MAKALAH
Mata Kuliah : Proses Produksi
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Ilmu teknik Pengecoran Logam adalah salah satu teknik produksi dimana di indonesia masih
memerlukan banyak usaha dalam pembinanya yang lebih terarah, sehingga kualitas produk,
kemampuan produksi dan biaya produksi dalam proses memproduksi benda-benda coran akan dapat
menyaingi benda-benda coran buatan luar negeri.
Dalam hal ini Perlu pembinaan dilakukan, oleh karena itu ahli ilmu pengecoran harus mampu
mengembangkan industri pengecoran di Indonesia yang mana salah satu caranya adalah dengan
memberikan dasar ilmu pengetahuan yang baik kepada Perguruan Tinggi yang mengambil program
studi teknik produksi.
Proses pengecoran pada dasarnya ialah penuangan logam cair kedalam cetakan
yang telah terlebih dahulu dibuat pola, hingga logam cair tersebut membeku dan
kemudian dipindahkan dari cetakan.
Jenis-jenis pengecoran yang ada yaitu:
1. Sand Casting, Yaitu jenis pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir.
Jenis pengecoran ini paling banyak dipakai karena ongkos produksinya
murah dan dapat membuat benda coran yang berkapasitas berton–ton.
2. Centrifugal Casting, Yaitu jenis pengecoran dimana cetakan diputar
bersamaan dengan penuangan logam cair kedalam cetakan. Yang bertujuan
agar logam cair tersebut terdorong oleh gaya sentrifugal akibat berputarnya
cetakan. Contoh benda coran yang biasanya menggunakan jenis pengecoran
ini ialah pelek dan benda coran lain yang berbentuk bulat atau silinder.
3. Die Casting, Yaitu jenis pengecoran yang cetakannya terbuat dari logam.
Sehingga cetakannya dapat dipakai berulang-ulang. Biasanya logam yang
dicor ialah logam non ferrous.
4. Investment Casting, yaitu jenis pengecoran yang polanya terbuat dari lilin
(wax), dan cetakannya terbuat dari keramik. Contoh benda coran yang biasa
menggunakan jenis pengecoran ini ialah benda coran yang memiliki
kepresisian yang tinggi misalnya rotor turbin.
Sistim saluran adalah jalan masuk bagi cairan logam yang dituangkan ke dalam
rongga cetakan. Tiap bagian diberi nama, dari mulai cawan tuang dimana logam cair
dituangkan dari ladel, sampai saluran masuk ke dalam rongga cetakan. Nama-nama itu ialah:
cawan tuang, saluran turun, pengalir dan saluran masuk,seperti dijelaskan dalam gambar.
1.2 Tujuan penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk :
• Menyampaikan definisi sistem saluran
• Menyampaikan jenis-jenis sistem saluran
• Menyampaikan kegunaan sitem saluran
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam pengecoran, kita juga memerlukan pola gatting system, yaitu sistem aliran
untuk mengalirkan logam cair ke dalam cetakan benda coran. Seperti yang diperlihatkan pada
gambar 2. Gatting system dibagi atas 4 bagian, yaitu:
1. Cawan tuang
2. Saluran turun
3. Saluran pengalir
4. Saluran masuk
Oleh karena itu kedalaman cawan tuang biasanya 5 sampai 6 kali diameternya.
Ada cawan tuang yang diperlengkapi dengan inti pemisah seperti ditunjukkan pada
Gambar, dimana logam cair dituangkan di sebelah kiri dari saluran turun. Dengan
demikian inti pemisah akan menahan terak atau kotoran, sedangkan logam bersih akan
lewat di bawahnya kemudian masuk ke saluran turun.
3.2 Saluran Turun
Saluran turun adalah saluran yang pertama yang membawa cairan logam dari cawan
tuang ke dalam pengalir dan saluran masuk. Saluran turun dibuat lurus dan tegak dengan
irisan berupa lingkaran. Kadang kadang irisannya sama dari atas sampai bawah dipakai kalau
dibutuhkan pengisian yang
cepat dan lancar atau mengecil dari atas ke bawah dipakai apabila diperlukan penahanan
kotoran sebanyak mungkin. Saluran turun dibuat dengan melubangi cetakan dengan
mempergunakan satu batang atau dengan memasang bumbung tahan panas yang dibuat
dari samot (batu tahan api). Samot ini cocok untuk membuat saluran turun yang
panjang.
3.3 Pengalir
Pengalir adalah saluran yang membawa logam cair dari saluran turun ke bagian-
bagian yang cocok pada cetakan. Pengalir biasanya mempunyai irisan seperti trapezium atau
setengah lingkaran sebab irisan demikian mudah dibuat pada permukaan pisah, lagi pula
pengalir mempunyai luas permukaan yang terkecil untuk satu luas irisan tertentu, sehingga
lebih efektip untuk pendinginan yang lambat.Pengalir lebih baik sebesar mungkin untuk
melambatkan pendinginan logam cair. Tetapi kalau terlalu besar tidak ekonomis.
Karena itu ukuran yang cocok harus dipilih sesuai dengan panjangnya.
Table : Pengalir
Logam cair dalam pengalir masih membawa kotoran yang terapung, terutama
pada permulaan penuangan, sehingga harus dipertimbangkan untuk membuang kotoran
tersebut, sekalipun logam cair sudah ada di dalam pengalir. Ada beberapa cara untuk itu
yaitu sebagai berikut :
1. Perpanjangan pemisah dibuat pada ujung saluran pengalir. Logam cair
yangpertama masuk akan berkumpul di sini bersama kotoran yang terbawa
(Gambar).
2. Membuat kolam putaran pada saluran masuk seperti pada Gambar. Logam cair
memasukikolam secara tangetial dan berputarsehingga kotoran berkumpul di tengah kolam.
3.4 Saluran Masuk
Saluran masuk adalah saluran yang mengisikan logam cair dari pengalir ke dalam
rongga cetakan.Saluran masuk dibuat dengan irisan yang lebih kecil dari pada irisan pengalir,
agar dapat mencegah kotoran masuk ke dalam rongga cetakan. Bentuk irisan saluran
masuk biasanya berupa bujur sangkar, segi tiga atau setengah lingkaran,
yang membesar daerah rongga cetakan untuk mencegah terkikisnya cetakan. Kadangkadang
irisannya diperkecil di tengah dan diperbesar lagi daerah rongga. Pada pembongkaran saluran
turun, irisan terkecil ini mudah diputuskan sehingga mencegah kerusakan pada coran
(Gambar).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam pembuatan makalah tentang ilmu logam ini, penulis menyimpulkan bahwa:
Dalam pengecoran, kita sangat memerlukan gatting system, yaitu sistem aliran untuk
mengalirkan logam cair ke dalam cetakan benda coran. Gatting system dibagi atas 4 bagian,
yaitu:
1. Cawan tuang
2. Saluran turun
3. Saluran pengalir
4. Saluran masuk
Daftar Pustaka
1. Tata surdia., Prof. Ir, M.Sc.Met dan Kenji Chijiiwa, Prof. Dr, Teknik pengecoran
logam, Jakarta, 1982.
2. Reinal Rachmavial,Ir.,MT.Met, Skripsi Pengaruh Perubahan sistem Saluran
Tuang Terhadap Produk Coran, Trisakti, Jakarta, 1997.
3. Hastono Reksotenejo., Ir, M.Sc.Eng.Met, Teknologi Cor Gravity Teori Dasar
dan Aplikasi, Jakarta, 1992.
4. Foundry technology by Beeley, P.R
5. Casting by ASM Handbook Vol 15
6. Casting By John Campbell
7. High Performance Casting by Elihu F. Bradley
8. The Principle of Material Selection for Engeneering Design by L. Pat mangonon
9. Alumunium Casting Technology by American Foundrymen’s Society,Inc
10. Manufacturing Engeneering And Technology by Serope Kalpakjian