat dilihat pada laporan hasil pemeriksaan.

Jakarta, 28 November 2012

Jaka Kuswandono
Project Coordinator

Page 4 of 41
2 PENDAHULUAN
Berdasarkan Surat Perjanjian Swakelola No.004/EP5000/2012-SO perihal pekerjaan Kajian
Efektifitas Sitem Proteksi Katodik dan Coating Jalur Pipa 20 PPP Manunggul Test Spool Penajam
Di UBEP Tanjung PT. Pertamina EP tertanggal 21 Juni 2012, fakultas Teknik - Universitas Indonesia
telah selesai melaksanakan pemeriksaan/kajian terhadap pipa penyalur sepanjang 236 Km.

2.1 Data Teknis


Data teknis jalur pipa 20 PPP Manunggul Test Spool Penajam yang dilakukan kajian adalah
sebagai berikut :

- Object : Jalur Pipa Minyak PPP Manunggul Test Spool Penajam


- Diameter : 20 Inch
- Panjang : 236 KM
- Spesifikasi : API 5L X-52
- Tekanan Operasi : 30 Ksc 55 Ksc
- Tipe Konstruksi : Underground
- Jenis Coating : Coaltar Enamel
- Sistem Proteksi Katodik : Impressed Current & Anoda Korban
- Jumlah TR : 12 TR
- Tahun Konstruksi : 1960
- Tahun Operasi : 1961

2.2 Korosi dan Teknik Pengendalian Korosi


Material khususnya logam secara alamiah akan terkorosi (teroksidasi) karena secara
termodinamik keadaan oksida memiliki tingkat energi yang lebih rendah atau kestabilan yang
lebih tinggi dibandingkan material logamnya. Korosi pada material logam dalam lingkungan
aqueous (mengandung air) merupakan proses elektrokimia yaitu suatu proses reaksi kimia
yang diikuti dengan pertukaran elektron atau arus listrik. Lingkungan aqueous dimana proses
elektrokimia berlangsung disebut dengan elektrolit, dimana pada kasus pipa baja yang
ditanam dalam tanah, elektrolitnya adalah tanah dengan kelembabannya.

Proses korosi melibatkan dua macam reaksi elektrokimia yaitu reaksi oksidasi dan reaksi
reduksi. Reaksi oksidasi melibatkan proses pelepasan sejumlah elektron dari suatu logam yang
mengakibatkan lepasnya ion logam M n+ ke lingkungan (proses korosi). Sedangkan reaksi
reduksi merupakan proses reaksi yang melibatkan pengambilan sejumlah elektron yang
merupakan kebalikan dari proses oksidasi. Proses korosi pada baja, oksidasi merupakan
pelepasan ion besi (Fe++) ke lingkungan sedangkan proses reduksi pada lingkungan netral
dapat berupa reduksi oksigen atau air, seperti persamaan reaksi berikut:

Page 5 of 41
Fe -> Fe++ + 2e (Oksidasi/ korosi)

O2 + 2H2O + 4e -> 4OH- (Reduksi oksigen), atau

2 H2O + 2e -> H2 + 2OH- (Reduksi Air)

Reaksi oksidasi umumnya disebut reaksi anodik dan reaksi reduksi disebut reaksi katodik.
Kedua reaksi merupakan pasangan reaksi elektrokimia yang harus ada agar proses korosi
dapat berlangsung. Reaksi oksidasi (anodik) berakibat pada hilangnya material logam ke
lingkungan sedangkan reaksi reduksi harus ada untuk mengambil sejumlah elektron yang
dilepaskan oleh reaksi oksidasi.

Perlindungan korosi dengan metoda proteksi katodik adalah metoda perlindungan korosi
dengan cara membuat struktur/logam menjadi katoda (reaksi reduksi), sehingga secara
termodinamik logam tersebut menjadi inert dan tidak akan terjadi reaksi oksidasi (korosi).
Dalam hal ini teknik lapis lindung sifatnya hanya menghambat laju korosi dengan menciptakan
tahanan, sehingga laju arus korosi berkurang. Dalam penerapan dilakukan secara kombinasi
antara coating dan proteksi katodik, fungsi coating adalah mengurangi arus proteksi dan
memperluas jangkauan proteksi.

Kombinasi antara keduanya, umumnya diterapkan untuk mencapai kondisi optimum


ditinjau dari segi teknik dan ekonomi. Dalam kondisi tertentu proteksi katodik merupakan
pengendali tunggal, bila penerapan coating secara teknis merupakan kendala utama. Untuk
melindungi struktur terhadap kerusakan yang diakibatkan proses korosi maka perlu diterapkan
teknologi perlindungan korosi sehingga struktur memiliki umur pakai yang lebih lama,
sehingga penerapan teknologi perlindungan korosi ini sangat vital dalam melindungi dan
menyelamatkan aset-aset yang ada terhadap kerusakan dini akibat korosi.

2.2.1 Metoda Proteksi Katodik


Perlindungan korosi dengan metoda proteksi katodik adalah metoda perlindungan
korosi suatu material logam dengan cara memposisikan logam tersebut menjadi Katoda
sehingga secara thermodinamik logam tersebut menjadi innert dan tidak akan terjadi
reaksi oksidasi (korosi). Untuk membuat struktur yang dilindungi berlaku sebagai
Katoda, ada dua cara yang bisa dilakukan yaitu :

1. Menghubungkan secara galvanik dengan logam yang lebih anodik (SACP)


2. Memberikan arus listrik dari luar melalui elektrolit (ICCP)

Page 6 of 41
Pemilihan terhadap kedua metoda tersebut didasarkan pertimbangan teknis
maupun ekonomi. Metoda SACP membutuhkan biaya awal pengadaan anoda korban
yang lebih mahal namun biaya operasional yang lebih murah sehingga SACP lebih sesuai
untuk struktur yang tidak terlalu besar dan resistivitas tanah yang rendah. Sedangkan
metoda ICCP membutuhkan biaya investasi awal yang lebih rendah sehingga lebih
sesuai jika ukuran struktur besar.

a. Metode Anoda Korban (SACP)

Metoda proteksi katodik dengan anoda korban dilakukan dengan cara


menghubungkan secara listrik struktur logam yang akan diproteksi dengan logam yang
lebih anodik (anoda korban), dimana yang biasa digunakan adalah magnesium (Mg),
zinc (Zn) dan aluminium (Al). Karena beda potensial logam anoda korban dengan baja
relatif kecil, maka sistem SACP hanya bisa diaplikasikan untuk lingkungan
elektrolit/tanah dengan resistivitas rendah dan kondisi coating pipa yang baik.
Penggunaan sistem SACP harus dipertimbangkan karena faktor berikut (berdasarkan
ISO 15589-1):

Tidak ada jaringan sumber arus listrik.


Sebagai proteksi temporer untuk pipa yang baru dipasang maupun pipa lama.
Untuk proteksi lokal atau suplemen pada area hot spot pada sistem Impressed
Current (ICCP).
Jika sistem ICCP tidak bisa diterapkan.
Pipa yang diinsulasi panas.

Gambar 2. 1. Metoda anoda korban (SACP) sumber : AW. Peabody Pipeline Corrosion Control

b. Impressed Current Cathodic Protection (ICCP)

Page 7 of 41
Pada sistem ICCP, arus proteksi disuplai dengan catu daya DC dari luar berupa
baterai atau catu daya AC yang disearahkan menggunakan Transformer Rectifier
(TR). Karena tegangan dan arus keluaran TR dapat diatur sesuai kebutuhan maka
penerapannya dapat dilakukan untuk berbagai kondisi tahanan jenis tanah serta
keperluan arus proteksi yang besar. Sistem proteksi katodik dengan ICCP harus lebih
dipilih, sedangkan SACP merupakan alternatif jika kondisi tidak memungkinkan (ISO
15589-1).

Penerapan sistem ICCP lebih dipilih untuk kondisi berikut ini (NACE):
Untuk keperluan arus proteksi yang besar, struktur tanpa coating atau kondisi
coating yang buruk.
Bisa untuk berbagai kondisi tahanan jenis tanah.
Cara yang murah untuk menggantikan sistem SACP yang anoda korbannya
sudah mulai habis.
Untuk melawan stray current dan masalah akibat interferensi katodik.
Untuk struktur tiang pancang di darat maupun di air.

Beberapa faktor berikut ini harus dipertimbangkan dalam penerapan sistem


Impressed Current:
Tersedianya jaringan sumber energi listrik.
Tersedianya lokasi anode groundbed yang cukup jauh dengan pipa dengan
resistivitas tanah yang tidak terlalu tinggi.
Kemungkinan adanya masalah dalam pemerataan arus proteksi akibat
shielding oleh struktur di sekitarnya.
Kebocoran arus akibat rusaknya insulasi pada sambungan dengan struktur
sekitarnya.
Dampak terhadap struktur yang sudah ada termasuk struktur milik orang lain.
Adanya akses yang baik untuk instalasi dan perawatan rectifier.

Page 8 of 41
Gambar 2.2 Metoda Impressed Current (ICCP) pada pipa coating

2.2.2 Metoda Lapis Lindung (Coating)


Coating adalah lapisan tipis yang memisahkan logam dengan lingkungan. Lapisan
ini berfungsi sebagai penghambat terjadinya reaksi elektrokimia antara logam dan
lingkungan. Coating merupakan metode yang sangat umum sebagai sistem
pengendalian korosi namun metode ini kurang efektif untuk objek yang terendam di
tanah jika tidak didukung oleh sistem proteksi katodik.

Berdasarkan NACE SP0169-2007 secara umum coating harus memenuhi


karakteristik sebagai berikut :

1. Isolator listrik yang efektif : Karena korosi pada tanah merupakan proses
elektrokimia,lapisan pipa harus menghentikan arus dengan mengisolasi pipa dari
diinstal lingkungan / elektrolit. Untuk menjamin ketahanan listrik yang tinggi,
lapisan harus memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi.
2. Penghalang kelembaban yang baik : Bertentangan dengan teori bahwa penyerapan
air yang baik meningkatkan efektivitas CP, transfer air melalui coating mungkin
menyebabkan blistering dan akan memberikan kontribusi terhadap korosi dengan
penghambatan isolasi.
3. Kemudahan pengaplikasian : Pengaplikasian coating pada pipa harus
dimungkinkan dengan metode yang tidak akan mempengaruhi sifat dari pipa dan
dengan meminimalisir terjadinya cacat.
4. Kemampuan untuk menahan kerusakan coating (holiday) dengan waktu : Setelah
coating ditanam di tanah, ada dua hal yang dapat merusak coating yaitu soil stress
dan kontaminan tanah. Soil stress dimana pada area tertentu tanah mengalami
basah dan kering dapat menyebabkan kerusakan coating. Untuk meminimalisir
Page 9 of 41
masalah ini, yang harus dievaluasi adalah ketahanan abrasi coating, kekuatan tarik,
adesi dan kohesi. Sedangkan ketahanan coating pada bahan kimia, hidrokarbon,
dan kondisi asam atau basa harus diketahui dengan mengevaluasi kinerja coating
tersebut pada tanah yang terkontaminasi.
5. Kemampuan Adhesi yang baik ke permukaan pipa : Coating pada pipa
membutuhkan adhesi yang cukup untuk mencegah masuknya air atau migrasi
antara coating dan pipa, bersama dengan kohesi hal tersebut untuk melawan soil
stress dan saat handling. Soil stress adalah penyebab utama dari kegagalan coating
pipa. Efek Soil Stress dapat dilihat pada flexible PE Coating dengan elastomer yang
mempunyai karakteristik wrinkling. Namun tipe lain yang dapat rusak oleh
blistering adalah Fusion Bonded Epoxy (FBE) atau fatigue cracking pada Coaltar
Enamel (CTE) yang diperburuk oleh pergerakan tanah, ketahanan geser garus
dikombinasikan dengan pengukuran dari material penguat (atau outer jacket) saat
menahan deformasi dan gaya tarik. Dua sifat tersebut dikombinasikan untuk
menentukan kemampuan dari coating pipa untuk menahan kerusakan akibat
kerusakan tanah. Soil Stress Resistance diukur dengan ketahanan geser bukan
dengan peel strength.
6. Kemampuan untuk tidak mudah rusak saat dilakukan penyimpanan (degradasi
UV), instalasi dan penanganan normal : Kemampuan coating untuk menahan
kerusakan adalah fungsi dari sifat coating yaitu impak, abrasi, dan fleksibilitasnya.
Coating akan mengalami banyak perlakuan antara aplikasi dan pengurukan.
Kemampuan coating tersebut untuk melawan variasi gaya-gaya dari luar adalah
factor-faktor yang perlu dievaluasi untuk mengetahui jika ada tindakan khusus
yang harus dilakukan. Sebagai contoh sinar UV dapat sangat merusak coating.
Lama waktu penyimpanan bervariasi 6 bulan sampai 5 tahun sehingga ketahanan
terhadap sinar UV adalah pertimbangan yang sangat penting.
7. Kemampuan untuk mempertahankan resistivitas listrik secara konstan terhadap
waktu. Nilai efektif resistivitas listrik dari coating per meter persegi rata-rata
tergantung pada hal berikut :
Resistivitas bahan coating
Ketebalan coating
Resistensi terhadap penyerapan air
Resistensi terhadap pemindahan uap air
Frekuensi dan ukuran holiday
Resistivitas elektrolit
Adhesi coating

Page 10 of 41
Jika resistance efektif tidak stabil maka mungkin diperlukan arus CP 2 kali lipat
setiap beberapa tahun. Sangat mudah untuk mendapatkan data yang salah saat
pengukuran resistance jika tanah belum permanen di sekitar pipa dan jika
kelembaban telah meresap ke coating melalui holiday. Pengalaman sangat
diperlukan untuk melakukan pengukuran resistance yang benar dan
penggunaannya saat mengerjakan design sistem proteksi katodik.

8. Ketahanan terhadap coating disbonding : Karena kebanyakan pipa dilindungi


sistem proteksi katodik, maka coating harus kompatibel dengan CP. Jumlah arus CP
yang dibutuhkan berbanding lurus dengan kualitas dan integritas coating. Aspek
negative dari CP adalah CP memungkinkan air memasuki interface coating yang
mengalami holiday, hal ini bisa menyebabkan kerusakan coating. Tidak ada coating
yang benar-benar tahan terhadap kerusakan oleh CP. Saat jumlah arus yang
dibutuhkan semakin besar maka masalah seperti stray current dan intereference
kemungkinan meningkat. Hal ini menekankan pentingnya pemilihan coating,
aplikasi dan instalasinya.
9. Kemudahan dalam perbaikan : Karena coating padapipa tidak ada yang sempurna,
maka diharapkan dapat dilakukan beberapa perbaikan lapangan serta pada
beberapa daerah las. Sebuah perbaikan lapangan tidak akan pernah sebagus
coating aslinya. Oleh karena itu inspeksi yang ketat harus dilakukan.
10. Tidak adanya interaksi bahan beracun berbahaya (B3) coating ke lingkungan :
Beberapa material pelapis telah dimodifikasi,dibatasi bahkan dilarang karena tidak
memenuhi standar lingkungan dan kesehatan. Asbestos dan primer dengan
pelarut tertentu telah disubsitusi dengan glass reinforcements dan modifikasi
pelarut, perubahan fusion bonded epoxy untuk menghilangkan agen karsinogenik
juga telah diharuskan berdasarkan kepentingan kesehatan dan lingkungan. Hal ini
telah menjadi pengaruh utama pada perubahan coating pada pipa.

2.2.3 Korosi oleh Mikroba Bakteri (Microbacterial Influenced Corrosion)


Korosi dipengaruhi oleh mikroba bakteri merupakan suatu inisiasi atau aktifitas
korosi akibat aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama diindentifikasi
hampir 100 jenis dan telah dideskripsikan awal tahun 1934. Bagaimanapun
korosi yang disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat degradasi
pemakaian sistem industri modern hingga pertengahan tahun1970-an. Ketika

Page 11 of 41
pengaruh serangan mikroba semakin tinggi, sebagai contoh dinding tangki air
stainless steel saat terjadi serangan korosi pitting yang luas pada permukaan
sehingga pelaku industry mulai menyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu,
korosi jenis ini merupakan salah satu faktor pertimbangan pada instalasi
pembangkit industri, industri minyak dan gas, proses kimia, transportasi dan
industri kertas pulp. Selama tahun 1980 dan berlanjut hingga awal tahun 2000,
fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan perhatian dalam biaya operasi
dan pemeriksaan sistem industri.

Mikroba korosi

Mikroba merupakan suatu mikroorganisme yang hidup di lingkungan secara


luas pada habitat-habitatnya dan membentuk koloni yang pemukaanya kaya
dengan air, nutrisi dan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan mikroba
terjadi pada rentang suhu yang panjang biasa ditemukan di sistem air,
kandungan nitrogen dan fosfor sedikit, konsentrat serta nutrisi-nutrisi
penunjang lainnya. Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain
bakteri, jamur, alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap
degradasi material di lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu
area, mikroorganisme umumnya berhubungan dengan permukaan korosi
kemudian menempel pada permukaan logam dalam bentuk lapisan tipis atau
biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm. Lapisan film berupa biodeposit
biasanya membentuk diameter beberapa centimeter di permukaan, namun
terekspos sedikit di permukaan sehingga dapat meyebabkan korosi lokal.
Gambar 2.3 menunjukkan contoh reaksi korosi oleh mikroba bakteri.
Organisme di dalam lapisan deposit mempunyai efek besar dalam kimia di
lingkungan antara permukaan logam/film atau logam/deposit tanpa melihat
efek dari sifat bulk electrolyte. Mikroorganisme dikatagorikan berdasarkan kadar
oksigen yaitu :

1. Jenis anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak adanya oksigen

2. Jenis Aerob, berkembang biak pada kondisi kaya oksigen.

3. Jenis anaerob fakultatif, berkembang biak pada dua kondisi.

Mikroaerofil, berkembang biak menggunakan sedikit oksigen

Page 12 of 41
Gambar 2.3 reaksi korosi pada metal deposit bacteria

Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari


bakteri. Jenis-jenis bakteri yang berkembang yaitu :

1. Bakteri pereduksi sulfat

Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas


oksigen atau lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi
termasuk larutan klorin dan oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal
untuk mendukung metabolisme. Bakteri ini tumbuh pada oksigen rendah.
Bakteri ini tumbuh pada daerah-daerah kanal, pelabuhan, daerah air tenang
tergantung pada lingkungannya. Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit,
biasanya terlihat dari meningkatnya kadar H 2S atau Besi sulfida. Tidak adanya
sulfat, beberapa turunan dapat berfungsi sebagai fermenter menggunakan
campuran organik seperti pyruvnate untuk memproduksi asetat, hidrogen dan
CO2, banyak bakteri jenis ini berisi enzim hidrogenase yang mengkonsumsi
hidrogen.

2. Bakteri oksidasi sulfur-sulfida

Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari
oksidasi sulfit atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur
menjadi asam sulfurik dan nilai pH menjadi 1. bakteri Thiobaccilus umumnya

Page 13 of 41
ditemukan di deposit mineral dan menyebabkan drainase tambang menjadi
asam.

3. Bakteri besi mangan oksida

Bakteri memperoleh energi dari oksidasi Fe 2+ atau Fe3+ dimana deposit


berhubungan dengan bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di
Tubercle (gundukan Hemispherikal berlainan ) di atas lubang pit pada
permukaan baja. Umumnya oksidaser besi ditemukan di lingkungan dengan
filamen yang panjang.

Masalah biokorosi di dalam suatu sistem lingkungan mempunyai beberapa


variabel-variabel yaitu :

1. Temperatur, umumnya kenaikan suhu dapat meningkatkan laju korosi


tergantung karakteristik mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum
untuk tumbuh yang berlainan.
2. Kecepatan alir, jika kecepatan alir biofilm rendah akan mudah terganggu
sedangkan kecepatan alir tinggi menyebabkan lapisan lebih tipis dan padat.
3. pH, umumnya pH bulk air dapat mempengaruhi metabolisme
mikroorganisme.
4. Kadar Oksigen, banyak bakteri membutuhkan O 2 untuk tumbuh, namun
pada Organisme fakultatif jika O2 berkurang maka dengan cepat bakteri ini
mengubah metabolismenya menjadi bakteri anaerob.
5. Kebersihan, dimaksud air yang kadar endapan padatan rendah, padatan ini
menciptakan keadaan di permukaan untuk tumbuhnya aktifitas mikroba.

Pada korosi bakteri secara umum merupakan gabungan dan pengembangan


perbedaan kandungan oksigen, konsentrasi klorida dibawah deposit sulfida,
larutan produk korosi dan depolarisasi katodik lapisan proteksi.

Pada jalur pipa aktivitas bakteri yang bisa menyebabkan korosi bergantung pada
kondisi lingkungan. Area pada tanah yang berwarna hitam/coklat, lembab,
mengindikasikan adnya aktivitas bakteri. Selain itu aktivitas penduduk seperti

Page 14 of 41
membuang limbah rumah tangga di dekat jalur pipa bisa menyebabkan
perubahan kondisi tanah dan menjadi salah satu factor tumbuhnya bakteri.
Untuk mengatasi hal tersebut adalah menaikkan criteria proteksi katodik dari
-850 mV vs CSE menjadi -950 mV vs CSE (ISO 15589-1).

3 TUJUAN
Tujuan dari pekerjaan Kajian Efektivitas Sistem Proteksi Katodik dan Coating Jalur Pipa 20 inch
PPP Manunggul Test Spool Penajam Unit Bisnis EP Tanjung PT. PERTAMINA EP adalah untuk
mengetahui kinerja sistem proteksi katodik dan coating, dalam rangka mendapatkan masukan PT.
PERTAMINA EP khususnya UBEP Tanjung dalam penentuan kebijakan untuk perbaikan atau
pemeliharaan jalur pipa 20" sehingga dapat meminimalisir terjadi kegagalan operasional yang
berupa kebocoran pipa akibat dari serangan korosi.

4 RUANG LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan yang tercangkup dalam kontrak ini meliputi:

4.1 Melakukan Kick Of Meeting sebelum pekerjaan dimulai di Jakarta atau di Tanjung.
4.2 Melakukan review dokumen , maintenance record, history card dan kondisi aktual di
lapangan.
4.3 Mendeteksi posisi jalur pipa secara tepat dengan Pipe locater dan GPS serta memasang
patok tanda jika dianggap perlu untuk memudahkan titik pemeriksaan.
4.4 Membuat bar - line dengan skala jarak, mengindentifikasi lokasi-lokasi yang diperkirakan
subur bakteri, kawasan industri, terobosan jalan (road crossing) dan sungai (river
crossing) serta identifikasi lainnya yang dianggap memudahkan penelurusan kembali
dikemudian hari.
4.5 Melakukan pemeriksaan sistem proteksi katodik dengan metode Close lnterval Potential
Survey (CIPS) disepanjang jalur pipa dengan jarak pengambilan data per 1 meter.
4.6 Melakukan pengukuran potensial pada setiap "test-point" untuk menjadi patokan
pembacaan dan mengantisipasi anomali.
4.7 Melakukan pemeriksaan terhadap Tranformer Rectifier ( TR ), kabel-kabel, Junction Box
dan anoda groundbed.
4.8 Melakukan pemetaan daerah sebaran kerusakan caoating dengan Pipe Current Mapping.
4.9 Melakukan pengukuran dengan Alternating Curent Voltage Gradient atau Direct Current
Voltage Gradient untuk memastikan titik kerusakan coating
4.10 Membuat laporan akhir dan rekomendasi serta mempresentasikan hasil pekerjaan.

Page 15 of 41
5 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan Kajian Efektivitas Sistem Proteksi Katodik dan Coating Jalur Pipa 20
PPP Manunggul s/d Test Spool Penajam Unit Bisnis Tanjung PT. Pertamina EP adalah 120 hari kerja
dimulai dari Kick Off Meeting tanggal 27 Juni 2012.

6 METODOLOGI

6.1 Pemeriksaan Lapangan

6.1.1 Pipe Current Mapping (PCM)


Berdasarkan NACE RP 0502-2002- Pipeline External Corrosion Direct Assessment
Methodology, metode inspeksi tidak langsung untuk jaringan pipa yang tertutup oleh
aspal dan/atau beton haruslah peralatan yang berbasis gelombang elektromagnetik,
karena peralatan seperti ini memiliki akurasi dan tingkat reliable yang lebih baik.
PCM adalah salah satu peralatan inspeksi yang berbasis gelombang elektromagnetik.

PCM terdiri dari Transmitter dan Receiver. Transmitter mengeluarkan sinyal


berupa arus AC yang memiliki karakteristik menyerupai arus DC ke pipa. Sedangkan
Receiver menangkap sinyal arus dipipa yang dikeluarkan oleh transmitter. Dengan
mengamati distribusi arus disepanjang pipa yang disurvei dan kemudian ditampilkan
dalam grafik, akan sangat mungkin mengetahui lokasi terjadinya kebocoran arus yang
besar yang umumnya terjadi akibat metal contact, ataupun karena coating defect.

Gambar dibawah ini menunjukkan distribusi arus pada pipa, besarnya arus dapat
dipengaruhi oleh kondisi coating pipa, percabangan, dan lingkungan. Dari contoh
gambar tersebut dapat dilihat bahwa arus akan selalu kembali ke arah transmitter.

Page 16 of 41
Gbr. 6.1 Distribusi arus pada pipa tunggal

Gbr. 6.2 Distribusi arus pada pipa cabang

Gbr 6.3 Distribusi arus pada pipa dengan coating defect

Page 17 of 41
Indikasi Cacat Coating

Indikasi lokasi cacat coating dapat dilakukan melalui pembacaan grafik arus (mA)
hasil pengukuran PCM, dimana cacat coating dicirikan dengan adanya penurunan
permanen besar arus (current drop) pada pipa tunggal yang dipastikan pada lokasi
tersebut tidak ada pencabangan, bonding dan crossing dengan pipa lain.

Metode perhitungan PCM Current Drop adalah sebagai berikut:

6.1.2 Pengukuran Potensial dan Closed Interval Potential Survey (CIPS)


a. Pengukuran Potensial
Pengukuran potensial dilakukan dengan menggunakan elektroda standar
Cu/CuSO4 dan digital multimeter. Elektroda Cu/CuSO4 ditempelkan ke permukaan
tanah (bila tanah kering maka perlu dibasahi secukupnya) dan kabel elektroda
reference dihubungkan ke terminal negatif (hitam) /COM dari Digital Multimeter.
Multimeter diset pada posisi DC Voltmeter, dan selanjutnya kabel dari terminal positif
(merah)/ V dihubungkan ke salah satu terminal pada Test Station Box.

Gbr. 6.4 Skematik Pengukuran Potensial

Pada setiap Test Point, perlu dilakukan pengukuran potensial pipa dan hasil
pengukuran tersebut dicatat untuk selanjutnya dibandingkan dengan kriteria proteksi
katodik berdasarkan NACE SP0169-2007.

b. Close Interval Potential Survey (CIPS)


Page 18 of 41
Tujuan dari Survey CIPS
Tujuan dari utama dari survei CIPS adalah untuk mengidentifikasi performa dari
sistem proteksi katodik yang diaplikasikan dan yang diterima oleh buried pipeline.
Selain itu, CIPS juga dapat dipergunakan untuk melihat pengaruh atau interferensi
yang disebabkan oleh sistem proteksi katodik lain, ataupun adanya stray current
dari fasilitas lain seperti aktivitas pertambangan bawah tanah, kereta listrik,
gelombang listrik dari tiang transmisi listrik.

Dasar Pelaksanaan Survei CIPS


Suatu sistem proteksi katodik yang baik umumnya dilengkapi dengan Test Post
yang tersebar di sepanjang jalur, sebagai sarana untuk memonitor potensial
proteksi dari pipa tersebut. Tidak ada peraturan yang menjabarkan jarak
pemasangan antar test post, karena umumnya interval pemasangan test post
tergantung pada banyak faktor, antara lain tingkat kesulitan untuk menjangkau
lokasi test post (accessibility), lokasi hot spot, dan area tertentu yang menjadi
fokus perhatian yang umumnya di dapat dari kondisi historikal pipa tersebut.

Pada umumnya ketika melakukan monitoring pembacaaan potensial di test


post, dan pembacaan potensial mengindikasikan nilai proteksi di atas nilai
minimum potensial proteksi, maka disimpukan kalau jalur pipa tersebut
terproteksi secara keseluruhan.Tetapi kenyataannya, asumsi tersebut tidaklah 100
% benar. Berdasarkan hasil investigasi, banyak jalur pipa yang mengalami localized
corrosion di antara kedua test postnya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dikembangkanlah CIPS (Closed


Interval Potential Survey). Metode pengukuran potensial CIPS dilakukan dengan
cara mengukur potensial p/s pada interval pengukuran yang lebih dekat, umumnya
dari 1 5 meter dengan menggunakan voltmeter dengan tahanan yang tinggi,
elektroda standar, dan trailing wire yang di hubungkan ke test post. Hasil dari
pengukuran potensial terhadap panjang pipa nantinya akan ditampilkan dalam
suatu grafik, yang berguna untuk menunjukkan tren perubahan potensial. Pada
grafik potensial pipa vs panjang pipa, juga terpapar nilai minimum proteksi katodik
yang di persyaratkan.

Page 19 of 41
Gbr 6.5 Skema pelaksanaan survei CIPS

Perlu dipahami, ketika arus DC dari sistem proteksi katodik di aplikasikan pada
pipa yang terpendam di dalam tanah, maka akan terbentuk gradien tegangan
(voltage gradient). Dan sama halnya seperti ketika arus DC mengalir melalui suatu
resistor, akan ada tegangan yang tertahan yang disebut voltage drop, begitupun
halnya ketika suatu arus dialirkan ke sepanjang pipa yang terpendam di dalam
tanah. Dengan perkataan lain, ketika melakukan pembacaan potensial pipa yang
terpendam di dalam tanah, maka nilai pembacaan yang didapat adalah akumulasi
dari aktual potensial p/s, voltage drop di permukaan coating, dan voltage drop di
sepanjang pipa (umumnya di sebut IR Drop).

Page 20 of 41
Gbr. 6.6 Skema pengukuran potensial pipa

Oleh karena itu untuk mendapatkan nilai sebenarnya dari potensial p/s maka
nilai dari IR Drop dan gradien potensial di sepanjang coating perlu dihilangkan. Hal
ini bisa dilakukan dengan cara memutus sementara arus yang keluar dari T/R.

Kriteria Pengukuran Potensial/CIPS

Kriteria proteksi yang digunakan mengacu pada NACE SP0169-07 adalah sebagai
berikut:

A negative (cathodic) potential of at least 850 mV with the CP applied. This


potential is measured with respect to a saturated copper/copper sulfate
reference electrode contacting the electrolyte. Voltage drops other than those
across the structure-to-electrolyte boundary must be considered for valid
interpretation of this voltage measurement.
(Potensial sekurang-kurangnya -850 mV terhadap CSE atau lebih negative
pada sistem proteksi katodik beroperasi (dengan mempertimbangkan voltage
drop)
A negative polarized potential of at least 850 mV relative to a saturated
copper/copper sulfate reference electrode.

(Potensial Polarisasi sekurang-kurangnya -850 mV terhadap CSE atau lebih


negative)

Page 21 of 41
A minimum of 100 mV of cathodic polarization between the structure surface
and a stable reference electrode contacting the electrolyte. The formation or
decay of polarization can be measured to satisfy this
(Sisa polarisasi minimum 100 mV)

Oleh karena itu untuk mendapatkan nilai sebenarnya dari potensial p/s maka nilai
dari IR Drop dan gradien potensial di sepanjang coating perlu dihilangkan. Hal ini
bisa dilakukan dengan cara memutus sementara arus yang keluar dari T/R.

Kriteria lain

Selain kriterian dari NACE SP0169-2007 yang telah umum digunakan untuk
mengevaluasi sistem proteksi katodik, terdapat beberapa criteria lain yang
digunakan khusus seperti :

ISO-15589-1 (onland)
o Polarized potensial sekurang-kurangnya -850 mV vs CSE
o Untuk tanah anaerob terindikasi SRB -950 mV vs CSE
o Tanah dengan soil reistivity tinggi
-750 mV vs CSE untuk nilai 100 s/d 1000 Ohm-m
-650 vs CSE untuk nilai >1000 Ohm-m
o Sisa polarisasi minimum 100 mV kecuali untuk area khusus seperti
area dengan SRB, interference, telluric current, temperature tinggi.
Saudi Aramco Engineering Standar (SAES-X-400)
o Pipelines : minimum -1200 mV vs CSE, maksimum -3000 mV vs CSE
saat sistem CP beroperasi
o Valve dan compressor piping : minimum -1000 mV vs CSE, maksimum
-3000 mV vs CSE saat sistem CP beroperasi
o Pipelines junction, pump stations, compressor stations : minimum
-1050 mV vs CSE, maksimum -3000 mV vs CSE saat sistem CP
beroperasi
Petroleum development of Oman (PDO-65-12) : -850 mV vs CSE instant off dan
hindari lebih negative dari -1200 mV vs CSE
Abu Dhabi National Oil company (ADNOC)
o Steel in soil -950 to -1150 mV instant off CSE/ -900 to -1100 instant off
SSC
o Steel in concrete -700 to -1100 mV instant off CSE/ -950 to -1050
instant off SSC
o Steel in water -850 to -1050 mV instant off CSE/ -800 to -1000 instant
off SSC

Page 22 of 41
6.1.3 Direct Current Voltage Gradient ( DCVG )
Tujuan Survei DCVG
Tujuan dari survei DCVG adalah untuk menentukan tingkat kerusakan coating
dengan cara menghitung besaran %IR.

Dasar Pelaksanaan Survei DCVG


Pada suatu sistem proteksi katodik, ketika arus mengalir melalui tanah menuju
ke cacat coating pipa g, maka akan terbentuk variasi medan tegangan disekitar
coating defect. Inilah yang menjadi dasar dalam menentukan lokasi coating defect
dengan metoda DCVG. Gradien tegangan (voltage gradien) dimonitor dengan cara
mengukur gradien antara 2 buah elektroda standar yang terpisah pada jarak lebih
kurang 1,5 meter di permukaan tanah. Ketika 2 buah elektroda standar ini diletakkan
di permukaan tanah, maka salah satu akan menjadi lebih positif atau lebih negative
dibandingkan dengan yang lainnya tergantung dari arah aliran arus listrik dalam
tanah. Besar gradient tegangan yang terjadi akan menggambarkan besar atau tingkat
severity dari cacat coating yang terjadi pada lokasi tersebut.

Pada saat survei, surveyor akan berjalan sepanjang jalur pipa untuk menguji
gradien voltase pada interval jarak tertentu. Saat mendekati defect, jarum dari
milivolmeter akan memberikan respon dengan menunjukkan arah aliran arus yang
bergerak menuju ke arah defect. Dan saat defect tersebut terlewati, jarum
milivoltmeter akan berbalik arah dan intensitasnya akan berkurang seiring semakin
jauh jarak surveyor dari lokasi defect. Dengan berjalan kembali ke lokasi defect sampai
surveyor berada pada lokasi dimana jarum milivolmeter tidak bergerak ke arah kiri
ataupun kanan (null, 0), maka surveyor akan berada pada center dari coating defect.
Langkah selanjutnya adalah mengulangi cara kerja tersebut ke arah kanan atau pun
kiri dari titik null. Pertemuan dari kedua titik null itu adalah center point dari coating
defect.

Perhitungan Coating Fault Severity (%IR)

nilai dari % IR severity didapatkan dari rumus perhitungan berikut:

Page 23 of 41
OL/RE diperoleh dari pengambilan data dilokasi defect, yaitu sinyal amplitudo lokasi
defect terhadap Remote Earth.

P/RE (pipe to remote earth) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana:
S1 = Signal strength pada test poin 1(mV)
S2 = Signal strength pada test poin 2 (mV)
d1 = Jarak pada test poin 1 (titik awal = 0)
d2 = Jarak pada test poin 2
dx = Jarak lokasi coating fault dari test poin 1

Page 24 of 41
Gambar 6.7 Perhitungan %IR

Gbr. 6.7 Gradien potensial pada cacat coating

Klasifikasi tingkat severity (%IR) serta tindakan yang diperlukan dikelompokkan


pada tabel 6.1 (sumber NACE RP0502-2002)

Tabel 6.1 Klasifikasi kerusakan coating pada DCVG berdasarkan NACE RP0502-2002

N Corresponding IR
Defect Size Recommendation
o (gradient) Reading
Repair is no required
1 1-15 % IR Small
Properly maintain CP
2 16-35 % IR Medium Recommended for repair
3 36-60 % IR Large Worthed for repair
4 61-100 % IR Very Large Immediate repair

6.1.4 Alternate Current Voltage Gradient (ACVG)


Tujuan Survei ACVG
Tujuan dari survei ACVG adalah untuk menentukan tingkat kerusakan coating
secara kualitatif dengan cara mengukur nilainya (dB)

Dasar Pelaksanaan Survei ACVG


Pada suatu pipa dibawah tanah, ketika arus mengalir melalui tanah menuju ke
cacat coating pipa g, maka akan terbentuk variasi medan tegangan disekitar coating
defect. Inilah yang menjadi dasar dalam menentukan lokasi coating defect dengan
metoda ACVG. Gradien tegangan (voltage gradien) dimonitor dengan cara mengukur
gradien AC pada alat A-frame. Alat tersebut mengeluarkan data berupa arah
kerusakan/dan besarnya. Di titik yang ada perubahan arah indikasi coating defect
disitulah lokasi indikasi tersebut. Nilai yang ditampilkan apada alat adalah dB, makin
besar dB maka makin besar coating defectnya.

Klasifikasi kerusakan coating pada ACVG sebagai berikut :

Tabel 6.2 Klasifikasi kerusakan coating pada ACVG

N
ACVG Reading (dB) Defect Size
o
1 <50 Very Small Indication
2 50-65 Small Indication

Page 25 of 41
3 66-80 Medium Indication
4 80-100 Large Indication

6.2 Analisa Data


Analisa data hasil pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kondisi kinerja sistem proteksi
katodik dan kondisi coating pipa serta penentuan titik-titik yang terindikasi terdapatnya cacat
coating. Analisa data dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan menurut standard
atau referensi sesuai ketentuanPT. Pertamina EP.

6.3 Peralatan Yang Digunakan


Peralatan utama ataupun pendukung yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Pipe Current Mapping + (PCM+) set dan Pipe Locater
2. Direct Current DCVG set
3. CIPS Quantum set by DCVG Supply and Technology Ltd
4. Pipe Locater
5. Current Interupter (satellite syncronized) by DCVG Supply and Technology Ltd.
6. Garmin GPS Navigation
7. Fluke Multimeter
8. Fluke Clampampere
9. CSE Electrode RE-5C by McMiller
10. Genset
11. Portable Transformer Rectifier
12. Handy Talkie
13. Temporary Anode
14. Digital Camera
15. Notebook
16. Printer
17. Consumables (Wire Enamel, Kayu Kaso, Marker, tinta, ATK)
18. PPE (helm, safety shoes, safety boot, safety glass, APAR, Snake bit kit, uniform, dll)

6.4 Personnel
Personel yang terlibat dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

No Nama Tenaga Pelaksana


a. Dr. Ir. Warjito, M.Eng
1. Project Coordinator
b. Jaka Kuswandono
2. Ridho Irwansyah, ST, MT Material Engineer
a. Ari Kurniawan PCM/CIPS/DCVG Interpreter (NACE
3.
b. Ong Wei Rex/Wah Shih Kit Expert)
4. Yamudi Cathodic Protection Inspector
5. Harmen Coating/Painting Inspector
a. Awab Nabawi
6. Operator PCM
b. Hersubeno
a. Efrizal
7. Operator CIPS
b. Sulaiman
Page 26 of 41
No Nama Tenaga Pelaksana
a. Muhammad
8. Operator DCVG/ACVG
b. Iwan Agus Budiyanto
a. Yunias Primayudha Teknisi GPS Navigasi
9.
b. Fauzi Ansyari
a. Praja Hadistira
b. Secta Ariardi Aviananto
10. c. Dimas Ibnu Ramadhan Operator Komputer
d. Bogie Narendra Putra
e. Ihsan Muzaki

Page 27 of 41
7 HASIL PEMERIKSAAN DAN ANALISA

7.1 Kondisi Umum Jalur Pipa


Jalur pipa minyak 20 PPP Manunggul Test Spool Penajam melewati 3 kabupaten yaitu
Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan, Kabupaten Paser Kalimantan Timur dan kabupaten
Penajam Paser Utara Kalimantan Timur. Kondisi daerah yang dilewati adalah hutan,
perkebunan sawit, perkebunan karet, dan beberapa lokasi melintasi sungai, jalan raya dan
perumahan penduduk. Gambar 7.1 menunjukkan peta jalur pipa.

TEST
SPOOL
PENAJA
M

PPP
MANU
NGGUL

Gambar 7.1 Peta Jalur Pipa 20 PPP Manunggul Test Spool Penajam

7.2 Pipe Current Mapping (PCM)


Survey PCM dilakukan dengan pendataan centerline pipa, kedalaman pipa (cm) dan besar
arus pada pipa (mA). Data-data tersebut ditampilkan secara grafik oleh PCM Software.
Gambar 7.2 menunjukkan hasil pembacaan PCM pada lokasi di KM 130-131, dimana terdapat
current drop pada area tersebut. Grafik pembacaan secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran A.
Gbr 7.2 Hasil Survey PCM di KM 130-131 (Saping-G. Banteng)

Berdasarkan hasil pemeriksaan PCM diketahui bahwa kedalaman pipa rata-rata adalah
100-150 cm kecuali di beberapa titik seperti di KM 34 yang mempunyai kedalaman kurang
dari 50 cm sepanjang 50 meter dan di sekitar KM 57 yang mempunyai kedalaman lebih dari
300 cm sepanjang 100 meter. Dari pemeriksaan PCM ditemukan current drop di 49 lokasi
yang ditunjukkan oleh tabel 7. 1.

Tabel 7.1 Indikasi Current Drop pada survey PCM

Koordinat C.Drop
No KM Pipa Lokasi Indikasi
S E %

1 3+20 Manunggul 2.09123 115.47557 6.8 Coating defect


2 18+500 Campur Rejo 2.0183 115.58063 7.1 Coating defect
3 37+200 Namun 1.85765 115.62049 4.6 Coating defect
4 37+300 Namun 1.85852 115.62021 6.5 Coating defect
5 70+20 Tulus 1,66539 115,7656 10.8 Coating defect
6 70+200 Tulus 1,66565 115,76737 8.1 Coating defect
7 70+300 Tulus 1,66601 115,76804 8.9 Coating defect
8 78+50 Batu Butok 1.68918 115.81805 5.3 Coating defect
9 78+900 Sesubang 1.6961 115.81633 6.1 Coating defect
10 90 Busui 1.78991 115.83596 14.45 Sacrificial Anode
11 129+150 Rangan 1.77837 116.11038 10.8 Coating defect
12 130+100 Saping 1.77798 116.11116 7.8 Coating defect
13 130+200 Saping 1.77743 116.11162 27 Coating defect
14 142+100 Sandeley 1.44161 116.55457 7.3 Sacrificial Anode
15 164+250 Putang 1,54491 116,26994 8.2 Coating defect
16 167 S.Iman 1.53469 116.29042 10.2 Sacrificial Anode
17 167+900 S.Iman 1.53099 116.29714 10.4 Sacrificial Anode
18 168+900 Long Kali 1.52532 116.30655 40 Sacrificial Anode

Page 29 of 41
Koordinat C.Drop
No KM Pipa Lokasi Indikasi
S E %

19 169+900 Long Kali 1.52280 116.31443 9.7 Sacrificial Anode


20 170+600 Long Kali 1.52329 116.32331 12.7 Sacrificial Anode
21 172+200 Long Kali 1.52004 116.33074 22.5 Sacrificial Anode
22 172+900 Kademan 1.51644 116.33895 8.6 Sacrificial Anode
23 174+400 Kademan 1.51360 116.34625 15.7 Sacrificial Anode
24 175+500 Kademan 1.50991 116.35580 28.9 Sacrificial Anode
25 175+900 G. Putar 1.50637 116.36468 11.6 Sacrificial Anode
26 177+800 Rintik 1.50351 116.37640 53 Sacrificial Anode
27 178+500 Rintik 1.50143 116.38961 13.5 Coating defect
28 182+100 G. Makmur 1.50088 116.4169 7.8 Coating defect
29 182+200 G. Makmur 1.50072 116.41744 5.7 Coating defect
30 182+600 G. Makmur 1.5007 116.42098 53.8 Coating defect
31 191+900 Labangka 1,47249 116,50284 5 Coating defect
32 192+600 Labangka 1,46932 116,5055 4.4 Coating defect
33 199+800 Limau Kembang 1,43835 116,56119 13.9 Coating defect
34 200+800 Api-Api Kecil 1,43709 116,56375 9.8 Coating defect
35 208+950 Waru 1.3874 116.62367 9.8 Coating defect
36 209+500 Waru 1.38386 116.63248 7.1 Coating defect
37 209+900 Waru 1.3839 116.63224 9.5 Coating defect
38 210+100 Waru 1.38374 116.63284 11.4 Coating defect
39 210+300 Waru 1.38358 116.63313 51 Coating defect
40 210+600 Waru 1.38268 116.6355 11.5 Coating defect
41 211+200 Waru 1.38282 116.63517 13.8 Coating defect
42 214+900 Giri Mukti 1,35804 116,66173 47 Coating defect
43 221+800 G. Hantu 1,30875 116,72227 9.7 Coating defect
44 223+900 Nipah-Nipah 1.29888 116.73515 12.9 Sacrificial Anode
45 224+700 Nenang 1.29124 116.74074 83.6 Metal Contact
46 225+900 Penajam 1.27304 116.75492 15.3 Sacrificial anode
47 227+200 Penajam 1.27673 116.75215 35.4 Sacrificial Anode
48 227+900 Penajam 1.26967 116.75782 15.9 Sacrificial Anode
49 231 Penajam 1.24666 116.77583 62.1 Metal Contact

Penurunan arus (current drop) yang signifikan dapat terjadi oleh beberapa faktor antara lain:
percabangan, kerusakan lapis lindung (coating defect), sacrificial anode, dan kontak dengan
fasilitas lain (metal contact).

Page 30 of 41
Dari seluruh jalur yang disurvey dengan PCM, terdapat 49 titik current drop yang
diindikasikan 30 titik coating defect, 17 titik sacrificial anode, dan 2 titik metal contact.

7.3 Pemeriksaan Sistem Proteksi Katodik dan fasilitasnya

Jalur pipa 20 PPP Manunggul Test Spool Penajam diproteksi oleh system proteksi
katodik dengan metode Impressed Current (ICCP) dan di beberapa titik terdapat system
Sacrificial Anode (SACP). Sistem proteksi katodik Impressed Current (ICCP) terdiri dari 12
Transformer Rectifier yang tersebar sepanjang jalur pipa.

7.3.1 Inspeksi Transformer Rectifier dan Fasilitasnya


Inspeksi Transformer Rectifier dilakukan 12 unit Transformer Rectifier beserta
fasilitasnya (junction box, kabel-kabel, kabel anode MMO) yang beroperasi di
sepanjang jalur pipa minyak 20 PPP Manunggul Test Spool Penajam. Rangkuman
hasil inspeksi dapat dilihat di tabel 7.2.

Gbr 7.3 Lokasi Transformer Rectifier di Sepanjang Jalur Pipa

Gbr 7.4 Inspeksi di TR Setiu

Page 31 of 41
Gbr 7.5 Kondisi Junction Box di TR Namun

Tabel 7.2 Rangkuman Hasil Inspeksi Transformer Rectifier

Kondisi Anode
Nama Jumlah Rusak
No Operasi (Aktual) Keterangan
TR/Lokasi Anode
Tegangan Arus (i = 0A)
(V) (A)
- Deep Well Ground Bed
- Tidak ada dokumen
1 MANUNGGUL 64.6 39.1 16 -
Engineering sistem Proteksi
katodik
- Junction box tidak terawatt
- Shallow Ground Bed
2 CAMPOR REJO 15.27 13.5 14 - - Tidak ada dokumen
Engineering sistem Proteksi
katodik
- Junction box tidak terawat
(Sarang lebah)
- Shallow Ground Bed
3 NAMUN 70.6 24.9 16 2
- Tidak ada dokumen
Engineering sistem Proteksi
katodik
- Junction box tidak terawat
- Shallow Ground Bed
4 LANO 63 55.6 24 1 - Tidak ada dokumen
Engineering sistem Proteksi
katodik
- Lampu indicator AC mati
5 BATU BUTOK 53.2 23.7 12 2
- Shallow Ground Bed
- Deep Well Ground Bed
- Tidak ada dokumen
6 SETIU 42.4 28.5 20 3
Engineering sistem Proteksi
katodik
7 SAPING- 16.96 38.9 20 12 - Shallow Ground Bed
Page 32 of 41
Kondisi Anode
Nama Jumlah Rusak
No Operasi (Aktual) Keterangan
TR/Lokasi Anode
Tegangan Arus (i = 0A)
(V) (A)
- Tidak ada dokumen
RANGAN Engineering sistem Proteksi
katodik
- Shallow Ground Bed
- Tidak ada dokumen
8 LONG IKIS 1 43.1 61.6 24 3
Engineering sistem Proteksi
katodik
- Shallow Ground Bed
- Tidak ada dokumen
9 LONG IKIS 2 33.7 21.3 22 -
Engineering sistem Proteksi
katodik
30.6 40 24 3 - Junction box tidak terawat
- Shallow Ground Bed
10 BABULU - Tidak ada dokumen
Engineering sistem Proteksi
katodik
3.86 16.9 20 2 - Lampu indicator AC mati.
- Shallow Ground Bed
11 WARU - Tidak ada dokumen
Engineering sistem Proteksi
katodik
- Alat meter ( Voltmeter dan
Ampmeter tidak normal)
12 PENAJAM 2.962 16.1 10 1
- Oli keruh
- Shallow Ground Bed

Dari hasil pemeriksaan seluruh sistem proteksi katodik, diketahui bahwa sistem
proteksi katodik masih berfungsi. Dan ditemukan hal hal penting yaitu :

Kerusakan 29 anode tersebar di 9 lokasi sistem ICCP


Perlunya perawatan junction box di tiga lokasi sistem ICCP
Perlunya penggantian/perbaikan alat meter di TR Penajam serta lampu indicator
di TR Batubutok dan TR Waru
Tidak adanya dokumen detail engineering untuk sepuluh (10) lokasi sistem ICCP
(Manunggul, Camporrejo, Namun, Lano, Setiu, Saping-Rangan, Long Ikis 1, Long
Ikis 2, Babulu dan Waru)
Oli di TR Penajam berwarna keruh

7.3.2 Pengukuran potensial


Pengukuran potensial dilakukan sepanjang pipa pada tiap test point untuk
mengetahui kondisi proteksi pipa. Pengukuran dilakukan pada saat kondisi Transformer

Page 33 of 41
Rectifier ON dan OFF. Hasil pengukuran tersebut dan hasil pengukuran lapangan
sebelumnya ditampilkan ke dalam grafik dan dibandingkan dengan kriteria. Gambar 7.7
menunjukkan grafik tersebut.

Gbr 7.6 Pengukuran potensial pipa di TP228 (Penajam)

Gbr 7.7 Hasil Pengukuran potensial pipa pada tiap test point

Ditemukan perbedaan metode pengukuran antara yang dilakukan oleh PT.


PERTAMINA EP dan standar. Standar mensyaratkan nilai potensial yang diukur adalah
polarized potential (OFF), sedangkan yang saat ini dilakukan adalah pengukuran saat
sistem proteksi katodik bekerja (ON). Pengukuran potensial OFF diperlukan untuk
menghilangkan error saat pengukuran yang bisa menyebabkan kesalahan pembacaan
kriteria proteksi.

Page 34 of 41
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa tidak semua test point memenuhi
kriteria proteksi (potensial polarisasi sekurang-kurangnya -850 mV vs CSE/lebih negative
atau sisa polarisasi minimum 100 mV ) seperti pada area sekitar KM 70. Selain itu juga
ditemukan area yang tidak terdapat perbedaan potensial On-Off hal ini menunjukkan
arus proteksi dari sistem ICCP tidak menjangkau area tersebut.

7.4 Closed Interval Potential Survey (CIPS )

Data yang dihasilkan dari survey CIPS adalah potensial proteksi pipa terhadap elektroda
Cu/CuSO4 (mV) pada kondisi On dan Off, yang ditampilkan secara grafik oleh software. Grafik
pembacaan lengkap dapat dilihat pada Lampiran B.

Gbr 7.8 Pemasangan Current Interupter di TR Saping

Page 35 of 41
Gbr. 7.9 Survey CIPS di river crossing Gunung Rambutan

Dari hasil pemeriksaan ditemukan terdapat area yang tidak mendapat arus proteksi dari
sistem proteksi katodik ICCP yang diketahui karena tidak ada perbedaan potensial ON dan OFF
yang ditunjukkan oleh tabel 7.3

Tabel 7.3 Lokasi yang tidak terproteksi

No Lokasi (KM Pipa) Cakupan Sistem ICCP

1. 30,000-31,000 TR Camporrejo-TRNamun

2. 70,000-73,000 TR Lano-TR Batubutok

3. 84,000-88,000 TR Batubutok-TR Setiu

4. 93,00-97,000 TR Batubutok-TR Setiu

5. 116,000-120,000 TR Setiu-TR Saping

6. 123,000-126,000 TR Setiu-TR Saping

7. 140,000-144,000 TR Saping-TR Long Ikis 1

8. 161,000-172,000 TR Long Ikis 2

9. 174,000-175,000 TR Babulu

10. 191,000-192,000 TR Babulu- TR Waru

11. 211,000-222,000 TR Babulu- TR Waru

12. 222,000-229,000 TRWaru-TR Penajam

Page 36 of 41
Dari pembacaan grafik potensial pipa terhadap jarak sepanjang jalur pipa dapat diketahui
adanya bagian/ lokasi yang tidak memenuhi kriteria proteksi (potensial polarisasi sekurang-
kurangnya -850 mV vs CSE/lebih negative atau sisa polarisasi minimum 100 mV) yaitu :

a. Pipa di area dengan kontur ketinggian melebihi dari ketinggian sistem ICCP yaitu di area
KM 70-73, KM 93-97, dan KM 116-120.
Pipa yang berada pada ketinggian yang lebih tinggi dari sistem ICCP akan
menyebabkan pipa tersebut tidak mendapatkan arus proteksi yang cukup. Pada area
dengan kontur yang lebih tinggi akan lebih tidak konduktif dibandingkan dengan area
yang lebih rendah. Sehingga arus proteksi tidak akan menjangkau pipa pada lokasi
tersebut.

b. Pipa di area yang pararel dengan pipa lain/struktur lain yaitu di area KM 216-231
Pada pipa yang pararel dengan pipa/struktur lain akan menyebabkan kemungkinan
terjadinya interference sehingga pada lokasi ini perlu ada perhatian khusus. Pada lokasi di
KM 216-231 pipa 20 Milik UBEP Tanjung pararel dengan 2 pipa milik PT. PERTAMINA UP
Balikpapan, Pipa milik PERUSDA, dan Pipa milik Chevron. Pipa-pipa yang pararel tersebut
memiliki sistem proteksi katodik tersendiri. Sedangkan pipa milik UBEP Tanjung di lokasi
KM 216-231 diproteksi oleh TR Penajam. Dari hasil pemeriksaan CIPS diketahui bahwa
arus proteksi belum memproteksi seluruh bagian pipa pada area tersebut.
c. Pipa yang melintasi sungai (river crossing) atau melintasi jalan (road crossing).
Pipa yang melintasi sungai atau jalan akan membutuhkan arus proteksi yang lebih
besar dibandingan dengan pipa yang terkubur di tanah. Hal ini disebabkan kondisi
lingkungan pipa tersebut berbeda dengan area yang normal. Untuk itu perlu tambahan
arus proteksi pada area ini yang bisa disupply dengan sistem Anoda Korban karena
keperluan hanya titik-titik tertentu. Selain itu hal lain yang perlu diperhatikan adalah pipa
yang melintasi sungai mempunyai risiko lebih tinggi karena adanya pasang surut yang
akan menyebabkan terjadinya splash zone yaitu area yang bergantian terkena air dan
tidak. Hal ini menyebabkan area tersebut lebih korosif dibandingkan area lain.

7.5 DCVG (Direct Current Voltage Gradient) dan ACVG (Alternate Current Voltage Gradient)
Survey DCVG/ACVG dilakukan sepanjang pipeline untuk mengetahui lokasi coating defect.
Lampiran C menunjukkan hasil pemeriksaan DCVG/ACVG. Hasil pengukuran DCVG dapat
dilihat di tabel 7.3 sedangkan ACVG di tabel 7.4.

Page 37 of 41
Gbr 7.10 Pemasangan Current Interupter di TR Long Ikis

Gbr 7.11 Pelaksanaan Survey DCVG di Penajam

Gbr 7.12 Pelaksanaan Survey ACVG di Api-Api Kecil

Tabel 7.2 Data Hasil Pelaksanaan DCVG

Page 38 of 41
Koordinat
No OL/RE PL/RE
KM Pipa Lokasi Latitude longitude %IR Klasifikasi
. (mV) (mV)
(S) (E)
1 TP3+1 Manunggul 2.09123 115.47557 220 550,00 40 Large

2 TP18+500 Campur Rejo 2.0183 115.58063 265 604,65 43.8 Large

3 TP18+500 Campur Rejo 2.0183 115.58063 261 759,08 34.3 Medium

4 TP37+200 Namun 1.85765 115.62049 110 556.5 19.7 Medium

5 TP37+300 Namun 1.85852 115.62021 145 554,92 26.1 Medium

6 TP78+50 Batu Butok 1.68918 115.81805 115 635.57 18.09 Medium

7 TP79-100 Sesubang 1.6961 115.81633 68 239 28.45 Medium

8 TP130-500 Sesubang 1.77837 116.11038 364 720 50.5 Large

9 TP131+400 Saping 1.77743 116.11162 36 350 10.2 Small

10 TP131-350 Saping 1.77693 116.11212 170 700 24.2 Medium

1.59562 116.1926 160 980 16.32 Medium


11 TP154-100 Long Ikis
1
12 TP179-450 Rintik 1.50143 116.38961 191 618.16 31 Medium

13 TP182+600 G. Makmur 1.5007 116.42098 100 1008 9.9 Small

14 TP226+500 Penajam 1.27304 116.75492 132 1659 7.9 Small

15 TP226-20 Penajam 1.27314 116.75482 138 441.86 29.8 Medium

16 TP209-50 Waru 1.3874 116.62367 228 447.46 51 Large

17 TP211+200 Waru 1.38282 116.63517 66 432.4 15.26 Medium

18 TP210+300 Waru 1.38272 116.63534 320 1366.95 23.4 Medium

19 TP210-10 Waru 1.38358 116.63313 385 1314.78 29.28 Medium

20 TP210-10 Waru 1.38364 116.63301 320 1674.36 19.31 Medium

21 TP210-50 Waru 1.38374 116.63284 302 1656.32 18.23 Medium

22 TP210-100 Waru 1.38386 116.63248 188 1632.65 11.5 Small

23 TP210-100 Waru 1.3839 116.63224 600 1584.36 37.8 Large

24 TP211 Sesulu 1.38272 116.63534 380 1237 30.71 Medium

25 TP211 Sesulu 1.38268 116.6355 370 1239 29.91 Medium

Page 39 of 41
Tabel 7.3 Data Hasil Pelaksanaan Survey ACVG
ACVG
Koordinat
Reading
No. KM Pipa Lokasi Klasifikasi
Latitude Longitude
(dB)
(S) (E)
1 215-900 Giri Mukti 1,35804 116,66173 53 Small Indication
2 222-200 G. Hantu 1,30875 116,72227 60 Small Indication
3 200-200 Limau Kembang 1,43835 116,56119 50 Small Indication
4 201-160 Api-Api Kecil 1,43709 116,56375 54 Small Indication
5 192-100 Labangka 1,47249 116,50284 73 Medium Indication
6 193-550 Labangka 1,46932 116,5055 58 Small Indication
7 165-750 Putang 1,54491 116,26994 44 Very Small Indication
8 70+300 Tulus 1,66601 115,76804 36 Very Small Indication
9 70+200 Tulus 1,66565 115,76737 42 Very Small Indication
10 70-100 Tulus 1,66539 115,7656 41 Very Small Indication

Gbr 7.13 Hasil Pengukuran DCVG

Page 40 of 41
Gbr 7.14 Hasil Pengukuran ACVG

Dari hasil pemeriksaan DCVG dan ACVG diatas, diketahui terdapat banyak coating defect
yang tersebar di sepanjang jalur pipa dengan besar bervariasi dari kecil sampai besar . Dari
pemeriksaan DCVG ditemukan 25 titik coating defect dengan tingkat kerusakan 5 titik large,
16 titik medium, dan 4 titik small. Sedangkan dari pemeriksaan ACVG ditemukan 10 titik
coating defect dengan tingkat kerusakan 1 titik medium indication, 5 titik small indication, dan
4 titik very small indication.

7.6 Hasil Pengamatan

7.6.1 Kondisi Marka Pipa


Sepanjang jalur pipa minyak 20 PPP Manunggul Test Spool Penajam telah
dipasang marka pipa dan papan peringatan pipa berupa :

1. Peringatan bahaya karena ada pipa ditanam dibawah tanah


2. Larangan melakukan kegiatan diatas jalur pipa
3. Papan nama lokasi fasilitas milik PT. PERTAMINA
4. Papan tanda masuk jalan pertamina
5. Papan road crossing untuk pipa yang melintasi jalan raya

Page 41 of 41
Gbr 7.15 Papan Jalan Masuk Pipa di KM 05 (G.Tanah)

Gbr 7.16 Papan Peringatan Bahaya di Penajam Penajam

Gbr 7.17 Papan Peringatan Bahaya dan Larangan Melakukan Kegiatan di sekitar ROW (Penajam)

Page 42 of 41
7.6.2 Area yang Terindikasi Subur Bakteri
Pada saat survey lapangan dilakukan pengamatan area-area yang diindikasikan subur
bakteri dengan ciri-ciri berupa rawa, tanah berwarna hitam, genangan air. Tabel 7.4
menunjukkan hasil pengamatan tersebut.

Tabel 7.4 Lokasi yang Terindikasi Subur Bakteri


No. KM Pipa Lokasi Keterangan
1. 40-41 Jaro Dekat perumahan warga
2. 74-75 Selerong Dekat Perumahan warga
3. 76-77 Mampu Dekat Perumahan warga
4. 129-130 Saping Dekat Jalan Raya/TR Saping
5. 134 - 135 Pekasau Area Perkebunan
6. 199-200 Api-Api Kecil Area Hutan
7. 221-223 Nipah - Nipah Rawa warna kecoklatan

Gbr 7.18 Pipa terekspos dengan indikasi area subur bakteri di KM 200 (Api-Api Kecil)

Gbr 7.19 Pipa dengan indikasi area subur bakteri di KM 223 (Nipah-Nipah)

Page 43 of 41
7.6.3 Pipe Ekspos
Berdasarkan hasil pengamatan selama survey ditemukan pipa ekspos sejumlah 25
titik lokasi. Detail hasil pengamatan dapat dilihat pada Lampiran D.

Page 44 of 41
8 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan analisa dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari pemeriksaan PCM diketahui :


a. Kedalaman rata-rata pipa adalah 100-150 cm, kecuali di KM 34 yang mempunyai
kedalaman kurang dari 50 cm sepanjang 50 meter dan di sekitar KM 57 yang
mempunyai kedalaman lebih dari 300 cm sepanjang 100 meter.
b. Ditemukan empat puluh sembilan (49) titik current drop dengan rincian sebagai
berikut:
Tigapuluh (30) titik indikasi coating defect.
Tujuhbelas (17) titik indikasi sacrificial anode.
Dua (2) titik indikasi metal contact.
2. Dari pemeriksaan CIPS diketahui bahwa secara umum sistem proteksi katodik yang
diterapkan saat ini tidak dapat memenuhi kebutuhan arus proteksi dan menjangkau
semua jalur pipa.
3. Area yang tidak terproteksi (potensial polarisasi (off) > - 850 mV vs CSE atau sisa
polarisasi < 100 mV) adalah :
a. Pipa di area dengan kontur ketinggian melebihi dari ketinggian sistem ICCP yaitu di
area KM 70-73, KM 93-97, dan KM 116-120.
b. Pipa di area yang pararel dengan pipa lain/struktur lain yaitu di area KM 216-231.
c. Pipa yang melintasi sungai (river crossing) atau jalan (road crossing).
4. Dari hasil pemeriksaan dengan DCVG diketahui ada 25 lokasi coating defect dengan
tingkat kerusakan 5 titik kategori large, 16 titik kategori medium, dan 4 titik kategori
small. Sedangkan dari pemeriksaan ACVG ditemukan 10 lokasi coating defect dengan
tingkat kerusakan 1 titik kategori medium indication, 5 titik small indication dan 4 titik
very small indication.
5. Dari hasil inspeksi Transformer Rectifer ditemukan hal berikut :

Kerusakan dua puluh sembilan (29) anode tersebar di sembilan (9) lokasi sistem
ICCP.
Terdapat tiga (3) junction box di tiga (3) lokasi sistem ICCP yaitu di Camporrejo,
Namun, dan Babulu yang tidak terawat dimana terdapat sarang lebah, sarang
semut, dll Perlunya penggantian/perbaikan alat meter di TR Penajam serta lampu
indicator di TR Batubutok dan TR Waru .

Page 45 of 41
Tidak ditemukan dokumen detail engineering untuk sepuluh (10) lokasi sistem ICCP
(Manunggul, Camporrejo, Namun, Lano, Setiu, Saping-Rangan, Long Ikis 1, Long Ikis
2, Babulu dan Waru).
Oli di TR Penajam berwarna keruh.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui hal berikut :

a. Marka pipa sudah terpasang sepanjang pipa dan perlu perawatan rutin.

b. Sebagian area daripada jalur pipa terindikasi subur bakteri yaitu pada lokasi KM 40-
41, 74-75, 76-77, 129-130, 134-135, 199-200, 221-223.

c. Ditemukan pipe ekspos sebanyak 20 titik di sepanjang jalur pipa sesuai dengan
Lampiran D.

8.2 Rekomendasi

Untuk meningkatkan kehandalan (reliability), keselamatan (safety) dan kinerja


(performance) jalur pipa 20 PPP Manunggul Test Spool Penajam maka perlu dilakukan
beberapa tindakan berikut:

1. Melakukan perbaikan sistem proteksi katodik/re-engineering secara menyeluruh atau


terintegrasi untuk memproteksi seluruh jalur pipa sesuai dengan standard/code yang
berlaku.

2. Meningkatkan perawatan rutin terhadap semua fasilitas sistem proteksi katodik.

3. Perbaikan coating pada bagian-bagian yang sudah mengalami kerusakan.

4. Perawatan rutin marka pipa.

5. Pengurukan/pengembalian seluruh jalur pipa sehingga mencapai kedalaman yang


dikehendaki (design awal).

6. Pengujian dielectric strength oli di TR Penajam

7. Pengujian sulphate reducing bacteria (SRB) counting test untuk area yang terindikasi
subur bakteri.

Page 46 of 41
9 DAFTAR PUSTAKA

NACE RP 05022002 : Pipeline External Corrosion Direct Assesment Methodology

NACE SP 01692007 : Control of External Corrosion on Underground or Submerged Metallic


Piping Systems

NACE SP 02072007 : Performing Close Interval Potensial Surveys and DC Surface Gradient
Surveys on Buried or Submerge Metallic Pipelines.

BS 7361 1991 : Cathodic Protection: Code of Practice for Land and Marine Application

BS EN 12954 : Cathodic Protection Buried and Immersed Metallic Structures,


General Principles and Application for Pipelines

ISO 15589 1 : Petroleum and Natural Gas Industries Cathodic Protection of Pipeline
Transportation System Part 1, On Land Pipelines

API RP 1102 : Steel Pipeline Crossing Railroads and Highways

W.Kent Muhlbauer : Pipeline Risk Management Manual Gulf Publishing Company

AS/NZS 4360: 1999 : Risk Management

DCVG Manual : Method Statement for The Inspection of The Coating Quality and Level
of Protection on Buried Pipelines Using The Analog DCVG Technique
Combine with Close Interval Potensial Survey Operated at The DCVG
Pulse Frequency.

SPM Migas

Kep Men Pertambangan dan Energi nomor 300.K/38/M.PE/1997

Anda mungkin juga menyukai