Anda di halaman 1dari 57

SEMINAR TUGAS AKHIR

HARLY D. SIRAIT
4313100109

DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Judul :
Analisa Laju Korosi Erosi pada Baja ASTM A36
akibat Pengaruh Kecepatan Putaran, pH, dan Salinitas
dengan Metode Kehilangan Berat

Dosen Pembimbing :
Herman Pratikno, S.T., M.T., Ph.D
Dr. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc
Outline

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Pendahuluan Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Batasan Masalah
Outline

Diagram Alir Penelitian

Metodologi
Prosedur Penelitian
Penelitian

Rancangan Jadwal Penelitian


Outline

Preparasi Sampel Uji

Analisa Data
dan Preparasi Alat
Pembahasan

Preparasi Larutan Eletrolit


Pendahuluan Latar Belakang

Kebutuhan akan sistem perpipaan


cenderung semakin meningkat
sebagai media transportasi fluida.
Pendahuluan Latar Belakang

Korosi merupakan penyebab terbesar


kegagalan pada sistem perpipaan.
Pendahuluan Latar Belakang

Korosi erosi adalah salah satu jenis


korosi yang terjadi pada sistem
perpipaan.
Pendahuluan Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh pH terhadap laju korosi


pada baja ASTM A36 ?

2. Bagaimana pengaruh salinitas terhadap laju


korosi pada baja ASTM A36 ?

3. Bagaimana pengaruh kecepatan putaran


terhadap laju korosi pada baja ASTM A36 ?
Pendahuluan Tujuan Penelitian

1. Menganalisa pengaruh pemberian variasi pH


terhadap laju korosi pada baja ASTM A36.

2. Menganalisa pengaruh pemberian variasi


salinitas terhadap laju korosi pada baja
ASTM A36.

3. Menganalisa pengaruh pemberian kecepatan


putaran terhadap laju korosi pada baja ASTM
A36.
Pendahuluan Manfaat Penelitian

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat


menjadi sumber informasi yang dapat
melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya
tentang laju korosi.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi


referensi bagi mahasiswa yang ingin
melanjutkan penelitian tentang korosi erosi.
Pendahuluan Batasan Masalah

1. Material yang digunakan dalam penelitian ini


adalah baja ASTM A36.

2. Kondisi permukaan dari tiap sampel bebas


dari cacat.

3. Percobaan dilakukan dalam tekanan dan suhu


kamar atau disebut RTP (Room Temperature
and Pressure).
Metodologi
Diagram Alir Penelitian
Penelitian
Mulai

Studi Literatur

Pembuatan Sampel Uji Pembuatan Media Korosi Persiapan Alat

Pembuatan Larutan NaCl dengan konsentrasi


3,3% dan 3,7%

Pembuatan Larutan dengan pH 5,


pH 7 dan pH 9

Melakukan Pengujian dengan pemberian


Kecepatan Putaran

Analisa Data dan Pembahasan

Kesimpulan

Selesai
Metodologi
Prosedur Penelitian
Penelitian

Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan mencari, mempelajari


dan memahami buku, jurnal, dan paper yang berkaitan
dengan penelitian yang akan dilakukan.

Mempersiapkan Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan :
1. Material/Sampel Uji (ASTM A36)
2. Aquades
3. Garam NaCl
4. Larutan HCl
5. Larutan NaOH
Metodologi
Prosedur Penelitian
Penelitian

Mempersiapkan Bahan dan Alat


Alat-alat yang digunakan :
10. Teflon
1. Dinamo
11. Lem
2. Kabel
12. Wadah plastik/kaca
3. Timbangan digital
(toples)
4. pH meter
13. Pipet
5. Kertas Amplas
14. Solder
6. Gelas ukur
15. Sikat
7. Alat pemotong sampel
16. Timer
8. Mesin bubut
17. Kamera
9. Penggaris/jangka
sorong
Metodologi
Prosedur Penelitian
Penelitian

Pembuatan Sampel Uji


Metodologi
Prosedur Penelitian
Penelitian

Pembuatan Media Korosi

Proses pembuatan media korosi :


1. Persiapan aquades (1000 mL)
2. Tambahkan garam NaCl sebanyak 33 gr untuk
mendapatkan larutan dengan salinitas 3,3%.
Begitu juga untuk pembuatan larutan dengan
salinitas 3,7%, ditambahkan garam sebanyak 37 gr
kedalam 1000 mL aquades.
3. Tambahkan larutan HCl kedalam larutan dengan
pH meter terpasang hingga di peroleh larutan
dengan pH 5.
4. Tambahkan NaOH kedalam larutan dengan pH
meter terpasang untuk memeroleh larutan dengan
pH 9
Metodologi
Prosedur Penelitian
Penelitian
Perakitan

Proses perakitan alat :


1. Semua larutan dibagi kedalam wadah (toples)
yang telah disediakan
2. Tutup toples digunakan untuk tempat meletakkan
dinamo.
3. Tutup toples diberi lubang untuk poros dinamo
yang akan disambungkan dengan sampel uji
Metodologi
Prosedur Penelitian
Penelitian
Perakitan

Sumber Arus Listrik

Dinamo

Larutan

Poros Dinamo

Sampel uji
Metodologi
Prosedur Penelitian
Penelitian

Melakukan Eksperimen

Setelah semua perangkat yang dibutuhkan selesai di


rakit, maka eksperimen siap untuk dilakukan.
Eksperimen dilakukan selama 120 jam (5 hari)
nonstop.
Setelah 5 hari berlalu maka sampel uji dikeluarkan
dan dibersihkan lalu diukur berat setelah melewati
tahap eksperimen.
Metodologi
Prosedur Penelitian
Penelitian

Analisa Data dan Kesimpulan

Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, maka


analisa data dapat dilakukan. Dari data yang diperoleh
dapat diketahui bagaimana pengaruh salinitas, pH dan
kecepatan putaran terhadap laju korosi yang terjadi
pada baja ASTM A36.
Metodologi
Rancangan Jadwal Penelitian
Penelitian
Analisa Data dan
Preparasi Sampel Uji
Pembahasan

Pada penelitian ini bahan yang digunakan menjadi sampel


uji adalah plat baja ASTM A36 dengan ketebalan 16 mm.
Dalam mempersiapkan sampel uji, plat baja ASTM A36
dipotong menjadi batangan baja dengan panjang 15 cm dan
lebar 15 mm. Setelah itu batangan baja dibubut menjadi bentuk
silinder dengan diameter 10 mm. Setelah dibubut baja
berbentuk silider dipotong kecil dengan panjang 10 mm.
Kemudian sampel uji yang sudah dipotong dilubangi dengan
bor berukuran 3 mm. Setelah selesai dibor permukaan sampel
uji diamplas sehingga permukaan sampel uji halus dan bebas
dari cacat. Setelah diamplas sampel uji di timbang beratnya
agar diperoleh berat awal sebelum dilakukan uji korosi.
Analisa Data dan
Preparasi Sampel Uji
Pembahasan

Proses Pemotongan Plat Baja ASTM A36


Analisa Data dan
Preparasi Sampel Uji
Pembahasan

Sampel Uji Sesudah Dibubut, Dipotong, dan Dibor


Analisa Data dan
Preparasi Sampel Uji
Pembahasan

Proses Pengamplasan Sampel Uji


Analisa Data dan
Preparasi Alat
Pembahasan

Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah


Rotating Cylinder Electrode (RCE) yang dibuat dari
dinamo sebagai alat pemutar sampel uji yang di
hubungkan dengan sumber arus dari PLN. Adapun
komponen-komponen dari alat RCE yang digunakan
untuk mengubah arus AC dari PLN menjadi arus DC
dan mengatur arus yang akan digunakan oleh
dinamo.
Analisa Data dan
Preparasi Alat
Pembahasan

Dioda Voltage Regulator

Resistor
Transformator

Kapasitor
Kapasitor LED Potentiometer

Rancangan Alat dengan menggunakan Softwere Eagle


Analisa Data dan
Preparasi Alat
Pembahasan

Kapasitor

Potentiometer

Dioda

LED

Resistor
Dioda

Transformator Voltage Regulator

Realisasi Alat Pengubah dan Pengatur Tegangan pada Dinamo


Analisa Data dan
Preparasi Alat
Pembahasan
Adapun prinsip kerja dari alat pengubah dan pengatur tegangan diatas
adalah sebagai berikut :
1. Tegangan 220 V AC dari PLN diturunkan tegangannya menggunakan
transformator step-down jenis CT (center-tap) menjadi 18 V AC.
2. Tegangan 18 V AC disearahkan tegangannya menggunakan dua dioda agar
menjadi tegangan 18 V DC.
3. Ditambahkan kapasitor untuk menghilangkan ripple dari penyearahan dioda.
4. Untuk mengatur tegangan output ditambahkan resistor R1 sebesar 220 ohm
dan resistor R3 sebesar 680 ohm agar tegangan output minimumnya sebesar
5 V sesuai rumus Vout = 1,25V x (1+(R3/R1)).
5. Untuk menghilangkan ripple pada output ditambahkan kapasitor.
6. Untuk mengatur tegangan outputnya ditambahkan potentiometer yang di
serikan dengan resistor.
7. Tegangan output yang dihasilkan dari alat ini kemudian dihubungkan
dengan masing-masing potentiometer yang akan mengatur kecepatan
putaran dari tiap dinamo.
Analisa Data dan
Preparasi Alat
Pembahasan

Alat RCE dan Wadah Pelaksanaan Eksperimen


Analisa Data dan
Preparasi Alat
Pembahasan

Alat RCE dan Sampel Uji


Analisa Data dan
Preparasi Larutan Eletrolit
Pembahasan
Dalam pembuatan larutan eletrolit dalam percobaan ini
menggunakan bahan-bahan berikut :

1. Aquades
Untuk pembuatan larutan eletrolit aquades berfungsi
sebagai pelarut, dalam percobaan ini aquades akan digunakan
untuk melarutkan NaCl, HCl dan NaOH
Analisa Data dan
Preparasi Larutan Eletrolit
Pembahasan
2. Garam NaCl
Garam NaCl adalah bahan kimia ini digunakan untuk
membuat larutan garam. Larutan garam yang digunakan dalam
percobaan ini adalah larutan dengan salinitas 3,3% dan 3,7%
Analisa Data dan
Preparasi Larutan Eletrolit
Pembahasan
3. Larutan HCl
HCl adalah bahan kimia yang digunakan untuk membuat
larutan dengan pH asam. Pada penelitian ini HCl digunakan
untuk membuat larutan dengan pH 5.
Analisa Data dan
Preparasi Larutan Eletrolit
Pembahasan
3. Larutan NaOH
NaOH adalah bahan kimia yang digunakan untuk
membuat larutan dengan pH basa. Pada penelitian ini NaOH
digunakan untuk membuat larutan dengan pH 9.
Analisa Data dan
Preparasi Larutan Eletrolit
Pembahasan
Pada penelitian ini larutan eletrolit yang
digunakan adalah larutan dengan salinitas 3,3%
dan 3,7%. Dalam membuat larutan dengan
salinitas 3,3% dilarutkan garam NaCl seberat 33
gram kedalam 1000 mL aquades. Begitu juga
dengan pembuatan larutan dengan salinitas 3,7%
dilarutkan garam NaCl seberat 37 gram kedalam
1000 mL aquades. Setelah larutan eletrolit dengan
salinitas 3,3% dan 3,7% diperoleh selanjutnya
larutan tersebut ditambahkan HCl dan NaOH
untuk memperoleh larutan dengan pH 5, pH 7 dan
pH 9.
Terima Kasih
Outline

Korosi dan Mekanisme Korosi

Jenis-jenis Korosi

Tinjauan
Faktor-faktor Penyebab Korosi
Pustaka

Laju Korosi

Penelitian Sebelumnya
Tinjauan
Korosi dan Mekanisme Korosi
Pustaka

Korosi didefinisikan sebagai degredasi dari


material yang diakibatkan oleh reaksi kimia dengan
material lain dan lingkungannya (Jones, 1996). Korosi
dapat terjadi di darat dan juga di air. Reaksi korosi yang
terjadi pada baja di lingkungan air adalah:

Fe Fe2++ 2e-
O2 + 2H2O + 4e- 4OH-
2Fe + 2H2O + O2 2Fe(OH)2
Tinjauan
Pustaka Jenis-jenis Korosi

Korosi Merata (Uniform Corrosion)

Korosi merata adalah korosi yang


terjadi secara serentak di seluruh
permukaan logam, oleh karena itu pada
logam yang mengalami korosi merata
akan terjadi pengurangan dimensi yang
relatif besar per satuan waktu.
Tinjauan
Pustaka Jenis-jenis Korosi

Korosi Galvanik (Galvanic Corrosion)

Korosi galvanik terjadi apabila dua


logam yang bereda dihubungkan dan
berada di lingkungan korosif. Salah satu
dari logam tersebut akan mengalami
korosi, sementara logam lainnya akan
terlindungi dari serangan korosi.
Tinjauan
Pustaka Jenis-jenis Korosi

Korosi Celah (Crevice Corrosion)

Korosi celah adalah korosi lokal yang


terjadi pada celah diantara dua
komponen. Pada saat oksigen (O2)
didalam celah habis, sedangkan diluar
celah masih banyak. Akibatnya
permukaan logam yang berhubungan
dengan bagian luar menjadi katoda dan
permukaan logam didalam menjadi
anoda sehingga terbentuk celah yang
terkorosi.
Tinjauan
Pustaka Jenis-jenis Korosi

Korosi Sumuran (Pitting Corrosion)

Korosi sumuran adalah korosi lokal


yang terjadi pada permukaan yang
terbuka akibat pecahnya lapisan pasif
sehingga terjadi korosi pada permukaan
terbuka tersebut. Korosi sumuran ini
sangat berbahaya karena lokasi
terjadinya sangat kecil tetapi sangat
dalam, sehingga dapat menyebabkan
peralatan (struktur) patah mendadak.
Tinjauan
Pustaka Jenis-jenis Korosi

Korosi Batas Butir (Intergranular Corrosion)

Korosi batas butir adalah korosi yang


terjadi pada paduan logam akibat
adanya reaksi antar unsur-unsur logam
di batas butirnya seperti yang terjadi
pada baja tahan karat austenitic apabila
diberikan perlakuan panas.
Tinjauan
Pustaka Jenis-jenis Korosi

Korosi Erosi (Erosion Corrosion)

Korosi erosi adalah korosi yang terjadi


akibat adanya gerakan relatif antara
fluida dengan logam di lingkungan
yang korosif. Pada umumnya gerakan
yang terjadi relatif cepat sehingga dapat
menyebabkan keausan atau terkikisnya
permukaan logam sehingga
menghilangkan lapisan pasif yang
melindungi logam.
Tinjauan
Pustaka Faktor-faktor Penyebab Korosi

Salinitas

Salinitas adalah kadar ion dalam air (Boyd, 1982).


Salinitas dapat diartikan sebagai banyaknya
kandungan garam dalam air. Satuan salinitas bisa
dinyatakan dalam gram garam dalam satu kilogram air
atau bisa juga dalam satuan bagian perseribu (parts
per thousand (ppt)).
Tinjauan
Pustaka Faktor-faktor Penyebab Korosi

pH

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk


menyatakan tingkat keasaman atau tingkat kebasaaan
yang di miliki oleh suatu larutan. pH yang netral
adalah 7, sedangakan pH <7 bersifat asam dan pH >7
bersifat basa. pH semakin kecil di bawah 7 akan
semakin korosif dan semakin besar di atas 7 juga akan
semakin korosif.
Tinjauan
Faktor-faktor Penyebab Korosi
Pustaka
Laju Aliran

Laju aliran juga adalah salah satu faktor yang mempengaruhi


laju korosi. Laju aliran dapat diartikan sebagai kecepatan aliran
persatuan waktu. Laju aliran akan berpengaruh terhadap
pembentukan lapisan pelindung dan laju korosi.
Profil laju aliran dalam pipa dikategorikan menjadi aliran laminar
atau turbulen dapat diketahui dari reynold number (Re) dari fluida
tersebut dengan persamaan :

Keterangan :
. .
= RE = Bilangan Reynold
U = Kecepatan fluida (m/s)
D = Diameter (m)
= Massa jenis fluida (kg/m3)
= Viskositas absolut (Ns/m2)
Tinjauan Faktor-faktor Penyebab Korosi
Pustaka
Laju Aliran

Dari persamaan diatas dapat diketahui nilai Re untuk jenis aliran


fluida sebagai berikut :

Aliran laminar nilai Re < 2300

Aliran transisi nilai Re pada rentan 2300-4000

Aliran turbulen nilai Re > 4000


Faktor-faktor Penyebab Korosi

Laju Aliran

Rotating Cylinder Electrode (RCE) merupakan alat yang dapat


memutar sampel logam yang tercelup ke dalam fluida dengan
kecepatan putar yang disesuaikan dengan keadaan kecepatan
aliran fluida di dalam pipa (Pine Research Instrumentation,
2006).
Tinjauan
Faktor-faktor Penyebab Korosi
Pustaka
Laju Aliran

Penelitian ini menggunakan sistem kerja RCE ini dengan


membuat alat pemutar material dengan dinamo. Kecepatan putar
dari elektroda atau sampe uji dapat diatur sesuai dengan
kecepatan aliran fluida di dalam pipa menggunakan persamaan
(Pine Research Instrumentation, 2006) :

Keterangan :
U = . r = . D . F / 60 U = Kecepatan fluida (cm/s)
= Kecepatan puratan ( rad/s)
r = Jari-jari (cm)
D = Diamter (cm)
F = Kecepatan putaran (RPM)
Tinjauan
Laju Korosi
Pustaka
Laju korosi diartikan sebagai banyaknya logam yang
dilepaskan dalam satuan waktu. Dari perhitungan laju korosi
dapat dihitung berapa estimasi umur dari suatu material. Laju
korosi biasanya dinyatakan dalam satuam mils per year (mpy). 1
mils setara dengan 1/1000 inchi. Semakin tinggi nilai laju
korosinya maka korosi yang terjadi pada material semakin cepat
(Jones, 1996). Berikut ini penggolongan laju korosi dari berbagai
satuan :
Laju Korosi
Ketahanan
Korosi Relatif mpy mm/yr m/yr nm/hr pm/s

Sangat baik <1 < 0,02 < 25 <2 <1


Baik 15 0,02 0,1 25 - 100 2 10 1 -5
Cukup 5 -20 0,1 0,5 100 - 500 10 50 20 - 50
Kurang 20 50 0,5 1 500 - 1000 50 150 20 50

Buruk 50 200 1 -5 1000 - 5000 150 500 50 200


Tinjauan
Laju Korosi
Pustaka
Untuk menentukan laju korosi suatu material dapat
ditentukan dengan beberapa cara salah satunya adalah dengan
metode kehilangan berat (weight loss). Metode kehilangan berat
adalah merode yang digunakan untuk mengetahui laju korosi
suatu logam dengan menghitung selisih berat yang terjadi pada
logam sebelum dan sesudah pengujian. Untuk mengetahui laju
korosi dengan metode kehilangan berat digunakan rumus sebagai
berikut :

. Keterangan :
= CR = Laju korosi (mpy)
. .
K = Konstanta laju korosi
W = Berat yang hilang (gram)
D = Berat jenis logam (gram/cm3)
A = Luas permukaan kontak (cm2)
T = Waktu kontak (jam)
Tinjauan
Laju Korosi
Pustaka
Satuan Laju Korosi Konstanta (K)

mils per year (mpy) 3.45 x 106


Inches per year (ipy) 3.45 x 103
Inches per mounth (ipm) 2.87 x 104
Millimeters per year (mm/y) 8.76 x 107
Micrometers per year (m/y) 8.76 x 104
Picometers per second (pm/s) 2.78 x 106
Gram per square meter per hour (g/m2.h) 1.00 x 104 x DA

Miligrams per square decimeter per day (mdd) 2.40 x 106 x DA

Micrograms per square meter per second 2.78 x 106 x DA


(g/m2.s)
Penelitian Sebelumnya

1. Penelitian yang dilakukan oleh Bayuseno A.P., Erizal Dwi


Handoko, mahasisawa dari Universitas Diponegoro yang
berjudul Analisa Korosi Erosi Pada Baja Karbon Rendah
dan Baja Karbon Sedang Akibat Aliran Air Laut. Penelitian
ini menguji korosi erosi yang terjadi pada baja karbon rendah
dan baja karbon sedang akibat aliran air laut. Dari penelitian
ini diperoleh hasil bahwa baja karbon sedang memiliki
ketahanan terhadap korosi yang dilakibatkan oleh aliran air
laut daripada baja karbon rendah.
2. Scheers (1992) dalam jurnal berjudul The effects of flow
velocity and pH on the corrosion rate of mild steel in a
synthetic minewater. telah melakukan penelitian pada fluida
hasil penambangan dengan menggunakan RCE. Dan dari
hasil penelitian diperoleh bahwa laju aliran dalam pengujian
dengan menggunakan RCE sama/cocok dengan laju aliran
yang terjadi pada pipa. Dan disebutkan bahwa RCE sangat
cocok digunakan untuk simulasi kecepatan aliran dalam pipa.

Anda mungkin juga menyukai