Anda di halaman 1dari 77

Perhitungan Poros Kombinasi Terhadap Plat

Kopling GL PRO NEOTECH

Diajukan Sebagai Persyaratan Dalam Menyelesaikan Studi Matakuliah Tugas


Elemen Mesin I Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Singaperbangsa Karawang
Dosen Pengampu :
Viktor Naubnome ST., MT.

Disusun oleh:

Rais Darmawan
1610631150107

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

Perhitungan Poros Kombinasi Terhadap Plat Kopling GL


PRO NEOTECH
TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN 1

Dibuat untuk memenuhi syarat kurikulum pada


Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Negeri Singaperbangsa Karawang

Oleh :
Rais Darmawan
1610631150107

Diketahui,

Koordinator Tugas
Elemen mesin 1 Pembimbing

Oleh,ST.,MT. Viktor Naubnome, ST.,MT.


NIDN. 0425026901 NIDN. 0024028801

Mengetahui,
Koordinator Teknik Mesin(S1)

Oleh,ST.,MT.
NIDN. 0425026901

ii
MOTTO
 Jadilah mahasiswa kupu kupu yg bisa mengibaskan sayapnya hingga
menggapai mimpi setinggi langit shiratul muntaha
 Tuntutlah ilmu sampai ke negeri jepang ,kalo ke china ntar di bilang
komunis anti islam
 Tinggalkanlah wanita yang menghalangi pencapaian kemercelangan hidup
yang di idamkan. Dan berhati hatilah , karena beberapa wanita adalah cara
gembira menuju kegagalan.
 Puncak dari segala cita-cita kearah perbaikan umat manusia akan tercapai
dengan ILMU PENGETAHUAN dengan cara BERSENDA GURAU
 Barangsiapa yang berjihad di jalan allah maka allah limpahkan amalan
ibadahnya (bukan berjihad dengan cara menyumbangkan sebagian harta
benda kepada bapak PRABOWO).

iii
KATA PENGANTAR
Segala puji Syukur saya panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah
memberikan nikmat kesehatan baik jasmani maupun rohaniah kepada kita sernua
sehingga penyusunan Tugas Elemen Mesin 1 dapat selesai dengan tepat
waktu.Dalam ha! ini penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Marno,Ir.,MT. Selaku Kepala Program Teknik Mesin Sl di
UNIVERSITAS NEGERI SINGAPERBANGSA KARA WANG.
2. Bapak Oleh .ST,.MT. selaku Koordinator Tugas Elemen Mesin 1 yang
telah sabar membimbing saya dalam pelaksanaan dan penyusunan Tugas
Elemen 1 ini.
3. Bapak Viktor Naubnome ST., MT. Selaku Pembimbing yang telah sabar
menyisihkan waktunya dalam memberikan pengarahan saya sehingga
Tugas elemen mesin 1 dapat selesai.
4. Kedua orang tua saya yang telah memberikan support/ semangat,dan
mempasilitasi keperluan saya dalam menyusun Tugas Elemen Mesin 1
hingga selesai.
5. Willy, Riyansyah, Novi, Sopyan yang telah membantu penulis & semangat
serta mempasilitasi keperluan saya dalam menyusun Tugas Elemen Mesin
1 hingga selesai.

Tugas Elemen Mesin 1 ini diajukan sebagai salah satu syarat Kelulusan
Program Studi Teknik Mesin S1 di Universitas Singaperbangsa Karawang. Dalam
Penulisan Tugas Elemen Mesin1 ini.pastinya banyak terdapat kesalahan baik isi
maupun cara penulisannya. Oleh sebab itu. Penulis sangat mengharapkan saran
dan kritikan yang dapat menyempurnakan laporan tugas elemen mesin 1 ini

Karawang, 25 Desember 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
MOTTO ......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Tujuan dan Manfaat penulisan .................................................... 1
1.3. Perumusan Masalah .................................................................... 2
1.4. Batasan Masalah ......................................................................... 2
1.5. Metodologi ................................................................................. 2
1.6. Sistematika Penulisan ................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Teori perancangan ...................................................................... 4
2.1.1. Prosedur Umum Dalam Perancangan Mesin .................... 5
2.1.2. Pertimbangan Umum Dalam Perancangan Mesin ............ 5
2.1.3. Standar dan Kode .............................................................. 6
2.2. Kopling ...................................................................................... 6
2.2.1. Jenis Kopling .................................................................... 7
2.2.2. Kopling Tetap .................................................................. 8
2.2.3. Kopling Tak Tetap ........................................................... 11
2.3. Poros ........................................................................................... 13
2.4. Pasak ........................................................................................... 14
2.5. Bantalan ...................................................................................... 14
2.5.1. Bantalan Pendukung Poros ............................................... 15
2.6. Rumus – rumus .......................................................................... 16
2.6.1. Penentuan Daya Rencana.................................................. 16
2.6.2. Perancangan Spline ........................................................... 20
2.6.3. Perencanaan Diameter Poros ............................................ 20
2.6.4. Perancangan Plat Gesek ................................................... 21

v
2.6.5. Perancangan Baut ............................................................ 23
2.6.6. Perancangan Pasak dan Alur Pasak .................................. 25
2.6.7. Perencanaan Diameter Poros ............................................ 26
BAB III METODOLOGI
3.1. Prosedur Penelitian ..................................................................... 28
3.2. Alat dan bahan ............................................................................ 29
3.3. Spesifikasi Kendaraan................................................................. 29
BAB IV PEMBAHASAN DAN PERHITUNGAN
4.1. Diagram Benda Bebas .............................................................. 32
4.2. Spesifikasi Kendaraan .............................................................. 32
4.3. Perencanaan Kopling ................................................................ 34
4.4. Diameter Poros Kopling ........................................................... 36
4.5. Perencanaan Poros Pasak dan Alur .......................................... 37
4.6. Perancangan Spline .................................................................. 39
4.7. Perancangan Naaf ..................................................................... 40
4.8. Perancangan Plat Gesek ........................................................... 42
4.9. Perencanaan Baut ..................................................................... 44
4.10. Perencanaan Bantalan .............................................................. 45
4.11. Perencanaan Pegas ................................................................... 48
4.12. Perencanaan Umur Plat Gesek ................................................ 50
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ................................................................................. 53
5.2. Saran ........................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56
LAMPIRAN .................................................................................................... 57

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam sebuah mesm terdapat sebuah komponen yang jumlah
didalamya dapat mencapai lebih dari seribu komponen. Semua bekerja
saling bekerja sama dan sating mendukung terpadu sesuai dengan fungsinya
yang akan menghasilkan sebuah gerakan.Banyak hal yang harus
diperhatikan oleh seorang mahasiswa terutama jurusan Teknik Mesin S1
dalam merancang suaru komponen dari sebuah mesin antara lain yaitu
menyesuaikan suatu komponen dengan fungsi sebenarnya baik faktor
keamanan dari komponen tersebut, ataupun efisiensi serta factor biaya .
Pada tugas elemen mesin 1 ini akan dihitung suatu alat yang
berfungsi untuk mentramisikan daya dari proses pengerak ke poros yang
digerakan dimana putaran input nya sama dengan putaran output nya yaitu
KOPLING. Oleh karena itu,penulis mengambil "Perhitungan Poros
kombinasi terhadap plat kopling GL PRO NEOTECH" sebagai judul dari
tugas ELEMIN MESIN 1.

1.2. Tujuan dan Manfaat Penulisan


Sasaran yang dicapai dalam mengambil tugas elemen mesin 1 ittu
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu syarat dalam menempuh gelar Sarjana Teknik (ST) di
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG.
2. Mampu merencanakan elemen-elemen mesin yang berdasarkan sekaligus
dan sistematis secara perhitungan-perhitungan mengimplementasikan,
3. mengaplikasikan teori yang dilihat secara langsung dilapangan.
4. Menerapkan kajian teritoritis dalam bentuk bangun elemen mesin 1
khususnya pada Poros kombinasi terhadap plat kopling GL PRO
NEOTECH

1
1.3. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam perancangan ulang kopling ini meliputi :
1. Bagaimanakah gaya – gaya yang terjadi pada poros kombinasi tersebut ?
2. Bagaimanakah bahan yang baik untuk perancangan poros kombinasi
tersebut?

1.4. Batasan Masalah


Berdasarkan dalam bagian gandar yang terdiri dari beberapa jenis
maka permasalahan yang akan dibahas adalah:
1. Prinsip kerja Poros kombinasi terhadap plat kopling GL PRO
NEOTECH
2. Perhitungan Poros kombinasi terhadap plat kopling GL PRO
NEOTECH.

1.5. Metodologi
Metodologi penyusunan yang dipakai adalah Metodologi Deskriptif
yang teknik operasionalnya sebagai berikut :
1. Observasi : Pengamatan secara langsung elemen-elemen mesin sebagai
studi komparatif dari studi literatur yang telah didapat saat kuliah dengan
kenyataan sebenarnya.
2. Interview : Tanya jawab atau wawancara dengan orang-orang yang lebih
mengetahui secara teknis seputar poros.
3. Studi Literatur : Mempelajari literatur yang berhubungan dengan masalah
terkait yang didapat dari dokumen-dokumen, buku-buku ataupun internet
sebagai referensi.
4. Bimbingan : Bertemu secara langsung dengan dosen pembimbing untuk
berdiskusi tentang poros dan penulisan laporan.

1.6. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan yang diterapkan dalam tugas elemen mesin 1
ini adalah sebagai berikut :

2
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Batasan
Masalah, Metodologi serta Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang : teori dasar poros kombinasi terhadap plat kopling
berdasarkan jenis pembebanannya,tegangannya, daya pada kopling
menjelaskan cara kerja dari poros kombinasi.
BAB III METODOLOGI
Berisi tentang : Flowchart, Penjelasannya dan Data Analisa.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang : hasil-hasil dari perhitungan yang terkait dengan
paramater dari teori dasar.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang : Kesimpulan dan Saran

3
BAB II
TEORI DASAR

2.1. Teori Perancangan


Perancangan merupakan rangkaian kegiatan interaktif yang
mengaplikasikan berbagai teknik dan prinsip – prinsip scientifik yang
bertujuan Function (fungsi/pemakaian)
b. Safety (keamanan)
c. Reliability (dapat dihandalkan)
d. Cost (biaya)
e. Manufacturability (dapat diproduksi)
f. Marketability (dapat dipasarkan)
Pertimbangan dan prosedur tambahan yang dimasukkan dalam
program secara khusus untuk mendfinisikan peralatan, proses, atau sistem
secara detail sehingga dapat direalisakan.
Syarat – syarat dalam perancangan elemen mesin, tertuju pada
prasyarat berikut ini :
masalah keamanan produk, kegagalan pemakaian (malfunction) suatu
produk. Pertimbangan dan prosedur tersebut, ialah sebagai berikut:
a. Pengembangan dan penggunaan suatu system rancang ulang secara khusus
menegaskan analisa kegagalan, mempertimbangkan keamanan, dan
memenuhi standar dan pemerintahan.
b. Pengembangan daftar ragam operasi dan pemeriksaan penggunaan produk
dalam setiap mode/ragam.
c. Identifikasi lingkungan pemakaian produk, seperti memperkirakan
pemakaian, menduga penyalahgunaan, dan fungsi yang diharapkan.
d. Penggunaan teori desain spesifik yang menegaskan kegagalan atau analisa
kegagalan pemakaian dan mempertimbangkan keamana dalam setiap ragam
operasi.

4
2.1.1. Prosedur umum dalam perancangan mesin
Prosedur umum untuk menyelesaikan masalah perancan adalah
sebagai berikut:
a. Mengenali kebutuhan/tujuan, merupakan sesuatu hal yang melatar
belakangi elemen mesin dibuat, maksud dan tujuan dari perancangan
elemen mesin terebut bagaimana.
b. Mekanisme.
c. Analisa gaya. Berfungsi untuk menentukan gaya apa saja yang terjadi
pada setiap bagian mesin dan energi yang ditransmisikan pada setiap
bagian mesin.
d. Pemilihan material.
e. Rancang elemen – elemen (ukuran dan tegangan).
f. Modifikasi.
g. Gambar detail.
h. Produksi.

2.1.2. Pertimbangan umum dalam perancangan mesin


Berikut merupakan pertimbangan umum dalam perancangan sebuah
komponen mesin, antara lain :
a. Jenis beban dan tegangan – tegangan yang bekerja pada komponen
mesin.
b. Gerak dari bagian – bagian atau kinematika dari mesin.
c. Pemilihan bahan/material.
d. Bentuk dan ukuran part.
e. Tahan gesekan dan pelumasan.
f. Segi ketepatan dan ekonomi.
g. Penggunaan standart part.
h. Kemanan operasi.
i. Fasilitas workshop (bengkel).
j. Jumlah mesin untuk diproduksi.
k. Biaya konstruksi.
l. Perakitan (assembly)

5
2.1.3. Standar, dan kode
Pembatas desain telah disediakan oleh organisai pemasaran dan
manajemen insinyur – insinyur termasuk standart, kode, dan peraturan –
peraturan pemerintah, baik dalam negeri maupun luar negeri. Standar,
merupakan sekumpulan spesifikasi untuk bagian – bagian mesin, bahan,
atau proses; yang dimaksudkan untuk mendapatkan keseragaman,
efisiensi, dan mutu tertentu. Tujuannya, adalah untuk memberi suatu
batasan akan jumlah jenis dalam spesifikasi, sedemikian bisa membatasi
jumlah persediaan secara wajar; seperti kunci – kunci, ukuran, bentuk, dan
variasinya.
Kode, adalah sekumpulan spesifikasi untuk keperluan analisa,
perencanaan, cara pembuatan, dan kadang – kadang jenis konsturksi.
Tujuan pengodean, adalah untuk mendapatkan suatu tingkat tertent dari
kemanan, efisiensi, dan performans atau mutu. Semua organisasi dan
himpunan yang terdaftar dibawah ini, merupakan organisasi yang telah
mengembangkan spesifikasi untuk standar dan kode perencanaan dan kode
perencanaan. Nama – nama organisasi tersebut berhungan juga dengan
spesifikasinya. Organisasi yang berkaitan dengan teknik mesin, adalah
sebagai berikut:
- ANSI : American National Standards Institute
- SAE : Society of Automative Engineers
- ASTM : American Society for Testing and Materials
- AISI : American Iron and Steel Institute
- IFI : Industrial Fasteners Institue
- AFBMA : Anti-Friction Bearing Manufacturers Association

2.2 kopling
Kopling merupakan peralatan yang digunakan untuk membuat
sambungan permanen atau semi permanen seperti sebuah cluth yang bisa
dipasang dan dibongkar dengan cepat pada saat akan dioperasikan. Atau
dalam kata lain, kopling merupakan suatu elemen mesin yang berfungsi untuk
mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaf) ke poros yang

6
digerakkan (driven shaf), dimana putaran inputnya akan sama dengan putaran
output-nya. Dengan adanya kopling pemindahan daya dapat dilakukan
dengan teratur dan seefisiensi mungkin. Poros kopling digunakan dalam
pemesinan untuk bebapa tujuan, sebagian besar adalah sebagai berikut :
a. Untuk menyambung poros yang diproduksi secara terpisah sepertim motor,
generator dan untuk memisahkan poros ketika perbaikan.
b. Untuk memperkenalkan fleksibilitas mekanika.
c. Untuk mengurangi transmisi beban kejut dari poros yang satu ke poros
yang lain.
d. Untuk melindungi beban lebih berlawan. Berikut kriteria yang harus
dipenuh oleh sebuah kopling, antara lain :
a. Mampu menahan adanya kelebihan beban.
b. Mengurangi getaran dari poros penggerak yang diakibatkan oleh gerakan
dari elemen lain.
c. Mampu menjamin penyambungan dua poros atau lebih.
d. Mampu mencegah terjadinya beban kejut dan getaran. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam perencanaan mendesain sebuah kopling, antara lain
adalah sebagai berikut :
a. Mudah dipasang dan dilepas.
b. Dapat mentransmisikan daya sepenuhnya dari poros.
c. Sederhana dan ringan.
d. Dapat mengurangi kesalahan hubungan pada poros.

2.2.1 Jenis kopling


Jenis kopling ditinjau dari cara kerjanya, dibedakan atas dua jenis,
yaitu:
a. Coupling (kopling tetap), merupakan suatu elemen mesin yang
berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros
yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros
terletak pada satu garis lurus. Jenis kopling tetap dibedakan menjadi
beberapa jenis kopling, yaitu:
o Kopling Kaku

7
o Kopling Luwes
o Kopling universal

Gambar 2.1. Kopling tetap

b. Clutch (kopling tak tetap), merupakan suatu elemen mesin yang


menghubungkan poros yang digerakkan dan poros penggerak, dengan
putaran yang sama dalam meneruskan daya, serta dapat melepaskan
hubungan kedua poros tersebut baik dalam keadaan diam maupun berputar.
Jenis dari kopling tak tetap, antara lain:
o Kopling Cakar
o Kopling Plat
o Kopling Kerucut
o Kopling Friwil

Gambar 2.2. Kopling tak tetap


2.2.2 Kopling Tetap (Coupling)
A. Kopling Kaku
Kopling kaku digunakan bila kedua poros dihubungkan dengan sumbu
segaris. Dengan kata lain, jenis kopling ini tidak mengijinkan sedikitpun
ketidaklurusan sumbu kedua poros serta tidak dapat mengurangi tumbukan
dan getaran transmisi. Kopling jenis ini terdiri atas naf dengan flens yang
terbuat dari bahan besi cor atau baja cor, poros yang dipasangkan dengan

8
pasak serta diikat dengan baut pada flensnya. Kopling kaku, terdiri atas
beberapa jenis, yaitu:
a. Kopling bus

Gambar 2.3. Kopling Bus


Terdiri dari pasak dan bus/muff yang berfungsi sebagai rumah atau
pelindung yang menghubungkan kedua poros. Pada kopling bus pasak perlu
diperiksa untuk kesimetrisanya.
b. Kopling flens kaku

Gambar 2.4. Kopling Flens Kaku


Terdiri dari baut dan flens. Pada kopling jenis ini, baut perlu untuk
diperiksa. Dimana jika iktan kedua flesn dilakukan dengan baut pas, karena
distribusi tegangan pada semua baut tidak dijamin seragam. Makin banyak
jumlah baut maka akan semakin sulit untuk menjamin keseragaman
tersebut. Sedangkan pada flens, biasanya digunakan bahan baja tempa, atau
baja cor yang berfungsi untuk menghindari keropos.

9
B. Kopling Luwes
Kopling luwes memiliki berapa keunggulan daripaada kopling kaku,
seperti dapat meredam tumbukan dan getaran yang terjadi pada transmisi.
Selain itu, meskipun terjadi kesalahan dalam pemasangan poros, dalam
batas batas tertentu kopling jenis masih bisa untuk meneruskan daya dengan
halus. Jenis dari kopling luwes, adalah sebagai berikut:
a. Kopling flens luwes
b. Kopling karet ban
c. Kopling karet bintang
d. Kopling gigi
e. Kopling rantai

C. Kopling Universal
Kopling ini digunakan bilsa kedua poros membentuk sudut yang
cukup besar.
a. Kopling universal Hook
b. Kopling Universal kecepatan tetap

D. Kopling Fluida
Pada tahun 1905 oleh Fettinger di Jerman dibuat untuk pertama kali
suatu kopling yang meneruskan daya melalui fluida sebagai zat perantara.
Kopling ini disebut kopling fluida, di mana antara kedua poros tidak
terdapat hubungan mekanis. Cara kerjanya adalah bila suatu impeler pompa
dan suatu raner turbin dipasang saling berhadapan, dimana keduanya berada
dalam ruangan yang berisi minyak, maka jika poros input yang dihungkan
dengan impeler pompa diputar, minyak yang mengalir dari impeler tersebut
akan menggerakkan raner turbin yang dihubungkan dengan poros input.
Kopling jenis cocok untuk digunakan untuk mentransmisikan putaran tinggi
dan daya besar.
 Selain itu, keuntungan dari jenis kopling ini ialah:
 Getaran dan tumbukan tidak saling diteruskan.
 Umur mesin relatif panjang.

10
 Pada pembebanan berlebih, penggerak mula tidak menerima momen
yangmelebih batas kemampuannya.

Gambar 2.5. Kopling Fluida


2.2.3. Kopling Tak Tetap (Clutch)
A. Kopling Cakar
Kopling cakar meneruskan momen dengan jontak positif (tidak
dengan perantara gesekan) sehingga tidak dapat slip. Bentuk kopling
cakar dibedakan atas dua jenis, yaitu kopling cakar persegi dan kopling
cakar spiral.

Gambar 2.6. Kopling Cakar


Kopling cakar persegi dapat meneruskan momen dalam dua arah
putaran, tetapi tidak dapat dihubungkan dalam keadaan berputar.
Sebaliknya kopling cakar spiral dapat dihubungkan dalam keadaan
berputar, tetapi baik hanya untuk satu putaran saja. Karena timbulnya
tumbukan yang besar jika dihubungkan dalam keadaan berputar, maka
cara menghubungkan semacam ini hanya boleh dilakukan jika poros
penggerak mempunyai putaran kurang dari 50 rpm.

B. Kopling Plat
Kopling plat merupakan suatu kopling yang menggunakan satu plat
atau lebih yang dipasang di antara kedua poros serta membuat kontak
dengan poros tersebut sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan

11
antara sesamanya. Konstruksi kopling ini cukup sederhana dan dapat
dihubungkan dan dilepaskan dalam keadaan berputar. Letak kedua poros
harus pada hubungan yang baik dan tidak cepat aus atau rusak. Menurut
jumlah platnya, kopling ini dapat dibagi atas kopling plat tunggal dan
kopling plat banyak.

Gambar 2.7. Koling Plat


Kopling ini meneruskan momen dengan perantara gesekan.
Dengan demikian pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak
pada waktu dihubungkan dapat dihindari. Selain itu karena dapat terjadi
slip, maka kopling ini berfungsi sekaligus sebagai pembatas momen.
Berdasarkan cara kerjanya dibedakan menjadi tiga cara yaitu manual,
magnetik dan hidraulik.

C. Kopling Kerucut

Gambar 2.8. Kopling Kerucut

12
Kopling kerucut merupakan suatu kopling gesek dengan konstruksi
sederhana dan mempunyai keuntungan di mana dengan gaya aksial yang
kecil dapat ditransmisikan momen yang besar. Kopling ini dulu banyak
dipakai, tetapi sekarang sudah tidak lagi dipakai karena daya yang
ditransmisikan tidak seragam. Meskipun demikian, dalam keadaan dimana
bentuk plat tidak dikehendaki dan kemungkinan terkena minyak, kopling
kerucut sering lebih menguntungkan.

D. Kopling Friwil

Gambar 2.9. Kopling Friwil


Kopling friwil merupakan kopling yang dapat lepas dengan
sendirinya bila poros pengerak mulai berputar lebih lambat atau dalam
arah berlawanan dari poros yang digerakkan. Sehingga tidak terjadi
penerusan momen kembali. Cara kerjanya dapat berdasarkn efek biji dari
bola atau rol. Bola – bola atau rol yang terpasang dalam ruangan yang
bentuknya sedemikian rupa sehingga jika poros penggerak. Bagian dalam
berputar searah jarum jam, maka gesekan yang timbul akan menyebabkan
rol atau bola terjepit diantara poros penggerak dan cicncin luar bersama
poros yang digerakkan akan berputar meneruskan daya. Kopling jenis ini
digunakan dalam otomasi mekanis.

13
2.3. Poros
Merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama – sama dengan putaran.
Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Poros
untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya sebagai
berikut:
A. Poros Transmisi
Poros mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros melalui kopling roda gigi, puli sabuk atau
sproket rantai, dll.

B. Spindel
Spindel merupakan poros transmisi yang relatif pendek, dimana
beban utamanya berupa puntiran. Syarat yang harus dipenuhi adalah
deformasi harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.

C. Gandar
Gandar merupakan suatu poros yang dimana tidak mendapat beban
puntir, bahkan kadang - kadang tidak boleh berputar. Untuk
merencanakan sebuah poros, hal – hal berikut ini perlu diperhatikan:
• kekuatan poros
• Kekakuan poros
• Putaran kritis
• Korosi
• Bahan Poros

2.4. Pasak
Pasak merupakan suatu elemen mesin yang dipakai untuk menteapkan
bagian – bagian mesin seperti roda gigi, sproket, puli, kopling, dll. Pada
poros. Momen diteruskan dari poros ke naf atau ke poros. Fungsi yang

14
serupa dengan pasak dilakukan pula oleh spline dan gerigi yang mempunyai
gigi luar pada poros dan gigi dalam dengan jumlah gigi yang sama pada naf
dan saling tekait yang satu dengan yang lain. Gigi pada spline adalah besar –
besar, sedang pada gerigi adalah kecil – kecl dengan jarak bagi yang kecil.
Keduanya dapat digeser secara aksial pada waktu meneruskan daya. Pasak
menurut letaknya pada poros dapat dibedakan antara pasak pelana, pasak rata,
pasak benam, pasak singgung, dan lain sebagainya.

2.5. Bantalan
Bantalan (bearing) adalah elemen mesin yang digunakan untuk
menghubungkan dua elemen mesin lainnya yang saling bergerak satu
terhadap yang lain. Pada konstruksi kopling Kijang Innova digunakan dua
jenis bantalan, yaitu:
1.Bantalan pendukung poros, berupa bantalan bola radial untuk menahan
poros pada tempatnya.
2.Bantalan pembebas (release bearing), berupa bantalan bola aksial untuk
menekan pegas matahari saat pedal kopling ditekan. Perancangan kedua
bantalan tersebut akan diuraikan dalam bagian berikut.

2.5.1. Bantalan Pendukung Poros


Bantalan yang digunakan untuk mendukung poros adalah bantalan bola
radial beralur dalam baris tunggal ( single row deep groove radial ball
bearing), sebanyak dua buah, masing-masing pada kedua ujung poros.
Sketsa bantalan pendukung poros ini beserta komponen-komponen lain
yang terhubung dengannya ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 2.10. Bantalan Pendukung Poros

15
2.6. Rumus – rumus

2.6.1.Penentuan daya rencana


Penentuan daya rencana diperoleh dari rumus :
Pd = fc P .....................………(pers 2.1)
dimana :
Pd = daya rencana (kW)
fc = faktor koreksi
P = daya yang ditransmisikan (kW)
Ada beberapa jenis faktor koreksi sesuai dengan daya yang akan
ditransmisikan sesuai dengan tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jenis-jenis faktor koreksi berdasarkan daya yang akan Ditransmisikan

Analisa beban
Dengan adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban
berupa momen puntir. Oleh sebab itu dalam penentuan ukuran-ukuran utama dari
poros akan dihitung berdasarkan beban puntir serta kemungkinan-kemungkinan
kejutan/tumbukan dalam pembebanan, seperti pada saat motor mulai berjalan.
Besarnya momen puntir yang dikerjakan pada poros dapat dihitung dari
T = 9,74 × 105 Pd / n1......................(pers 2.2)
di mana :
T = momen puntir (kg⋅mm)
Pd = daya rencana (kW)
n₁ = putaran (rpm).

16
Pemilihan beban
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja karbon yang difinis
dingin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari ingot yang di-kill (baja yang
dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan dicor, kadar karbon terjamin). Jenis-jenis
baja S-C beserta sifat-sifatnya dapat dilihat pada Tabel 2.2 Batang baja karbon
yang difinis dingin (Standar JIS)
Tegangan geser izin dari bahan ini diperoleh dari rumus :

......................................(pers 2.3 )
Dimana :
𝜏𝑎 = tegangan geser izin (kg/mm2)
𝜎𝐵 = kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
𝑆𝑓1 = faktor keamanan yang bergantung pada jenis bahan.
𝑆𝑓2 = faktor keamanan yang bergantung dari bentuk poros.

17
18
Pemeriksaan kekuatan poros
Ukuran poros yang telah direncanakan harus diuji kekuatannya. Pengujian
dilakukan dengan memeriksa tegangan geser (akibat momen puntir) yang bekerja
pada poros. Apabila tegangan geser ini melampaui tegangan geser izin yang dapat
ditahan oleh bahan maka poros akan mengalami kegagalan. Besar tegangan geser
akibat momen puntir yang bekerja pada porosdiperoleh dari:

19
....................................... (pers 2.4 )
Dimana :

τ = tegangan geser akibat momen puntir (kg/mm2)


T = momen puntir yang ditransmisikan (kg⋅mm)
ds = diamater poros (mm).
2.6.2. Perancangan spline
Putaran dari poros penggerak akan diteruskan ke flywheel dan plat gesek
melalui plat penekan. Dengan berputarnya plat gesek maka poros yang digerakkan
akan ikut berputar dengan perantaraan naaf dan spline. Fungsi spline adalah sama
dengan pasak, yaitu meneruskan daya dan putaran dari poros ke kompone-
komponen lain yang terhubung dengannya, ataupun sebaliknya. Perbedaannya
adalah spline menyatu atau menjadi bagian dari poros sedangkan pasak
merupakan komponen yang terpisah dari poros dan memerlukan alur pada poros
untuk pemasangannya. Selain itu jumlah spline pada suatu konstruksi telah
tertentu (berdasarkan standar SAE).

2.6.3. Perencanaan diameter poros


Diameter poros kopling dapat diperoleh dari rumus

.....................................(pers 2.5 )
Dimana
ds = diameter poros (mm)
𝜏𝑎 = tegangan geser izin (kg/mm2)
Kt = faktor koreksi tumbukan, harganya
Cb = faktor koreksi.
T = momen puntir yang ditransmisikan (kg.mm)

20
2.6.4. Perancangan pelat gesek
Pelat gesek berfunsi untuk memindahkan daya dan putaran dari
flyweel(Roda Penerus) ke poros yang digerakkan. Transmisi daya dan putaran
dari flyweel dengan pelat gesek yang ditekan oleh pelat penekan Berikut ini sket
pelat gesek yang direncanakan beserta simbol-simbol yang digunakan

Gambar 2.11. Plat Gesek


Keterangan Gambar :
D = diamater luar plat gesek
d = diameter dalam plat gesek
a = tebal plat gesek
b = lebar plat gesek

Pemilihan Bahan
Koefisien gesekan µ antara berbagai permukaan diberikan pada Tabel
dibawah. Harga-harga koefisien gesekan dalam tabel tersebut ditentukan
dengan memperhitungkan keadaan bidang gesek yang sudah agak menurun
gesekannya karena telah terpakai beberapa waktu, serta didasarkan atas harga
tekanan yang diizinkan yang dianggap baik.

21
Analisa gaya dan momen gesek
Tekanan pada bidang plat gesek tidak terbagi rata pada seluruh
permukaan, makin jauh dari sumbu poros tekanannya makin kecil. Jika
tekanan rata-rata pada bidang gesek adalah p, maka besar gaya yang
menimbulkan tekanan dan momen gesekan yang bekerja pada seluruh
permukaan gesek berturut-turut dirumuskan sebagai:

..............................(pers 2.6 & 2.7 )


di mana :
F = gaya yang menimbulkan tekanan pada plat gesek (kg)
Mg = gesek yang bekerja pada plat gesek (kg•mm)
D = diameter luar plat gesek (mm)
d = diameter dalam plat gesek (mm)
p = tekanan rata-rata pada bidang gesek.
µ = koefisien gesekan plat gesek dengan flywheel/plat penekan.

22
Penentuan ukuran plat gesek
Agar daya dan putaran dapat ditransmisikan, maka momen gesek Mg
harus lebih besar atau sama dengan momen puntir Mp yang dikerjakan pada
poros,sehingga :
Mg > Mp

Untuk menentukan tebal plat gesek yang sesuai, terlebih dahulu perlu
diketahui besarnya daya yang hilang akibat gesekan, yang mana dapat
diperoleh dari :

.........................(pers 2.8 )
di mana :
Pg = daya hilang akibat gesekan (kW).
Mg = momen gesek yang bekerja pada plat gesek (kg.mm).
n = kecepatan sudut, dari data brosur diketahui sebesar.
t = waktu penyambungan kopling.
z = jumlah kerja tiap jam.
Selanjutnya tebal plat gesek dapat diperoleh dari :

.........................(pers 2.9 )

a = tebal plat gesek (cm).


Lp = lama pemakaian plat gesek.
Pg = daya hilang akibat gesekan (hp).
Ag = luas bidang gesek dari plat gesek.
Wk = kerja yang menyebabkan kerusakan.

2.6.5. Perancangan Baut


Analisa gaya

23
Gaya yang bekerja pada tiap baut adalah gaya geser yang besarnya diperoleh
dari :

.........................(pers 2.10 )

di mana : F1= gaya yang bekerja pada tiap baut (kg).


Mp = momen puntir yang diteruskan dari poros (kg⋅mm).
n1 = jumlah baut.
R1 = jarak sumbu baut ke sumbu poros.
Analisa Tegangan
Pada baut terjadi tegangan geser yang besarnya dapat ditentukan dari
persamaan

.........................(pers 2.11 )

Dimana: τ1 = tegangan geser yang bekerja (kg/mm2).


F = gaya yang bekerja.
d = diameter baut (mm).

Pemilihan bahan
Kekuatan geser mulurnya (shear yield strength) adalah

.........................(pers 2.12 )
Analisa gaya
Gaya yang bekerja pada baut ini ada dua, yaitu gaya geser akibat momen
puntir dan gaya tarik akibat tarikan pegas matahari terhadap plat penekan
saat pedal kopling ditekan. Besar dari kedua gaya ini dapat diperoleh dari:

24
.........................(pers 2.13 & 2.14 )
Dimana :
Fg2 = gaya gesek yang bekerja pada tiap baut (kg)
Ft2 = gaya tarik yang bekerja pada tiap baut (kg)
Mp = momen puntir yang diteruskan, yaitu sebesar 14532,08 Kg.mm
FP' = gaya tarik yang diperlukan untuk melawan gaya tekan pegas, dari
perhitungan pada Bab 8 diperoleh sebesa 0,9656 kg
n2 = jumlah baut, yaitu 4 buah
R2 = jarak sumbu baut ke sumbu poros, yaitu sebesar 100 mm

Analisa tegangan
Tegangan geser dan tegangan tarik yang terjadi pada baut masing-masing
diperoleh dari:

........................(pers 2.15 & 2.16)

1. untuk tegangan geser :

𝜏𝑔 ≤ 𝜏̅𝑔 . ......................................(pers 2.17)

2. untuk tegangan tarik :

𝜏𝑔 ≤ 𝜏........................(pers 2.18)
2.6.6. Perencanaan pasak dan alur pasak
Momen rencana

25
........................(pers 2.19)
Dimana :
T = momen puntir (kg⋅mm)
Pd = daya rencana (kW)
n₁ = putaran (rpm).
Pemilihan bahan
Tegangan geser izin dari bahan ini diperoleh dari rumus :

........................(pers 2.20)

𝜏𝑎 = tegangan geser izin (kg/mm2)


𝜎𝐵 = kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
𝑆𝑓1 = faktor keamanan yang bergantung pada jenis bahan.
𝑆𝑓2 = faktor keamanan yang bergantung dari bentuk poros.

2.6.7. Perencanaan diameter poros


Diameter poros kopling dapat diperoleh dari rumus

........................(pers 2.21)

Dimana :
ds = diameter poros (mm)
τa = tegangan geser izin (kg/mm2)
Kt = faktor koreksi tumbukan, harganya
Cb = faktor koreksi.
T = momen puntir yang ditransmisikan (kg⋅mm)
Gaya tangensial

26
Jika momen rencana dari poros adalah T (kg.mm), dan diameter poros
Adalah d (mm), maka gaya tangensial F (kg) pada permukaan poros.

........................(pers 2.22)

27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Prosedur Penelitian

START

Daya Motor Daya Motor


Dimesi dan Dimesi Dan
Putaran Poros Putaran
Kopling
Gaya Berat Pada Poros
Perhitungan Gesekan
Plat Kopling
Momen Puntir

Perhitungan Pegas
Tegangan Geser

Faktor Pengaruh Momen Perencanaan baut dan mur


Puntir

Perencanaan Paku
Tegangan Geser Maximum Keling

Dimensi Plat Kopling


Diameter Poros Input

Hasil Simulasi STOP

N
o END
Sesuai Dengan
Simulasi

Ya

Diameter Poros Intput

28
Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan

Prosedur penelitian dilakukan seperti pada Gambar 3.1. Pada gambar


tersebut terlihat bahwa prosedur dilakukan dalam lima tahapan. Kelima
tahapan tersebut adalah studi literatur, pengumpulan data penunjang,
pengolahan data, hasil dan pembahasan, serta pemodelan (pembuatan
gambar teknik). Setelah itu dilakukan pembuatan laporan.

3.2 Alat dan Bahan


1. Alat
 Poros kombinasi motor Honda GL Pro Neotech
 Plat kopling
2. Bahan
 Rumus
 Laptop
 Buku

3.3 Spesifikasi Kendaran

29
Tabel 3.3 Hasil Pengukuran
Jenis pengukuran Hasil pengukuran

Jarak antar gear 500 mm

Diameter gear Depan 72 mm

Diameter gear belakang 150 mm

Jumlah gigi gear depan 16 T

30
Jumlah gigi gear belakang 35 T

Panjang poros 250 mm

Diameter luar poros 22 mm

Diameter dalam poros 15 mm

Diameter luar mur poros 23 mm

Diameter dalam mur poros 14.5 mm

Panjang diameter dalamn baut 25 mm

Diamaeter dalam baut 8 mm

Ketebalan kepala poros 12 mm

Panjang diameter plat kopling 90 mm

31
BAB IV
PEMBAHASAN DAN PERHITUNGAN

4.1. Diagram Benda Bebas


a. Poros

𝑇 + 𝐹𝑘 . 𝑙 = 0
12,75 + 𝐹𝑘 . 112 = 0
12,75
𝐹𝑘 =
0,112
𝐹𝑘 = 114 𝑁
Gambar 4.1.DBB Poros

b. Handle

Tidak terjadi gaya pada arah sumbu X

FH - FK = 0
FH + 114 = 0
FH = 114 N
Gambar 4.2. DBB Handle

4.2. Spesifikasi Kendaraan


Spesifikasi Sepeda Motor GL Pro Neotech
Tipe Sport Touring
Tahun Produksi 1995-1999
Engine OHC, 4 Tak
Kapasitas Engine 156,7 cc

32
Bore x Stroke 63,5 x 49,7 mm
Rasio Kompresi 9,0 : 1
Maximum Power 14,7 hp @ 8500 rpm
Maximum Torque 1,3 kgf.m @ 6500 rpm
Fuel System Cylinder Ventury Carburator 24’’
Sistem Pendingin Udara
Sistem Pengapian CDI-DC, Battery
Battery 12 V – 4 Ah
Busi ND X 24 EP-U9 / NGK DP8EA-9
Transmisi 5-Speed ( 1-N-2-3-4-5)
Kopling Manual, Wet & double clutch
Starter Kick
Drive Chain (Rantai)

Dimensi
Panjang 2034 mm
Lebar 754 mm
Tinggi 1062 mm
Jarak Sumbu Roda 1281 mm
Tinggi Jok 772 mm
Jarak ke Tanah 149 mm
Kapasitas Oli Engine 0,9 liter
Kapasitas Tangki BBM 8 liter
Berat kosong 103 kg
Konsumsi BBM 51,4 km/liter pada kecepatan 50 km/jam
Rangka Diamond Steel

Suspensi
Depan Telescopic
Belakang Swing arm, Double Shockbreaker

33
Ban
Depan 2,75 - 18 - 42P
Belakang 3,00 - 18 - 47P

Rem
Depan Cakram, Double Piston
Belakang Tromol (Drum)
Rantai Kamprat Silent Chain
Gear Belakang 46
Noken As 2 Bearing

4.3 Perancanaan Kopling


A. Daya rencana
Pd = fc × P

Dimana: Pd = daya rencana (kW)


fc = faktor koreksi, adalah 1,2
P = daya yang ditransmisikan (kW), dari spesikasi 14,7 HP
atau sama dengan 14,7× 0,735 = 10,805 KW
Maka,
Pd = fc.P
Pd = 1,2×10,805
Pd = 12,967 kW

B. Momen Puntir
𝑃𝑑
T = 9,74 × 105 𝑛1

Dimana : T = momen puntir (kgmm)


Pd = daya rencana (kW), yaitu 13,152 kW
n1 = putaran (rpm), yaitu 8500 rpm.
Maka,

𝑃𝑑
T = 9,74 × 105 𝑛1
12,967
T = 9,74 × 105 . 8500

T = 1485,87 kg.mm

34
C. Torsi Maksimum
𝑁
Mh = 71620
𝑛
14,7 𝑃𝑆
Maka, Mh = 71620 x = 123,86 kgf/cm
8500 𝑟𝑝𝑚

Mh = 1,24kgf/m
Maka untuk menjaga keamanan pemakaian dipilih harga torsi yang paling
tinggi yaitu : Mh = 1,24kgf.m, dengan kecepatan putar mesin n = 6500
rpm

D. Torsi Gesek
Rumus :
Mr = C.Mh

Dimana: M r = Torsi Gesek (kgf.cm)


C = Konstanta (1,25)

Harga C berkisar antara 1-2 untuk kendaraan jenis mobil. Untuk ini dipilih
C=1,25
Maka, Mr = C.Mh
Mr = 1,25x1,24
Mr = 1,55 kgf .m
Mr = 154,825 kgf .cm
E. Kerja Gesek dan Daya Gesek
Kerja gesek ditentukan dari hubungan antara torsi, putaran dan waktu
terjadinya slip.
𝑀𝑟 𝑛.𝑡𝑅
Ar =
1910

Dimana : Ar = Kerja Gesek (kgf.cm)


Mr = Torsi Gesek (kgf.cm)
N = Putaran pada Torsi Maximum (rpm)
tR = Waktu Penyambungan/slip (detik)
1910 = Faktor Korelasi Satuan

35
Dengan mengasumsikan waktu penyambungan t R = 0.5 detik maka dapat
dihitung besarnya kerja gesek yang dihasilkan sebagai berikut :
𝑀𝑟 𝑛.𝑡𝑅
Ar = 1910
154,825 𝑥 6500 𝑥 0,5
Ar = 1910

Ar = 263,45kgm.cm
Daya gesek dapat ditentukan dari hubungan kerja gesek dengan frekuensi
penggunaan kopling, yaitu jumlah penekanan atau pelepasan kopling
persatuan waktu.

𝐴𝑟.𝑧
Nr =
27𝑥10^4

Dimana : Nr = Daya Gesek (hp)


z = Frekuensi Penekanan Kopling (jam)
27x104 = Faktor Korelasi Satuan

Dengan mengasumsikan pemakaian kopling rata-rata pada kondisi jalan


apapun z = 60/ jam maka dapat dihitung besarnya daya gesek terhadap
kopling sebagai berikut :

𝐴𝑟.𝑧
Nr =
27𝑥10^4

263,45×60
Nr=
27×104

Nr = 0,0586 Hp

4.4 Diameter Poros Kopling


Digunakan bahan S55C-D, dengan 𝜎 = 90 kg.mm-2, kadar karbon 0,2%, Sf1
adalah 6,0 dan Sf2 adalah 3,0
Maka,
𝜎𝑏 = kadar karbon + 𝜎𝑏
𝜎𝑏 = 0,2×100 + 90
𝜎𝑏 = 110 kgmm-2

36
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐺𝑒𝑠𝑒𝑟 𝐼𝑗𝑖𝑛
𝜎𝑏
𝜏𝑠𝑎 =
𝑆𝑓1×𝑆𝑓2
110
𝜏𝑠𝑎 =
6×3

𝜏𝑠𝑎 = 6,1 kg/mm


Dengan Kt = 2, dan Cb = 2, maka diameter poros, dapat dihitung,
1⁄
5,1 3
𝑑𝑠 = [ 𝐾𝑡 𝐶𝑏 𝑇]
𝜏𝑠𝑎
1⁄
5,1 3
𝑑𝑠 = [ × 2 × 2 × 1485,87]
6,1
𝑑𝑠 = 17 mm

4.5 Perencanaan Poros, Pasak, dan Alur


Digunakan bahan S55C-D, dengan kekuatan tarik (𝜎) adalah 90 kgmm-2, dari
tabel 2.2. dengan ds = 17 mm, maka ukuran nominal pasak adalah 6x6 mm.
Kedalaman alur pasak adalah, kedalaman poros (t1) =3,5, serta kedalaman
naaf (t2) =2,8. Maka dapat dicari :

A. Gaya Tangensial (Tegangan Ijin)


𝑇
𝐹=
𝑑𝑠
2
1485,87
𝐹=
17
2
𝐹 = 177,3 𝑘𝑔
B. Tekanan permukaan ijin, dengan harga 𝑝𝑎 adalah 8 kgmm-2, maka:
𝐹 𝐹
𝜏𝑘 = ≤ 𝜏𝑠𝑎 𝑃= ≤ 𝑃𝑎
𝑏×𝑙 𝑙2 ×𝑡2

177,3 177,3
𝜏𝑘 = ≤ 6,1 𝑃= ≤8
6×𝑙 𝑙2 ×2,8

𝑙 ≥ 4,8 𝑚𝑚 𝑙2 ≥ 7,91 𝑚𝑚
 panjang pasak tertinggi antara l1 dan l2 adalah 7,91 mm
 maka panjang pasak adalah 20 mm
𝑏 𝑏 6,1
 = 0,25 − 0,35, maka 𝑑 = = 0,35, maka 0,25< 0,35 <
𝑑𝑠 𝑠 17

0,35 𝑏𝑎𝑖𝑘

37
𝑙𝑘 𝑙 20
 = 0,75 − 1,5, maka 𝑑𝑘 = 17 = 1,18, maka 0,75< 1,18 <
𝑑𝑠 𝑠

1,5 𝑏𝑎𝑖𝑘

C. Jari – jari fillet dari poros dan ukuran pasak dan alur,
Dianggap diameter bantalan 20 mm
𝐷−𝑑 20 − 17
𝐽𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑓𝑖𝑙𝑙𝑒𝑡 = = = 1,5 𝑚𝑚
2 2
𝐴𝑙𝑢𝑟 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑘 = 6 × 3,5 𝑓𝑖𝑙𝑙𝑒𝑡 0,35
D. Konsenterasi tegangan
- Konsenterasi tegangan pada poros bertangga (𝛽) :
𝐽𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑓𝑖𝑙𝑙𝑒𝑡 1,5
= = 0,09
𝑑𝑠 17
𝐷 20
= = 1,18 𝑚𝑚
𝑑𝑠 17
Harga dari 𝛽, diambil dari dari grafik
𝛽 = 1,17
- Konsentrasi tegangan pada poros dengan alur pasak (𝛼) :
𝑓𝑖𝑙𝑙𝑒𝑡
𝛼=
𝑑𝑠
3,5
𝛼= = 0.02
17
Maka, dari grafik 𝛼 = 2,6
E. Kekuatan Poros
5,1 𝑇
𝜏=
𝑑𝑠3
5,1 × 1485,87
𝜏=
173
𝜏 = 1,54 kg.mm-2
- Analisa perancangan
𝜏𝑠𝑎×𝑆𝑓1
> Cb.Kt. 𝜏
𝑎
6,1 × 2
> 2 × 1 × 1,54
2,6
4,67 > 1,08

38
maka :
Ukuran pasak adalah 6x6
Panjang pasak aktif adalah 20 mm
Bahan pasak S55C-D, difnis dingin, dan dilunakkan.

4.6 Perancangan Spline


Bahan yang digunakan untuk membuat spline adalah S55C-D, dengan
kekuatan tarik bahan 90 kg/mm2. Dari data, dan tabel maka spline number
yang diambil adalah 4, maka:
h = 0,125D
d = 0,75 D
w = 0,241D, maka harga D dapat dicari, yaitu:
𝑑
𝐷= h = 0,125 × D w = 0,241 × D
0,75
17
𝐷= ℎ = 0,125 × 22,67 w = 0,241 × 22,67
0,75

𝐷 = 22,67 𝑚𝑚 ℎ = 2,8 𝑚𝑚 w = 5,5 mm

a. Pemilihan spline
𝐷3 22,673
𝐿= = = 40,3 𝑚𝑚
𝑑3 173
𝐷+𝑑 22,67 + 17
𝑟̅ = = = 9,9 𝑚𝑚
4 4
b. Analisa Beban
𝑇
𝐹=
𝑟̅
1485,87
𝐹=
9,9
𝐹 = 150,09 𝑘𝑔
c. Kekuatan Spline
𝐹
𝑃=
𝑖×ℎ×𝑤
150,09
𝑃=
3 × 2,8 × 5,5
𝑃 = 3,25 𝑘𝑔/ 𝑚𝑚2

39
d. Tegangan tumbuk ijin
𝜎𝑡 90
𝑝̃ = = = 30 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
𝑖 3

e. Tegangan akibat tegangan geser


𝐹
𝜏𝑔 =
𝑖×𝑤×𝐿
150,09
𝜏𝑔 =
3 × 5,5 × 40,3
𝜏𝑔 = 0,225 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
- pemeriksaan kegagalan akibat tegangan ijin
𝜏̅𝑔 = 0,8 × 𝜎𝑡
𝜏̅𝑔 = 0,8 × 90
𝜏̅𝑔 = 72 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
4.7. Perancangan Naaf
a. Pemilihan Naaf
𝜋 × 𝐷𝑠 − 𝑛 × 𝑤𝑠
𝑤=
𝑖
𝜋 × 22,67 − 4 × 5,5
𝑤=
8
𝑤 = 6,17 𝑚𝑚
Dengan memasukkan harga w = 6,17 mm, ke persamaan berikut, maka
akan didapat nilai D,h,d, yaitu :
𝑤
𝐷= h = 0,125 × D d = 0,75 × D
0,241
6,17
𝐷= ℎ = 0,125 × 25,6 d = 0,75 × 25,6
0,241
𝐷 = 25,6 𝑚𝑚 ℎ = 3,2 𝑚𝑚 d = 19,2 mm

b. Panjang dan jari-jari naaf


- Panjang Naaf
𝐷3 25,63
𝐿= 2= = 45,5 𝑚𝑚
𝑑 19,22
- Jari jari naaf
𝐷+𝑑 25,6 + 19,3
𝑟̅ = = = 11,2 𝑚𝑚
4 4

40
c. Analisa Beban
𝑇
𝐹=
𝑟̅
1485,87
𝐹=
11,2
𝐹 = 132,67 𝑘𝑔
d. Pemilihan Bahan
Bahan yang digunakan untuk naaf adalah baja S55C-D, dengan kekuatan
tarik adalah 90 kg/mm2.
e. Pemeriksaan kekuatan naaf
-Terhadap kegagalan akibat tegangan tumbuk
𝐹
𝑃=
𝑖×ℎ×𝐿
132,67
𝑃=
4 × 3,2 × 45,5
𝑃 = 22,7 𝑘𝑔/ 𝑚𝑚2
Tegangan tumbukan ijin, dianggap aman jika
𝜎𝑡 90
𝑝̃ = = = 22,5 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
𝑖 4
Maka P < 𝑃̅, sehingga naaf dianggap aman dari kegagalan akibat tegangan
tumbuk
-Terhadap kegagalan akibat tegangan geser
𝐹
𝜏=
𝑖×𝑤×𝐿
132,67
𝜏=
4 × 6,17 × 45,5
𝜏 = 11,81 𝑘𝑔/ 𝑚𝑚2
- pemeriksaan kegagalan akibat tegangan ijin
𝜏̅ = 0,8 × 𝜎𝑡
𝜏̅ = 0,8 × 90
𝜏̅ = 72 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
Maka 𝜏 < 𝜏̅, sehingga naaf dianggap aman dari kegagalan akibat tegangan
ijin.

41
4,8. Perancanaan Plat Gesek
a. Pemilihan bahan
Dari tabel 2.5 bahan permukaan kontak plat adalah besi cor dan
asbes dengan Koefisien gesek antara 0,35 – 0,65 : diambil harga koefisien
gesek adalah 0,62
𝑃𝑎 = 0,007 – 0,07 kg.mm-2 diambil dari harga Pa adalah 0,007
b. Analisa gaya dan momen gesek
Untuk perancangan plat gesek digunakan perbanding d/D diambil
0,6.Dengan memasukan kepersamaan berikut maka akan didapat nilai dari:
- Analisa gaya
𝜋
𝐹= × ( 𝐷2 − 𝑑 2 ) × 𝑃𝑎
4
𝜋
𝐹= × ( 𝐷2 − (0,6𝐷)2 ) × 𝑃𝑎
4
𝐹 = 3,5 × 10−3 𝐷2
- Momen Gesek
𝐷 + 0,6 𝐷
𝑀 = 𝜇×𝐹×( )
4
1 + 0,6 𝐷
𝑀 = 0,007 × 3,5 × 10−3 𝐷2 × ( )
4
𝑀 = 8,73 × 10−4 𝐷3

c. Penentuan ukuran plat gesek


𝑀=𝑇
8,73 × 10−4 𝐷3 = 1485,87

3 1485,87
𝐷= √
8,73 × 10−4

𝐷 = 120 𝑚𝑚
Maka,
Diameter luar plat gesek (D) = 120 mm
Diameter dalam plat gesek (d) = 0,6.D = 0,6× 120 = 72 mm
𝐷+𝑑 120+72
Tebal plat gesek (b) = = = 24 𝑚𝑚
8 8

42
d. Menentukan tebal plat gesek
𝑀×𝐷×𝑛×𝑡×𝑧
𝑃=
9,75 × 105 × 3600

Dimana, P = Daya hilang akibat gesekan ( KW )


M = Momen gesek yang bekerja pada plat gesek ( kg.mm)
n = Kecepatan sudut , dari data brosur diketahui sebesar 8500
rpm
t = Waktu penyambungan kopling, diambil 0,3 detik
z = Jumlah kerja tiap jam direncanakan 200 kali /jam

8,73 × 10−4 𝐷3 × 𝑛 × 𝑡 × 𝑧
𝑃=
9,75 × 105 × 3600
8,73 × 10−4 × 1203 × 8500 × 0,3 × 200
𝑃=
9,75 × 105 × 3600
𝑃 = 0,219 𝐾𝑊
Maka, tebal dapat dicari :
𝐿×𝑃
𝑎=
𝐴×𝑊
Dimana, a = tebal plat gesek ( cm )
L = lama pemakaian plat gesek , direncanakan 5000 jam
P = Daya hilang akibat gesekan ( hp )
A = luas bidang gesek dari plat gesek , yaitu
W = Kerja yang menyebabkan kerusakan, bahan asbes dengan besi cor
harganya berkisar antara 5 – 8 hp.jam/cm3, dalam perancangan ini
diambil 8 hp.jam/cm3

- Luas penampang
𝜋
𝐴= × ( 𝐷2 − 𝑑2 )
4
𝜋
𝐴= × ( 1202 − 722 )
4
𝐹 = 72,38 𝑐𝑚2
Maka, tebal plat dapat dicari :

43
𝐿×𝑃
𝑎=
𝐴×𝑊
5000 × 0,163
𝑎=
72,38 × 𝑤
𝑎 = 1,4 𝑐𝑚
𝑎 = 14 𝑚𝑚
Maka,
Diameter luar plat gesek (D) = 120 mm
Diameter dalam plat gesek (d) = 0,6.D = 0,6× 120 = 72 mm
𝐷+𝑑 120+72
Tebal plat gesek (b) = = = 24 𝑚𝑚
8 8

Tebal plat gesek (a) = 14 mm

4.9. Perencanaan Baut


Perencanaan Baut dengan ds = 17 mm, pada tabel 2.3. diambil diameter
poros yang mendekati adalah 20 mm, maka dapat diketahui A= 112 mm,
B=75 mm, C=45 mm, F=18 mm, H=31,5 mm, K= 4, n=4 buah, d=10 mm,
L=40 mm, Maka:
a. Nilai efektif
𝜀 = 0,5 × 𝑛
𝜀 = 0,5 × 4
𝜀 = 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
b. Tegangan Geser Baut
𝑛×𝑇
𝜎𝑏 =
𝜋 × 𝑑2 × 𝜀 × 𝐵
4 × 1485,87
𝜎𝑏 =
𝜋 × 102 × 2 × 75
𝜎𝑏 = 0,1262 𝑘𝑔 /𝑚𝑚2

Bahan baut yang digunakan adalah S20C-D dengan 𝜎 adalah 50 𝑘𝑔𝑚𝑚−2


dengan Sf b = 6, dan Kb = 3, Maka:

𝜎𝑏𝑎
𝜎𝑏𝑎 =
𝑆𝑓𝑏 × 𝐾𝑏
50
𝜎𝑏𝑎 =
6 × 3

44
𝜎𝑏𝑎 = 2,78 𝑘𝑔𝑚𝑚−2
𝑘𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛
𝜎𝑏 < 𝜎𝑏𝑎
0,1262 𝑘𝑔 /𝑚𝑚2 < 2,78 𝑘𝑔𝑚𝑚−2
𝑏𝑎𝑖𝑘 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛

4.10. Perencanaan Bantalan


a. Pemilihan Bahan
Bahan yang digunakan untuk bantalan adalah (Dari tabel 4.1. sifat bahan
bantalan luncur).
Perunggu, dengan harga 𝑝𝑎 = 0,7 − 2 𝑘𝑔 /𝑚𝑚2

𝑝𝑣 = 0,2 𝑘𝑔. 𝑚 𝑚𝑚2 . 𝑠

b. Panjang bantalan (harga W=12,75 kg, dari data spesifikasi motor)


𝜋 𝑊×𝑛
𝑙= ×
4 𝑝𝑣
𝜋 12,75 × 8500
𝑙= ×
1000 × 60 0,2
𝑙 = 28,37 𝑚𝑚
𝑙 28,37
- = = 1,6 ; dapat diterima dalam daerah 0,5 – 2
𝑑𝑠 17

- Tekanan Permukaan

𝑊
𝑝=
𝑙 ×𝑑
12,75
𝑝=
28,37 × 17
𝑝 = 0,026 𝑘𝑔 /𝑚𝑚2
- Kecepatan Keliling

𝜋×𝑙×𝑛
𝑣=
60 × 1000
𝜋 × 28,37 × 8500
𝑣=
60 × 1000

45
𝑣 = 12,6 𝑚 /𝑠 2
- Harga Pv
𝑃𝑣 = 𝑃 × 𝑣
𝑃𝑣 = 0,026 × 12,6
𝑃𝑣 = 0,327 𝑘𝑔. 𝑚 /𝑚𝑚2 . 𝑠
- Harga tekanan P = 0,02 kg/mm2 ; dapat diteima perunggu,
- Harga Pv = 0,2 ; dapat diterima Pv- dicari = Pv
- Kerja Gesekan
𝜋×𝑑×𝑛
𝐻 = 0,04 × 𝑊 ×
1000 × 60
𝜋 × 17 × 8500
𝐻 = 0,04 × 12,75 ×
1000 × 60
𝐻 = 3,86 𝑘𝑔. 𝑚 /𝑠
- Daya yang diserap
𝐻
𝑃𝐻 =
102
3,86
𝑃𝐻 =
102
𝑃𝐻 = 0,037 𝐾𝑊
c. Analisa Gaya
- Wn ( berat naaf)
𝑊𝑛 = 𝜌𝑛 × 𝑉𝑛

Dimana : 𝜌𝑛 = massa jenis bahan naaf, yaitu 7,8.10-6 kg/mm3


Vn = Volume naaf
Dn = diameter luar naaf ,adalah 25,6 mm
dn = diameter dalam naaf, adalah 19,2 mm
Ln = panjang naaf, adalah 45,5 mm
𝜋
𝑉𝑛 = × (𝐷𝑁 2 − 𝑑𝑁2 ) × 𝐿𝑁
4
𝜋
𝑉𝑛 = × (25,62 − 19,22 ) × 45,5
4
𝑉𝑛 = 10241 𝑚𝑚3
Maka, Wn = 𝜌𝑁 × 𝑉𝑁
𝑊𝑁 = 𝜌𝑁 × 𝑉𝑁
𝑊𝑁 = 7,8 × 10−6 × 10,241 × 103

46
𝑊𝑁 = 0,08 𝑘𝑔
- WG ( Berat Pelat Gesek)
WG = Berat lingkar pembawa + berat lempeng gesek
𝑊𝐺 = 𝜌𝐿 × 𝑉𝐿 + 𝜌𝑔 × 𝑉𝑔

Dimana : 𝜌𝐿 = massa jenis bahan lingkar pembawa, adalah 7,2.10-6


kg/mm3
𝑉𝐿 = volume lingkar pembawa, yaitu
𝜋
𝑉𝐿 = × (𝐷𝐿 2 − 𝑑𝐿 2 ) × 𝐿𝐿
4
𝜋
𝑉𝐿 = × (1202 − 722 ) × 14
4
𝑉𝐿 = 101,3 𝑘𝑔
Untuk : 𝐷𝐿 = diameter luar lingkar pembawa
𝑑𝐿 = diameter dalam lingkar pembawa
𝑏𝐿 = tebal lingkar pembawa
𝜌𝑔 = massa jenis bahan lempeng gesek, untuk bahan asbes
besarnya adalah 3,4.10-6 kg/mm3
𝑉𝑔 = volume lempeng gesek, yaitu
𝜋
𝑉𝑔 = × (𝐷𝑔 2 − 𝑑𝑔 2 ) × 𝑏𝑔
4
𝜋
𝑉𝑔 = × (1162 − 782 ) × 14
4
𝑉𝑔 = 81,06 𝑘𝑔
Untuk : : 𝐷𝑔 = diameter luar lempeng gesek
𝑑𝑔 = diameter dalam lempeng gesek
𝑏𝑔 = Tebal lempeng gesek
𝑀𝑎𝑘𝑎,
𝑊𝐺 = 𝜌𝐿 × 𝑉𝐿 + 𝜌𝑔 × 𝑉𝑔
𝑊𝐺 = 7,2.10−6 × 101,3 + 3,4.10−6 × 81,06
𝑊𝐺 = 1.10−3 𝑘𝑔
- Wp ( berat poros)
𝑊𝑃 = 𝜌𝑃 × 𝑉𝑃
Dimana : 𝜌𝑃 = massa jenis bahan poros

47
𝑉𝑃 = Volume poros, yaitu

𝜋
𝑉𝑃 = × 𝑑𝑝 2 × 𝐿𝑃
4
𝜋
𝑉𝑃 = × 172 × 56
4
𝑉𝑃 = 12,7 × 10−3 𝑘𝑔
Untuk : 𝑑𝑝 = diameter poros
𝐿𝑃 = panjang poros
𝑚𝑎𝑘𝑎,
𝑊𝑃 = 𝜌𝑃 × 𝑉𝑃
𝑊𝑃 = 7,8.10−6 × 12,7.10−3
𝑊𝑃 = 9,1 × 10−11 𝑘𝑔
d.Kesetimbangan statik
 ∑ 𝑀𝐴 = 0
𝑅𝐵 ( 𝐿1 + 𝐿2 + 𝐿3 ) − 𝑊𝑃 ( 𝐿1 + 𝐿2 ) − ( 𝑊𝑁 + 𝑊𝐺 )𝐿1 = 0
𝑅𝐵 ( 2 + 2 + 2 ) − 9,1 × 10−11 ( 2 + 2 ) − ( 0,08 + 1,103 × 10−3 )𝐿1 = 0
6𝑅𝐵 − 3,64 × 10−10 − 0,16 = 0
𝑅𝐵 = 0,027 𝐾𝑔

 ∑ 𝐹𝑌 = 0
𝑅𝐴 + 𝑅𝐵 − ( 𝑊𝑁 + 𝑊𝐺 )− 𝑊𝑃 = 0
−11
𝑅𝐴 + 0,027 − ( 0,08 + 1,103 × 10−3 ) − 9,1 × 10 =0
𝑅𝐴 = 2,96 𝐾𝑔

Dari kedua gaya reaksi RA dan RB diambil harga terbesar sebagai resultan
gaya radial Fr yang nilainya sama dengan gaya reaksi di A yaitu :
Fr = 𝑅𝐴 = 2,96 𝐾𝑔
Sedangkan resultan gaya aksialnya adalah
FA = 0
4. 11 Perencanaan Pegas

W = 12,75 N
D = 18 mm
d = 16 mm

48
n = 13
- Tegangan geser
D 18
c= = = 1,125 mm
d 17
- Faktor Tegangan Wahl’s
4𝑐 − 1
K=
4𝑐 − 4
4 × 1,125 − 1
K=
4 × 1,125 − 4
K= 7
-Volume Kawat
π
V = π × D × n( × 𝑑2)
4
π
V = π × 18 × 13( × 162 )
4
V = 147.657,37 𝑚𝑚3
V = 1,48 × 10−4 𝑚3

- Tegangan yang terjadi pada pegas


Tegangan geser,
8×𝐷×𝑤
τ=
π × 𝑑3
8 × 18 × 12,75
τ=
π × 163
τ = 0,142kg/𝑚𝑚2
Tegangan Maksimum dalam permukaan lilitan pegas ulir
8×𝐷×𝑤
τ= K×
π × 𝑑3
8 × 18 × 12,75
τ=7×
π × 163
τ = 1,0 kg/𝑚𝑚2
- Defleksi pada masing masing Pegas
8 × 𝑛 × 𝐷3 × 𝑊
δ=
𝑑4 × 𝐺
8 × 13 × 183 × 12,75
δ=
164 × 8000

49
δ = 0,015 mm
- Konstanta pegas
𝐺 × 𝐷4
k=
8 × 𝑛 × 𝐷3
8000 × 164
k=
8 × 13 × 183
k = 864,4𝑘𝑔/𝑠 2
- Kekakuan (Stiffness)
W 𝐺 × 𝐷4
=
δ 8 × 𝑛 × 𝐷3
W 8000 × 164
=
δ 8 × 13 × 183
W
= 864, 4𝑁/𝑚𝑚2
δ
4.12 Perencanaan umur pelat gesek

- Momen Poros Motor

𝑇𝑝
𝑇1 = 974 ×
𝑛1
1,48587
𝑇1 = 974 ×
6500
𝑇1 = 0,222 𝑘𝑔. 𝑚
- Momen Poros Kopling
𝑇𝑝
𝑇2 = 974 ×
𝑛1
1,48587
𝑇2 = 974 ×
8500
𝑇2 = 0,17 𝑘𝑔. 𝑚
- Momen beban pada sebelum, dan setelah star
𝑇12 = 𝑇11 = 𝑇1 = 0,222 𝑘𝑔. 𝑚

- GD2 pada poros kopling adalah 3 kg. m2 , nkopling adalah 8500 rpm.
- Dari tabel, te adalah 0,3 dan faktor kemanan kopling (f) adalah 1,7
- Momen Start

50
𝐺𝐷2 × 𝑛
𝑇𝑎 = + 𝑇1
375 × 𝑛1
3 × 6500
𝑇𝑎 = + 0,226
375 × 0,3
𝑇𝑎 = 17,6 kg. mm
𝑇𝑎 × 𝑓 = 17,6 × 1,7
𝑇𝑎 × 𝑓 = 29,9 kg. mm

Dari lampiran Gambar 3,7 Karakteristik momen puntir gesek dinamis,


maka didapat momen puntir #40, Tdo= 32 kg.m > 29,9 kg.m
- Kerja Penghubung yang diijinkan

𝐺𝐷2 × 𝑛2 2 𝑇𝑑𝑜
𝐸= ×
7160 (𝑇𝑑𝑜 − 𝑇1 )
3 × 65002 32
𝐸= +
7160 (32 − 0,222)
𝐸 = 17703,5 kg. m

- Volume Keausan yang diijinkan (L3) adalah 91 cm3


- Dipilih bahan gesek adalah damar cetak, w = 6.10-7 cm-3/ (kg.m)
- Umur dalam jumlah penghubungan
𝐿3
𝑁𝑚𝐿 =
E×w
91
𝑁𝑚𝐿 =
17828 × 6.10 −7
𝑁𝑚𝐿 = 8,567 × 103 ℎ𝑏

- Umur dalam jumlah hari


ℎ𝑏
6 × 60 𝑚𝑖𝑛 × 6 𝑗𝑎𝑚 = 2160 ℎ𝑏/ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑚𝑖𝑛

Pada 360 hari tiap tahun, 2160.360 =

51
ℎ𝑏
2160 × 360 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 777600ℎ𝑏
𝑚𝑖𝑛

- Umur dalam jumlah hari


𝑁𝑚𝐿
𝑁𝑚𝐷 =
777600
85000
𝑁𝑚𝐷 =
777600
𝑁𝑚𝐷 = 0,10
Maka kopling plat tunggal kering, harus diganti tiap 3 bulan sekali.

52
BAB V
KESIMPULAN & SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari laporan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam setiap
perancangan dengan keamanan yang baik, serta memiliki kehandalan yang
tangguh, dan juga pemahaman akan teori desain spesifik dari suatu
komponen.
Kopling merupakan suatu elemen mesin yang berfungsi untuk
mentransmisikan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan,
dengan daya input dan output yang sama. Sehingga dalam perancangannya
kopling, harus bersifat dapat mentransmisikan daya sepenuhnya dari poros,
dapat mengurangi terjadinya slip, mampu menahan adanya kelebihan beban,
dapat menyambungkan dua poros atau lebih, serta dapat mencegah terjadinya
beban kejut dan getaran.
Dari diagram benda bebas didapatkan gaya yang terjad pada kabel
sama dengan 114 N pada handle. Maka pada saat menekan handle dengan 4
jari maka, gaya yang bekerja adalah sebesar 114 N. Dan pada setiap jari
ketika menekan handle akan terjadi gaya sebear 28 .
Pada perancangan kopling ini, praktikan merancangan ulang kopling
asli dengan mengganti bahan pelat gesek dengan bahan besi cor dan asbes,
ketika diuji melalui teori didapatkan kehandalan yang lebih baik pada pelat
kopling yang dilumasi daripada kopling kering. Tetapi memiliki kekurangan
yakni, sepat habis untuk permukaan pelat geseknya dikarenakan terjadi
gesekan yang terus menerus. Dan terjadi kenaikan suhu pada pemukaan pelat
gesek maka umur pelat gesek relatif tidak terlalu lama.

Dari analisa pada bab 4, maka dapat disimpulkan, antara lain :


a. Perencanaan kopling
Daya rencana : 12, 967 kW
Momen Puntir : 1485,87
b. Poros Kopling

53
Bahan : S55C-D, difnis dingin, dan dilunakkan
Diameter Poros : 17 mm

c. Perancangan poros, pasak , dan alur


Bahan : S55C-D, difnis dingin, dan
dilunakkan
Gaya Tangensial (Tegangan Ijin) : 177,3 kg
Jari – jari fillet : 1,5
Alur pasak : 6 x 3,5 x fillet 0,35
Kekuatan poros : 1,56 kg.mm=2
Panjang pasak : 20 mm
Perancangan Spline
d. Perancangan spline
Bahan : S55C-D
Diameter luar (D) : 22,67 mm
Diameter dalam (d) : 17 mm
Tinggi (h) : 2,8 mm
Lebar (w) : 5,5 mm
Panjang (L) : 40,3 mm
e. Perancangan naaf
Bahan : S55C-D
Diameter luar (D) : 25,6 mm
Diameter dalam (d) : 19,2 mm
Tinggi (h) : 3,2 mm
Lebar (w) : 6,17 mm
Panjang (L) : 45,5 mm
f. Perancangan plat Gesek
Bahan pelat : Besi cor dan Asbes
Diameter luar plat gesek D : 120 mm
Diameter dalam plat gesek (d) : 72 mm
Lebar plat gesek (b) : 24 •mm•
Tebal plat gesek (a) : 14 mm

54
g. Perancangan Baut
Bahan : S55C-D
Diameter pusat baut : 75 mm
Diameter baut : 10 mm
Jumlah baut :4

h. Perancangan Bantalan
Bahan : Perungggu
Panjang bantalan : 28,37 mm
Tekanan permukaan : 0,026 kg.mm-2
Daya serap : 0,037 kW
i. Perancangan Pegas
Bahan : SUP4
Diameter luar : 18 mm
Diameter dalam : 16 mm
Volume kawat : 14,7 mm3
Defleksi pada pegas : 0,015
Konstanta pegas : 864 kg/s2

5.2.Saran
Dalam perancangan suatu elemen mesin, maka diperlukan analisa yang
lebih mendalam lagi serta perhitungan yang betul – betul pasti sehingga
didapatkan hasil yang baik dalam perancangan. Serta dalam perancangan
lainnya, pelat gesek baiknya dibuat dari bahan untuk dilumasi sehingga, akan
mengurangi koefisien gesek serta mengurangi pertambahan temperatur.

55
DAFTAR PUSTAKA

 Brown, T.H, Jr..2005.Mark’s Calculations for machine design. New York:


McGraw-Hill Companies.
 Khurmi, R.S., and Gupta, J.K..1982. Text Books of Machine Design. New
Delhi Eurasia Publishing House (Pvt)Ltd, Ram Nagar.
 Shigley, J.E., and Mischke, C.R.. 1996. Standart Handbook of Machine
Design. New York : McGraw-Hill Companies..
 Zainuri, Achmad. 2010. Diktat Elemen Mesin I, dan II. Mataram : Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Mataram
 Popov Zainul Astamar, MEKANIKA TEKNIK (Of Material ), edisi ke II
(versi SI )
 Van Vlack, Lawrance 1989. Ilmu dan Teknologi Bahan Jakarta : Erlangga.
 G.Niemann, 1992. Elemen Mesin jilid 1& 2. Jakarta: Erlangga, PT. Gelora
Aksara Pratama.
 Ir.jac.STOLK,.and Ir.C.KROS..1981. Elemen Mesin (Elemen Konstruksi
Bangunan Mesin), Edisi ke-21 (versi S1) Jakarta: Erlangga, PT. Gelora
Aksara Pratama.

56
LAMPIRAN

57
58
59
60
Gambar 10. Pegas

61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71

Anda mungkin juga menyukai