KAJIAN EFEKTIVITAS SISTEM PROTEKSI KATODIK & COATING JALUR PIPA 20 PPP
MANUNGGUL TEST SPOOL PENAJAM UNIT BISNIS EP TANJUNG PT. PERTAMINA EP
Page 1 of 41
DAFTAR ISI
1 RINGKASAN EKSEKUTIF 2
2 PENDAHULUAN 4
2.1 Data Teknis 4
2.2 Korosi dan Teknik Pengendalian Korosi 4
2.2.1Metoda Proteksi Katodik 5
2.2.2Metoda Lapis Lindung (Coating) 8
3 TUJUAN 11
4 RUANG LINGKUP PEKERJAAN 11
5 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN 12
6 METODOLOGI 12
6.1 Pemeriksaan Lapangan 12
6.1.1Pipe Current Mapping (PCM) 12
6.1.2Pengukuran Potensial dan Closed Interval Potential Survey (CIPS) 14
6.1.3Direct Current Voltage Gradient ( DCVG ) 18
6.1.4Alternate Current Voltage Gradient (ACVG) 19
6.2 Analisa Data 20
6.3 Peralatan Yang Digunakan 20
6.4 Personnel 21
7 HASIL PEMERIKSAAN DAN ANALISA 22
7.1 Kondisi Umum Jalur Pipa 22
7.2 Pipe Current Mapping (PCM) 22
7.3 Pemeriksaan Sistem Proteksi Katodik dan fasilitasnya 25
7.3.1Inspeksi Transformer Rectifier dan Fasilitasnya 25
7.3.2Pengukuran potensial 28
7.4 Closed Interval Potential Survey (CIPS ) 29
7.5 DCVG (Direct Current Voltage Gradient) dan ACVG (Alternate Current Voltage Gradient) 31
7.6 Hasil Pengamatan 35
7.6.1Kondisi Marka Pipa 35
7.6.2Area yang Terindikasi Subur Bakteri 37
7.6.3Pipe Ekspos 38
8 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 39
8.1 Kesimpulan 39
8.2 Rekomendasi 40
9 DAFTAR PUSTAKA 41
Page 2 of 41
1 RINGKASAN EKSEKUTIF
Fakultas Teknik - Universitas Indonesia telah selesai melaksanakan pekerjaan Kajian Efektivitas
Sistem Proteksi Katodik & Coating Jalur Pipa 20 PPP Manunggul Test Spool Penajam Unit Bisnis
EP Tanjung PT. PERTAMINA EP. Pekerjaan tersebut adalah pemeriksaan jalur pipa minyak
sepanjang 236 km dengan menggunakan metode Pipe Current Mapping (PCM), Close Interval
Potential Survey (CIPS), dan Direct Current Voltage Gradient (DCVG). Untuk meningkatkan kualitas
hasil pemeriksaan terhadap variasi kondisi lapangan juga dilakukan pemeriksaan dengan metode
Alternate Current Voltage Gradient (ACVG).
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kinerja sistem proteksi katodik dan
coating, dalam rangka mendapatkan masukan PT. PERTAMINA EP khususnya UBEP Tanjung dalam
penentuan kebijakan untuk perbaikan atau pemeliharaan jalur pipa 20" sehingga dapat
meminimalisir terjadi kegagalan operasional yang berupa kebocoran pipa akibat dari serangan
korosi.
Page 3 of 41
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan :
a. Marka pipa sudah terpasang sepanjang jalur pipa.
b. Area yang terindikasi subur bakteri adalah pada lokasi KM 40-41, 74-75, 76-77, 129-130 ,
134-135, 199-200, 221-223.
c. Sebagian jalur pipa mengalami ekspos.
Jaka Kuswandono
Project Coordinator
Page 4 of 41
2 PENDAHULUAN
Berdasarkan Surat Perjanjian Swakelola No.004/EP5000/2012-SO perihal pekerjaan Kajian
Efektifitas Sitem Proteksi Katodik dan Coating Jalur Pipa 20 PPP Manunggul Test Spool Penajam
Di UBEP Tanjung PT. Pertamina EP tertanggal 21 Juni 2012, fakultas Teknik - Universitas Indonesia
telah selesai melaksanakan pemeriksaan/kajian terhadap pipa penyalur sepanjang 236 Km.
Proses korosi melibatkan dua macam reaksi elektrokimia yaitu reaksi oksidasi dan reaksi
reduksi. Reaksi oksidasi melibatkan proses pelepasan sejumlah elektron dari suatu logam yang
mengakibatkan lepasnya ion logam M n+ ke lingkungan (proses korosi). Sedangkan reaksi
reduksi merupakan proses reaksi yang melibatkan pengambilan sejumlah elektron yang
merupakan kebalikan dari proses oksidasi. Proses korosi pada baja, oksidasi merupakan
pelepasan ion besi (Fe++) ke lingkungan sedangkan proses reduksi pada lingkungan netral
dapat berupa reduksi oksigen atau air, seperti persamaan reaksi berikut:
Page 5 of 41
Fe -> Fe++ + 2e (Oksidasi/ korosi)
Reaksi oksidasi umumnya disebut reaksi anodik dan reaksi reduksi disebut reaksi katodik.
Kedua reaksi merupakan pasangan reaksi elektrokimia yang harus ada agar proses korosi
dapat berlangsung. Reaksi oksidasi (anodik) berakibat pada hilangnya material logam ke
lingkungan sedangkan reaksi reduksi harus ada untuk mengambil sejumlah elektron yang
dilepaskan oleh reaksi oksidasi.
Perlindungan korosi dengan metoda proteksi katodik adalah metoda perlindungan korosi
dengan cara membuat struktur/logam menjadi katoda (reaksi reduksi), sehingga secara
termodinamik logam tersebut menjadi inert dan tidak akan terjadi reaksi oksidasi (korosi).
Dalam hal ini teknik lapis lindung sifatnya hanya menghambat laju korosi dengan menciptakan
tahanan, sehingga laju arus korosi berkurang. Dalam penerapan dilakukan secara kombinasi
antara coating dan proteksi katodik, fungsi coating adalah mengurangi arus proteksi dan
memperluas jangkauan proteksi.
Page 6 of 41
Pemilihan terhadap kedua metoda tersebut didasarkan pertimbangan teknis
maupun ekonomi. Metoda SACP membutuhkan biaya awal pengadaan anoda korban
yang lebih mahal namun biaya operasional yang lebih murah sehingga SACP lebih sesuai
untuk struktur yang tidak terlalu besar dan resistivitas tanah yang rendah. Sedangkan
metoda ICCP membutuhkan biaya investasi awal yang lebih rendah sehingga lebih
sesuai jika ukuran struktur besar.
Gambar 2. 1. Metoda anoda korban (SACP) sumber : AW. Peabody Pipeline Corrosion Control
Page 7 of 41
Pada sistem ICCP, arus proteksi disuplai dengan catu daya DC dari luar berupa
baterai atau catu daya AC yang disearahkan menggunakan Transformer Rectifier
(TR). Karena tegangan dan arus keluaran TR dapat diatur sesuai kebutuhan maka
penerapannya dapat dilakukan untuk berbagai kondisi tahanan jenis tanah serta
keperluan arus proteksi yang besar. Sistem proteksi katodik dengan ICCP harus lebih
dipilih, sedangkan SACP merupakan alternatif jika kondisi tidak memungkinkan (ISO
15589-1).
Penerapan sistem ICCP lebih dipilih untuk kondisi berikut ini (NACE):
Untuk keperluan arus proteksi yang besar, struktur tanpa coating atau kondisi
coating yang buruk.
Bisa untuk berbagai kondisi tahanan jenis tanah.
Cara yang murah untuk menggantikan sistem SACP yang anoda korbannya
sudah mulai habis.
Untuk melawan stray current dan masalah akibat interferensi katodik.
Untuk struktur tiang pancang di darat maupun di air.
Page 8 of 41
Gambar 2.2 Metoda Impressed Current (ICCP) pada pipa coating
1. Isolator listrik yang efektif : Karena korosi pada tanah merupakan proses
elektrokimia,lapisan pipa harus menghentikan arus dengan mengisolasi pipa dari
diinstal lingkungan / elektrolit. Untuk menjamin ketahanan listrik yang tinggi,
lapisan harus memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi.
2. Penghalang kelembaban yang baik : Bertentangan dengan teori bahwa penyerapan
air yang baik meningkatkan efektivitas CP, transfer air melalui coating mungkin
menyebabkan blistering dan akan memberikan kontribusi terhadap korosi dengan
penghambatan isolasi.
3. Kemudahan pengaplikasian : Pengaplikasian coating pada pipa harus
dimungkinkan dengan metode yang tidak akan mempengaruhi sifat dari pipa dan
dengan meminimalisir terjadinya cacat.
4. Kemampuan untuk menahan kerusakan coating (holiday) dengan waktu : Setelah
coating ditanam di tanah, ada dua hal yang dapat merusak coating yaitu soil stress
dan kontaminan tanah. Soil stress dimana pada area tertentu tanah mengalami
basah dan kering dapat menyebabkan kerusakan coating. Untuk meminimalisir
Page 9 of 41
masalah ini, yang harus dievaluasi adalah ketahanan abrasi coating, kekuatan tarik,
adesi dan kohesi. Sedangkan ketahanan coating pada bahan kimia, hidrokarbon,
dan kondisi asam atau basa harus diketahui dengan mengevaluasi kinerja coating
tersebut pada tanah yang terkontaminasi.
5. Kemampuan Adhesi yang baik ke permukaan pipa : Coating pada pipa
membutuhkan adhesi yang cukup untuk mencegah masuknya air atau migrasi
antara coating dan pipa, bersama dengan kohesi hal tersebut untuk melawan soil
stress dan saat handling. Soil stress adalah penyebab utama dari kegagalan coating
pipa. Efek Soil Stress dapat dilihat pada flexible PE Coating dengan elastomer yang
mempunyai karakteristik wrinkling. Namun tipe lain yang dapat rusak oleh
blistering adalah Fusion Bonded Epoxy (FBE) atau fatigue cracking pada Coaltar
Enamel (CTE) yang diperburuk oleh pergerakan tanah, ketahanan geser garus
dikombinasikan dengan pengukuran dari material penguat (atau outer jacket) saat
menahan deformasi dan gaya tarik. Dua sifat tersebut dikombinasikan untuk
menentukan kemampuan dari coating pipa untuk menahan kerusakan akibat
kerusakan tanah. Soil Stress Resistance diukur dengan ketahanan geser bukan
dengan peel strength.
6. Kemampuan untuk tidak mudah rusak saat dilakukan penyimpanan (degradasi
UV), instalasi dan penanganan normal : Kemampuan coating untuk menahan
kerusakan adalah fungsi dari sifat coating yaitu impak, abrasi, dan fleksibilitasnya.
Coating akan mengalami banyak perlakuan antara aplikasi dan pengurukan.
Kemampuan coating tersebut untuk melawan variasi gaya-gaya dari luar adalah
factor-faktor yang perlu dievaluasi untuk mengetahui jika ada tindakan khusus
yang harus dilakukan. Sebagai contoh sinar UV dapat sangat merusak coating.
Lama waktu penyimpanan bervariasi 6 bulan sampai 5 tahun sehingga ketahanan
terhadap sinar UV adalah pertimbangan yang sangat penting.
7. Kemampuan untuk mempertahankan resistivitas listrik secara konstan terhadap
waktu. Nilai efektif resistivitas listrik dari coating per meter persegi rata-rata
tergantung pada hal berikut :
Resistivitas bahan coating
Ketebalan coating
Resistensi terhadap penyerapan air
Resistensi terhadap pemindahan uap air
Frekuensi dan ukuran holiday
Resistivitas elektrolit
Adhesi coating
Page 10 of 41
Jika resistance efektif tidak stabil maka mungkin diperlukan arus CP 2 kali lipat
setiap beberapa tahun. Sangat mudah untuk mendapatkan data yang salah saat
pengukuran resistance jika tanah belum permanen di sekitar pipa dan jika
kelembaban telah meresap ke coating melalui holiday. Pengalaman sangat
diperlukan untuk melakukan pengukuran resistance yang benar dan
penggunaannya saat mengerjakan design sistem proteksi katodik.
Page 11 of 41
pengaruh serangan mikroba semakin tinggi, sebagai contoh dinding tangki air
stainless steel saat terjadi serangan korosi pitting yang luas pada permukaan
sehingga pelaku industry mulai menyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu,
korosi jenis ini merupakan salah satu faktor pertimbangan pada instalasi
pembangkit industri, industri minyak dan gas, proses kimia, transportasi dan
industri kertas pulp. Selama tahun 1980 dan berlanjut hingga awal tahun 2000,
fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan perhatian dalam biaya operasi
dan pemeriksaan sistem industri.
Mikroba korosi
Page 12 of 41
Gambar 2.3 reaksi korosi pada metal deposit bacteria
Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari
oksidasi sulfit atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur
menjadi asam sulfurik dan nilai pH menjadi 1. bakteri Thiobaccilus umumnya
Page 13 of 41
ditemukan di deposit mineral dan menyebabkan drainase tambang menjadi
asam.
Pada jalur pipa aktivitas bakteri yang bisa menyebabkan korosi bergantung pada
kondisi lingkungan. Area pada tanah yang berwarna hitam/coklat, lembab,
mengindikasikan adnya aktivitas bakteri. Selain itu aktivitas penduduk seperti
Page 14 of 41
membuang limbah rumah tangga di dekat jalur pipa bisa menyebabkan
perubahan kondisi tanah dan menjadi salah satu factor tumbuhnya bakteri.
Untuk mengatasi hal tersebut adalah menaikkan criteria proteksi katodik dari
-850 mV vs CSE menjadi -950 mV vs CSE (ISO 15589-1).
3 TUJUAN
Tujuan dari pekerjaan Kajian Efektivitas Sistem Proteksi Katodik dan Coating Jalur Pipa 20 inch
PPP Manunggul Test Spool Penajam Unit Bisnis EP Tanjung PT. PERTAMINA EP adalah untuk
mengetahui kinerja sistem proteksi katodik dan coating, dalam rangka mendapatkan masukan PT.
PERTAMINA EP khususnya UBEP Tanjung dalam penentuan kebijakan untuk perbaikan atau
pemeliharaan jalur pipa 20" sehingga dapat meminimalisir terjadi kegagalan operasional yang
berupa kebocoran pipa akibat dari serangan korosi.
4.1 Melakukan Kick Of Meeting sebelum pekerjaan dimulai di Jakarta atau di Tanjung.
4.2 Melakukan review dokumen , maintenance record, history card dan kondisi aktual di
lapangan.
4.3 Mendeteksi posisi jalur pipa secara tepat dengan Pipe locater dan GPS serta memasang
patok tanda jika dianggap perlu untuk memudahkan titik pemeriksaan.
4.4 Membuat bar - line dengan skala jarak, mengindentifikasi lokasi-lokasi yang diperkirakan
subur bakteri, kawasan industri, terobosan jalan (road crossing) dan sungai (river
crossing) serta identifikasi lainnya yang dianggap memudahkan penelurusan kembali
dikemudian hari.
4.5 Melakukan pemeriksaan sistem proteksi katodik dengan metode Close lnterval Potential
Survey (CIPS) disepanjang jalur pipa dengan jarak pengambilan data per 1 meter.
4.6 Melakukan pengukuran potensial pada setiap "test-point" untuk menjadi patokan
pembacaan dan mengantisipasi anomali.
4.7 Melakukan pemeriksaan terhadap Tranformer Rectifier ( TR ), kabel-kabel, Junction Box
dan anoda groundbed.
4.8 Melakukan pemetaan daerah sebaran kerusakan caoating dengan Pipe Current Mapping.
4.9 Melakukan pengukuran dengan Alternating Curent Voltage Gradient atau Direct Current
Voltage Gradient untuk memastikan titik kerusakan coating
4.10 Membuat laporan akhir dan rekomendasi serta mempresentasikan hasil pekerjaan.
Page 15 of 41
5 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan Kajian Efektivitas Sistem Proteksi Katodik dan Coating Jalur Pipa 20
PPP Manunggul s/d Test Spool Penajam Unit Bisnis Tanjung PT. Pertamina EP adalah 120 hari kerja
dimulai dari Kick Off Meeting tanggal 27 Juni 2012.
6 METODOLOGI
Gambar dibawah ini menunjukkan distribusi arus pada pipa, besarnya arus dapat
dipengaruhi oleh kondisi coating pipa, percabangan, dan lingkungan. Dari contoh
gambar tersebut dapat dilihat bahwa arus akan selalu kembali ke arah transmitter.
Page 16 of 41
Gbr. 6.1 Distribusi arus pada pipa tunggal
Page 17 of 41
Indikasi Cacat Coating
Indikasi lokasi cacat coating dapat dilakukan melalui pembacaan grafik arus (mA)
hasil pengukuran PCM, dimana cacat coating dicirikan dengan adanya penurunan
permanen besar arus (current drop) pada pipa tunggal yang dipastikan pada lokasi
tersebut tidak ada pencabangan, bonding dan crossing dengan pipa lain.
Pada setiap Test Point, perlu dilakukan pengukuran potensial pipa dan hasil
pengukuran tersebut dicatat untuk selanjutnya dibandingkan dengan kriteria proteksi
katodik berdasarkan NACE SP0169-2007.
Page 19 of 41
Gbr 6.5 Skema pelaksanaan survei CIPS
Perlu dipahami, ketika arus DC dari sistem proteksi katodik di aplikasikan pada
pipa yang terpendam di dalam tanah, maka akan terbentuk gradien tegangan
(voltage gradient). Dan sama halnya seperti ketika arus DC mengalir melalui suatu
resistor, akan ada tegangan yang tertahan yang disebut voltage drop, begitupun
halnya ketika suatu arus dialirkan ke sepanjang pipa yang terpendam di dalam
tanah. Dengan perkataan lain, ketika melakukan pembacaan potensial pipa yang
terpendam di dalam tanah, maka nilai pembacaan yang didapat adalah akumulasi
dari aktual potensial p/s, voltage drop di permukaan coating, dan voltage drop di
sepanjang pipa (umumnya di sebut IR Drop).
Page 20 of 41
Gbr. 6.6 Skema pengukuran potensial pipa
Oleh karena itu untuk mendapatkan nilai sebenarnya dari potensial p/s maka
nilai dari IR Drop dan gradien potensial di sepanjang coating perlu dihilangkan. Hal
ini bisa dilakukan dengan cara memutus sementara arus yang keluar dari T/R.
Kriteria proteksi yang digunakan mengacu pada NACE SP0169-07 adalah sebagai
berikut:
Page 21 of 41
A minimum of 100 mV of cathodic polarization between the structure surface
and a stable reference electrode contacting the electrolyte. The formation or
decay of polarization can be measured to satisfy this
(Sisa polarisasi minimum 100 mV)
Oleh karena itu untuk mendapatkan nilai sebenarnya dari potensial p/s maka nilai
dari IR Drop dan gradien potensial di sepanjang coating perlu dihilangkan. Hal ini
bisa dilakukan dengan cara memutus sementara arus yang keluar dari T/R.
Kriteria lain
Selain kriterian dari NACE SP0169-2007 yang telah umum digunakan untuk
mengevaluasi sistem proteksi katodik, terdapat beberapa criteria lain yang
digunakan khusus seperti :
ISO-15589-1 (onland)
o Polarized potensial sekurang-kurangnya -850 mV vs CSE
o Untuk tanah anaerob terindikasi SRB -950 mV vs CSE
o Tanah dengan soil reistivity tinggi
-750 mV vs CSE untuk nilai 100 s/d 1000 Ohm-m
-650 vs CSE untuk nilai >1000 Ohm-m
o Sisa polarisasi minimum 100 mV kecuali untuk area khusus seperti
area dengan SRB, interference, telluric current, temperature tinggi.
Saudi Aramco Engineering Standar (SAES-X-400)
o Pipelines : minimum -1200 mV vs CSE, maksimum -3000 mV vs CSE
saat sistem CP beroperasi
o Valve dan compressor piping : minimum -1000 mV vs CSE, maksimum
-3000 mV vs CSE saat sistem CP beroperasi
o Pipelines junction, pump stations, compressor stations : minimum
-1050 mV vs CSE, maksimum -3000 mV vs CSE saat sistem CP
beroperasi
Petroleum development of Oman (PDO-65-12) : -850 mV vs CSE instant off dan
hindari lebih negative dari -1200 mV vs CSE
Abu Dhabi National Oil company (ADNOC)
o Steel in soil -950 to -1150 mV instant off CSE/ -900 to -1100 instant off
SSC
o Steel in concrete -700 to -1100 mV instant off CSE/ -950 to -1050
instant off SSC
o Steel in water -850 to -1050 mV instant off CSE/ -800 to -1000 instant
off SSC
Page 22 of 41
6.1.3 Direct Current Voltage Gradient ( DCVG )
Tujuan Survei DCVG
Tujuan dari survei DCVG adalah untuk menentukan tingkat kerusakan coating
dengan cara menghitung besaran %IR.
Pada saat survei, surveyor akan berjalan sepanjang jalur pipa untuk menguji
gradien voltase pada interval jarak tertentu. Saat mendekati defect, jarum dari
milivolmeter akan memberikan respon dengan menunjukkan arah aliran arus yang
bergerak menuju ke arah defect. Dan saat defect tersebut terlewati, jarum
milivoltmeter akan berbalik arah dan intensitasnya akan berkurang seiring semakin
jauh jarak surveyor dari lokasi defect. Dengan berjalan kembali ke lokasi defect sampai
surveyor berada pada lokasi dimana jarum milivolmeter tidak bergerak ke arah kiri
ataupun kanan (null, 0), maka surveyor akan berada pada center dari coating defect.
Langkah selanjutnya adalah mengulangi cara kerja tersebut ke arah kanan atau pun
kiri dari titik null. Pertemuan dari kedua titik null itu adalah center point dari coating
defect.
Page 23 of 41
OL/RE diperoleh dari pengambilan data dilokasi defect, yaitu sinyal amplitudo lokasi
defect terhadap Remote Earth.
P/RE (pipe to remote earth) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana:
S1 = Signal strength pada test poin 1(mV)
S2 = Signal strength pada test poin 2 (mV)
d1 = Jarak pada test poin 1 (titik awal = 0)
d2 = Jarak pada test poin 2
dx = Jarak lokasi coating fault dari test poin 1
Page 24 of 41
Gambar 6.7 Perhitungan %IR
Tabel 6.1 Klasifikasi kerusakan coating pada DCVG berdasarkan NACE RP0502-2002
N Corresponding IR
Defect Size Recommendation
o (gradient) Reading
Repair is no required
1 1-15 % IR Small
Properly maintain CP
2 16-35 % IR Medium Recommended for repair
3 36-60 % IR Large Worthed for repair
4 61-100 % IR Very Large Immediate repair
N
ACVG Reading (dB) Defect Size
o
1 <50 Very Small Indication
2 50-65 Small Indication
Page 25 of 41
3 66-80 Medium Indication
4 80-100 Large Indication
6.4 Personnel
Personel yang terlibat dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
Page 27 of 41
7 HASIL PEMERIKSAAN DAN ANALISA
TEST
SPOOL
PENAJA
M
PPP
MANU
NGGUL
Gambar 7.1 Peta Jalur Pipa 20 PPP Manunggul Test Spool Penajam
Berdasarkan hasil pemeriksaan PCM diketahui bahwa kedalaman pipa rata-rata adalah
100-150 cm kecuali di beberapa titik seperti di KM 34 yang mempunyai kedalaman kurang
dari 50 cm sepanjang 50 meter dan di sekitar KM 57 yang mempunyai kedalaman lebih dari
300 cm sepanjang 100 meter. Dari pemeriksaan PCM ditemukan current drop di 49 lokasi
yang ditunjukkan oleh tabel 7. 1.
Koordinat C.Drop
No KM Pipa Lokasi Indikasi
S E %
Page 29 of 41
Koordinat C.Drop
No KM Pipa Lokasi Indikasi
S E %
Penurunan arus (current drop) yang signifikan dapat terjadi oleh beberapa faktor antara lain:
percabangan, kerusakan lapis lindung (coating defect), sacrificial anode, dan kontak dengan
fasilitas lain (metal contact).
Page 30 of 41
Dari seluruh jalur yang disurvey dengan PCM, terdapat 49 titik current drop yang
diindikasikan 30 titik coating defect, 17 titik sacrificial anode, dan 2 titik metal contact.
Jalur pipa 20 PPP Manunggul Test Spool Penajam diproteksi oleh system proteksi
katodik dengan metode Impressed Current (ICCP) dan di beberapa titik terdapat system
Sacrificial Anode (SACP). Sistem proteksi katodik Impressed Current (ICCP) terdiri dari 12
Transformer Rectifier yang tersebar sepanjang jalur pipa.
Page 31 of 41
Gbr 7.5 Kondisi Junction Box di TR Namun
Kondisi Anode
Nama Jumlah Rusak
No Operasi (Aktual) Keterangan
TR/Lokasi Anode
Tegangan Arus (i = 0A)
(V) (A)
- Deep Well Ground Bed
- Tidak ada dokumen
1 MANUNGGUL 64.6 39.1 16 -
Engineering sistem Proteksi
katodik
- Junction box tidak terawatt
- Shallow Ground Bed
2 CAMPOR REJO 15.27 13.5 14 - - Tidak ada dokumen
Engineering sistem Proteksi
katodik
- Junction box tidak terawat
(Sarang lebah)
- Shallow Ground Bed
3 NAMUN 70.6 24.9 16 2
- Tidak ada dokumen
Engineering sistem Proteksi
katodik
- Junction box tidak terawat
- Shallow Ground Bed
4 LANO 63 55.6 24 1 - Tidak ada dokumen
Engineering sistem Proteksi
katodik
- Lampu indicator AC mati
5 BATU BUTOK 53.2 23.7 12 2
- Shallow Ground Bed
- Deep Well Ground Bed
- Tidak ada dokumen
6 SETIU 42.4 28.5 20 3
Engineering sistem Proteksi
katodik
7 SAPING- 16.96 38.9 20 12 - Shallow Ground Bed
Page 32 of 41
Kondisi Anode
Nama Jumlah Rusak
No Operasi (Aktual) Keterangan
TR/Lokasi Anode
Tegangan Arus (i = 0A)
(V) (A)
- Tidak ada dokumen
RANGAN Engineering sistem Proteksi
katodik
- Shallow Ground Bed
- Tidak ada dokumen
8 LONG IKIS 1 43.1 61.6 24 3
Engineering sistem Proteksi
katodik
- Shallow Ground Bed
- Tidak ada dokumen
9 LONG IKIS 2 33.7 21.3 22 -
Engineering sistem Proteksi
katodik
30.6 40 24 3 - Junction box tidak terawat
- Shallow Ground Bed
10 BABULU - Tidak ada dokumen
Engineering sistem Proteksi
katodik
3.86 16.9 20 2 - Lampu indicator AC mati.
- Shallow Ground Bed
11 WARU - Tidak ada dokumen
Engineering sistem Proteksi
katodik
- Alat meter ( Voltmeter dan
Ampmeter tidak normal)
12 PENAJAM 2.962 16.1 10 1
- Oli keruh
- Shallow Ground Bed
Dari hasil pemeriksaan seluruh sistem proteksi katodik, diketahui bahwa sistem
proteksi katodik masih berfungsi. Dan ditemukan hal hal penting yaitu :
Page 33 of 41
Rectifier ON dan OFF. Hasil pengukuran tersebut dan hasil pengukuran lapangan
sebelumnya ditampilkan ke dalam grafik dan dibandingkan dengan kriteria. Gambar 7.7
menunjukkan grafik tersebut.
Gbr 7.7 Hasil Pengukuran potensial pipa pada tiap test point
Page 34 of 41
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa tidak semua test point memenuhi
kriteria proteksi (potensial polarisasi sekurang-kurangnya -850 mV vs CSE/lebih negative
atau sisa polarisasi minimum 100 mV ) seperti pada area sekitar KM 70. Selain itu juga
ditemukan area yang tidak terdapat perbedaan potensial On-Off hal ini menunjukkan
arus proteksi dari sistem ICCP tidak menjangkau area tersebut.
Data yang dihasilkan dari survey CIPS adalah potensial proteksi pipa terhadap elektroda
Cu/CuSO4 (mV) pada kondisi On dan Off, yang ditampilkan secara grafik oleh software. Grafik
pembacaan lengkap dapat dilihat pada Lampiran B.
Page 35 of 41
Gbr. 7.9 Survey CIPS di river crossing Gunung Rambutan
Dari hasil pemeriksaan ditemukan terdapat area yang tidak mendapat arus proteksi dari
sistem proteksi katodik ICCP yang diketahui karena tidak ada perbedaan potensial ON dan OFF
yang ditunjukkan oleh tabel 7.3
1. 30,000-31,000 TR Camporrejo-TRNamun
9. 174,000-175,000 TR Babulu
Page 36 of 41
Dari pembacaan grafik potensial pipa terhadap jarak sepanjang jalur pipa dapat diketahui
adanya bagian/ lokasi yang tidak memenuhi kriteria proteksi (potensial polarisasi sekurang-
kurangnya -850 mV vs CSE/lebih negative atau sisa polarisasi minimum 100 mV) yaitu :
a. Pipa di area dengan kontur ketinggian melebihi dari ketinggian sistem ICCP yaitu di area
KM 70-73, KM 93-97, dan KM 116-120.
Pipa yang berada pada ketinggian yang lebih tinggi dari sistem ICCP akan
menyebabkan pipa tersebut tidak mendapatkan arus proteksi yang cukup. Pada area
dengan kontur yang lebih tinggi akan lebih tidak konduktif dibandingkan dengan area
yang lebih rendah. Sehingga arus proteksi tidak akan menjangkau pipa pada lokasi
tersebut.
b. Pipa di area yang pararel dengan pipa lain/struktur lain yaitu di area KM 216-231
Pada pipa yang pararel dengan pipa/struktur lain akan menyebabkan kemungkinan
terjadinya interference sehingga pada lokasi ini perlu ada perhatian khusus. Pada lokasi di
KM 216-231 pipa 20 Milik UBEP Tanjung pararel dengan 2 pipa milik PT. PERTAMINA UP
Balikpapan, Pipa milik PERUSDA, dan Pipa milik Chevron. Pipa-pipa yang pararel tersebut
memiliki sistem proteksi katodik tersendiri. Sedangkan pipa milik UBEP Tanjung di lokasi
KM 216-231 diproteksi oleh TR Penajam. Dari hasil pemeriksaan CIPS diketahui bahwa
arus proteksi belum memproteksi seluruh bagian pipa pada area tersebut.
c. Pipa yang melintasi sungai (river crossing) atau melintasi jalan (road crossing).
Pipa yang melintasi sungai atau jalan akan membutuhkan arus proteksi yang lebih
besar dibandingan dengan pipa yang terkubur di tanah. Hal ini disebabkan kondisi
lingkungan pipa tersebut berbeda dengan area yang normal. Untuk itu perlu tambahan
arus proteksi pada area ini yang bisa disupply dengan sistem Anoda Korban karena
keperluan hanya titik-titik tertentu. Selain itu hal lain yang perlu diperhatikan adalah pipa
yang melintasi sungai mempunyai risiko lebih tinggi karena adanya pasang surut yang
akan menyebabkan terjadinya splash zone yaitu area yang bergantian terkena air dan
tidak. Hal ini menyebabkan area tersebut lebih korosif dibandingkan area lain.
7.5 DCVG (Direct Current Voltage Gradient) dan ACVG (Alternate Current Voltage Gradient)
Survey DCVG/ACVG dilakukan sepanjang pipeline untuk mengetahui lokasi coating defect.
Lampiran C menunjukkan hasil pemeriksaan DCVG/ACVG. Hasil pengukuran DCVG dapat
dilihat di tabel 7.3 sedangkan ACVG di tabel 7.4.
Page 37 of 41
Gbr 7.10 Pemasangan Current Interupter di TR Long Ikis
Page 38 of 41
Koordinat
No OL/RE PL/RE
KM Pipa Lokasi Latitude longitude %IR Klasifikasi
. (mV) (mV)
(S) (E)
1 TP3+1 Manunggul 2.09123 115.47557 220 550,00 40 Large
Page 39 of 41
Tabel 7.3 Data Hasil Pelaksanaan Survey ACVG
ACVG
Koordinat
Reading
No. KM Pipa Lokasi Klasifikasi
Latitude Longitude
(dB)
(S) (E)
1 215-900 Giri Mukti 1,35804 116,66173 53 Small Indication
2 222-200 G. Hantu 1,30875 116,72227 60 Small Indication
3 200-200 Limau Kembang 1,43835 116,56119 50 Small Indication
4 201-160 Api-Api Kecil 1,43709 116,56375 54 Small Indication
5 192-100 Labangka 1,47249 116,50284 73 Medium Indication
6 193-550 Labangka 1,46932 116,5055 58 Small Indication
7 165-750 Putang 1,54491 116,26994 44 Very Small Indication
8 70+300 Tulus 1,66601 115,76804 36 Very Small Indication
9 70+200 Tulus 1,66565 115,76737 42 Very Small Indication
10 70-100 Tulus 1,66539 115,7656 41 Very Small Indication
Page 40 of 41
Gbr 7.14 Hasil Pengukuran ACVG
Dari hasil pemeriksaan DCVG dan ACVG diatas, diketahui terdapat banyak coating defect
yang tersebar di sepanjang jalur pipa dengan besar bervariasi dari kecil sampai besar . Dari
pemeriksaan DCVG ditemukan 25 titik coating defect dengan tingkat kerusakan 5 titik large,
16 titik medium, dan 4 titik small. Sedangkan dari pemeriksaan ACVG ditemukan 10 titik
coating defect dengan tingkat kerusakan 1 titik medium indication, 5 titik small indication, dan
4 titik very small indication.
Page 41 of 41
Gbr 7.15 Papan Jalan Masuk Pipa di KM 05 (G.Tanah)
Gbr 7.17 Papan Peringatan Bahaya dan Larangan Melakukan Kegiatan di sekitar ROW (Penajam)
Page 42 of 41
7.6.2 Area yang Terindikasi Subur Bakteri
Pada saat survey lapangan dilakukan pengamatan area-area yang diindikasikan subur
bakteri dengan ciri-ciri berupa rawa, tanah berwarna hitam, genangan air. Tabel 7.4
menunjukkan hasil pengamatan tersebut.
Gbr 7.18 Pipa terekspos dengan indikasi area subur bakteri di KM 200 (Api-Api Kecil)
Gbr 7.19 Pipa dengan indikasi area subur bakteri di KM 223 (Nipah-Nipah)
Page 43 of 41
7.6.3 Pipe Ekspos
Berdasarkan hasil pengamatan selama survey ditemukan pipa ekspos sejumlah 25
titik lokasi. Detail hasil pengamatan dapat dilihat pada Lampiran D.
Page 44 of 41
8 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan analisa dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Kerusakan dua puluh sembilan (29) anode tersebar di sembilan (9) lokasi sistem
ICCP.
Terdapat tiga (3) junction box di tiga (3) lokasi sistem ICCP yaitu di Camporrejo,
Namun, dan Babulu yang tidak terawat dimana terdapat sarang lebah, sarang
semut, dll Perlunya penggantian/perbaikan alat meter di TR Penajam serta lampu
indicator di TR Batubutok dan TR Waru .
Page 45 of 41
Tidak ditemukan dokumen detail engineering untuk sepuluh (10) lokasi sistem ICCP
(Manunggul, Camporrejo, Namun, Lano, Setiu, Saping-Rangan, Long Ikis 1, Long Ikis
2, Babulu dan Waru).
Oli di TR Penajam berwarna keruh.
a. Marka pipa sudah terpasang sepanjang pipa dan perlu perawatan rutin.
b. Sebagian area daripada jalur pipa terindikasi subur bakteri yaitu pada lokasi KM 40-
41, 74-75, 76-77, 129-130, 134-135, 199-200, 221-223.
c. Ditemukan pipe ekspos sebanyak 20 titik di sepanjang jalur pipa sesuai dengan
Lampiran D.
8.2 Rekomendasi
7. Pengujian sulphate reducing bacteria (SRB) counting test untuk area yang terindikasi
subur bakteri.
Page 46 of 41
9 DAFTAR PUSTAKA
NACE SP 02072007 : Performing Close Interval Potensial Surveys and DC Surface Gradient
Surveys on Buried or Submerge Metallic Pipelines.
BS 7361 1991 : Cathodic Protection: Code of Practice for Land and Marine Application
ISO 15589 1 : Petroleum and Natural Gas Industries Cathodic Protection of Pipeline
Transportation System Part 1, On Land Pipelines
DCVG Manual : Method Statement for The Inspection of The Coating Quality and Level
of Protection on Buried Pipelines Using The Analog DCVG Technique
Combine with Close Interval Potensial Survey Operated at The DCVG
Pulse Frequency.
SPM Migas