TUGAS AKHIR
JALUR STUDI KASUS
1. Bapak Suharno dan Ibu Sularsih serta segenap keluarga besar atas segala doa,
kasih sayang, motivasi, dan segala dukungan yang tidak pernah henti;
2. Bapak Y. Yulianto Kristiawan S.T.,M.T selaku Direktur Akademi Teknologi
Warga Surakarta;
3. Bapak Agung Supriyanto, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
di Akademi Teknologi Warga Surakarta;
4. Bapak Bambang Margono, S.T., M.T selaku Pembimbing Tugas Akhir di
Akademi Teknologi Warga Surakarta;
5. Segenap Dosen Teknik Mesin di Akademi Teknologi Warga Surakarta yang
telah memberikan materi pembelajaran selama masa perkuliahan;
6. Segenap Karyawan Akademi Teknologi Warga Surakarta;
7. Perpustakaan Akademi Teknologi Warga Surakarta agar menjadi tambahan
sumber referensi khususnya pada bidang pengelasan;
8. Rekan-rekan Kelompok Tugas Akhir Friction Welding, Joko Wibowo,
Rahmad Faisal Rananto, dan Ahmad Al Fayed;
9. Seluruh Fungsionaris Senat Mahasiswa periode 2018/2019 Akademi
Teknologi Warga Surakarta; dan
10. Seluruh rekan mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2016 Akademi Teknologi
Warga Surakarta;
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
segala nikmat dan karunianya sehingga dapat menyelesaikan studi kasus Tugas
Akhir dan dilanjutkan dengan penyusunan laporan Tugas Akhir yang berjudul
“Tekanan dan Waktu Pengelasan Terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Sambungan
Las Gesek (Friction Welding) Logam Tak Sejenis SS 316 dan AISI 4140” sesuai
dengan waktu yang telah direncanakan.
Penyusun menyadari dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini tidak
lepas dari banyak pihak atas segala dukungan dan bantuan yang diberikan kepada
penulis, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Suharno dan Ibu Sularsih serta segenap keluarga besar atas segala doa,
kasih sayang, motivasi, dan segala dukungan yang tidak pernah henti;
2. Bapak Y. Yulianto Kristiawan S.T.,M.T selaku Direktur Akademi Teknologi
Warga Surakarta;
3. Bapak Agung Supriyanto, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
di Akademi Teknologi Warga Surakarta;
4. Bapak Bambang Margono, S.T., M.T selaku Pembimbing Tugas Akhir di
Akademi Teknologi Warga Surakarta;
5. Segenap Dosen Teknik Mesin di Akademi Teknologi Warga Surakarta yang
telah memberikan materi pembelajaran selama masa perkuliahan;
6. Segenap Karyawan Akademi Teknologi Warga Surakarta;
7. Perpustakaan Akademi Teknologi Warga Surakarta agar menjadi tambahan
sumber referensi khususnya pada bidang pengelasan;
8. Rekan-rekan Kelompok Tugas Akhir Friction Welding, Joko Wibowo,
Rahmad Faisal Rananto, dan Ahmad Al Fayed;
9. Seluruh Fungsionaris Senat Mahasiswa periode 2018/2019 Akademi
Teknologi Warga Surakarta; dan
10. Seluruh rekan mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2016 Akademi Teknologi
Warga Surakarta;
vi
Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya di Kampus Akademi Teknologi Warga Surakarta.
Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini, tentu banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik moral maupun materil. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan kontribusi
sehingga laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan
Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Halaman Persetujuan........................................................................................ iii
Halaman Pernyataan Keaslian.......................................................................... iv
Halaman Persembahan ..................................................................................... v
Prakata .............................................................................................................. vi
Daftar Isi........................................................................................................... viii
Daftar Gambar.................................................................................................. x
Daftar Tabel ..................................................................................................... xii
Daftar Lampiran ............................................................................................... xiii
Abstrak ............................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Batasan Masalah ................................................................................ 3
C. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 6
B. Dasar Teori ......................................................................................... 12
C. Hipotesis............................................................................................. 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Alat dan Bahan................................................................................... 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 32
C. Variabel Penelitian ............................................................................. 32
D. Tahapan Penelitian............................................................................. 32
E. Analisis Data ...................................................................................... 42
viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Visualisasi Hasil Friction Welding .................................................... 43
B. Kekerasan Mikro (Vickers Microhardness) Sambungan Friction
Welding .............................................................................................. 47
C. Kekuatan Tarik (Tensile Strength) Sambungan Fricition Welding ... 52
D. Struktur Mikro Sambungan Friction Welding ................................... 59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Simpulan ............................................................................................ 64
B. Saran................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 66
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 4.10 Profil kekerasan horisoltal pada waktu gesek 35 detik ............. 49
Gambar 4.11 Profil kekerasan horisoltal pada waktu gesek 50 detik ............. 50
Gambar 4.12 Profil kekerasan horisoltal pada waktu gesek 65 detik ............. 50
Gambar 4.13 Pengaruh waktu gesek terhadap tekanan gesek sambungan
dengan sudut chamfer 0⁰ friction welding ....................................................... 54
Gambar 4.14 Pengaruh tekanan gesek terhadap waktu gesek sambungan
dengan sudut chamfer 0⁰ friction welding ....................................................... 55
Gambar 4.15 Grafik hasil uji tarik sambungan friction welding ..................... 55
Gambar 4.16 Perbandingan hasil uji tarik chamfer 0⁰ dengan chamfer 45⁰..... 57
Gambar 4.17 Spesimen hasil uji tarik .............................................................. 57
Gambar 4.18 Struktur mikro material AISI 4140 ............................................ 59
Gambar 4.19 Struktur mikro material stainless s steel 316 ............................. 60
Gambar 4.20 Letak nugget, HAZ 1, HAZ 2, dan logam induk spesimen
sambungan friction welding ............................................................................. 61
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
ABSTRAK
Kata kunci: Friction welding, Logam tak sejenis, Tekanan gesek, Waktu gesek
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini penyambungan logam dengan sistem pengelasan semakin
banyak digunakan, baik dalam konstruksi bangunan maupun konstruksi mesin.
Salah satu yang dipakai dalam dunia industri adalah fusion welding sering disebut
las busur. Banyak metode yang digunakan seperti sambungan lipat, sambungan
mur baut. Las busur tidak cocok digunakan pada pengelasan logam dalam bentuk
silinder pejal, karena membuat kekuatan tidak maksimal. Ada juga teknik
pengelasan yang lain yaitu solid state welding yaitu penyambungan dua material
pada temperatur dibawah titik leleh material. Mengetahui teknik pengelasan yang
dilakukan dengan cara fusion welding dan solid state welding terdapat
kekurangan, sehingga ditemukan cara peleburan dengan cara pengelasan antara
tepi dan tengah yaitu pengelasan gesek (friction welding). Pengelasan gesek
merupakan salah satu metode penyambungan material yang memanfatkan panas
yang ditimbulkan antara gesekan kedua material yang sama maupun berbeda.
Penyambungan tanpa memberikan bahan tambah atau logam pengisi digolongkan
menjadi beberapa bagian, antara lain: explosion welding, forge welding, friction
welding, radial friction welding dan lain sebagainya. Adapun metode yang
digunakan dalam pengelasan salah satunya adalah friction welding. Beberapa
kekurangan dan kendala yang ditemukan dalam pengelasan dengan metode
peleburan atau busur listrik, meliputi: ketebalan material dan bentuk benda yang
akan dilas. Penyambungan silinder yang besar mengalami kesulitan kesulitan
karena harus dilakukan secara bertahap agar lapisan logam mengisi sempurna.
Dengan metode pengelasan bentuk silinder, silinder pejal dapat teratasi yaitu
menggunakan pengelasan friction welding (Sigit Purnomo, 2017).
1
2
Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui pengaruh variasi tekanan gesek
terhadap kekuatan tarik dan nilai kekerasan sambungan friction welding logam
tak sejenis antara AISI 4140 dan SS 316. Bertitik tolak dari permasalahan yang
ditemukan dalam friction welding, maka penulis mengambil judul Pengaruh
Tekanan dan Waktu Pengelasan Terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Sambungan
Las Gesek (Friction Welding) Logam Tak Sejenis SS 316 dan AISI 4140.
B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat mencapai tujuan yang ditetapkan, maka penulis
memberikan batasan masalah sebagai berikut.
1. Tempat pelaksanaan penelitian friction welding berada di Laboratorium
Perkakas dan Metalurgi fisik;
2. Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja AISI 4140 dan SS
316, berbentuk silinder pejal diameter 12,7 mm dengan panjang 100 mm;
3. Putaran yang digunakan adalah 1800 rpm;
4. Variasi tekanan gesekan yang digunakan adalah 50, 70, dan 90 Kg/cm2;
5. Durasi waktu gesekan yang digunakan adalah 35, 50, dan 65 detik;
6. Tekanan tempa yang digunakan adalah 150 Kg/cm2;
7. Kondisi peralatan yang digunakan saat pengambilan data diasumsikan
terkalibrasi dan seluruh pengukuran variabel pengelasan dianggap tepat
seperti pada alat pengukuran;
8. Variasi sudut chamfer yang digunakan adalah 0° dan 45°;
9. Uji kekerasan material yang digunakan adalah metode pengujian kekerasan
vickers;
10. Mesin bubut yang digunakan adalah merek Krisbow KW2400038;
11. Menggunakan program Arduino Uno sebagai pembaca suhu;
12. Menggunakan thermocouple type K sebagai sensor suhu dalam celcius dan
fahrenheit;
13. Thermocouple type K dipasangkan pada Stainless steel 316 dengan jarak
10mm dari titik tengah;
14. Temperatur saat proses pengelasan Friction Welding diabaikan;
4
15. Alat uji kekerasan yang digunakan adalah Digital Micro Vickers Hardness
Tester HVS-1000Z;
16. Alat uji struktur mikro yang digunakan adalah Euromex Inverted
Microscopes of the IM Series;
17. Alat uji tarik yang digunakan adalah Computer On-Screen Hydraulic
Universal Testing Machine model WEW-300D;
18. Campuran etsa yang digunakan un tuk mengetahui struktur mikro AISI 4140
yaitu alkohol dan HNO3 dengan perbandingan 10:1;
19. Campuran etsa yang digunakan untuk mengetahui struktur mikro SS 316
yaitu HCL, aquades dan HNO3 dengan perbandingan 2:3:1;
20. Waktu esta material AISI 4140 selama 4 detik; dan
21. Waktu etsa material SS 316 selama 3 menit.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh variasi tekanan gesek, waktu gesek, dan sudut chamfer
pada proses pengelasan friction welding antara logam tak sejenis SS 316 dan
AISI 4140 terhadap kekuatan tarik sambungan las?
2. Bagaimana pengaruh variasi tekanan gesek dan waktu gesek pada proses
pengelasan friction welding antara logam tak sejenis SS 316 dan AISI 4140
terhadap struktur mikro dan nilai kekerasan pada daerah sambungan las?
3. Bagaimana pengaruh tekanan gesek dan waktu gesek pada proses pengelasan
friction welding antara logam tak sejenis SS 316 dan AISI 4140 terhadap
panjang spesimen?
3. Mengetahui pengaruh tekanan gesek dan waktu gesek pada proses pengelasan
friction welding antara logam tak sejenis SS 316 dan AISI 4140 terhadap
panjang spesimen.
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Friction welding
Salah satu cabang ilmu yang dipelajari pada teknik mesin adalah teknik
pengelasan logam. Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi
pengelasan telah mengalami perkembangan dengan pesat. Ditemukannya
metode-metode baru untuk mengatasi permasalahan dalam proses
penyambungan material merupakan petunjuk adanya perkembangan dalam
teknologi pengelasan. Salah satunya adalah friction welding. Friction welding
merupakan salah satu solusi dalam memecahkan permasalahan
penyambungan logam yang sulit dilakukan dengan pengelasan cair (fusion
welding). Pada friction welding proses penyambungan logamnya tanpa
pencairan (solid state proces) yang mana proses pengelasan terjadi sebagai
akibat penggabungan antara laju putaran salah stu benda kerja yang berputar.
Gesekan yang diakibatkan oleh pertemuan kedua benda kerja tersebut akan
menghasilkan panas yang dapat melumerkan kedua ujung benda kerja yang
bergesekan sehingga mampu melumer dan akhirnya terjadi proses
penyambungan. Pada friction welding terjadi beberapa fenomena fisik seperti
perubahan panas akibat gesekan deformasi plastis dan sebagainya. Adapun
parameter penting dalam proses friction welding meliputi friction time,
rotational speed, dan friction pressure. Parameter-parameter yang
ditunjukkan diatas akan berpengaruh terhadap sifat mekanik hasil sambungan
las gesek,salah satu sifat mekanik yang penting dalam aplikasinya terutama
pada hasil sambungan las gesek adalah kekuatan impak. Kekuatan impak
sambungan las perlu diketahui karena perlunya gambaran bagaimana sikap
bahan apabila mengalami pembebanan mendadak dan juga sangat membantu
dalam menentukan kepantasan bahan untuk penggunaan-penggunaan teknik
(Prasetyono & Subiyanto, 2012).
6
7
B. Dasar Teori
1. Pengelasan
Pengelasan merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari
proses manufaktur. Proses pengelasan (welding) merupakan salah satu teknik
penyambungan logam dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa
logam tambahan sehingga menghasilkan sambungan yang kontinyu.
Sedangkan definisi menurut Deutche Industrie and Normen (DIN), las adalah
ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang
dilaksanakan dalam keadaan melting atau cair (Wiryosumarto, 2000). Berikut
macam–macam proses dan jenis pengelasan:
a) SMAW (Shield Metal Arc Welding) adalah proses pengelasan dimana
sebuah elektroda berpelapis digunakan. Elektroda berpelapis terdiri dari
logam inti dan fluks pelapis. Busur terbentuk antara elektroda dan benda
kerja. Busur melelehkan elektroda dan benda kerja. Gas pelindung dari
hasil pembakaran akan melindungi logam las dari kontaminasi oksigen
dan nitrogen yang berada di udara bebas. Lelehan dari lapisan elektroda
juga akan melindungi logam las dari kontaminasi. Las SMAW digunakan
dalam berbagai macam fabrikasi pengelasan karena kesederhanaan dan
pengaplikasian untuk berbagai posisi pengelasan. SMAW digunakan
secara luas dalam pengelasan baja, paduan nikel, paduan tembaga, dan
jenis logam lainnya;
b) GMAW (Gas Metal Arch Welding) terdiri dari ; MAG (Metal Active Gas)
dan MIG (Metal Inert Gas) adalah pengelasan dengan gas nyala yang
dihasilkan berasal dari busur nyala listrik, yang dipakai sebagai pencair
metal yang dilas dan metal penambah. Sebagai pelindung oksidasi dipakai
gas pelindung yang berupa gas kekal (inert) atau CO2. MIG digunakan
untuk mengelas besi atau baja, sedangkan gas pelindungnya adalah
mengunakan karbon dioksida CO2. TIG digunakan untuk mengelas logam
non besi dan gas pelindungnya menggunakan Helium (He) dan/atau
Argon (Ar);
13
c) GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau TIG (Tungsten Inert Gas)
adalah pengelasn dengan memakai busur nyala dengan tungsten/elektroda
yang terbuat dari wolfram, sedangkan bahan penambahnyyadigunakan
bahan yang sama atau sejenis dengan material induknya. Untuk mencegah
oksidasi, dipakai gas kekal (inert) 99 % Argon (Ar) murni;
d) PAW (Plasma Arch Welding) adalah las listrik dengan plasma yang
sejenis dengan GTAW hanya pada proses ini gas pelindung menggunakan
bahan campuran antara Argon (Ar), Nitrogen (N) dan Hidrogen (H) yang
lazim disebut dengan plasma. Plasma adalah gas yang luminous dengan
derajat pengantar arus dan kapasitas termis/panas yang tinggi dapat
menampung tempratur diatas 5000° C; dan
e) OAW (Oxigen Acetylene Welding) adalah sejenis dengan las karbid/las
otogen. Panas yang didapat dari hasil pembakaran gas acetylene (C2H2)
dengan zat asam atau Oksigen (O2). Ada juga yang sejenis las ini dan
memakai gas propane (C3H8) sebagai ganti acetylene. Ada pula yang
memakai bahan pemanas yang terdiri dari campuran gas hidrogen (H) dan
zat asam (O2) yang disebut OHW (Oxy Hidrogen Welding).
2. Pengujian struktur mikro
Pengujian struktur mikro dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
struktur yang terkandung didalam material serta sifat-sifat fisis dan mekanik
dari material tersebut. Struktur mikro dalam logam (paduan) di tunjukkan
dengan besar, bentuk dan orientasi butirannya, jumlah fasa, proporsi dan
kelakuan dimana mereka tersusun atau terdistribusi. Struktur mikro dari
paduan tergantung dari beberapa faktor seperti, elemen paduan, konsentrasi
dan perlakuan panas yang diberikan. Pengujian struktur mikro atau
mikrografi dilakukan dengan bantuan mikroskop dengan koefisien
pembesaran dan metode kerja yang bervariasi. Mikroskop yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu Euromex Inverted Microscopes of the IM Series
dapat dilihat Gambar 2.1 dibawah ini.
14
c) Pemolesan (Polishing)
Pemolesan bertujuan untuk mengkilapkan permukaan serta
membersihkan kotoran-kotoran pada permukaaan, bahan yang dipakai
bisa autosol, kit, atau braso.
d) Etsa (Etching)
Etsa adalah mengkorosi atau mengkikis (memburamkan) batas butir
material sehingga nantinya struktur mikronya terlihat. Proses ini dilakukan
dengan cara mencelupkan benda uji kedalam larutan etsa selama ± 3 detik.
Pencelupan dilakukan dengan larutan kimia yang sesuai. Bahan etsa yang
digunakan antara lain,
(1) Logam baja : HNO32,5 %;
(2) Logam besi cor : HNO35 %;
(3) Logam tembaga : HNO3 65 %;
(4) Logam kuningan : HNO365 %;
(5) Logam stainless steel: Aqua regia (HNO3 + HCl dengan perbandingan
1:3); dan
(6) Logam aluminium : NaOH 50 %.
e) Pemotretan
Pemotretan dilakukan dengan menggunakan inverted metallurgical
microscope.
Pada Gambar 2.2 adalah alat yang digunakan untuk mengetahui nilai
kekerasan material. Metode yang digunakan dalam pengujian kekerasan salah
satunya adalah metode pengujian kekerasan micro vickers, cara ini
menggunakan indentor intan berbentuk piramida dengan dasar persegi dan
sudut puncak 136º ditekan dengan beban F terhadap material yang akan diuji.
Nilai kekerasan vickers (VHN) didefinisikan sebagai beban dibagi luas
permukaan lekukan atau luas bekas injakan piramida. Variasi beban yang
biasanya digunakan pada pengujian mikro vickers adalah 25, 50, 100, 200,
300, 500, dan 1000 gramforce, tergantung pada tingkat kekerasan material
yang akan di uji. Untuk luasan permukaan lekukan bekas injakan penumbuk
dihitung dari pengukuran mikroskopis panjang diagonalnya. Kekerasan
dihitung dengan mengukur diagonal d1 dan d2 dari jejak yang ditinggalkan.
Bilangan kekerasan vickers (HV) dihitung :
𝑠𝑖𝑛Ɵ
𝐹 2. 𝐹.
2
VHN =𝐴= (2.5)
d²
1,854 𝐹
= (F = kgf, d = mm)
d²
1854 𝐹
= (F = gf, d = µm)
𝐷²
Keterangan:
VHN : Vickers Hardness Number (HV)
F : Beban yang diberikan (kgf atau gf)
A : Luas area indentasi (mm2 atau µm2 )
Ɵ : Sudut Indentor (136º)
d : Panjang diagonal bekas indentasi (mm atau µm)
𝑎
d= (d = µm)
2
a = Pembacaan diagonal menggunakan mikroskop (µm)
18
𝐹
VHN = 1854 . 𝑎 (F = gf) (2.6)
(2)2
136⁰ between
opposite faces
Perbedaan dari mikro hardness dan makro hardness terletak pada beban
yang digunakan. Mikro hardness menggunakan beban antara 1 sampai 1000
gram force, sedangkan makro hardness lebih besar dari 1000 gram. Misal
pengujian dengan metode rockwell baik skala A,B,C,D akan membuat jejak
indentasi yang besar, sehingga hanya dikhususkan untuk benda yang
mempunyai ketebalan lebih besar dari 0,040 inci, sedangkan uji brinell
dikhususkan untuk benda yang memiliki ketebalan tidak kurang dari 0,125
inci. Skala rockwell buatan dengan beban tidak lebih dari 30 gram bisa
digunakan pada material dengan ketebalan 0,025 inci dan beban 15 gram bisa
digunakan pada benda dengan ketebalan 0,015 inci. Untuk menguji material
yang lebih tipis dari ini harus digunakan metode micro vickers.
19
4. Pengujian tarik
Pengujian tarik adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
sifat-sifat mekanis suatu logam dan paduannya. Pengujian ini paling sering
dilakukan karena merupakan dasar pengujian-pengujian dan studi mengenai
kekuatan bahan. Alat uji tarik yang digunakan yaitu Computer On-Screen
Hydraulic Universal Testing machine model WEW-300D yang memiliki
kemampuan maksimal pengujian sampai 600 KN. Skema uji tarik untuk
mengetahui kekuatan material disajikan pada Gambar 2.4
Benda Uji
Penjepit
F
𝑃𝑢
σu = (2.7)
𝐴0
Keterangan:
σu = Tegangan tarik maksimal (MPa)
Pu = Beban tarik (N)
A0 = Luasan awal penampang (mm²)
20
𝐿𝑓−𝐿0
Ɛ= X 100 % (2.8)
𝐿𝑜
Keterangan:
Ɛ = Regangan (%)
Lf = Panjang awal (mm)
L0 = Panjang akhir (mm)
εy
εp εe
Uniform elongation local elongation
maximum elongation
Gambar 2.5 Kurva tegangan-regangan rekayasa
21
εe+εp. Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang
ada adalah regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada
pada titik E dan besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis.
j) Tegangan tarik maksimum (ultimate tensile strength)
Ditunjukkan pada titik C (σβ), merupakan besar tegangan
maksimum yang didapatkan dalam uji tarik.
k) Kekuatan patah (breaking strength)
Merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji putus atau
patah.
A=45
mm
D=9 mm
G=36 R=8 mm
mm
Gambar 2.6 Model Spesimen Standar ASTM E8/E8M
5. Thermocouple type K
Thermocouple yang berasal dari thermo electric couple adalah alat
pengukur temperatur berdasarkan prinsip dasar termoelektrik dimana
perubahan temperatur mengakibatkan terjadinya gaya gerak listrik (ggl)
dalam rangkaiannya. Thermocouple dibangun oleh dua buah logam yang
memiliki koefisien Seeback berbeda. Koefisien tersebut mengisyaratkan
bahwa setiap logam jika dipanaskan akan menghasilkan potensial listrik
tertentu. Perbedaan potensial tersebut memungkinkan terjadinya arua listrik.
Thermocouple yang digunakan pada tugas akhir ini adalah thermocouple type
K, dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut ini.
b) Compiler
Sebuah modul yang mengubah kode program (bahasa processing)
menjadi kode biner. Compiler biasanya digunakan untuk mengecek
kesalahan pada program yang dibuat.
c) Uploader
Sebuah modul yang memuat kode biner dari komputer kedalam
memori didalam papan arduino. Tampilan software arduino dapat dilihat
pada Gambar 2.9 dibawah ini.
kecepatan translasi pahat maka akan diperoleh berbagai macam ulir dengan
ukuran kisar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menukar
roda gigi translasi yang menghubungkan poros spindel dengan poros ulir.
Pada Gambar 2.10 adalah mesin bubut yang digunakan dalam penelitian ini
dengan merek Krisbow KW2400038 yang memiliki putaran maksimal mesin
yaitu 1800 rpm.
d) Perlite
Merupakan campuran khusus yang terjadi atas dua fasa yang
terbentuk austenisasi, dengan komposisi eutectoid bertransformasi
menjadi ferrite dan karbida. Ini dikarenakan ferrite dan karbida terbentuk
secara bersamaan dan keluarnya saling bercampuran. Apabila laju
pendinginan dilakukan secara perlahan-lahan maka atom karbon dapat
berdifusi lebih lama dan dapat menempuh jarak lebih jauh, sehingga
diperoleh bentuk perlite besar. Dan apabila laju pendinginan depercepat
lagi maka difusi akan terbatas pada jarak yang dekat sehingga akhirnya
menghasilkan lapisan tipis lebih banyak.
e) Martensite
Adalah suatu fasa yang terjadi karena pendinginan yang sangat cepat
sekali dan terjadi pada suhu dibawah eutectoid tetapi masih diatas suhu
kamar. Karena struktur austenite FCC tidak stabil maka akan berubah
menjadi struktur BCT secara serentak. Pada reaksi ini tidak terjadi difusi
tetapi terjadi pengerasan (dislokasi). Semua atom bergerak serentak dan
perubahan ini langsung dengan sangat cepat diaman semua atom yang
tinggal tetap berada pada larutan padat karena terperangkap dalam kisi
sehingga sukar menjadi slip, maka martensite akan menjadi kuat dan keras
tetapi sifat getas dan rapuh menjadi tinggi. Martensite dapat terjadi bila
austenite didinginkan dengan cepat sekali (dicelup) hingga temperatur
dibawah pembentukan bainit.
Martensite terbentuk karena transformasi tanpa difusi sehingga
atom-atom karbon seluruhnya terperangkap dalam larutan super jenuh.
Keadaan ini yang menimbulkan distorsi pada struktur kristal martensite
dan membentuk BCT. Tingkat distorsi yang terjadi sangat tergantung pada
kadar karbon, karena martensite merupakan fasa yang sangat keras namun
getas.
30
C. Hipotesis
Hipotesa yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui
kualitas las gesek (friction welding) terbaik ditinjau dari kekuatan tarik, kekerasan
vickers, struktur mikro, dan panjang spesimen adalah sebagai berikut.
H01 : Variasi tekanan gesek, waktu gesek dan sudut chamfer pada proses
pengelasan friction welding antara logam tak sejenis SS 316 dan AISI
4140 berpengaruh terhadap nilai kekuatan tarik, kekerasan, dan struktur
mikro.
H1 : Variasi tekanan gesek, waktu gesek dan sudut chamfer pada proses
pengelasan friction welding antara logam tak sejenis SS 316 dan AISI
4140 tidak berpengaruh terhadap nilai kekuatan tarik, kekerasan, dan
struktur mikro.
H02 : Variasi tekanan gesek dan waktu gesek pada proses pengelasan friction
welding antara logam tak sejenis SS 316 dan AISI 4140 berpengaruh
terhadap panjang spesimen.
H2 : Variasi tekanan gesek dan waktu gesek pada proses pengelasan friction
welding antara logam tak sejenis SS 316 dan AISI 4140 tidak
berpengaruh terhadap panjang spesimen.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31
32
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, baja AISI
4140, stainless steel 316, resin, katalis, alkohol, pipa paralon 11/2”, HCL, aquades
dan HNO3.
C. Variabel Penelitian
Variabel bebas yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain,
1. Variasi tekanan gesek pada proses friction welding adalah 50, 70, dan 90
Kg/cm2;
2. Variasi waktu gesekan yang digunakan adalah 35, 50, dan 65 detik; dan
3. Variasi sudut chamfer yang digunakan 0 dan 45º.
D. Tahapan Penelitian
Penelitian pengaruh tekanan dan waktu pengelasan terhadap sifat fisik dan
mekanik sambungan friction welding logam tak sejenis SS 316 dan AISI 4140 ini
dibagi dalam enam tahapan yaitu studi literatur, penetapan parameter, persiapan
alat dan bahan, proses friction welding, proses pengujian, dan analisa data.
Adapun pengujian spesimen friction welding meliputi uji tarik, kekerasan, sruktur
mikro dan panjang spesimen, seperti disajikan pada Gambar 3.1
33
Mulai
Studi literatur
Tidak
Friction welding
Ya
Ya
Kesimpulan
Pembuatan laporan
Selesai
Pada Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini terdapat 3 variasi
parameter tekanan gesek dan variasi waktu gesek. Variasi tekanan gesek yang
digunakan yaitu 50 kg/cm², 70 kg/cm² dan 90 kg/cm², sedangkan variasi waktu
yang digunakan adalah 35 detik, 50 detik, dan 65 detik. Dengan parameter yang
dikunci adalah putaran 1800 rpm dan tekanan tempa 150 kg/cm². Pada
penelitian ini menggunakan material berbeda jenis logam yaitu stainless steel
316 dan AISI 4140.
3. Persipan alat dan bahan uji
a) Membuat alat bantu pencekaman dan penekanan yang akan dipasang pada
mesin bubut untuk proses friction welding, alat press & hold friction
welding tools dapat dilihat pada Gambar 3.2 dibawah ini;
b) Memotong bahan stainless steel 316 dan AISI 4140 silinder pejal diameter
12,7 mm dengan panjang 102 mm menggunakan gerinda potong sebanyak
36 spesimen untuk material stainless steel 316 dan 36 spesimen untuk
material AISI 4140;
c) Membubut facing permukaan bahan uji pada sisi yang akan disambung
sampai ukuran benda uji 100 mm;
d) Menyiapkan bahan pendukung untuk proses pengujian yaitu resin, katalis,
alkohol, pipa paralon 11/2”, HCL, aquades dan HNO3; dan
36
e) Membuat rangkaian alat untuk mendeteksi suhu yang dicapai saat proses
friction welding berlangsung. Alat ini menggunakan sensor suhu yaitu
thermocouple type K yang dihubungkan dengan modul serta arduino dan
komputer sebagai display suhu yang dicapai. Pada Gambar 3.3 adalah
wiring alat pembaca suhu yang dicapai saat proses friction welding
berlangsung.
SO
CS
USB
SCK Jack
VCC
GND
Thermocouple
Drill Ø6 mm
6. Pengujian tarik
Pengujian kekuatan tarik dilakukan untuk mengetahui kemampuan
sambungan las friction welding dalam menahan beban. Adapun langkah-
langkah pengujian tarik sebagai berikut.
a) Mempersiapkan benda uji dan mengukur benda uji diameter, luas
penampang dan panjang total spesimen uji;
b) Mencekam spesimen uji dengan menekan tombol upper clamping dan lower
clamping;
c) Menyalakan mesin uji tarik dan lakukan pembebanan tarik sampai benda uji
putus;
38
d) Mencatat beban luluh dan beban putus yang terdapat pada skala pada
monitor komputer; dan
e) Melepaskan benda uji pada pegangan atas dan bawah, dan memutar unload
untuk mengembalikan cekam ke posisi semula. Pada Gambar 3.6 dibawah
ini merupakan proses saat spesimen dicekam pada mesin uji tarik.
D1
D2
arduino dan komputer sebagai display suhu yang dicapai. Software yang
digunakan dalam pengambilan suhu ini yaitu arduino IDE. Adapun langkah-
langkah yang harus dilakukan untuk pengambilan suhu pengelasan friction
welding, sebagai berikut.
a) Membuka software arduino IDE pada laptop;
b) Membuat coding untuk pembacaan sensor suhu;
c) Klik toolbar sketch, kemudian tambahkan library;
d) Selanjutnya setelah berhasil memasukkan library, kemudian klik toolbar
tools dan lakukan pemilihan koneksi port dengan menghubungan kabel USB
pada laptop;
e) Hubungkan ujung thermocouple pada material stainless steel yang sudah
dilubangi. Jangan lupa teliti kabel koneksi terpasang dengan baik, agar hasil
pembacaan suhu bias maksimal;
f) Klik (→) Upload, tunggu hingga proses uploading selesai;
g) Kemudian lakukan proses pengelasan friction welding, dan pada saat yang
bersamaan klik toolbar tools lalu pilih serial monitor untuk menampilkan
suhu hasil pembacaan thermocouple; dan
h) Proses pembacaan suhu berlangsung, suhu yang akan terbaca yaitu dalam
satuan celcius dan fahrenheit. Apabila proses pengambilan data sudah
selesai, untuk menghentikan hasil pembacaan suhu cukup dengan melepas
kabel USB yang terhubung pada laptop. Rangkaian pengambilan suhu pada
pengelasan friction welding dapat dilihat pada Gambar 3.9 dibawah ini.
Thermocouple Arduino
Uno
Laptop
USB
Stainless Steel 316
E. Analisis Data
Pengelasan material tidak sejenis antara SS 316 dan AISI 4140 dengan
menggunakan metode friction welding. Hipotesis dilakukan untuk mengetahui
pengaruh yang signifikan yang diberikan dari perbandingan tekanan gesek dan
sudut chamfer yang dihasilkan ditinjau dari kekuatan tarik, kekerasan vickers,
struktur mikro, dan pajang spesimen. Data hasil pengujian selanjutnya dilakukan
analisa statistik, pengaruh antara variabel bebas. Adapun untuk analisis korelasi
digunakan untuk mengukur kesesuaian garis regresi terhadap data sampel juga
mengukur keeratan hubungan antara variabel atau disebut koefisien korelasi.
BAB IV
Penelitian sambungan friction welding logam tak sejenis antara AISI 4140
dengan stainless steel dilakukan untuk mengetahui pengaruh tekanan gesek dan
waktu gesek terhadap sifat fisik dan mekanik sambungan las. Sifat fisik dan mekanik
diperoleh dengan melakukan beberapa tahap pangujian antara lain uji tarik, uji
kekerasan, dan uji struktur mikro. Data hasil pengujian tersebut dianalisa untuk
menghasilkan suatu pembahasan dan kesimpulan yang sesuai dengan tujuan dari
penelitian tersebut.
A. Visualisasi Hasil Friction Welding
Setelah mengamati pada hasil friction welding, dapat dilihat pada daerah
sambungan terdapat flash atau tonjolan logam berbentuk seperti cincin yang
disebabkan oleh pergesekan kedua ujung material dan menimbulkan panas yang
semakin tinggi hingga material logam mengalami lumer (tidak mencapai titik
cair) dan pada saat yang bersamaan diberi tekanan secara konstan dengan waktu
yang sudah ditentukan. Berikut ini adalah visualisasi spesimen berdasarkan
variasi tekanan gesek yang diberikan,
35 detik
50 detik
65 detik
43
44
35 detik
50 detik
65 detik
35 detik
50 detik
65 detik
196
194
Panjang Spesimen (mm)
192
190
188
186
184
182
180
35 50 65
Waktu Gesek (detik)
Kg/cm2
50 Kg/cm2 Kg/cm2
70 Kg/cm2 50 Kg/cm2
90Kg/cm23
(a)
46
196
194
192
Panjang Spesimen (mm)
190
188
186
184
182
180
35 50 65
2
50Kg/cm2
50 Kg/cm 194,7 189,9 189,6
Kg/cm 2
70Kg/cm2
70 192 189,8 189,1
Kg/cm 2
90Kg/cm23
50 188,9 186,6 186,2
(b)
Gambar 4.4 Panjang spesimen hasil friction welding
(a) Grafik batang (b) Grafik garis
10
9
8
Lebar flash (mm)
7
6
5
4
3
2
1
0
35 50 65
Waktu Gesek (detik)
50 Kg/cm2
50 Kg/cm2 50 Kg/cm2
70 Kg/cm22 90 Kg/cm2
90Kg/cm2
(a)
47
10
9
8
Lebar flash (mm) 7
6
5
4
3
2
1
0
35 50 65
50 Kg/cm22
50 Kg/cm 4,1 5,73 7,93
70 Kg/cm 2
70 Kg/cm2 6,76 7,63 8,33
Kg/cm 2
90 Kg/cm2
90 7,76 8,23 8,9
(b)
Gambar 4.5 Lebar flash hasil friction welding
(a) Grafik batang (b) Grafik garis
600
35 detik
35
50
50 detik
500
65
65 detik
Kekerasan (HVN)
400
300
Stainless Steel
AISI 4140 316
200
100
0
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Titik Uji (mm)
600
3535 detik
5050 detik
500
6565 detik
Kekerasan (HVN)
400
300
Stainless Steel
AISI 4140 316
200
100
0
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Titik Uji (mm)
700
35 detik
35
600 50
50 detik
65
65 detik
500
Kekerasan (HVN)
400
100
0
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Titik Uji (mm)
450
Kg/cm2
50Kg/cm2
50
400
Kg/cm2
70Kg/cm2
70
350
Kg/cm2
90Kg/cm2
90
300
Kekerasan (HVN)
250
AISI 4140 Stainless Steel
200 316
150
100
50
0
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Titik Uji (mm)
500
Kg/cm2
50Kg/cm2
50
450
Kg/cm2
70Kg/cm2
70
400
Kg/cm2
90Kg/cm2
90
Kekerasan (HVN)
350
300
250 AISI 4140 Stainless Steel
316
200
150
100
50
0
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Titik Uji (mm)
700
50 Kg/cm2
50Kg/cm2
600 70 Kg/cm2
70Kg/cm2
500 90 Kg/cm2
90Kg/cm2
Kekerasan (HVN)
400
300
Stainless Steel
AISI 4140 316
200
100
0
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Titik Uji (mm)
Dari Gambar 4.7 diketahui bahwa pada variasi tekanan gesek 50 kg/cm²
dengan waktu gesek 65 detik nilai kekererasan tertinggi didaerah sambungan las
atau dititik 0, dengan nilai kekerasan sebesar 530,5 VHN. Sedangkan nilai
kekerasan terendah material baja AISI 4140 dapat dilihat pada waktu gesek 50
detik pada jarak 3,5 mm dari sambungan las, nilai kekerasan yang dicapai yaitu
337 VHN. Pada material SS 316 nilai kekerasan terendah terdapat pada waktu
gesek 35 detik dengan jarak 4,5 mm dari sambungan las dengan nilai kekerasan
sebesar 152,8 VHN. Selanjutnya pada jarak yang semakin jauh dari sambungan
pengelasan dihasilkan dengan nilai kekerasan yang semakin meningkat sesuai
nilai kekerasan asli logam induk.
Pada Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa dengan variasi tekanan gesek 70
kg/cm² nilai kekerasan tertinggi pada daerah sambungan pengelasan yaitu 369,8
VHN dengan waktu gesek 65 detik. Sedangkan nilai kekerasan terendah
material baja AISI 4140 dan SS 316 dapat dilihat pada waktu gesek 50 detik.
Pada material baja AISI 4140 dengan jarak 6 mm dari sambungan las, nilai
kekerasan yang dicapai yaitu 313,3 VHN serta pada material SS 316 nilai
kekerasan terendah terdapat pada jarak 1 mm dari sambungan las dengan nilai
kekerasan sebesar 147,9 VHN. Selanjutnya pada jarak yang semakin jauh dari
sambungan pengelasan dihasilkan dengan nilai kekerasan yang semakin
meningkat sesuai nilai kekerasan asli logam induk.
Pada variasi tekanan gesek maksimum yaitu 90 kg/cm² nilai kekerasan
tertinggi pada daerah sambungan pengelasan yaitu 352,2 VHN dengan waktu
gesek 50 detik dapat dilihat pada Gambar 4.9. Sedangkan nilai kekerasan
terendah material baja AISI 4140 dan SS 316 dapat dilihat pada waktu gesek 50
detik. Pada material baja AISI 4140 dengan jarak 2 mm dari sambungan las, nilai
kekerasan yang dicapai yaitu 289,8 VHN serta pada material SS 316 nilai
kekerasan terendah terdapat pada jarak 1,5 mm dari sambungan las dengan nilai
kekerasan sebesar 150 VHN. Selanjutnya pada jarak yang semakin jauh dari
sambungan pengelasan dihasilkan dengan nilai kekerasan yang semakin
meningkat sesuai nilai kekerasan asli logam induk.
52
30
25
Kekuatan Tarik (KN/mm2)
20
50 Kg/cm22
15 50
50Kg/cm2
Kg/cm
2
70
70 Kg/cm
70 Kg/cm2
10 2
90
90
90 Kg/cm
Kg/cm2
5
0
35 50 65
Waktu Gesek (detik)
(a)
54
30
25
15
10
0
35 50 65
2
50
50 Kg/cm2
Kg/cm 12,12 14,3 18,32
70 Kg/cm 2
70 18,09 19,77 20,37
90 Kg/cm 2
90 20,21 23,59 27,31
(b)
Gambar 4.13 Pengaruh waktu gesek terhadap tekanan gesek sambungan
dengan sudut chamfer 0⁰ friction welding (a) Grafik Batang (b) Grafik garis
30
Kekuatan Tarik (KN/mm2)
25
20
15 35
35detik
detik
50
50 detik
10
65
65 detik
5
0
50 70 90
Tekanan Gesek (Kg/cm2)
(a)
55
30
(b)
Gambar 4.14 Pengaruh tekanan gesek terhadap waktu gesek sambungan
dengan sudut chamfer 0⁰ friction welding (a) Grafik Batang (b) Grafik garis
Tegangan Maksimal
Landing
Tegangan (KN/mm2)
Breaking
strength
Batas elastis
Local elongation
Uniform elongation
Maximum elongation
Regangan (mm)
Jika dilihat pada keseluruhan grafik dan data yang diperoleh pada proses
pengujian tarik, dapat dianalisa tekanan gesek dan waktu gesek berbanding lurus
dengan kekuatan tarik. Semakin besar tekanan gesek dan waktu gesek yang
diberikan, semakin besar pula kekuatan tarik yang akan diperoleh. Bisa dilihat
dari Tabel 4.2 pada tekanan gesek paling minimum yaitu 50 kg/cm2 dengan
waktu gesek 35 detik rata-rata kekuatan tarik 12,12 KN/mm², lebih kecil
dibandingkan pada tekanan yang sama tetapi dengan waktu gesek yang berbeda
yaitu pada waktu 50 detik dan 65 detik. Pada waktu gesek 50 detik rata-rata
kekuatan tarik 14,30 KN/mm², sedangkan pada waktu gesek 65 detik mencapai
rata-rata kekuatan tarik 18,32 KN/mm². Ketika tekanan gesek dinaikkan menjadi
70 kg/cm2 dengan waktu gesek yang sama, hasil kekuatan tarik yang dicapai
meningkat. Pada waktu gesek 35 detik rata-rata kekuatan tarik 18,09 KN/mm²,
selanjutnya pada waktu gesek 50 detik rata-rata kekuatan tarik 19,77 KN/mm²,
dan pada waktu gesek 65 detik rata-rata kekuatan tarik 20,37 KN/mm². Pada
tekanan gesek maksimum dari penelitian ini yaitu 90 kg/cm2 pada waktu gesek
35 detik, hasil rata-rata kekuatan tarik sambungan friction welding yaitu 20,21
KN/mm². Sedangkan pada waktu gesek 50 detik dan 65 detik secara berurutan
hasil rata-rata kekuatan tarik adalah 23,59 KN/mm² dan 27,31 KN/mm². Hasil
pengujian tarik pada Tabel 4.2 menggunakan sudut chamfer 0⁰, sebagai
pembanding untuk mengetahui pengaruh sudut chamfer terhadap kekuatan tarik
dalam penelitian ini menggunakan sudut chamfer 45⁰ dengan parameter tekanan
gesek 70 kg/cm2 dan waktu gesek 65 detik dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dengan sudut chamfer 45⁰ pada
tekanan gesek 70 kg/cm2 dan waktu gesek 65 detik rata-rata nilai kekuatan tarik
yang diperoleh yaitu 17,17 KN/mm2, sedangkan jika dibandingan dengan sudut
chamfer 0⁰ dan parameter yang sama hasil yang dicapai adalah 20,37 KN/mm2.
Dengan adanya sudut chamfer tersebut mengakibatkan menurunnya kekuatan
tarik yang dihasilkan, hal ini dikarenakan adanya pengurangan luas penampang
pada sisi masing-masing material di daerah lasan. Pada parameter tersebut rata-
rata suhu pengelasan yang dicapai adalah 722℃, suhu tersebut didapatkan
dengan menggunakan alat pembaca suhu dengan sensor thermocouple.
21
20
19
18
17
16
15
Tekanan gesek 70 kg/cm dengan waktu gesek 65 detik
Chamfer 0⁰ Chamfer 45⁰
Gambar 4.16 Perbandingan hasil uji tarik chamfer 0⁰ dengan chamfer 45⁰
50 Kg/cm2
70 Kg/cm2
90 Kg/cm2
Seperti yang terlihat pada Tabel 4.4 jenis patahan yang terjadi adalah
patahan getas. Pada penampang patahan tekanan gesek menunjukkan adanya
daerah yang berwarna-warni pada variasi 50 kg/cm² dan 70 kg/cm². Warna pada
permukaan patahan ini mengindikasikan adanya udara yang masih terjebak
disambungan, dan berinteraksi dengan logam pada suhu pengelasan gesek yang
tidak homogen kemudian membentuk oksida yang berbeda sehingga terlihat
warna-warni. Sedangkan pada penampang patahan variasi 90 kg/cm² terlihat
lebih sempurna. Hal ini dibuktikan dengan material yang banyak menyatu pada
bagian sambungan las. Terlihat pada penampang patahan ini alur lebih kecil dan
lebih rapat. Hal itu dapat diartikan apabila luasan daerah lebih rapat maka
kekuatan tariknya akan tinggi dan terbukti pada tekanan maksimum tersebut
terdapat spesimen yang tersambungan dengan sempurna dan mengalami patah
pada material stainless steel 316 dengan kekuatan tarik yang dicapai yaitu 29,03
KN/mm².
59
Ferit
Perlit
50 μm
Austenit
Annealing
twins
Ferit
50 μm
Induk Induk
Waktu
50 detik
90 Kg/cm2 70 Kg/cm2 50 Kg/cm2 Tekanan
Nugget
Nugget
HAZ 2
AISI 4140
HAZ 1
62
63
65 detik
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari penelitian dan pembahasan data yang telah dilakukan pada pengaruh
variasi tekanan gesek pada proses pengelasan gesek terhadap kekuatan tarik dan
nilai kekerasan hasil sambungan bahan AISI 4140 dan stainless steel 316 maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Setelah dilakukan pengujian tarik pada sambungan friction welding antara
AISI 4140 dan stainless steel 316 dengan variasi tekanan gesek 50 kg/cm²,
70 kg/cm², dan 90 kg/cm² serta variasi waktu gesek 35 detik, 50 detik, dan 65
detik dengan putaran 1800 rpm, dengan tekanan tempa 150 kg/cm². Dapat
disimpulkan bahwa, semakin besar tekanan gesek dan waktu gesek yang
diberikan, semakin besar pula kekuatan tarik yang dicapai. Terbukti bahwa
pada variasi maksimum penelitian ini yaitu dengan variasi tekanan gesek 90
kg/cm² dan waktu gesek 65 detik rata-rata kekuatan tarik yang dicapai sebesar
27,31 KN/mm² pada sudut chamfer 0⁰;
2. Pengaruh variasi tekanan gesek yang semakin meningkat dapat menurunkan
nilai kekerasan sambungan friction welding, namun sebaliknya apabila waktu
gesek meningkat maka nilai kekerasan pada daerah sambungan friction
welding juga akan meningkat. Terbukti bahwa pada variasi tekanan gesek
minimum penelitian ini kekerasan yang dicapai adalah 530,5 VHN namun
pada variasi tekanan gesek maksimum hanya mencapai 352,2 HVN. Tetapi
peningkatan tekanan gesek diikuti dengan waktu gesek yang lama justru
malah menurunkan nilai kekerasan pada daerah sekitar sambungan
pengelasan; dan
64
65
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan untuk hasil penelitian yang lebih
baik adalah:
1. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan parameter dan variasi yang lainnya,
misalnya variasi sudut chamfer, variasi waktu gesek, variasi putaran spindel,
variasi tekanan tempa, variasi tekanan gesek dengan meningkatkan kekuatan
tekanannya;
2. Dilakukan pengembangan alat pembaca suhu agar hasil yang didapatkan
lebih spesifik, misalnya dengan laser gun;
3. Dilakukan proses pengujian yang lain untuk mengetahui kekuatan fisik
maupun mekanik sambungan las friction welding, misalnya uji impact dan uji
struktur makro; dan
4. Dilakukan inovasi dan pengembangan pada alat bantu pencekaman dan
penekanan yang digunakan pada proses friction welding.
65
DAFTAR PUSTAKA
ASTM Handbook, vol. 01 “Properties and Selection: Iron Steel and High
Perfomance Alloy” ASM International, New York, 1993
Azar, V., Hashemi, B., Yazdi M. R. 2010. The effect of shot peening on fatigue and
corrosion behavior of 316L stainless steel in Ringer’s solution. Department of
Material Science and Engineering, Shiraz University, Shiraz, Iran
Douglas, C.M, Design and Analysis Exsperimen. Arizona State University, Fourth
Edition, 1997
Frayudi. A., (2013). “Pengaruh Waktu Gesek Pada Pengelasan Gesek Untuk Baja
Karbon Rendah Terhadap Kekuatan Tarik Dan Kekerasan Mikro”. Skripsi,
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Iswar M & Syam R., (2012). “Pengaruh Variasi Parameter Pengelasan (Putaran dan
Temperatur) Terhadap Kekuatan Sambungan Las Hasil Friction Welding Pada
Baja Karbon Rendah”. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Ujung
Padang, Makasar
Raharjo, R., Tingkat kekerasan permukaan stainless steel 316L akibat tekanan
steelball peening, Jurusan Teknik Mesin, Universitas Brawijaya, 2015
Satoto, I., (2011). “Kekuatan tarik struktur mikro dan struktur makro lasan stainless
steel dengan las gesek”. Skripsi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Siddiq, (2013). Pengaruh waktu gesek terhadap kekuatan Tarik dan kekerasan mikro
lasan pada pengelasan gesek (friction welding) bahan stainless steel, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Prasetyono, S & Subiyanto, H., Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek dan Tekanan
Tempa Terhadap Impact Strength Sambungan Lasan Gesek Langsung pada
Baja Karbon AISI 1045, Jurnal Sains dan Seni Pomits, Jurusan Teknik Mesin,
Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh November, Vol. 1, No.
1, 2012
66
67
Purnomo, S., Pengaruh Variasi Putaran Gesek Terhadap Kualitas Sambungan pada
Pengelasan Gesek Continous Drive Friction Welding Bahan Pipa Kunigan dan
Tembaga, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta, 2017
Sugiyanto & Laksono H.W. “Analisa Pengelasan Gesek Pada Sambungan Sama
Jenis Baja ST 60, Sama Jenis AISI 201, dan Beda Jenis Pada Baja ST 60
Dengan AISI 201”, Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 2, No. 1, 2014.
Wiryosumarto, H., 2000, Teknologi Pengelasan, Pradnya Paramitha, Jakarta
LAMPIRAN 1
FOTO PEMBUATAN SPESIMEN
Friction welding
35 detik
50 detik
65 detik
35 detik
50 detik
65 detik
35 detik
50 detik
65 detik
Uji tarik
LAMPIRAN 4
HASIL UJI KEKERASAN
300
250
200
150
100
50
0
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Jarak Pengujian (mm)
550
AISI 4140 SS 316
500
450
400
Kekerasan (HVN)
350
300
250
200
150
100
50
0
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Jarak Pengujian (mm)
350
300
250
200
150
100
50
0
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Jarak Pengujian (mm)
450
AISI 4140 SS 316
400
350
Kekerasan (HVN)
300
250
200
150
100
50
0
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Jarak Pengujian (mm)
550
AISI 4140 SS 316
500
450
400
Kekerasan (HVN)
350
300
250
200
150
100
50
0
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Jarak Pengujian (mm)
450
AISI 4140 SS 316
400
350
Kekerasan (HVN)
300
250
200
150
100
50
0
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Jarak Pengujian (mm)
400
350
300
250
200
150
100
50
0
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Jarak Pengujian (mm)
SS Stuctural Steel
μm Micrometer
MPa Megapascal
Mn Mangan
Si Silikon
Cr Chromium
Ni Nikel
P Fosfor
S Sulfur/Belerang
Cu Tembaga
Mo Molibden
V Vanadium
d1 Diagonal 1
d2 Diagonal 2
gf Gramforce
LAMPIRAN 13
LAMPIRAN 14
LAMPIRAN 15
LAMPIRAN 16
LAMPIRAN 17